Oleh:
Fadli Yogi Arif
NIM 157041063
Pembimbing:
dr. Otman Siregar, SpOT (K) - Spine
dr. Husnul Fuad Albar, SpOT
i
Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis : Luaran Klinis Fungsional Metastase Spine
Disease Sebelum dan Setelah Tindakan
Instrumentasi Posterior Tulang Belakang
Di RSUP Haji Adam Malik Medan
Nama Mahasiswa : Fadli Yogi Arif
NIM : 157041063
Program Studi : Dokter Spesialis
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Disetujui Oleh
KETUA DEPARTEMEN KETUA PROGRAM STUDI
ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU FAKULTAS KEDOKTERAN USU
i
Universitas Sumatera Utara
SURAT KETERANGAN
ii
Universitas Sumatera Utara
PANITIA PENGUJI TESIS
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
iv
Universitas Sumatera Utara
dr. Pranajaya Dharma Kadar, SpOT(K), Ketua Program Studi Orthopaedi
dan Traumatologi, pendidik dan pengajar Ilmu Bedah Orthopaedi dan
Traumatologi, saya sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang setulus-
tulusnya atas didikan, nasehat dan bimbingan yang diberikan selama
pendidikan.
dr. Husnul Fuad Albar, SpOT, sebagai Sekretaris Departemen
Orthopaedi dan Traumatologi FK USU / RSUP HAM, saya ucapkan terima
kasih atas segala nasehat dan bimbingannya selama saya dalam
pendidikan.
dr. Aga Shahri Putera Ketaren, SpOT, Sekretaris Program Studi
Orthopaedi dan Traumatologi, pendidik dan pengajar Ilmu Bedah
Orthopaedi dan Traumatologi, saya sampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang setulus-tulusnya atas didikan, nasehat dan bimbingan yang
diberikan selama pendidikan.
dr. Heru Rahmadhany, SpOT(K), dr. Iman Dwi Winanto, SpOT, dr
Andriandi, SpOT, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas kesediannya membimbing serta menjadi mentor selama
pendidikan berlangsung.
Prof. DR. dr. Aznan Lelo, SpFK, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas kesediaannya meluangkan waktu serta
membimbing saya dalam bidang statistika pada penelitian ini.
Terima kasih kepada Sdri. Soe Santi, Sdri. Evita Sari, dan Sdri.
Dinda, Sekretaris di Tata Usaha Departemen Medik Orthopaedi dan
Traumatologi FK USU / RSUP HAM, atas bantuan dan kerja samanya
selama saya menyelesaikan proposal penelitian akhir ini.
v
Universitas Sumatera Utara
dalam karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk kemajuan yang kita cita-
citakan.
vi
Universitas Sumatera Utara
CURRICULUM VITAE
Riwayat pendidikan:
Pengalaman Kerja:
2011
vii
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan dan seminar yang pernah diikuti:
viii
Universitas Sumatera Utara
14. Simposium Ilmiah New Issues in Daily Medical Practice. RS. Husada.
28 Februari 2015. Jakarta.
15. Pelatihan Penyegaran Advanced Trauma Life Support. The Refresher
Course Advanced Trauma Life Support. IKABI. 9 Juni 2015. Jakarta.
16. Basic Surgical Skill. Asia Pacific Surgical Training Center. 1-2 April
2016. Bali.
17. Peri-Operative Critical Care and Acute Care Surgery. International
Training and Development Centre. 4-5 April 2016. Bali.
18. Wound and Stoma Care Course. 6 April 2016. Bitdec – Bali.
19. Nutritional Assessment & Technique of the ESPEN Life Long Learning
programme on the ESPEN LLL – Nutrition Clinical Course. European
Accreditation Council for Continuing Medical Education (EACCME). 7-8
April 2016. Denpasar – Bali.
ix
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Non-Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,
mengalih media/ formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat
dan mempublikasikan disertasi saya tanpa meminta izin dari saya sebagai
penulis dan sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya
Dibuat di Medan
Pada tanggal Januari 2019
Yang menyatakan
x
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan ujian tertutup ini disusun
sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS) Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis
sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah
penulis cantumkan sumbernya secara jelas, sesuai norma, kaidah, dan
etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam
bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi akademik dan
sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
xi
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
LUARAN KLINIS FUNGSIONAL METASTASE SPINE DISEASE
SEBELUM DAN SETELAH TINDAKAN INSTRUMENTASI POSTERIOR
TULANG BELAKANG DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
Objektif
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan luaran klinis
fungsional metastase spine disease sebelum dan setelah tindakan instrumentasi
posterior tulang belakang
Hasil
Distribusi sampel Metastase Spine Disease sebanyak 22 subyek dengan
perempuan sebanyak 12 orang (54.5%) dan laki-laki sebanyak 10 orang (45.5%),
dengan usia termuda dari subyek penelitian 41 tahun dan usia tertua dari subyek
penelitian 78 tahun dengan rerata dan standar deviasi sebesar 51.7 ± 14,0 tahun.
Didapat perbedaan hasil yang signifikan dari luaran klinis sebelum dan setelah
tindakan instrumentasi posterior tulang belakang dengan nilai kemaknaan
sebesar 0.001 (p<0.05)
Kesimpulan
Luaran klinis fungsional metastase spine disease setelah dilakukan instrumentasi
posterior tulang belakang lebih baik dibandingkan luaran klinis sebelum tindakan
instrumentasi posterior tulang belakang dengan nilai statistik (P< 0,01), hal ini
sesuai dengan hipotesis awal penelitian yaitu terdapat perbedaan luaran klinis
fungsional pasien metastase spine disease sebelum dan setelah tindakan
instrumentasi posterior tulang belakang.
Kata Kunci: Metastase Spine Disease; Visual Analog Scale (VAS); Oswestry
Disability Index (ODI); SF – 36
xii
Universitas Sumatera Utara
CLINICAL OUTREACH OF FUNCTIONAL METASTASE SPINE
DISEASE BEFORE AND AFTER THE MEASUREMENT OF
POSTERIOR BONE INSTRUMENTATION IN HAJI ADAM MALIK
HOSPITAL, MEDAN
Objective
The aim of this study was to determine the comparison of functional clinical
outcome of metastase spine disease before and after the action of posterior
spinal instrumentation
Result
The distribution of 22 Metastase Spine Disease samples with 12 females (54.5%)
and 10 females (45.5%) men, with the youngest age of the 41 years research
subjects and the oldest age from the 78-year study subjects with mean and
standard deviations amounting to 51.7 ± 14.0 years. There were significant
differences in results from clinical outcomes before and after the action of
posterior spinal instrumentation with a significance value of 0.001 (p <0.05)
Conclusion
The functional clinical outcome of metastase spine disease after posterior spinal
instrumentation is better than clinical outcome before the action of posterior
spinal instrumentation with statistical values (P <0.01), this is in accordance with
the initial hypothesis of the study, namely there are differences in functional
clinical outcome of spinal metastase patients disease before and after the action
of posterior spinal instrumentation.
Key Words: Metastase Spine Disease; Visual Analog Scale (VAS); Oswestry
Disability Index (ODI); SF – 36
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Tatalaksana Metastatic Spine Disease ........................... 32
2.3.5 Prognosis ....................................................................... 36
2.4 Luaran Klinis ............................................................................ 37
2.4.1 SF-36 ............................................................................. 37
2.4.2 Oswestry Disability Index (ODI) ..................................... 37
2.4.3 Visual Analogue Scale (VAS) ......................................... 40
2.5 Kerangka Teori ......................................................................... 41
2.6 Kerangka Konsep ..................................................................... 41
2.7 Hipotesis ................................................................................... 41
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xvii
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses resorpsi tulang terdiri atas beberapa fase. Pada awal fase
proliferasi, macrophage colony-stimulating factor (M-CSF), suatu faktor
pertumbuhan hematopoetik, menstimulasi proliferasi sel precursor
osteoklas. Pada fase differensiasi, RANKL berikatan dengan reseptor
RANK dan memicu differensiasi precursor osteoklas. Pada fase survival
dan fusi, sitokin seperti interleukin-1 (IL-1), tumor necrosis factor alpha
(TNF-β) dan IL-6 memodulasi RANKL pada osteoblas dan sel stroma
untuk menstimulasi produksi osteoklas multinukleus. Pada fase aktivasi,
beberapa faktor seperti RANKL, IL-1, TNF-β dan IL-6 mengaktivasi
osteoklas, menyebabkan sel-sel ini dapat menresorpsi tulang. Empat fase
ini diinduksi oleh RANKL dan dihambat oleh OPG. Pada fase terakhir,
osteoklas matur mengalami apoptosis. Fase ini distimulasi oleh OPG dan
dihambat oleh RANKL. Selain itu, estrogen juga berperan penting dalam
meregulasi resorpsi tulang, meningkatkan resorpsi dengan menstimulasi
pembentukan osteoklas (osteoklastogenesis), meningkatkan aktivitas
osteoklas dan menghambat apoptosis osteoklas.
2.2. Metastasis
Menurut WHO, kanker adalah suatu istilah umum untuk satu
kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari
tubuh. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
B. Pembuluh limfe
Penyebaran melalui pembuluh limfe disebut pula sebagai
penyebaran secara limfogen. Penyebaran dengan cara ini biasanya
terjadi pada karsinoma, namun dapat pula terjadi pada sarkoma.
Sel-sel tumor yang telah menembus pembuluh limfe diangkut oleh
aliran limfatik sebagai embolus, dan kemudian akan tersangkut pada
kelenjar getah bening regional. Pada tempat ini, biasanya pada
sinus di bawah kapsul (subcapsularis) sel-sel tumor membentuk
metastasis. Metastasis mungkin menyebabkan terbendungnya aliran
limfatik, sehingga terjadi aliran retrogad dan dapat menimbulkan
penyebaran retrogad.
C. Transplantasi langsung
Cara ini terjadi pada tumor-tumor yang terletak dalam rongga-
rongga serosa seperti rongga perut dan rongga pleura, disebut juga
sebagai “transcoelomic spread”. Misalnya, pada tumor ganas
lambung, sel-selnya akan menembus rongga serosa yang kemudian
karena gaya berat sel tumor akan jatuh ke dalam rongga pelvis.
Bersamaan dengan fibrin sel-sel tumor akan melekat pada serosa
ovarium atau rektum membentuk suatu metastase.
3. Adanya lingkungan yang memberikan harapan hidup bagi sel-sel tumor
pada tempat yang baru
Setelah sel-sel tumor yang dapat tumbuh secara otonom melepaskan
diri dan menempel pada suatu organ tubuh, kondisi tempat baru
tersebut harus cocok bagi pertumbuhan tumor. Pembuluh kapiler yang
berdinding tipis memberikan kemungkinan bagi pertumbuhan sel-sel
tumor. Selain jaringan setempat yang memberikan kemungkinan bagi
tumbuhnya sel-sel tumor, faktor imunologis juga berpengaruh dalam hal
pembentukan metastasis. Sel-sel tumor dalam perkembangannya terus
menerus mengakumulasi kelainan genetik, beberapa di antaranya tetap
silent, tetapi beberapa yang lain dapat mengakibatkan perubahan
fenotip menjadi lebih ganas dan memiliki potensi untuk bermetastasis
atas pengaruh elemen-elemen yang dikenal sebagai enhancer element.
ikat dan protein yang mendukung dan memberi nutrisi pada jaringan
ikat tubuh. Pada keadaan normal, matriks ekstraselular merupakan
suatu barier yang menjaga sel terhadap perpindahan dari tempat
asalnya. Sel kanker mensekresikan berbagai jenis enzim yang berbeda
yang menghancurkan protein membran basal. Ketika membran telah
melemah dan rusak, sel kanker dapat terdorong dan masuk melalui
membran basal ke stroma dan jaringan ikat.
3. Angiogenesis
Angiogenesis merupakan suatu proses dimana suatu tumor
membentuk suplai darah sendiri dengan cara melepaskan faktor-faktor
pertumbuhan – suatu substansi yang disebut Vascular Endothelial
Growth Factor (VEGF) –menyebabkan sel-sel vaskuler mulai
bermigrasi ke arah tumor. Sel-sel vaskular lalu membentuk pembuluh
darah baru pada tumor. Angiogenesis adalah tahap signifikan dalam
perkembangan metastasis karena pembentukan pembuluh darah pada
tumor akan menyuplai tumor dengan nutrisi yang dapat mempercepat
pertumbuhannya; dan pembuluh darah ini berperan sebagai jalur bagi
sel-sel kanker untuk berpindah dari tumor primer ke organ lain. Proses
pembentukan pembuluh yang sama terjadi pula pada sistem limfatik.
Angiogenesis dapat terjadi bersamaan dengan ketika tumor menembus
membran basal, namun dapat juga terjadi lebih awal dalam
pertumbuhan tumor.
Penyebaran tumor dapat terjadi melalui arteri intercostal atau lumbar yang
memberikan suplai darah ke dua vertebrae yang berdekatan, yaitu setengah bagian
bawah vertebra diatasnya dan bagian atas vertebra di bawahnya atau melalui
pleksus batson's yang mengelilingi columna vertebralis yang menyebabkan
banyak vertebra yang terkena. Hal inilah yang menyebabkan pada kurang lebih
70% kasus, penyakit ini diawali dengan terkenanya dua vertebra yang berdekatan,
sementara pada 20% kasus melibatkan tiga atau lebih vertebra.
1. X-Ray
X-ray tulang belakang merupakan pemeriksaan awal yang dapat
dilakukan apabila dicurigai adanya metastasis. Lesi awal akan
sulit terdeteksi, 30-50% tulang trabekular harus dihancurkan
sebelum X-Ray menunjukkan adanya abnormalitas. X-ray dapat
digunakan untuk mengevaluasi perubahan vertebra secara
kualitatif, lokasi anatomis yang terkena dan integritas struktural
vertebra. Tanda radiologis lesi metastasis yang pertama muncul
yaitu tidak adanya pedikel atau sering disebut sebagai winking owl
sign dimana dapat terlihat pada posisi anteroposterior.
Pada kondisi neoplastik, diskus intervertebralis biasanya tidak
terganggu, berbeda pada kondisi infeksi, dimana terjadi destruksi
vertebra plateau dan diskus intervertebralis.
Ekstradural.39 Intradural.39
2. Bone Scintigraphy
Scintigraphy dapat mengevaluasi konsentrasi neoformasi tulang dan
dapat mendeteksi lesi yang sangat kecil, hingga ukuran 2 mm pada
tulang kortikal atau trabekular. Oleh karena sensitivitasnya yang tinggi
dan spesifisitas yan rendah, scintigraphy merupakan modalitas
screening yang sangat bagus, tetapi kurang cocok untuk diagnosis.
Gambar 2.18. (a) MRI MSD pada Vertebra Torakal, (b) MRI MSD pada
Vertebra Lumbal.39
6. Angiografi
Angiografi spinal sebaiknya menjadi bagian dari evaluasi diagnostik
pasien yang dicurigai mengalami metastasis dari tiroid atau renal.
Metastasis dari kanker tiroid dan ginjal bersifat vaskular. Embolisasi
pre-operasi dapat menjadi bagian strategi manajemen yang bijaksana,
karena dapat mencegah kehilangan darah masif apabila dilakukan
pembedahan.
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid mengurangi proses inflamasi, sehingga dapat
mengurangi nyeri dan edema vasogenik pada saraf dengan status
neurologis yang membaik. Kortikosteroid menunjukkan aktivitas
onkolitik, terutama pada limfoma, mieloma multipel dan kanker
payudara. Dexametasone sering digunakan dan tidak ada konsensus
yang menentukan dosis optimal-dosis tinggi hingga 96 mg/hari dan
dosis rendah hingga 16 mg/hari. Dosis awal sebaiknya dimulai dari 16
mg/hari.
3. Bifosfonat
Mekanisme kerja utama bifosfonat adalah menghambat aktivitas
osteoklas dengan menekan resorpsi tulang akibat metastasis tulang.
Bifosfonat terbukti dapat menurunkan kejadian fraktur patologis,
mengurangi nyeri dan menurunkan kejadian hiperglikemia akibat
malignansi. Natrium pamidronate dapat digunakan pada dosis 90 mg
setiap 4 minggu.
4. Kemoterapi dan Terapi Hormonal
Penggunaan dan pilihan agen kemoterapeutik berhubungan dengan
tipe histologi dan biologi tumor. Neoplasma yang umumnya respons
dengan agen kemoterapi yaitu limfoma, kanker payudara dan tumor
germ-cell.
Metastasis vertebra yang respons dengan terapi hormonal yaitu
metastasis yang berasal dari payudara dan prostat. Respons terhadap
modalitas ini berhubungan dengan adanya reseptor. Beberapa obat
yang secara selektif menghambat reseptor estrogen yaitu tamoxifen
dan penghambat aromatase, seperti letrozole, anastrozole dan
exemestane telah terbukti efektif dalam pengobatan kanker payudara.
Pada kanker prostat, agonis GnRh dan antiandrogen seperti flutamide
dan bicalutamide merupakan obat yang efektif dalam mengontrol
pertumbuhan tumor dengan menurunkan kadar testosterone serum
secara drastis.
2.3.5. Prognosis39
Pasien MSD yang ditatalaksana dengan pembedahan biasanya
memiliki angka ketahanan hidup ≥ 3 bulan setelah pembedahan dan untuk
pasien yang ditatalaksana dengan radiasi akan memiliki angka ketahanan
hidup > 1 bulan setelah radioterapi.
Angka ketahanan hidup pasien dipengaruhi oleh banyak faktor,
termasuk histologi tumor primer, beban penyakit secara keseluruhan,
status neurologis dan performance status. Penilaian klinis saja tidak cukup
dalam memprediksi angka ketahanan hidup pasien dengan metastasis
osseus.
Skala Tokuhashi merupakan sistem yang paling sering digunakan
dalam praktik klinis sehari-hari untuk mengestimasi angka ketahanan
hidup (dalam bulan) pada pasien MSD dan membantu untuk menentukan
tipe pengobatan. Skor 0-8 menunjukkan angka ketahanan hidup < 6 bulan
dan membutuhkan terapi konservatif; skor 9-11 menunjukkan angka
ketahanan hidup sekitar 6-11 bulan dan terapi pembedahan paliatif
merupakan tatalaksana yang tepat, serta skor 12-15 berarti angka
ketahanan hidup > 12 bulan dan pasien dapat diobati dengan
pembedahan radikal.
2.4.1 SF-36
Suatu paket penilaian dari kualitas hidup yang mudah, koheren,
dan generik.43
44
2.4.2 Oswestry Disability Index (ODI)
ODI merupakan alat ukur yang berisi daftar pertanyaan atau
kuesioner yang dirancang untuk memberikan informasi seberapa besar
Berikut ini adalah rentang penilaian ODI serta klasifikasi tingkat disabilitas
yang dialami pasien:
a) Disabilitas minimal, merupakan ketidakmampuan pada tingkat minimal
yaitu dengan angka 0%-20%. Pasien dapat melakukan sebagian besar
aktifitas hidupnya. Biasanya tidak ada indikasi untuk pengobatan
terlepas dari nasihat untuk mengangkat dan duduk dengan cara yang
benar agar tidak bertambah parahnya tingkat disabilitas pasien.
b) Disabilitas sedang, merupakan ketidakmampuan pada tingkat sedang
yaitu dengan angka 21%-40%. Pasien merasa lebih sakit dan
mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas duduk, mengangkat,
dan berdiri. Untuk berpergian dan kehidupan sosial akan lebih
dihindari. Sedangkan untuk perawatan pribadi dan tidur tidak terlalu
terpengaruh.
c) Disabilitas parah, merupakan ketidakmampuan pada tingkat yang
parah, yaitu dengan angka 41%-60%. Rasa sakit dan nyeri tetap
menjadi masalah utamanya sehingga mengganggu aktifitas sehari-
hari.
Skor poin total jumlah kondisi yang terisi X 5 X 100 =…….%
d) Disabilitas sangat parah, merupakan ketidakmampuan yang sangat –
parah dengan angka 1% 0%, sehingga sangat mengganggu seluruh
aspek kehidupan pasien.
e) Angka tertinggi untuk tingkat keparahan disabilitas adalah 1% 100%,
dimana pasien tidak dapat melakukan aktifitas sama sekali dan hanya
tergolek ditempat tidur.
Angka kejadian baru metastatic spine disease mencapai 10 – 30% per tahun.6
Tulang belakang menjadi lokasi metastasis skeletal yang paling sering,
dimana terjadi pada 30 – 90% pasien dengan kanker terminal.4
Konservatif Operatif
Bagaimanakah luaran
(SF-36, ODI, VAS) pasien
metastase tulang
belakang sebelum dan
sesudah tindakan
operasi
2.7 Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
a. Kriteria Inklusi
1. Penderita yang terdiagnosa sebagai metastase spine disease
berdasarkan pemeriksaan klinis dan imaging yang dilakukan
tindakan operasi instrumentasi posterior berdasarkan spinal
instability neoplastic score
2. Terdapat riwayat tumor ganas
3. Bersedia ikut dalam penelitian
b. Kriteria Eksklusi
1. Mempunyai riwayat trauma
2. Pasien metastase spine disease dengan kondisi infeksi pasca
operasi
3. Pasien dengan riwayat spondilitis tuberkulosis
2( )
(zα + zβ) s
n= x1 – x 2
Inform Consent
Inklusi Eksklusi
Pengumpulan Data
Analisis Hasil
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Demografi Pasien metastase spine disease yang dilakukan operasi
dan tidak operasi
Kanker Paru 16
Kanker Nasofaring 2
Kanker Payudara 1
Kanker Cervix 2
Tabel 4.4 Deskripsi luaran klinis subyek metastase spine disease sebelum
menjalani Tindakan instrumentasi posterior
Luaran Klinis
Variabel SF-36
ODI VAS
PF PH EP ENE EMO SF Pain GH HC
Preoperatif 45,5 4,9 72,9 58 63,1 62,5 84,1 79,6 62,0 49,5 72,0
+19,6 +1,9 +16,5 +23,1 +21,8 +12,0 +14,8 +23,5 +25,3 +3,4 +7,8
ODI, Oswestry Disability Index; VAS, Visual Analog Scale; PF, Physical Functioning; PH, Physical Health; EP,
Emotional Problem; ENE, Energy/Fatigue; EMO, Emotional Well Being; SF, Social Functioning; GH, General
Health; HC, Health Change
Tabel 4.5 Deskripsi luaran klinis subyek metastase spine disease sesudah
menjalani Tindakan instrumentasi posterior
Luaran Klinis
Variabel SF-36
ODI VAS
PF PH EP ENE EMO SF Pain GH HC
Evaluasi 13,9 1,0 94,5 100,0 79,9 88,6 92,3 100,0 99,9 89,3 92,4+
+5,6 +0,0 +6,7 +0,0 +32,9 +13,7 +1,7 +0,0 +0,4 +14,9 9,7
ODI, Oswestry Disability Index; VAS, Visual Analog Scale; PF, Physical Functioning; PH, Physical Health; EP,
Emotional Problem; ENE, Energy/Fatigue; EMO, Emotional Well Being; SF, Social Functioning; GH, General
Health; HC, Health Change
sebesar 13,9 ± 5,6. VAS sebesar 1,0 ± 0,0. Untuk penilaian dari SF-36
didapatkan fungsional fisik sebesar 94,5 ± 6,7; kesehatan fisik sebesar
100,0 ± 0,0; masalah emosional sebesar 79,9 ± 32,9; energi/kelelahan
sebesar 88,6 ± 13,7; kondisi emosi sebesar 92,3 ± 1,7; fungsi sosial
sebesar 100,0 ± 0,0; tingkat nyeri sebesar 99,9 ± 0,4; kesehatan secara
umum sebesar 89,3 ± 14,9; perubahan kesehatan sebesar 92,4 ± 9,7.
4.1.2. Uji normalitas data penilaian subyek metastase spine disease
sebelum dan sesudah instrumentasi posterior
Untuk menganalisa data penilaian metastase spine disease sebelum
dan sesudah instrumentasi posterior didapat dengan menggunakan uji
Shapiro Wilk.
Tabel 4.6 Uji normalitas data penilaian subyek metastase spine disease
sebelum dan sesudah instrumentasi posterior
Variabel Shapiro-Wilk (p Uji Normalitas Data
Value)
ODI 0,033 TN
VAS 0,018 TN
PF 0,002 TN
PH 0,284 N
EP 0,000 TN
ENE 0,079 N
EMO 0,000 TN
SF 0,001 TN
Pain 0,021 TN
GH 0,000 TN
HC 0,000 TN
ODI, Oswestry Disability Index; VAS, Visual Analog Scale; PF, Physical Functioning; PH,
Physical Health; EP, Emotional Problem; ENE, Energy/Fatigue; EMO, Emotional Well
Being; SF, Social Functioning; GH, General Health; HC, Health Change; N, Normal; TN,
Tidak Normal
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari hasil analisa uji normalitas data,
didapatkan bahwa hasil p value yang didapat pada tabel menunjukkan
bahwa data penelitian yang didapat mempunyai distribusi yang bervariasi,
data yang berdistribusi normal menggunakan analisa statistik uji T-test
berpasangan sedangkan data yang berdistribusi tidak normal
menggunakan analisa statistik Wilcoxon.
Tabel 4.7 Luaran pasien metastase spine disease sebelum dan sesudah
instrumentasi posterior
Sebelum Sesudah
ODI, Oswestry Disability Index; VAS, Visual Analog Scale; PF, Physical Functioning; PH,
Physical Health; EP, Emotional Problem; ENE, Energy/Fatigue; EMO, Emotional Well Being;
SF, Social Functioning; GH, General Health; HC, Health Change; N, Normal; TN, Tidak
Normal
100.0000
80.0000
60.0000 Sebelum
40.0000 Sesudah
20.0000
0.0000
ODI VAS PF PH EP ENE EMO SF Pain GH HC
0,001 0,001 0,001 0,001 0,010 0,001 0,047 0,002 0,001 0,001 0,001
ODI, Oswestry Disability Index; VAS, Visual Analog Scale; PF, Physical Functioning; PH, Physical
Health; EP, Emotional Problem; ENE, Energy/Fatigue; EMO, Emotional Well Being; SF, Social
Functioning; GH, General Health; HC, Health Change
Grafik 4.8 Diagram luaran pasien Metastasis Tulang Belakang sebelum dan
sesudah instrumentasi posterior
Dari grafik di atas yaitu diagram luaran pasien metastase spine
disease sebelum dan sesudah instrumentasi posterior pada 22 sampel,
didapatkan ODI sebelum operasi sebesar 45,5 ± 19,6 menjadi 13,9 ± 5,6
setelah operasi; VAS sebelum operasi sebesar 4,9 ± 1,9 menjadi 1,0 ± 0,0
setelah operasi. Dan untuk penilaian dari SF-36 didapatkan fungsional
fisik sebelum operasi sebesar 72,9 ± 16,5 menjadi 94,5 ± 6,7 setelah
operasi; kesehatan fisik sebelum operasi sebesar 58 ± 23,1 menjadi 100,0
± 0,0 setelah operasi; masalah emosional sebelum operasi 63,1 ± 21,8
menjadi sebesar 79,9 ± 32,9 setelah operasi; energi/kelelahan sebelum
operasi sebesar 62,5 ± 12,0 menjadi 88,6 ± 13,7 setelah operasi; kondisi
emosi sebelum operasi sebesar 84,1 ± 14,8 menjadi 92,3 ± 1,7 setelah
operasi; fungsi sosial sebelum operasi sebesar 79,6 ± 23,5 menjadi 100,0
± 0,0 setelah operasi; tingkat nyeri sebelum operasi sebesar 62,0 ± 25,3
menjadi 99,9 ± 0,4 setelah operasi; kesehatan secara umum sebelum
operasi sebesar 49,5 ± 3,4 menjadi 89,3 ± 14,9 setelah operasi;
perubahan kesehatan sebelum operasi sebesar 72,0 ± 7,8 menjadi 92,4 ±
9,7 setelah operasi.
Tabel 4.9 Analisa statistik penilaian fungsi klinis luaran pasien metastase
spine disease sebelum dan sesudah instrumentasi posterior
Pre_ODI
0,001 Wilcoxon
Post_ODI
Pre_VAS
0,001 Wilcoxon
Post_VAS
Pre_PF
0,001 Wilcoxon
Post_PF
Pre_PH
0,001 Paired T-Test
Post_PH
Pre_EP
0,010 Wilcoxon
Post_EP
Pre_ENE
0,001 Paired T-Test
Post_ENE
Pre_EMO
0,047 Wilcoxon
Post_EMO
Pre_SF
0,002 Wilcoxon
Post_SF
Pre_Pain
0,001 Wilcoxon
Post_Pain
Pre_GH
0,001 Wilcoxon
Post_GH
Pre_HC
0,001 Wilcoxon
Post_HC
ODI, Oswestry Disability Index; VAS, Visual Analog Scale;PF, Physical Functioning;
PH, Physical Health; EP, Emotional Problem; ENE, Energy/Fatigue; EMO, Emotional
Well Being; SF, Social Functioning; GH, General Health; HC, Health Change
4.2. Pembahasan
skor ODI, VAS, dan SF-36 yang signifikan antara sebelum dan setelah
operasi. Banyak penilaian kualitas hidup telah dilaporkan untuk pasien
tumor dan kanker tulang belakang48. melaporkan serangkaian 85 pasien
yang mengalami perbaikan nyeri dan hasil kuesioner EORTC QLQ-C30
pada 1 tahun setelah operasi52. melaporkan 118 pasien dengan
peningkatan skor QLQ-C30 pada follow-up 1 tahun, dan Wu et al.
menggambarkan 46 pasien bedah dengan perbaikan dalam kuesioner
Penilaian Fungsional Terapi Kanker pada 9 bulan setelah operasi.53
Penelitian ini merupakan penilaian pertama yang diterbitkan atas kualitas
hidup awal pasca operasi setelah fiksasi tulang belakang segmen panjang
pada pasien dengan metastasis tulang belakang 48
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Tumor primer
pada pasien-pasien di penelitian ini memiliki sifat metastasis spinal
heterogen. Tumor primer yang berbeda memiliki perilaku biologis dan
prognosis yang berbeda pula. Apalagi jumlah pasien yang dimasukkan
kecil. Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur
instrumentasi posterior dapat dipertimbangkan untuk seluruh pasien
dengan metastasis spinal, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Luaran klinis fungsional pasien metastase spine disease setelah
dilakukan instrumentasi posterior tulang belakang lebih baik dibandingkan
luaran klinis sebelum tindakan instrumentasi posterior tulang belakang
dengan nilai statistik (P<0,01), hal ini sesuai dengan hipotesis awal
penelitian yaitu terdapat perbedaan luaran klinis fungsional pasien
metastatic spine disease sebelum dan setelah dilakukan tindakan operasi
instrumentasi posterior tulang belakang
5.2 SARAN
1. Banyak pasien yang terlambat didiagnosa menderita metastase spine
disease sehingga pasien mengalami morbiditas yang lebih berat,
sehingga perlu adanya suatu standar prosedur dan kerjasama yang
baik antar tenaga kesehatan.
2. Masih banyak kendala dalam mengevaluasi hasil pengobatan
metastase spine disease, dalam hal ini meliputi jarak pasien dan
rumah sakit, biaya, ketidakpedulian, perubahan emosional dan
psikologi pasien, sehingga edukasi pada saat sebelum dan setelah
pasien dioperasi untuk kontrol sesuai jadwal adalah penting untuk
meminimalkan kejadian ini.
3. Sistem database rumah sakit yang masih jauh dari sempurna
menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan penelitian, dalam hal ini
adanya database yang tersusun lengkap, tersusun dalam pengukuran
dan deskipsi pengisian data yang sama serta hasil pemeriksaan
penunjang yang disimpan dalam jangka waktu tertentu akan
memudahkan untuk dilaksanakannya penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
12. Hibber CS, Quan GMY. Accuracy of Preoperative Scoring Systems for
the Prognostication and Treatment of Patients with Spinal Metastases.
International Scholarly Research Notices. 2017: 1320684.
13. Dosani M, Lucas S, Wong J, Weir L, Lomas S, Cumayas C, et al.
Impact of the Spinal Instability Neoplastic Score on Surgical Referral
Patterns and Outcomes. Curr Oncol. 2018;25(1):53-58.
14. Versteeg AL, van der Velden JM, Verkooijen HM, van Vulpen M, Oner
FC, Fisher CF, Verlaan JJ. The Effect of Introducing the Spinal
Instability Neoplastic Score in Routine Clinical Practice for Patients
With Spinal Metastases. The Oncologist. 2016; 21: 95-101.
15. Szendroi M, Antal I, Szendroi A, Lazary A, Varga PP. Diagnostic
algorithm, prognostic factors and surgical treatment of metastatic
cancer diseases of the long bones and spine. EOR. 2017; 2: 372-381.
16. Teixeira WGJ, Coutinho PRM, Marchese LD, Narazaki DK, Cristante
AF, Teixeira MJ, et al. Interobserver agreement for the spine instability
neoplastic score varies according to the experience of the evaluator.
Clinics. 2013; 68(2): 213-217.
17. Yurter A, Ju DG, Sciubba DM. Management of Metastatic Spine
Disease. JSM Neurosurg Spine. 2014; 2(2): 1020.
18. Teles AR, Khoshhal KI, Falavigna A. Why and how should we
measure outcomes in spine surgery? Journal of Taibah University
Medical Sciences. 2016; 11(2): 91e97.
19. Zadnik PL, Hwang L, Ju DG, Groves ML, Sui J, Yurter A, et al.
Prolonged survival following aggressive treatment for metastatic
breast cancer in the spine. Clin Exp Metastasis. 2014; 31: 47-55.
20. Kaloostian PE, Yurter A, Zadnik PL, Sciubba DM, Gokaslan ZL.
Current paradigms for metastatic spinal disease: an evidence-based
review. Ann Surg Oncol. 2014; 21: 248-262.
21. Bernard F, Lemee JM, Lucas O, Menei P. Postoperative quality-of-life
assessment in patients with spine metastases treated with long-
segment pedicle-screw fixation. J Neurosurg Spine. 2017; 26:725-735.
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN
Selamat pagi/siang Bapak/Ibu, pada hari ini, saya Dr. Fadli Yogi Arif
akan menjelaskan penelitian saya yang berjudul “Luaran Klinis Fungsional
Metastatic Spine Disease Sebelum dan Setelah Dilakukan Tindakan
Operasi Instrumentasi Posterior Tulang Belakang di RS Haji Adam Malik
Medan bulan November hingga Desember 2018.”
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui hasil pengobatan
Bapak/Ibu yang menjalani instrumentasi posterior tulang belakang di RS
tempat pendidikan selama kurun waktu bulan November - Desember
2018.
Pada Bapak/Ibu sebelumnya telah diketahui menderita Metastatic
Spine Disease dan sudah dilakukan pengobatan berupa operasi
Instrumetnasi posterior pada tulang belakang minimal 6 bulan pasca
operasi. Segala biaya pemeriksaan penunjang menjadi tanggung jawab
peneliti. Bila masih terdapat pertanyaan, maka Bapak/Ibu dapat
menghubungi saya :
Nama : Dr. Fadli Yogi
Alamat : Jl. Medan, Sumatera Utara
Telepon/ HP : 081377139518
Demikian penjelasan saya kepada Bapak/Ibu, apabila bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, saya minta kesediaannya untuk
menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi subjek penelitian
terlampir. Pernyataan kesediaan tersebut tidak bersifat mengikat,
sehingga saudara memiliki hak untuk mengundurkan diri sewaktu waktu
apabila anda tidak berkenan untuk melanjutkan partisipasi anda dalam
penelitian ini. Perlu anda ketahui bahwa anda bebas tanpa paksaan
menentukan keputusan keikutsertaan anda dalam penelitian ini. Besar
harapan saya anda dapat berpartisipasi sebagai subjek penelitian ini. Atas
partisipasi dan perhatian saudara, saya ucapkan terimakasih.
Peneliti
Nama :…………………………………………………………
Alamat :………………………………………………………….
Umur : …………Tahun
Medan, 2018
Peneliti : Responden:
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Umur
N Valid 22
Missing 0
Mean 51.7273
Std. Deviation 14.06848
Minimum 11.00
Maximum 78.00
Statistics
PreSF_PF PreSF_PH PreSF_EP PreSF_ENE PreSF_EMO PreSF_SF PreSF_P PreSF_GH PreSF_HC PreODI PreVAS
N Valid 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 72.9545 58.0000 63.1818 62.5000 84.1818 79.6818 62.0455 49.5455 72.0455 45.5000 4.9545
Std. Deviation 16.59454 23.10226 21.85153 12.00694 14.86330 23.50559 25.38556 3.41882 7.81621 15.51574 1.46311
Statistics
PostSF_PF PostSF_PH PostSF_EP PostSF_ENE PostSF_EMO PostSF_SF PostSF_P PostSF_GH PostSF_HC PostODI PostVAS
N Valid 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 94.5909 100.0000 79.9091 88.6818 92.3636 100.0000 99.9091 89.3636 92.4545 13.9545 1.0000
Std. Deviation 6.77994 .00000 32.95727 13.78538 1.70561 .00000 .42640 14.99062 9.78204 5.66928 .00000
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
LAMPIRAN
Paired Differences
Pair 1 PreSF_PH - -
23.10226 4.92542 -52.24297 -31.75703 -8.527 21 .000
PostSF_PH 42.00000
Pair 2 PreSF_ENE - -
16.30552 3.47635 -33.41128 -18.95235 -7.531 21 .000
PostSF_ENE 26.18182