TESIS
YESSI MAYKE
107111015 / PK
TESIS
YESSI MAYKE
107111015 / PK
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
Disahkan Oleh :
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena
menyelesaikan karya tulis (tesis) yang berjudul Kadar D-dimer Plasma Sebagai
karya tulis ini, saya telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan dan
pengarahan serta dorongan baik moril dan materil dari berbagai pihak sehingga
saya dapat menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini. Untuk itu perkenankanlah
saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang tiada terhingga kepada :
ini.
tesis ini
7. Yth,dr. Muzahar, DMM, SpPK-K, dr. Zulfikar Lubis, SpPK-K, dr. Tapisari
Tambunan, SpPK-KH, dr. Ozar Sanuddin SpPK-K dan dr Nelly Elfrida SpPK,
9. Yth, seluruh teman sejawat PPDS Patologi Klinik FK-USU/RSUP H. Adam Malik
Medan, para analis dan pegawai, serta semua pihak yang tidak dapat saya
Direktur rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik yang telah memberikan
11. Terimakasih serta cinta yang tak terhingga saya sampaikan kepada ayahanda
mendidik serta memberikan dorongan moril dan materil serta cintanya kepada
ananda selama ini. Selain itu terima kasih juga saya ucapkan untuk bapak
12. Akhirnya Terima kasih yang tiada terhingga saya sampaikan kepada suami
ini. Juga untuk anak-anakku terkasih Regina Ezra Marcie Tambunan dan
suka dan duka. Terimakasih untuk doa dan peluk cium kalian yang memberi
keluarga besar yang dengan iklas membantu, mendukung dan memotivasi saya.
Kepada berbagai pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Ijinkan saya
menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang terkait atas segala
Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, memberikan
Penulis,
DaftarIsi ....................................................................................... v
Daftar Lampiran........................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang............................................................... 1
1.2. RumusanMasalah......................................................... 7
1.4. TujuanPenelitian........................................................... 7
1.4.2. TujuanKhusus.................................................... 7
1.5. ManfaatPenelitian........................................................ 8
2.1.1. Defenisi............................................................. 9
2.1.2. Epidemiologi...................................................... 10
2.1.3. Patofisiologi........................................................11
2.1.6.Diagnosis.......................................................... 18
2.2. D-dimer...................................................................... 22
2.2.1. Definisi............................................................. 22
D-dimer.............................................................................. 37
BAB V. PEMBAHASAN................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 60
Kadar D-dimer……………………………………………………..49
Scan…………………………………………………………………49
PT : Protrombin Time
DD : D-dimer
Gp Ib : Glikoprotein Ib
IL-6 : Interleukin-6
Apo B : Apoliprotein B
Latar Belakang : Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di
seluruh dunia. Di Indonesia, stroke menduduki peringkat ketiga setelah penyakit
jantung dan keganasan. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Diagnosis yang tepat
dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. CT-scan merupakan baku emas,
namun memiliki keterbatasan yaitu sulit mengenali tanda awal iskemik dalam 3-6
jam, mahal dan tidak dimiliki oleh semua rumah sakit. Akibat keterbatasan tersebut,
maka diperlukan petanda lain yang non invansif, sensitif, spesifik, lebih mudah dan
murah untuk mendeteksi adanya trombus yang merupakan penyebab stroke iskemik
yaitu D-dimer.
Tujuan : mengetahui nilai diagnostik kadar D-dimer plasma terhadap CT-scan pada
stroke iskemik akut.
Metoda : Penelitian dilakukan secara potong lintang. Sebanyak empat puluh pasien
yang memenuhi kriteria inklusi diambil dari Departemen Ilmu Penyakit Saraf dan
penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUP.H.Adam Malik / FK USU
Medan. Dilakukan pemeriksaan D-dimer dan CT-scan sebagai baku emas. Kadar D-
dimer plasma menggunakan metoda latex agglutination dengan cut-off point 500
ng/ml. Analisa statistik menggunakan tabel 2x2 untuk menentukan sensitivitas,
spesifisitas, positive predictive value, negative predictive value, prevalens dan
likelihood ratio.
Hasil : Didapatkan sensitivitas 77,7%, spesifisitas 53,8%, positive predictivevalue
77,7%, negative predictive value 53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive
1,74 dan likelihood ratio negative 0,43
Simpulan : Pemeriksaan kadar D-dimer plasma dapat digunakan sebagai exclusion
diagnostic pada stroke iskemik akut.
Kata kunci : Stroke iskemik akut, CT-scan, D-dimer
Background : Stroke become a common cause of death and disability in the world.
In Indonesia, stroke ranks third after heart disease and malignancy. Ischemic stroke
is a clinical sign of brain dysfunction or tissue damage caused by lack of blood flow
to the brain that disrupt the blood and oxygen requirements in brain tissue. Prompt
diagnosis can reduce morbidity and mortality. CT-scan is the gold standard but it has
some limitations that difficult to recognize early sign of ischemia in 3-6 hours,
expensive and not shared by all hospitals. As a result of these limitations, it would
require another sign that non invansive, sensitive, specific, easier and cheaper to
detect the presence of thrombus which is the cause of ischemic stroke is D-dimer.
Objective : This studywas design to determine the diagnostic value of plasma levels
of D-dimer of the CT-scan in acute ishemic stroke.
Method : A cross-sectional study was conducted. Forty patients who met the
inclusion criteria were taken from The Neurology Department and research done at
the Department of Clinical Pathology RSUP.H.Adam Malik / FK USU Medan. D-
dimer examination and CT-scan as the gold standard. Plasma levels of D-dimer
using the latex agglutination method with a cut-off point of 500 ng/ml. Statistical
analysis using a 2x2 table to determine the sensitivity, specivicity, positive predictive
value, negative predictive value, prevalence and likelihood ratio.
Result : Obtained sensitivity 77,7%, specivificity 53,8%, positive predictive value
77,7%, negative predictive value 53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive
1,74 and likelihood ratio negative 0,43
Conclusion : The level plasma D-dimer can be used as an exclusion dignostic in
acute ischemic stroke.
Keywords : Ischemic stroke, CT-scan, D-dimer
Latar Belakang : Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di
seluruh dunia. Di Indonesia, stroke menduduki peringkat ketiga setelah penyakit
jantung dan keganasan. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Diagnosis yang tepat
dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. CT-scan merupakan baku emas,
namun memiliki keterbatasan yaitu sulit mengenali tanda awal iskemik dalam 3-6
jam, mahal dan tidak dimiliki oleh semua rumah sakit. Akibat keterbatasan tersebut,
maka diperlukan petanda lain yang non invansif, sensitif, spesifik, lebih mudah dan
murah untuk mendeteksi adanya trombus yang merupakan penyebab stroke iskemik
yaitu D-dimer.
Tujuan : mengetahui nilai diagnostik kadar D-dimer plasma terhadap CT-scan pada
stroke iskemik akut.
Metoda : Penelitian dilakukan secara potong lintang. Sebanyak empat puluh pasien
yang memenuhi kriteria inklusi diambil dari Departemen Ilmu Penyakit Saraf dan
penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUP.H.Adam Malik / FK USU
Medan. Dilakukan pemeriksaan D-dimer dan CT-scan sebagai baku emas. Kadar D-
dimer plasma menggunakan metoda latex agglutination dengan cut-off point 500
ng/ml. Analisa statistik menggunakan tabel 2x2 untuk menentukan sensitivitas,
spesifisitas, positive predictive value, negative predictive value, prevalens dan
likelihood ratio.
Hasil : Didapatkan sensitivitas 77,7%, spesifisitas 53,8%, positive predictivevalue
77,7%, negative predictive value 53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive
1,74 dan likelihood ratio negative 0,43
Simpulan : Pemeriksaan kadar D-dimer plasma dapat digunakan sebagai exclusion
diagnostic pada stroke iskemik akut.
Kata kunci : Stroke iskemik akut, CT-scan, D-dimer
Background : Stroke become a common cause of death and disability in the world.
In Indonesia, stroke ranks third after heart disease and malignancy. Ischemic stroke
is a clinical sign of brain dysfunction or tissue damage caused by lack of blood flow
to the brain that disrupt the blood and oxygen requirements in brain tissue. Prompt
diagnosis can reduce morbidity and mortality. CT-scan is the gold standard but it has
some limitations that difficult to recognize early sign of ischemia in 3-6 hours,
expensive and not shared by all hospitals. As a result of these limitations, it would
require another sign that non invansive, sensitive, specific, easier and cheaper to
detect the presence of thrombus which is the cause of ischemic stroke is D-dimer.
Objective : This studywas design to determine the diagnostic value of plasma levels
of D-dimer of the CT-scan in acute ishemic stroke.
Method : A cross-sectional study was conducted. Forty patients who met the
inclusion criteria were taken from The Neurology Department and research done at
the Department of Clinical Pathology RSUP.H.Adam Malik / FK USU Medan. D-
dimer examination and CT-scan as the gold standard. Plasma levels of D-dimer
using the latex agglutination method with a cut-off point of 500 ng/ml. Statistical
analysis using a 2x2 table to determine the sensitivity, specivicity, positive predictive
value, negative predictive value, prevalence and likelihood ratio.
Result : Obtained sensitivity 77,7%, specivificity 53,8%, positive predictive value
77,7%, negative predictive value 53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive
1,74 and likelihood ratio negative 0,43
Conclusion : The level plasma D-dimer can be used as an exclusion dignostic in
acute ischemic stroke.
Keywords : Ischemic stroke, CT-scan, D-dimer
PENDAHULUAN
penyebab utama kecacatan berat jangka panjang. Sekitar 750.000 kasus stroke
terjadi pertahun dengan angka kematian lebih dari 150.000 kasus. Kecacatan yang
ditimbulkan oleh stroke dapat berupa kecacatan jangka panjang dimana lebih dari
40% penderita tidak dapat diharapkan untuk mandiri dalam aktifitas kesehariannya
dan 25% menjadi tidak dapat berjalan secara mandiri.1Menurut The GlobalBurden of
Disease Study, bila tidak segera diambil upaya preventif yang efektif, pada tahun
2020 stroke akan menjadi penyebab kematian utama baik di negara maju maupun
negara berkembang.2
penyakit degeneratif setelah penyakit jantung dan keganasan. Menurut survei tahun
tahun 2008, adalah mencapai 8,3 per 1.000 populasi di Indonesia. Dengan populasi
sekitar 211 juta jiwa berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia.
Indonesia sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat
ringan maupun berat. Pada tahun 2020 mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan
Medan pada tahun 2011, dari seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap
bagian Neurologi sebanyak 661 orang dimana sebanyak 281 orang (43%)
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
darah dan oksigen di jaringan otak. Iskemik dapat disebabkan oleh tiga macam
dan laboratorium. Penentuan jenis stroke secara klinis biasanya dilakukan dengan
terapi yang intensif sehingga angka kecacatan, defisit neurologis akibat infark
jaringan otak dan angka kematian dapat dikurangi.8,9Diagnosis stroke iskemik untuk
mengetahui adanya lesi infark di otak dapat ditentukan dengan gold standard (baku
spesifisitas yang tinggi.Akan tetapi di Indonesia alat CT-scan ini hanya terdapat di
kota-kota besar terutama di beberapa ibukota provinsi karena harga alat dan biaya
dengan stroke sedang hingga berat yang diperiksa 2 hari setelah kejadian, tanda
awal iskemik dalam 3-6 jam sulit dikenali pada CT-scan, terlebih lagi banyak pasien
dengan stroke ringan tidak pernah menunjukkan gambaran infark yang tampak pada
pada operator dan ahli radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan
rutin skrining stroke iskemik. Adanya keterbatasan tersebut, maka diperlukan suatu
petanda lain yang bersifat non invansif, sensitif, spesifik, memiliki stabilitas tinggi,
lebih mudah dan murah untuk mendeteksi adanya trombus yang merupakan
terminal pada 42 asam amino di rantai β, yang selanjutnya terpecah dan membentuk
fragmen Y, fragmen D dan fragmen E. Ikatan dimer antara satu fragmen E dan dua
dimer secara tidak langsung dapat dipakai untuk menilai adanya abnormalitas
sehingga aliran darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolitik adalah sistem enzim
merupakan enzim fibrinolitik utama yang berfungsi memecah fibrinogen dan fibrin
dan satu fragmen E akan berikatan dengan kuat membentuk D-dimer. D-dimer
sejumlah produk metabolit yang merusak, radikal bebas yang menyebabkan jaringan
otak terganggu. Proses peradangan yang dominan pada stroke iskemik akut
berlangsung pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah serangan stroke.20
iskemik akut, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara peningkatan
Kadar D-dimer yang meningkat tiga kali dari nilai normal dapat meningkatkan
mortalitas pasien stroke iskemik (1,39 ± 1,36 ng/ml vs 4,50 ± 2,80 ng/ml ; p=0,003).
Dijumpai pula kadar D-dimer yang meningkat tiga kali dari nilai normal pada pasien
stroke iskemik dengan perburukan neurologi yang berat (2,85 ± 1,69 ng/ml ;
p=0,000).23
latex particel base immunoassay dan metoda automated enzyme linked fluorescent
dimer pada stroke iskemik yang progresif dibandingkan non progresif (863 ng/ml vs
407 ng/ml ; p<0,05). Stroke iskemik yang berkembang secara progresif berhubungan
digunakan untuk penilaian awal subtipe stroke iskemik apakah kardioemboli atau
kadar D-dimer antara fokal infark, multipel emboli infark, volume infark 1-19cc, 20-
49cc, 50-199cc dan > 200cc (215,3 μg/l vs 385,7 μg/l vs 566,2 μg/l vs 668,8 μg/l vs
spesifisitas yang sangat baik untuk mendeteksi kadar D-dimer. Nilai cut offD-dimer
di Medan, sehingga peneliti ingin mengetahui kadar D-dimer plasma sebagai alat
diagnostik untuk mendiagnosa stroke iskemik akut. Uji diagnostik yang dilakukan
Kadar D-dimer plasma ≥ 500 ng/ml adalah diagnosa untuk stroke i skemik
akut.
CT-scan
CT-scan
• Klinisi tentang pemeriksaan non invansif yang lebih mudah dan murah
penanganan yang lebih cepat dan tepat untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.1. Definisi
fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupul global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau dapat menimbulkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Menurut Caplan,
stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
dan oksigen di jaringan otak. Iskemik dapat disebabkan oleh tiga macam mekanisme
obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses oklusi pada satu pembuluh darah
lokal atau lebih. Emboli adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem
2.1.2. Epidemiologi
penyebab utama kecacatan berat jangka panjang. Sekitar 750.000 kasus stroke
terjadi pertahun dengan angka kematian lebih dari 150.000 kasus. Kecacatan yang
ditimbulkan oleh stroke dapat berupa kecacatan jangka panjang dimana lebih dari
penyakit degeneratif setelah penyakit jantung dan keganasan. Menurut survei tahun
tahun 2008 adalah delapan per seribu penduduk atau 0,8 persen.Menurut Yastroki,
dalam dasawarsa terakhir. Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia sekitar 2,5
persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun
berat. Pada 2020 mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena
stroke.4,5
Medan pada tahun 2011, dari seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap
bagian Neurologi sebanyak 661 orang dimana sebanyak 281 orang (43%)
2.1.3.1 Aterosklerosis
Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, athere berarti lemak, oma
tunika arteri, yang meliputi penimbunan lemak dan karbohidrat, yang diikuti oleh
terbentuknya jaringan fibrosis, kalsifikasi dan disertai perubahan pada tunika media
arteri.30
suatu proses patogenesis terjadinya infark, baik secara serebral maupun miokard.
meliputi disfungsi endotel, perekrutan monosit, inflamasi, proliferasi sel otot polos,
akumulasi dan oksidasi lipid, nekrosis, kalsifikasi dan trombosis. Aterosklerosis itu
sendiri bukanlah suatu penyakit yang berbahaya, tetapi apabila plak aterosklerosis
perubahan sel endotel atau perubahan hubungan antara sel endotel dengan jaringan
ikat di bawahnya. Sel endotel dapat terlepas sehingga terjadi hubungan langsung
ke lapisan intima pembuluh darah. Demikian pula halnya lipid akan masuk ke dalam
pembuluh darah melalui transport aktif dan pasif. Monosit pada dinding pembuluh
(M-CSF), akan memfagosit kolesterol LDL, sehingga akan terbentuk sel busa“foam
sel”, yang akan menjadi fatty streak (prekusor plak aterosklerosis) dan selanjutnya
akan menjadi plak fibrosa. Aterosklerosis biasanya terjadi pada arteri-arteri dengan
pada percabangan arteri. Ini disebabkan karena area tersebut sering terdapat
seperti nitrit oksida (NO) dan menyebabkan ekspresi vascular cell adhesion
molecule-1 (VCAM-1).34,35,36
tanda inflamasi antara lain IL-6, TNF-α, PAI-1 dan pada orang dengan obesitas
dapat terjadi resistensi insulin dan hipertensi. Terjadi kenaikan IL-6, TNF-α, LDL-C
serta penurunan HDL-C dan adiponektin. Inflamasi ini dapat menstimulasi hati untuk
menimbulkan thrombus.34,35
2.1.3.2 Trombosis
aliran darah dan perubahan daya beku darah. Hilangnya sifat non-trombogenik
trombus. Trombus arteri biasanya berupa white thrombus yang terutama terdiri dari
trombosit. Faktor risiko trombosis arteri adalah berbagai kondisi yang menyebabkan
kerusakan endotel atau adanya kelainan trombosit. Bila ada kerusakan endotel,
diaktifkan. Trombosit melekat pada jaringan subendotel terutama serat kolagen dan
membran basalis. Adhesi trombosit sangat tergantung pada protein plasma yang
disebut faktor von Willebrand’s (vWF) yang disintesis oleh endotel dan megakariosit.
stroke, tetapi sekarang istilah tersebut tidak dipergunakan lagi karena stroke bukan
dengan berbagai faktor risiko. Sejumlah faktor risiko telah diidentifikasi dan dapat
dikelompokkan atas :
banyak
sangatlah sulit dan tidak akurat. Adams dkk (1993), kelompok TOAST (Trial ofOrg
berdasarkan profil faktor risikonya, gambaran klinik, penemuan hasil CT-scan atau
Klasifikasi TOAST ini mirip dengan klasifikasi yang dibuat oleh National Institute of
Neurological Disorder and Stroke (NINDS), stroke Data Bank, suatu penelitian
multisenter tentang etiologi stroke yang lebih awal dilakukan daripada TOAST
Terdapat dua jenis stroke trombosis, yaitu 70% mengenai pembuluh darah
besar seperti arteri karotis interna, arteri vertebra dan sirkulus wilisi dan 30%
mengenai pembuluh darah kecil di dalam jaringan otak atau stroke lakunar.
Trombosis pada pembuluh darah besar, biasanya terbentuk pada plak aterosklerotik.
merupakan adaptasi fisiologis terhadap stres mekanik. Penebalan intima yang difus
umumnya jinak tetapi penebalan intima yang eksentrik yang sering dijumpai pada
aterosklerotik.
serebelum dengan ditemukannya lebih dari 50% distribusi lesi atau oklusi pembuluh
darah intrakranial atau ekstrakranial dengan CT-Scan atau MRI pada infark lebih
dari 1,5 cm. Diagnosis ini tidak tepat jika pada pemeriksaan arterial tidak ditemukan
kelainan ataupun adanya pendukung baik dari perjalanan penyakit dan pemeriksaan
Emboli yang menyebabkan stroke dapat berasal dari jantung maupun arteri.
Stroke kardioemboli dapat disebabkan oleh atrial fibrilasi, infark miokard baru, katup
serebelum dengan ditemukannya pada CT atau MRI lesion lebih dari 1,5 cm dan
ditemukannya salah satu resiko tinggi (contohnya atrial fibrillation atau katup jantung
mekanik) atau resiko sedang kelainan jantung (contohnya lone atrialfibrillation atau
murni, ataksia hemiparesis dan dysarthria clumsy hand) dengan hasil CT atau MRI
yang normal atau lesi kurang dari 1,5 cm pada area yang divaskularisasi arteri-arteri
perforantes kecil. Stroke lakunar merupakan suatu tipe stroke iskemik yang
berlangsung singkat dengan prognosis baik, meliputi 20% dari seluruh stroke
iskemik.
Diagnosis ini jika ada dua atau lebih etiologi stroke, setelah pemeriksaan
lengkap menghasilkan tidak ada sumber penyebab yang paling mungkin, atau
sejalan yaitu berdasarkan observasi klinis dari karakteristik sindroma dan perjalanan
1 = somnolen
2 = sopor/koma
1 = ada
1 = ada
CT-scan
stroke. Pada kasus stroke, CT-scan dapat menentukan dan memisahkan antara
jaringan otak yang infark dan daerah penumbra.Pada stroke iskemik akan nampak
memperoleh hasil sebesar 19,8% dilakukan untuk konfirmasi dan evaluasi terhadap
kasus yang secara klinis diduga stroke. Dari pasien yang diduga secara klinis stroke
scan saat ini hanya terdapat di kota-kota besar terutama di beberapa ibukota
itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI yang secara umum lebih sensitif dibandingkan
yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai,
harga pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang
pemeriksaan hemostasis.19
jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit serta morfologi sel darah. Trombositemia
hiperglikemia, karena pada kedua keadaan ini dapat dijumpai gejala neurologis.
menyebabkan depresi susunan saraf pusat. Analisa gas darah juga perlu dilakukan,
Pemeriksaan enzim jantung dikerjakan karena tidak jarang pasien stroke juga
mengalami infark miokard. Penyakit jantung iskemik dijumpai pada 20% pasien
dengan TIA dan stroke. PemeriksaanPT dan aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi
fibrinolisis.19
2.2.1.Definisi
dari pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik. Sejak 1990, tes
mewakili indikasi fibrinolisis. Suatu hasil tes yang menunjukkan kadar D-dimer
pada hasil yang menunjukkan keadaan D-dimer di atas nilai rujukan dapat menandai
adanya trombus namun tidak dapat menunjukkan lokasi kelainan dan menyingkirkan
tahap terakhir proses koagulasi. Fibrin dihasilkan oleh aktivitas trombin yang
berat molekul 340 kDa. Terdiri dari 3 pasang rantai polipeptida yang tidak identik dan
saling beranyaman yaitu 2 rantai Aα, 2Bβ, dan 2γ. Ketiga pasang rantai ini
dan Bβ memiliki fibrinopeptida berukuran kecil pada bagian terminal yang disebut
Proses perubahan fibrinogen menjadi fibrin terdiri dari 3 tahap yaitu tahap
trombin yang merubah fibrinogen menjadi fibrin yang larut, selanjutnya dipecah
unit monomer lebih kuat sehingga menghasilkan bekuan yang tidak stabil. Tahap
selanjutnya adalah stabilisasi dimana ada penambahan trombin, faktor XIIIa dan ion
fibrin monomer yang saling berdekatan dengan membentuk ikatan kovalen yang
stabil (fibrin mesh). Rantai α dan γ berperan dalam pembentukan unsoluble fibrin
yang stabil.
fibrin. Saat di dalam fibrin, plasminogen diubah oleh tissue-plasminogen activator (t-
maka akan meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang terlarut. Fibrin
dan satu fragmen E akan berikatan dengan kuat membentuk D-dimer. D-dimer
proses fibrinolisis, dan pemeriksaan tidak bersifat invansif. Hasil pemeriksaan kadar
D-dimer memiliki nilai sensitivitas dan negative predictive valueyang tinggi untuk dua
keadaan tersebut.
(DIC), deep vein thrombosis (DVT), pulmonary embolism (PE), venous dan
arterialthrombosis (VT dan AT), terapi antikoagulan dan trombolitik serta sebagai
monoklonal yang mengenali epitop pada fragmen D-dimer. Ada beberapa metoda
Sensitivitas dan negative predictive value untuk D-dimer berkisar 90%. Antibodi
dengan afinitas tinggi terhadap D-dimer dilapiskan pada suatu dinding atau microliter
well dan mengikat protein dalam plasma. Antibodi kedua ditambahkan dan jumlah
substansi berlabel yang terikat secara langsung sepadan dengan D-dimer yang
diukur.21,48
yang dihasilkan.47,49
yang mengenali epitop pada fragmen D-dimer dan sel darah merah. Sehingga
larutan yang keruh seperti suspensi latex yang digunakan dalam pengukuran D-
dimer. Partikel latex dilapisi dengan antibodi monoklonal spesifik terhadap D-dimer.
Jika dalam sampel terdapat antigen spesifik D-dimer, akan terbentuk suatu reaksi
antigen-antibodi, dan diukur pada panjang gelombang 660 nm. Konsentrasi D-dimer
dengan kadar 0,109 M (9:1), dikirim tanpa perlakuan khusus. Sampel disentrifugasi
2000Cstabilsampai 1 bulan.49
ng/ml. Nilai cut off D-dimer dengan metoda latex agglutination500ng/ml.27 Kadar D-
dimer yang lebih dari nilai normal rujukan menunjukkan adanya produk degradasi
fibrin dalam kadar yang tinggi, mempunyai arti adanya pembentukan dan
pemecahan trombus dalam tubuh. Kadar D-dimer yang normal dapat digunakan
akut stroke iskemik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya sumbatan trombus atau
embolus pada vaskular otak. Trombus tersusun oleh fibrin bersama dengan
trombosit, Gp Ib, Gp IIb/IIIa, faktor von willebrand dan faktor jaringan (kolagen).
Adanya trombus yang menyumbat aliran darah membuat tubuh akan melakukan
akhir pemecahan fibrin oleh plasmin. Jadi pemeriksaan D-dimer akan sangat
bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui adanya
dan faktor VIIa memiliki potensi peningkatan dalam memprediksi penyakit koroner
atau stroke iskemik pada pria paruh baya. Barber dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kadar D-dimer yang diukur dengan 3 alat assay laboratorium komersial dapat
tadi, sebagian besar menyiratkan D-dimer dapat menjadi suatu petanda trombosis
pada manusia.
Stroke Iskemik
Tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan
kurangnya aliran darah ke otak.
Keterbatasan CT-scan :
- Harga dan biaya
perawatannya mahal
- Sulit mengenali tanda awal
iskemik < 72 jam
- Ketergantungan pada
operator & ahli radiologi
- Efek radiasi
- Tidak untuk pemeriksaan
rutin skrining stroke iskemik
Ustundag dkk :
Hubungan yang kuat antara
peningkatan D-dimer dengan
Petanda lain yang non invansif, mortalitas & perburukan
sensitif, spesifik, stabilitas tinggi, neurologi
mudah dan murah untuk mendeteksi
adanya trombus :
“D-dimer”
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 sampai dengan Oktober 2013.
Penelitian dihentikan bila jumlah sampel minimal tercapai atau waktu pengambilan
iskemik akutyang datang di instalasi gawat daruratRSUP Haji Adam Malik Medan
Untuk uji diagnostik digunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesa dengan
populasi tunggal :
2
�𝑍𝑍 ∝ �𝑃𝑃𝑃𝑃 (1−𝑃𝑃𝑃𝑃 )+𝑍𝑍 (1−𝛽𝛽 ) �𝑃𝑃𝑃𝑃 (1−𝑃𝑃𝑃𝑃 )�
(1− )
n ≥ 2
(𝑃𝑃𝑃𝑃 −𝑃𝑃𝑃𝑃 )2
n = Besar sampel
= 40
1. Penderita yang secara klinis terbukti menderita stroke iskemik akut selama
< 1 minggu.
2. Sepsis
3. Koma
USU
Informed Concent diminta secara tertulis dari subjek penelitian atau diwakili
oleh keluarganya yang ikut bersedia dalam penelitian setelah mendapat penjelasan
klinik stroke iskemik akut berdasarkan kriteria siriraj strokescore, yang masuk
3. Dilakukan tindakan flebotomi dari vena mediana cubiti sebanyak 3cc dan
kadar 0,109 M (9:1). Tempat pungsi vena terlebih dahulu dilakukan tindakan
aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering sebelum dilakukan pungsi
4. Sampel darah yang didapat disentrifugasi 3500 rpm selama 15 menit untuk
maka dianggap menderita stroke iskemik, sedangkan bila hasil CT scan tidak
6. Dilakukan pengolahan data dan uji diagnostik dari hasil yang didapatkan
Sampel :
• Tabung penampung plasma sitrat harus terbuat dari plastik dan bertutup rapat
(centrifuge tube).
• Segera lakukan pemeriksaan, bila ditunda hanya dalam batas waktu ± 2 jam
3.7.2.2. Analitik
Cara Kerja
Prinsip : immunoturbidimetri
Reagensia
• Reaction buffer
• Saline solution
Interpretasi
ng/ml, dengan nilai cut off500 ng/ml.27 Kadar D-dimer yang lebih dari nilai normal
rujukan menunjukkan adanya produk degradasi fibrin dalam kadar yang tinggi,
mempunyai arti adanya pembentukan dan pemecahan trombus dalam tubuh. Kadar
gangguan pembekuan darah sebagai penyebab dari gejala klinik yang ada.
1. Nyalakan alat Dimex Jr, tunggu alat stabil dan lampu hijau menyala kemudian
Standard mOD
3. Inkubasi Latex selama 30 menit pada suhu 37°C pada inkubator reagen
Dimex Jr
menggunakan aquabidest @ 1 ml
sebagai berikut
Cal 2 1 ng - -
Pada display
kemudian mix 3-5 kali secara perlahan, teratur dan mantap tanpa
menimbulkan busa.
10. Catat nilai mOD ( optical density ) yang di dapat dari pemeriksaan D-
a. Siapkan kertas grafik linear dan masukan nilai rata-rata mOD pada sumbu
b. Kemudian tariklah garis untuk menghubungkan satu titik dengan titik yang
lain. Jika garis yang terbentuk linear maka nilai rata-rata duplo yang di
dapat boleh dimasukan ke dalam memori alat. Jika garis yang dihasilkan
yang linear.
250
150
100 Series1
Linear (Series1)
50
0
0 500 1000 1500 2000
Concentration (ng/ml)
12. Cara memasukkan data standar kalibrasi yang baru pada alat
c. Ambil nilai rata-rata mOD yang di dapat dari pengenceran standar 1599
Dimex Jr (219)
ng/ml = 1 mOD
13. Kerjakan kontrol low dan high untuk membuktikan kurva kalibrasi yang baru.
Nilai kontrol harus masuk dalam kontrol range yang tertera pada kit insert
Dimex Jr.
kalibrasi alat.
konsentrasi kontrol harus masuk dalam range yang ditetapkan untuk menjamin
(ng/ml)
• Strok Iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
dalam stroke. Pada stroke iskemik akan nampak gambaran hipodens pada
CT-scan.41,42
• Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mulai serangan stroke
• D-dimer adalah konsentrasi D-dimer dalam plasma sitrat, yang diukur dengan
ng/ml.26,27
hasil uji diagnostik positif (positif benar) dibandingkan seluruh subyek yang
bahwa subyek tidak sakit. Spesifisitas merupakan proporsi subyek sehat yang
spesifisitas = d : (b+d).53
perbandingan antara subyek dengan hasil uji positif benar dengan positif
menderita penyakit bila hasil ujinya negatif. Pada tabel 2x2, NPV = d :(c+d).53
• Prevalens adalah proporsi kasus dalam suatu populasi pada suatu saat.53
sakit yang memberi hasil uji positif dengan proporsi subyek yang sehat yang
memberi hasil uji positif. Pada tabel 2x2, likelihood ratio positif = a/(a+c) :
sakit dengan hasil uji negatif dengan subyek sehat yang memberi hasil uji
sensitivitas) : spesifisitas.53
ditabulasi dan dimasukan ke dalam tabel 2 x 2 dimana jika mencapai angka di atas
batas yang ditentukan dimasukan ketegori positif dan di bawah batas yang
ditentukan masuk kategori negatif. Hasil positif benar dimasukkan dalam sel a, hasil
PemeriksaanCT scan
(+) (-)
Kadar D-Dimer ≥ 500ng/ml (+) a b
< 500 ng/ml (-) c d
Pemeriksaan CT-scan
(-) : jika tidak didapatkan lesi infark hipodens atau terdapat gambaran selain
Rumus perhitungan :
• Sensitivitas =a:(a+c)
• Spesifisitas = d : ( b+ d )
• Prevalens =(a+c):(a+b+c+d)
a/(a+c) : b/(b+d)
c/(a+c) : d/(b+d)
Penderita Stroke
IskemikAkut
Eksklusi
Inklusi
PengambilanSampel
Analisa Data
danPenyusunanLapo
HASIL
terhadap CT-scan pada stroke iskemik akut, yaitu dengan cara mengukur sensitivity,
cross sectional study di instalasi rawat inap Neurologi RSUP.H.Adam Malik Medan,
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin antara laki-laki dan
sebanyak 20 orang (50%). Kelompok usia terbanyak yaitu usia 60-69 tahun (32,5%),
Faktor risiko stroke pada penelitian ini antara lain hipertensi, DM dan
orang (67,5%).
Tabel 4.2 menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara
variabel jenis kelamin, usia, CT-scan dengan rerata D-dimer (nilai p>0,05).
Tabel 4.3 menunjukkan kadar D-dimer ≥ 500 ng/ml dengan CT -scan (+)
sebanyak 52,5%, kadar D-dimer ≥ 500 ng/ml dengan CT -scan (-) sebanyak 15%,
kadar D-dimer < 500 ng/ml dengan CT-scan (+) sebanyak 15% dan kadar D-dimer <
Hasil uji diagnostik yang didapatkan dari data penelitian ini sesuai dengan
data dan penelitian yang terdahulu dimana nilai sensitivitasnya lebih besar
PEMBAHASAN
kriteria inklusi, yaitu penderita stroke iskemik akut, dengan distribusi jenis kelamin
antara laki-laki dengan perempuan sama masing-masing 20 orang (50%), tabel 4.1.
Hal yang sama pernah dilaporkan oleh Bergey (2001) di Norwey. Hal yang berbeda
didapati pada penelitian Hirano (2011) di Jepang. Hal ini mungkin dapat terjadi
Pada penelitian ini juga didapati kadar rerata D-dimer pada perempuan lebih
ng/ml] tetapi secara statistik tidak berbeda bermakna (nilai p=0,395), tabel 4.2. Jenis
Usia subjek pada penelitian ini 27 sampai 86 tahun, dengan nilai rerata 56,80
± 15,04. Sebaran usia terbanyak adalah pada kelompok usia 60-69 tahun (32,5%),
tabel 4.1. Hasil ini sama denganpenelitian yang dilakukan oleh Shintani (1992) di
mulai rentang usia 55-64 tahun sebanyak 11% mengalami peningkatan seiring
pada kelompok usia≥ 45 tahun risiko terkena stroke dengan OR 9,451 kali
dibandingkan usia < 45 tahun.60Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut
pembuluh darah.61
Pada penelitian ini juga didapatkan peningkatan kadar D-dimer pada usia
yang lebih tua (tabel 4.2).Tataru (1999) di Jerman menyatakan bahwa terjadi
peningkatan kadar D-dimer sebanyak 75% pada usia > 60 tahun dibandingkan usia
< 40.62 Beberapa teori menyatakan bahwa kejadian trombosis meningkat dengan
meningkatnya usia. Bahkan usia dianggap sebagai faktor risiko trombosis, namun
mekanisme peningkatan kejadian trombosis pada usia lanjut belum diketahui secara
pasti. Diperkirakan faktor protrombotik meningkat pada usia lanjut tanpa diimbangi
faktor antitrombotik.63
Pada penelitian ini didapatkan faktor risiko terbanyak yang berperan pada
stroke iskemik adalah hipertensi (62,5%), tabel 4.1. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Tanaseseu (2008) di Romania dan Shan-Shan (2010)
risiko terjadinya stroke 2-4 kali lipat. Hipertensi sangat berpengaruh pada peredaran
Pada penelitian ini didapatkan kadar rerata D-dimer pada kelompok CT-scan
positif lebih tinggi dibandingkan kelompok CT-scan negatif, namun secara statistik
perbedaan ini tidak bermakna (nilai p=0,175). Pada beberapa subjek penelitian
dengan hasil CT-scan negatif, didapatkan juga hasil D-dimer yang tinggi. Hal ini
mungkin disebabkan karena lesi infark pada CT-scan baru terlihat setelah 72 jam
setelah serangan. Pada penelitian ini didapatkan juga hasil kadar D-dimer yang tidak
oleh Fisher dan Francis, dimana pada stroke iskemik subtipe lakunar, trombus
kadar D-dimer dalam batas normal, dan kemungkinan lain adanya proses non
atau diabetes.24
Hasil rerata kadar D-dimer baik menurut jenis kelamin, usia, faktor risiko
besar. Hal ini disebabkan karena kadar D-dimer dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain trauma, pasca bedah, infeksi, kehamilan, keganasan, penyakit hati, obat
telah disingkirkan saat menetapkan kriteria inklusi. Namun faktor usia belum
penelitian ini.
cut-off point 500 ng/ml dan metoda latex agglutination yaitu sensitivitas sebesar
53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive 1,74 dan likelihood ratio negative
0,43.
positive predictive value72,7% dan negative predictive value 88,2%, dengan cut-off
onset.24,68
Kaukasia. Belum ada teori yang menyatakan bahwa faktor ras berpengaruh
6.1. KESIMPULAN
6.2. SARAN
pemeriksaan awal pada stroke iskemik akut sebelum dilakukan pemeriksaan CT-
scan.
RINGKASAN
dunia.Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
Departeman Neurologi FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2011, dari
seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap bagian Neurologi sebanyak
661 orang dimana sebanyak 281 orang (43%) diantaranya adalah stroke iskemik.
CT-scan kepala. Namun CT-scan sulit mengenali tanda awal iskemik pada hari-hari
pertama, tampak setelah 72 jam setelah serangan. Selain itu harga alat dan biaya
petanda lain yang bersifat non invansif, sensitif, spesifik, lebih mudah dan murah
iskemik.
dari pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik. D-dimer
merupakan salah satu fase reaktan akut pada fungsi hemostasis. Pada fase akut
stroke iskemik akut berlangsung pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah serangan
stroke.
Malik Medan. Penelitian dimulai sejak bulan Agustus sampai Oktober 2013, sampel
diperoleh dari ruang rawat inap instalasi neurologi sebanyak 40 orang yang
memenuhi kriteria inklusi stroke iskemik akut. Diagnosa stroke iskemik ditegakkan
dimer, dengan menggunakan metoda latex agglutination dan cut-off point 500 ng/ml.
ratio.
Pada penelitian ini didapatkan kadar rerata D-dimer pada kelompok CT-scan
positif lebih tinggi dibandingkan kelompok CT-scan negatif, namun secara statistik
perbedaan ini tidak bermakna (nilai p=0,175). Pada beberapa subjek penelitian
dengan hasil CT-scan negatif, didapatkan juga hasil D-dimer yang tinggi. Hal ini
mungkin disebabkan karena lesi infark pada CT-scan baru terlihat setelah 72 jam
setelah serangan. Pada penelitian ini didapatkan juga hasil kadar D-dimer yang tidak
meningkat dengan CT-scan negatif. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Fisher dan Francis, dimana pada stroke iskemik subtipe lakunar, trombus
kadar D-dimer dalam batas normal, dan kemungkinan lain adanya proses non
atau diabetes.
Hasil uji diagnostik yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sensitivitas
53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive 1,74 dan likelihood ratio negative
0,43.
3. Sutrisno A. Epidemis strok dalam strok? You must know before you get it.
4. Harnowo PA. Stroke mengincar orang muda. Detik health available from
www.health.detik.com
5. Brown MM. Stroke, Epidemiology and Clinical Features. Medicine Int. 2000.
P: 4:45-52
Boston.
10. Sjahrir Hasan. Stroke Iskemik. Penerbit Yandira Agung Medan. 2003. p: 1-5
P: 506-10
Study. P: 808-13
15. Bick RL, Baker WF. Clinical approach to the patient with thrombosis,
2002. p: 251-64
16. Wells PS et al. Evaluation of D-dimer in the diagnosis of suspected deep vein
17. Wintrobe MM, Greer JP, Foerster J, Lukens JN. Clinical hematology. 11th ed.
2002. P: 10218-24
20. Bennet ST, Lehman CM, Rodgers GM. Laboratory Hemostasis, A Practical
21. Barber M, Langhorne P, Rumley A, Lowe G, Stott DJ. D-dimer predicts early
22. Kosinki CM, Mull M, Schwarz M, Koch B, Biniek R. Do normal D-dimer level
For The Early Diagnosis of Ischemic Stroke Subtype. Arch Intern Med. 2002.
p: 2589-93
25. Park YW, Koh EJ, Choi HY. Correlation between serum D-dimer level and
P: 141-150
27. SI Unit. Tabel konversi Sistem Satuan SI-Konvensional & Nilai Rujukan
http://www.science.mcmaster.ca/Biolgy/4s03/ART.HTM
31. Marcovina SM, Koschinsky ML. Lipoprotein (a): Structure, Measurement and
1999. p: 115-26
38. Mallika V et al. Atherosclerosis patophysiology and the role of novel risk
40. Hinton R. Thrombosis and cerebrovascular disease, Med clin. N amer. 1998:
(3) : 523
stroke. In: Knollmann F, Coakley FV, sditors. Multislice CT: principles and
31
43. Wang AM, Lin CJ, Rumbaugh CL. What is expected of CT in the evaluation of
haemostasis
46. Mosesson MW. Fibrinogen and fibrin polymerization: the binding events that
47. Adam SS, Key NS, Greenberg CS. D-dimer antigen: current concepts and
48. Lewis SM, Bain BJ, Bates I. Dacie and Lewis practical haematology. Tenth
54. Runtuwene T. Nilai kemaknaan kadar lipoprotein (a) pada penderita stroke
2011.
Stroke. p: 965-9
58. Van Kooten F, Van Krimpen J, Dippel DW, Hoogerbruge N, Koustal PJ. 1996.
Neurology. p: 513-5
61. Santrock JW. Life span development:international edition (8th ed). New
1991. p:1493-1502
63. Wilkerson WR, Sane DC. Aging and thrombosis. Sermin thromb haemost.
2002. p:555-68
fifteen risk factors and progressing ischemic stroke in the Han population of
67. Litchman MA, Beutler E, Kipps TJ, Seligshon U, Kaushansky K, Pichal JT,
STATUS PASIEN
Data Pribadi
Nama :.....................................................................................
Umur :.......................tahun MR:..........................
Jenis Kelamin : Pr Lk
Alamat :.....................................................................................
Suku Bangsa :.....................................................................................
Pekerjaan :.....................................................................................
Anamnesa
Keluhan Utama :.....................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
RPT :.....................................................................................
RPO :.....................................................................................
Riw. Keluarga :.....................................................................................
Pemeriksaan Fisik
Tekanan Darah :...........mmHg Temperatur :...........°C
Heart Rate :............x/mnt Respirasi Rate : ..........x/mnt
Pemeriksaan Laboratorium
D-dimer : .................... ng/ml
IDENTITAS
Medan
Keluarga
PENDIDIKAN
PERKUMPULAN PROFESI
1. Anggota IDI
4. The 8th National Congress The 12th Annual Scientific Meeting Indonesian
Yogyakarta 2013
5. Peserta Presentasi Makalah Bebas dalam KONAS VIII-PIT XII 2013 PDS
PELATIHAN/WORKSHOP
5. Mean platelet volume in patients with slow coronary flow and its relationship
TULISAN
1. Elektroforesis Kapiler
HIV/AIDS
7. Pankreatitis Akut
9. Hepatitis Autoimun