Anda di halaman 1dari 87

KADAR D-DIMER PLASMA SEBAGAI PARAMETER

DIAGNOSTIK PADA STROKE ISKEMIK AKUT DI RSUP H.

ADAM MALIK MEDAN

TESIS

YESSI MAYKE

107111015 / PK

PROGRAM MAGISTER KLINIK - SPESIALIS ILMU PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/ RSUP H.
ADAM MALIK MEDAN
2013

Ubiversitas Sumatera Utara


KADAR D-DIMER PLASMA SEBAGAI PARAMETER DIAGNOSTIK

PADA STROKE ISKEMIK AKUT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TESIS

Untukmemperolehgelar Magister KedokteranKlinik di Bidang

Ilmu PatologiKlinik / M. Ked (Clin.Path) padaFakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

YESSI MAYKE

107111015 / PK

PROGRAM MAGISTER KLINIK - SPESIALIS ILMU PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA/ RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN
2013

Ubiversitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : Kadar D-dimer Plasma Sebagai Parameter

Diagnostik Pada Stroke Iskemik Akut di

RSUP.H.Adam Malik Medan.

Nama Mahasiswa : dr. Yessi Mayke

Nomor Induk Mahasiswa : 10700015

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Patologi Klinik

Menyetujui

Komisi Pembimbing :

Prof.dr.Adi Koesoema Aman, SpPk-KH


Pembimbing I

Dr.Yuneldi Anwar, SpS(K)


Pembimbing II

Disahkan Oleh :

Ketua Departemen Patologi Klinik Ketua Program Studi Departemen


FK-USU/RSUP H.Adam malik Medan Patologi Klinik FK-USU/
RSUP H.Adam malik Medan

Prof.dr.Adi Koesoema Aman,SpPK-KH Prof.DR.dr.Ratna Akbari Ganie, SpPK-KH


NIP. 194910111979011001 NIP. 19487111979032001

Ubiversitas Sumatera Utara


Telah diuji pada

Tanggal : 17 Oktober 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.dr.Adi Koesoema Aman,SpPK-KH (...................)

Anggota : 1. Prof .DR.dr.Ratna Akbari Ganie,SpPK-KH (...................)

2. dr.Yuneldi Anwar,SpS(K) (...................)

3. Prof.dr.Burhanuddin Nasution,SpPK-KN (...................)

4. Prof.dr.Herman Hariman,PhD,SpPK-KH (...................)

5. dr.Ricke Loesnihari,Mked-ClinPath,SpPK-K (...................)

Tanggal Lulus : 17 Oktober 2013

Ubiversitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena

kasih karunia-Nya saya dapat mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis

Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan dapat

menyelesaikan karya tulis (tesis) yang berjudul Kadar D-dimer Plasma Sebagai

Parameter Diagnostik Pada Stroke Iskemik Akut di RSUP.H.Adam Malik Medan.

Selama saya mengikuti pendidikan dan proses penyelesaian penelitian untuk

karya tulis ini, saya telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan dan

pengarahan serta dorongan baik moril dan materil dari berbagai pihak sehingga

saya dapat menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini. Untuk itu perkenankanlah

saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang tiada terhingga kepada :

1. Yth,Prof. dr. Adi Koesoema Aman, SpPK-KH, FISHsebagai pembimbing dan

sebagai Ketua Departemen Patologi Klinik yang telah banyak memberikan

bimbingan, petunjuk, pengarahan, bantuan dan dorongan selama dalam

pendidikan dan proses penyusunan, sampai selesainya tesis ini serta

memberikan kesempatan kepada saya sebagai peserta Program Pendidikan

Dokter Spesialis Patologi Klinik juga beliau telah banyak membimbing,

mengarahkan dan memotivasi saya sejak awal pendidikan sampai selesai..

2. Yth,Prof.DR.dr Ratna Akbari Ganie, SpPK-KH, FISH sebagai Ketua Program

Studi di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. Dimana beliau telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan

masukan selama saya mulai pendidikan sampai menyelesaikan penulisan tesis

ini.

Ubiversitas Sumatera Utara


3. Yth, dr. Yuneldi Anwar,SpS(K), pembimbing II dari Departmen Penyakit Saraf

FK-USU/RSUP H Adam Malik Medan, yang sudah memberikan banyak

bimbingan, petunjuk, pengarahan dan bantuan mulai dari penyusunan proposal,

selama dilaksanakan penelitian sampai selesainya tesis ini.

4. Yth, Prof. dr. Herman Hariman, PhD, SpPK-KH, FISH, selakuSekretaris

Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

yang memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan selama saya mulai

pendidikan sampai menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Yth, dr. Ricke Loesnihari SpPK-K,selakuSekretaris Program Studi di

Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi sejak awal

pendidikan dan menyelesaikannya.

6. Yth, Prof. dr. Burhanuddin Nasution, SpPK-KN, yang banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan selama pendidikan dan menyelesaikan penulisan

tesis ini

7. Yth,dr. Muzahar, DMM, SpPK-K, dr. Zulfikar Lubis, SpPK-K, dr. Tapisari

Tambunan, SpPK-KH, dr. Ozar Sanuddin SpPK-K dan dr Nelly Elfrida SpPK,

semuanya guru-guru saya yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan

selama saya mengikuti pendidikan Spesialis Patologi Klinik dan selama

penyelesaian tesis ini.

8. Yth,Drs. AbdulJalil Amri Arma,MKes, yang telah memberikan bimbingan,

arahan dan bimbingan di bidang statistik selama saya memulai penelitian

sampai selesainya tesis saya, terimakasih banyak saya ucapkan.

9. Yth, seluruh teman sejawat PPDS Patologi Klinik FK-USU/RSUP H. Adam Malik

Medan, para analis dan pegawai, serta semua pihak yang tidak dapat saya

Ubiversitas Sumatera Utara


sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik

selama saya mengikuti pendidikan.

10. Hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Rektor Universitas Sumatera Utara,

Direktur rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik yang telah memberikan

kesempatan dan menerima saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter

Spesialis Patologi Klinik.

11. Terimakasih serta cinta yang tak terhingga saya sampaikan kepada ayahanda

Diamad Marbun dan ibundaAsminah Situmorang yang telah membesarkan,

mendidik serta memberikan dorongan moril dan materil serta cintanya kepada

ananda selama ini. Selain itu terima kasih juga saya ucapkan untuk bapak

mertua saya Drs. Lumian Tambunandan ibu mertua Tiamsa Situmorang,

terima kasih atas dukungannya selama saya menjalani pendidikan

12. Akhirnya Terima kasih yang tiada terhingga saya sampaikan kepada suami

tercinta Kapten Ckm dr.Mario BP Tambunanyang telah mendampingi saya

dengan penuh pengertian, perhatian, memberikan motivasi dan pengorbanan

selama saya mengikuti pendidikan sampai saya dapat menyelesaikan pendidikan

ini. Juga untuk anak-anakku terkasih Regina Ezra Marcie Tambunan dan

Reagen HarrisonEfraim Tambunanyang selalu menjadi penyejuk hati dalam

suka dan duka. Terimakasih untuk doa dan peluk cium kalian yang memberi

semangat. Semoga kita sekeluarga senantiasa hidup dalam anugerah kasih

Tuhan Yesus Kristus.

13. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada saudara kandung saya :

dr.Lee Carlo Millano, Eveline Erlinda Amd, Vonni Erawati SE yang

Ubiversitas Sumatera Utara


senantiasa memberikan dukungan buat saya. Demikian juga kepada seluruh

keluarga besar yang dengan iklas membantu, mendukung dan memotivasi saya.

Kepada berbagai pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Ijinkan saya

menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang terkait atas segala

kekurangan dan kesalahan selama saya mengikuti pendidikan Dokter Spesialis

Patologi Klinik dan dalam penulisan tesis ini.

Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua, memberikan

sumbangan yang berharga bagi perkembangan dunia ilmu kedokteran. Semoga

Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua.

Medan, Oktober 2013

Penulis,

(dr. Yessi Mayke)

Ubiversitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................... i

DaftarIsi ....................................................................................... v

DaftarTabel ................................................................................. viii

Daftar Gambar ............................................................................ ix

Daftar Lampiran........................................................................... x

Daftar Singkatan ........................................................................... xi

Abstrak .......................................................................................... xii

Abstrack ......................................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang............................................................... 1

1.2. RumusanMasalah......................................................... 7

1.3. HipotesaPenelitian .................................................. ..... 7

1.4. TujuanPenelitian........................................................... 7

1.4.1. TujuanUmum................................................. ..... 7

1.4.2. TujuanKhusus.................................................... 7

1.5. ManfaatPenelitian........................................................ 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stroke Iskemik............................................................. 9

2.1.1. Defenisi............................................................. 9

2.1.2. Epidemiologi...................................................... 10

2.1.3. Patofisiologi........................................................11

2.1.4. Faktor Risiko................................................... 15

Ubiversitas Sumatera Utara


2.1.5. Klasifikasi........................................................ 16

2.1.6.Diagnosis.......................................................... 18

2.2. D-dimer...................................................................... 22

2.2.1. Definisi............................................................. 22

2.2.2. Struktur dan Sintesis......................................... 22

2.2.3. Peran Pemeriksaan D-dimer............................. 25

2.2.4. Metoda Pemeriksaan........................................ 26

2.2.5. Bahan Pemeriksaan........................................ 28

2.2.6. Interpretasi Hasil D-dimer.................................. 28

2.2.7. Faktor Interferensi............................................ 29

2.3. Hubungan D-dimer dengan Stroke Iskemik................ 29

2.4. Kerangka Konsep....................................................... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metoda Penelitian..................................................... 32

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian.................................... 32

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian.................................32

3.4. Sampel Penelitian.......................................................32

3.4.1. Cara Pengambilan Sampel Penelitian............ 32

3.4.2. Besar Sampel.................................................. 33

3.5. Kriteria Penelitian........................................................33

3.5.1. Kriteria Inklusi.................................................. 33

3.5.2. Kriteria Ekslusi................................................. 33

3.6. Ethical Clearance....................................................... 33

3.7. Cara Kerja................................................................. 34

Ubiversitas Sumatera Utara


3.7.1. Pengambilan Sampel..................................... 34

3.7.2. Pemeriksaan Kadar D-dimer........................... 35

3.7.3. Prosedur Kalibrasi Pemeriksaan Kadar

D-dimer.............................................................................. 37

3.7.4. Pemantapan Kualitas...................................... 41

3.8. Batasan Operasional................................................ 42

3.9. Analisis Data Statistik................................................ 44

3.10. Kerangka Kerja.........................................................46

BAB IV. HASIL .................................................................................47

BAB V. PEMBAHASAN................................................................... 51

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................56

BAB VII. RINGKASAN......................................................................57

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 60

Ubiversitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbandingan Pemeriksaan Kadar D-dimer ………………….. 26

Tabel 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar D-dimer………….. 29

Tabel 3.1 Hasil Kalibrasi D-dimer ………………………………………….. 41

Tabel 3.2 Hasil Kontrol Kualitas D-Dimer………………………………..... 42

Tabel 4.1 Krakteristik Umum Variabel Penelitian…………………………. 48

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian dan Rerata

Kadar D-dimer……………………………………………………..49

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar D-dimer dan Gambaran CT-

Scan…………………………………………………………………49

Tabel 4.4 Hasil Uji Diagnostik D-dimer terhadap CT-Scan……………….50

Ubiversitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. FormasiSelBusa ..................................................... 13

Gambar 2.2. TrombusPadaPembuluhDarah ............................... 15

Gambar 2.3. Struktur Fibrinogen ................................................. 23

Gambar 2.4. SkemaPembentukan D-dimer................................. 25

Gambar 2.5. Prosedur Pemeriksaan Dimex Jr ............................ 28

Gambar 3.1. Cara Pemeriksaan D-dimer .................................... 37

Ubiversitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 2 Data Pasien

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 4 Ethical Clearance

Lampiran 5 Data Penelitian

Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup

Ubiversitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

Yastroki : Yayasan Stroke Indonesia

CT-Scan : Computed Tomography Scanning

ELISA : Enzym Linked Immunosorbent Assay

LDL : Low Density Lipoprotein

MRI : Magnetic Resonance Imaging

PT : Protrombin Time

aPTT : Activated Parcial Tromboplastin Time

DD : D-dimer

Gp Ib : Glikoprotein Ib

PAI-1 : Plasminogen Activator Inhibitor -1

IL-6 : Interleukin-6

TNF-α : Tumor Necroting Factor α

CRP : C-reactive protein

Apo B : Apoliprotein B

LDL-c : Low Density Lipoprotein-c

HDL-c : High Density Lipoprotein-c

VCAM-1 : Vascular Cell Adhesion Molecule-1

WBA : Whole Blood Agglutination

TECAL : TECO Calibrasi

Ubiversitas Sumatera Utara


ABSTRAK

KADAR D-DIMER PLASMA SEBAGAI PARAMETER DIAGNOSTIK PADA


STROKE ISKEMIK AKUT DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN

Yessi Mayke(1), Adi Koesoema Aman(1), Yuneldi Anwar(2)


1
Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan.
2
Departemen Ilmu Penyakit Syaraf, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan.

Latar Belakang : Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di
seluruh dunia. Di Indonesia, stroke menduduki peringkat ketiga setelah penyakit
jantung dan keganasan. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Diagnosis yang tepat
dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. CT-scan merupakan baku emas,
namun memiliki keterbatasan yaitu sulit mengenali tanda awal iskemik dalam 3-6
jam, mahal dan tidak dimiliki oleh semua rumah sakit. Akibat keterbatasan tersebut,
maka diperlukan petanda lain yang non invansif, sensitif, spesifik, lebih mudah dan
murah untuk mendeteksi adanya trombus yang merupakan penyebab stroke iskemik
yaitu D-dimer.
Tujuan : mengetahui nilai diagnostik kadar D-dimer plasma terhadap CT-scan pada
stroke iskemik akut.
Metoda : Penelitian dilakukan secara potong lintang. Sebanyak empat puluh pasien
yang memenuhi kriteria inklusi diambil dari Departemen Ilmu Penyakit Saraf dan
penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUP.H.Adam Malik / FK USU
Medan. Dilakukan pemeriksaan D-dimer dan CT-scan sebagai baku emas. Kadar D-
dimer plasma menggunakan metoda latex agglutination dengan cut-off point 500
ng/ml. Analisa statistik menggunakan tabel 2x2 untuk menentukan sensitivitas,
spesifisitas, positive predictive value, negative predictive value, prevalens dan
likelihood ratio.
Hasil : Didapatkan sensitivitas 77,7%, spesifisitas 53,8%, positive predictivevalue
77,7%, negative predictive value 53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive
1,74 dan likelihood ratio negative 0,43
Simpulan : Pemeriksaan kadar D-dimer plasma dapat digunakan sebagai exclusion
diagnostic pada stroke iskemik akut.
Kata kunci : Stroke iskemik akut, CT-scan, D-dimer

Ubiversitas Sumatera Utara


ABSTRACT

DIMER PLASMA LEVELS AS A DIAGNOSTIC PARAMETERS IN ACUTE


ISHEMIC STROKE IN RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN

Mayke Y(1), Aman AK(1), Anwar Y(2)


1
Department of Clinical Pathology, School of Medicine, University of Sumatera
Utara/H.Adam Malik Medan Hospital.
2
Department Of Neurology, School of Medicine, University of Sumatera
Utara/H.Adam Malik Medan Hospital.

Background : Stroke become a common cause of death and disability in the world.
In Indonesia, stroke ranks third after heart disease and malignancy. Ischemic stroke
is a clinical sign of brain dysfunction or tissue damage caused by lack of blood flow
to the brain that disrupt the blood and oxygen requirements in brain tissue. Prompt
diagnosis can reduce morbidity and mortality. CT-scan is the gold standard but it has
some limitations that difficult to recognize early sign of ischemia in 3-6 hours,
expensive and not shared by all hospitals. As a result of these limitations, it would
require another sign that non invansive, sensitive, specific, easier and cheaper to
detect the presence of thrombus which is the cause of ischemic stroke is D-dimer.
Objective : This studywas design to determine the diagnostic value of plasma levels
of D-dimer of the CT-scan in acute ishemic stroke.
Method : A cross-sectional study was conducted. Forty patients who met the
inclusion criteria were taken from The Neurology Department and research done at
the Department of Clinical Pathology RSUP.H.Adam Malik / FK USU Medan. D-
dimer examination and CT-scan as the gold standard. Plasma levels of D-dimer
using the latex agglutination method with a cut-off point of 500 ng/ml. Statistical
analysis using a 2x2 table to determine the sensitivity, specivicity, positive predictive
value, negative predictive value, prevalence and likelihood ratio.
Result : Obtained sensitivity 77,7%, specivificity 53,8%, positive predictive value
77,7%, negative predictive value 53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive
1,74 and likelihood ratio negative 0,43
Conclusion : The level plasma D-dimer can be used as an exclusion dignostic in
acute ischemic stroke.
Keywords : Ischemic stroke, CT-scan, D-dimer

Ubiversitas Sumatera Utara


ABSTRAK

KADAR D-DIMER PLASMA SEBAGAI PARAMETER DIAGNOSTIK PADA


STROKE ISKEMIK AKUT DI RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN

Yessi Mayke(1), Adi Koesoema Aman(1), Yuneldi Anwar(2)


1
Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan.
2
Departemen Ilmu Penyakit Syaraf, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP.H.Adam Malik Medan.

Latar Belakang : Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di
seluruh dunia. Di Indonesia, stroke menduduki peringkat ketiga setelah penyakit
jantung dan keganasan. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Diagnosis yang tepat
dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. CT-scan merupakan baku emas,
namun memiliki keterbatasan yaitu sulit mengenali tanda awal iskemik dalam 3-6
jam, mahal dan tidak dimiliki oleh semua rumah sakit. Akibat keterbatasan tersebut,
maka diperlukan petanda lain yang non invansif, sensitif, spesifik, lebih mudah dan
murah untuk mendeteksi adanya trombus yang merupakan penyebab stroke iskemik
yaitu D-dimer.
Tujuan : mengetahui nilai diagnostik kadar D-dimer plasma terhadap CT-scan pada
stroke iskemik akut.
Metoda : Penelitian dilakukan secara potong lintang. Sebanyak empat puluh pasien
yang memenuhi kriteria inklusi diambil dari Departemen Ilmu Penyakit Saraf dan
penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik RSUP.H.Adam Malik / FK USU
Medan. Dilakukan pemeriksaan D-dimer dan CT-scan sebagai baku emas. Kadar D-
dimer plasma menggunakan metoda latex agglutination dengan cut-off point 500
ng/ml. Analisa statistik menggunakan tabel 2x2 untuk menentukan sensitivitas,
spesifisitas, positive predictive value, negative predictive value, prevalens dan
likelihood ratio.
Hasil : Didapatkan sensitivitas 77,7%, spesifisitas 53,8%, positive predictivevalue
77,7%, negative predictive value 53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive
1,74 dan likelihood ratio negative 0,43
Simpulan : Pemeriksaan kadar D-dimer plasma dapat digunakan sebagai exclusion
diagnostic pada stroke iskemik akut.
Kata kunci : Stroke iskemik akut, CT-scan, D-dimer

Ubiversitas Sumatera Utara


ABSTRACT

DIMER PLASMA LEVELS AS A DIAGNOSTIC PARAMETERS IN ACUTE


ISHEMIC STROKE IN RSUP.H.ADAM MALIK MEDAN

Mayke Y(1), Aman AK(1), Anwar Y(2)


1
Department of Clinical Pathology, School of Medicine, University of Sumatera
Utara/H.Adam Malik Medan Hospital.
2
Department Of Neurology, School of Medicine, University of Sumatera
Utara/H.Adam Malik Medan Hospital.

Background : Stroke become a common cause of death and disability in the world.
In Indonesia, stroke ranks third after heart disease and malignancy. Ischemic stroke
is a clinical sign of brain dysfunction or tissue damage caused by lack of blood flow
to the brain that disrupt the blood and oxygen requirements in brain tissue. Prompt
diagnosis can reduce morbidity and mortality. CT-scan is the gold standard but it has
some limitations that difficult to recognize early sign of ischemia in 3-6 hours,
expensive and not shared by all hospitals. As a result of these limitations, it would
require another sign that non invansive, sensitive, specific, easier and cheaper to
detect the presence of thrombus which is the cause of ischemic stroke is D-dimer.
Objective : This studywas design to determine the diagnostic value of plasma levels
of D-dimer of the CT-scan in acute ishemic stroke.
Method : A cross-sectional study was conducted. Forty patients who met the
inclusion criteria were taken from The Neurology Department and research done at
the Department of Clinical Pathology RSUP.H.Adam Malik / FK USU Medan. D-
dimer examination and CT-scan as the gold standard. Plasma levels of D-dimer
using the latex agglutination method with a cut-off point of 500 ng/ml. Statistical
analysis using a 2x2 table to determine the sensitivity, specivicity, positive predictive
value, negative predictive value, prevalence and likelihood ratio.
Result : Obtained sensitivity 77,7%, specivificity 53,8%, positive predictive value
77,7%, negative predictive value 53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive
1,74 and likelihood ratio negative 0,43
Conclusion : The level plasma D-dimer can be used as an exclusion dignostic in
acute ischemic stroke.
Keywords : Ischemic stroke, CT-scan, D-dimer

Ubiversitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

dunia. Di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian peringkat ketiga dan

penyebab utama kecacatan berat jangka panjang. Sekitar 750.000 kasus stroke

terjadi pertahun dengan angka kematian lebih dari 150.000 kasus. Kecacatan yang

ditimbulkan oleh stroke dapat berupa kecacatan jangka panjang dimana lebih dari

40% penderita tidak dapat diharapkan untuk mandiri dalam aktifitas kesehariannya

dan 25% menjadi tidak dapat berjalan secara mandiri.1Menurut The GlobalBurden of

Disease Study, bila tidak segera diambil upaya preventif yang efektif, pada tahun

2020 stroke akan menjadi penyebab kematian utama baik di negara maju maupun

negara berkembang.2

Data di Indonesia, penyakit stroke menduduki posisi ketiga dari kelompok

penyakit degeneratif setelah penyakit jantung dan keganasan. Menurut survei tahun

2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di Rumah Sakit Pemerintah di

seluruh penjuru Indonesia.3Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan Riskesdas

tahun 2008, adalah mencapai 8,3 per 1.000 populasi di Indonesia. Dengan populasi

sekitar 211 juta jiwa berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia.

Menurut Yastroki, terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke

di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Dari jumlah total penderita stroke di

Indonesia sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat

ringan maupun berat. Pada tahun 2020 mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan

meninggal karena stroke.4,5

Ubiversitas Sumatera Utara


Berdasarkan data dari Departeman Neurologi FK USU/RSUP H.Adam Malik

Medan pada tahun 2011, dari seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap

bagian Neurologi sebanyak 661 orang dimana sebanyak 281 orang (43%)

diantaranya adalah stroke iskemik.6

Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak

yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan

darah dan oksigen di jaringan otak. Iskemik dapat disebabkan oleh tiga macam

mekanisme yaitu trombosis, emboli dan pengurangan perfusi sistemik umum.7

Diagnosis stroke iskemik didasarkan pada riwayat penyakit, anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan radiologis

dan laboratorium. Penentuan jenis stroke secara klinis biasanya dilakukan dengan

menggunakan beberapa sistem skoring, diantaranya dengan Siriraj Stroke Score.

Diagnosis awal kejadian stroke iskemik saat di UGD memungkinkan dimulainya

terapi yang intensif sehingga angka kecacatan, defisit neurologis akibat infark

jaringan otak dan angka kematian dapat dikurangi.8,9Diagnosis stroke iskemik untuk

mengetahui adanya lesi infark di otak dapat ditentukan dengan gold standard (baku

emas) menggunakan pemeriksaan CT-scan kepala, yang memiliki sensitivitas dan

spesifisitas yang tinggi.Akan tetapi di Indonesia alat CT-scan ini hanya terdapat di

kota-kota besar terutama di beberapa ibukota provinsi karena harga alat dan biaya

perawatannya yang mahal.10,11,12

Meski CT-scan menunjukkan gambaran stroke iskemik pada banyak pasien

dengan stroke sedang hingga berat yang diperiksa 2 hari setelah kejadian, tanda

awal iskemik dalam 3-6 jam sulit dikenali pada CT-scan, terlebih lagi banyak pasien

dengan stroke ringan tidak pernah menunjukkan gambaran infark yang tampak pada

pemeriksaan CT-scan. Selain itu pemeriksaan CT-scan juga mempunyai

Ubiversitas Sumatera Utara


keterbatasan lain yaitu tidak semua rumah sakit memiliki, mahal, ketergantungan

pada operator dan ahli radiologi, memiliki efek radiasi dan tidak untuk pemeriksaan

rutin skrining stroke iskemik. Adanya keterbatasan tersebut, maka diperlukan suatu

petanda lain yang bersifat non invansif, sensitif, spesifik, memiliki stabilitas tinggi,

lebih mudah dan murah untuk mendeteksi adanya trombus yang merupakan

penyebab adanya stroke iskemik.13,14,15,16

Tahun 1952, Ferry menjelaskan proses polimerisasi pembentukan fibrin yang

merupakan komposisi trombus. Maerde (1983) menemukan skema pemecahan

fibrin dimana fibrinogen diubah menjadi fragmen X dengan memindahkan ikatan C-

terminal pada 42 asam amino di rantai β, yang selanjutnya terpecah dan membentuk

fragmen Y, fragmen D dan fragmen E. Ikatan dimer antara satu fragmen E dan dua

fragmen D inilah yang selanjutnya dikenal dengan nama D-dimer.17,18

D-dimer adalah produk degradasi cross-linked yang merupakan hasil akhir

dari pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik.Pemeriksaan D-

dimer secara tidak langsung dapat dipakai untuk menilai adanya abnormalitas

kejadian trombotik, secara langsung dapat menilai adanya proses fibrinolisis.19,20

Fibrinolisis adalah proses penghancuran deposit fibrin oleh sistem fibrinolitik

sehingga aliran darah akan terbuka kembali. Sistem fibrinolitik adalah sistem enzim

multikomponen yang menghasilkan pembentukan enzim aktif plasmin. Plasmin

merupakan enzim fibrinolitik utama yang berfungsi memecah fibrinogen dan fibrin

yang menghasilkan bermacam-macam produk degenerasi fibrinogen

(FibrinDegradation Product / FDP). Jika plasmin melisiskan unsoluble fibrin, maka

akan meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang terlarut. Fibrin

degradationproduct yang dihasilkan berupa fragmen X, Y, D dan E. Dua fragmen D

dan satu fragmen E akan berikatan dengan kuat membentuk D-dimer. D-dimer

Ubiversitas Sumatera Utara


adalah salah satu fase reaktan akut pada fungsi hemostasis. Pada fase akut stroke

iskemik terjadi perubahan jaringan otak, neurotransmiter, biomolekular (imunologik),

sejumlah produk metabolit yang merusak, radikal bebas yang menyebabkan jaringan

otak terganggu. Proses peradangan yang dominan pada stroke iskemik akut

berlangsung pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah serangan stroke.20

D-dimer diperkirakan dapat menurunkan jumlah pemeriksaan stroke iskemik

dengan CT-scan atau pencitraan yang lain sehingga menurunkan biaya

perawatan.Banyak penelitian dilakukan untuk melihat peningkatan kadar D-dimer

yang dapat digunakan untuk diagnosis, prediktor perkembangan, stratifikasi risiko,

prognosis dan pemantauan terapi penderita stroke iskemik dengan obat-obat

antikoagulan dan trombolisis.18,21,22

Penelitian yang dilakukan oleh Ustundag dkk terhadap 91 pasien stroke

iskemik akut, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara peningkatan

kadar D-dimer dengan mortalitas dan perburukan neurologi / neurologicaldisability.

Kadar D-dimer yang meningkat tiga kali dari nilai normal dapat meningkatkan

mortalitas pasien stroke iskemik (1,39 ± 1,36 ng/ml vs 4,50 ± 2,80 ng/ml ; p=0,003).

Dijumpai pula kadar D-dimer yang meningkat tiga kali dari nilai normal pada pasien

stroke iskemik dengan perburukan neurologi yang berat (2,85 ± 1,69 ng/ml ;

p=0,000).23

Barber dkk mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang kuat pada

pengukuran kadar D-dimer dalam menilai progresifitas stroke iskemik dengan

menggunakantiga metoda yang berbeda yaitu metoda Elisa, metoda automated

latex particel base immunoassay dan metoda automated enzyme linked fluorescent

assay. Dengan menggunakan metoda automated latex particel base immunoassay

dijumpai peningkatan kadar D-dimer pada stroke iskemik yang progresif

Ubiversitas Sumatera Utara


dibandingkan non progresif (597 ng/ml vs 348 ng/ml ; p<0,05). Begitujuga dengan

metoda automated enzyme linked fluorescentassaydijumpai peningkatan kadar D-

dimer pada stroke iskemik yang progresif dibandingkan non progresif (863 ng/ml vs

407 ng/ml ; p<0,05). Stroke iskemik yang berkembang secara progresif berhubungan

dengan tingginya angka kesakitan dan angka kematian.21

Agenodkk, mengungkapkan bahwa pemeriksaan kadar D-dimer dapat

digunakan untuk penilaian awal subtipe stroke iskemik apakah kardioemboli atau

non kardioemboli. Dengan cut-off point200 ng/ml didapatkan sensitivitas 59,3%,

spesifisitas 93,2% dalam menentukan stroke iskemik lakunar. Sedangkan dengan

cut-off point500 ng/ml didapatkan sensitivitas 61,32%, spesifisitas 96,2% dalam

menentukan stroke iskemik kardioemboli.24

Hasil penelitian Park dkkmenunjukkan terdapat korelasi positif antara

peningkatan D-dimer dengan volume infark pada CT-scan. Terdapat perbedaan

kadar D-dimer antara fokal infark, multipel emboli infark, volume infark 1-19cc, 20-

49cc, 50-199cc dan > 200cc (215,3 μg/l vs 385,7 μg/l vs 566,2 μg/l vs 668,8 μg/l vs

702 μg/l vs 844,0 μg/l).25

Pemeriksaan D-dimer saat ini dilakukan dengan metoda latex

agglutinationdan prinsip immunoturbidimetri dimana memiliki sensitivitas dan

spesifisitas yang sangat baik untuk mendeteksi kadar D-dimer. Nilai cut offD-dimer

dengan metoda ini adalah 500 ng/ml.26,27

Namun demikian belum banyak penelitian dilakukan di Indonesia, khususnya

di Medan, sehingga peneliti ingin mengetahui kadar D-dimer plasma sebagai alat

diagnostik untuk mendiagnosa stroke iskemik akut. Uji diagnostik yang dilakukan

akan mendapatkan hasil berupa sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value,

negativepredictive value, prevalens dan likelihood ratio.

Ubiversitas Sumatera Utara


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Berapakah nilai diagnostik pemeriksaan kadar D-dimer terhadap CT-scan pada

stroke iskemik akut ?

1.3. Hipotesa Penelitian

Kadar D-dimer plasma ≥ 500 ng/ml adalah diagnosa untuk stroke i skemik

akut.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Menentukan nilai diagnostik pemeriksaan kadar D-dimer pada diagnosis

stroke iskemik akut.

1.4.2. Tujuan Khusus

• Mengukur sensitivitas pemeriksaan D-dimer terhadap CT-scan

• Mengukur spesifisitas pemeriksaan D-dimer terhadap CT-scan

• Menentukan Positive Predictive Value(PPV)pemeriksaan D-dimer terhadap

CT-scan

• Menentukan Negative Predictive Value(NPV) pemeriksaan D-dimer terhadap

CT-scan

• Menentukan prevalens stroke iskemik

• Menentukan likelihood ratio pemeriksaan D-dimer

Ubiversitas Sumatera Utara


1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi:

• Klinisi tentang pemeriksaan non invansif yang lebih mudah dan murah

sebagai parameter diagnosis stroke iskemik sehingga dapat dilakukan

penanganan yang lebih cepat dan tepat untuk mengurangi morbiditas dan

mortalitas.

• Dapat dipergunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya

Ubiversitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Stroke Iskemik

2.1.1. Definisi

Menurut kriteria WHO tahun 1995, stroke didefinisikan sebagaigangguan

fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal

maupul global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, atau dapat menimbulkan

kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Menurut Caplan,

stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang

disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah

dan oksigen di jaringan otak. Iskemik dapat disebabkan oleh tiga macam mekanisme

yaitu trombosis, emboli dan pengurangan perfusi sistemik umum.Trombosis adalah

obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses oklusi pada satu pembuluh darah

lokal atau lebih. Emboli adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem

vaskular dan tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade

aliran darah. Pengurangan perfusi sistemik bisa mengakibatkan iskemik karena

kegagalan pompa jantung atau proses perdarahan atau hipovolemik.7,10

2.1.2. Epidemiologi

Di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian peringkat ketiga dan

penyebab utama kecacatan berat jangka panjang. Sekitar 750.000 kasus stroke

terjadi pertahun dengan angka kematian lebih dari 150.000 kasus. Kecacatan yang

ditimbulkan oleh stroke dapat berupa kecacatan jangka panjang dimana lebih dari

Ubiversitas Sumatera Utara


40% penderita tidak dapat diharapkan untuk mandiri dalam aktifitas kesehariannya

dan 25% menjadi tidak dapat berjalan secara mandiri.1

Data di Indonesia, penyakit stroke menduduki posisi ketiga dari kelompok

penyakit degeneratif setelah penyakit jantung dan keganasan. Menurut survei tahun

2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di Rumah Sakit Pemerintah di

seluruh penjuru Indonesia.3Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan Riskesdas

tahun 2008 adalah delapan per seribu penduduk atau 0,8 persen.Menurut Yastroki,

terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia

dalam dasawarsa terakhir. Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia sekitar 2,5

persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun

berat. Pada 2020 mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena

stroke.4,5

Berdasarkan data dari Departeman Neurologi FK USU/RSUP H.Adam Malik

Medan pada tahun 2011, dari seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap

bagian Neurologi sebanyak 661 orang dimana sebanyak 281 orang (43%)

diantaranya adalah stroke iskemik.6

2.1.3.Patofisiologi Stroke Iskemik

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik, salah satunya

adalah aterosklerosis, dengan mekanisme trombosis yang menyumbat arteri besar

dan arteri kecil, dan juga melalui mekanisme emboli.

2.1.3.1 Aterosklerosis

Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani, athere berarti lemak, oma

berarti masa dan skleros berarti keras.28Pada aterosklerosis terjadi pengerasan

dinding arteri akibat penimbunan berbagai komponen termasuk lipid, kristal

Ubiversitas Sumatera Utara


kolesterol dan garam-garam kalsium yang mengakibatkan arteri menjadi kaku.

Proses ini pada akhirnya akan menyebabkan penyempitan lumen arteri.29

Menurut definisi WHO, aterosklerosis merupakan kombinasi dari perubahan

tunika arteri, yang meliputi penimbunan lemak dan karbohidrat, yang diikuti oleh

terbentuknya jaringan fibrosis, kalsifikasi dan disertai perubahan pada tunika media

arteri.30

Aterosklerosis bukanlah suatu penyakit yang berdiri sendiri, tetapi merupakan

suatu proses patogenesis terjadinya infark, baik secara serebral maupun miokard.

Aterosklerosis merupakan hasil interaksi yang kompleks dari berbagai faktor,

meliputi disfungsi endotel, perekrutan monosit, inflamasi, proliferasi sel otot polos,

akumulasi dan oksidasi lipid, nekrosis, kalsifikasi dan trombosis. Aterosklerosis itu

sendiri bukanlah suatu penyakit yang berbahaya, tetapi apabila plak aterosklerosis

rupturdan terjadi ketidakseimbangan antara faktor trombogenik dan mekanisme

proteksi maka dapat menyebabkan terjadinya trombosis.31,32,33

Kerusakan endotel menyebabkan perubahan permeabilitas endotel,

perubahan sel endotel atau perubahan hubungan antara sel endotel dengan jaringan

ikat di bawahnya. Sel endotel dapat terlepas sehingga terjadi hubungan langsung

antara komponen darah dengan dinding arteri. Kerusakan endotel akan

menyebabkan pelepasan growth factor yang akan merangsang masuknya monosit

ke lapisan intima pembuluh darah. Demikian pula halnya lipid akan masuk ke dalam

pembuluh darah melalui transport aktif dan pasif. Monosit pada dinding pembuluh

darah akan berubah menjadi makrofag oleh Macrophage Colony StimulatingFactor

(M-CSF), akan memfagosit kolesterol LDL, sehingga akan terbentuk sel busa“foam

sel”, yang akan menjadi fatty streak (prekusor plak aterosklerosis) dan selanjutnya

akan menjadi plak fibrosa. Aterosklerosis biasanya terjadi pada arteri-arteri dengan

Ubiversitas Sumatera Utara


aliran dan tekanan yang tinggi, seperti jantung, otak, ginjal dan aorta, khususnya

pada percabangan arteri. Ini disebabkan karena area tersebut sering terdapat

gangguan aliran darah sehingga mengurangi aktivitas molekul ateroprotektif endotel

seperti nitrit oksida (NO) dan menyebabkan ekspresi vascular cell adhesion

molecule-1 (VCAM-1).34,35,36

Gambar 2.1 Formasi Sel Busa(Dikutip dari : Osterud)36

Pada disfungsi endotel dan aterosklerosis terjadi inflamasi disertai adanya

tanda inflamasi antara lain IL-6, TNF-α, PAI-1 dan pada orang dengan obesitas

dapat terjadi resistensi insulin dan hipertensi. Terjadi kenaikan IL-6, TNF-α, LDL-C

serta penurunan HDL-C dan adiponektin. Inflamasi ini dapat menstimulasi hati untuk

mengeluarkan fibrinogen dan CRP, Apo B, trigliserida menimbulkan ateroma yang

Ubiversitas Sumatera Utara


dengan aktivasi trombosit dapat terjadi keadaan “protrombotic state” hingga

menimbulkan thrombus.34,35

2.1.3.2 Trombosis

Menurut Triad of Virchow’s, trombosis terjadi karena kumpulan kelainan 3

faktor, meliputi perubahan dinding pembuluh darah (disfungsi endotel), perubahan

aliran darah dan perubahan daya beku darah. Hilangnya sifat non-trombogenik

menyebabkan aktivasi trombosit dan sistem pembekuan darah yang menghasilkan

trombus. Trombus arteri biasanya berupa white thrombus yang terutama terdiri dari

trombosit. Faktor risiko trombosis arteri adalah berbagai kondisi yang menyebabkan

kerusakan endotel atau adanya kelainan trombosit. Bila ada kerusakan endotel,

jaringan subendotel akan terpapar dan menyebabkan sistem pembekuan darah

diaktifkan. Trombosit melekat pada jaringan subendotel terutama serat kolagen dan

membran basalis. Adhesi trombosit sangat tergantung pada protein plasma yang

disebut faktor von Willebrand’s (vWF) yang disintesis oleh endotel dan megakariosit.

Faktor ini berperan sebagai perantara trombosit dan jaringan subendotel.19,33

Dalam proses pembentukan trombus, fibrinogen akan berikatan dengan

trombosit yang beragregasi dengan perantaraan Gp IIb/IIIa, yaitu suatu senyawa

glikoprotein yang berfungsi untuk menghubungkan antara trombosit dan fibrinogen

yang akan menjadi benang-benang fibrin (fibrinmesh) oleh pengaruh trombin

sehingga terbentuklah trombus.19,33

Ubiversitas Sumatera Utara


Gambar 2.2. Trombus pada pembuluh darah (Dikutip dari : Ross)33

2.1.4. Faktor Risiko37,38

Dahulu digunakan istilah Cerebrovasculer Accident untuk menggambarkan

stroke, tetapi sekarang istilah tersebut tidak dipergunakan lagi karena stroke bukan

merupakan suatu “kecelakaan” melainkan suatu keadaan yang sudah dapat

diprediksi sebelumnya. Stroke merupakan tahapan klinis penyakit serebrovaskular

dengan berbagai faktor risiko. Sejumlah faktor risiko telah diidentifikasi dan dapat

dikelompokkan atas :

• Faktor risiko yang tidak dapat diubah

Termasuk didalamnya adalah : usia, jenis kelamin, keturunan, ras/suku

• Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Diantaranya : hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus,

hiperkolesterolemia, penyakit arteri karotis, merokok, konsumsi alkohol yang

banyak

Ubiversitas Sumatera Utara


• Faktor yang dalam taraf penyelidikan epidemiologi

Beberapa diantaranya adalah : inaktifitas fisik, obesitas, stress,

hiperhomosisteinemia, antibodi fosfolipid dan Lp (a)

2.1.5. Klasifikasi Stroke Iskemik13,39,40

Berdasarkan penelitian terdahulu dijelaskan bahwa untuk mendiagnosis dan

mendefinisikan subtipe stroke iskemik yang hanya berdasarkan gejala klinik

sangatlah sulit dan tidak akurat. Adams dkk (1993), kelompok TOAST (Trial ofOrg

10172 in Acute Stroke Treatment), mengklasifikasikan subtipe stroke iskemik

berdasarkan profil faktor risikonya, gambaran klinik, penemuan hasil CT-scan atau

MRI, dupleks imaging arteri ekstrakranial, arteriografi dan pemeriksaan laboratorium.

Klasifikasi TOAST ini mirip dengan klasifikasi yang dibuat oleh National Institute of

Neurological Disorder and Stroke (NINDS), stroke Data Bank, suatu penelitian

multisenter tentang etiologi stroke yang lebih awal dilakukan daripada TOAST

(Adams HP, 1993). Klasifikasi tersebut diuraikan sebagai berikut :

2.1.5.1.Large artery atherosclerosis (embolus / thrombosis)

Terdapat dua jenis stroke trombosis, yaitu 70% mengenai pembuluh darah

besar seperti arteri karotis interna, arteri vertebra dan sirkulus wilisi dan 30%

mengenai pembuluh darah kecil di dalam jaringan otak atau stroke lakunar.

Trombosis pada pembuluh darah besar, biasanya terbentuk pada plak aterosklerotik.

Aterosklerosis cenderung terjadi pada tempat penebalan intima, yang dianggap

merupakan adaptasi fisiologis terhadap stres mekanik. Penebalan intima yang difus

umumnya jinak tetapi penebalan intima yang eksentrik yang sering dijumpai pada

bifurkasio atau percabangan kemudian hari cenderung berkembang menjadi plak

aterosklerotik.

Ubiversitas Sumatera Utara


Bukti klinis adanya disfungsi kortikal, subkortikal, batang otak ataupun

serebelum dengan ditemukannya lebih dari 50% distribusi lesi atau oklusi pembuluh

darah intrakranial atau ekstrakranial dengan CT-Scan atau MRI pada infark lebih

dari 1,5 cm. Diagnosis ini tidak tepat jika pada pemeriksaan arterial tidak ditemukan

kelainan ataupun adanya pendukung baik dari perjalanan penyakit dan pemeriksaan

penunjang adanya diagnosis lain.

2.1.5.2. Cardioembolism (high risk / medium risk)

Emboli yang menyebabkan stroke dapat berasal dari jantung maupun arteri.

Stroke kardioemboli dapat disebabkan oleh atrial fibrilasi, infark miokard baru, katup

jantung prostetik, endokarditis, mural trombi dan kardiomiopati.

Bukti klinis adanya disfungsi kortikal, subkortikal, batang otak ataupun

serebelum dengan ditemukannya pada CT atau MRI lesion lebih dari 1,5 cm dan

ditemukannya salah satu resiko tinggi (contohnya atrial fibrillation atau katup jantung

mekanik) atau resiko sedang kelainan jantung (contohnya lone atrialfibrillation atau

patent foramen ovale) pada pemeriksaan diagnostik (electrocardiogram, rhytm strip,

monitoring jantung 24 jam, echocardiografi stransthoracic atau transesophageal).

2.1.5.3. Small-vessel occlusion (lakuner)

Bukti klinis sindrom lakuner (gangguan motorik murni, gangguan sensorik

murni, ataksia hemiparesis dan dysarthria clumsy hand) dengan hasil CT atau MRI

yang normal atau lesi kurang dari 1,5 cm pada area yang divaskularisasi arteri-arteri

perforantes kecil. Stroke lakunar merupakan suatu tipe stroke iskemik yang

berlangsung singkat dengan prognosis baik, meliputi 20% dari seluruh stroke

iskemik.

2.1.5.4. Stroke of other determined etiology

Ubiversitas Sumatera Utara


Stroke yang disebabkan oleh vaskulopati non aterosklerosis, gangguan

hiperkoagulasi, gangguan hematologi dan penyebab stroke yang jarang setelah

pemeriksaan diagnostik. Kategori lain harus disingkirkan.

2.1.5.5. Stroke of undetermined etiology (kryptogenik)

Diagnosis ini jika ada dua atau lebih etiologi stroke, setelah pemeriksaan

lengkap menghasilkan tidak ada sumber penyebab yang paling mungkin, atau

pasien menjalani pemeriksaan yang belum lengkap.

2.1.6.Diagnosis Stroke Iskemik

Untuk mendiagnosis kasus stroke, idealnya ditentukan dengan 2 alur yang

sejalan yaitu berdasarkan observasi klinis dari karakteristik sindroma dan perjalanan

penyakit, serta karakteristik patofisiologi dan mekanisme penyakit yang dikonfirmasi

dengan data-data patologis, laboratorium, elektrofisiologi, genetik atau radiologis.9

2.1.6.1. Siriraj Stroke Score

SSS = (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x vomitus) + (2 x nyeri kepala) + (0,1

x tekanan diastolik) – ( 3 x petanda ateroma) – 12

Bila skor > 1 perdarahan supratentorial

skor < 1 infark serebri

Dimana: Derajat kesadaran 0 = komposmentis

1 = somnolen

2 = sopor/koma

Vomitus 0 = tidak ada

1 = ada

Nyeri kepala 0 = tidak ada

1 = ada

Ateroma 0 = tidak ada

Ubiversitas Sumatera Utara


1 = salah satu atau lebih, diabetes,

angina, penyakit pembuluh darah

2.1.6.2 Pemeriksaan radiologis

CT-scan

CT-scan merupakan suatu alat penunjang diagnostik yang menggunakan

pencitraan sinar X dan memiliki kemampuan mendeteksi struktur otak dengan

sangat baik, dipakai pada kasus-kasus emergensidan menentukan tingkatan dalam

stroke. Pada kasus stroke, CT-scan dapat menentukan dan memisahkan antara

jaringan otak yang infark dan daerah penumbra.Pada stroke iskemik akan nampak

gambaran hipodens pada CT-scan, sedangkan stroke hemoragik akan nampak

gambaran hiperdens. Pada infark otak, pemeriksaan CT-scan mungkin tidak

memperlihatkan gambaran jelas jika dikerjakan pada hari-hari pertama, biasanya

tampak setelah 72 jam setelah serangan.41,42

Dengan adanya CT-scan, diagnosis stroke dapat lebih ditegakkan untuk

mengkonfirmasi yang sebelumnya ditegakkan secara klinis. Penelitian Wang

dkk(1998)terhadap 5042 pasien selama 2 tahun dengan pemeriksaan CT-scan

memperoleh hasil sebesar 19,8% dilakukan untuk konfirmasi dan evaluasi terhadap

kasus yang secara klinis diduga stroke. Dari pasien yang diduga secara klinis stroke

87% memang positif konfirmasi sebagai stroke. Dengan demikian CT-scan

merupakan standar baku emas untuk penegakan diagnosis stroke.43

Pemeriksaan CT-scan telah rutin digunakan untuk konfirmasi diagnostik

stroke (Rassmussen dkk,1992; Nakayama,1994). Akan tetapi, di Indonesia alat CT-

scan saat ini hanya terdapat di kota-kota besar terutama di beberapa ibukota

provinsi karena harga alat dan biaya perawatannya mahal.10,11

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Ubiversitas Sumatera Utara


Perdarahan atau infark di batang otak sangat sulit diidentifikasi, oleh karena

itu perlu dilakukan pemeriksaan MRI yang secara umum lebih sensitif dibandingkan

CT-scan. Namun kelemahan pemeriksaan MRI ini adalah prosedur pemeriksaan

yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai,

harga pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang

memakai alat pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran.41,42

2.1.6.3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada stroke akut meliputi beberapa

parameter yaitu pemeriksaan hematologi rutin, pemeriksaan kimia darah lengkap,

pemeriksaan hemostasis.19

Hematologi rutin memberikan data tentang kadar hemoglobin, hematokrit,

jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit serta morfologi sel darah. Trombositemia

meningkatkan kemungkinan terjadinya agregasi dan terbentuknya trombus.

Pemeriksaan kadar glukosa darah untuk mendeteksi adanya hipoglikemia maupun

hiperglikemia, karena pada kedua keadaan ini dapat dijumpai gejala neurologis.

Pemeriksaan elektrolit bertujuan mendeteksi adanya gangguan elektrolit baik untuk

natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium yang semuanya dapat

menyebabkan depresi susunan saraf pusat. Analisa gas darah juga perlu dilakukan,

karena hipoksia dan hiperkapnia juga dapat menyebabkan gangguan neurologis.

Pemeriksaan enzim jantung dikerjakan karena tidak jarang pasien stroke juga

mengalami infark miokard. Penyakit jantung iskemik dijumpai pada 20% pasien

dengan TIA dan stroke. PemeriksaanPT dan aPTT untuk menilai aktivitas koagulasi

serta monitoring terapi. Sedangkan D-dimer diperiksa untuk mengetahui aktivitas

fibrinolisis.19

Ubiversitas Sumatera Utara


2.2.D-dimer

2.2.1.Definisi

D-dimer adalah produk degradasi cross-linked yang merupakan hasil akhir

dari pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik. Sejak 1990, tes

D-dimer digunakan untuk pemeriksaan trombosis. Konsentrasi D-dimer plama dapat

mewakili indikasi fibrinolisis. Suatu hasil tes yang menunjukkan kadar D-dimer

dibawah nilai rujukan dapat mengesampingkan kecurigaan adanya trombus, namun

pada hasil yang menunjukkan keadaan D-dimer di atas nilai rujukan dapat menandai

adanya trombus namun tidak dapat menunjukkan lokasi kelainan dan menyingkirkan

etiologi-etiologi potensial lain.19,20

2.2.2.Struktur dan Sintesis D-dimer44,45,46,47

Dalam proses pembentukan bekuan normal, bekuan fibrin terbentuk pada

tahap terakhir proses koagulasi. Fibrin dihasilkan oleh aktivitas trombin yang

memecah fibrinogen menjadi fibrin monomer. Fibrinogen adalah glikoprotein dengan

berat molekul 340 kDa. Terdiri dari 3 pasang rantai polipeptida yang tidak identik dan

saling beranyaman yaitu 2 rantai Aα, 2Bβ, dan 2γ. Ketiga pasang rantai ini

dihubungkan oleh 29 ikatan disulfida pada bagian N terminal. Pasangan rantai Aα

dan Bβ memiliki fibrinopeptida berukuran kecil pada bagian terminal yang disebut

sebagai fibrinopeptida A dan B.

Ubiversitas Sumatera Utara


Gambar 2.3. Struktur Fibrinogen
(Dikutip dari : Practical Guide)44

Proses perubahan fibrinogen menjadi fibrin terdiri dari 3 tahap yaitu tahap

enzimatik, polimerisasi dan stabilisasi. Pada tahap enzimatik, melalui peranan

trombin yang merubah fibrinogen menjadi fibrin yang larut, selanjutnya dipecah

menjadi 2 fibrinopeptida A dan 2 fibrinopeptida B. Tahap polimerisasi, yang pertama

terjadi pelepasan fibrinopeptida A yang menyebabkan agregasi side to side

kemudian dilepaskan fibrinopeptida B yang akan mengadakan kontak dengan unit-

unit monomer lebih kuat sehingga menghasilkan bekuan yang tidak stabil. Tahap

selanjutnya adalah stabilisasi dimana ada penambahan trombin, faktor XIIIa dan ion

kalsium sehingga terbentuk unsoluble fibrin yang stabil.

Trombin menyebabkan aktivasi faktor XIII menjadi XIIIa yang berperan

sebagai transamidinase. Faktor XIIIa menyebabkan ikatan silang (cross-linked)

fibrin monomer yang saling berdekatan dengan membentuk ikatan kovalen yang

stabil (fibrin mesh). Rantai α dan γ berperan dalam pembentukan unsoluble fibrin

yang stabil.

Ubiversitas Sumatera Utara


Plasminogen yang secara normal terdapat dalam plasma akan diserap oleh

fibrin. Saat di dalam fibrin, plasminogen diubah oleh tissue-plasminogen activator (t-

PA) menjadi plasmin.

Plasmin merupakan enzim fibrinolitik utama yang berfungsi memecah

fibrinogen dan fibrin yang menghasilkan bermacam-macam produk degenerasi

fibrinogen (FibrinDegradation Product/FDP). Jika plasmin melisiskan unsoluble fibrin,

maka akan meningkatkan jumlah produk degradasi fibrin yang terlarut. Fibrin

degradationproduct yang dihasilkan berupa fragmen X, Y, D dan E. Dua fragmen D

dan satu fragmen E akan berikatan dengan kuat membentuk D-dimer. D-dimer

adalah salah satu fase reaktan akut pada fungsi hemostasis.

Ubiversitas Sumatera Utara


Gambar 2.4.Skema Pembentukan D-dimer (Dikutip dari : Adam SS)47

2.2.3.Peran Pemeriksaan D-dimer19,46

Pemeriksaan D-dimer secara tidak langsung dapat dipakai untuk menilai

adanya abnormalitas kejadian trombotik, secara langsung dapat menilai adanya

proses fibrinolisis, dan pemeriksaan tidak bersifat invansif. Hasil pemeriksaan kadar

D-dimer memiliki nilai sensitivitas dan negative predictive valueyang tinggi untuk dua

keadaan tersebut.

Indikasi pemeriksaan D-dimer yaitu disseminated intravascular coagulation

(DIC), deep vein thrombosis (DVT), pulmonary embolism (PE), venous dan

arterialthrombosis (VT dan AT), terapi antikoagulan dan trombolitik serta sebagai

parameter tambahan pada penyakit jantung koroner.

2.2.4.Metoda Pemeriksaan D-dimer

Prinsip pemeriksaan D-dimer adalah dengan menggunakan antibodi

monoklonal yang mengenali epitop pada fragmen D-dimer. Ada beberapa metoda

pemeriksaan yaitu Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA), Immunometric

Flow Through,Whole Blood Agglutination (WBA) dan Latex Agglutination (LA).19

Tabel 2.1 Perbandingan Pemeriksaan Kadar D-dimer


(Dikutip dari : Adam S)47

Ubiversitas Sumatera Utara


Metoda ELISA dianjurkan untuk dipakai sebagai baku emas pemeriksaan.

Sensitivitas dan negative predictive value untuk D-dimer berkisar 90%. Antibodi

dengan afinitas tinggi terhadap D-dimer dilapiskan pada suatu dinding atau microliter

well dan mengikat protein dalam plasma. Antibodi kedua ditambahkan dan jumlah

substansi berlabel yang terikat secara langsung sepadan dengan D-dimer yang

diukur.21,48

Metoda immunometric fow through, dimana plasma penderita yang

mengandung D-dimer diteteskan pada suatu membran yang dilapisi antibodi

monoklonal dan kemudian ditambahkan conjugat yang mengandung partikel

berwarna. Penentuan kadar D-dimer dilakukan dengan mengukur intensitas warna

yang dihasilkan.47,49

Pada metoda whole blood agglutination menggunakan bi-spesifik antibodi

yang mengenali epitop pada fragmen D-dimer dan sel darah merah. Sehingga

dengan adanya peningkatan kadar D-dimer maka akan terjadi aglutinasi.49

Pada metoda latex agglutination menggunakan antibodi yang dilapiskan pada

partikel latex. Metoda latex agglutination ini menggunakan prinsip

immunoturbidimetri, dimana dengan sinar intensive dapat menembus ke dalam

larutan yang keruh seperti suspensi latex yang digunakan dalam pengukuran D-

dimer. Partikel latex dilapisi dengan antibodi monoklonal spesifik terhadap D-dimer.

Jika dalam sampel terdapat antigen spesifik D-dimer, akan terbentuk suatu reaksi

antigen-antibodi, dan diukur pada panjang gelombang 660 nm. Konsentrasi D-dimer

dalam sampel sebanding dengan tingkat reaksi antigen-antibodi.48,50

Ubiversitas Sumatera Utara


Gambar 2.5.ProsedurPemeriksaanDimexJr
(Dikutip dari : PetunjukPenggunaanDimexJr)50

2.2.5.Bahan Pemeriksaan D-dimer

Sampel darah vena yang dimasukan ke dalam vacutainer plastik (BD

Vacutainer) berkapasitas volume 2,7ml yang mengandung natrium sitrat 3,2%

dengan kadar 0,109 M (9:1), dikirim tanpa perlakuan khusus. Sampel disentrifugasi

3500 rpm selama 15 menit untuk mendapatkan supernatan untuk dilakukan

pemeriksaan kadar D-dimer, atausupernatandapatdisimpanpadasuhu -

2000Cstabilsampai 1 bulan.49

2.2.6.Interpretasi hasil D-dimer

Hasil pemeriksaan kadar D-dimer secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan

ng/ml. Nilai cut off D-dimer dengan metoda latex agglutination500ng/ml.27 Kadar D-

dimer yang lebih dari nilai normal rujukan menunjukkan adanya produk degradasi

fibrin dalam kadar yang tinggi, mempunyai arti adanya pembentukan dan

pemecahan trombus dalam tubuh. Kadar D-dimer yang normal dapat digunakan

untuk menyingkirkan diagnosis banding gangguan pembekuan darah sebagai

penyebab dari gejala klinik yang ada.26

2.2.7. Faktor Interferensi51

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan D-dimer.

Ubiversitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kadar D-dimer
(Dikutip dari : Lippi G)51

2.3.Hubungan D-dimer dengan Stroke Iskemik Akut21,26

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar D-dimer meningkat pada fase

akut stroke iskemik. Stroke iskemik disebabkan oleh adanya sumbatan trombus atau

embolus pada vaskular otak. Trombus tersusun oleh fibrin bersama dengan

trombosit, Gp Ib, Gp IIb/IIIa, faktor von willebrand dan faktor jaringan (kolagen).

Adanya trombus yang menyumbat aliran darah membuat tubuh akan melakukan

homeostasis untuk menghancurkan trombus tersebut. D-dimer merupakan hasil

akhir pemecahan fibrin oleh plasmin. Jadi pemeriksaan D-dimer akan sangat

bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui adanya

Ubiversitas Sumatera Utara


pembentukan maupun pemecahan trombus. Hanya saja pemeriksaan D-dimer ini

tidak dapat menunjukkan lokasi terjadinya trombus.

Pada penelitian Smith, ditemukan bahwa fibrinogen, D-dimer, aktivitas PAI-1

dan faktor VIIa memiliki potensi peningkatan dalam memprediksi penyakit koroner

atau stroke iskemik pada pria paruh baya. Barber dalam penelitiannya menyatakan

bahwa kadar D-dimer yang diukur dengan 3 alat assay laboratorium komersial dapat

digunakan sebagai prediktor independent stroke iskemik. Dari hasil-hasil penelitian

tadi, sebagian besar menyiratkan D-dimer dapat menjadi suatu petanda trombosis

pada manusia.

Ubiversitas Sumatera Utara


2.4. KerangkaKonsep

Stroke Iskemik
Tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan
kurangnya aliran darah ke otak.

Gold Standard Stoke Iskemik :


“CT-Scan”

Keterbatasan CT-scan :
- Harga dan biaya
perawatannya mahal
- Sulit mengenali tanda awal
iskemik < 72 jam
- Ketergantungan pada
operator & ahli radiologi
- Efek radiasi
- Tidak untuk pemeriksaan
rutin skrining stroke iskemik

Ustundag dkk :
Hubungan yang kuat antara
peningkatan D-dimer dengan
Petanda lain yang non invansif, mortalitas & perburukan
sensitif, spesifik, stabilitas tinggi, neurologi
mudah dan murah untuk mendeteksi
adanya trombus :
“D-dimer”

Park dkk (Korea 2011) :


Korelasi positif antara
peningkatan kadar D-dimer
dengan volume infark pada
CT-scan

Ubiversitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Metoda Penelitian

Metoda penelitian dilakukan secara potong lintang.

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik dan bekerja sama dengan

Departemen NeurologiFakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP Haji

Adam Malik Medan.

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013 sampai dengan Oktober 2013.

Penelitian dihentikan bila jumlah sampel minimal tercapai atau waktu pengambilan

sampel telah mencapai tiga bulan.

3.3.Populasi dan SampelPenelitian

Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasiendengan gejala klinik stroke

iskemik akutyang datang di instalasi gawat daruratRSUP Haji Adam Malik Medan

mulai bulan Agustus-Oktober 2013.

3.4. Sampel Penelitian

3.4.1. Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif terhadap semua populasi

terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian.

Ubiversitas Sumatera Utara


3.4.2. Besar Sampel52,53

Untuk uji diagnostik digunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesa dengan

populasi tunggal :
2
�𝑍𝑍 ∝ �𝑃𝑃𝑃𝑃 (1−𝑃𝑃𝑃𝑃 )+𝑍𝑍 (1−𝛽𝛽 ) �𝑃𝑃𝑃𝑃 (1−𝑃𝑃𝑃𝑃 )�
(1− )
n ≥ 2
(𝑃𝑃𝑃𝑃 −𝑃𝑃𝑃𝑃 )2

𝑍𝑍(1−∝) = Deviatbaku Alpha untuk α = 0,05 1,96


2

𝑍𝑍(1−𝛽𝛽 ) = Deviatbaku Beta untuk β = 0,10 1,282

Po = Proporsi Stroke IskemikAkut = 0,436

Po – Pa = Beda proporsi yang bermakna di tetapkansebesar = 0,25

Pa = Perkiraanproporsistrokeiskemikakut yang diteliti = 0,68

n = Besar sampel

= 40

3.5. Kriteria Penelitian

3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Penderita yang secara klinis terbukti menderita stroke iskemik akut selama

< 1 minggu.

2. Bersedia ikut dalam penelitian.

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Mendapatkan terapi antikoagulant / trombolisis

2. Sepsis

3. Koma

Ubiversitas Sumatera Utara


3.6. Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical Clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan Nomor: 270/KOMET/FK

USU

Informed Concent diminta secara tertulis dari subjek penelitian atau diwakili

oleh keluarganya yang ikut bersedia dalam penelitian setelah mendapat penjelasan

mengenai maksud dan tujuan penelitian.

3.7. Cara Kerja

3.7.1. Pengambilan Sampel

1. Data penderita dikumpulkan dari catatan medik dan anamnesis.

Pengumpulan data dimulai dari pengumpulan data penderita dengan gejala

klinik stroke iskemik akut berdasarkan kriteria siriraj strokescore, yang masuk

ke instalasi gawat darurat

2. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel darah

sebelum dilakukan CT scan

3. Dilakukan tindakan flebotomi dari vena mediana cubiti sebanyak 3cc dan

dimasukkan ke dalam vacutainer(BD Vacutainer) berisi natrium sitrat 3,2%,

kadar 0,109 M (9:1). Tempat pungsi vena terlebih dahulu dilakukan tindakan

aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering sebelum dilakukan pungsi

4. Sampel darah yang didapat disentrifugasi 3500 rpm selama 15 menit untuk

mendapatkan supernatan, kemudian diperiksa kadar D-dimer dengan alat

Dimex Jr, menggunakan metoda latex agglutination, tehnik

immunoturbidimetri, dengan satuan ng/ml

Ubiversitas Sumatera Utara


5. Bila hasil CT scan didapatkan lesi atau gambaran infark pada jaringan otak,

maka dianggap menderita stroke iskemik, sedangkan bila hasil CT scan tidak

didapatkan lesi infark maka dianggap bukan stroke iskemik

6. Dilakukan pengolahan data dan uji diagnostik dari hasil yang didapatkan

3.7.2.Pemeriksaan Kadar D-dimer

3.7.2.1. Pra Analitik

Pasien : Tidak ada persiapan khusus

Sampel :

• Gunakan sampel plasma sitrat 3,2%

• Tabung penampung plasma sitrat harus terbuat dari plastik dan bertutup rapat

(centrifuge tube).

• Segera lakukan pemeriksaan, bila ditunda hanya dalam batas waktu ± 2 jam

setelah pengambilan pada suhu kamar

3.7.2.2. Analitik

Cara Kerja

Darah sitrat dengan perbandingan 9 : 1 segera di sentrifugasi selama 15

menit, dengan kecepatan 3500 rpm. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan metoda

latex agglutination dengan alat Dimex Jr.

Metoda : latex agglutination

Prinsip : immunoturbidimetri

Bahan : plasma sitrat

Reagensia

• Latex suspension 0,3%

• Reaction buffer

• Saline solution

Ubiversitas Sumatera Utara


Cara kerja :

1. Masukkan 25 μl plasma ke dalam kuvet

2. Tambahkan 100 μl Reaction Buffer

3. Inkubasi selama > 1 menit

4. Pindahkan kuvet ke “optic”, dan aktifkan “optic”

5. Masukkan 50 μl Latex yang sudah diinkubasi, kemudian aduk homogen. Alat

akan start otomatis dan hasil akan terbaca secara otomatis

Gambar 3. 1 Cara Pemeriksaan D-dimer


(Dikutip dari : Petunjuk Dimex Jr)50

3.7.2.3. Pasca Analitik

Interpretasi

Hasil pemeriksaan kadar D-dimer secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan

ng/ml, dengan nilai cut off500 ng/ml.27 Kadar D-dimer yang lebih dari nilai normal

rujukan menunjukkan adanya produk degradasi fibrin dalam kadar yang tinggi,

mempunyai arti adanya pembentukan dan pemecahan trombus dalam tubuh. Kadar

Ubiversitas Sumatera Utara


D-dimer yang normal dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding

gangguan pembekuan darah sebagai penyebab dari gejala klinik yang ada.

3.7.3.Prosedur Kalibrasi Pemeriksaan Kadar D-dimer

1. Nyalakan alat Dimex Jr, tunggu alat stabil dan lampu hijau menyala kemudian

pilih parameter pemeriksaan DD ( D-dimer )

2. Cek dan set ke default kurva kalibrasi DD pada alat Dimex Jr

Default adalah sebagai berikut

Standard mOD

1600 ng/ml 219 mOD

200 ng/ml 28 mOD

3. Inkubasi Latex selama 30 menit pada suhu 37°C pada inkubator reagen

Dimex Jr

4. Larutkan TECal DD, TEControl DD low dan TEControl DD high dengan

menggunakan aquabidest @ 1 ml

5. Diamkan hingga larut sempurna selama 5 menit, kemudian homogenkan di

atas mixer roller selama 10 menit hingga homogen, kemudian diamkan

selama 5 menit pada temperatur ruangan

6. Lakukan pengenceran terhadap TECal DD dengan menggunakan IBS buffer

sebagai berikut

Konsentrasi Te Cal IBS Buffer

Cal 1 1500 ng/ml 200 µl 200 µl

Cal 2 1 ng - -

Ubiversitas Sumatera Utara


7. Pipet 25 μl standar ke dalam kuvet dan tambahkan 100 μl Reaction Buffer,

kemudian diinkubasi selama 2 menit pada suhu 37°C. Sesudah 2 menit,

pindahkan kuvet ke “optic” dan tekan tanda “optic”

Pada display

8. Tambahkan 50 μl Latex yang sudah diinkubasi ke dalam kuvet tersebut

kemudian mix 3-5 kali secara perlahan, teratur dan mantap tanpa

menimbulkan busa.

9. Lakukan minimal duplo

10. Catat nilai mOD ( optical density ) yang di dapat dari pemeriksaan D-

dimer.Ambil nilai rata-rata mOD dari masing-masing pengenceran tersebut

11. Cara memasukan hasil standar kalibrasi pada kertas grafik :

a. Siapkan kertas grafik linear dan masukan nilai rata-rata mOD pada sumbu

Y dan konsentrasi pengenceran pada sumbu X. Masukkan nilai rata-rata

mOD sesuai konsentrasi masing-masing pengenceran

b. Kemudian tariklah garis untuk menghubungkan satu titik dengan titik yang

lain. Jika garis yang terbentuk linear maka nilai rata-rata duplo yang di

dapat boleh dimasukan ke dalam memori alat. Jika garis yang dihasilkan

tidak linear, maka pengujian harus di ulang hingga mendapatkan garis

yang linear.

Ubiversitas Sumatera Utara


Grafik 3.1 Grafik Kalibrasi D-dimer

250

absorbance (mOD) 200

150

100 Series1
Linear (Series1)
50

0
0 500 1000 1500 2000
Concentration (ng/ml)

12. Cara memasukkan data standar kalibrasi yang baru pada alat

a. Dari parameter DD tekan “MENU”

b. Masukkan nilai konsentrasi ( ng/ml ) standar 1599

c. Ambil nilai rata-rata mOD yang di dapat dari pengenceran standar 1599

kemudian masukkan nilai rata-rata mOD yang didapat ke memori DD alat

Dimex Jr (219)

d. Masukkan nilai konsentrasi ( ng/ml ) standar 1

e. Masukkan ke dalam memori alat Dimex Jr nilai mOD untuk konsentrasi 1

ng/ml = 1 mOD

13. Kerjakan kontrol low dan high untuk membuktikan kurva kalibrasi yang baru.

Nilai kontrol harus masuk dalam kontrol range yang tertera pada kit insert

Dimex Jr.

Ubiversitas Sumatera Utara


3.7.4.Pemantapan Mutu

Pemantapan mutu dilakukan untuk menjamin dan mendapatkan hasil

pemeriksaan yang baik. Sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu dilakukan

kalibrasi alat.

3.7.4.1. Kalibrasi Pemeriksaan Laboratorium

Kalibrasi pemeriksaan D-dimer dilakukan dengan menggunakan TECALDD

dengan Lot.No 98201720. Kalibrasi dilakukan setiap pemakaian reagen baru.

Tabel 3.1 Hasil Kalibrasi D-dimer

Kalibrator Konsentrasi(ng/ml) Absorbansi(mOD)

CAL 1 1599 218

CAL 2 1599 220

3.7.4.2. Kontrol Kualitas Pemeriksaan D-dimer

Kontrol kualitas pemeriksaan D-dimer menggunakan TEControl DDHigh

dengan Lot.No 97001721, TEControl DD Low dengan Lot.No 97011722. Nilai

konsentrasi kontrol harus masuk dalam range yang ditetapkan untuk menjamin

akurasi pemeriksaan D-dimer.

Tabel 3.2 Hasil KontrolKualitas D-dimer

No Tanggal Kelompok Kontrol Nilai Target Kontrol Low Nilai Target

Pemeriksaan Pemeriksaan High (ng/ml) (ng/ml) (ng/ml)

(ng/ml)

1. 02-08-2013 N= 8 778 726-1210 260 235-436

2. 15-08-2013 N= 6 810 726-1210 310 235-436

3. 04-09-2013 N= 10 800 726-1210 360 235-436

4. 19-09-2013 N=8 810 726-1210 425 235-436

5. 04-10-2013 N= 8 796 726-1210 400 235-436

Ubiversitas Sumatera Utara


3.8.Batasan Operasional

• Strok Iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang

disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan

darah dan oksigen di jaringan otak.7 Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala

dan tanda klinis serta dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT-scan kepala

sebagai gold standard.43

• CT-scan merupakan suatu alat penunjang diagnostik yang menggunakan

pencitraan sinar X dan memiliki kemampuan mendeteksi struktur otak dengan

sangat baik, dipakai pada kasus-kasus emergensi dan menentukan tingkatan

dalam stroke. Pada stroke iskemik akan nampak gambaran hipodens pada

CT-scan.41,42

• Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mulai serangan stroke

yang berlangsung sampai satu minggu.54

• D-dimer adalah konsentrasi D-dimer dalam plasma sitrat, yang diukur dengan

menggunakan Dimex Jr, dengan metoda latex agglutination, prinsip

immunoturbidimetri dan menggunakan reagen Reaction Buffer, Saline

Solution dan Latex suspension 0,3%.50Cut-off point D-dimer adalah 500

ng/ml.26,27

• Sensitivitas adalah kemampuan parameter pemeriksaan untuk mendeteksi

suatu penyakit. Sensitivitas merupakan proporsi subyek yang sakit dengan

hasil uji diagnostik positif (positif benar) dibandingkan seluruh subyek yang

sakit (positif benar+negatif semu). Pada tabel 2x2, sensitivitas = a : (a+c).53

• Spesifisitas adalah kemampuan parameter pemeriksaan untuk menentukan

bahwa subyek tidak sakit. Spesifisitas merupakan proporsi subyek sehat yang

memberikan hasil uji diagnostik negatif (negatif benar) dibandingkan dengan

Ubiversitas Sumatera Utara


seluruh subyek yang tidak sakit (negatif benar+positif semu). Pada tabel 2x2,

spesifisitas = d : (b+d).53

• Positive Predictive Value (PPV) adalah probabilitas seseorang benar-benar

menderita penyakit bila hasil uji diagnostiknya positif. PPV merupakan

perbandingan antara subyek dengan hasil uji positif benar dengan positif

benar+positif semu. Pada tabel 2x2, PPV = a : (a+b).53

• Negative Predictive Value (NPV) adalah probabilitas seseorang tidak

menderita penyakit bila hasil ujinya negatif. Pada tabel 2x2, NPV = d :(c+d).53

• Prevalens adalah proporsi kasus dalam suatu populasi pada suatu saat.53

• Likelihood Ratio adalah besarnya kemungkinan subyek yang sakit untuk

mendapatkan hasil uji diagnostik tertentu dibagi kemungkinan subyek tidak

sakit akan mendapat hasil yang sama.53

• Likelihood Ratio Positif adalah perbandingan antara proporsi subyek yang

sakit yang memberi hasil uji positif dengan proporsi subyek yang sehat yang

memberi hasil uji positif. Pada tabel 2x2, likelihood ratio positif = a/(a+c) :

b/(b+d) = sensitivitas : (1-spesifisitas).53

• Likelihood Ratio Negatif adalah perbandingan antara proporsi subyek yang

sakit dengan hasil uji negatif dengan subyek sehat yang memberi hasil uji

negatif. Pada tabel 2x2, likelihood rationegatif = c/(a+c) : d/(b+d) = (1-

sensitivitas) : spesifisitas.53

3.9. Analisis Data Statistik53

Data pemeriksaan kadar D-dimer dan CT-scan yang telah terkumpul

ditabulasi dan dimasukan ke dalam tabel 2 x 2 dimana jika mencapai angka di atas

batas yang ditentukan dimasukan ketegori positif dan di bawah batas yang

ditentukan masuk kategori negatif. Hasil positif benar dimasukkan dalam sel a, hasil

Ubiversitas Sumatera Utara


positif semu dalam sel b, hasil negatif semu dalam sel c dan hasil negatif benar

dalam sel d. Kemudian dilakukan perhitungan untuk mencari sensitivitas,

spesifisitas, PPV, NPV, prevalens danlikelihood ratio

PemeriksaanCT scan
(+) (-)
Kadar D-Dimer ≥ 500ng/ml (+) a b
< 500 ng/ml (-) c d

Kadar D-dimer plasma27


(+) : jika kadar D-dimer plasma ≥ 500 ng/ml

(-) : jika kadar D-dimer plasma < 500 ng/ml

Pemeriksaan CT-scan

(+) : jika didapatkan lesi infark hipodens

(-) : jika tidak didapatkan lesi infark hipodens atau terdapat gambaran selain

lesi infark hipodens

Rumus perhitungan :

• Sensitivitas =a:(a+c)

• Spesifisitas = d : ( b+ d )

• Positive predictive value =a:(a+b)

• Negative predictive value = d : ( c + d )

• Prevalens =(a+c):(a+b+c+d)

• Likehood ratio positive = sensitivitas : (1 – spesifisitas) =

a/(a+c) : b/(b+d)

• Likehood ratio negatif = (1 – sensitivita) : spesifisitas =

c/(a+c) : d/(b+d)

Ubiversitas Sumatera Utara


3.10.Kerangka Kerja

Penderita Stroke
IskemikAkut

Anamesa (Siriraj Stroke score)


PemeriksaanFisik

Eksklusi

Inklusi

PengambilanSampel

Brain CT-Scan Kadar D-Dimer

Hasil (+) Hasil (-) Hasil (+) Hasil (-)

Analisa Data
danPenyusunanLapo

Ubiversitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan nilai diagnostik kadar D-dimer

terhadap CT-scan pada stroke iskemik akut, yaitu dengan cara mengukur sensitivity,

spesifisity, Positive Predictive Value(PPV), Negative Predictive Value(NPV),

prevalens dan likelihood ratioCT-scan terhadap D-dimer. Penelitian dilakukan secara

cross sectional study di instalasi rawat inap Neurologi RSUP.H.Adam Malik Medan,

selama periode Agustus sampai Oktober 2013.

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, maka

didapatkan 40 pasien sebagai subjek penelitian, dengan jumlah laki-laki dan

perempuan masing-masing sebanyak 20 orang (50%). Terhadap subjek penelitian

dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

Ubiversitas Sumatera Utara


Hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Karakteristik Umum Variabel Penelitian

No Variabel Stroke Iskemik Akut


(n) (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 20 50,0
Perempuan 20 50,0
2. Kelompok Usia (Tahun)
< 40 7 17,5
40 – 49 7 17,5
50 – 59 7 17,5
60 – 69 13 32,5
> 70 6 15
3. Faktor Risiko
Hipertensi 25 62,5
Diabetes Mellitus 7 17,5
Dislipidemia 4 10,0
Hipertensi + DM 4 10,0
4. CT-scan
Positif 27 67,5
Negatif 13 32,5

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa proporsi jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan yang menderita stroke iskemik akut sama, yaitu masing-masing

sebanyak 20 orang (50%). Kelompok usia terbanyak yaitu usia 60-69 tahun (32,5%),

dengan rata-rata usia subjek penelitian adalah 56,80 ± 15,04.

Faktor risiko stroke pada penelitian ini antara lain hipertensi, DM dan

dislipidemia. Hipertensi merupakan faktor risiko terbanyak (62,5%). Berdasarkan

gambaran CT-scan, didapatkan subjek dengan hasil CT-scan positif sebanyak 27

orang (67,5%).

Ubiversitas Sumatera Utara


Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian dan Rerata Kadar
D-dimer
No Variabel Stroke Iskemik Akut Rerata ± SD P-value
(n) (%) (ng/ml)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 20 50 825,70 ± 786,95
Perempuan 20 50 1099,65 ± 1187,71 0,395

2. Kelompok Usia (Tahun)


< 40 7 17,5 426 ± 264,98
40 – 49 7 17,5 1288,86 ± 1681,82
50 – 59 7 17,5 1133,43 ± 1015,58 0,395
60 – 69 13 32,5 802,92 ± 593,05
> 70 6 15 1355,16 ± 1208,11
3. CT-scan
Positif 27 67,5 1113,19 ± 1095,54
Negatif 13 32,5 650,08 ± 720,70 0,175

Tabel 4.2 menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara

variabel jenis kelamin, usia, CT-scan dengan rerata D-dimer (nilai p>0,05).

Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kadar D-dimer dan Gambaran CT-scan

Kadar D-dimer Gambaran CT-Scan


Jumlah
(ng/ml) Positif Negatif
≥ 500 (positif) 21 (52,5%) 6 (15%) 27 (67,5)

< 500 (negatif) 6 (15%) 7 (17,5%) 13 (32,5%)

Jumlah 27 (67,5%) 13 (32,5%) 40 (100%)

Tabel 4.3 menunjukkan kadar D-dimer ≥ 500 ng/ml dengan CT -scan (+)

sebanyak 52,5%, kadar D-dimer ≥ 500 ng/ml dengan CT -scan (-) sebanyak 15%,

kadar D-dimer < 500 ng/ml dengan CT-scan (+) sebanyak 15% dan kadar D-dimer <

500 ng/ml dengan CT-scan (-) sebanyak 17,5%.

Ubiversitas Sumatera Utara


Tabel 4.4. Hasil Uji Diagnostik D-dimer terhadap CT-scan
Uji Diagnostik Hasil
Sensitivitas 77,7%
Spesifisitas 53,8%
Positive predictive value 77,7%
Negative predictive value 53,8%
Prevalens 67,5%
Likelihood ratio positive 1,74
Likelihood ratio negative 0,43

Hasil uji diagnostik yang didapatkan dari data penelitian ini sesuai dengan

data dan penelitian yang terdahulu dimana nilai sensitivitasnya lebih besar

dibandingkan nilai spesifisitasnya.

Ubiversitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan di RSUP.H.Adam Malik Medan selama kurun waktu

Agustus sampai Oktober 2013, didapatkan 40 subjek penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi, yaitu penderita stroke iskemik akut, dengan distribusi jenis kelamin

antara laki-laki dengan perempuan sama masing-masing 20 orang (50%), tabel 4.1.

Hal yang sama pernah dilaporkan oleh Bergey (2001) di Norwey. Hal yang berbeda

didapati pada penelitian Hirano (2011) di Jepang. Hal ini mungkin dapat terjadi

karena perbedaan kultur, gaya hidup, sosial dan ekonomi.55,56

Pada penelitian ini juga didapati kadar rerata D-dimer pada perempuan lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki [(1099,65 ± 1187,71) vs (825,70 ± 786,95)

ng/ml] tetapi secara statistik tidak berbeda bermakna (nilai p=0,395), tabel 4.2. Jenis

kelamin tidak mempengaruhi kadar D-dimer pada kejadian tromboemboli.19

Usia subjek pada penelitian ini 27 sampai 86 tahun, dengan nilai rerata 56,80

± 15,04. Sebaran usia terbanyak adalah pada kelompok usia 60-69 tahun (32,5%),

tabel 4.1. Hasil ini sama denganpenelitian yang dilakukan oleh Shintani (1992) di

Jepang57, Van Kooten (1996) di Belanda58 dan Runtewene(1996) di

Jakarta.54American HeartAssociationmengatakan bahwa insiden stroke iskemik

mulai rentang usia 55-64 tahun sebanyak 11% mengalami peningkatan seiring

dengan pertambahan usia.59Siregar F (2002) di Medan dengan desain case control

melaporkan bahwa usia berpengaruh terhadap terjadinya stroke iskemik, dimana

pada kelompok usia≥ 45 tahun risiko terkena stroke dengan OR 9,451 kali

dibandingkan usia < 45 tahun.60Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut

merupakan suatu rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau

Ubiversitas Sumatera Utara


penurunan fungsi tubuh, dimana subjek usia tua mengalami penurunan elastisitas

pembuluh darah.61

Pada penelitian ini juga didapatkan peningkatan kadar D-dimer pada usia

yang lebih tua (tabel 4.2).Tataru (1999) di Jerman menyatakan bahwa terjadi

peningkatan kadar D-dimer sebanyak 75% pada usia > 60 tahun dibandingkan usia

< 40.62 Beberapa teori menyatakan bahwa kejadian trombosis meningkat dengan

meningkatnya usia. Bahkan usia dianggap sebagai faktor risiko trombosis, namun

mekanisme peningkatan kejadian trombosis pada usia lanjut belum diketahui secara

pasti. Diperkirakan faktor protrombotik meningkat pada usia lanjut tanpa diimbangi

faktor antitrombotik.63

Pada penelitian ini didapatkan faktor risiko terbanyak yang berperan pada

stroke iskemik adalah hipertensi (62,5%), tabel 4.1. Hasil ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Tanaseseu (2008) di Romania dan Shan-Shan (2010)

di China.64,65Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang dapat meningkatkan

risiko terjadinya stroke 2-4 kali lipat. Hipertensi sangat berpengaruh pada peredaran

darah otak karena menyebabkan terjadinya penebalan dan remodeling pembuluh

darah hingga memperkecil diameternya. Peningkatan tekanan darah akan lebih

mempercepat terjadinya plak, kerusakan pembuluh darah endotel dan memudahkan

ruptur plak kemudian terbentuk trombus.66,67

Pada penelitian ini didapatkan kadar rerata D-dimer pada kelompok CT-scan

positif lebih tinggi dibandingkan kelompok CT-scan negatif, namun secara statistik

perbedaan ini tidak bermakna (nilai p=0,175). Pada beberapa subjek penelitian

dengan hasil CT-scan negatif, didapatkan juga hasil D-dimer yang tinggi. Hal ini

mungkin disebabkan karena lesi infark pada CT-scan baru terlihat setelah 72 jam

setelah serangan. Pada penelitian ini didapatkan juga hasil kadar D-dimer yang tidak

Ubiversitas Sumatera Utara


meningkat dengan CT-scan negatif. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Fisher dan Francis, dimana pada stroke iskemik subtipe lakunar, trombus

terlalu kecil untuk memproduksi peningkatan D-dimer untuk dideteksi sehingga

kadar D-dimer dalam batas normal, dan kemungkinan lain adanya proses non

trombosis, degenerasi pembuluh darah yang berhubungan dengan hipertensi arteri

atau diabetes.24

Hasil rerata kadar D-dimer baik menurut jenis kelamin, usia, faktor risiko

maupun gambaran CT-scan-nya, didapatkan nilai standard deviasi yang cukup

besar. Hal ini disebabkan karena kadar D-dimer dipengaruhi oleh banyak faktor

antara lain trauma, pasca bedah, infeksi, kehamilan, keganasan, penyakit hati, obat

antikoagulan, usia dan riwayat stroke sebelumnya.26,51 Sebagian faktor tersebut

telah disingkirkan saat menetapkan kriteria inklusi. Namun faktor usia belum

disingkirkan sehingga dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar D-dimer pada

penelitian ini.

Hasil uji diagnostik yang didapatkan daripenelitian ini dengan menggunakan

cut-off point 500 ng/ml dan metoda latex agglutination yaitu sensitivitas sebesar

77,7%, spesifisitas 53,8%, positive predictive value 77,7%, negativepredictive value

53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive 1,74 dan likelihood ratio negative

0,43.

Takano dkk mendapatkan nilai sensitivitas 80% dan spesifisitas 77%,dengan

cut-off point 300 ng/ml, membedakan stroke kardioemboli dengan aterotrombosis

dan lakunar.Ageno dkk mendapatkan sensitifitas sebesar 59,3%, spesivisitas 93,2%,

positive predictive value72,7% dan negative predictive value 88,2%, dengan cut-off

point 200 ng/ml pada penentuan stoke lakunar.Sedangkan Isenegger dalam

penelitiannya menyatakan sentivitas 100% dan spesifisitas 52% pada penentuan

Ubiversitas Sumatera Utara


stroke kardioemboli yang dilakukan pengukuran kadar D-dimer setelah 6 jam

onset.24,68

Ada beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya. Penelitian ini menggunakan populasi ras Asia khususnya Indonesia,

sedangkan penelitian sebelumnya populasi sampel yang digunakan adalah ras

Kaukasia. Belum ada teori yang menyatakan bahwa faktor ras berpengaruh

terhadap hasil pemeriksaan kadar D-dimer plasma. Perbedaan selanjutnya adalah

pada beberapa penelitian sebelumnya menggunakan metoda yang berbeda yaitu

metoda Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dan automated latex

agglutination dan juga dengan cut-off point yang berbeda.

Ubiversitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan kadar

D-dimer plasma dapat digunakan sebagai exclusiondiagnostic pada stroke iskemik

akut mengingat nilai sensitivitas lebih besar dibanding nilai spesifisitasnya.

6.2. SARAN

Pemeriksaan D-dimer dapat digunakan untuk membantu klinisi sebagai

pemeriksaan awal pada stroke iskemik akut sebelum dilakukan pemeriksaan CT-

scan.

Ubiversitas Sumatera Utara


BAB 7

RINGKASAN

Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

dunia.Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang

disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah

dan oksigen di jaringan otak.

Data di Indonesia, stroke menduduki posisi ketiga dari kelompok penyakit

degeneratif setelah penyakit jantung dan keganasan. Berdasarkan data dari

Departeman Neurologi FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2011, dari

seluruh penderita yang dirawat di bangsal rawat inap bagian Neurologi sebanyak

661 orang dimana sebanyak 281 orang (43%) diantaranya adalah stroke iskemik.

Diagnosis stroke iskemik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan radiologis dan laboratorium.

Diagnosis stroke iskemik ditentukan dengan baku emas menggunakan pemeriksaan

CT-scan kepala. Namun CT-scan sulit mengenali tanda awal iskemik pada hari-hari

pertama, tampak setelah 72 jam setelah serangan. Selain itu harga alat dan biaya

perawatannya mahal. Adanya keterbatasan tersebut, maka diperlukan suatu

petanda lain yang bersifat non invansif, sensitif, spesifik, lebih mudah dan murah

untuk mendeteksi adanya trombus yang merupakan penyebab adanya stroke

iskemik.

D-dimer adalah produk degradasi cross-linked yang merupakan hasil akhir

dari pemecahan bekuan fibrin oleh plasmin dalam sistem fibrinolitik. D-dimer

merupakan salah satu fase reaktan akut pada fungsi hemostasis. Pada fase akut

stroke iskemik terjadi perubahan jaringan otak, neurotransmiter, biomolekular

Ubiversitas Sumatera Utara


(imunologik), sejumlah produk metabolit yang merusak, radikal bebas yang

menyebabkan jaringan otak terganggu. Proses peradangan yang dominan pada

stroke iskemik akut berlangsung pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah serangan

stroke.

Penelitian ini dilakukan secara potong lintang, kerjasama antara Departemen

Patologi Klinik dengan Departemen Ilmu Penyakit Saraf FK USU/RSUP.H.Adam

Malik Medan. Penelitian dimulai sejak bulan Agustus sampai Oktober 2013, sampel

diperoleh dari ruang rawat inap instalasi neurologi sebanyak 40 orang yang

memenuhi kriteria inklusi stroke iskemik akut. Diagnosa stroke iskemik ditegakkan

dengan CT-scan kepala. Semua subjek penelitian dilakukan pemeriksaan kadar D-

dimer, dengan menggunakan metoda latex agglutination dan cut-off point 500 ng/ml.

Pasien eksklusi adalah pasien stroke iskemik berulang, kehamilan, telah

mendapatkan terapi antikoagulan/trombolisis, penyakit jantung dan yang tidak

bersedia ikut dalam penelitian.

Analisa statistik menggunakan tabel 2x2 untuk menentukan sensitivitas,

spesifisitas, positive predictive value, negative predictive value, prevalens, likelihood

ratio.

Pada penelitian ini didapatkan kadar rerata D-dimer pada kelompok CT-scan

positif lebih tinggi dibandingkan kelompok CT-scan negatif, namun secara statistik

perbedaan ini tidak bermakna (nilai p=0,175). Pada beberapa subjek penelitian

dengan hasil CT-scan negatif, didapatkan juga hasil D-dimer yang tinggi. Hal ini

mungkin disebabkan karena lesi infark pada CT-scan baru terlihat setelah 72 jam

setelah serangan. Pada penelitian ini didapatkan juga hasil kadar D-dimer yang tidak

meningkat dengan CT-scan negatif. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Fisher dan Francis, dimana pada stroke iskemik subtipe lakunar, trombus

Ubiversitas Sumatera Utara


terlalu kecil untuk memproduksi peningkatan D-dimer untuk dideteksi sehingga

kadar D-dimer dalam batas normal, dan kemungkinan lain adanya proses non

trombosis, degenerasi pembuluh darah yang berhubungan dengan hipertensi arteri

atau diabetes.

Hasil uji diagnostik yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sensitivitas

77,7%, spesifisitas 53,8%, positive predictive value 77,7%, negativepredictive value

53,8%, prevalens 67,5%, likelihood ratio positive 1,74 dan likelihood ratio negative

0,43.

Ubiversitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Marsh JD, Keyrouz SG. Stroke Prevention and Treatment. Department of

Internal Medicine. University of Arkansas for Mediical Sciences. 2009. P: 683

2. Chalmer J. Gobal Impact of Stroke. Heart Disease. 2000. P: 13-17

3. Sutrisno A. Epidemis strok dalam strok? You must know before you get it.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2007

4. Harnowo PA. Stroke mengincar orang muda. Detik health available from

www.health.detik.com

5. Brown MM. Stroke, Epidemiology and Clinical Features. Medicine Int. 2000.

P: 4:45-52

6. Medical Record. Bagian Neurologi FK USU RSHAM. Medan. 2011

7. Caplan LR. Stoke a Clinical Approach 3rd Ed. 2000. Butterworth-Heinemann.

Boston.

8. Misbach J. Stroke dalam Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Managemen.

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2011

9. Kidwell CS, Warach S. Acute ischemic cerebrovascular syndrom diagnostic

criteria. 2003. P: 34:2995-8

10. Sjahrir Hasan. Stroke Iskemik. Penerbit Yandira Agung Medan. 2003. p: 1-5

11. Rassmussen D et al. Computed Tomography in Prognostic Stroke Evaluation.

P: 506-10

12. Nakayama H et al. Influence of age on stroke outcome. The Copenhagen

Study. P: 808-13

13. Gofir A, Manajemen Stroke, Penerbit Pustaka Cendekia Press. 2009

Ubiversitas Sumatera Utara


14. Marks MP, Holmgren EB, Fox AJ, Patel S. Evaluation of early computed

tomographic findings in acute ischemic stroke. 1999. P: 389-92

15. Bick RL, Baker WF. Clinical approach to the patient with thrombosis,

thromboembolus and pulmonary embolus. In: Bick RL, editor. Disorder of

thrombosis and hemostasis. 3rd. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

2002. p: 251-64

16. Wells PS et al. Evaluation of D-dimer in the diagnosis of suspected deep vein

thrombosis. N Engl J Med. 2003. p: 1227-35

17. Wintrobe MM, Greer JP, Foerster J, Lukens JN. Clinical hematology. 11th ed.

Baltimore, USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2003. P: 722-32

18. Yang Z, Spraggon G, Pandi L. Crystal structure of fragment D from lamprey

fibrinogen complexed with the peptide Gly-His-Arg-Pro-Amide. Biochemistry.

2002. P: 10218-24

19. Rahajuningsih DS. Patofisiologi Trombosis dalam: Hemostasis dan

Trombosis. Ed3. Jakarta. 2007. P: 39-40, 76-82

20. Bennet ST, Lehman CM, Rodgers GM. Laboratory Hemostasis, A Practical

Guide for pathologist. p: 93-4

21. Barber M, Langhorne P, Rumley A, Lowe G, Stott DJ. D-dimer predicts early

progression in ischemic stroke:confirmation using routine clinical assays.

Stroke. 2006. p: 1113-5

22. Kosinki CM, Mull M, Schwarz M, Koch B, Biniek R. Do normal D-dimer level

reliably exclude cerebral sinus thrombosis? Stroke. 2004. p: 2828-2

23. Ustundag M, Orak M, Guloglu C, Tamam Y, Sayhan MB. Plasma D-dimer

levels in acute ischemic stroke:assocaition with mortality, stroke type and

prognosis. Stroke. 2010. p: 37-42

Ubiversitas Sumatera Utara


24. Ageno W, Finazzi S, Steidl L et al. Plasma Measurement of D-dimer Levels

For The Early Diagnosis of Ischemic Stroke Subtype. Arch Intern Med. 2002.

p: 2589-93

25. Park YW, Koh EJ, Choi HY. Correlation between serum D-dimer level and

volume in acute ischemic stroke. Stroke 2011. p: 89-93

26. Haapaniemi E, Tatlisumak T. Is D-dimer helpful in evaluating stroke patients?

Department of Neurology. Helsinki University Central Hospital. Finland. 2009.

P: 141-150

27. SI Unit. Tabel konversi Sistem Satuan SI-Konvensional & Nilai Rujukan

Dewasa-Anak. Parameter Laboratorium Klinik. Perhimpunan Dokter Spesialis

Patologi Klinik Indonesia Cabang Jakarta

28. Thompson GR. A handbook of Hyperlipidemia. London:Merc&Co. 1990

29. Fergenbaum J. Aterosclerosis. Available from

http://www.science.mcmaster.ca/Biolgy/4s03/ART.HTM

30. Widjaya DJ. Perkembangan Penyelidikan Mutakhir Faktor Risiko Stroke.

Kumpulan Makalah Simposium Continuing Medical Education The 6th

Perdossi Course on Stroke. Jakarta. 1999

31. Marcovina SM, Koschinsky ML. Lipoprotein (a): Structure, Measurement and

Clinical Significance In: Rifai N, Warnick RG, Dominiczak MH. Handbook of

Lipoprotein Testing. P: 283-313

32. Karniawati M, Lipoprotein (a). Informasi Laboratorium Prodia. 2000. P: 1-4

33. Ross, Epstein FH. Artheroslcerosis an inflamatory disease. N Engl J Med.

1999. p: 115-26

34. Packard RR, Libby P. Inflammation in atherosclerosis:from vascular biology to

biomarker discovery and risk prediction. Clin chem. 2008. p: 24-38

Ubiversitas Sumatera Utara


35. Hansson GK. Inflammation, atherosclerosis and coronary artery disease. N

engl J Med. 2005. p: 1685-95

36. Osterud B, Bjorklid E. Role of monocytes in atherogenesis. Department Of

Biochemistry, Institute Of Medical Biology, Faculty Of Medicine University Of

Tiomso, Norway. 2003. p: 1077-8

37. Loho Tony. Pemeriksan Laboratorium pada stroke dalam Pendidikan

Berkesinambungan Patologi Klinik, Ed 1, Penerbit FK UI. 2008. p: 57-70

38. Mallika V et al. Atherosclerosis patophysiology and the role of novel risk

factors: a clinical perspective. 2007. p: 513-20

39. Jauch E, Kissela B, Stettler B. Acute stroke management. Medicine. 2005

40. Hinton R. Thrombosis and cerebrovascular disease, Med clin. N amer. 1998:

(3) : 523

41. Browaeys P, Binaghi S, Meuli RA. Multislice computed tomography in scute

stroke. In: Knollmann F, Coakley FV, sditors. Multislice CT: principles and

protocols. Philadelphia: Saunders Elsevier 2006. p: 1-16

42. Wintemark M, Reichhart M, Cuisenaire O. Comparison of admission perfusion

computed tomography and qualitative difussion and perfusion-weighted

magnetic resonance imaging in acute stroke patients. Stroke. 2002. p: 2025-

31

43. Wang AM, Lin CJ, Rumbaugh CL. What is expected of CT in the evaluation of

stroke? Neuroradiology. 1998. p: 54-8

44. A practical guide to laboratory haemostasis available from www.practical-

haemostasis

Ubiversitas Sumatera Utara


45. Hoffman R, Benz EJ, Shattil SJ, Furie B, Silberstein LE, McGlave P, Heslop

H. Hematology: Basic principles and practice. 5rd ed. Philadelphia : Churcill

Livingstone Inc. p: 1827, 2046-7

46. Mosesson MW. Fibrinogen and fibrin polymerization: the binding events that

accompanya fibrin generation and fibrin clot assembly. Blood coagulation

fibrinolisis. 1997. p: 257-67

47. Adam SS, Key NS, Greenberg CS. D-dimer antigen: current concepts and

future prospects. The american society of hematology. 2011. p: 2878-87

48. Lewis SM, Bain BJ, Bates I. Dacie and Lewis practical haematology. Tenth

edition. Churchill livingstone. p: 436-7

49. Riley RS, Tidwell A. D-dimer assay. April 2005. p: 1-4

50. Petunjuk penggunaan Dimex Jr. Setia Anugerah Medika. 2009

51. Lippi G, Franchini M, Targeher E. Help me, Doctor!My D-dimer is raised.

Annals of medicine. 2008. 40:594-605

52. Luanga SK, Lemeshow S. Sample size determination in health studies, a

practical manual. World Health Organization Geneva.

53. Sastroasmoro S, Ismael S. Besar Sampel dalam Dasar-dasar metodologi

penelitian klinis. Binarupa Aksara. FKUI. Jakarta. 1995. p: 199

54. Runtuwene T. Nilai kemaknaan kadar lipoprotein (a) pada penderita stroke

iskemik fase akut kronik. Jakarta. 1996

55. Berge E, Friis P, Sandset P. Hemostatic Activation in Acute Ischemic Stroke.

Hematological Research Laboratory, Department of Hematology, Ulleval

University Hospital Norway. 2001

Ubiversitas Sumatera Utara


56. Hirano K et al. Study of Hemostatic Biomarkers in Acute Ischemic Stroke by

Clinical Subtype. Department of Neurology, University of Toyama. Japan.

2011.

57. Shintani S, Kikuchi S, Hamaguchi H, Shigai T. 1993. High Serum

Lipoprotein(a) Levels Are an Independent Risk Factor For Cerebral Infarction.

Stroke. p: 965-9

58. Van Kooten F, Van Krimpen J, Dippel DW, Hoogerbruge N, Koustal PJ. 1996.

Lipoprotein (a) in Patients with Acute Cerebral Ischemia. Stroke. p: 1231-5

59. Jurgens G, Koltringer P, 1987. Lipoprotein (a) in Ischemic Cerebrovascular

Disease: A New Approach To The Assessment Of Risk For Stroke.

Neurology. p: 513-5

60. Darmawaty, Arif M, Pakasi R, Hardjoeno, Bahar B, Muis A. Hubungan kadar

D-dimer dengan skor Canadian Neurological Scale (CNS) pada penderita

stroke iskemik akut. Makasar. 2010

61. Santrock JW. Life span development:international edition (8th ed). New

York:Mc Graw Hill. 2002

62. Tataru MC, Heinrich J, Junkers R, Schuttle H, Eckarstein AV, Assman G,

Kohler E. D-dimer in relation to the secerity of arteriosclerosis in patients with

stable angian pectoris after myocardial infaction . European Heart Journal.

1991. p:1493-1502

63. Wilkerson WR, Sane DC. Aging and thrombosis. Sermin thromb haemost.

2002. p:555-68

64. Tanaseseu R, Tiemeanu M, Cojocaru I, Nicolau A. A prospective study of

some inflammatory markers in acute stroke:correlation with short-term

Ubiversitas Sumatera Utara


occurrence of new cardiovascular events. Department of Neurology.

Colentina Hospital, Bucharest Romania. 2008. p:61-9

65. Shan-Shan Y, Da T, Ding-Yun Y, Zhi-Qiang S, Fang L. Association between

fifteen risk factors and progressing ischemic stroke in the Han population of

northest China. China. p: 1392-6

66. Djoenaidi W. Klinis dan penatalaksanaan stroke dan kelainan neurovaskular

lain. Dalam:Pertemuan Ilmiah Nasional I Neuroimaging di Malang. 2003.

Malang. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Universitas Brawijaya. p: 17-35

67. Litchman MA, Beutler E, Kipps TJ, Seligshon U, Kaushansky K, Pichal JT,

Fibrinolysis and Thrombolysis In: Williams Hematology. 7ed New York: Mc

Graw-Hill Companies. 2007

68. Takano K, Yamaguchi T, Uchida K. Markers of a Hypercoagulable State

Following Acute Ischemic Stroke. Stroke. 1992. p: 194-4

Ubiversitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/Siang, Bapak/Ibu


Pada hari ini, saya dr. Yessi Mayke yang sedang menjalani pendidikan dokter
spesialis patologi klinik di FK USU, ingin menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang
penelitian yang akan saya lakukan tentang “Kadar D-dimer Plasma Sebagai Uji
Diagnostik Pada Stroke Iskemik Akut”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
nilai diagnostik kadar D-dimer plasma tehadap CT scan pada stroke iskemik akut.
Saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu : nomor rekam medis, nama, jenis
kelamin, pekerjaan dan alamat. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil darah
sebanyak 3 ml pada daerah lipat tangan.
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan non invansif
yang lebih mudah dan murah dalam mendiagnosa stroke iskemik akut sehingga
dapat dilakukan penanganan yang lebih cepat dan tepat.
Penelitian ini tidak menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi Bapak/Ibu
sekalian. Namun, bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama penelitian
berlangsung, yang disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan pada penelitian ini,
saya akan bertanggung jawab untuk memberikan
pertolongan/biaya/pengobatan/membantu mengatasi masalah/efek samping
tersebut.
Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini adalah suka rela. Bila
keterangan yang saya berikan masih belum jelas atau ada hal-hal yang belum jelas,
Bapak/Ibu dapat langsung bertanya kepada saya.Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan
tetap saya jaga. Setelah Bapak/Ibu memahami berbagai hal yang menyangkut
penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu yang telah terpilih pada penelitian ini dapat
mengisi dan menandatangani lembar persetujuan penelitian. Atas bantuan dan
kerjasama Bapak/ibu, saya ucapkan terimakasih.

Nama : dr. Yessi Mayke


Telepon : 08121258886

Medan, Juni 2013

dr. Yessi Mayke

Ubiversitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


Departemen Patologi Klinik FK USU/RSUP H. Adam MalikMedan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :……………………………………………………..
Umur :……………..tahun
Jenis Kelamin : Pr Lk
Pekerjaan :……………………………………………………..
Alamat :……………………………………………………..
………………………………………………………
Nomor telpon :……………………………………………………..

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko


penelitian yang berjudul Kadar D-dimer Plasma Sebagai Uji Diagnostik Pada
Stroke Iskemik Akut, dan memahami bahwa subyek dalam penelitian ini sewaktu-
waktu dapat mengundurkan diri dalam keikutsertaannya, maka saya setuju ikut serta
dalam penelitian ini dan bersedia berperan serta dengan mematuhi semua
ketentuan yang telah disepakati.

Medan, ………………… 2013

Mengetahui, Yang menyatakan,


Peneliti Saksi, Peserta Penelitian

dr. Yessi Mayke ................................ ..............................

Ubiversitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 3

STATUS PASIEN
Data Pribadi
Nama :.....................................................................................
Umur :.......................tahun MR:..........................
Jenis Kelamin : Pr Lk
Alamat :.....................................................................................
Suku Bangsa :.....................................................................................
Pekerjaan :.....................................................................................

Anamnesa
Keluhan Utama :.....................................................................................
......................................................................................
......................................................................................
RPT :.....................................................................................
RPO :.....................................................................................
Riw. Keluarga :.....................................................................................

Pemeriksaan Fisik
Tekanan Darah :...........mmHg Temperatur :...........°C
Heart Rate :............x/mnt Respirasi Rate : ..........x/mnt

Pemeriksaan CT-scan kepala

Pemeriksaan Laboratorium
D-dimer : .................... ng/ml

Ubiversitas Sumatera Utara


Ubiversitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 5
Data Penelitian
Waktu Kejadian
Umur D-dimer CT- (Hari Sebelum
No Nama Sex RPT
(Tahun) (ng/ml) scan Masuk Rumah
Sakit/SMRS)
1. IL 45 L 167 Negatif Hipertensi 5
2. Z 62 L 587 Positif DM 6
3. Y 63 P 903 Positif Hipertensi 3
4. BL 59 L 100 Negatif Hipertensi 4
5. M 46 P 5000 Positif Hipertensi 3
6. SS 61 L 917 Positif Hipertensi 1
7. N 32 P 111 Positif Hipertensi 6
8. AI 57 P 1000 Negatif Hipertensi +
5
DM
9. R 46 P 792 Negatif Hipertensi 2
10. TR 56 L 1200 Positif Hipertensi 2
11. EN 70 L 1100 Positif Dislipidemia 5
12. IH 42 L 300 Positif DM 6
13. C 27 L 520 Positif Dislipidemia 6
14. RS 87 P 2100 Negatif Hipertensi 1
15. R 31 P 115 Negatif Hipertensi 4
16. CN 55 L 2100 Positif Hipertensi 2
17. M 70 L 718 Positif DM 1
18. SN 57 L 578 Negatif Hipertensi +
2
DM
19. H 38 P 600 Positif Hipertensi 4
20. SH 63 P 100 Negatif Hipertensi 5
21. T 38 P 700 Negatif Dislipidemia 3
22. NS 68 L 316 Positif Hipertensi 6
23. SS 67 P 258 Negatif Dislipidemia 5
24. OR 63 L 280 Negatif Hipertensi 3
25. MS 45 L 741 Positif Hipertensi 3
26. WW 38 P 236 Positif Hipertensi 5
27. MW 76 L 105 Negatif Hipertensi +
4
DM
28. R 73 L 2955 Positif Hipertensi +
1
DM
29. M 71 P 105 Positif DM 2
30. M 69 L 2347 Positif Hipertensi 3
31. DM 34 L 700 Positif Hipertensi 6
32. PS 59 L 133 Positif Hipertensi 4
33. BS 69 P 822 Positif Hipertensi 2
34. RL 53 P 2823 Positif Hipertensi 2
35. N 64 P 1400 Positif Hipertensi 4
36. AT 42 L 650 Positif DM 6

Ubiversitas Sumatera Utara


37. DM 73 P 710 Positif Hipertensi 5
38. JS 86 P 2156 Negatif DM 3
39. M 50 P 1372 Positif Hipertensi 1
40. M 67 P 690 Positif DM 4

Ubiversitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : dr. Yessi Mayke

Pangkat/NRP : Kapten Ckm (K) / 11060010251179

Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta / 11 Nopember 1979

Suku/Bangsa : Batak /Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Karya Mesjid Lingkungan VIII, No.12 Sei Agul

Medan

Keluarga

Suami : Kapten Ckm dr. Mario B.P.Tambunan

Anak : 1. Regina Ezra Marcie Tambunan

2. Reagen Harisson Efraim Tambunan

PENDIDIKAN

1. SD. Strada Wiyatasana, Jakarta : Tahun 1992

2. SMP 107, Jakarta : Tahun 1995

3. SMA 38, Jakarta : Tahun 1998

4. Fakultas Kedokteran UPN ‘Veteran’ Jakarta : Tahun 2005

5. Mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara/ RSUP. H. Adam Malik Medan, mulai 03 Januari

2011 s/d sekarang

Ubiversitas Sumatera Utara


RIWAYAT PEKERJAAN

1. PAMA Ditkes, Jakarta, Tahun 2006

2. PAMA Kesdam III/SLW, Tahun 2006

3. Paurmed RS.Sariningsih, Kesdam III/SLW, Tahun 2007-2008

4. Paurmed RS. Kencana, Kesdam III/SLW, Tahun 2008-2009

5. Kaurkeskureh Kesdam I/BB, Tahun 2008-2010

PERKUMPULAN PROFESI

1. Anggota IDI

2. Anggota PDS Patklin

PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH

1. The Malacca Strait Haematology-Oncology Symphosia, Medan 2011

2. Bridging The Clinical Pathology Sciences After 35 Years Of Being The

Education Center In Indonesia, Medan 2011

3. New Trends in Vaccination And Infection Control, Medan 2011

4. The 8th National Congress The 12th Annual Scientific Meeting Indonesian

Association of Clinical Pathologists and Medical Equipment Exhibition,

Yogyakarta 2013

5. Peserta Presentasi Makalah Bebas dalam KONAS VIII-PIT XII 2013 PDS

PATKLIN, Yogyakarta 2013

PELATIHAN/WORKSHOP

1. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue, Medan 2011

2. Advance Knowledge to Improve Hepatitis B Management, Medan 2013

Ubiversitas Sumatera Utara


JOURNAL READING

1. The etiology of efusi pleura in children

2. Time to positivity of microorganism with Bactec 9050

3. Management of obesity and outcome of hepatitis C treatment

4. Management of bleeding in acquired hemophilia A: result from the EACH 2

5. Mean platelet volume in patients with slow coronary flow and its relationship

with clinical presentation

6. Beta-2 microglobulin as a predictor of peripheral arterial disease in diabetes:

the effect of estimated glomerular filtration

7. Antibiotic screening of urine culture as a useful of quality audit

TULISAN

1. Elektroforesis Kapiler

2. Respon Imun Terhadap Infeksi Virus RNA

3. Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL)

4. Interaksi Respon Imun dengan Faktor Koagulasi

5. Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria

6. Diare Persisten yang disebabkan oleh Bakteri Proteus mirabillis pada

HIV/AIDS

7. Pankreatitis Akut

8. Pemantapan Mutu di Bidang Kimia Klinik

9. Hepatitis Autoimun

10. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPS)

Ubiversitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai