Anda di halaman 1dari 117

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Tesis Magister (Kedokteran Klinis)

2019

Perbedaan Trombosit, Mean Platelet


Volume dan Platelet Distribution Width
pada penderita Helicobacter pylori
Positif dan Negatif

Lubis, Fauzan Indra M


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13829
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBEDAAN TROMBOSIT, MEAN PLATELET VOLUME DAN
PLATELET DISTRIBUTION WIDTH PADA PENDERITA
HELICOBACTER PYLORI POSITIF DAN NEGATIF

TESIS

OLEH :
dr. Fauzan Indra M Lubis
NIM : 137041181

PROGRAM MAGISTERKEDOKTERAN KLINIK


SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PERBEDAAN TROMBOSIT, MEAN PLATELET VOLUME DAN
PLATELET DISTRIBUTION WIDTH PADA PENDERITA
HELICOBACTER PYLORI POSITIF DAN NEGATIF

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang


Patologi Klinik/M.Ked (Clin-Path) pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

dr. Fauzan Indra M Lubis


NIM : 137041181

PROGRAM MAGISTERKEDOKTERAN KLINIK


SPESIALIS PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul “Perbedaan Trombosit, Mean

Platelet Volume dan Platelet Distribution Width pada penderita Helicobacter

pylori Positif dan Negatif”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di bidang Patologi Klinik/M.Ked

(Clin-Path) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis mengikuti pendidikan dan proses penyelesaian penelitian

karya tulis ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, petunjuk, bantuan dan

pengarahan serta dorongan baik moril dan materil dari berbagai pihak sehingga

penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan serta kritikan yang

membangun sehingga tesis ini bisa bermanfaat dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenanlah penulis menyampaikan penghormatan

dan ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada :

1. Yth, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

Universitas Sumatera Utara


kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Program Magister

Kedokteran Klinik Konsentrasi Bidang Patologi Klinik.

2. Yth, Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku

Ketua Program Studi Program Magister Kedokteran Klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di Program

Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Bidang Patologi Klinik.

3. Yth. dr. Ricke Loesnihari, M.Ked(Clin-Path), SpPK(K)sebagai

pembimbing I saya yang telah bersusah payah dan bersedia meluangkan

waktu dan pikirannya setiap saat dalam memberikan banyak bimbingan,

petunjuk, pengarahan dan bantuan mulai dari penyusunan proposal, selama

dilaksanakan penelitian sampai selesainya tesis ini. Saya memohon doa

semoga semua kebaikan beliau dibalas oleh Allah SWT.

4. Yth. dr. Taufik Sungkar, M.Ked(PD),Sp.PD,KGEH sebagai

pembimbing II dari Departemen Neurologi FK USU/RSUP. H. Adam

Malik Medan, yang sudah bersedia menyediakan waktu dan memberikan

banyak bimbingan, petunjuk, pengarahan dan bantuan mulai dari

penyusunan proposal, selama dilaksanakan penelitian sampai selesainya

tesis ini.

5. Yth. dr. Ricke Loesnihari, M.Ked (Clin-Path), Sp.PK-K, sebagai Ketua

Departemen Patologi Klinik FK USU dimana beliau telah banyak

memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan, bantuan dan dorongan

Universitas Sumatera Utara


selama dalam pendidikan dan dalam melaksanakan penelitian ini sampai

selesai.

6. Yth. Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK-KH, sebagai Ketua

Program Studi Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, yang memberikan kesempatan kepada saya

sebagai peserta Program Magister dan Pendidikan Dokter Spesialis

Patologi Klinik serta beliau juga telah banyank membimbing,

mengarahkan dan memptivasi saya sejak awal pendidikan samapi selesai.

7. Yth, dr. Malayana Rahmita Nasution, M.Ked (Clin Path), Sp.PK,

sebagai Sekretaris Departemen Patologi Klinik FK USU yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama saya mengikuti

pendidikan.

8. Yth, dr. Jelita Siregar, M.Ked(ClinPath), Sp.PK-K, sebagai Sekretaris

Program Studi di Departemen Patologi Klinik FK USU, yang telah

memberikan bimbingan, arahan, masukan dan memotivasi selama saya

mengikuti pendidikan.

9. Yth, Prof. dr. Herman Hariman, PhD, Sp.PK-KH, yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama saya mengikuti

pendidikan dan didalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

10. Yth, Prof. Dr. Burhanuddin Nasution, Sp.PK-KN,KGEH, yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama saya

mengikuti pendidikan.

Universitas Sumatera Utara


11. dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK-K, dr. Muzahar DMM, Sp.PK, dr. Tapisari

Tambunan, Sp.PK-K, dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK-K, dr Ida

Adhayanti, Sp.PK, dr. Ranti Permatasari, Sp.PK-K, dr. Nindia Sugih

Arto, M.Ked (Clin Path), Sp.PK, dr Dewi Indah Sari Siregar, M.Ked

(ClinPath), Sp.PK, dr. Almaycano Ginting, M. Kes, M. Ked (Clin

Path), Sp.PK dan semua guru-guru saya yang telah banyak memberikan,

nasehat, arahan dan dukungan selama saya mengikuti pendidikan.

12. Yth, Rektor Universitas Sumatera Utara, Direktur Rumah Sakit

Umum Pusat H. Adam MalikMedan yang telah memberikan

kesempatan dan menerima saya untuk mengikuti Program Pendidikan

Magister Kedokteran Klinik di bidang Patologi Klinik dan Program

Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik.

13. Yth kepada CV. Androlias Deli Asera, yang telah mendukung sarana

dan prasana selama penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana

dengan lancar.

14. Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada seluruh teman-teman sejawat

Pendidikan Magister Bidang Patologi Klinik pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, para analis, dan semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan kerjasama

yang baik selama saya menjalani pendidikan dan proses penyelesaian tesis

ini.

15. Kepada sahabat-sahabat saya, teman seiring perjalanan, Dahlan Riduanto

Siahaan, Kamelia Sarumpaet, Ade Hariza Harahap, Syahni Wirdani

Universitas Sumatera Utara


Pulungan, Khairiah, Rina Harlianti, Derry Heppy, Vinisia, Vera

Lady, Poltak Nababan, terimakasih banyak untuk kebersamaan,

pengertian, kisah dan inspirasi. Semoga Allah SWT membalas kebaikan

mereka.

16. Terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orang tua saya ayahanda saya

tercinta H. Syahrul Hadi Lubis dan ibunda saya terkasih Nisma Sari

Nasution atas cinta, pengorbanan dan kesabaran mereka yang telah

membesarkan, mendidik, mendorong dan memberikan dukungan moril

maupun materil serta selalu tanpa bosan-bosannya mendoakan saya

sehingga dapat menyelesaikan pendidikan sampai saat ini. Kiranya Allah

SWT membalas semua budi baik dan kasih sayangnya. Begitu juga kepada

mertua saya BapakBakri Satamso dan ibu Nurida Sari yang juga telah

banyak memberikan bantuan moril maupun materil kepada saya dan

keluarga. Juga kepada adik-adik sayaRika Ervina Meilda Sari Lubis,

Wildan Iskandar Lubis, Ilham Sahdi Lubis, Nasrul Hamidi Lubisyang

tidak henti-hentinya memberikan semangat selama saya mengikuti

pendidikan. Semoga Allah SWT selalu menyertai mereka.

17. Terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada istri saya dr.

Ratih Rustamti Sariyang telah mendampingi saya dengan penuh

pengertian, perhatian, memberikan dorongan dan pengorbanan selama

saya mengikuti pendidikan sampai saya dapat menyelesaikan pendidikan

ini serta kedua anakku tersayangHafiz Al Farisi Lubis dan Rafa Mirza

Ardhani Lubis yang telah banyak kehilangan perhatian dan kasih sayang

Universitas Sumatera Utara


selama saya mengikuti pendidikan, semoga ini semua dapat menjadi

motivasi dalam mencapai cita-citamu.

Akhir kata sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan dan

kekhilafan, pada kesempatan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sudi

kiranya tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal

Alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 27Januari 2019


Penulis

dr. Fauzan Indra M Lubis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii


UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
I.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
I.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
I.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
I.3.1. Tujuan Umum .......................................................................... 7
I.3.2. Tujuan Khusus ......................................................................... 7
I.4. Hipotesa ............................................................................................ 8
I.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
I.5.1. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan ........................... 8
I.5.2. Manfaat Penelitian untuk Peneliti ............................................ 8
I.5.3. Manfaat Penelitian untuk Masyarakat ..................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 10

Universitas Sumatera Utara


II.1. H. pylori........................................................................................... 10
II.1.1. Morfologi H. pylori ............................................................... 10
II.1.2. Epidemiologi ......................................................................... 11
II.1.3. Aspek Klinis H. pylori pada Penyakit................................... 13
II.1.4. Respon Imun pada infeksi H. pylori ..................................... 14
II.1.5. Patogenesis ............................................................................ 15
II.1.6. Efek H. pylori pada Fisiologis Gaster ................................... 17
II.2. Lambung .......................................................................................... 18
II.2.1. Anatomi Lambung ................................................................ 18
II.2.2. Faktor Pertahanan Mukosa Gastroduodenal ......................... 19
II.2.3. Fisiologi Sekresi Gaster ........................................................ 20
II.3. Dispepsia ......................................................................................... 22
II.3.1. Pengertian ............................................................................. 22
II.3.2. Epidemiologi ......................................................................... 22
II.3.3. Klasifikasi Dispepsia ............................................................ 23
II.3.4. Patofisiologi .......................................................................... 25
II.4. Trombosit ........................................................................................ 25
II.4.1. Morfologi Trombosit ............................................................ 25
II.4.2. Kinetik Platelet, Waktu hidup, dan Normal Platelet ............ 28
II.4.3. Fungsi Platelet ...................................................................... 29
II.4.4. Hitung Platelet ...................................................................... 31
II.4.4.1. Mean Platelet Volume (MPV) ................................. 31
II.4.4.2. Platelet Distribution Width (PDW) ......................... 33
II.5. Trombosit pada Dispepsia ............................................................... 34
II.6. Hubungan H. pylori dengan Platelet pada Dispepsia ...................... 34
II.7. Pemeriksaan Diagnostik infeksi H. pylori ....................................... 37
II.7.1. Metode invasive .................................................................... 37

Universitas Sumatera Utara


II.7.2. Metode non invasive ............................................................. 39
II.8. Pemeriksaan IgG dan IgA ............................................................... 39
II.9. Peran Ig G dan Ig A ......................................................................... 41
II.10. Kerangka Konsep .......................................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 45
III.1. Desain Penelitian............................................................................ 45
III.2. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 45
III.3. Populasi dan Subjek Penelitian ..................................................... 45
III.3.1. Populasi Penelitian ............................................................. 45
III.3.2. Subjek Penelitian................................................................ 46
III.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.......................................................... 46
III.4.1. Kriteria Inklusi ................................................................... 46
III.4.2. Kriteria Eksklusi ................................................................ 46
III.5. Ethical Clearance dan Informed Consent ...................................... 47
III.6. Perkiraan Besar Sampel ................................................................. 47
III.7. Definisi Operasional....................................................................... 48
III.8. Bahan dan Cara Kerja .................................................................... 49
III.8.1. Bahan yang diperlukan....................................................... 49
III.8.2. Cara kerja ........................................................................... 49
III.8.3. Pengolahan sampel ............................................................. 50
III.9. Pemantapan Kualitas ...................................................................... 51
III.10. Analisa Data Statistik ................................................................... 52
III.11.Alur Penelitian ..................................................................................... 53
III.12. Perkiraan Biaya Penelitian ........................................................... 54
III.13. Jadwal Penelitian.......................................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 55
IV.1 Karakteristik Subjek Penelitian....................................................... 55

Universitas Sumatera Utara


VI.2. Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Positif Dan Negatif dengan
Trombosit, PDW Dan MPV ........................................................... 56
IV.3. Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Ig G Positif, Ig A Positif dan
Ig G dan A Positif dengan Trombosit, PDW Dan MPV ................ 57
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 58
V.1 Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................ 58
V.2. Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Positif Dan Negatif
dengan Trombosit, PDW Dan MPV ................................................ 59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 62
VI.1 Kesimpulan ..................................................................................... 62
VI.2 Saran ............................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63
LAMPIRAN ..................................................................................................... 69

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Morfologi H. pylori ..................................................................... 11

Gambar 2.2. Skema representative factor yang berkontribusi untuk patologi

gastricdan outcome penyakit pada H. pylori .............................. 13

Gambar 2.3. Model mewakili peran H. pylori dan faktor lainnya dalam

karsinogenesis lambung .............................................................. 15

Gambar 2.4. Anatomi Lambung ...................................................................... 19

Gambar 2.5. Komponen Platelet ...................................................................... 28

Gambar 2.6. Kerangka Konsep ........................................................................ 44

Gambar 3.1. Alur Penelitian............................................................................. 53

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kriteria Dispepsia Fungsional berdasarkan Rome III .................... 24

Tabel 3.3. Jadwal Penelitian............................................................................ 54

Tabel 4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian..................................................... 56

Tabel 4.1.2 Karakteristik Serologi Imunoglobulin A dan Imunoglobulin G ... 56

Tabel 4.2 Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Positif Dan Negatif dengan

Trombosit, PDW Dan MPV ........................................................... 57

Tabel 4.3 Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Ig G Positif, Ig A Positif dan

Ig G dan A Positif dengan Trombosit, PDW Dan MPV ................ 57

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembaran penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

Lampiran 2. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan

Lampiran 3. Lembaran Status Pasien Penelitian

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

AA : Asam arakidonat

ADP : Adenosindiphosphate

ATP : Adenosine triphosphate

EIA : Enzyme immunoassay

ELISA : Ezyme-Linked Immunosorbent Assay

Gp : Glikoprotein

H. pylori : Helicobacter Pylori

IceA : epithelium

IgA : Imunoglobulin A

IgG : Imunoglobulin G

IgM : Imunoglobulin M

IL : Interleukin

ITP : Idiopathic Thrombocytopenic Purpura

MALT : Mucosa-Associated Lymphoid Tissue

MPV :Mean Platelet Volume

NUD : Non UlcerDispepsia

Universitas Sumatera Utara


OAINS : Obat Anti Inflamasi Non Steroid

PCR :Polymerase chain reaction

PCT : Plateletcrit

PDW :Platelet distribution width

PF 4 : platelet factor 4

ROS : Reactive oxygen species

Th1 : T-helper 1

TNF-α : Tumor Necrosis Factor-α

TTP : Thrombotic thrombocytopenic purpura

UBT : Urea Breath Test

VacA : Vacuolating cytotoxin A

vWF : von Willebrand factor

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Latar Belakang:H. pylori adalah penyebab paling umum dari gastritis kronis dan
menginfeksi lebih dari separuh populasi dunia. Infeksi H. pylori dapat dideteksi
dengan menguji antibodi (IgA dan IgG) dalam serum atau air liur. Trombosit
memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan yang terkait dengan
peradangan lokal atau sistemik melalui pelepasan agen trombotik dan inflamasi.
Mean Platelet Volume (MPV) telah lama dikenal sebagai penanda peradangan dan
peran ini telah ditunjukkan sebelumnya pada berbagai kelainan gastrointestinal.
Platelet distribution width (PDW) adalah indeks platelet yang mencerminkan
variasi ukuran platelet.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan trombosit,
MPV,dan PDW pada pasien dispepsia dengan infeksi H. Pyloripositif dan negatif
Metode: Tiga dua pasien dispepsiayang memenuhi kriteria diikutsertakan dalam
penelitian ini.Kadar Trombosit, MPV, PDW, diuji pada setiap pasien. Kami
menyelidiki perbedaan Trombosit,MPV, PDW pasien dispepsia dengan infeksi H.
Pylori positif dan negatif
Hasil: Penelitian ini menggunakan uji T Test tidak berpasangan. Tidak terdapat
perbedaan Trombosit, MPV, PDW secara signifikan antara kelompok populasi H.
pylori positif dan H. pylori negatif dengan nilai p secara berurutan 0,056, 0,448,
0,211.
Kesimpulan:Tidak terdapat perbedaan Trombosit,MPV, PDW secara signifikan
antara kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori negatif.
Kata kunci:H. pylori, Trombosit, Mean Platelet Volume dan Platelet Distribution
Width, Dispepsia.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Background:H. Pylori cause one of themost common human infections, being


present in the gastric mucosa of more than a half of the world population. H.
pylori infection can be detected by testing antibodies (IgA and IgG) in serum or
saliva. Platelets play an important role in the pathogenesis of abnormalities
associated with local or systemic inflammation through the release of thrombotic
and inflammatory agents. Mean Platelet Volume (MPV) has long been known as a
marker of inflammation and this role has been shown previously in various
gastrointestinal disorders. Platelet distribution width (PDW) is a platelet index
that reflects variations in platelet size.
Purpose:The objective of this study was to determine differences in platelets,
MPV, and PDW in dyspepsia patients with positive and negative H. Pylori
infection.
Methods:Thirty-two consecutive dyspepsia patient who fulfilled the criteria were
included. Platelet levels, MPV, PDW, are promising in each patient. We changed
the differences in platelets, MPV, PDW patients, dyspepsia with positive and
negative H. pylori infection
Results: In this study we used an unpaired T Test. There were no differences in
platelets, MPV, PDW significantly between the population groups of H. pylori
positive and H. pylori negative with p values sequentially 0.056, 0.448, 0.211.
Conclusion: There were no differences in platelets, MPV, PDW significantly
between the population group H. pylori positive and H. pylori negative.
Keywords:H. pylori, Platelets, Mean Platelet Volume and Platelet Distribution
Width, Dyspepsia.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Helicobacter Pylori (H. pylori) merupakan bakteri berbentuk spiral, gram

negatif batang. H. pylori berhubungan dengan gastritis antrum, tukak duodenum,

tukak gaster, adenokarsinoma gaster, and gastric mucosa-associated lymphoid

tissue (MALT) lymphomas (Carroll dkk, 2016).

H. pylori dianggap berperan dalam patogenesis penyakit gastroduodenal

tertentu seperti dispepsia non ulcer (NUD), peradangan kronis, ulcer, dan lain-

lain. Bakteri H. pylori berada di lapisan mukosa yang menutupi epitel lambung.

Meskipun infeksi H. pylori merangsang produksi antibodi imunoglobulin (Ig) A

dan IgG lokal yang kuat dan spesifik, pengaruh antibodi terhadap kolonisasi

bakteri dan peradangan lambung masih diperdebatkan (Moorchung dkk, 2012).

H. pylori adalah penyebab paling umum dari gastritis kronis dan

menginfeksi lebih dari separuh populasi dunia. Bakteri ini juga terkait dengan

berbagai penyakit mulai dari gastritis asimtomatik sampai ulkus gaster berat yang

bisa berkembang menjadi keganasan gaster. Sejumlah laporan telah

mengkonfirmasi hubungan antara kehadiran H. pylori pada mukosa lambung

dengan peningkatan risiko karsinoma lambung. Beberapa penelitian

seroepidemiologi juga menunjukkan bahwa adanya antibodi IgG serum terhadap

H. pylori berhubungan dengan peningkatan risiko pengembangan penyakit tukak

peptik dan tukak duodenum. Deteksi antibodi merupakan langkah penting dalam

Universitas Sumatera Utara


pengelolaan dan pencegahan komplikasi serius dari infeksi H. pylori (Saheb dkk,

2011).

Dispepsia didefinisikan sebagai "nyeri kronis atau berulang atau

ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas" yang merupakan salah satu

alasan paling umum untuk pergi ke rumah sakit. Dispepsia dapat menjadi pertanda

akut atau kronis dari infeksi H. pylori, salah satu etiologi dispepsia yang pertama

kali dari biopsi lambung di awal tahun 1980an. Dispepsia juga menjadi perhatian

bagi pasien yang berusia di atas 50 tahun, karena peningkatan kejadian karsinoma

lambung. Panduan untuk evaluasi dan manajemen dispepsia menekankan

pengujian terhadap adanya infeksi H. pylori di antara orang-orang berusia kurang

dari 55 yang tidak memiliki "alarm simptom" (misalnya kehilangan berat badan,

disfagia progresif, muntah berulang, perdarahan gastrointestinal, atau riwayat

keluarga dengan kanker gastrointestinal) dan tinggal di daerah dimana

prevalensinya dari H. pylori adalah 10% atau lebih besar (pendekatan test and

treat). Terapi pemberantasan H. pylori efektif dalam banyak kasus penyakit ulkus

peptikum dan mengatasi gejala dalam proporsi yang signifikan pada dispepsia non

ulcer. Strategi ini akan mengurangi risiko MALT limfoma dan karsinoma

lambung, dimana keduanya diketahui berhubungan dengan infeksi H. pylori

(Mapel dkk, 2012).

Seroprevalensi H. pylori telah dipelajari pada subyek sehat dan populasi

asimtomatik dengan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), baik

di negara maju maupun negara berkembang dengan tingkat infeksi yang tinggi

dijumpai pada negara-negara berkembang. Selain itu, beberapa penelitian telah

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan variasi yang luas dalam prevalensi antibodi H. pylori di antara

berbagai kelompok usia di wilayah geografis yang berbeda. Dalam sebuah

penelitian cross-sectional dari Teheran (Iran), tingkat infeksi keseluruhan adalah

69% yang meningkat secara positif seiring bertambahnya usia, dan tingkat

prevalensi tertinggi (79%) terlihat pada kelompok usia 46 sampai 55. Pengukuran

simultan kadar antibodi serum imunoglobulin G (IgG), M (IgM), dan A (IgA)

terhadap H. pylori dapat digunakan untuk menentukan prevalensi infeksi akut dan

kronis (Saheb dkk, 2011).

Saheb dkk (2011), menyatakan bahwa keseluruhan seroprevalensi infeksi

H. pylori berdasarkan IgG anti H. pylori adalah 73%. Hasil ini menunjukkan

bahwa seroprevalensi di Iran lebih tinggi daripada di banyak negara maju seperti

di Amerika Serikat 37% dan di Jerman 40% namun lebih rendah dari beberapa

negara berkembang yang dilaporkan seperti Nigeria 85% dan Bangladesh 90%.

Telah dilaporkan bahwa titer IgA dan IgG anti H. pylori menunjukkan adanya

infeksi kronis dan terkait dengan usia. Seropositif IgG bervariasi pada kelompok

umur yang berbeda yakni 40% pada umur 0-10 tahun hingga 75% pada umur 70-

80 tahun. IgA anti H. pylori juga mencerminkan pola yang sama dimana 10%

dijumpai pada dekade pertama dan menjadi 44% pada usia 70-80 tahun. Selain itu

dijumpai penurunan dalam seropositif IgG dan IgA pada pasien berusia diatas 50

tahun (Kate et al, 2001), dimana hal ini mungkin terkait dengan pemberantasan

bakteri karena potensiasi respon imun.

Infeksi H. pylori telah dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam

menangani dispepsia, baik organik maupun fungsional, sehingga pembahasan

Universitas Sumatera Utara


mengenai dispepsia perlu dihubungkan dengan penanganan infeksi H. pylori.

Secara khusus prevalensi infeksi H. pylori di Asia cukup tinggi, sehingga perlu

diperhatikan dalam pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan dispepsia.

Eradikasi H. pylori telah terbukti efektif dalam menghilangkan gejala dispepsia

organik, namun untuk dispepsia fungsional masih diperlukan penelitian lebih

lanjut. Strategi tata laksana yang optimal adalah memberikan terapi empirik

selama 1-4 minggu sebelum diperoleh hasil pemeriksaan adanya H. pylori

(Simadibrata dkk, 2014).

Trombosit atau platelet merupakan unsur darah yang berfungsi menjaga

homeostasis. Namun mempunyai peran tersendiri dalam proses peradangan,

imunitas, regenerasi jaringan dan berbagai proses fisiologis dan patologis lainnya.

Trombosit memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan yang terkait

dengan peradangan lokal atau sistemik melalui pelepasan agen trombotik dan

inflamasi. Volume platelet rata-rata / Mean Platelet Volume (MPV) adalah

penanda fungsi dan aktifitas platelet dimana platelet berukuran besar secara

hemostatik lebih aktif. MPV telah lama dikenal sebagai penanda peradangan dan

peran ini telah ditunjukkan sebelumnya pada berbagai kelainan gastrointestinal.

Platelet distribution width (PDW) adalah indeks platelet yang mencerminkan

variasi ukuran platelet (Ali dkk, 2017).

Ali dkk (2017) menyatakan jumlah platelet dan platelet distribution width

(PDW) menurun signifikan pada infeksi H. pylori sementara MPV ditemukan

lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai

p masing-masing adalah 0,03, 0,01dan 0,00.

Universitas Sumatera Utara


Sibanda dkk (2016), meneliti 163 pasien dimana 24 orang dikonfirmasi

terinfeksi H. pylori dengan tes CLO. Jumlah trombosit, efek strain positif cagA

(Cytotoxic-associated gene A) pada jumlah trombosit dan efek eradikasi H. pylori

pada jumlah trombosit diuji dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan jumlah

trombosit secara keseluruhan lebih rendah pada pasien yang terinfeksi H. pylori

dibandingkan mereka yang tidak. (154-394 x 109 / L dan 168-580 x 109 / L; p =

0,0473). MPV pasien yang terinfeksi didapati adalah 247 x 109 / L (SD: 56 x 109

/ L) dan yang tidak terinfeksi adalah 277 x 109 / L (SD: 68 x 109 / L). Sekitar

12,5% pasien yang terinfeksi dan 33% pasien yang tidak terinfeksi memiliki

jumlah trombosit diatas 300 x 109 / L, sedangkan 37,5% pasien yang terinfeksi

dan 10% pasien yang tidak terinfeksi memiliki jumlah trombosit kurang dari 200

x109 / L.

H. pylori dapat didiagnosis dengan berbagai pemeriksaan, yakni tes

urease, pemeriksaan histologis, kultur, dan pemeriksaan PCR spesimen biopsi dari

endoskopi. Prosedur non-invasif meliputi tes serologis untuk mendeteksi antibodi

IgG terhadap H. pylori baik secara in vitro maupun in vivo dan pemeriksaan Urea

Breath Test. Infeksi H. pylori dapat dideteksi dengan menguji antibodi (IgA dan

IgG) dalam serum atau air liur. Pemeriksaan ELISA adalah metode terbaik untuk

uji serologi karena sederhana, kehandalan dan biaya rendah. ELISA memiliki

sensitifitas dan spesifisitas lebih dari 90%. Alternatif uji lain adalah tes aglutinasi

lateks, western blot dan immunochromatography. Baik aglutinasi lateks dan

teknik immuno-kromatografi sering digunakan sebagai rapid diagnostic test

karena mudah dilakukan. Hasil yang diperoleh bergantung pada antigen yang

Universitas Sumatera Utara


digunakan, usia, kelompok etnis dan kompetensi petugas laboratorium (Khan

2010).

Infeksi dengan H. pylori menyebabkan timbulnya respon imun lokal dan

sistemik. Pada masa transien awal terjadi peningkatan titer antibodi

imunoglobulin M (IgM), disusul peningkatan IgA dan IgG yang biasanya terdapat

pada sepanjang masa infeksi. Setelah pengobatan titer dapat menurun hingga 12

bulan. Keakuratan berbagai perangkat yang tersedia bervariasi, dimana hal ini

mencerminkan heterogenitas genetika dari H. pylori serta variasi antigenik yang

lebih besar. Sebagai konsekuensinya, tidak ada satupun antigen H. pylori yang

dikenali oleh sera dari semua individu. Sediaan yang disiapkan terhadap lebih dari

satu strain akan memiliki kepekaan yang lebih tinggi, namun spesifisitasnya lebih

rendah (Dunitz, 2002).

Menurut Pandya dkk (2014), terdapat hubungan yang signifikan antara

deteksi antibodi dan infeksi H. pylori. Hasil IgG dan IgA yang negatif diikuti

dengan infeksi H. pylori yang juga negatif dengan proporsi infeksi H. pylori lebih

tinggi pada pasien yang memiliki hasil positif IgG dan IgA (p = 0,01) (Pandya

dkk,2014).

Tes serologis terhadap H. pylori dalam penelitian epidemiologi,

memungkinkan kita untuk menyaring pasien yang menderita dispepsia sebelum

tindakan endoskopi dan sebagai tindak lanjut jangka panjang monitoring

pemberian terapi (Pandya dkk, 2014).

Saat melakukan tes serologis, perlu dipertimbangkan sensitivitas,

spesifisitas dan nilai prediktif tes yang digunakan. Ketiga parameter ini

Universitas Sumatera Utara


bergantung pada prevalensi penyakit pada populasi yang diuji. Bila prevalensi

penyakitnya tinggi maka uji yang sensitif menjadi pilihan, sedangkan bila

prevalensi penyakit rendah maka uji yang spesifik lebih tepat.

Beberapa laporan menunjukkan bahwa perubahan kadar IgG H. pylori

dapat digunakan untuk memantau keberhasilan pengobatan antibiotik. Hampir

semua penelitian menemukan bahwa pengobatan yang berhasil dikaitkan dengan

penurunan kadar IgG 40-50% selama 6 bulan setelah perawatan. Namun, hanya

sekitar 25% pasien yang berhasil diobati menunjukkan hilangnya IgG antibodi

yang lengkap. Arti klinis IgA menjadi penting saat didapati hubungan antara IgA

H. pylori dengan kanker lambung, peningkatan risiko penyakit ulkus peptikum,

gastritis atrofi dan metaplasia usus. Respon IgA H. pylori dapat berkembang lebih

lambat sehingga banyak pasien yang terinfeksi H. pylori hanya memiliki IgG pada

tahap awal namun masih dimungkinkan berkembangnya respon IgA (Pandya

dkk,2014).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan

trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H. pylori positif dan negatif.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat perbedaan trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H.

pylori positif dan negatif di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H.

pylori positif dan negatif di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.

Universitas Sumatera Utara


1.3.1. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik pasien Dispepsia yang terinfeksi H.

pylori di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.

2. Untuk mengetahui karakteristik trombosit pasien Dispepsia yang

terinfeksi H. pylori di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.

3. Untuk mengetahui kadar IgG dan IgA anti H. pylori pasien Dispepsia

yang terinfeksi H. pylori di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU

Medan.

4. Untuk melihat hubungan antara IgG dan IgA anti H. pylori dengan

trombosit pasien Dispepsia yang terinfeksi H. pylori di RSUP Haji

Adam Malik dan RS USU Medan.

1.4. HIPOTESA

Terdapat perbedaan trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H. pylori

positif dan negatif di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1.5.1. Manfaat Penelitian untuk Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi secara keilmuan tentang

perbedaan trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H. pylori positif dan negatif

di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.

1.5.2 Manfaat Penelitian untuk Masyarakat

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi ke

masyarakat mengenai manfaat pemeriksaan IgG dan IgA anti H. pylori sebagai

suatu pemeriksaan noninvasive dalam mendeteksi H. pylori.

Universitas Sumatera Utara


1.5.2 Manfaat Penelitian untuk Peneliti

Penelitian ini diharapkan membuka wawasan dan memberikan konstribusi

secara keilmuan tentang perbedaan trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H.

pylori positif dan negatif di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan dan

membuka wawasan peneliti sehingga dapat dijadikan dasar bagi penelitian

selanjutnya.

1.5.3. Manfaat Penelitian untuk Pendidikan

Penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi secara keilmuan tentang

perbedaan trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H. pylori positif dan negatif

di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. H. pylori

2.1.1. Morfologi H. pylori

H. pylori memiliki banyak karakteristik yang sama dengan campylobacter.

H. pylori memiliki beberapa flagela pada satu polar dan bergerak secara aktif.

Memiliki sifat oksidase dan katalase positif, bersifat motil, dan merupakan

produsen kuat urease (Detrick B. 2016).

Infeksi oleh H. pylori terkait dengan sejumlah penyakit termasuk tukak

lambung, ulkus duodenum serta karsinoma lambung. Namun, hanya sebagian

kecil orang yang terinfeksi mengalami gejala yang nyata sehingga diagnosis

infeksi cukup rendah bila dibandingkan dengan jumlah orang yang terinfeksi

(Flaming, 2007).

H. pylori adalah bakteri gram-negatif non-spora dengan morfologi seluler

dapat melengkung, spiral, atau fusiform. Berukuran lebar 0,5-1,0 µm dan panjang

2,5-5,0 µm. Panjang spiral dapat bervariasi sesuai dengan usia, kondisi

pertumbuhan, dan identitas spesies dari sel. Bila terpapar dengan udara, sel-sel

dapat menjadi coccoid. Sejarah tentang bagaimana H. pylori ditemukan sangat

menarik. Terjadi di Rumah Sakit Royal Perth (Australia) di mana Barry Marshall

bekerja, piringan kultur hasil biopsi perut biasanya akan diperiksa dalam 48 jam,

Universitas Sumatera Utara


namun karena saat itu adalah hari kamis dan perayaan paskah maka piringan yang

seharusnya diperiksa pada hari sabtu, tidak diperiksa karena libur. Hal ini

menyebabkan masa inkubasi yang lebih lama dan mengakibatkan pertumbuhan

koloni murni dari H. pylori. Karena kemiripan H. pylori dengan campylobacter

dalam morfologi, ukuran, sifat mikroaerofilik, dan karakter fatidius, awalnya

bakteri yang ditemukan tersebut diberi nama Pylorides campylobacter pada

workshop internasional kedua tentang infeksi campylobacter yang diadakan di

Brussels (Belgia) pada bulan september 1983. Kemudian, bakteri ini berganti

nama menjadi campylobacter pylori dan akhirnya menjadi H. pylori berdasarkan

struktur yang flagellar, protein, asam lemak, dan komposisi genetik (Somily,

2015).

Gambar 2.1. Morfologi H. pylori

Dikutip dari: Flaming, S.L. 2007. H. pylori. Chelsea House Publisher. New York. Pp 1-

135.

2.1.2. Epidemiologi

H. pylori adalah infeksi bakteri yang umum di seluruh dunia dengan

prevalensi berkisar antara 30% sampai 90% dengan tingkat kejadian tahunan

Universitas Sumatera Utara


adalah 4% - 15% pada negara berkembang dan 0,5% di negara-negara industri

(Ali dkk, 2017).

H. pylori terdapat pada mukosa lambung dengan prevalensi kurang dari

20% pada orang berusia di bawah 30 tahun namun meningkat menjadi 40-60%

pada orang berusia 60 tahun, termasuk pada mereka yang tidak bergejala. Di

negara berkembang, prevalensi infeksi adalah 80% dan lebih tinggi dijumpai pada

orang dewasa. Transmisi manusia ke manusia dari H. pylori dapat terjadi secara

intrafamilial. Epidemi akut gastritis menunjukkan sumber H. pylori yang sama

(Detrick B. 2016).

Infeksi biasanya terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan dan cenderung

untuk menetap apabila tidak diobati. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah penelitian

yang dilakukan di sebuah pedesaan di daerah Lingu (Shandong-China) dimana

didapatkan bahwa infeksi H. pylori mencapai 70% pada anak-anak usia 5-6 tahun,

dan angka yang serupa didapat pada usia dewasa di daerah tersebut. Selain usia,

prevalensi meningkat dengan status sosial ekonomi yang rendah pada masa kanak

kanak, sehingga prevalensi sangat bervariasi di seluruh dunia maupun di antara

populasi yang berbeda dalam satu negara. Prevalensi yang lebih tinggi pada usia

tua diperkirakan menggambarkan efek kohort yang berkaitan dengan kondisi

sosial ekonomi yang lebih jelek pada masa kanak-kanak (Hunt dkk, 2011;

Kenneth dkk, 2010; Tanih dkk, 2010).

Infeksi dengan H. pylori meningkatkan risiko ulkus peptikum dan

perdarahan saluran cerna dari tiga sampai tujuh kali lipat. Dijumpai adanya H.

pylori pada 70-90% pasien dengan ulkus duodenum dan sampai 30-60% ulkus

Universitas Sumatera Utara


gaster. Beberapa studi klinis menunjukkan bahwa pemberantasan H. pylori

mengurangi kekambuhan ulkus hingga 10% dibandingkan dengan tingkat

rekurensi yang mencapai 70% dengan penekanan asam saja. H. pylori umumnya

menyebabkan komplikasi terhadap mukosa dan kejadian ulkus melalui proses

peradangan dan sitokin. Meskipun sistem imun memberikan respons humoral dan

sistemik, produksi antibodi biasanya tidak dapat mengeliminasi proses infeksi

(Wang dkk, 2009).

2.1.3. Aspek Klinis H. pylori pada Penyakit

Kolonisasi H. pylori bukanlah suatu primer dari penyakit tetapi merupakan

kondisi yang mempengaruhi risiko relatif berkembangnya berbagai gangguan

klinis pada saluran pencernaan bagian atas dan kemungkinan juga pada saluran

hepatobiliaris. Tes terhadap H. pylori dilakukan untuk menemukan penyebab

kondisi yang mendasari seperti pada penyakit tukak lambung atau untuk tujuan

pencegahan penyakit seperti pada kanker lambung (Kusters, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.2 Skema representative factor yang berkontribusi untuk patologi gastric

dan outcome penyakit pada H. pylori.

Dikutip dari: Kusters, J.G., Vliet, A.H., Kuipers, E.J. 2006. Pathogenesis of H. pylori

Infection. Clinical Microbiology Reviews. Pp. 449-490.

Meskipun kolonisasi lambung dengan H. pylori menunjukkan gambaran

histologis gastritis, hanya sebagian kecil yang berkembang dan menunjukkan

gejala klinis. Diperkirakan bahwa pasien dengan H. pylori memiliki 10-20%

risiko terkena penyakit ulkus dan 1-2% berkembang menjadi kanker lambung

distal. Risiko ini tergantung pada faktor bakteri, host, dan faktor lingkungan yang

sangat berhubungan dengan pola dan tingkat keparahan gastritis (Kusters, 2006).

2.1.4. Respon Imun pada infeksi H. pylori

Infeksi H. pylori mengakibatkan perkembangan penyakit lambung. Urutan

yang digambarkan pada Gambar. 6 pertama kali dikemukakan oleh Correa dkk.

Kolonisasi H. pylori pada mukosa lambung akan menginduksi respons inflamasi,

terutama sel T-helper 1 (Th1). Gastritis akut awal akan diikuti oleh gastritis kronis

aktif, yang berlangsung seumur hidup jika infeksi tidak diobati (Kuster, 2006).

Respon inflamasi ini ditandai oleh masuknya neutrofil, sel mononuklear,

dan sel Th1, yang biasanya ditujukan untuk membersihkan infeksi intraselular.

Namun karena H. pylori bukanlah patogen intraselular, respons Th1 akan

menghasilkan kerusakan sel epitel dan bukan pada menghilangnya H. pylori.

Kehadiran H. pylori yang berlanjut menyebabkan inflamasi yang disertai dengan

kerusakan sel akan memulai kaskade histologis yang digambarkan pada Gambar

2.3. Produksi ROS (reactive oxygen species) dari peradangan berlangsung dapat

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan kerusakan DNA, sehingga mendorong mutasi multipel yang

dianggap sebagai awal proses terjadinya kanker (Kuster, 2006).

Gambar 2.3. Model mewakili peran H. pylori dan faktor lainnya dalam

karsinogenesis lambung.

Dikutip dari: Kusters, J.G., Vliet, A.H., Kuipers, E.J. 2006. Pathogenesis of H. pylori

Infection. Clinical Microbiology Reviews. Pp. 449-490.

2.1.5. Patogenesis

H. pylori tumbuh dengan optimal pada pH 6,0 - 7,0. Mukus lambung

relatif asam dan memiliki kapasitas buffer yang kuat. Di sisi lumen pH mukus

rendah (1,0 - 2,0) sedangkan pada sisi epitel, pH sekitar 7,4. H. pylori dapat

ditemukan jauh di dalam lapisan mukosa di dekat permukaan epitel dimana

terdapat pH fisiologis. H. pylori juga menghasilkan protease yang memodifikasi

mukus lambung dan selanjutnya mengurangi kemampuan asam untuk berdifusi

melalui mukus. H. pylori menghasilkan aktivitas urease yang poten, yang

Universitas Sumatera Utara


menghasilkan produksi amonia dan buffer asam. H. pylori cukup motil, bahkan

dalam mukus sehingga mampu menemukan jalan ke permukaan epitel. Pada

relawan manusia, konsumsi H. pylori menghasilkan perkembangan gastritis dan

hipoklorhidria. Pemberian terapi antimikroba menghasilkan pembersihan H.

pylori dan perbaikan penyakit gastritis dan duodenum. H. pylori menyerang

permukaan sel epitel sampai batas kedalaman tertentu. Toksin dan

lipopolisakarida akan merusak sel mukosa, dan amonia yang diproduksi oleh

aktivitas urease juga dapat merusak sel secara langsung. Secara histologis,

gastritis ditandai dengan gambaran peradangan akut dan kronis. Infiltrat sel

polimorfonuklear dan mononuklear terlihat di dalam epitel dan lamina propria.

Vakuola dalam sel sering ditemukan. Kehancuran sel epitel sering terjadi dan

dapat disertai adanya atrofi kelenjar. Gambaran demikian menunjukkan H. pylori

merupakan faktor risiko utama untuk kanker lambung (Carroll, 2016).

Dengan berkembangnya teknik biokimia, informasi baru tentang

patogenisitas dan faktor virulensi H. pylori telah muncul, mengindikasikan bahwa

infeksi H. pylori memerlukan interaksi yang kompleks dari faktor inang dan

bakterial. Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa protein bakteri yang

dibutuhkan untuk kolonisasi H. pylori pada mukosa lambung. Termasuk beberapa

protein aktif yang dibutuhkan H. pylori untuk masuk ke dalam permukaan mukosa

(contohnya flagellin, yang telah dikodekan menjadi gen flaA dan flaB). Ketika

bakteri sudah berada dalam mukosa lambung, terjadi perangsangan hipoklorhidria

dengan mekanisme yang belum diketahui. Enzim urease yang diproduksi oleh

Universitas Sumatera Utara


bakteri menciptakan lingkungan mikro yang baik untuk terjadinya kolonisasi

(Tanih dkk, 2010).

H. pylori juga melepaskan beberapa protein pathogen yang dapat

menginduksi cedera jaringan, contohnya, protein CagA, adalah protein

immunogenik kuat dan dihubungkan dengan keadaan klinis yang berat, seperti

tukak peptik dan adenokasinoma lambung. Terdapat bukti-bukti penelitian bahwa

CagA berhubungan dengan adenokarsinoma distal dan bukan yang proksimal.

Protein yang dihasilkan oleh gen vacuolating cytotoxin A (vacA) dan gen A yang

diinduksi oleh kontak dengan epithelium (iceA), telah diketahui juga berhubungan

dengan cedera mukosa (Tanih dkk, 2010).

Saat kolonisasi pada mukosa berlangsung, protein immunogenik H. pylori

menginduksi reaksi inflamasi menyebabkan gastritis neutropilik dengan

munculnya manifestasi klinis dari infeksi. Proses ini diperantarai oleh interleukin

1, 2, 6, 8, dan 12, interferon gamma, TNF-α, limfosit T dan B serta sel-sel fagosit.

Faktor-faktor ini menyebabkan proses apoptosis dari mukosa (Tanih dkk, 2010).

2.1.6. Efek H. pylori pada Fisiologis Gaster

Pasien yang terinfeksi dengan H. pylori mengembangkan respon antibodi

IgM terhadap infeksi. Kemudian IgG dan IgA akan dihasilkan dan bertahan baik

secara sistemik maupun lokal pada mukosa titer yang tinggi didapati pada orang

yang terinfeksi kronis. Pengobatan antimikroba terlalu dini terhadap infeksi H.

pylori akan melemahkan respon antibodi, dan memicu terjadinya infeksi berulang

(Detrick, 2016)

Universitas Sumatera Utara


Selain menyebabkan cedera lokal pada mukosa gaster, H. pylori juga

menyebabkan perubahan sekresi gaster. Lokasi dan keparahan infeksi tampaknya

berkaitan erat dengan tampilan klinis, yang disebabkan oleh efek perubahan

fisiologis gaster (Detrick, 2016).

Pasien dengan adenokarsinoma lambung, cenderung mengalami

pangastritis, yang melibatkan korpus gaster (yang menghasilkan asam) dan juga

antrum. Keadaan ini menyebabkan atropi dari sel parietal (penghasil asam) dan sel

yang memproduksi gastrin pada antrum sehingga menyebabkan keadaan

aklorhidria. Pasien dengan adenokarsinoma lambung juga memiliki sekresi asam

yang lemah sebagai respon dari rangsangan gastrin (Tanin dkk, 2010).

2.2. Lambung

2.2.1. Anatomi Lambung

Organ lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang abdomen atas

tepat dibawah diagfragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung- J,

dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung

1 – 2 liter. Lambung terbagi atas fundus, korpus, antrum pilorikum atau pilorus.

Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura mayor, dan dibagian kiri

terdapat cekungan kurvatura minor. Lambung memiliki 2 spingter yaitu diatas

spingter cardia, dan dibawah spingter pilorikum (Pearce, 2006).

Lambung terdiri dari 4 lapisan, tunika serosa atau lapisan terluar

merupakan bagian dari peritonium viceralis. Lapisan selanjutnya adalah lapisan

otot polos lambung atau tunika muskularis yang terdiri dari 3 lapisan otot, yaitu

dari paling luar kedalam otot longitudinal, otot sirkular, dan otot oblik. Semua otot

Universitas Sumatera Utara


ini berfungsi untuk mengaduk makanan yang masuk kedalam lambung. Lapisan

selanjutnya adalah lapisan submukosa, pada lapisan ini terdapat serabut syaraf,

pembuluh darah, dan saluran lymphe. Lapisan terakhir adalah tunika mukosa.

Pada tunika mukosa terdapat kelenjar-kelenjar, yaitu kelenjar kardia dibagian atas

dan kelenjar gastrik dibagian bawah. Pada kelenjar gastrik terdapat 3 tipe utama

sel, yaitu sel zimogenik atau chief cells yang mengsekresikan pepsinogen, sel

parietal yang mengsekresikan asam lambung, dan sel mukus yang mengeluarkan

mucous (Pearce, 2006).

Gambar 2.4. Anatomi Lambung

Dikutip dari: Pearce, E.C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Kedokteran. PT. Gramedia

Jakarta. 2006. Pp 65-78.

Persyarafan lambung dihantarkan oleh sistem saraf otonom, yaitu

parasimpatis yang diwakili oleh nervus vagus, dan saraf simpatis diwakili oleh

saraf splanikus mayor dan seliakum. Darah kelambung disuplai oleh arteri seliaka

atau trunkus seliakus, dan dikembalikan melalui vena porta (Pearce, 2006).

2.2.2. Faktor Pertahanan Mukosa Gastroduodenal

Epitel gaster dapat mengalami iritasi terus-menerus oleh 2 faktor perusak:

Universitas Sumatera Utara


1. Perusak endogen (HCL, pepsinogen/pepsin dan garam empedu)

2. Perusak eksogen (obat-obatan, alcohol, dan bakteri).

Sebagai penangkal iritasi tersebut terdapat sistem biologi canggih, dalam

mempertahankan keutuhan dan perbaikan mukosa lambung bila timbul kerusakan.

Sistem pertahanan mukosa gastroduodenal terdiri dari preepitel, epitel, dan

subepitel (Tarigan, 2014).

• Lapisan preepitel

Berisi mukus bikarbonat bekerja sebagai rintangan fisikokemikal terhadap

molekul asam seperti ion hidrogen. Mukus yang disekresi sel epitel mengandung

95% air dan campuran lipid dengan glikoprotein. Mucin sebagai unsur utama

glikoprotein dalam ikatan dengan fosfolipid, membentuk lapisan penahan

air/hidrofobik dengan asam lemak yang muncul keluar dari membran sel. Lapisan

mukosa yang tidak tembus air merintangi difus ion dan molekul seperti pepsin.

Bikarbonat memiliki kemampuan mempertahankan perbedaan pH yakni pH 1-2

didalam lumen lambung dengan pH 6-7 di dalam sel epitel. Sekresi bikarbonat

dirangsang oleh kalsium, pepsinogen, aktifitas kolinergik, dan keasaman lumen

(Tarigan, 2014).

• Sel Epitel Permukaan dan Subepitel

Adalah pertahanan kedua dengan kemampuan menghasilkan mukus,

transportasi ionik sel epitel serta produksi bikarbonat yang dapat mempertahankan

pH intraseluler (pH 6-7), dan intracellular tight junction. Bila pertahanan

Universitas Sumatera Utara


preepitel dapat ditembus oleh faktor agresi maka sel epitel yang berbatasan

dengan daerah yang rusak akan berpindah / migrasi memperbaiki kerusakan /

restitusi. Proses ini bukan pembelahan sel namun memerlukan sirkulasi darah

yang baik dan mileu alkali. Beberapa faktor pertumbuhan memegang peranan

seperti: EGF, FGF, TGFa dalam membantu proses restitusi (Tarigan, 2014).

2.2.3. Fisiologi Sekresi Gaster

HCL dan pepsin adalah produk yang paling utama yang dapat

menimbulkan kerusakan mukosa lambung. Sekresi asam basal dalam pola

sirkardia, tertinggi terjadi pada malam hari dan terendah pada pagi hari. Factor

kolinergik melalui nervus vagus dan faktor histaminergik melalui sumber lokal di

gaster mempengaruhi produksi asam basal tersebut. Sekresi asam akibat

perangsangan dihasilkan dalam 3 fase yang berada tergantung sumber rangsang

(sefalik, gastrik, dan intestinal) (Tarigan, 2014).

Penglihatan, penciuman dan rasa dari makanan merupakan komponen fase

sefalik melalui perangsangan nervus vagus. Fase gastrik terjadi pada saat makanan

masuk kedalam lambung. Komponen sekresi adalah kandungan makanan yang

terdapat di dalamnya (asam amino dan amino bentuk lain) yang secara langsung

merangsang sel G untuk melepaskan gastrin yang selanjutnya mengaktifasi sel-sel

parietal melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung. Peregangan dinding

lambung akan memicu pelepasan gastrin dan produk asam (Tarigan, 2014).

Fase terakhir sekresi asam lambung yaitu fase intestinal dimulai pada saat

makanan masuk kedalam usus dan diperantarai oleh adanya peregangan usus dan

pencampuran kandungan makanan yang ada. Beberapa cara untuk menghambat

Universitas Sumatera Utara


sekresi asam lambung juga berlangsung bersamaan. Somatostatin, suatu hormone

gastrointestinal yang dilepaskan sel-sel endokrin didapati pada mukosa gaster

dalam rangka merespon HCl. Somatostatin dapat menghambat produksi asam

melalui mekanisme langsung melalui sekresi sel parietal maupun tidak langsung

dengan menurunkan pelepasan histamine dari sel-sel seperti enterokromafin dan

menimbulkan pelepasan gastrin melalui sel-sel G. Faktor rangsang tambahan yang

dapat mengimbangi sekresi asam lambung, antara lain faktor neural (sentral dan

perifer) dan hormonal ( sekretin dan kolesistokinin). Dalam keadaan fisiologi

fase-fase tersebut berlangsung secara bersamaan (Tarigan, 2014).

2.3. Dispepsia

2.3.1. Pengertian

Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen

bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa

gejala berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh

setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual,

muntah, dan sendawa. Untuk dispepsia fungsional, keluhan tersebut di atas harus

berlangsung setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan awitan gejala enam

bulan sebelum diagnosis ditegakkan (Simadibarata dkk, 2014).

2.3.2. Epidemiologi

Prevalensi pasien dispepsia di pelayanan kesehatan mencakup 30% dari

pelayanan dokter umum dan 50% dari pelayanan dokter spesialis gastroenterologi.

Mayoritas pasien Asia dengan dispepsia yang belum diinvestigasi dan tanpa tanda

bahaya merupakan dispepsia fungsional. Berdasarkan hasil penelitian di negara-

Universitas Sumatera Utara


negara Asia (Cina, Hong Kong, Indonesia, Korea, Malaysia, Singapura, Taiwan,

Thailand, dan Vietnam) didapatkan 43-79,5% pasien dengan dispepsia adalah

dispepsia fungsional. Dari hasil endoskopi yang dilakukan pada 550 pasien

dispepsia dalam beberapa sentral di Indonesia pada Januari 2003 sampai April

2004, didapatkan 44,7 % kasus kelainan minimal pada gastritis dan duodenitis;

6,5% kasus dengan ulkus gaster; dan normal pada 8,2% kasus.Di Indonesia, data

prevalensi infeksi H. pylori pada pasien ulkus peptikum (tanpa riwayat pemakaian

obat-obatan anti-inflamasi non-steroid (OAINS) bervariasi dari 90-100% dan

untuk pasien dispepsia fungsional sebanyak 20- 40% dengan berbagai metode

diagnostik (pemeriksaan serologi, kultur, dan histopatologi) ( Simadibrata dkk,

2014).

Prevalensi infeksi H. pylori pada pasien dispepsia yang menjalani

pemeriksaan endoskopik di berbagai rumah sakit pendidikan kedokteran di

Indonesia (2003-2004) ditemukan sebesar 10.2%. Prevalensi yang cukup tinggi

ditemui di Makasar tahun 2011 (55%), Solo tahun 2008 (51,8%), Yogyakarta

(30.6%) dan Surabaya tahun 2013 (23,5%), serta prevalensi terendah di Jakarta

(8%) (Simadibrata dkk, 2014).

2.3.3. Klasifikasi Dispepsia

Beberapa penyebab dispepsia dapat diklasifikasikan sebagai organik atau

fungsional. Di antara penyebab organik adalah esophagitis, penyakit tukak

lambung, striktur esofagus jinak, keganasan gastrointestinal bagian atas, iskemia

intestinal kronis, dan penyakit pankreas. Selain itu, beberapa obat juga diketahui

dapat menyebabkan gejala dispepsia. Yang paling menonjol adalah OAINS, yang

Universitas Sumatera Utara


dapat menyebabkan cedera mukosa dan gastritis. Penyebab dispepsia fungsional

yaitu semua penyebab kecuali penyebab organik. Dispepsia fungsional

sebelumnya ditentukan oleh kriteria Roma II sebagai nyeri yang berpusat di perut

bagian atas dalam keadaan endoskopi normal. Roma Foundation menetapkan

kriteria diagnostik berbasis gejala dengan tiga sub tipe dispepsia fungsional yaitu

dispepsia seperti maag dan dispepsia yang tidak spesifik (non spesifik). Kriteria

ini telah direvisi pada Roma III (Tabel 17-2) untuk mengatasi fakta bahwa subtipe

sebelumnya adalah nilai klinis yang patut dipertanyakan dan bahwa pasien dengan

dispepsia fungsional tidak harus memiliki rasa sakit sebagai satu-satunya gejala,

namun memiliki perbedaan gejala dengan variabilitas yang besar. Definisi

dispepsia fungsional terkini setelah direvisi adalah adanya satu atau lebih gejala

dispepsia yang berasal dari daerah gastroduodenal, dengan tidak adanya penyakit

organik, sistemik, atau metabolik yang dapat menjelaskan gejalanya (Wang dkk,

2009).

Kriteria Roma III belum divalidasi di Indonesia. Konsensus Asia-Pasifik

(2012) memutuskan untuk mengikuti konsep dari kriteria diagnosis Roma III

dengan penambahan gejala berupa kembung pada abdomen bagian atas yang

umum ditemui sebagai gejala dispepsia fungsional (Simadibrata dkk, 2014).

Tabel 2.1. Kriteria Dispepsia Fungsional berdasarkan Rome III

Universitas Sumatera Utara


Dikutip dari: Wang, F.S., Buraakoff, R. 2009. Functional (nonulcer) Dyspepsia. In:

Greenberger, N.J., Blumberg, R.S., Burakoff, R. CURRENT Diagnosis & Treatment

Gastroenterology, Hepatology, & Endoscopy. The McGraw-Hill Companies. United

States.pp. 182-189.

II.3.4. Patofisiologi

Patofisiologi ulkus peptikum yang disebabkan oleh H. pylori dan OAINS

telah banyak diketahui. Dispepsia fungsional disebabkan oleh beberapa faktor

utama, antara lain gangguan motilitas gastroduodenal, infeksi H. pylori, asam

lambung, hipersensitivitas viseral, dan faktor psikologis. Faktor-faktor lainnya

yang dapat berperan adalah genetik, gaya hidup, lingkungan, diet dan riwayat

infeksi gastrointestinal sebelumnya (Simadibrata dkk, 2014).

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa pasien dengan tukak duodeni

yang telah terinfeksi oleh H. pylori, telah memperlihatkan peningkatan kadar

gastrin, yang akan menyebabkan meningkatnya produksi asam. Pasien-pasien ini

Universitas Sumatera Utara


cenderung memiliki gastritis yang lebih ringan, dengan peradangan paling banyak

pada antrum, dan bagian distal dari lambung (Tanih dkk, 2010).

2.4. Trombosit

2.4.1. Morfologi Trombosit

Trombosit merupakan tipe sel yang terkecil pada sirkulasi darah,

berdiameter rata-rata 2,0 sampai 5,0 μm dan tebal 0,5 μm serta memiliki ukuran

rata-rata 6 - 10 fl. Trombosit berusia 7- 10 hari (Michelson, 2013).

Trombosit dewasa (Gambar 2.5), secara metabolik merupakan fragmen sel

aktif dan merupakan komponen penting kedua pada pemeliharaan hemostasis Sel-

sel anuclear ini beredar dalam darah perifer setelah diproduksi oleh sitoplasma

megakariosit yang adalah sel terbesar ditemukan di sumsum tulang (Turgeon,

2012).

Ultrastruktur Platelet Matur

Pemeriksaan platelet dengan mikroskop elektron menunjukkan berbagai struktur

dimana struktur ini sangat penting sebagai fungsi platelet.

1. Glycocalyx

Ultrastruktur pemeriksaan platelet (Gambar 2.5) mengungkapkan bahwa

membran seluler dikelilingi secara eksternal oleh amantel atau glycocalyx.

Glycocalyx terdiri dari protein plasma dan molekul karbohidrat yang saling terkait

pada sistem koagulasi, komplemen, dan fibrinolitik. Reseptor glikoprotein dari

glycocalyx memediasi reaksi adheren trombosit, perubahan bentuk seluler,

kontraksi internal, dan agregasi.

Universitas Sumatera Utara


2. Membran sitoplasma

Berdekatan dengan glycocalik. Bagian membran plasma invaginasi ke interior

trombosit untuk membentuk sistem membran terbuka (kanalikular). Kanalikular

tersebut merupakan suatu permukaan reaktif yang besar di mana protein-protein

koagulasi plasma dapat diabsorbsi secara selektif. Aktivasi membran fosfolipid

juga menghasilkan aktivitas prokoagulan dan asam arakidonat terhadap proses

pembekuan darah. Membran sitoplasma dan sistem membran kanalikular terbuka

mengartikulasikan dengan sistem tubular padat yang tidak terhubung ke

permukaan.

3. Mikrofilamen dan Mikrotubulus

Berada di bawah membran sel yang merupakan serangkaian filamen submembran

dan mikrotubulus yang membentuk sitoskeleton seluler. Selain menyediakan

struktur untuk mempertahankan bentuk discoid pada sel, sitoskeleton juga

mempertahankan posisi organel. Sistem sekunder mikrofilamen berfungsi dalam

organisasi internal dan sekresi produk koagulasi darah seperti fibrinogen.

Mikrofilamen berinteraksi dengan sistem tubular padat dalam menyerap kalsium,

yang pada awalnya menyebabkan pemusatan organel internal. Subselular dan

sitoplasma ini membentuk sistem kontraktil (zona gel sol) dari trombosit.

4. Granule

Terdapat tiga jenis penyimpanan granule yang berbeda berhubungan

dengan hemostasis pada trombosit dewasa terdiri dari alfa granule, dense atau

delta granule, dan lisosom. Alfa granule adalah bentuk yang paling banyak. Alfa

granule mengandung heparin-neutralizing platelet factor 4 (PF 4), beta-

Universitas Sumatera Utara


thromboglobulin, platelet-derived growth factor, platelet fibrinogen, fibronectin,

von Willebrand factor (vWF), and thrombospondin. Dense bodies, jika dilihat dari

mikroskop elektron mengandung serotonin, adenosin diphosphate (ADP),

adenosine triphosphate (ATP), dan kalsium. Lysosomes, jenis granule ketiga

menyimpan enzim hidrolase. Sekresi dari granule dilepaskan ke dalam sistem

kanalikular terbuka (Turgeon, 2012).

5. Konstituen Cytoplasmic lainnya

Selain mengandung sejumlah besar protein kontraktil, termasuk actomyosin

(trombosthenin), myosin, dan filamin, sitoplasma trombosit mengandung glikogen

dari enzim jalur glikolitik dan heksosa. Energi untuk aktivitas metabolik dan

kontraksi seluler berasal dari metabolisme aerobik di mitokondria dan glikolisis

anaerobik dengan memanfaatkan glikogen stores. Platelet adalah sel energi yang

sangat tinggi dengan tingkat metabolisme 10 kali lipat dari eritrosit. Berdasarkan

ketersediaan energi dan konstituen endogen, trombosit dilengkapi secara efektif

untuk memenuhi peran melindungi tubuh terhadap trauma vaskular.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5. Komponen Platelet

Dikutip dari: Turgeon, M.L. 2012. Clinical Hematology. In Principle of hemostasis and

thrombosis. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelpia. Pp.406-410.

2.4.2. Kinetik Platelet, Waktu hidup, dan Normal Platelet

Megakaryocyte rata-rata menghasilkan sekitar 1.000 sampai 2.000

trombosit. Waktu transit sumsum, atau periode pematangan megakaryocyte

berlangsung kira-kira 5 hari. Trombosit awalnya akan memasuki limpa, di mana

mereka tinggal selama 2 hari. Setelah periode ini, trombosit berada dalam

sirkulasi darah atau kolam limpa yang aktif. Setiap saat, kira-kira dua pertiga dari

jumlah total trombosit berada dalam sirkulasi sistemik, sedangkan sisanya ada

sebagai kumpulan trombosit di limpa yang bebas bertukar dengan sirkulasi umum.

Orang normal memiliki rata-rata 250 × 109 / L (150 × 109 / L - 450 × 109 / L)

trombosit dalam sirkulasi sistemik. Omset trombosit atau trombopoiesis efektif

rata-rata 350 × 109 / L ± 4,3 × 109 / L / hari. Rentang umur trombosit dewasa

adalah 9,0 hari ± 1 hari. Pada akhir masa hidupnya, trombosit akan fagositosis

oleh hati dan limpa serta jaringan lain dari sistem fagosit mononuklear (Turgeon,

2012).

2.4.3. Fungsi Platelet

Trombosit bergerak bebas melalui lumen pembuluh darah sebagai

komponen sistem peredaran darah. Proses ini membutuhkan paling sedikit 10%

dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah yang memiliki fungsi normal. Hal

ini menunjukan bahwa agar proses hemostasis dapat berjalan dengan baik, tidak

hanya dibutuhkan jumlah trombosit yang normal tetapi juga fungsi trombosit yang

normal. (Turgeon, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Setelah kerusakan pada endothelium pembuluh darah serangkaian kejadian

akan terjadi secara berurutan dimulai adhesi pada pembuluh yang terluka,

perubahan bentuk, agregasi, dan sekresi. Setiap perubahan struktural dan

fungsional disertai serangkaian reaksi biokimia yang terjadi selama proses aktivasi

platelet. Membran plasma trombosit adalah fokus interaksi antara lingkungan

ekstraselular dan intraselular. Agonis yang menyebabkan aktivasi platelet cukup

bervariasi yakni nukleotida (ADP), lipid (tromboksan A2, faktor pengaktifan

platelet), protein struktural (kolagen), dan enzim proteolitik (trombin). Salah satu

aktivitas berbeda yang terkait dengan aktivitas trombosit dalam menanggapi

kerusakan vaskular adalah pemeliharaan integritas vaskular yang terus berlanjut

dengan semakin cepatnya trombosit terpapar pada endotelium. Pembentukan

sumbat trombosit pada awalnya akan menahan pendarahan. Agregasi platelet di

lokasi kerusakan vaskular memungkinkan pelepasan molekul yang terlibat dalam

hemostasis dan penyembuhan luka dan memberikan permukaan membran untuk

perakitan enzim koagulasi yang menyebabkan pembentukan fibrin. Penyembuhan

vaskular akan dimulai dengan merangsang migrasi dan proliferasi sel endotel dan

sel otot polos medial melalui pelepasan mitogen yaitu faktor pertumbuhan yang

diturunkan dari platelet (Turgeon, 2012).

Tiga fungsi trombosit adalah sebagai berikut:

1. Adhesi dan perubahan bentuk

Dengan pemaparan subendotelial kolagen untuk vWF, terjadilah

perubahan konformasi dalam multimer dengan berat molekul tinggi,

diikuti oleh interaksi antara reseptor vWF dan glikoprotein (Gp) Ib / IX /

Universitas Sumatera Utara


V. Hal ini diikuti adhesi platelet ke subendotelial kolagen melalui interaksi

dengan vWF; vWF, GpIb / IX / V, kolagen, GpIa / Iia, dan GpVI.

2. Aktivasi platelet

Selama proses ini, terjadi peningkatan konsentrasi kalsium sitoplasma

dengan perubahan bentuk trombosit dengan adanya perpanjangan

pseudopodia, dan pelepasan zat kimia. Phosphatidylserine ditranslokasi ke

permukaan luar. Pelepasan ADP, aktivasi reseptor trombin, dan produksi

tromboksan A2 (dari asam arakidonat dengan bantuan enzim

siklooksigenase) semuanya terlibat dalam aktivasi platelet. Aktivasi ligan

binding site pada GpIIb / IIIa juga terjadi saat ini. GpIIb / IIIa kemudian

berinteraksi dengan GpIIb / IIIa pada platelet lain melalui fibrinogen,

menyebabkan agregasi trombosit. Jika terdapat kekurangan enzim kelainan

reseptor atau kelainan penyimpanan bahan kimia akan menyebabkan

disfungsi trombosit.

3. Agregasi

Pengikatan dimediasi oleh fibrinogen dari GpIIb / IIIa yang teraktivasi

oleh reseptor pada trombosit yang berdekatan kemudian diperbesar oleh

trombospondin. Kekurangan GpIIb / IIIa yang dikenal dengan

Glanzmann’s thrombasthenia dan keadaan hipofibrinogenemia akan

menyebabkan fungsi platelet abnormal (Wahed dkk, 2015).

2.4.4. Hitung Platelet

Trombosit dapat dihitung secara keseluruhan dengan menggunakan teknik

deteksi elektro atau optik yang sama seperti yang digunakan untuk menghitung sel

Universitas Sumatera Utara


darah merah. Ambang batas atas diperlukan untuk memisahkan trombosit dari sel

darah merah dan ambang bawah diperlukan untuk memisahkan trombosit dari

debris dan kebisingan elektronik. Ambang batas dapat bervariasi secara otomatis,

tergantung pada karakteristik sampel darah individu, untuk membuat penyisihan

sel darah merah atau mikro terfragmentasi atau untuk platelet raksasa (Briggs, C,

2011).

2.4.4.1. Mean platelet volume (MPV)

Teknik yang sama yang digunakan untuk ukuran sel darah merah dapat

diterapkan pada trombosit. Volume platelet rata-rata (MPV) diperoleh dari kurva

distribusi ukuran platelet impedansi. MPV sangat bergantung pada teknik

pengukuran dan kondisi penyimpanan sebelum darah diuji. Ketika MPV diukur

dengan teknologi impedansi, telah ditemukan hasil yang bervariasi berbanding

terbalik dengan jumlah trombosit pada subjek normal. Jika kurva ini

diekstrapolasi ditemukan bahwa data sesuai dengan kurva ekstrapolasi ketika

trombositopenia disebabkan oleh kerusakan platelet perifer, namun didapati MPV

lebih rendah dari yang diperkirakan saat trombositopenia disebabkan oleh anemia

megaloblastik atau kegagalan sumsum tulang. Trombosit besar secara hemostatik

lebih aktif daripada trombosit yang lebih kecil dan mungkin lebih penting secara

fungsional daripada trombosit yang lebih kecil. Peningkatan MPV telah diamati

pada pasien yang berisiko terkena infark miokard dan infark serebral. MPV tinggi

dapat memberikan bukti penting tentang macrothrombocytopenia yang

diwariskan. MPV umumnya lebih besarjuga ditemukan pada neoplasma

Universitas Sumatera Utara


myeloproliferative, namun untuk membedakan trombositemia primer dari

trombositosis reaktif atas dasar ini belum terlalu berhasil (Briggs, C, 2011).

Trombosit yang lebih besar berkontribusi pada keadaan proinflamatory

dan prothrombotic. Intensitas peradangan sistemik mempengaruhi ukuran

trombosit. Kondisi peradangan tingkat tinggi seperti rheumatoid artritis dan

penyakit radang usus besar ditandai oleh trombosit berukuran kecil sehingga

tingkat MPV berkurang. Tingkat MPV dan aktivitas penyakit memiliki hubungan

terbalik. Penyakit yang mencapai remisi dengan terapi imunosupresif ditandai

dengan kadar MPV yang lebih tinggi daripada periode aktif penyakit. Pengaturan

megakaryocytopoiesis terkait dengan platelet dan kondisi fisiologis dan patologis

yang mempengaruhi proses ini. Sitokin inflamasi termasuk trombopoetin, faktor

stimulasi koloni granulosit-makrofag, IL-1, IL-6, TNF-α mempengaruhi

pematangan dan pelepasan trombosit ke dalam sirkulasi. Salah satu penjelasan

yang mungkin bahwa kadar MPV tidak berkorelasi dengan intensitas H. pylori

adalah selisih sitokin yang terlibat dalam peradangan mukosa lambung. Meskipun

tingkat serum TNF-α meningkat pada infeksi H. pylori, sitokin yang menonjol

dari peradangan lambung adalah IL-6. Satu studi melaporkan bahwa tingkat IL-6

yang berdampak pada produksi trombosit tidak berbeda antara pasien dengan dan

tanpa infeksi H. pylori. Tetapi studi yang sama menunjukkan reversibilitas

disfungsi endotel setelah H. pylori memberantas (Yeniova dkk, 2013).

2.4.4.2. Platelet Distribution Width (PDW)

Parameter trombosit lain yang dapat dihitung dengan penghitung otomatis

mencakup variasi distribusi ukuran trombosit (PDW), yang merupakan ukuran

Universitas Sumatera Utara


anisositosis platelet dan plateletcrit (PCT) merupakan produk dari jumlah MPV

dan trombosit. PCT dapat dilihat sebagai indikasi volume platelet yang beredar

dalam satuan volume darah. Rasio sel besar platelet (P-LCR), yang dilaporkan

oleh beberapa instrumen, adalah jumlah platelet yang berada di atas ambang batas

12 fl pada histogram dibagi dengan jumlah platelet total. P-LCR atau PDW yang

tinggi dapat mengindikasikan penghancuran platelet di perifer. PDW telah

digunakan untuk membedakan trombositemia primer (PDW meningkat) dari

trombositosis reaktif (PDW normal). Plateletcrit tampaknya tidak memberikan

informasi tentang nilai klinis. Semua parameter platelet yang diturunkan sangat

spesifik untuk masing-masing teknik, dengan teknik yang berbeda akan memiliki

rentang normal yang berbeda pula (Briggs, C, 2011). PDW meningkat selama

deplesi trombosit ketika terjadi perubahan trombosit dimana trombosit imatur

banyak masuk ke aliran darah. PDW memiliki pola karakteristik yang mirip

dengan MPV selama infeksi berat akut (Gao dkk, 2014).

2.5.Trombosit pada dispepsia

Trombosit sangat terlibat dalam homeostasis, peradangan, imunitas dan

regenerasi jaringan dan proses fisiologis dan patologis lainnya. Trombosit

memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan yang terkait dengan

peradangan lokal atau sistemik. Agen trombotik dan inflamasi yang dilepaskan

dari trombosit dapat menyebabkan komplikasi. (Ali dkk, 2017).

2.6. Hubungan H. pylori dengan platelet pada dispepsia

H. pylori adalah infeksi bakteri pada manusia yang spesifik untuk sel

epitel gastrik. H. pylori berkoloni pada perut manusia dan memicu radang

Universitas Sumatera Utara


lambung. Hal ini mengaktifasi neutrofil, monosit dan pelepasan sitokin

proinflammatori pada mukosa lambung. (Yeniova dkk, 2013).

Infeksi H. pylori pada mukosa lambung biasanya berkembang menjadi

peradangan kronis yang disebabkan oleh sel mononuklear. Peradangan pada

mukosa lambung, akibat H. pylori diperkirakan dapat menyebabkan peradangan

sistemik (Yeniova dkk, 2013).

Gastritis aktif kronis ditandai dengan infiltrasi limfosit dan neutrofil. Foci

dari metaplasia usus, agregat limfoid, dan folikel limfoid yang menghasilkan

atrofi terbentuk di samping peradangan. Kelainan ini menyebabkan regenerasi

epitel foveolar dan reduksi sekresi lendir. Koloni dapat terjadi secara keseluruhan

pada mukosa lambung dari pilorus sampai kardiak (Topal dkk, 2010).

MPV merupakan penanda sederhana yang menunjukkan fungsi trombosit

dan aktivasi yang bisa ditentukan secara tes hematologik klinis dan dipengaruhi

oleh peradangan (Topal dkk, 2010). Banyak penyakit yang terkait dengan agregasi

trombosit, salah satunya adalah infeksi H. pylori. Orang yang terinfeksi H. pylori

memiliki kecenderungan untuk menderita infark miokard, penyakit jantung

koroner dan stroke. H pylori dapat memicu pembentukan thrombotic

thrombocytopenic purpura (TTP) dengan menginduksi agregasi trombosit melalui

interaksi dengan faktor von Willebrand (vWF) (Yeh dkk, 2010).

Terdapat hubungan antara H. pylori dan agregasi platelet in vivo. Terbukti

dengan didapatnya agregasi trombosit pada mikrosirkulasi mukosa lambung tikus

setelah pemberian H. pylori. Peningkatan trombosis juga ditemukan pada tikus

yang terinfeksi H. pylori kronis. Namun, mekanisme bagaimana H. pylori

Universitas Sumatera Utara


menginduksi agregasi trombosit belum dipahami dengan jelas. Byrne dkk

menemukan bahwa strain H. pylori 60190 (ATCC 49503) menginduksi agregasi

platelet melalui interaksi antara H. pylori, antibodi, dan reseptor platelet Fc RIIA

(CD32), serta vWF dan reseptor Gp Ib / IX. vWF yang ditemukan di plasma darah

yang diproduksi di endothelium (pada Weibel-Palade bodies) dan megakaryocytes

(butiran platelet). Bukti menunjukkan bahwa VWF adalah salah satu elemen

penting yang terlibat dalam H. pylori menginduksi agregasi trombosit. Karya

terbaru telah menunjukkan bahwa domain DD3 VWF dapat berinteraksi dengan

protein membran integral P-selectin (CD62P) pada Weibel-Palade body (Yeh dkk,

2010).

P-selectin merupakan famili selectin dari reseptor permukaan sel yang

berfungsi memediasi penarikan dan penggulungan leukosit. Trombosit diketahui

menjadi aktif saat berhubungan dengan aktivator, termasuk asam arakidonat (AA),

adenosin difosfat (ADP), kolagen, dan epinefrin. Setelah diaktifkan, platelet

melepaskan beberapa faktor koagulasi yang berbeda dan faktor pengaktifan

trombosit, seperti P-selectin yang biasanya ditemukan di membran granula sekresi

platelet. Ini dikenal sebagai degranulasi, dimana redistribusi faktor-faktor ini dari

membran granula ke membran plasma terjadi. Infeksi H. pylori kemudian

dikaitkan dengan peningkatan ekspresi P-selectin (Yeh dkk, 2010).

Tidak semua strain H. pylori menginduksi agregasi trombosit walaupun

infeksi H. pylori diketahui menginduksi apoptosis pada sel AGS dari sel epitel

lambung manusia. Selain menginduksi agregasi platelet, H. pylori juga dapat

Universitas Sumatera Utara


menyebabkan apoptosis platelet, yang dapat menjelaskan penurunan kadar

trombosit yang terlihat pada beberapa pasien ITP (Yeh dkk, 2010).

H. pylori memicu terjadinya TTP dengan menginduksi agregasi trombosit

melalui interaksi dengan vWF. Sebuah studi sebelumnya menunjukkan bahwa

ikatan langsung antara vWF dan H. pylori 49503 menginduksi agregasi trombosit.

DD3 domain vWF pada Weibel-Palade body juga ditemukan berinteraksi dengan

membran P-selectin. Agregasi trombosit H. pylori diinduksi dengan pengikatan

bakteri / antibodi ke reseptor trombosit Fc RIIA. Perlekatan yang kuat diperlukan

agar platelet menjadi aktif disusul pelepasan P-selectin dan vWF yang signifikan.

Adhesi antara kompleks bakteri / anti-Hp IgG / platelet dengan vWF yang

dilepaskan platelet dan P-selectin akhirnya menginduksi agregasi (Yeh dkk,

2010).

Infeksi H. pylori telah dikaitkan dengan beberapa pasien dewasa dengan

Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP). Perbedaan dalam respon klinis

terhadap terapi pemberantasan H. pylori mungkin merupakan akibat dari

perbedaan strain bakteri. Ada juga dugaan bahwa infeksi kronis dengan H. pylori

adalah penyebab ITP sekunder, yang berbeda dengan ITP primer (kebanyakan

terlihat pada anak-anak) (Yeh dkk, 2010).

2.7. Pemeriksaan Diagnostik infeksi H. pylori

Tes diagnosis infeksi H. pylori dapat dilakukan secara langsung melalui

endoskopi (rapid urease test, histologi, kultur dan PCR) dan secara tidak langsung

tanpa endoskopi (urea breath test, stool test, urine test, dan serologi). Urea breath

test saat ini sudah menjadi gold standard untuk pemeriksaan H. pylori, salah

Universitas Sumatera Utara


satunya adalah dengan 13CO2 breath analyzer. Syarat untuk melakukan

pemeriksaan H. pylori, yaitu harus bebas antibiotik dan PPI (proton-pump

inhibitor) selama 2 minggu. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah

situasi klinis, prevalensi infeksi dalam populasi, probabilitas infeksi parasit,

perbedaan dalam performa tes, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil

tes, seperti penggunaan terapi antisekretorik dan antibiotik (Simadibrata dkk,

2014).

2.7.1. Metode invasif

2.7.1.1.Histologi / mikroskopi

Sejak ditemukannya H. pylori pemeriksaan histopatologi biopsi jaringan

dari lambung menjadi pemeriksaan pilihan tenaga medis. Ahli histopatologi

menganggap ini sebagai standar emas dalam diagnosis H. pylori terkait infeksi

baik di negara maju maupun negara berkembang (Somily dkk, 2015).

2.7.1.2.Uji urease yang cepat

Tes CLO ini dapat dilakukan pada saat endoskopi untuk mengetahui status

H. pylori pasien sebelum diperoleh hasil dari endoskopi dimana hasil dapat

diproses dalam satu jam. Jika H. pylori ada dalam sampel, maka akan

menghasilkan enzim urease yang akan menghidrolisis urea menjadi amonia.

Akibatnya, pH medium akan meningkat dan warnanya akan berubah dari kuning

ke merah (Somily dkk, 2015).

2.7.1.3. Kultur bakteri dan uji sensitivitas

H. pylori adalah salah satu bakteri yang paling sulit tumbuh. Meski kultur

dianggap sebagai standar emas, sangat sedikit laboratorium yang secara rutin

Universitas Sumatera Utara


kultur H. pylori karena sifatnya yang kompleks, pertumbuhannya lambat, dan

kebutuhan pertumbuhan khusus. Kultur rutin sebagai alat diagnostik tidak

dianjurkan. Namun, pada pasien di mana terapi antimikroba lini kedua standar

telah gagal, kultur sangat penting untuk menentukan antibiotik yang sensitif

(Somily dkk, 2015).

2.7.1.4.Metode molekuler

Polymerase chain reaction (PCR) belum dianggap sebagai alat praktis

untuk diagnosis rutin H. pylori, namun, banyak laboratorium beralih demi

kenyamanan dan ketepatan. Beberapa laboratorium juga menggunakan RT-PCR

untuk menentukan resistensi terhadap obat yang umum digunakan (klaritromisin,

tetrasiklin, metronidazol) dengan mendeteksi mutasi titik. PCR juga berguna

dalam mendeteksi organisme saat kultur sulit dilakukan, seperti pada pengujian

sampel air minum (Somily dkk, 2015).

2.7.2. Metode non-invasif

2.7.2.1. Serologi

Berbagai metode tes serologis seperti fiksasi komplemen, hemaglutinasi,

imunokromatografi, ELISA / enzyme immunoassay (EIA), dan western blot telah

dijelaskan dalam literatur. Metode ELISA dan EIA lebih diterima karena biaya

murah, kemudahan penggunaan, dan otomatis (Somily dkk, 2015).

2.7.2.2. Urea breath test (UBT)

UBT didasarkan pada hidrolisis urea oleh H. pylori untuk menghasilkan

CO2 dan amonia. Isotop karbon berlabel (14C atau 13C) diberikan melalui mulut

Universitas Sumatera Utara


akan bereaksi dengan CO2 yang dilepaskan oleh H. pylori 14C- atau 13C- tagged

kemudian dideteksi pada sampel nafas pasien (Somily dkk, 2015).

2.7.2.3.Uji antigen tinja

Tes antigen tinja telah dievaluasi secara luas dan diterima sebagai tes

klinis rutin di banyak laboratorium di mana UBT tidak tersedia jika pasien tidak

mau menelan urea isotop berlabel. Tes ini juga dapat digunakan sebelum dan

sesudah perawatan sama dengan UBT, tes ini juga tersedia secara luas dan tidak

memerlukan pengaturan khusus. Enzim immunoassay yang tersedia secara

komersial adalah metode yang disarankan untuk diagnosis primer H. pylori pada

tinja (Somily dkk, 2015).

2.8. Pemeriksaan IgG dan IgA

H. pylori membutuhkan waktu lebih lama dari pada bakteri lain

menyebabkan infeksi. Akibatnya, pembentukan IgM hampir tidak ada. IgG dan

IgA dapat ditemukan pada serum dan air liur pasien. IgA dan IgG ditemukan pada

lebih dari 95% pasien (Somily dkk, 2015).

Deteksi infeksi H. pylori dengan metode non-invasif seperti tes serologis

sangat berguna, banyak tersedia dan murah. Metode ini berkontribusi pada

penelitian epidemiologi dengan jumlah yang dapat diperoleh dari sampel darah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seroprevalensi keseluruhan infeksi H. pylori

berdasarkan IgG anti H. pylori adalah 53%. Di Amerika Serikat adalah 37% dan

40% di Jerman. Dari negara berkembang yang dilaporkan adalah 90% di

Universitas Sumatera Utara


Bangladesh. Titer IgG menunjukkan infeksi kronis, dan peningkatan IgG anti H.

pylori terkait usia. Seropositif IgG bervariasi pada kelompok umur yang berbeda

dari 1,9% pada kelompok umur 0 - 10 tahun dan 24,5% pada kelompok umur 60 -

70 tahun (Kumurya, 2015).

Uji serologis untuk infeksi H. pylori mungkin berguna dalam survei

epidemiologi, transmisi metode, eliminasi infeksi dan pengembangan tindakan

pencegahan. Di Asia, strain H. pylori berbeda dengan daerah lain, jadi sensitivitas,

spesifisitas, nilai prediktif positif dan negatif dari satu jenis Kit serologi mungkin

berbeda dalam berbagai wilayah geografis atau etnis populasi (Imanieh dkk, 2014)

Peningkatan seroprevalensi terkait usia disebabkan oleh fakta bahwa

infeksi H. pylori biasanya didapat pada masa kanak-kanak dan terbawa seumur

hidup. Shaheb dkk,2011 menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan secara

statistik antara peningkatan usia dan antibodi IgM. Hal ini mungkin disebabkan

karena titer IgM meningkat lebih awal setelah mendapatkan infeksi. Antibodi IgM

biasanya ditujukan terhadap bakteri pada stadium akut. Temuan tentang

seroprevalensi IgM menunjukkan bahwa infeksi H. pylori dapat diperoleh pada

semua umur namun prevalensi infeksi primer nampaknya tinggi pada dekade

kedua (78%) (Saheb dkk,2011).

2.9. Peran IgG dan IgA

Infeksi H. pylori memprovokasi respon antibodi lokal dan sistemik.

Respon sistemik biasanya terdiri dari kenaikan transien IgM, diikuti oleh

peningkatan IgA dan IgG spesifik yang dipertahankan selama infeksi. Hampir

semua individu yang terinfeksi H. pylori memiliki peningkatan kadar antibodi IgG

Universitas Sumatera Utara


spesifik, namun hanya sekitar dua pertiga kasus yang dilakukan oleh titer IgA

melebihi tingkat cut-off. Cara yang lebih mudah dan murah untuk mendiagnosis

infeksi H. pylori secara non-invasif adalah dengan menguji antibodi terhadap

infeksi. Uji ELISA telah menjadi tes serologis yang paling umum digunakan

karena cocok untuk skrining populasi besar. Satu studi melaporkan bahwa tingkat

antibodi imunoglobulin G (IgG) berkorelasi dengan nilai infiltrasi leukosit

antimikrozon dan kerapatan bakteri antral (Chen dkk, 2002).

IgG merupakan komponen utama immunoglobulin serum. Kadarnya

dalam serum sekitar 13 mg/ml, merupakan 75% dari semua immunoglobulin. IgG

ditemukan dalam berbagai cairan seperti darah, CSS dan juga urin. IgG dapat

menembus plasenta masuk ke janin dan berperan dalam imunitas bayi sampai

umur 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai opsonin

pada pemusnahan antigen. IgG memiliki sifat opsonin yang efektif karena sel-sel

fagosit, monosit dan makrofag mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dari IgG (Fcγ-

R) sehingga dapat mempererat hubungan antara fagosit dengan sel sasaran. IgG

merupakan immunoglobulin terbanyak dalam darah, CSS dan peritoneal

(Baratawidjaja dkk, 2010).

Molekul IgG terdiri dari dua rantai L dan dua rantai H (H2L2) dengan

empat subkelas yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4. Setiap subtipe berisi rantai H

yang berbeda dan memiliki aktivitas biologis mereka. IgG1 mewakili 65% dari

total IgG. IgG2 diarahkan melawan antigen polisakarida dan merupakan

pertahanan host yang penting terhadap bakteri yang dienkapsulasi. IgG3

merupakan aktivator pelengkap yang efektif, sedangkan IgG4 tidak mengaktifkan

Universitas Sumatera Utara


komplemen karena strukturnya yang ringkas. IgG juga menengahi opsonisasi

antigen melalui pengikatan kompleks antigen-antibodi ke reseptor Fc pada

makrofag dan sel lainnya (Detrick, 2016).

IgA adalah imunoglobulin utama yang bertanggung jawab untuk

kekebalan mukosa. Tingkat IgA dalam serum rendah, terdiri dari hanya 10-15%

dari total imunoglobulin serum yang ada. Sebaliknya, IgA adalah kelas

imunoglobulin yang paling banyak ditemukan pada sekresi ekstravaskuler. Sel

plasma yang berada di kelenjar dan selaput lendir terutama menghasilkan IgA.

Sehingga IgA ditemukan dalam sekresi seperti susu, air liur, dan air mata, dan di

sekresi saluran pernapasan, usus, dan alat kelamin lainnya. Lokasi ini

menempatkan IgA dalam kontak dengan lingkungan eksternal dan oleh karena itu

dapat menjadi garis pertahanan pertama melawan bakteri dan virus (Baratawidjaja

dkk, 2010).

Sifat molekul IgA berbeda tergantung di mana IgA berada. Dalam serum,

IgA disekresikan sebagai monomer yang menyerupai IgG. Pada sekresi mukosa,

IgA adalah dimer dan disebut sebagai sekresi IgA. IgA sekretori ini terdiri dari

dua monomer yang mengandung dua polipeptida tambahan yaitu rantai J yang

menstabilkan molekul dan komponen sekretori yang dimasukkan ke dalam IgA

sekretori saat diangkut melalui sel epitel. Setidaknya terdapat subkelas IgA yaitu

IgA1 dan IgA2. Beberapa bakteri (misalnya, Neisseria spp.) dapat

menghancurkan IgA1 dengan memproduksi protease sehingga dapat mengatasi

resistensi yang dimediasi antibodi pada permukaan mukosa (Detrick, 2016).

Fungsi IgA adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Melindungi tubuh dari patogen oleh karena dapat bereaksi dengan molekul

adhesi dari pathogen potensial sehingga mencegah adherens dan kolonisasi

patogen tersebut dalam sel pejamu.

2. Bekerja sebagai opsonin, oleh karena neutrofil, monosit dan magrofag

memiliki reseptor untuk Fcα (Fcα-R) sehingga dapat meningkatkan efek

bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin.

3. Menetralkan toksin ataupun virus dengan mencegah terjadinya kontak

antara toksin atau virus dengan sel alat sasaran.

4. Mengaglutinasikan kuman dan mengganggu motilitasnya sehingga

memudahkan fagositosis (opsonisasi) oleh sel polimorfonuklear.

5. Mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif. Berbeda halnya dengan

IgG dan IgM yang dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik.

Imunoglobulin dalam cairan lambung terdiri atas 80% IgA, 13% IgM, 7%

IgG, yang semuanya berperan dalam imunitas setempat. Kadar IgA yang tinggi

dalam serum ditemukan pada infeksi kronik saluran napas dan cerna, seperti

tuberkulosis, sirosis alkoholik, penyakit coeliac, kolitis ulseratif dan penyakit

Crohn (Baratawidjaja dkk, 2010).

2.10. Kerangka Konsep

Dispepsia

Infeksi H. pylori memprovokasi


respon antibodi lokal dan sistemik

Universitas Sumatera Utara


IgG Positif IgA Positif

Perubahan Trombosit
1. Jumlah Trombosit
2. MPV
3. PDW

Gambar 2.6. Kerangka Konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, dengan

rancangan penelitian cross sectional(potong lintang).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK-USU/RSUP H.

Adam Malik Medan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Universitas Sumatera Utara


Divisi Gastroentero-Hepatologi FK USU/ RSUP H. Adam Malik. Penelitian ini

dimulai pada bulan Oktober 2018 sampai November 2018.

3.3. Populasi dan Subjek Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian:

1. Populasi target : Penderita dengan dispepsia

2. Populasi terjangkau : Penderita dengan dispepsia yang berobat ke

SMF Penyakit Dalam Divisi Gastroentero-Hepatologi RSUP. H.

Adam Malik dan RS USU Medan pada bulan Oktober 2018 sampai

November 2018.

3.3.2 Subjek Penelitian :

Penderita dispepsia yang berobat SMF Penyakit Dalam Divisi

Gastroentero-Hepatologi RSUP. H. Adam Malik dan RS USU Medan pada bulan

Oktober 2018 sampai November 2018 yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1. Kriteria Inklusi

Universitas Sumatera Utara


1. Penderita dispepsia yang berobat SMF Penyakit Dalam RSUP. H.

Adam Malik dan RS USU Medan

2. Tidak mendapat terapi eradikasi H. pylori

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Pernah menjalani tindakan operasi saluran cerna, misalnya reseksi

lambung

2. Adanya penyakit keganasan lain

3. Mendapat kemoterapi

4. Penderita dengan riwayat penyakit autoimun

5. Penderita dengan gangguan sistem pembekuan darah

6. Penyakit infeksi akut

3.5. Ethical Clearance dan Informed Consent

Ethical Clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. InformedConsentdiminta secara

tertulis dari subjek penelitian atau diwakili oleh keluarganya yang ikut bersedia

dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan

penelitian.

3.6. Perkiraan Besar Sampel

Universitas Sumatera Utara


Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode total sampling dimana

seluruh penderita yang memenuhi kriteria inklusi selama masa penelitian

diikutsertakan dengan jumlah sampel minimum adalah 18.

n = 2S2 [ Z1-∝/2+Z1-β ]2

(m1 - m2)2

n = 2 x 2.254,67 [1,96 + 1,28]2

(72,96)2

n = 18

n : besar sampel minimun

S2 : varians

Z1-∝/2 : Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan

tingkat kemaknaan α (untuk α = 0,05 adalah 1,96)

Z1-β : Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan

kuasa (power) sebesar diinginkan (untuk β = 0,10 adalah

1,28)

m1-m2 : perkiraan selisih nilai mean di populasi 1 dengan populasi

3.7. Definisi Operasional

a. Dispepsia didefenisikan sebagai rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah

abdomen bagian atas, dapat berupa salah satu atau beberapa gejala berikut

yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh setelah

makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah,

dan sendawa yang bersifat nyeri kronis atau berulang. Pada penelitian ini

Universitas Sumatera Utara


pasien dispepsia ditegakkan oleh seorang ahli penyakit dalam konsultan gastro

enterohepatologi dengan mengikuti kriteria Konsensus Dispepsia dan H. pylori

2014 (Simadibrata dkk, 2014).

b. Pemeriksaan anti IgG H. pylori dan anti IgA H. pylori adalah pengukuran

antibodi serum imunoglobulin anti IgG dan anti IgA terhadap H. pylori (Saheb

dkk, 2011). Pemeriksaan dengan metode ELISA menggunakan alat Chemwell.

Reagen yang dipakai adalah Serion. Hasil diinterpretasikan <20 sebagai

negative, 20-30 adalah ragu, >30 dinyatakan positif.

c. Jumlah trombosit adalah jumlah trombosit yang diperoleh dengan

pemeriksaan hematologi otomatis menggunakan Sysmex XN-1000. Nilai

normal adalah 150 - 410 × 109 /l (Briggs, C, 2011).

d. MPV adalah Pengukuran ukuran rata-rata trombosit yang dijumpai di dalam

darah. MPV dikalkulasi melalui perhitung berikut: (Sysmex Corporation, 2014)

𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 (%)
𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀(𝑓𝑓𝑓𝑓) = 𝑥𝑥 10,000
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 (𝑥𝑥 103 ⁄𝜇𝜇𝜇𝜇)

e. PDW merupakan suatu indikator variasi ukuran trombosit dan akan

meningkat ketika terjadi penurunan trombosit.

f. Eradikasi H. pyloriadalah terapi dengan triple therapy (rabeprazole,

amoksisilin, dan klaritromisin) selama 7 hari (Konsensus Dispepsia dan

Helicobacter pylori 2014).

g. Penyakit autoimun adalah kerusakan jaringan atau gangguan fungsi

fisiologis yang ditimbulkan oleh respon autoimun. Pada penelitian ini, adanya

Universitas Sumatera Utara


penyakit autoimun dianalisa melalui anamnesa terhadap adanya gejala klinis

atau riwayat kelainan yang mungkin pernah dialami pasien.

3.8. Bahan dan Cara Kerja

3.8.1. Bahan yang diperlukan

1. Bahan pemeriksaan laboratorium berupa darah, serum atau plasma tanpa

antikoagulan untuk pemeriksaan anti IgG H. pylori dan anti IgA H. pylori.

2. Bahan pemeriksaan laboratorium berupa darah dengan antikoagulan

EDTA untuk pemeriksaan trombosit.

3.8.2. Pengambilan Sampel

Darah diambil dari vena antekubital atau vena lain yang terlihat pada

lengan bagian atas dengan menggunakan spuit. Kulit pada lokasi pengambilan

darah dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70% (seperti isopropanol) atau

chlorhexidine 0.5%.(Jury et al., 2011) Disinfektan diusapkan pada seluruh lokasi

tersebut selama 30 detik dan dibiarkan untuk kering dengan sempurna selama 30

detik(World Health Organization, 2010).

Tourniquet dipasang tepat di atas lokasi punksi dan dilepaskan segera

setelah darah mulai mengalir ke dalam spuit.(Jury et al., 2011). Darah diambil

sebanyak 5 mL dan dimasukkan ke dalam tabung K2EDTA dan tabung serum.

3.8.3. Pengolahan Sampel

3.8.3.1. Pemeriksaan Anti IgG dan Anti IgA H. pylori

• Siapkan lubang/sumur yang dibutuhkan dan siapkan lembar protokol.

Universitas Sumatera Utara


• Tambahkan setiap 100 ml sampel yang diencerkan atau kontrol siap pakai

ke dalam sumur yang sesuai dengan strip tes microtiter. Kosongkan satu

untuk substrat kosong

• Inkubasi sampel selama 60 menit (+/- 5 menit) pada suhu 37 ° C (+/- 1 °

C) di ruang lembab.

• Setelah inkubasi cuci semua sumur dengan larutan cuci (secara otomatis

atau manual):

- Aspirasi atau goyangkan larutan inkubasi

- Isi setiap sumur dengan larutan pembersih 300 μl

- Aspirasi atau goyang keluar buffer pencuci

- Ulangi prosedur mencuci 3 kali (semuanya 4 kali!)

- Keringkan dengan mengetuk piring mikrotiter pada handuk kertas.

• Penambahan konjugat

Tambahkan 100 μl konjugat IgA / IgG siap pakai ke sumur yang sesuai

(kecuali substrat kosong)

• Inkubasi selama 30 menit (+/- 1 menit) * pada suhu 37 ° C (+/- 1 ° C) di

ruang lembab.

• Setelah inkubasi cuci semua sumur dengan larutan cuci (lihat di atas)

• Penambahan substrat

Tambahkan 100 μl larutan substrat ke masing-masing sumur (termasuk

sumur untuk substrat kosong!)

• Inkubasi selama 30 menit (+/- 1 menit) * pada suhu 37 ° C (+/- 1 ° C) di

ruang lembab.

Universitas Sumatera Utara


• Menghentikan reaksi

Tambahkan larutan stop 100 μl ke masing-masing sumur, kocok piring

mikrotiter dengan lembut untuk mencampur.

• Baca hasil

Baca optical desity (OD) dalam 60 menit pada 405 nm terhadap substrat

kosong

3.8.3.2. Pemeriksaan Jumlah Trombosit, MPV dan PDW

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel darah K2EDTA

yang diperiksa di bawah 5 jam dengan menggunakan alat automatic cell counter

analyzer Sysmex XN-1000. Namun apabila disimpan pada suhu 4ºC sampel dapat

stabil selama 24 jam (Vajpayee et al., 2016).

3.9. Pemantapan Kualitas

Pemantapan kualitas dilakukan setiap kali pada saat awal pemeriksaan

untuk menjamin ketepatan hasil pemeriksaan yang dikerjakan. Sebelum dilakukan

pemeriksaan harus dilakukan kalibrasi terhadap alat-alat yang digunakan, agar

penentuan konsentrasi zat dapat diketahui.

Pemeriksaan yang baik apabila test tersebut memenuhi syarat teliti, akurat

dengan batas nilai yang dikeluarkan oleh pabriknya.

3.9.1. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Helicobacter Pylori

Kalibrasi alat untuk pemeriksaan Anti IgG H. pylori dan Anti IgA H.

pylori dilakukan sesuai petunjuk dari pabrik yang tersedia dalam paket reagensia.

Kalibrasi dilakukan setiap hendak dilakukan pemeriksaan sampel.

Universitas Sumatera Utara


Kriteria Validitas :

- Media kosong harus <0,25 OD.

- Kontrol negatif harus menghasilkan hasil tes negatif.

- Dengan menggunakan ELISA klasik SERION kuantitatif menguji nilai

OD rata-rata (setelah pengurangan substrat kosong) Dari serum standar

harus dalam kisaran validitas, yang diberikan pada sertifikat kontrol

kualitas khusus lot.

- Variasi nilai OD dari serum standar mungkin tidak lebih tinggi dari 20%.

Jika kriteria ini tidak terpenuhi, tes ini tidak valid dan harus diulang.

Kalibrasi alat untuk pemeriksaan Anti IgA H. pylori

STANDAR 1 = 0.623
STANDAR 2 = 0.627
VARIASI OD (%) = 0.6%
RATA-RATA = 0.625
BLANK = 0.054
KONTROL NORMAL = 0.084

Kalibrasi alat untuk pemeriksaan Anti IgG H. pylori

STANDAR 1 = 0.635
STANDAR 2 = 0.691
VARIASI OD (%) = 8.0%
RATA-RATA = 0.663
BLANK = 0.005
KONTROL NORMAL = 0.153

3.9.2. Pemantapan Kualitas Pemeriksaan Trombosit.

Universitas Sumatera Utara


Quality control (QC) alat hematology analyzer Sysmex XN-1000 dapat

dilakukan dengan menggunakan reagen kontrol dari perusahaan. Reagen kontrol

tersedia dalam 3 level (level 1, 2 dan 3). Level 1 merupakan kontrol dengan nilai

rendah, level 2 kontrol dengan nilai normal dan level 3 kontrol dengan nilai tinggi.

Reagen kontrol dan kalibrasi harus disimpan pada suhu 2-8ᵒC di dalam

ruang yang gelap. Reagen dapat bertahan sampai tanggal kadaluarsa sebelum

dibuka. Namun setelah dibuka, reagen kontrol dapat bertahan selama 7 hari di

suhu 2-8ᵒC, sedangkan reagen kalibrasi hanya dapat bertahan selama 4 jam.

Gambar 3.1 Grafik analisis quality control alat Sysmex XN-1000

Level 1

Level 2

Level 3

Universitas Sumatera Utara


3.10. Analisa Data Statistik

1. Deskripsi data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel

karakteristik subjek penelitian.

2. Untuk mengetahui apakah data mempunyai distribusi normal atau tidak

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk sampel lebih dari

50 dan uji Shapiro-Wilk untuk sampel kurang atau sama dengan 50.

3. Perbedaan jumlah trombosit, MPV dan PDW pada penderita H. pylori

positif dan negatif dengan menggunakan uji t test tidak berpasangan bila

distribusi normal dan menggunakan uji Mann Whitney bila distribusi tidak

normal.

4. Perbedaan jumlah trombosit pada H. pylori Ig G positif, H. pylori Ig A

positif dan H. pylori Ig G dan ig A positif dengan menggunakan uji One-

way ANOVA.

5. Perbedaan bermakna jika nilai P < 0,05.

3.11. Alur Penelitian

Pasien dispepsia

Kriteria Inklusi dan


kriteria eksklusi

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Serologi

Serologi Positif Serologi Negatif

Pemeriksaan Pemeriksaan
Hematologi Hematologi

Analisis Data

Gambar 3.1. Alur Penelitian

3.12. Perkiraan Biaya Penelitian

1. Biaya habis pakai Rp. 500.000,00

2. Pengadaan Reagensia Anti IgG H. pylori Test Rp. 8.435.000,00

3. Pengadaan Reagensia Anti IgA H. pylori Test Rp. 8.725.000,00

4. Pemeriksaan Trombosit 33 pasien @Rp. 55.000,00 Rp. 1.760.000,00

5. Pengurusan Ethical Clearance Rp. 750.000,00

6. Honorarium teknisi Rp. 500.000,00

7. Biaya seminar hasil Rp. 1.000.000,00

Universitas Sumatera Utara


8. Biaya administrasi Rp 250.000,00

Total biaya Rp.21.920.000,00

3.13. Jadwal Penelitian

Januari Oktober November Januari

2018 2018 2018 2019


N
KEGIATAN
O

I I I I
I I I I I I I I
I I I I I I I I
I V I V I V I V
I I I I

1. Ujian Proposal

2. Pengumpulan Data

3. Analisa Data

4. Seminar Hasil

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK USU / RSUP H.

Adam Malik Medan bekerjasama dengan Departemen Penyakit Dalam Subdivisi

Gastroenterohepatologi FK USU/RSUP H. Adam Malik dan Rumah Sakit USU

Medan. Penelitian dilakukan selama 3 bulan sejak Oktober 2018 sampai

Universitas Sumatera Utara


November 2018, terhadap 32 pasien yang telah melalui proses inklusi dan

eksklusi. Jumlah pasien yang menjadi sampel penelitian sebanyak 32 pasien (9

laki-laki dan 23 perempuan).

Dari 32 orang pasien yang ikut dalam penelitian, 9 orang dari keseluruhan

sampel adalah laki – laki 9 (28,1%) dan sisanya 23 orang (71,9%) adalah

perempuan. Dari keseluruhan peserta penelitian memiliki rata-rata usia 57 tahun.

Usia termuda yaitu 23 tahun dan tertua yaitu 87 tahun (Tabel 4.1.1).

Pada pengukuran awal di peroleh kadar minimum trombosit dengan hasil

188.000. Sedangkan kadar maksimum trombosit 423.000, dengan nilai mean

301750±68751. Kadar minimum MPV dengan hasil 8,8. Sedangkan kadar

maksimum MPV 11,8, dengan nilai mean 11,33±1,71. Kadar minimum PDW

dengan hasil 8,7. Sedangkan kadar maksimum PDW 15,7, dengan nilai mean

10,7±0,75 (Tabel 4.1.1).

Pada pengukuran awal di peroleh 18 (56,3%) pasien yang memiliki kadar

H. pylori yang positif. Sedangkan pasien yang memiliki kadar H. pylori yang

negative adalah 14(43,7%) (Tabel 4.1.1).

Tabel 4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Variabel N =32
Jenis Kelamin
• Laki-laki 9 (28,1%)
• Perempuan 23 (71,9%)
Umur 56±17,45
Hemoglobin (g/dL) 13.47±1,59
Leukosit (/μL) 8880,63±3169,60
Trombosit (/μL) 301750±68751

Universitas Sumatera Utara


MPV (fL) 11,33±1,71
PDW (fL) 10,7±0,75
H. pylori
• Positif 18 (56,3%)
• Negatif 14(43,7%)

Tabel 4.1.2 Karakteristik Serologi Imunoglobulin A dan Imunoglobulin G

Imunoglobulin A Imunoglobulin G Frequency (%)

Positif Negatif 9(28,1%)

Positif Positif 5(15,6%)

Negatif Positif 4(12,5%)

Negatif Negatif 14(43,8%)

4.2. Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Positif Dan Negatif dengan

Trombosit, MPV Dan PDW

Uji statistic t Independent menunjukkan tidak terdapat perbedaan

trombosit yang signifikan antara kelompok populasi H. Pylori positif dan H.

Pylori negative dengan nilai p = 0.056. Tidak terdapat perbedaan MPV yang

signifikan antara kelompok populasi H. Pylori positif dan H. Pylori negative

dengan nilai p = 0.448. Demikian juga tidak terdapat perbedaan PDW yang

signifikan antara kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori negative

dengan nilai p = 0.211

Variabel H. pylori Positif H. pylori Negatif Nilai p

Trombosit 322.111±70.442 275.571±58.911 0,056

Universitas Sumatera Utara


MPV 9,98±0,58 10,19±0,95 0,448

PDW 10,99±1,29 11,76±2,12 0,211

4.3. Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Ig G Positif, Ig A Positif dan Ig G

dan A Positif dengan Trombosit, MPV Dan PDW

Uji statistic anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan trombosit yang

signifikan antara kelompok populasi H. pylori Ig G positif, Ig A positif, Ig G dan

A positif dengan nilai p = 0.274. Tidak terdapat perbedaan MPV yang signifikan

antara kelompok populasi H. pylori Ig G positif, Ig A positif, Ig G dan A positif

dengan nilai p = 0.116. Demikian juga tidak terdapat perbedaan PDW yang

signifikan antara kelompok populasi H. pylori Ig G positif, Ig A positif, Ig G dan

A positif dengan nilai p = 0.146.

Variabel H. pylori Ig G H. pylori Ig A H. pylori Ig G (+) Nilai p

(+) (+) dan Ig A (+)

Trombosit 365.750±67.702 321.555±63.348 288.200±79263 0,274

MPV 9.77±0.53 9.82±0.52 10.44±0.55 0,116

PDW 10.30±1.00 10.78±1.23 11.90±1.30 0,146

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Subjek Penelitian.

Penelitian ini melibatkan 32 pasien yang dispepsia yang memenuhi

kriteria penelitian yang terdiri atas laki-laki 9 (28,1%) dan perempuan 23 orang

(71,9 %). Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Ali SA,dkk 2017

Universitas Sumatera Utara


diperoleh laki – laki dan perempuan sama banyaknya menderita infeksi H. pylori,

yaitu 60 (50% ) laki – laki dan 60 (50%) perempuan. Sedangkan pada penelitian

Yeniova AO dkk 2013 di peroleh perempuan lebih banyak menderita infeksi H.

pylori, 97 (57,7%), sedangkan laki –laki 70(60,9%).

Usia pasien pada penelitian ini bervariasi dengan populasi termuda 23

tahun dan tertua 87 tahun, dengan rata-rata usia 56±17,45 tahun. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan Ali SA dkk 2017 diperoleh rata – rata usia menderita

infeksi H. pylori adalah 30,22±1,92 tahun. Sedangkan pada penelitian Yeniova

AO dkk 2013 diperoleh rata – rata usia pasien yang menderita infeksi H. pylori

adalah 40,33±13,3 tahun.

Prevalensi gastritis pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria, hal ini

berkaitan dengan tingkat stres. Secara teori psikologis juga disebutkan bahwa

perempuan lebih banyak menggunakan perasaan dan emosi sehingga mudah atau

rentan untuk mengalami stres psikologis. Lanjut usia meningkatkan resiko

gastritis disebabkan karena dinding mukosa lambung semakin menipis akibat usia

tua dan pada usia tua lebih mudah untuk terinfeksi H. pylori atau penyakit

autoimun daripada usia muda (Ali SA dkk, 2017).

5.2. Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Positif Dan Negatif dengan

Trombosit, PDW Dan MPV.

Pada penelitian ini diperoleh 18 (56,3%) pasien yang memiliki kadar H.

pylori yang positif. Sedangkan pasien yang memiliki kadar H. pylori yang

negative adalah 14(43,7%). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Umit H

dkk 2015, diperoleh pasien yang memiliki kadar H. pylori positif adalah 1701

Universitas Sumatera Utara


pasien, sedangkan pasien yang memiliki kadar H. pylori negative adalah 3122

pasien.

Pada penelitian ini diperoleh kadar trombosit dengan H. pylori positif

322.111±70.442/μL dan H. pylori negatif 275.571±58.911/μL.Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan Dag B dkk 2018, diperoleh kadar trombosit sebelum

dilakukan eradikasi H. pylori adalah 256.730±66.380/mm3 dan kadarnya

meningkat setelah dilakukan eradikasi, yaitu 287.080±59.240/mm3.Trombosit

secara aktif terlibat dalam homeostasis, peradangan, imunitas dan regenerasi

jaringan, proses fisiologis dan patologis lainnya. Trombosit memainkan peran

penting dalam patogenesis gangguan yang terkait dengan peradangan lokal atau

sistemik, agen trombotik dan inflamasi dilepaskan dari platelet dapat

menyebabkan komplikasi.

Pada pasien yang terinfeksi H. pylori akan terjadi trombositosis reaktif,

terjadi karena produksi berlebih dari sitokin proinflamasi seperti interleukin (IL-

1), IL-6 dan IL-11 yang muncul pada inflamasi kronik, infeksi dan keganasan.

Terdapat suatu penyakit dasar yang merangsang peningkatan sintesis

trombopoetin dengan mediator berbagai sitokin, diantaranya IL-6 yang

selanjutnya akan meningkatkan aktivitas megakariosit memproduksi trombosit

(Bleeker JS, 2011).

Pada penelitian ini diperoleh kadar MPV dengan H. pylori positif

9,98±0,58 fL dan H. pylori negatif 10,19±0,95 fL. Penelitian Dag B dkk 2018,

kadar MPV sebelum dilakukan eradikasi H. pylori adalah 9.53±1.63 fL dan

kadarnya menurun setelah dilakukan eradikasi yaitu 8.61±1.48 fL. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara


pada penelitian yang dilakukan Ali SA dkk 2017 di peroleh jumlah trombosit,

PDW secara statistic menurun secara signifikan, disisi lain MPV ditemukan

dengan kadar yang lebih tinggi pada pasien infeksi H. pylori dibandingkan dengan

kelompok kontrol yang sehat dengan nilai p = 0,03, 0,01 dan 0,00.Volume

trombosit rata-rata (MPV) adalah penanda aktivas fungsi platelet dan aktivasi,

trombosit besar adalah secara proses hemostatik lebih aktif. MPV telah lama

dikenal sebagai penanda peradangan dan perannya telah ditunjukkan sebelumnya

dalam berbagai kelainan gastrointestinal, sedangkan (PDW) mencerminkan

bagaimana ukuran platelet.

Kadar PDW dengan H. pylori positif 10,99±1,29 dan H. pylori negatif

11,76±2,12 . Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Fadella dkk 2018,

didapatkan hasil PDW yang positif H. Pylori 10,03±1,09 dengan PDW kontrol

11,08±2,04. PDW merupakan indikasi variasi dalam ukuran trombosit yang dapat

menjadi tanda trombosit aktif. PDW adalah alat yang cukup baik untuk

membedakan trombositemia esensial (PDW meningkat) dari trombositosis reaktif

(PDW normal). PDW adalah kurva distribusi trombosit yang diukur pada tingkat

20 % relatif tinggi dalam kurva distribusi ukuran trombosit, dengan total tinggi

kurva 100. PDW langsung mengukur variabilitas ukuran trombosit, perubahan

dengan aktivasi trombosit, dan mencerminkan heterogenitas indikasi morfologi

platelet variasi dalam ukuran trombosit yang dapat menjadi tanda trombosit aktif.

Uji statistic t Independent menunjukkan tidak terdapat perbedaan

trombosit yang signifikan antara kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori

negative dengan nilai p = 0.056. Tidak terdapat perbedaan PDW yang signifikan

Universitas Sumatera Utara


antara kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori negative dengan nilai p =

0.211. Demikian juga tidak terdapat perbedaan MPV yang signifikan antara

kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori negative dengan nilai p = 0.448.

Berbeda pada penelitian yang dilakukan Ali SA dkk 2017 di peroleh jumlah

trombosit, PDW secara statistic menurun secara signifikan, disisi lain MPV

ditemukan dengan kadar yang lebih tinggi pada pasien infeksi H. pylori

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat dengan nilai p = 0,03, 0,01

dan 0,00.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Yeniova AO dkk 2013

diperoleh nilai rata-rata MPV pada pasien dengan infeksi H. pylori adalah

8.57±0,94, nilai rata-rata MPV pada pasien tanpa infeksi H. pylori adalah

8.53±0,92. Tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompk p>0,05.

5.2. Keterbatasan Penelitian.

Keterbatasan pada penelitian ini adalah pengambilan sampel dilakukan

hanya dengan kriteria dari Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan

Infeksi H. Pylori 2014 tanpa melakukan gastroskopi apakah penderita mengalami

erosi atau hanya dispepsia fungsional saja.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Universitas Sumatera Utara


6.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan Trombosit, MPV dan PDW

secara signifikan antara kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori

negatif.

2. Pada penelitian ini didapatkan jumlah trombosit pasien dispepsia yang

terinfeksi H. pylorilebih besar daripada pasien dispepsia yang tidak

terinfeksi H. pyloridengan nilai p = 0,056.

3. Pada penelitian ini didapatkan pasien dispepsia yang terinfeksi H.

pylorilebih banyak dibanding yang tidak terinfeksi H. pylori.

6.2 Saran

Saran peneliti pemeriksaan serologi dengan menggunakan kombinasi Ig G

anti H. Pylori dan Ig A anti H. pylori dapat meningkatkan prevalensi lebih baik.

Selain itu pemeriksaan serologi ini dapat digunakan sebagai skrining yang baik

untuk pemeriksaan H. pylori.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


Ali, S.A., Gaufri, N.E.A.M. 2017. Platelet Characterization in Helicobacter Pylori

Patients. Open Access Library Journal. 4: e3637.

Bleeker JS, Hogan WJ, Trombocytosis Diagnostic, Thrombotic Risk Stratification

and Risk Based Management Strategis. Hindawi Publishing Corporation.

Volume 2011.

Carroll, C.K., Hobden, J.K. Bacteriology. 2016 In: Jawetz, Melnick, &

Adelberg’s. Medical Microbiology Twenty-Seventh Edition. McGraw-

Hill Education. New York. Pp.158-159

Chen, T., Li, F, Chang, F., Lee, S. 2002. Immunoglobulin G Antibody against

Helicobacter pylori: Clinical Implications of Levels Found in Serum.

Clinical And Diagnostic Laboratory. p. 1044–1048

Briggs, C., Bain B.J. 2011. Basic haematological techniques. In: Dacie and Lewis.

Practical Haematology.Eleventh Edition. Churchill Livingstone. London.

Pp. 47-52

Dag B, Umii EG, Umit H. Proceedings 2018, 2, 529 Variations in Mean Platelet

Volume in Patients with Helicobacter pylori Infection before and after

Eradication, Way before Immune Thrombocytopenia?

www.mdpi.com/journal/proceedings.

Universitas Sumatera Utara


Detrick B. 2016. Imunology. In: Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Medical

Microbiology Twenty-Seventh Edition. McGraw-Hill Education. New

York. Pp. 126-128

Duggan, A.E., and Logan, R.P. 2002. Helicobacter pylori: Diagnosis and

Management. In: Stuart Bloom. Practical Gastroenterology. London.

Pp.471-482

Fleming, S.L. 2007. Helicobacter pylori. In: Alcamo, D. The Discovery of

Helicobacter pylori. Chelsea House Publisher. New York. Pp 1-13.

Gao,Y., Li, Y., Yu, X., Guo, S., Ji, X., Sun, T., et al. 2014. The Impact of Various

Platelet Indices as Prognostic Markers of Septic Shock. Plos One. 9(8):

e103761

González, E.G., Perez, G.I., Garza, H.M., Padilla, F. J. 2014. A review of

Helicobacter pylori diagnosis, treatment, and methods to detect

eradication. World J Gastroenterol. 20(6): 1438-1449.

Guclu E, Durmaz Y, Karabay O. 2013. Effect of severe sepsis on platelet count

and their indices. African Health Sciences. 13(2): 333 – 338

Hardin, F.J., Wright, R.A. 2002. Helicobacter pylori: Review and Update. Clinical

Review Article. Pp.23-31.

Hunt, R.H., Xiao, S.D., Megraud, F., Leon-Barua, R., Bazzoli, F., van der Merwe,

S.,et al. 2011. Helicobacter Pylori in Developing Countries. World

Universitas Sumatera Utara


Gastroenterology Organisation Global Guideline. J Gastrointestin Liver

Dis. 20 (3): 299-304.

Imanieh, M.H., Dehghani, S.M., Masjedi, A., Rezaianzadeh, A., Haghighat, M.

2014. The Role of Serological Tests in Diagnosis of Helicobacter pylori

Infection in Children. J Compr Ped. 5(3): e17422.

Jury, C., Nagai, Y. dan Tatsumi, N., 2011. Collection and handling of blood. In

Dacie and Lewis Practical Haematology. 11th ed. London: Churchill

Livingstone, 1-9.

Kenneth, E.L. 2010. Helicobacter pylori Infection. The New England Journal of

Medicine362:1597-604.

Khan,G.A., Jaleel, S., Riaz, S., Suleman, B.A. 2010. Evaluation of The Diagnostic

Accuracy Of Serology Test Kit For Detection Of H.Pylori Infection In

Patients Presenting With Nonulcer Dyspepsia Taking Histopathology As

Gold Standard. Pakistan Journal of Pathology. 21(2):55-60.

Kim, N. 2016. Prevalence and Transmission Routes of H. pylori. In Helicobacter

pylori. Kim, N. springer. Korea. Pp.3

Kumurya, A.S. 2015. Serological Detection of Helicobacter pylori Antibodies in

Patients Suffering from Gastric Symptoms in Kano, Nigeria. American

Journal of Health Research. 3(6): 352-355.

Kusters,J.G., Vliet, A.H., Kuipers, E.J. 2006. Pathogenesis of Helicobacter pylori

Infection. Clinical Microbiology Reviews. Pp. 449-490.

Universitas Sumatera Utara


Mapel, D., Roberts, M., Overhiser, A., and Mason, A. 2012. The Epidemiology,

Diagnosis, and Cost of Dyspepsia and Helicobater pylori Gastritis: A

Case–Control Analysis in the Southwestern United States. Helicobacter.

18: 54–65.

Michelson, A.D. 2013. Platelets Third Edition. In: Harrison, P And

Lordkipanidze, M. Tests Of Platelet Function. Elsevier Inc. London. Pp.

519-635.

Moorchun. C.N., Mendiratta, P., Dutta, B.V. 2012. Immunoglobulin G and

immunoglobulin M anti-Helicobacter pylori antibodies-diagnostic and

prognostic value in gastritis. MJAFI 68 (2):156–158.

Pandya, H.B., Patel, J.A., Agravat, H.H., Singh, N.R. 2014. Non-Invasive

Diagnosis of Helicobacter pylori: Evaluation of Two Enzyme

Immunoassays, Testing Serum IgG and IgA Response in the Anand

District of Central Gujarat, India. Journal of Clinical and Diagnostic

Research. Vol-8(6): DC12-DC15.

Pearce, E.C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Kedokteran. PT. Gramedia Jakarta.

2006. pp: 65 -78.

Saheb, S.M., Farajnin, S., Saeedi, N., Yousefzadeh, R., Rafat, A., and Rahbarnia,

L. 2011. Seroprevalence of Helicobacter pylori infection in patients

suffering from gastric symptoms in the Northwest of Iran. African Journal

of Microbiology Research. 5(22): 3616-3619.

Universitas Sumatera Utara


Sibanda, N., Blacklock, H., Zeng, I., and Kendrick, C. 2016. Helicobacter pylori

infection and the platelet count. N Z J Med Lab Sci. 70: 96-100.

Simadibrata, M., Makmun, D., Abdullah, M., Syam, A.F., Fauzi, Kaka, A., Hasan,

R. 2014. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi

Helicobacter pylori. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan

Kelompok Studi Helicobacter pylori Indonesia (KSHPI).pp. 1-19.

Somily, A.M., Morshed, A.G. 2015. An update of laboratory diagnosis of

Helicobacter pylori in the Kingdom of Saudi Arabia. J Infect Dev Ctries.

9(8):806-814.

Tanih, N.F., Ndip, L.M., Clarke, A.M., Ndip, R.N. 2010. An overview of

pathogenesis and epidemiology of Helicobacter pylori infection. African

Journal of Microbiology Research. 4 (6), pp. 426-436.

Tarigan., Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.

2006. Gastritis. Dalam : Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit

FK UI. Jakarta. Edisi 4. Hal. 335-337.

Topal, F., Karaman, K., kbulut,S., Dincer, N., Dölek, Y., Cosgun, Y, et al. 2010.

The Relationship Between Mean Platelet Volume Levels and the

Inflammation in Helicobacter Pylori Gastritis. Journal Of The National

Medical Association.102:726-730.

Turgeon, M.L. 2012. Clinical Hematology. In Principle of hemostasis and

thrombosis. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelpia. Pp.406-410.

Universitas Sumatera Utara


Umit H, Umit EG. Helicobacter pylori and mean platelet volume: a relation way

before ımmune thrombocytopenia. European Review for Medical and

Pharmacological Sciences. 2015; 19: 2818-2823.

Vajpayee, N., Graham, S.S. dan Bem, S., 2016. Basic Examination of Blood and

Bone Marrow. In Henry's Clinical Diagnosis and Management by

Laboratory Methods. 23rd ed. St. Louis: Elsevier. pp.510-39.

Wahed, A., Dasgupta, A. 2015. Hematology and Coagulation. In: Essentials of

Coagulation. Elsevier Inc. London. Pp. 231-236.

Wang, F.S., Buraakoff, R. 2009. Functional (nonulcer) Dyspepsia. In:

Greenberger, N.J., Blumberg, R.S., Burakoff, R. CURRENT Diagnosis &

Treatment Gastroenterology, Hepatology, & Endoscopy. The McGraw-

Hill Companies. United States.pp. 182-189.

World Health Organization, 2010. WHO guidelines on drawing blood: best

practices in phlebotomy. Geneva: WHO.

Yeh, J. Sai,S., Wu,D., Wu,J., Liu, T., Chen A. . 2010. P-selectin–dependent

platelet aggregation and apoptosis may explain the decrease in platelet

count during Helicobacter pylori infection Blood. 115(21):4247-4253.

Yeniova, A.O., Kucukazman, M., Ata, M., Dal, K., Kefeli, A., Bulus,H.,et al.

2013. Investigation of the association between mean platelet volume and

Helicobacter pylori gastritis. African Journal of Microbiology Research.

7(20):2179-2183.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Nama Umur JK Hb Leukosit Platelet PDW MPV IgG IgA H. pylori
Bujur Br Karo 87 P 10.6 4280 268000 9.4 9.7 Positif Negatif Positif
Neneng Sumiati 59 P 10.5 16770 393000 9.5 9.1 Positif Negatif Positif
Sabarita 60 P 12.4 6580 287000 11.1 10.2 Positif Positif Positif
Henzeni Febriani 24 P 13.9 12280 416000 9.4 9.2 Negatif Positif Positif
Saptono 55 L 11.7 9760 292000 14.8 11.5 Negatif Negatif Negatif
Syamsinar 66 P 14.3 9110 379000 11.4 10.4 Positif Negatif Positif
Siti Amsyah 59 P 13.8 11870 413000 10.7 9.9 Negatif Negatif Negatif
Kasman Ginting 53 L 12.7 8100 204000 15.7 11.8 Negatif Negatif Negatif
Heri Oktavian 23 L 16.6 11600 302000 10.7 9.4 Negatif Negatif Negatif
Yulisna 65 P 14.1 10260 423000 10.9 9.9 Positif Negatif Positif
Marlyn Paula 55 P 13.1 9340 418000 12.5 10.7 Positif Positif Positif
Saurkes Manalu 56 P 14.9 9050 286000 11.3 10 Positif Positif Positif
Rosdiana S. 64 P 12.4 5500 188000 10.6 9.7 Negatif Negatif Negatif
Wahyuni 46 P 12.5 6050 330000 11.2 10.1 Negatif Negatif Negatif
Nik Farah 87 P 15 10850 339000 12.1 10.6 Negatif Positif Positif
Carolina 87 P 13.1 9240 278000 14.2 11.1 Negatif Negatif Negatif
Indah Purnama 46 P 12.8 11020 389000 11.6 9.9 Negatif Positif Positif
Lindawati Saragih 60 P 11.4 4160 213000 10.7 10 Positif Positif Positif
Bejeng Ginting 78 L 11 17370 202000 9.1 9.1 Negatif Positif Positif
Rosidah Irawati 67 P 13.7 4770 250000 8.7 8.8 Negatif Negatif Negatif
Abdul Kahar 72 L 15.3 8340 200000 14.1 11.2 Negatif Negatif Negatif
Bangun Bandar 45 L 16 10000 261000 10.8 9.7 Negatif Positif Positif
Supiyani 49 P 11.5 10630 317000 10.5 10 Negatif Positif Positif
Aisyah 58 P 12.5 9980 313000 10.5 9.6 Negatif Positif Positif
Tetty 29 P 13.7 6610 283000 9.4 8.8 Negatif Negatif Negatif
Parsaulian Siregar 73 P 13.2 5800 255000 10.9 10 Negatif Negatif Negatif
Hj. Yusnia D. 68 P 13.5 4640 318000 10.1 9.5 Negatif Negatif Negatif
Marajo 35 L 15.1 10250 338000 12.9 10.6 Negatif Positif Positif
Joshua 42 L 15.6 8470 237000 13.9 11.3 Positif Positif Positif
Mira Helia 38 P 13.8 6320 293000 11.6 10.2 Negatif Negatif Negatif
Joni 28 L 15.4 8490 319000 10.2 9.7 Negatif Positif Positif
Junianti 58 P 15 6690 252000 12 10.7 Negatif Negatif Negatif

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat Pagi/ Siang Bapak/ Ibu,

Pada saat ini, saya dr. Fauzan Indra M. Lubis, saya PPDS di Patologi

Klinik di FK USU ingin menjelaskan kepada Bapak/ Ibu tentang penelitian yang

akan saya lakukan tentang “PERBEDAAN TROMBOSIT, MEAN PLATELET

VOLUME DAN PLATELET DISTRIBUTION WIDTH PADA PENDERITA

HELICOBACTER PYLORI POSITIF DAN NEGATIF”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan Helicobacter pylori dengan

trombosit, mean platelet volume dan platelet distribution width pada pasien

dispepsia Bapak/ Ibu.

Helicobacter pylori akan diperiksa dengan menggunakan serologi IgA dan

IgG untuk menilai keberadaan H. pylori pada lambung, lalu setelah mengetahui

adanya helicobacter pylori dilambung akan diperiksa trombositnya bapak/ibu.

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil darah Bapak/ Ibu sebanyak 10 cc pada

daerah lipatan siku, satu kali pengambilan saja untuk bahan pemeriksaan IgA, IgG

dan trombosit. Sebelum diambil darah, Supervisor kami dari Divisi

Gastroenterologi Ilmu Penyakit Dalam akan melakukan memeriksa ibu dan bapak

dahulu untuk mengetahui penyakit ibu/bapak.

Saya akan mencatat identitas Bapak/ Ibu : data pribadi, nomor rekam

medis, data klinis, dan data lain yang diperlukan. Penelitian ini tidak

menimbulkan hal yang berbahaya bagi Bapak/ Ibu sekalian karena akan dilakukan

Universitas Sumatera Utara


sesuai dengan prosedur standard Rumah Sakit. Namun bila terjadi hal yang tidak

diinginkan ataupun kekurangnyamanan akibat tindakan tersebut, saya akan

bertanggung jawab untuk memberikan pertolongan mengatasi masalah/ efek

samping tersebut.

Keikutsertaan Bapak/ Ibu dalam penelitian ini adalah sukarela. Bila

keterangan yang saya berikan masih belum jelas atau ada hal lain yang ingin

Bapak/ Ibu tanyakan dapat langsung bertanya kepada saya. Kerahasiaan data dari

Bapak/ Ibu akan tetap saya jaga.

Setelah Bapak/ Ibu memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian

ini, saya harapkan Bapak/ Ibu yang terpilih dalam penelitian ini dapat mengisi dan

menandatangani lembar persetujuan penelitian yang telah disediakan. Atas

bantuan dan kerjasama Bapak/ Ibu saya ucapkan terima kasih.

Nama : dr. Fauzan Indr M. Lubis

Telepon : 085296929291

Medan, Oktober 2018

dr. Fauzan Indra M. Lubis

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Departemen Patologi Klinik FK USU/ RSUP Haji Adam Malik Medan


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : _______________________________________________
Umur : _______________________________________________
Pekerjaan : _______________________________________________
Alamat : _______________________________________________
________________________________________________
Telepon :_______________________________________________
Setelah mendapat penjelasan serta menyadari manfaat dan resiko penelitian yang

berjudul “PERBEDAAN TROMBOSIT, MEAN PLATELET VOLUME DAN

PLATELET DISTRIBUTION WIDTH PADA PENDERITA

HELICOBACTER PYLORI POSITIF DAN NEGATIF”, dan memahami

bahwa subjek dalam penelitian ini sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri

dalam keikutsertaannya, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian ini dan

bersedia berperan serta dengan mematuhi semua ketentuan yang telah disepakati.

Medan, Oktober 2018


Peserta Penelitian,

(______________________)

Mengetahui,
Peneliti Saksi

Universitas Sumatera Utara


(dr. Fauzan Indra M. Lubis) (___________________)

Lampiran 3

STATUS PASIEN

Data Pribadi

Nama : __________________________________________

Umur : __________________________________________

Jenis Kelamin: ___________________________________________

Alamat : ________________________________________________

Suku/ Ras : __________________________________________

Pekerjaan : __________________________________________

Gol. Darah : A/ B/ AB/ O

Anamnese sebagai sangkaan

1. Mual Ya/ Tidak

2. Muntah Ya/ Tidak

3. Rasa nyeri/tidak nyaman pada abdomen Ya/ Tidak

4. Disfagia/ sulit menelan Ya/ Tidak

5. Rasa terbakar pada saat makan Ya/ Tidak

6. Perdarahan saluran makan (muntah darah/berak darah) Ya/ Tidak

7. Menurun atau hilangnya nafsu makan Ya/ Tidak

8. Cepat kenyang pada saat makan Ya/ Tidak

9. Kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan Ya/ Tidak

10. Anemia (pucat) Ya/ Tidak

11. Teraba massa di abdominal Ya/ Tidak

Universitas Sumatera Utara


12. Riwayat penyakit lambung sebelumnya Ya/ Tidak

Jika Ya,

Jelaskan____________________________________________

___________________________________________________

Pemeriksaan Fisik

TD : _________ mmHg Anemis :+/-

Tinggi Badan : _________ Cm Massa di abdomen : +/ -

Berat Badan : _________ Kg Pemb. KGB : +/ -

Data Rekam Medik sebagai Penapis

Keganasan pada organ lain Ya/ Tidak

Jika Ya,

Jelaskan _______________________________________________

_________________________________________________

Diagnosa : __________________________________________

NB : Coret yang tidak perlu

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

No. Pemeriksaan Hasil

1. Hematologi

Hemoglobin

Eritrosit

Leukosit

Hematokrit

Trombosit

Universitas Sumatera Utara


MCV

MCH

MCHC

RDW

MPV

PDW

Hitung Jenis Leukosit

2. Ig A

3. IgG

4. Lain-lain yang mendukung

Universitas Sumatera Utara


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


KLASS
_HP N Percent N Percent N Percent

umur 1.00 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

2.00 14 100.0% 0 .0% 14 100.0%

Hb 1.00 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

2.00 14 100.0% 0 .0% 14 100.0%

Leukosit 1.00 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

2.00 14 100.0% 0 .0% 14 100.0%

Trombosit 1.00 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

2.00 14 100.0% 0 .0% 14 100.0%

PDW 1.00 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

2.00 14 100.0% 0 .0% 14 100.0%

MPV 1.00 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%

2.00 14 100.0% 0 .0% 14 100.0%

Descriptives

Universitas Sumatera Utara


KLASS_HP Statistic Std. Error

umur 1.00 Mean 55.56 4.179

95% Confidence Lower Bound 46.74


Interval for Mean
Upper Bound 64.37

5% Trimmed Mean 55.56

Median 57.00

Variance 314.379

Std. Deviation 17.731

Minimum 24

Maximum 87

Range 63

Interquartile Range 21

Skewness .117 .536

Kurtosis -.192 1.038

2.00 Mean 56.57 4.744

95% Confidence Lower Bound 46.32


Interval for Mean
Upper Bound 66.82

5% Trimmed Mean 56.75

Median 58.50

Variance 315.033

Std. Deviation 17.749

Minimum 23

Maximum 87

Range 64

Interquartile Range 25

Skewness -.435 .597

Kurtosis -.144 1.154

Hb 1.00 Mean 13.3389 .43032

95% Confidence Lower Bound 12.4310


Interval for Mean Upper Bound 14.2468

Universitas Sumatera Utara


5% Trimmed Mean 13.3488

Median 13.5000

Variance 3.333

Std. Deviation 1.82568

Minimum 10.50

Maximum 16.00

Range 5.50

Interquartile Range 3.55

Skewness -.183 .536

Kurtosis -1.373 1.038

2.00 Mean 13.6429 .34302

95% Confidence Lower Bound 12.9018


Interval for Mean Upper Bound 14.3839

5% Trimmed Mean 13.5865

Median 13.6000

Variance 1.647

Std. Deviation 1.28345

Minimum 11.70

Maximum 16.60

Range 4.90

Interquartile Range 1.45

Skewness .895 .597

Kurtosis .970 1.154

Leukosit 1.00 Mean 9938.33 793.852

95% Confidence Lower Bound 8263.45


Interval for Mean Upper Bound 11613.22

5% Trimmed Mean 9846.48

Median 9990.00

Variance 1.134E7

Std. Deviation 3368.030

Minimum 4160

Maximum 17370

Universitas Sumatera Utara


Range 13210

Interquartile Range 2408

Skewness .563 .536

Kurtosis 1.298 1.038

2.00 Mean 7520.71 631.444

95% Confidence Lower Bound 6156.56


Interval for Mean Upper Bound 8884.87

5% Trimmed Mean 7439.13

Median 6650.00

Variance 5582099.451

Std. Deviation 2362.647

Minimum 4640

Maximum 11870

Range 7230

Interquartile Range 3645

Skewness .700 .597

Kurtosis -.586 1.154

Trombosit 1.00 Mean 322111.11 16603.387

95% Confidence Lower Bound 287081.03


Interval for Mean Upper Bound 357141.20

5% Trimmed Mean 323179.01

Median 318000.00

Variance 4.962E9

Std. Deviation 70442.207

Minimum 202000

Maximum 423000

Range 221000

Interquartile Range 123750

Skewness -.103 .536

Kurtosis -1.060 1.038

2.00 Mean 275571.43 15744.776

95% Confidence Lower Bound 241556.91

Universitas Sumatera Utara


Interval for Mean Upper Bound 309585.95

5% Trimmed Mean 272801.59

Median 280500.00

Variance 3.471E9

Std. Deviation 58911.556

Minimum 188000

Maximum 413000

Range 225000

Interquartile Range 67500

Skewness .594 .597

Kurtosis 1.117 1.154

PDW 1.00 Mean 10.9889 .30442

95% Confidence Lower Bound 10.3466


Interval for Mean Upper Bound 11.6312

5% Trimmed Mean 10.9321

Median 10.8500

Variance 1.668

Std. Deviation 1.29155

Minimum 9.10

Maximum 13.90

Range 4.80

Interquartile Range 1.70

Skewness .552 .536

Kurtosis .092 1.038

2.00 Mean 11.7643 .56749

95% Confidence Lower Bound 10.5383


Interval for Mean Upper Bound 12.9903

5% Trimmed Mean 11.7159

Median 11.0500

Variance 4.509

Std. Deviation 2.12335

Minimum 8.70

Universitas Sumatera Utara


Maximum 15.70

Range 7.00

Interquartile Range 3.65

Skewness .607 .597

Kurtosis -.698 1.154

MPV 1.00 Mean 9.9833 .13773

95% Confidence Lower Bound 9.6927


Interval for Mean Upper Bound 10.2739

5% Trimmed Mean 9.9593

Median 9.9500

Variance .341

Std. Deviation .58435

Minimum 9.10

Maximum 11.30

Range 2.20

Interquartile Range .78

Skewness .404 .536

Kurtosis .144 1.038

2.00 Mean 10.1929 .25408

95% Confidence Lower Bound 9.6440


Interval for Mean Upper Bound 10.7418

5% Trimmed Mean 10.1810

Median 10.0500

Variance .904

Std. Deviation .95068

Minimum 8.80

Maximum 11.80

Range 3.00

Interquartile Range 1.65

Skewness .198 .597

Kurtosis -.907 1.154

Universitas Sumatera Utara


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KLASS
_HP Statistic df Sig. Statistic df Sig.

umur 1.00 .123 18 .200* .965 18 .700

2.00 .135 14 .200* .967 14 .840

Hb 1.00 .137 18 .200* .933 18 .216

2.00 .237 14 .032 .935 14 .364

Leukosit 1.00 .207 18 .039 .903 18 .065

2.00 .209 14 .099 .914 14 .183

Trombosit 1.00 .124 18 .200* .950 18 .422

2.00 .118 14 .200* .946 14 .497

PDW 1.00 .098 18 .200* .961 18 .617

2.00 .176 14 .200* .919 14 .214

MPV 1.00 .155 18 .200* .958 18 .558

2.00 .140 14 .200* .955 14 .648

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Group Statistics

KLASS
_HP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Trombosit 1.00 18 322111.11 70442.207 16603.387

2.00 14 275571.43 58911.556 15744.776

PDW 1.00 18 10.9889 1.29155 .30442

2.00 14 11.7643 2.12335 .56749

MPV 1.00 18 9.9833 .58435 .13773

2.00 14 10.1929 .95068 .25408

Independent Samples Test

Universitas Sumatera Utara


Levene's Test for t-test for Equality of
Equality of Variances Means

F Sig. t Df

Trombosit Equal variances assumed 1.080 .307 1.988 30

Equal variances not assumed 2.034 29.804

PDW Equal variances assumed 4.353 .046 -1.278 30

Equal variances not assumed -1.204 20.274

MPV Equal variances assumed 4.191 .049 -.769 30

Equal variances not assumed -.725 20.415

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Mean Std. Error


Sig. (2-tailed) Difference Difference

Trombosit Equal variances assumed .056 46539.683 23410.142

Equal variances not assumed .051 46539.683 22881.662

PDW Equal variances assumed .211 -.77540 .60673

Equal variances not assumed .242 -.77540 .64399

MPV Equal variances assumed .448 -.20952 .27259

Equal variances not assumed .477 -.20952 .28901

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the


Difference

Lower Upper

Trombosit Equal variances assumed -1270.205 94349.570

Equal variances not assumed -203.767 93283.133

PDW Equal variances assumed -2.01451 .46372

Equal variances not assumed -2.11756 .56677

Universitas Sumatera Utara


MPV Equal variances assumed -.76622 .34717

Equal variances not assumed -.81160 .39256

Descriptives

HASILHP Statistic Std. Error

TROMBOSIT IgG Mean 365750.0000 33851.08319

95% Confidence Lower Bound 258020.7454


Interval for Mean
Upper Bound 473479.2546

5% Trimmed Mean 368000.0000

Median 386000.0000

Variance 4.584E9

Std. Deviation 67702.16639

Minimum 268000.00

Maximum 423000.00

Universitas Sumatera Utara


Range 155000.00

Interquartile Range 119750.00

Skewness -1.555 1.014

Kurtosis 2.782 2.619

IgA Mean 321555.5556 21116.15437

95% Confidence Lower Bound 272861.6163


Interval for Mean
Upper Bound 370249.4948

5% Trimmed Mean 322950.6173

Median 319000.0000

Variance 4.013E9

Std. Deviation 63348.46311

Minimum 202000.00

Maximum 416000.00

Range 214000.00

Interquartile Range 77000.00

Skewness -.488 .717

Kurtosis .721 1.400

IgGA Mean 288200.0000 35447.70797

95% Confidence Lower Bound 189781.3847


Interval for Mean
Upper Bound 386618.6153

5% Trimmed Mean 285166.6667

Median 286000.0000

Variance 6.283E9

Std. Deviation 79263.48466

Minimum 213000.00

Maximum 418000.00

Range 205000.00

Interquartile Range 127500.00

Skewness 1.362 .913

Kurtosis 2.219 2.000

Universitas Sumatera Utara


MPV IgG Mean 9.7750 .26887

95% Confidence Lower Bound 8.9193


Interval for Mean Upper Bound 10.6307

5% Trimmed Mean 9.7778

Median 9.8000

Variance .289

Std. Deviation .53774

Minimum 9.10

Maximum 10.40

Range 1.30

Interquartile Range 1.03

Skewness -.265 1.014

Kurtosis .869 2.619

IgA Mean 9.8222 .17621

95% Confidence Lower Bound 9.4159


Interval for Mean Upper Bound 10.2286

5% Trimmed Mean 9.8191

Median 9.7000

Variance .279

Std. Deviation .52863

Minimum 9.10

Maximum 10.60

Range 1.50

Interquartile Range .90

Skewness .343 .717

Kurtosis -.600 1.400

IgGA Mean 10.4400 .25020

95% Confidence Lower Bound 9.7453


Interval for Mean Upper Bound 11.1347

5% Trimmed Mean 10.4167

Median 10.2000

Variance .313

Universitas Sumatera Utara


Std. Deviation .55946

Minimum 10.00

Maximum 11.30

Range 1.30

Interquartile Range 1.00

Skewness 1.117 .913

Kurtosis .036 2.000

PDW IgG Mean 10.3000 .50166

95% Confidence Lower Bound 8.7035


Interval for Mean Upper Bound 11.8965

5% Trimmed Mean 10.2889

Median 10.2000

Variance 1.007

Std. Deviation 1.00333

Minimum 9.40

Maximum 11.40

Range 2.00

Interquartile Range 1.85

Skewness .202 1.014

Kurtosis -4.752 2.619

IgA Mean 10.7889 .41043

95% Confidence Lower Bound 9.8424


Interval for Mean Upper Bound 11.7354

5% Trimmed Mean 10.7654

Median 10.5000

Variance 1.516

Std. Deviation 1.23130

Minimum 9.10

Maximum 12.90

Range 3.80

Interquartile Range 2.05

Skewness .383 .717

Universitas Sumatera Utara


Kurtosis -.465 1.400

IgGA Mean 11.9000 .58310

95% Confidence Lower Bound 10.2811


Interval for Mean Upper Bound 13.5189

5% Trimmed Mean 11.8556

Median 11.3000

Variance 1.700

Std. Deviation 1.30384

Minimum 10.70

Maximum 13.90

Range 3.20

Interquartile Range 2.30

Skewness 1.083 .913

Kurtosis .107 2.000

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
HASILH
P Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TROMBOSIT IgG .328 4 . .862 4 .266

IgA .224 9 .200* .950 9 .689

IgGA .306 5 .142 .875 5 .289

MPV IgG .195 4 . .990 4 .957

IgA .152 9 .200* .921 9 .405

IgGA .266 5 .200* .852 5 .202

PDW IgG .287 4 . .856 4 .245

IgA .163 9 .200* .963 9 .834

IgGA .277 5 .200* .893 5 .374

a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara


*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

TROMBOSIT .059 2 15 .943

MPV .071 2 15 .932

PDW .108 2 15 .899

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

TROMBOSIT Between Groups 1.337E10 2 6.685E9 1.413 .274

Within Groups 7.099E10 15 4.732E9

Total 8.436E10 17

MPV Between Groups 1.450 2 .725 2.497 .116

Within Groups 4.355 15 .290

Total 5.805 17

PDW Between Groups 6.409 2 3.204 2.190 .146

Within Groups 21.949 15 1.463

Total 28.358 17

RIWAYAT HIDUP

Nama : dr. Fauzan Indra M Lubis

Tempat, tanggal lahir : Padangsidimpuan, 02April 1983

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Institusi : PPDS Patologi Klinik FK USU Medan

Alamat : Jalan Karsa No.10 Sei Agul, Medan

Status Perkawinan : Menikah

Universitas Sumatera Utara


Telp : 085296929291

Riwayat Pendidikan :

Sekolah Dasar : SD Negeri 7 Padangsidimpuan

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 4 Padangsidimpuan

Sekolah Menengah Atas : SMU Negeri 1 Padangsidimpuan

Strata 1 : FK Universitas Malahayati Bandar Lampung

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai