2019
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13829
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBEDAAN TROMBOSIT, MEAN PLATELET VOLUME DAN
PLATELET DISTRIBUTION WIDTH PADA PENDERITA
HELICOBACTER PYLORI POSITIF DAN NEGATIF
TESIS
OLEH :
dr. Fauzan Indra M Lubis
NIM : 137041181
TESIS
pylori Positif dan Negatif”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
karya tulis ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, petunjuk, bantuan dan
pengarahan serta dorongan baik moril dan materil dari berbagai pihak sehingga
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan serta kritikan yang
membangun sehingga tesis ini bisa bermanfaat dimasa yang akan datang.
1. Yth, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas
tesis ini.
selesai.
6. Yth. Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, Sp.PK-KH, sebagai Ketua
pendidikan.
mengikuti pendidikan.
mengikuti pendidikan.
Arto, M.Ked (Clin Path), Sp.PK, dr Dewi Indah Sari Siregar, M.Ked
Path), Sp.PK dan semua guru-guru saya yang telah banyak memberikan,
13. Yth kepada CV. Androlias Deli Asera, yang telah mendukung sarana
dengan lancar.
Universitas Sumatera Utara, para analis, dan semua pihak yang tidak dapat
yang baik selama saya menjalani pendidikan dan proses penyelesaian tesis
ini.
mereka.
16. Terima kasih setulus-tulusnya kepada kedua orang tua saya ayahanda saya
tercinta H. Syahrul Hadi Lubis dan ibunda saya terkasih Nisma Sari
SWT membalas semua budi baik dan kasih sayangnya. Begitu juga kepada
mertua saya BapakBakri Satamso dan ibu Nurida Sari yang juga telah
17. Terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada istri saya dr.
ini serta kedua anakku tersayangHafiz Al Farisi Lubis dan Rafa Mirza
Ardhani Lubis yang telah banyak kehilangan perhatian dan kasih sayang
Akhir kata sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, pada kesempatan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sudi
kiranya tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa
Alamin.
Halaman
Halaman
Gambar 2.3. Model mewakili peran H. pylori dan faktor lainnya dalam
Halaman
Tabel 4.2 Analisis Hubungan Infeksi H. pylori Positif Dan Negatif dengan
AA : Asam arakidonat
ADP : Adenosindiphosphate
Gp : Glikoprotein
IceA : epithelium
IgA : Imunoglobulin A
IgG : Imunoglobulin G
IgM : Imunoglobulin M
IL : Interleukin
PCT : Plateletcrit
PF 4 : platelet factor 4
Th1 : T-helper 1
Latar Belakang:H. pylori adalah penyebab paling umum dari gastritis kronis dan
menginfeksi lebih dari separuh populasi dunia. Infeksi H. pylori dapat dideteksi
dengan menguji antibodi (IgA dan IgG) dalam serum atau air liur. Trombosit
memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan yang terkait dengan
peradangan lokal atau sistemik melalui pelepasan agen trombotik dan inflamasi.
Mean Platelet Volume (MPV) telah lama dikenal sebagai penanda peradangan dan
peran ini telah ditunjukkan sebelumnya pada berbagai kelainan gastrointestinal.
Platelet distribution width (PDW) adalah indeks platelet yang mencerminkan
variasi ukuran platelet.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan trombosit,
MPV,dan PDW pada pasien dispepsia dengan infeksi H. Pyloripositif dan negatif
Metode: Tiga dua pasien dispepsiayang memenuhi kriteria diikutsertakan dalam
penelitian ini.Kadar Trombosit, MPV, PDW, diuji pada setiap pasien. Kami
menyelidiki perbedaan Trombosit,MPV, PDW pasien dispepsia dengan infeksi H.
Pylori positif dan negatif
Hasil: Penelitian ini menggunakan uji T Test tidak berpasangan. Tidak terdapat
perbedaan Trombosit, MPV, PDW secara signifikan antara kelompok populasi H.
pylori positif dan H. pylori negatif dengan nilai p secara berurutan 0,056, 0,448,
0,211.
Kesimpulan:Tidak terdapat perbedaan Trombosit,MPV, PDW secara signifikan
antara kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori negatif.
Kata kunci:H. pylori, Trombosit, Mean Platelet Volume dan Platelet Distribution
Width, Dispepsia.
PENDAHULUAN
tertentu seperti dispepsia non ulcer (NUD), peradangan kronis, ulcer, dan lain-
lain. Bakteri H. pylori berada di lapisan mukosa yang menutupi epitel lambung.
dan IgG lokal yang kuat dan spesifik, pengaruh antibodi terhadap kolonisasi
menginfeksi lebih dari separuh populasi dunia. Bakteri ini juga terkait dengan
berbagai penyakit mulai dari gastritis asimtomatik sampai ulkus gaster berat yang
peptik dan tukak duodenum. Deteksi antibodi merupakan langkah penting dalam
2011).
ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas" yang merupakan salah satu
alasan paling umum untuk pergi ke rumah sakit. Dispepsia dapat menjadi pertanda
akut atau kronis dari infeksi H. pylori, salah satu etiologi dispepsia yang pertama
kali dari biopsi lambung di awal tahun 1980an. Dispepsia juga menjadi perhatian
bagi pasien yang berusia di atas 50 tahun, karena peningkatan kejadian karsinoma
dari 55 yang tidak memiliki "alarm simptom" (misalnya kehilangan berat badan,
prevalensinya dari H. pylori adalah 10% atau lebih besar (pendekatan test and
treat). Terapi pemberantasan H. pylori efektif dalam banyak kasus penyakit ulkus
peptikum dan mengatasi gejala dalam proporsi yang signifikan pada dispepsia non
ulcer. Strategi ini akan mengurangi risiko MALT limfoma dan karsinoma
di negara maju maupun negara berkembang dengan tingkat infeksi yang tinggi
69% yang meningkat secara positif seiring bertambahnya usia, dan tingkat
prevalensi tertinggi (79%) terlihat pada kelompok usia 46 sampai 55. Pengukuran
terhadap H. pylori dapat digunakan untuk menentukan prevalensi infeksi akut dan
H. pylori berdasarkan IgG anti H. pylori adalah 73%. Hasil ini menunjukkan
bahwa seroprevalensi di Iran lebih tinggi daripada di banyak negara maju seperti
di Amerika Serikat 37% dan di Jerman 40% namun lebih rendah dari beberapa
negara berkembang yang dilaporkan seperti Nigeria 85% dan Bangladesh 90%.
Telah dilaporkan bahwa titer IgA dan IgG anti H. pylori menunjukkan adanya
infeksi kronis dan terkait dengan usia. Seropositif IgG bervariasi pada kelompok
umur yang berbeda yakni 40% pada umur 0-10 tahun hingga 75% pada umur 70-
80 tahun. IgA anti H. pylori juga mencerminkan pola yang sama dimana 10%
dijumpai pada dekade pertama dan menjadi 44% pada usia 70-80 tahun. Selain itu
dijumpai penurunan dalam seropositif IgG dan IgA pada pasien berusia diatas 50
tahun (Kate et al, 2001), dimana hal ini mungkin terkait dengan pemberantasan
Infeksi H. pylori telah dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam
Secara khusus prevalensi infeksi H. pylori di Asia cukup tinggi, sehingga perlu
lanjut. Strategi tata laksana yang optimal adalah memberikan terapi empirik
imunitas, regenerasi jaringan dan berbagai proses fisiologis dan patologis lainnya.
dengan peradangan lokal atau sistemik melalui pelepasan agen trombotik dan
penanda fungsi dan aktifitas platelet dimana platelet berukuran besar secara
hemostatik lebih aktif. MPV telah lama dikenal sebagai penanda peradangan dan
Ali dkk (2017) menyatakan jumlah platelet dan platelet distribution width
lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan nilai
terinfeksi H. pylori dengan tes CLO. Jumlah trombosit, efek strain positif cagA
pada jumlah trombosit diuji dalam penelitian ini. Hasil menunjukkan jumlah
trombosit secara keseluruhan lebih rendah pada pasien yang terinfeksi H. pylori
0,0473). MPV pasien yang terinfeksi didapati adalah 247 x 109 / L (SD: 56 x 109
/ L) dan yang tidak terinfeksi adalah 277 x 109 / L (SD: 68 x 109 / L). Sekitar
12,5% pasien yang terinfeksi dan 33% pasien yang tidak terinfeksi memiliki
jumlah trombosit diatas 300 x 109 / L, sedangkan 37,5% pasien yang terinfeksi
dan 10% pasien yang tidak terinfeksi memiliki jumlah trombosit kurang dari 200
x109 / L.
urease, pemeriksaan histologis, kultur, dan pemeriksaan PCR spesimen biopsi dari
IgG terhadap H. pylori baik secara in vitro maupun in vivo dan pemeriksaan Urea
Breath Test. Infeksi H. pylori dapat dideteksi dengan menguji antibodi (IgA dan
IgG) dalam serum atau air liur. Pemeriksaan ELISA adalah metode terbaik untuk
uji serologi karena sederhana, kehandalan dan biaya rendah. ELISA memiliki
sensitifitas dan spesifisitas lebih dari 90%. Alternatif uji lain adalah tes aglutinasi
karena mudah dilakukan. Hasil yang diperoleh bergantung pada antigen yang
2010).
imunoglobulin M (IgM), disusul peningkatan IgA dan IgG yang biasanya terdapat
pada sepanjang masa infeksi. Setelah pengobatan titer dapat menurun hingga 12
bulan. Keakuratan berbagai perangkat yang tersedia bervariasi, dimana hal ini
lebih besar. Sebagai konsekuensinya, tidak ada satupun antigen H. pylori yang
dikenali oleh sera dari semua individu. Sediaan yang disiapkan terhadap lebih dari
satu strain akan memiliki kepekaan yang lebih tinggi, namun spesifisitasnya lebih
deteksi antibodi dan infeksi H. pylori. Hasil IgG dan IgA yang negatif diikuti
dengan infeksi H. pylori yang juga negatif dengan proporsi infeksi H. pylori lebih
tinggi pada pasien yang memiliki hasil positif IgG dan IgA (p = 0,01) (Pandya
dkk,2014).
spesifisitas dan nilai prediktif tes yang digunakan. Ketiga parameter ini
penyakitnya tinggi maka uji yang sensitif menjadi pilihan, sedangkan bila
penurunan kadar IgG 40-50% selama 6 bulan setelah perawatan. Namun, hanya
sekitar 25% pasien yang berhasil diobati menunjukkan hilangnya IgG antibodi
yang lengkap. Arti klinis IgA menjadi penting saat didapati hubungan antara IgA
gastritis atrofi dan metaplasia usus. Respon IgA H. pylori dapat berkembang lebih
lambat sehingga banyak pasien yang terinfeksi H. pylori hanya memiliki IgG pada
dkk,2014).
pylori positif dan negatif di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.
pylori positif dan negatif di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.
3. Untuk mengetahui kadar IgG dan IgA anti H. pylori pasien Dispepsia
Medan.
4. Untuk melihat hubungan antara IgG dan IgA anti H. pylori dengan
1.4. HIPOTESA
positif dan negatif di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan.
perbedaan trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H. pylori positif dan negatif
masyarakat mengenai manfaat pemeriksaan IgG dan IgA anti H. pylori sebagai
pylori positif dan negatif di RSUP Haji Adam Malik dan RS USU Medan dan
selanjutnya.
perbedaan trombosit pasien dispepsia dengan infeksi H. pylori positif dan negatif
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. H. pylori
H. pylori memiliki beberapa flagela pada satu polar dan bergerak secara aktif.
Memiliki sifat oksidase dan katalase positif, bersifat motil, dan merupakan
kecil orang yang terinfeksi mengalami gejala yang nyata sehingga diagnosis
infeksi cukup rendah bila dibandingkan dengan jumlah orang yang terinfeksi
(Flaming, 2007).
dapat melengkung, spiral, atau fusiform. Berukuran lebar 0,5-1,0 µm dan panjang
2,5-5,0 µm. Panjang spiral dapat bervariasi sesuai dengan usia, kondisi
pertumbuhan, dan identitas spesies dari sel. Bila terpapar dengan udara, sel-sel
menarik. Terjadi di Rumah Sakit Royal Perth (Australia) di mana Barry Marshall
bekerja, piringan kultur hasil biopsi perut biasanya akan diperiksa dalam 48 jam,
seharusnya diperiksa pada hari sabtu, tidak diperiksa karena libur. Hal ini
Brussels (Belgia) pada bulan september 1983. Kemudian, bakteri ini berganti
struktur yang flagellar, protein, asam lemak, dan komposisi genetik (Somily,
2015).
Dikutip dari: Flaming, S.L. 2007. H. pylori. Chelsea House Publisher. New York. Pp 1-
135.
2.1.2. Epidemiologi
prevalensi berkisar antara 30% sampai 90% dengan tingkat kejadian tahunan
20% pada orang berusia di bawah 30 tahun namun meningkat menjadi 40-60%
pada orang berusia 60 tahun, termasuk pada mereka yang tidak bergejala. Di
negara berkembang, prevalensi infeksi adalah 80% dan lebih tinggi dijumpai pada
orang dewasa. Transmisi manusia ke manusia dari H. pylori dapat terjadi secara
(Detrick B. 2016).
untuk menetap apabila tidak diobati. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah penelitian
didapatkan bahwa infeksi H. pylori mencapai 70% pada anak-anak usia 5-6 tahun,
dan angka yang serupa didapat pada usia dewasa di daerah tersebut. Selain usia,
prevalensi meningkat dengan status sosial ekonomi yang rendah pada masa kanak
populasi yang berbeda dalam satu negara. Prevalensi yang lebih tinggi pada usia
sosial ekonomi yang lebih jelek pada masa kanak-kanak (Hunt dkk, 2011;
perdarahan saluran cerna dari tiga sampai tujuh kali lipat. Dijumpai adanya H.
pylori pada 70-90% pasien dengan ulkus duodenum dan sampai 30-60% ulkus
rekurensi yang mencapai 70% dengan penekanan asam saja. H. pylori umumnya
peradangan dan sitokin. Meskipun sistem imun memberikan respons humoral dan
klinis pada saluran pencernaan bagian atas dan kemungkinan juga pada saluran
kondisi yang mendasari seperti pada penyakit tukak lambung atau untuk tujuan
Dikutip dari: Kusters, J.G., Vliet, A.H., Kuipers, E.J. 2006. Pathogenesis of H. pylori
risiko terkena penyakit ulkus dan 1-2% berkembang menjadi kanker lambung
distal. Risiko ini tergantung pada faktor bakteri, host, dan faktor lingkungan yang
sangat berhubungan dengan pola dan tingkat keparahan gastritis (Kusters, 2006).
yang digambarkan pada Gambar. 6 pertama kali dikemukakan oleh Correa dkk.
terutama sel T-helper 1 (Th1). Gastritis akut awal akan diikuti oleh gastritis kronis
aktif, yang berlangsung seumur hidup jika infeksi tidak diobati (Kuster, 2006).
dan sel Th1, yang biasanya ditujukan untuk membersihkan infeksi intraselular.
kerusakan sel akan memulai kaskade histologis yang digambarkan pada Gambar
2.3. Produksi ROS (reactive oxygen species) dari peradangan berlangsung dapat
Gambar 2.3. Model mewakili peran H. pylori dan faktor lainnya dalam
karsinogenesis lambung.
Dikutip dari: Kusters, J.G., Vliet, A.H., Kuipers, E.J. 2006. Pathogenesis of H. pylori
2.1.5. Patogenesis
relatif asam dan memiliki kapasitas buffer yang kuat. Di sisi lumen pH mukus
rendah (1,0 - 2,0) sedangkan pada sisi epitel, pH sekitar 7,4. H. pylori dapat
lipopolisakarida akan merusak sel mukosa, dan amonia yang diproduksi oleh
aktivitas urease juga dapat merusak sel secara langsung. Secara histologis,
gastritis ditandai dengan gambaran peradangan akut dan kronis. Infiltrat sel
Vakuola dalam sel sering ditemukan. Kehancuran sel epitel sering terjadi dan
infeksi H. pylori memerlukan interaksi yang kompleks dari faktor inang dan
protein aktif yang dibutuhkan H. pylori untuk masuk ke dalam permukaan mukosa
(contohnya flagellin, yang telah dikodekan menjadi gen flaA dan flaB). Ketika
dengan mekanisme yang belum diketahui. Enzim urease yang diproduksi oleh
immunogenik kuat dan dihubungkan dengan keadaan klinis yang berat, seperti
Protein yang dihasilkan oleh gen vacuolating cytotoxin A (vacA) dan gen A yang
diinduksi oleh kontak dengan epithelium (iceA), telah diketahui juga berhubungan
munculnya manifestasi klinis dari infeksi. Proses ini diperantarai oleh interleukin
1, 2, 6, 8, dan 12, interferon gamma, TNF-α, limfosit T dan B serta sel-sel fagosit.
Faktor-faktor ini menyebabkan proses apoptosis dari mukosa (Tanih dkk, 2010).
IgM terhadap infeksi. Kemudian IgG dan IgA akan dihasilkan dan bertahan baik
secara sistemik maupun lokal pada mukosa titer yang tinggi didapati pada orang
pylori akan melemahkan respon antibodi, dan memicu terjadinya infeksi berulang
(Detrick, 2016)
berkaitan erat dengan tampilan klinis, yang disebabkan oleh efek perubahan
pangastritis, yang melibatkan korpus gaster (yang menghasilkan asam) dan juga
antrum. Keadaan ini menyebabkan atropi dari sel parietal (penghasil asam) dan sel
yang lemah sebagai respon dari rangsangan gastrin (Tanin dkk, 2010).
2.2. Lambung
Organ lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang abdomen atas
dan bila penuh berbentuk seperti buah alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung
1 – 2 liter. Lambung terbagi atas fundus, korpus, antrum pilorikum atau pilorus.
Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura mayor, dan dibagian kiri
otot polos lambung atau tunika muskularis yang terdiri dari 3 lapisan otot, yaitu
dari paling luar kedalam otot longitudinal, otot sirkular, dan otot oblik. Semua otot
selanjutnya adalah lapisan submukosa, pada lapisan ini terdapat serabut syaraf,
pembuluh darah, dan saluran lymphe. Lapisan terakhir adalah tunika mukosa.
Pada tunika mukosa terdapat kelenjar-kelenjar, yaitu kelenjar kardia dibagian atas
dan kelenjar gastrik dibagian bawah. Pada kelenjar gastrik terdapat 3 tipe utama
sel, yaitu sel zimogenik atau chief cells yang mengsekresikan pepsinogen, sel
parietal yang mengsekresikan asam lambung, dan sel mukus yang mengeluarkan
Dikutip dari: Pearce, E.C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Kedokteran. PT. Gramedia
parasimpatis yang diwakili oleh nervus vagus, dan saraf simpatis diwakili oleh
saraf splanikus mayor dan seliakum. Darah kelambung disuplai oleh arteri seliaka
atau trunkus seliakus, dan dikembalikan melalui vena porta (Pearce, 2006).
• Lapisan preepitel
molekul asam seperti ion hidrogen. Mukus yang disekresi sel epitel mengandung
95% air dan campuran lipid dengan glikoprotein. Mucin sebagai unsur utama
air/hidrofobik dengan asam lemak yang muncul keluar dari membran sel. Lapisan
mukosa yang tidak tembus air merintangi difus ion dan molekul seperti pepsin.
didalam lumen lambung dengan pH 6-7 di dalam sel epitel. Sekresi bikarbonat
(Tarigan, 2014).
transportasi ionik sel epitel serta produksi bikarbonat yang dapat mempertahankan
restitusi. Proses ini bukan pembelahan sel namun memerlukan sirkulasi darah
yang baik dan mileu alkali. Beberapa faktor pertumbuhan memegang peranan
seperti: EGF, FGF, TGFa dalam membantu proses restitusi (Tarigan, 2014).
HCL dan pepsin adalah produk yang paling utama yang dapat
sirkardia, tertinggi terjadi pada malam hari dan terendah pada pagi hari. Factor
kolinergik melalui nervus vagus dan faktor histaminergik melalui sumber lokal di
sefalik melalui perangsangan nervus vagus. Fase gastrik terjadi pada saat makanan
terdapat di dalamnya (asam amino dan amino bentuk lain) yang secara langsung
lambung akan memicu pelepasan gastrin dan produk asam (Tarigan, 2014).
Fase terakhir sekresi asam lambung yaitu fase intestinal dimulai pada saat
makanan masuk kedalam usus dan diperantarai oleh adanya peregangan usus dan
melalui mekanisme langsung melalui sekresi sel parietal maupun tidak langsung
dapat mengimbangi sekresi asam lambung, antara lain faktor neural (sentral dan
2.3. Dispepsia
2.3.1. Pengertian
Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah abdomen
bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah satu atau beberapa
gejala berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh
setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual,
muntah, dan sendawa. Untuk dispepsia fungsional, keluhan tersebut di atas harus
berlangsung setidaknya selama tiga bulan terakhir dengan awitan gejala enam
2.3.2. Epidemiologi
pelayanan dokter umum dan 50% dari pelayanan dokter spesialis gastroenterologi.
Mayoritas pasien Asia dengan dispepsia yang belum diinvestigasi dan tanpa tanda
dispepsia fungsional. Dari hasil endoskopi yang dilakukan pada 550 pasien
dispepsia dalam beberapa sentral di Indonesia pada Januari 2003 sampai April
2004, didapatkan 44,7 % kasus kelainan minimal pada gastritis dan duodenitis;
6,5% kasus dengan ulkus gaster; dan normal pada 8,2% kasus.Di Indonesia, data
prevalensi infeksi H. pylori pada pasien ulkus peptikum (tanpa riwayat pemakaian
untuk pasien dispepsia fungsional sebanyak 20- 40% dengan berbagai metode
2014).
ditemui di Makasar tahun 2011 (55%), Solo tahun 2008 (51,8%), Yogyakarta
(30.6%) dan Surabaya tahun 2013 (23,5%), serta prevalensi terendah di Jakarta
intestinal kronis, dan penyakit pankreas. Selain itu, beberapa obat juga diketahui
dapat menyebabkan gejala dispepsia. Yang paling menonjol adalah OAINS, yang
sebelumnya ditentukan oleh kriteria Roma II sebagai nyeri yang berpusat di perut
kriteria diagnostik berbasis gejala dengan tiga sub tipe dispepsia fungsional yaitu
dispepsia seperti maag dan dispepsia yang tidak spesifik (non spesifik). Kriteria
ini telah direvisi pada Roma III (Tabel 17-2) untuk mengatasi fakta bahwa subtipe
sebelumnya adalah nilai klinis yang patut dipertanyakan dan bahwa pasien dengan
dispepsia fungsional tidak harus memiliki rasa sakit sebagai satu-satunya gejala,
dispepsia fungsional terkini setelah direvisi adalah adanya satu atau lebih gejala
dispepsia yang berasal dari daerah gastroduodenal, dengan tidak adanya penyakit
organik, sistemik, atau metabolik yang dapat menjelaskan gejalanya (Wang dkk,
2009).
(2012) memutuskan untuk mengikuti konsep dari kriteria diagnosis Roma III
dengan penambahan gejala berupa kembung pada abdomen bagian atas yang
States.pp. 182-189.
II.3.4. Patofisiologi
yang dapat berperan adalah genetik, gaya hidup, lingkungan, diet dan riwayat
pada antrum, dan bagian distal dari lambung (Tanih dkk, 2010).
2.4. Trombosit
berdiameter rata-rata 2,0 sampai 5,0 μm dan tebal 0,5 μm serta memiliki ukuran
aktif dan merupakan komponen penting kedua pada pemeliharaan hemostasis Sel-
sel anuclear ini beredar dalam darah perifer setelah diproduksi oleh sitoplasma
2012).
1. Glycocalyx
Glycocalyx terdiri dari protein plasma dan molekul karbohidrat yang saling terkait
permukaan.
sitoplasma ini membentuk sistem kontraktil (zona gel sol) dari trombosit.
4. Granule
dengan hemostasis pada trombosit dewasa terdiri dari alfa granule, dense atau
delta granule, dan lisosom. Alfa granule adalah bentuk yang paling banyak. Alfa
von Willebrand factor (vWF), and thrombospondin. Dense bodies, jika dilihat dari
dari enzim jalur glikolitik dan heksosa. Energi untuk aktivitas metabolik dan
anaerobik dengan memanfaatkan glikogen stores. Platelet adalah sel energi yang
sangat tinggi dengan tingkat metabolisme 10 kali lipat dari eritrosit. Berdasarkan
Dikutip dari: Turgeon, M.L. 2012. Clinical Hematology. In Principle of hemostasis and
mereka tinggal selama 2 hari. Setelah periode ini, trombosit berada dalam
sirkulasi darah atau kolam limpa yang aktif. Setiap saat, kira-kira dua pertiga dari
jumlah total trombosit berada dalam sirkulasi sistemik, sedangkan sisanya ada
sebagai kumpulan trombosit di limpa yang bebas bertukar dengan sirkulasi umum.
Orang normal memiliki rata-rata 250 × 109 / L (150 × 109 / L - 450 × 109 / L)
rata-rata 350 × 109 / L ± 4,3 × 109 / L / hari. Rentang umur trombosit dewasa
adalah 9,0 hari ± 1 hari. Pada akhir masa hidupnya, trombosit akan fagositosis
oleh hati dan limpa serta jaringan lain dari sistem fagosit mononuklear (Turgeon,
2012).
komponen sistem peredaran darah. Proses ini membutuhkan paling sedikit 10%
dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah yang memiliki fungsi normal. Hal
ini menunjukan bahwa agar proses hemostasis dapat berjalan dengan baik, tidak
hanya dibutuhkan jumlah trombosit yang normal tetapi juga fungsi trombosit yang
akan terjadi secara berurutan dimulai adhesi pada pembuluh yang terluka,
fungsional disertai serangkaian reaksi biokimia yang terjadi selama proses aktivasi
platelet), protein struktural (kolagen), dan enzim proteolitik (trombin). Salah satu
vaskular akan dimulai dengan merangsang migrasi dan proliferasi sel endotel dan
sel otot polos medial melalui pelepasan mitogen yaitu faktor pertumbuhan yang
2. Aktivasi platelet
binding site pada GpIIb / IIIa juga terjadi saat ini. GpIIb / IIIa kemudian
disfungsi trombosit.
3. Agregasi
deteksi elektro atau optik yang sama seperti yang digunakan untuk menghitung sel
darah merah dan ambang bawah diperlukan untuk memisahkan trombosit dari
debris dan kebisingan elektronik. Ambang batas dapat bervariasi secara otomatis,
sel darah merah atau mikro terfragmentasi atau untuk platelet raksasa (Briggs, C,
2011).
Teknik yang sama yang digunakan untuk ukuran sel darah merah dapat
diterapkan pada trombosit. Volume platelet rata-rata (MPV) diperoleh dari kurva
pengukuran dan kondisi penyimpanan sebelum darah diuji. Ketika MPV diukur
terbalik dengan jumlah trombosit pada subjek normal. Jika kurva ini
lebih rendah dari yang diperkirakan saat trombositopenia disebabkan oleh anemia
lebih aktif daripada trombosit yang lebih kecil dan mungkin lebih penting secara
fungsional daripada trombosit yang lebih kecil. Peningkatan MPV telah diamati
pada pasien yang berisiko terkena infark miokard dan infark serebral. MPV tinggi
trombositosis reaktif atas dasar ini belum terlalu berhasil (Briggs, C, 2011).
penyakit radang usus besar ditandai oleh trombosit berukuran kecil sehingga
tingkat MPV berkurang. Tingkat MPV dan aktivitas penyakit memiliki hubungan
dengan kadar MPV yang lebih tinggi daripada periode aktif penyakit. Pengaturan
yang mungkin bahwa kadar MPV tidak berkorelasi dengan intensitas H. pylori
adalah selisih sitokin yang terlibat dalam peradangan mukosa lambung. Meskipun
tingkat serum TNF-α meningkat pada infeksi H. pylori, sitokin yang menonjol
dari peradangan lambung adalah IL-6. Satu studi melaporkan bahwa tingkat IL-6
yang berdampak pada produksi trombosit tidak berbeda antara pasien dengan dan
dan trombosit. PCT dapat dilihat sebagai indikasi volume platelet yang beredar
dalam satuan volume darah. Rasio sel besar platelet (P-LCR), yang dilaporkan
oleh beberapa instrumen, adalah jumlah platelet yang berada di atas ambang batas
12 fl pada histogram dibagi dengan jumlah platelet total. P-LCR atau PDW yang
informasi tentang nilai klinis. Semua parameter platelet yang diturunkan sangat
spesifik untuk masing-masing teknik, dengan teknik yang berbeda akan memiliki
rentang normal yang berbeda pula (Briggs, C, 2011). PDW meningkat selama
banyak masuk ke aliran darah. PDW memiliki pola karakteristik yang mirip
peradangan lokal atau sistemik. Agen trombotik dan inflamasi yang dilepaskan
H. pylori adalah infeksi bakteri pada manusia yang spesifik untuk sel
epitel gastrik. H. pylori berkoloni pada perut manusia dan memicu radang
Gastritis aktif kronis ditandai dengan infiltrasi limfosit dan neutrofil. Foci
dari metaplasia usus, agregat limfoid, dan folikel limfoid yang menghasilkan
epitel foveolar dan reduksi sekresi lendir. Koloni dapat terjadi secara keseluruhan
pada mukosa lambung dari pilorus sampai kardiak (Topal dkk, 2010).
dan aktivasi yang bisa ditentukan secara tes hematologik klinis dan dipengaruhi
oleh peradangan (Topal dkk, 2010). Banyak penyakit yang terkait dengan agregasi
trombosit, salah satunya adalah infeksi H. pylori. Orang yang terinfeksi H. pylori
platelet melalui interaksi antara H. pylori, antibodi, dan reseptor platelet Fc RIIA
(CD32), serta vWF dan reseptor Gp Ib / IX. vWF yang ditemukan di plasma darah
(butiran platelet). Bukti menunjukkan bahwa VWF adalah salah satu elemen
terbaru telah menunjukkan bahwa domain DD3 VWF dapat berinteraksi dengan
protein membran integral P-selectin (CD62P) pada Weibel-Palade body (Yeh dkk,
2010).
menjadi aktif saat berhubungan dengan aktivator, termasuk asam arakidonat (AA),
platelet. Ini dikenal sebagai degranulasi, dimana redistribusi faktor-faktor ini dari
infeksi H. pylori diketahui menginduksi apoptosis pada sel AGS dari sel epitel
trombosit yang terlihat pada beberapa pasien ITP (Yeh dkk, 2010).
ikatan langsung antara vWF dan H. pylori 49503 menginduksi agregasi trombosit.
DD3 domain vWF pada Weibel-Palade body juga ditemukan berinteraksi dengan
agar platelet menjadi aktif disusul pelepasan P-selectin dan vWF yang signifikan.
Adhesi antara kompleks bakteri / anti-Hp IgG / platelet dengan vWF yang
2010).
perbedaan strain bakteri. Ada juga dugaan bahwa infeksi kronis dengan H. pylori
adalah penyebab ITP sekunder, yang berbeda dengan ITP primer (kebanyakan
endoskopi (rapid urease test, histologi, kultur dan PCR) dan secara tidak langsung
tanpa endoskopi (urea breath test, stool test, urine test, dan serologi). Urea breath
test saat ini sudah menjadi gold standard untuk pemeriksaan H. pylori, salah
perbedaan dalam performa tes, dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
2014).
2.7.1.1.Histologi / mikroskopi
menganggap ini sebagai standar emas dalam diagnosis H. pylori terkait infeksi
Tes CLO ini dapat dilakukan pada saat endoskopi untuk mengetahui status
H. pylori pasien sebelum diperoleh hasil dari endoskopi dimana hasil dapat
diproses dalam satu jam. Jika H. pylori ada dalam sampel, maka akan
Akibatnya, pH medium akan meningkat dan warnanya akan berubah dari kuning
H. pylori adalah salah satu bakteri yang paling sulit tumbuh. Meski kultur
dianggap sebagai standar emas, sangat sedikit laboratorium yang secara rutin
dianjurkan. Namun, pada pasien di mana terapi antimikroba lini kedua standar
telah gagal, kultur sangat penting untuk menentukan antibiotik yang sensitif
2.7.1.4.Metode molekuler
dalam mendeteksi organisme saat kultur sulit dilakukan, seperti pada pengujian
2.7.2.1. Serologi
dijelaskan dalam literatur. Metode ELISA dan EIA lebih diterima karena biaya
CO2 dan amonia. Isotop karbon berlabel (14C atau 13C) diberikan melalui mulut
Tes antigen tinja telah dievaluasi secara luas dan diterima sebagai tes
klinis rutin di banyak laboratorium di mana UBT tidak tersedia jika pasien tidak
mau menelan urea isotop berlabel. Tes ini juga dapat digunakan sebelum dan
sesudah perawatan sama dengan UBT, tes ini juga tersedia secara luas dan tidak
komersial adalah metode yang disarankan untuk diagnosis primer H. pylori pada
menyebabkan infeksi. Akibatnya, pembentukan IgM hampir tidak ada. IgG dan
IgA dapat ditemukan pada serum dan air liur pasien. IgA dan IgG ditemukan pada
sangat berguna, banyak tersedia dan murah. Metode ini berkontribusi pada
penelitian epidemiologi dengan jumlah yang dapat diperoleh dari sampel darah
berdasarkan IgG anti H. pylori adalah 53%. Di Amerika Serikat adalah 37% dan
pylori terkait usia. Seropositif IgG bervariasi pada kelompok umur yang berbeda
dari 1,9% pada kelompok umur 0 - 10 tahun dan 24,5% pada kelompok umur 60 -
pencegahan. Di Asia, strain H. pylori berbeda dengan daerah lain, jadi sensitivitas,
spesifisitas, nilai prediktif positif dan negatif dari satu jenis Kit serologi mungkin
berbeda dalam berbagai wilayah geografis atau etnis populasi (Imanieh dkk, 2014)
infeksi H. pylori biasanya didapat pada masa kanak-kanak dan terbawa seumur
hidup. Shaheb dkk,2011 menunjukkan tidak ada korelasi yang signifikan secara
statistik antara peningkatan usia dan antibodi IgM. Hal ini mungkin disebabkan
karena titer IgM meningkat lebih awal setelah mendapatkan infeksi. Antibodi IgM
semua umur namun prevalensi infeksi primer nampaknya tinggi pada dekade
Respon sistemik biasanya terdiri dari kenaikan transien IgM, diikuti oleh
peningkatan IgA dan IgG spesifik yang dipertahankan selama infeksi. Hampir
semua individu yang terinfeksi H. pylori memiliki peningkatan kadar antibodi IgG
melebihi tingkat cut-off. Cara yang lebih mudah dan murah untuk mendiagnosis
infeksi. Uji ELISA telah menjadi tes serologis yang paling umum digunakan
karena cocok untuk skrining populasi besar. Satu studi melaporkan bahwa tingkat
dalam serum sekitar 13 mg/ml, merupakan 75% dari semua immunoglobulin. IgG
ditemukan dalam berbagai cairan seperti darah, CSS dan juga urin. IgG dapat
menembus plasenta masuk ke janin dan berperan dalam imunitas bayi sampai
umur 6-9 bulan. IgG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai opsonin
pada pemusnahan antigen. IgG memiliki sifat opsonin yang efektif karena sel-sel
fagosit, monosit dan makrofag mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dari IgG (Fcγ-
R) sehingga dapat mempererat hubungan antara fagosit dengan sel sasaran. IgG
Molekul IgG terdiri dari dua rantai L dan dua rantai H (H2L2) dengan
empat subkelas yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4. Setiap subtipe berisi rantai H
yang berbeda dan memiliki aktivitas biologis mereka. IgG1 mewakili 65% dari
kekebalan mukosa. Tingkat IgA dalam serum rendah, terdiri dari hanya 10-15%
dari total imunoglobulin serum yang ada. Sebaliknya, IgA adalah kelas
plasma yang berada di kelenjar dan selaput lendir terutama menghasilkan IgA.
Sehingga IgA ditemukan dalam sekresi seperti susu, air liur, dan air mata, dan di
sekresi saluran pernapasan, usus, dan alat kelamin lainnya. Lokasi ini
menempatkan IgA dalam kontak dengan lingkungan eksternal dan oleh karena itu
dapat menjadi garis pertahanan pertama melawan bakteri dan virus (Baratawidjaja
dkk, 2010).
Sifat molekul IgA berbeda tergantung di mana IgA berada. Dalam serum,
IgA disekresikan sebagai monomer yang menyerupai IgG. Pada sekresi mukosa,
IgA adalah dimer dan disebut sebagai sekresi IgA. IgA sekretori ini terdiri dari
dua monomer yang mengandung dua polipeptida tambahan yaitu rantai J yang
sekretori saat diangkut melalui sel epitel. Setidaknya terdapat subkelas IgA yaitu
IgG dan IgM yang dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik.
Imunoglobulin dalam cairan lambung terdiri atas 80% IgA, 13% IgM, 7%
IgG, yang semuanya berperan dalam imunitas setempat. Kadar IgA yang tinggi
dalam serum ditemukan pada infeksi kronik saluran napas dan cerna, seperti
Dispepsia
Perubahan Trombosit
1. Jumlah Trombosit
2. MPV
3. PDW
BAB III
METODE PENELITIAN
Adam Malik Medan bekerja sama dengan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Adam Malik dan RS USU Medan pada bulan Oktober 2018 sampai
November 2018.
Oktober 2018 sampai November 2018 yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
lambung
3. Mendapat kemoterapi
tertulis dari subjek penelitian atau diwakili oleh keluarganya yang ikut bersedia
penelitian.
n = 2S2 [ Z1-∝/2+Z1-β ]2
(m1 - m2)2
(72,96)2
n = 18
S2 : varians
1,28)
a. Dispepsia didefenisikan sebagai rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah
abdomen bagian atas, dapat berupa salah satu atau beberapa gejala berikut
makan, cepat kenyang, rasa kembung pada saluran cerna atas, mual, muntah,
dan sendawa yang bersifat nyeri kronis atau berulang. Pada penelitian ini
b. Pemeriksaan anti IgG H. pylori dan anti IgA H. pylori adalah pengukuran
antibodi serum imunoglobulin anti IgG dan anti IgA terhadap H. pylori (Saheb
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 (%)
𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀(𝑓𝑓𝑓𝑓) = 𝑥𝑥 10,000
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 (𝑥𝑥 103 ⁄𝜇𝜇𝜇𝜇)
fisiologis yang ditimbulkan oleh respon autoimun. Pada penelitian ini, adanya
antikoagulan untuk pemeriksaan anti IgG H. pylori dan anti IgA H. pylori.
Darah diambil dari vena antekubital atau vena lain yang terlihat pada
lengan bagian atas dengan menggunakan spuit. Kulit pada lokasi pengambilan
darah dibersihkan terlebih dahulu dengan alkohol 70% (seperti isopropanol) atau
tersebut selama 30 detik dan dibiarkan untuk kering dengan sempurna selama 30
setelah darah mulai mengalir ke dalam spuit.(Jury et al., 2011). Darah diambil
ke dalam sumur yang sesuai dengan strip tes microtiter. Kosongkan satu
C) di ruang lembab.
• Setelah inkubasi cuci semua sumur dengan larutan cuci (secara otomatis
atau manual):
• Penambahan konjugat
Tambahkan 100 μl konjugat IgA / IgG siap pakai ke sumur yang sesuai
ruang lembab.
• Setelah inkubasi cuci semua sumur dengan larutan cuci (lihat di atas)
• Penambahan substrat
ruang lembab.
• Baca hasil
Baca optical desity (OD) dalam 60 menit pada 405 nm terhadap substrat
kosong
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel darah K2EDTA
yang diperiksa di bawah 5 jam dengan menggunakan alat automatic cell counter
analyzer Sysmex XN-1000. Namun apabila disimpan pada suhu 4ºC sampel dapat
Pemeriksaan yang baik apabila test tersebut memenuhi syarat teliti, akurat
Kalibrasi alat untuk pemeriksaan Anti IgG H. pylori dan Anti IgA H.
pylori dilakukan sesuai petunjuk dari pabrik yang tersedia dalam paket reagensia.
- Variasi nilai OD dari serum standar mungkin tidak lebih tinggi dari 20%.
Jika kriteria ini tidak terpenuhi, tes ini tidak valid dan harus diulang.
STANDAR 1 = 0.623
STANDAR 2 = 0.627
VARIASI OD (%) = 0.6%
RATA-RATA = 0.625
BLANK = 0.054
KONTROL NORMAL = 0.084
STANDAR 1 = 0.635
STANDAR 2 = 0.691
VARIASI OD (%) = 8.0%
RATA-RATA = 0.663
BLANK = 0.005
KONTROL NORMAL = 0.153
tersedia dalam 3 level (level 1, 2 dan 3). Level 1 merupakan kontrol dengan nilai
rendah, level 2 kontrol dengan nilai normal dan level 3 kontrol dengan nilai tinggi.
Reagen kontrol dan kalibrasi harus disimpan pada suhu 2-8ᵒC di dalam
ruang yang gelap. Reagen dapat bertahan sampai tanggal kadaluarsa sebelum
dibuka. Namun setelah dibuka, reagen kontrol dapat bertahan selama 7 hari di
suhu 2-8ᵒC, sedangkan reagen kalibrasi hanya dapat bertahan selama 4 jam.
Level 1
Level 2
Level 3
50 dan uji Shapiro-Wilk untuk sampel kurang atau sama dengan 50.
positif dan negatif dengan menggunakan uji t test tidak berpasangan bila
distribusi normal dan menggunakan uji Mann Whitney bila distribusi tidak
normal.
way ANOVA.
Pasien dispepsia
Pemeriksaan Pemeriksaan
Hematologi Hematologi
Analisis Data
I I I I
I I I I I I I I
I I I I I I I I
I V I V I V I V
I I I I
1. Ujian Proposal
2. Pengumpulan Data
3. Analisa Data
4. Seminar Hasil
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari 32 orang pasien yang ikut dalam penelitian, 9 orang dari keseluruhan
sampel adalah laki – laki 9 (28,1%) dan sisanya 23 orang (71,9%) adalah
Usia termuda yaitu 23 tahun dan tertua yaitu 87 tahun (Tabel 4.1.1).
maksimum MPV 11,8, dengan nilai mean 11,33±1,71. Kadar minimum PDW
dengan hasil 8,7. Sedangkan kadar maksimum PDW 15,7, dengan nilai mean
H. pylori yang positif. Sedangkan pasien yang memiliki kadar H. pylori yang
Variabel N =32
Jenis Kelamin
• Laki-laki 9 (28,1%)
• Perempuan 23 (71,9%)
Umur 56±17,45
Hemoglobin (g/dL) 13.47±1,59
Leukosit (/μL) 8880,63±3169,60
Trombosit (/μL) 301750±68751
Pylori negative dengan nilai p = 0.056. Tidak terdapat perbedaan MPV yang
dengan nilai p = 0.448. Demikian juga tidak terdapat perbedaan PDW yang
A positif dengan nilai p = 0.274. Tidak terdapat perbedaan MPV yang signifikan
dengan nilai p = 0.116. Demikian juga tidak terdapat perbedaan PDW yang
BAB V
PEMBAHASAN
kriteria penelitian yang terdiri atas laki-laki 9 (28,1%) dan perempuan 23 orang
(71,9 %). Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Ali SA,dkk 2017
yaitu 60 (50% ) laki – laki dan 60 (50%) perempuan. Sedangkan pada penelitian
tahun dan tertua 87 tahun, dengan rata-rata usia 56±17,45 tahun. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Ali SA dkk 2017 diperoleh rata – rata usia menderita
AO dkk 2013 diperoleh rata – rata usia pasien yang menderita infeksi H. pylori
Prevalensi gastritis pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria, hal ini
berkaitan dengan tingkat stres. Secara teori psikologis juga disebutkan bahwa
perempuan lebih banyak menggunakan perasaan dan emosi sehingga mudah atau
gastritis disebabkan karena dinding mukosa lambung semakin menipis akibat usia
tua dan pada usia tua lebih mudah untuk terinfeksi H. pylori atau penyakit
pylori yang positif. Sedangkan pasien yang memiliki kadar H. pylori yang
dkk 2015, diperoleh pasien yang memiliki kadar H. pylori positif adalah 1701
pasien.
penelitian yang dilakukan Dag B dkk 2018, diperoleh kadar trombosit sebelum
penting dalam patogenesis gangguan yang terkait dengan peradangan lokal atau
menyebabkan komplikasi.
terjadi karena produksi berlebih dari sitokin proinflamasi seperti interleukin (IL-
1), IL-6 dan IL-11 yang muncul pada inflamasi kronik, infeksi dan keganasan.
9,98±0,58 fL dan H. pylori negatif 10,19±0,95 fL. Penelitian Dag B dkk 2018,
PDW secara statistic menurun secara signifikan, disisi lain MPV ditemukan
dengan kadar yang lebih tinggi pada pasien infeksi H. pylori dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang sehat dengan nilai p = 0,03, 0,01 dan 0,00.Volume
trombosit rata-rata (MPV) adalah penanda aktivas fungsi platelet dan aktivasi,
trombosit besar adalah secara proses hemostatik lebih aktif. MPV telah lama
didapatkan hasil PDW yang positif H. Pylori 10,03±1,09 dengan PDW kontrol
11,08±2,04. PDW merupakan indikasi variasi dalam ukuran trombosit yang dapat
menjadi tanda trombosit aktif. PDW adalah alat yang cukup baik untuk
(PDW normal). PDW adalah kurva distribusi trombosit yang diukur pada tingkat
20 % relatif tinggi dalam kurva distribusi ukuran trombosit, dengan total tinggi
platelet variasi dalam ukuran trombosit yang dapat menjadi tanda trombosit aktif.
trombosit yang signifikan antara kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori
negative dengan nilai p = 0.056. Tidak terdapat perbedaan PDW yang signifikan
0.211. Demikian juga tidak terdapat perbedaan MPV yang signifikan antara
kelompok populasi H. pylori positif dan H. pylori negative dengan nilai p = 0.448.
Berbeda pada penelitian yang dilakukan Ali SA dkk 2017 di peroleh jumlah
trombosit, PDW secara statistic menurun secara signifikan, disisi lain MPV
ditemukan dengan kadar yang lebih tinggi pada pasien infeksi H. pylori
dibandingkan dengan kelompok kontrol yang sehat dengan nilai p = 0,03, 0,01
dan 0,00.
diperoleh nilai rata-rata MPV pada pasien dengan infeksi H. pylori adalah
8.57±0,94, nilai rata-rata MPV pada pasien tanpa infeksi H. pylori adalah
BAB VI
negatif.
6.2 Saran
anti H. Pylori dan Ig A anti H. pylori dapat meningkatkan prevalensi lebih baik.
Selain itu pemeriksaan serologi ini dapat digunakan sebagai skrining yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Volume 2011.
Carroll, C.K., Hobden, J.K. Bacteriology. 2016 In: Jawetz, Melnick, &
Chen, T., Li, F, Chang, F., Lee, S. 2002. Immunoglobulin G Antibody against
Briggs, C., Bain B.J. 2011. Basic haematological techniques. In: Dacie and Lewis.
Pp. 47-52
Dag B, Umii EG, Umit H. Proceedings 2018, 2, 529 Variations in Mean Platelet
www.mdpi.com/journal/proceedings.
Duggan, A.E., and Logan, R.P. 2002. Helicobacter pylori: Diagnosis and
Pp.471-482
Gao,Y., Li, Y., Yu, X., Guo, S., Ji, X., Sun, T., et al. 2014. The Impact of Various
e103761
Hardin, F.J., Wright, R.A. 2002. Helicobacter pylori: Review and Update. Clinical
Hunt, R.H., Xiao, S.D., Megraud, F., Leon-Barua, R., Bazzoli, F., van der Merwe,
Jury, C., Nagai, Y. dan Tatsumi, N., 2011. Collection and handling of blood. In
Livingstone, 1-9.
Kenneth, E.L. 2010. Helicobacter pylori Infection. The New England Journal of
Medicine362:1597-604.
Khan,G.A., Jaleel, S., Riaz, S., Suleman, B.A. 2010. Evaluation of The Diagnostic
18: 54–65.
519-635.
Pandya, H.B., Patel, J.A., Agravat, H.H., Singh, N.R. 2014. Non-Invasive
Pearce, E.C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Kedokteran. PT. Gramedia Jakarta.
Saheb, S.M., Farajnin, S., Saeedi, N., Yousefzadeh, R., Rafat, A., and Rahbarnia,
infection and the platelet count. N Z J Med Lab Sci. 70: 96-100.
Simadibrata, M., Makmun, D., Abdullah, M., Syam, A.F., Fauzi, Kaka, A., Hasan,
9(8):806-814.
Tanih, N.F., Ndip, L.M., Clarke, A.M., Ndip, R.N. 2010. An overview of
Tarigan., Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S.
2006. Gastritis. Dalam : Hirlan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit
Topal, F., Karaman, K., kbulut,S., Dincer, N., Dölek, Y., Cosgun, Y, et al. 2010.
Medical Association.102:726-730.
Vajpayee, N., Graham, S.S. dan Bem, S., 2016. Basic Examination of Blood and
Yeniova, A.O., Kucukazman, M., Ata, M., Dal, K., Kefeli, A., Bulus,H.,et al.
7(20):2179-2183.
Pada saat ini, saya dr. Fauzan Indra M. Lubis, saya PPDS di Patologi
Klinik di FK USU ingin menjelaskan kepada Bapak/ Ibu tentang penelitian yang
trombosit, mean platelet volume dan platelet distribution width pada pasien
IgG untuk menilai keberadaan H. pylori pada lambung, lalu setelah mengetahui
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil darah Bapak/ Ibu sebanyak 10 cc pada
daerah lipatan siku, satu kali pengambilan saja untuk bahan pemeriksaan IgA, IgG
Gastroenterologi Ilmu Penyakit Dalam akan melakukan memeriksa ibu dan bapak
Saya akan mencatat identitas Bapak/ Ibu : data pribadi, nomor rekam
medis, data klinis, dan data lain yang diperlukan. Penelitian ini tidak
menimbulkan hal yang berbahaya bagi Bapak/ Ibu sekalian karena akan dilakukan
samping tersebut.
keterangan yang saya berikan masih belum jelas atau ada hal lain yang ingin
Bapak/ Ibu tanyakan dapat langsung bertanya kepada saya. Kerahasiaan data dari
ini, saya harapkan Bapak/ Ibu yang terpilih dalam penelitian ini dapat mengisi dan
Telepon : 085296929291
dalam keikutsertaannya, maka saya setuju ikut serta dalam penelitian ini dan
bersedia berperan serta dengan mematuhi semua ketentuan yang telah disepakati.
(______________________)
Mengetahui,
Peneliti Saksi
Lampiran 3
STATUS PASIEN
Data Pribadi
Nama : __________________________________________
Umur : __________________________________________
Alamat : ________________________________________________
Pekerjaan : __________________________________________
Jika Ya,
Jelaskan____________________________________________
___________________________________________________
Pemeriksaan Fisik
Jika Ya,
Jelaskan _______________________________________________
_________________________________________________
Diagnosa : __________________________________________
1. Hematologi
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
2. Ig A
3. IgG
Cases
Descriptives
Median 57.00
Variance 314.379
Minimum 24
Maximum 87
Range 63
Interquartile Range 21
Median 58.50
Variance 315.033
Minimum 23
Maximum 87
Range 64
Interquartile Range 25
Median 13.5000
Variance 3.333
Minimum 10.50
Maximum 16.00
Range 5.50
Median 13.6000
Variance 1.647
Minimum 11.70
Maximum 16.60
Range 4.90
Median 9990.00
Variance 1.134E7
Minimum 4160
Maximum 17370
Median 6650.00
Variance 5582099.451
Minimum 4640
Maximum 11870
Range 7230
Median 318000.00
Variance 4.962E9
Minimum 202000
Maximum 423000
Range 221000
Median 280500.00
Variance 3.471E9
Minimum 188000
Maximum 413000
Range 225000
Median 10.8500
Variance 1.668
Minimum 9.10
Maximum 13.90
Range 4.80
Median 11.0500
Variance 4.509
Minimum 8.70
Range 7.00
Median 9.9500
Variance .341
Minimum 9.10
Maximum 11.30
Range 2.20
Median 10.0500
Variance .904
Minimum 8.80
Maximum 11.80
Range 3.00
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
KLASS
_HP Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Group Statistics
KLASS
_HP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
F Sig. t Df
Lower Upper
Descriptives
Median 386000.0000
Variance 4.584E9
Minimum 268000.00
Maximum 423000.00
Median 319000.0000
Variance 4.013E9
Minimum 202000.00
Maximum 416000.00
Range 214000.00
Median 286000.0000
Variance 6.283E9
Minimum 213000.00
Maximum 418000.00
Range 205000.00
Median 9.8000
Variance .289
Minimum 9.10
Maximum 10.40
Range 1.30
Median 9.7000
Variance .279
Minimum 9.10
Maximum 10.60
Range 1.50
Median 10.2000
Variance .313
Minimum 10.00
Maximum 11.30
Range 1.30
Median 10.2000
Variance 1.007
Minimum 9.40
Maximum 11.40
Range 2.00
Median 10.5000
Variance 1.516
Minimum 9.10
Maximum 12.90
Range 3.80
Median 11.3000
Variance 1.700
Minimum 10.70
Maximum 13.90
Range 3.20
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
HASILH
P Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ANOVA
Total 8.436E10 17
Total 5.805 17
Total 28.358 17
RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan :