Anda di halaman 1dari 12

Bul. Littro. Vol. 22 No.

2, 2011, 115 - 126

KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI DAN PRODUKSI TERNA


AKSESI NILAM ASAL ACEH DAN SUMATERA UTARA
Wawan Haryudin dan Nur Maslahah
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Jl. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111
Telp. 0251 – 8321879 E-mail : wharyudin@yahoo.com

(terima tgl. 01/03/2011 – disetujui tgl. 16/10/2011)

ABSTRAK sesi TM-3 (319,1 g) terendah pada aksesi


SK (96,0 g), produksi terna kering berki-
Nilam (Pogostemon cablin) merupakan sa-
sar antara 35,6-97,9 g/phn, tertinggi pa-
lah satu tanaman penghasil minyak atsiri
da aksesi TM-3 (97,9 g) terendah pada
yang mempunyai peranan penting, baik
aksesi SK (35,6 g). Kadar minyak atsiri
sebagai sumber devisa negara maupun se-
berkisar antara 2,52-4,15% per pohon,
bagai pendapatan petani. Tanaman nilam
tertinggi pada aksesi SK (4,15%) dan
telah lama dibudidayakan di Indonesia
terendah pada aksesi Sipede 4 (2,52%).
dengan daerah sentra produksi Aceh, Su-
matera Utara dan Bengkulu yang meng- Kata kunci : Pogostemon cablin, plasma nut-
alami perkembangan cukup pesat. Minyak fah, morfologi, anatomi produk-
nilam digunakan dalam industri parfum, si, mutu minyak
pembuatan sabun kosmetik, antiseptik dan ABSTRACT
insektisida. Produksi minyak nilam ditentu-
kan oleh varietas. Untuk mendapatkan Morphological, Anatomical and
produksi secara kualitas dan kuantitas Yield Characteristics of Patchouli
yang tinggi diperlukan varietas unggul. Ta- Accessions From Aceh and
hapan penelitian untuk mendapatkan va- North Sumatera
rietas unggul dimulai dari eksplorasi ka-
rakterisasi morfologi, anatomi dan pro- Patchouli (Pogostemon cablin) is one of
duksi terna. Penelitian dilakukan di Rumah the essential oil producing plants that
Kaca Balai Penelitian Tanaman Obat dan have an important role, both as a source
Aromatik sejak Januari sampai Desember of foreign exchange as well as farmers'
2009 dengan menggunakan Rancangan income. The main benefit of patchouli oils
Acak Kelompok (RAK), bertujuan untuk are for perfumery, industry, cosmetic, an-
mengetahui karakter morfologi, anatomi tiseptic and insecticide. Patchouli plant
dan produksi 10 aksesi nilam asal Aceh has long been cultivated in Indonesia with
dan Sumatera Utara. Parameter yang di- production centers in Aceh, North Suma-
amati meliputi karakter morfologi, anatomi tera and Bengkulu, which rapidly grows
dan produksi terna serta minyak. Berda- from time to time. Patchouli oil production
sarkan karakter bentuk daun dan batang depends on variety. To find out of the
tidak banyak ditemukan variasi, namun bi- high quality and quantity of patchouli oil
la dilihat dari karakter bentuk pangkal dan needed higher in rank of variety. The
ujung daun terdapat variasi, diantaranya research steps to find out high variety,
berbentuk tumpul, rata, gasal dan runcing. started from exploration, character of
Karakter jumlah sel/kelenjar minyak yang morphology, anatomy and production.
terletak pada sel palisade maupun sel bu- Research conducted at the Greenhouse of
nga karang sangat bervariasi. Potensi pro- Indonesian Medicinal and Aromatic Crops
duksi terna segar berkisar antara 96,0- Research Institute from January until De-
319,1 g/phn, tertinggi terdapat pada ak- cember 2009 by using randomized block

115
Wawan Haryudin dan Nur Maslahah : Karakteristik Morfologi, Anatomi dan Produksi Terna Aksesi Nilam ...

design (RBD). This study was aimed to de- ngan negara tujuan Amerika Serikat,
termine morphological, anatomical and Eropa Barat, dan Jepang. Volume eks-
yield characters of 10 accessions of pat- por minyak nilam pada tahun 2006
chouli from Aceh and North Sumatera. The sebesar 4.984 ton dengan nilai 4.950
parameters observed were morphological,
US$. Luas areal perkebunan dari ta-
anatomical, herb and oil yield of patchouli.
Based on leaves and stem shapes cha- hun ke tahun terus meningkat dari
racteristic less variation was observed. In 8.745 ha (1989) menjadi 26.657 ha
the contrary, base and tip of leaves were (2008) dengan produksi mencapai
varied i.e. obtusus, truncates, peculiar and 2.597 ton pada tahun 2008 (Direk-
acutus. Number of oil cells/glands located torat Jenderal Perkebunan 2007).
in palisade and spongy cells were varies Nilam merupakan tanaman
widely. Fresh weight of terna was ranged herba berbentuk perdu, yang dibeda-
from 96.0-241.5 g per plant, the highest kan jenisnya berdasarkan karakter
was shown by TM 3 (241.5 g/plant), and morfologi, kandungan dan kualitas
the lowest one was SK (96.0 g/plant). Dry
minyak. Jenis-jenis nilam yang sudah
weight was ranged from 35.6-97.9 g/plant.
Resemble to the fresh weight, the highest dikenal diantaranya nilam aceh (Po-
dry weight was shown by TM3 (97.9 g/ gostemon cablin Benth), nilam jawa
plant) and the lowest one was SK (35.6 (Pogostemon heyneanus Benth), dan
g/plant). Volatile oils content was ranged nilam sabun (Pogostemon hortensis
from 2.52-4.15%, the highest was shown Backer). Karakter pembeda tersebut
by SK accession (4.15%) and the lowest antara lain bunga, bentuk daun, ben-
one was Sipede 4 (2.52%). tuk permukaan daun bagian atas dan
Key words : Pogostemon cablin, germplasm, bawah, bentuk tepi daun dan bentuk
morphology, anatomy, yield, oil ujung daun, bentuk batang, bentuk
quality percabangan dan kandungan minyak
PENDAHULUAN atsiri (Anonymous 2010). Nilam aceh
merupakan salah satu jenis nilam
Nilam (Pogostemon spp.) meru- yang tidak berbunga.
pakan salah satu tanaman penghasil Balai Penelitian Tanaman Obat
minyak atsiri yang mempunyai peran- dan Aromatik (Balittro) sudah me-
an penting, sebagai sumber devisa ne- ngumpulkan dan mengkarakterisasi
gara dan sebagai pendapatan petani. plasma nutfah nilam dari tahun 1998
Tanaman ini telah lama dibudidayakan sampai 2005, sehingga pada tahun
di Indonesia dengan areal pengem- 2005 telah dilepas 3 varietas unggul
bangan tersebar di Propinsi Aceh, Su- nilam yaitu Sidikalang, Tapak Tuan
matera Utara, Sumatera Barat, dan dan Lhokseumawe, dengan produksi
Bengkulu (Mulyodihardjo 1990). Sejak terna kering pada varietas Sidikalang
tahun 1998, pengembangan nilam me- 10,90 t/ha, Tapak Tuan 13,29 t/ha
luas ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan dan Lhokseumawe 11,09 t/ha. Se-
Jawa Timur bahkan beberapa tahun dangkan kadar minyak Sidikalang
terakhir ini telah menyebar di Kaliman- (2,89%), Tapak Tuan (2,83%) dan
tan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Lhokseumawe (3,21%) (Nuryani
Kalimantan Timur (Direktorat Jenderal 2005). Untuk menambah keragaman
Perkebunan 2007). genetik nilam yang telah ada, pada
Ekspor minyak nilam Indonesia tahun 2009 dilakukan eksplorasi ke
menduduki urutan pertama dunia de- sentra produksi nilam di Sumatera

116
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 115 - 126

Utara dan Aceh. Hasil eksplorasi ada- sing 30 tanaman. Pengamatan dilaku-
lah 10 aksesi. Plasma nutfah nilam ter- kan pada tanaman berumur 5 bulan
sebut belum diketahui sifat genetik setelah tanam, terhadap 15 tanaman
dan komponen produksinya, oleh kare- contoh per ulangan.
na itu perlu dilakukan karakterisasi ter- Parameter pertumbuhan yang
hadap karakter pertumbuhan maupun diamati meliputi : jumlah daun, pan-
kadar minyaknya. jang daun, lebar daun, tebal daun,
Penelitian ini bertujuan untuk bentuk daun, warna daun muda dan
mengetahui karakter morfologi, ana- daun tua, bentuk permukaan daun
tomi dan produksi 10 aksesi nilam asal bagian atas dan bawah, bentuk ujung
Aceh dan Sumatera Utara. daun dan pangkal daun, bentuk ba-
tang, warna batang, warna cabang,
BAHAN DAN METODE jumlah cabang primer, jumlah cabang
Penelitian pot dilaksanakan se- sekunder, diameter batang, panjang
jak Januari sampai Desember 2009 di ruas batang dan cabang, tinggi ta-
rumah kaca Balai Penelitian Tanaman naman, lebar tajuk, berat basah dan
Obat dan Aromatik Bogor (240 m dpl.) berat kering terna, kadar minyak atsiri
Bahan tanaman yang digunakan ada- dan kadar patchouli alkohol (dipilih
lah 10 aksesi nilam yaitu : KT, SM-1, dari tanaman yang mempunyai kadar
Sipede-1, Sipede-4, Mahala, SK, LO-1, minyak atsiri yang paling tinggi). Pan-
LO-2, TM-2, TM-3, dan Kontrol. Ta- jang, lebar, tebal, bentuk, dan warna
naman kontrol digunakan adalah va- daun ditentukan berdasarkan peng-
rietas Lhokseumawe sebagai varietas amatan pada daun ke 5. Pengamatan
pembanding. Bahan tanaman untuk terhadap morfologi mengacu kepada
penelitian ini diambil dari pohon induk pedoman umum morfologi tumbuhan
masing-masing aksesi, dengan cara se- (Tjitrosoepomo 1988). Sedangkan
tek pucuk 3-4 ruas. Setek kemudian di warna mengacu kepada skala warna
semai di polybag yang berukuran 20 RHS (Royal Horticulture Society Color
cm x 10 cm dengan media tanah lato- Chart).
sol dan pupuk kandang dengan per- Pengamatan terhadap kelenjar
bandingan 2 : 1 kemudian disungkup minyak yaitu jumlah kelenjar pada sel
dengan plastik transparan. Setelah be- palisade, jumlah kelenjar pada sel pa-
nih berumur 1,5 bulan dipindahkan ke- renkim, warna kelenjar, dan bentuk
dalam polybag besar yang berukuran kelenjar. Pembuatan preparat dengan
60 cm x 60 cm x 50 cm (panjang x le- irisan melintang menggunakan meto-
bar x tinggi). Pupuk anorganik yang di- de beku yang dipotong dengan mikro-
gunakan adalah NPK dengan dosis se- tom gesek (Sliding microtome). Ke-
suai standar operasional prosedur mudian dilakukan pengamatan di ba-
(SOP) nilam, dengan total pupuk yang wah mikroskop dengan pembesaran
diberikan 15 g Urea, 7,5 g SP-36, dan objektif 40 kali dan okuler 10 kali. Da-
15 g KCl per tanaman dan dengan tiga ta dianalisa dengan menggunakan
tahap pemupukan. Penelitian ini meng- Anova. Jika terdapat beda nyata pada
gunakan Rancangan Acak Kelompok setiap perlakuan dilanjutkan dengan
(RAK) dengan 3 ulangan, masing-ma- uji jarak berganda Duncan pada taraf
5%.

117
Wawan Haryudin dan Nur Maslahah : Karakteristik Morfologi, Anatomi dan Produksi Terna Aksesi Nilam ...

HASIL DAN PEMBAHASAN hala (Pakpak Bharat, Sumut), TM-2


(Pakpak Bharat, Sumut), dan TM-3
Daun
(Pakpak Bharat, Sumut). Karakter
Hasil pengamatan pada 10 ak- bentuk pangkal daun dari 10 aksesi
sesi nilam yang dikarakterisasi berda- bervariasi antara bentuk tumpul, rata,
sarkan morfologi daun, tidak ditemu- gasal dan runcing, begitu pula dengan
kan variasi terutama pada bentuk da- bentuk ujung daun (Tabel 1; Gambar
un. Mengacu pada pedoman morfologi 1).
tumbuhan (Tjitrosoepomo 1988), ben- Jumlah daun dari 10 aksesi sa-
tuk daun terdiri dari bulat dan oval. ngat bervariasi, antara 55,7-170,7 he-
Bentuk bulat terdapat 9 aksesi sedang- lai, tertinggi pada TM-2 (170,7 helai)
kan bentuk oval terdapat 1 aksesi. Per- asal Sumut berbeda nyata dengan ak-
mukaan daun bagian atas mempunyai sesi SK (Penang, Subussalam, Aceh),
karakter bergelombang kasar dan ber- Mahala (Pakpak Bharat, Sumut), Sipe-
gelombang halus, sedangkan permu- de 1 (Pakpak Bharat, Sumut) dan SM-
kaan bawah daun rata dengan 5 aksesi 1 (Subussalam, Aceh), tetapi tidak
berkarakter kasar, 6 aksesi lainnya ha- berbeda nyata dengan nomor lainnya.
lus. Berdasarkan pedoman skala warna Sedangkan aksesi yang mempunyai
(RHS color chart), warna daun tua jumlah daun terkecil terdapat pada
pada umumnya hijau sampai hijau nomor aksesi SM-1 (55,7 helai) asal
gelap (GG 137 A) atau hijau tua (GG Subussalam, Aceh panjang daun ber-
137 A). Daun yang berwarna hijau (GG kisar antara 6,5-8,2 cm, tepanjang
138 A) terdapat 5 aksesi yaitu KT terdapat pada aksesi LO-1 (8,2 cm)
(Pakpak Bharat, Sumut), SM-1 (Subus- (Subussalam, Aceh) berbeda nyata
salam, Aceh), SK (Penang, Subussalam dengan nomor aksesi Sipede 1 (Pak-
Aceh), LO-1 (Subussalam, Aceh), dan pak Bharat, Sumut), tetapi tidak ber-
LO-2 (Subussalam, Aceh); hijau gelap beda nyata dengan nomor-nomor
(GG 137 A) terdapat 5 aksesi yaitu Si- lainnya. Lebar dan tebal daun dari
pede 1 (Pakpak Bharat, Sumut), Si- masing-masing aksesi tidak bervariasi
pede 4 (Pakpak Bharat, Sumut), Ma- (Tabel 2).

A B
Gambar 1. Bentuk daun oval (A) pada aksesi Mahala dan bulat (B) pada aksesi TM2
Figure 1. Oval leaf (A) of Mahala accession number and spherical leaf of TM2 (B)

118
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 115 - 126

Tabel 1. Karakter morfologi daun nilam


Table 1. Patchouli leaf morphological characteristics
Karakteristik/Characteristics
Bentuk Permukaan daun/ Warna daun/ Bentuk daun/
Aksesi/ Daerah asal/ daun/ Leaf surface Leaf color Leaf shape
Accession Origin Leaf- Atas/ Bawah/ Tua/ Muda/ Ujung Pangkal
shape Upper Lower Old Young daun/ daun/
Leaf tip Leaf base
KT Sitelu Tali Urang Bulat Bergelom- Kasar Hijau/ Hijau Tumpul Rata
Jehe, Pakpak bang kasar GG 138 A muda/
Bharat, Sumut GG 143 C
SM1 Suka Makmur, Bulat Bergelom- Kasar Hijau/ Hijau Tumpul Gasal dan
Subussalam, Aceh bang kasar GG 138 A muda/ rata
GG 143 C
Sipede 1 Pakpak Bharat, Bulat Bergelom- Kasar Hijau gelap Hijau Runcing Tumpul
Sumatera Utara bang kasar muda/
GG 143 C
Sipede 4 Pakpak Bharat, Bulat Bergelom- Halus Hijau ge- Hijau Runcing Tumpul
Sumatera Utara bang halus lap/ muda/ dan
GG 137 A GG 143 C runcing
Mahala Pakpak Bharat, Oval Bergelom- Kasar Hijau Hijau Rata Tumpul
Sumut bang halus gelap/ muda/
GG 137 A GG 143 C
SK Penang, Bulat Bergelom- Halus Hijau/ Hijau Gasal, Tumpul
Subussalam, Aceh bang halus GG 138 A muda/ rata dan
GG 143 C runcing
LO-1 Simpang Kiri, Bulat Bergelom- Kasar Hijau/ Hijau Rata Tumpul
Subussalam, Aceh bang kasar GG 138 A muda/ dan
GG 143 C runcing
LO-2 Lay Oram, Subus Bulat Bergelom- Halus Hijau/ Hijau Rata Runcing
Salam, Aceh bang halus GG 138 A muda/
GG 143 C
TM-2 Pakpak Bharat, Bulat Bergelom- Rata dan Hijau Hijau Rata Runcing
Sumut bang halus halus gelap/ muda/
GG 137 A GG 143 C
TM-3 Tanjng Meriah, Bulat Bergelom- Rata dan Hijau Hijau Rata dan Runcing
Pakpak Bharat bang halus halus gelap/ muda/ runcing
Sumut GG 137 A GG 143 C
Lhokseu- Aceh (Sudah di Bulat Bergelom- Bergelom- Hijau / Hijau Runcing Runcing
mawe lepas sebagai bang halus bang halus GG 137 C terang/
(Kontrol) varietas unggul) GG 143 C

Tabel 2. Karakteristik kuantitatif daun nilam


Table 2. Quantitative characteristics of patchouli leaf
Jumlah Panjang Lebar daun/ Tebal
Aksesi/ Daerah asal/Origin daun/ daun/Leaf Leaf width daun/Leaf
Accession Number of length (cm) thick
leaves (cm) (mm)
KT Sitelu Tali Urang Jehe, Pakpak 110,3 abc 7,2 ab 5,4 a 0,24 a
Bharat, Sumut
SM-1 Suka Makmur, Subussalam, Aceh 55,7 c 7,0 ab 5,7 a 0,23 a
Sipede 1 Pakpak Bharat, Sumatera Utara 59,7 bc 6,5 b 5,5 a 0,22 a
Sipede 4 Pakpak Bharat, Sumatera Utara 102,7 abc 7,5 ab 6,4 a 0,25 a
Mahala Pakpak Bharat, Sumatera Utara 62,0 bc 6,9 ab 5,9 a 0,23 a
SK Penang, Subussalam, Aceh 70,7 bc 7,2 ab 6,3 a 0,22 a
LO 1 Simpang Kiri, Subussalam, Aceh 114,3 abc 8,2 a 6,7 a 0,22 a
LO 2 Lay Oram, Subussalam, Aceh 91,7 abc 7,1 ab 5,8 a 0,23 a
TM 2 Pakpak Bharat, Sumatera Utara 170,7 a 8,1 a 6,5 a 0,24 a
TM 3 Tanjng Meriah, Pakpak Bharat, 140,0 ab 7,4 ab 6,6 a 0,23 a
Sumatera Utara
Lhokseumawe Aceh (Sudah dilepas sebagai 154,3 ab 6,5 ab 5,4 a 0,23 a
(kontrol) varietas unggul)
KK /CV (%) 20,6 12,7 9,1 13,3
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda
nyata pada taraf 5% DMRT
Note : Numbers followed by the same letter in each column are not significantly different at 5%
level of DMRT

119
Wawan Haryudin dan Nur Maslahah : Karakteristik Morfologi, Anatomi dan Produksi Terna Aksesi Nilam ...

Sepuluh aksesi baru hasil eks- eksplorasi tahun 2009, dari karakter
plorasi 2009, mempunyai karakter batang tua tidak berbeda dengan va-
morfologi berbeda bila dibandingkan rietas yang sudah dilepas (Lhokseu-
dengan koleksi plasma nutfah yang mawe) berwarna hijau. Sedangkan
ada. Perbedaan tersebut diantaranya warna batang muda yang mempunyai
pada sifat jumlah daun. Jumlah daun warna ungu (RPG 71 A) terdapat 7
pada varietas Sidikalang antara 16,65- aksesi, yang berwarna hijau (GG 143
18,34 per cabang yang ditanam di KP. A) 3 aksesi. Perbedaan ini merupakan
Manoko (1.200 m dpl), KP. Citayam karakter khusus, atau kemungkinan
(240 m dpl) dan KP. Gunung Putri terjadi interaksi antara sifat genetik
(1.500 m dpl). Sedangkan pada Lhok- tanaman dan lingkungan tempat tum-
seumawe berkisar antara 18,80-24,71 buh yang baru selama proses adap-
daun per cabang (Nuryani 1998). Jum- tasi (Finlay dan Wilkinson 1993). Ka-
lah daun adalah karakter penting kare- rakter warna cabang muda hijau (GG
na merupakan salah satu faktor pe- 137 C) terdiri atas 6 aksesi dan ungu
nentu produksi minyak. Sel-sel minyak (RPG 60 C) 4 aksesi, sedangkan ca-
banyak terdapat di daun dibandingkan bang tua berwarna hijau (GG 137 A) 7
dengan bagian tanaman lainnya (Nur- aksesi dan yang berwarna ungu (RPG
yani 2006; Guenther 1952). Pada ta- 60 A) 3 aksesi (Tabel 3).
naman nilam, karakter jumlah cabang Jumlah cabang primer dari
primer, jumlah daun per cabang pri- masing-masing aksesi berkisar antara
mer dan tebal daun mempunyai kera- 4,3-8,7, tertinggi pada aksesi TM-2
gaman genetik yang sempit, sedang- (8,7) asal Pakpak Bharat, Sumut, ti-
kan karakter tinggi tanaman, panjang dak berbeda nyata dengan aksesi la-
cabang primer, jumlah dan panjang innya maupun terhadap kontrol. Jum-
cabang sekunder, panjang dan lebar lah terkecil terdapat pada aksesi LO-2
daun, panjang tangkai daun, produksi (4,3) (Subussalam, Aceh) berbeda
terna basah dan kering keragaman ge- nyata terhadap kontrol tetapi tidak
netiknya luas (Martono 2009). berbeda nyata dengan aksesi lainnya.
Berdasarkan data tersebut, TM- Jumlah cabang sekunder berkisar an-
2 dengan jumlah daun tertinggi meru- tara 2,7-12,7 cabang/tanaman, ter-
pakan nomor harapan yang berpotensi tinggi pada TM-2 (12,7) asal daerah
menghasilkan terna tertinggi (131,1 g Pakpak Bharat Sumatera Utara ber-
basah/phn) dengan rata-rata jumlah beda nyata dengan KT, SM-1, Sipede
daun 170,7 per tanaman. 1, dan Mahala, tetapi tidak berbeda
nyata dengan aksesi lainnya, sedang-
Batang
kan terkecil pada aksesi Mahala (2,7)
Bentuk batang tua, warna ba- daerah asal Pakpak Bharat Sumatera
tang muda dan cabang tidak banyak Utara (Tabel 4).
bervariasi. Bentuk batang tua pada Selang panen pada tanaman
umumnya bulat berwarna hijau, se- nilam tidak berpengaruh nyata terha-
dangkan batang muda berwarna ungu dap jumlah cabang primer tetapi ber-
dan hijau keunguan. Warna cabang pengaruh nyata terhadap jumlah ca-
muda ungu, hijau dan hijau keunguan bang sekunder (Hobir 2002). TM-2
sedangkan warna cabang tua ungu, hi- dan TM-3 paling menonjol dalam ka-
jau dan hijau keunguan. Aksesi hasil rakter jumlah cabang primer dan se-

120
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 115 - 126

Tabel 3. Karakteristik kualitatif batang dan cabang nilam


Table 3. Patchouli stem and branches qualitative characteristics
Aksesi/ Bentuk Warna batang/Stem color Warna cabang/Branch Color
Accession Daerah asal/Origin batang/ Muda Tua Muda Tua
Stem shape Young Old Young Old
KT Sitelu Tali Urang Jehe, Bulat Ungu/ RPG Hijau/ Ungu/ RPG Hijau/
Pakpak Bharat, Sumut 71 A GG 138 A 60 C GG 137 C
SM-1 Suka Makmur, Subus- Bulat Ungu/ RPG Hijau/ Ungu/ RPG Ungu/ RPG
salam, Aceh 71 A GG 138 A 60 C 60 A
Sipede 1 Pakpak Bharat, Suma- Bulat Hijau/ Hijau/ Hijau Hijau/
tera Utara GG 143 A GG 138 B GG 137 B
Sipede 4 Pakpak Bharat, Suma- Bulat Hijau/ Hijau/ Hijau Hijau/
tera Utara GG 143 A GG 138 A GG 137 C
Mahala Pakpak Bharat, Suma- Bulat Ungu/ RPG Hijau/ Ungu/ Ungu/ RPG
tera Utara 71 A GG 138 B RPG 60 D 60 A
SK Penang, Subussalam, Bulat Ungu/ RPG Hijau/ Hijau Hijau/
Aceh 71 A GG 138 A GG 137 B
LO 1 Simpang Kiri, Subus- Bulat Ungu/ RPG Hijau/ Hijau Ungu/ RPG
salam, Aceh 71 A GG 138 C 60 A
TM 2 Lay Oram, Subussalam, Bulat Hijau Hijau/ Hijau Hijau/
Aceh GG 138 A GG 137 A
LO 2 Pakpak Bharat, Suma- Bulat Ungu/ RPG Hijau/ Ungu/ RPG Hijau/
tera Utara 71 A GG 138 B 60 C GG 137 A
TM 3 Tanjung Meriah, Pakpak Bulat Ungu/ RPG Hijau/ Hijau Hijau/
Bharat, Sumatera Utara 71 A GG 138 A GG 137 B
Lhokseu- Aceh (Sudah dilepas Ungu/ RPG Hijau/ Ungu/ RPG Ungu/ RPG
mawe sebagai varietas unggul) 71 A GG 138 A 60 C 60 A
(Kontrol)

Tabel 4. Karakter pertumbuhan batang dan cabang nilam.


Table 4. Characteristics of patchouli stem and branches growth
Jumlah Jumlah Diameter Panjang Panjang Tinggi Lebar
cabang cabang batang/ ruas ruas tanaman/ tajuk/
Aksesi/ Daerah asal/ primer/ sekunder/ Stem batang/ cabang/ Plant Canopy
Accession Origin Number of Number of diameter Stem Branch height width
primary secondary (mm) node node (cm) (cm)
branch branches (cm) (cm)
KT Sitelu Tali Urang Jehe, 6,7 ab 3,7 bc 11,0 a 5,7 a 4,2 a 37,5 a 45,5 a
Pakpak Bharat, Sumut
SM-1 Suka Makmur, Subus- 5,7 ab 3,7 bc 4,7 b 4,8 ab 3,4 a 37,6 a 36,7 a
salam, Aceh
Sipede 1 Pakpak Bharat, Sumatera 5,6 ab 4,7 bc 6,3 b 4,2 ab 3,3 a 39,5 a 30,3 a
Utara
Sipede4 Pakpak Bharat, Sumatera 6,3 ab 9,0 abc 7,9 ab 4,4 ab 3,2 a 42,2 a 69,7 a
Utara
Mahala Pakpak Bharat, Sumatera 5b 2,7 c 5,8 b 4,8 ab 3,1 a 37,7 a 32,8 a
Utara
SK Penang, Subussalam, Aceh 5,7 ab 5,7 abc 7,8 ab 4,3 ab 3,6 a 44,4 a 46,3 a
LO-1 Simpang Kiri, Subussalam, 7,7 ab 7,7 abc 7,8 ab 4,7 ab 3,7 a 40,8 a 52,9 a
Aceh
TM-2 Lay Oram, Subussalam, 8,7 ab 12,7 a 8,6 ab 4,3 ab 3,5 a 39,0 a 62,6 a
Aceh
LO-2 Pakpak Bharat, Sumatera 4,3 b 6,7 abc 6,0 b 3,1 b 3,4 a 34,5 a 36,1 a
Utara
TM-3 Tanjung Meriah, Pakpak 8,0 ab 10,33 ab 8,8 ab 3,8 b 3,5 a 41,4 a 49,7 a
Bharat, Sumatera Utara
Lhokseu- Aceh (Sudah dilepas 11,0 a 7,3 abc 6,7 ab 3,8 b 3,2 a 44,9 a 39,9 a
mawe sebagai varietas unggul)
(Kontrol)
KK/CV% 23,3 14,0 21,2 10,4 12,3 8,7 15,4
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda
nyata pada taraf 5% DMRT
Notes : Numbers followed by the same letter in each column are not significantly different at 5%
level of DMRT

121
Wawan Haryudin dan Nur Maslahah : Karakteristik Morfologi, Anatomi dan Produksi Terna Aksesi Nilam ...

Kunder dari 10 aksesi yang diuji. Seja- (44,4 cm) asal Subussalam Aceh, ter-
lan dengan karakter jumlah daun, ak- pendek aksesi LO-2 (34,5 cm) asal
sesi tersebut potensial menjadi nomor Subussalam Aceh, tidak berbeda nya-
harapan dengan produksi terna ter- ta dengan aksesi-aksesi lainnya. Se-
tinggi (234,8-319,1 g/phn). Pada pe- dangkan lebar tajuk berkisar antara
ngujian varietas terdahulu, nomor-no- 32,8-69,7 cm, terlebar aksesi Sipede
mor harapan berpotensi tinggi memiliki 4 (69,7 cm) asal Pakpak Bharat
rata-rata jumlah cabang primer 5,99- Sumatera Utara, terpendek Mahala
18,67 (Sidikalang), 5,35-22,25 (Tapak (32,8) asal Pakpak Bharat, Sumatera
Tuan) dan 6,40-19,07 (Lhokseumawe) Utara tidak berbeda nyata satu sama
yang di tanam di 3 lokasi yaitu KP. lainnya (Tabel 4).
Manoko, KP. Citayam, dan KP. Gunung
Anatomi daun nilam
Putri (Nuryani 1998). Jumlah cabang
primer dan sekunder tidak berpenga- Secara anatomi susunan daun
ruh terhadap bobot terna yang diha- nilam terdiri dari beberapa jaringan
silkan, hal ini dibuktikan pada aksesi diantaranya jaringan epidermis atas,
TM-2 yang mempunyai jumlah cabang jaringan palisade, jaringan parenkim
primer dan sekunder tertinggi tetapi bunga karang dan jaringan epidermis
mempunyai bobot terna yang lebih ke- bawah. Sel atau kelenjar minyak pada
cil dari aksesi TM-3. daun nilam banyak ditemukan pada
Diameter batang berkisar an- jaringan palisade dan parenkim bunga
tara 4,7-11,0 mm, tertinggi pada ak- karang. Kelenjar minyak pada nilam
sesi KT (11,0 cm) asal Pakpak Bharat, merupakan salah satu sel yang dapat
Sumatera Utara, berbeda nyata de- menghasilkan minyak atsiri, sel mi-
ngan aksesi SM-1, Sipede 1, Mahala, nyak mempunyai warna kuning ke-
dan L0-2 tetapi tidak berbeda nyata cokelatan, kuning kemerahan sampai
dengan aksesi lainnya. Sedangkan dia- kuning mengkilat (Haryudin et al.
meter terkecil SM-1 (4,7 mm) asal Su- 2002). Begitu juga warna sel minyak
bussalam, Aceh berbeda dengan aksesi pada 10 aksesi nilam yang diamati
KT tetapi tidak berbeda nyata dengan mempunyai warna kuning, kuning ke-
aksesi lainnya. Panjang ruas batang merahan, kuning kehitaman sampai
berkisar antara 3,1-5,7 cm, terpanjang kuning terang dengan bentuk berva-
aksesi KT (5,7 cm) asal Pakpak Bharat, riasi pada masing-masing nomor yaitu
Sumatera Utara, berbeda nyata de- bulat, oval, bahkan ada yang menye-
ngan aksesi LO-2, TM-3, dan kontrol rupai bulat kecil seperti anggur (Gam-
tetapi tidak berbeda nyata dengan ak- bar 2).
sesi lainnya. Sedangkan terpendek ak- Jumlah kelenjar minyak pada
sesi LO-2 (3,1 cm) asal Subussalam, sel palisade maupun pada sel bunga
Aceh, berbeda nyata dengan KT tetapi karang bervariasi. Pada sel palisade
tidak berbeda nyata dengan askesi jumlah kelenjar berkisar antara 10,56-
lainnya (Tabel 4). 28,11 kelenjar, tertinggi pada aksesi
Panjang ruas cabang berkisar TM-2 (28,11) asal Pakpak Bharat Su-
antara 3,1-4,2 cm, dari masing-masing matera Utara, berbeda nyata dengan
aksesi menunjukkan tidak berbeda nomor aksesi SK, SM-1, Sipede 4,
nyata. Tinggi tanaman berkisar antara Mahala, SK, LO-1, LO-2, O-2, dan TM-
34,5-44,4 cm, tirtinggi pada aksesi SK 3 tetapi tidak berbeba nyata dengan

122
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 115 - 126

Epidermis

Kelenjar minyak

Parenkima palisade

Parenkima bunga karang

Trikomata

Gambar 2. Kelenjar minyak pada daun nilam


Figure 2. Oil glands in the leaves of patchouli
Sipede 1 dan kontrol. Jumlah kelenjar terkadang ada hypodermis di antara
minyak yang terletak pada sel paren- epidermis dan jaringan palisade.
kim bunga karang berkisar antara
Produksi terna dan kadar minyak
19,33-50,99 kelenjar, tertinggi aksesi
atsiri
TM-2 (50,99) asal Pakpak Bharat
Sumatera Utara, tidak berbeda nyata Minyak atsiri pada tanaman ni-
dengan kontrol tetapi berbeda nyata lam pada umumnya dihasilkan dari
dengan aksesi lainnya. Sel terkecil ter- daun dan batang, sehingga produksi
dapat pada aksesi Mahala (19,33) asal terna yang dihasilkan akan berpe-
Pakpak Bharat, Sumatera Utara, ber- ngaruh terhadap produksi minyak.
beda nyata dengan aksesi TM-2 dan Produksi terna basah dan kering dari
kontrol tetapi tidak berbeda nyata 10 aksesi yang dikarakterisasi sangat
dengan aksesi lainnya. bervariasi. Berat basah berkisar an-
Jumlah total kelenjar minyak tara 22,4-241,8 g/phn, berat basah
per bidang pandang antara sel palisa- tertinggi terdapat pada nomor aksesi
de dan parenkim berkisar antara TM-3 (241,8 g) asal Pakpak Bharat
29,89-79,11 kelenjar, tertinggi aksesi Sumatera Utara, berbeda nyata de-
TM-2 (79,11) asal Pakpak Bharat Su- ngan aksesi Mahala dan LO-2 tetapi
matera Utara, dan yang terendah ter- tidak berbeda nyata dengan aksesi
dapat pada aksesi Mahala (29,89 ke- lainnya. Begitu juga berat kering
lenjar) dari daerah asal Pakpak Bharat, berkisar antara 5,4-48,27 g, tertinggi
Sumatera Utara (Tabel 5). Susunan aksesi TM-3 (48,27 g/phn) asal Pak-
anatomi pada daun nilam terdiri dari pak Bharat Sumatera Utara, berbeda
epidermis, parenkim palisade, paren- nyata dengan Sipede 1, Mahala dan
kima bunga karang. Menurut Fahn LO-2 tetapi tidak berbeda nyata
(1991) epidermis daun pada berbagai dengan aksesi lainnya (Tabel 5). Pro-
tumbuhan beragam dalam jumlah dan duksi terna kering varietas yang
susunannya dan adanya sel yang khu- sudah dilepas, yaitu Sidikalang 10,90
sus, sedangkan sel palisade terletak t/ha, Tapak Tuan 13,29 t/ha dan
langsung di bawah epidermis yang Lhokseumawe 11,09 t/ha (Nuryani
sebaris atau bergaris ganda, namun 2005).

123
Wawan Haryudin dan Nur Maslahah : Karakteristik Morfologi, Anatomi dan Produksi Terna Aksesi Nilam ...

Tabel 5. Karakteristik kelenjar minyak pada daun nilam


Table 5. Characteristics of oil glands of patchouli
Jumlah Jumlah
kelenjar kelenjar
Jumlah
Bentuk pada sel pada sel
Warna kelenjar
Aksesi/ kelenjar/ paliosade/ parenkim/
Daerah asal/Origin kelenjar/Color total/Total
Accession Oil glands No of oil No of oil
of oil glands no of Oil
type gland in gland in
gland
palisade parenchyma
cells cell
KT Sitelu Tali Urang Kuning Bulat 19,00 cde 25,88 d 44,56 defg
Jehe, Pakpak Bharat,
Sumut
SM-1 Suka Makmur, Su- Kuning Bulat dan 19,56 bcd 40,33 b 59,89 bc
bussalam, Aceh kemerahan oval
Sipede 1 Pakpak Bharat, Su- Kuning Bulat 22,56 abc 36,33 b 58,89 bcd
matera Utara
Sipede 4 Pakpak Bharat, Su- Kuning Bulat 12,11 ef 21,67 d 33,78 fg
matera Utara
Mahala Pakpak Bharat, Su- Kunig Bulat dan 10,56 f 19,33 d 29,89 g
matera Utara kemerahan oval
SK Penang, Subussalam, Kuning Bulat 20,44 bcd 26,88 cd 47,33 cdef
Aceh kemerahan
LO-1 Simpang Kiri, Subus- Kuning Bulat 14,00 def 23,44 d 37,44 efg
salam, Aceh
LO-2 Lay Oram, Subus- Kunig Bulat kecil 17,44 cdef 24,22 d 38,44 efg
salam, Aceh spt anggur
TM-3 Pakpak Bharat, Su- Kuning Bulat dan 14,67 def 35,67 bc 50,33 cde
matera Utara kehitaman oval
TM-2 Tanjung Meriah, Pak- Kuning Bulat kecil 28,11 a 50,99 a 79,11 a
pak Bharat, Suma- spt anggur
tera Utara
Lhokseu- Aceh (Sudah dilepas) Kunig terang Bulat 26,22 a b 42,88 a b 69,11 a b
mawe
(Kontrol)
KK/ CV (%) 8,34 4,92
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak
berbeda nyata pada taraf 5% DMRT
Note : Numbers followed by the same letter in each column are not significantly different
at 5% level of DMRT

Kadar minyak atsiri (rendemen) kadar minyak atsiri yang tinggi yaitu
dari 10 aksesi yang dianalisa berkisar KT (4,05%), Mahala (4,02%), SK
antara 2,40-4,15%, tertinggi aksesi SK (4,15%), LO-1 (4,04%) dan TM-2
(4,15%) dengan jumlah kelenjar (3,41%), dan kontrol (2,40%), berki-
(47,33) asal Subussalam, Aceh, de- sar antara 30,25-35,23%, tertinggi
ngan demikian jumlah kelenjar tidak terdapat pada aksesi TM-2 (35,23%)
mempengaruhi terhadap kadar minyak asal Pakpak Bharat, Sumatera Utara
atsiri (rendemen) seperti pada aksesi dan terendah aksesi Mahala (30,25%)
SK. Rendemen terendah terdapat pada asal Pakpak Bharat, Sumatera Utara
Kontrol (2,40%). Sedangkan kadar seperti pada (Tabel 6).
patchouli alkohol dari 5 aksesi dengan

124
Bul. Littro. Vol. 22 No. 2, 2011, 115 - 126

Tabel 6. Berat basah dan berat kering terna, kadar minyak atsiri serta patchouli
alkohol 10 aksesi nilam
Table 6. Fresh weight, dry weight, essential oil and patchouli alcohol contents of
10 patchouli accessions numbers
Berat/Weight Kadar minyak Kadar PA/
Aksesi/ Segar/ Kering/ atsiri/Essen- Patchouli
Accession Daerah asal/Origin Fresh Dry tial oil alcohol
(g) (g) content content
(%) (%)
KT Sitelu Tali Urang Jehe, 122,2 e 58,6 bc 4,05 32,53
Pakpak Bharat, Sumut
SM-1 Suka Makmur, Subussa- 134,7 ed 57,0 bc 2,70 -
lam, Aceh
Sipede 1 Pakpak Bharat, Sumatera 113,83 e 56,5 bc 2,94 -
Utara
Sipede 4 Pakpak Bharat, Sumatera 239,0 cb 60,4 bc 2,52 -
Utara
Mahala Pakpak Bharat, Sumatera 111,6 e 53,3 bc 4,02 30,25
Utara
SK Penang, Subussalam, Aceh 96,0 e 35,6 c 4,15 31,74
LO-1 Simpang Kiri, Subussalam, 251,1 b 52,6 bc 4,04 34,04
Aceh
LO-2 Lay Oram, Subussalam, 119,4 e 70,5 b 2,64 -
Aceh
TM-2 Pakpak Bharat, Sumatera 234,8 cb 72,9 b 3,41 35,23
Utara
TM-3 Tanjung Meriah, Pakpak 319,1 a 97,9 a 2,89 -
Bharat, Sumatera Utara
Lhokseu- Aceh (Sudah dilepas) 184,3 cd 56,2 bc 2,40 33,70
mawe
(Kontrol)
KK /CV (%) 19,8 24,02
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak
berbeda nyata pada taraf 5% DMRT
Note : Numbers followed by the same letter in each column are not significantly different
at 5% level of DMRT

KESIMPULAN SK (4,15%), KT (4,05%), LO-1 (4,04


%), Mahala (4,02%) dan TM-2 (3,41
Sepuluh aksesi nilam yang dika- %), sehingga ke-5 nomor tersebut
rakterisasi mempunyai sifat yang ber- dapat dijadikan sebagai nomor harap-
variasi berdasarkan karakter bentuk an yang perlu diuji lebih lanjut stabi-
pangkal dan ujung daun serta jumlah litas hasil dan mutunya.
kelenjar. Karakter bentuk pangkal dan
ujung daun yaitu tumpul, rata, gasal DAFTAR PUSTAKA
dan runcing. Produksi terna tertinggi
Anonymous. 2011. Manfaat dan khasiat
terdapat pada aksesi TM-3 (241,2 g),
minyak nilam, http://agrotmaret.
Sipede 4 (153,8 g), LO-1 (150,8 g),
com/jual/1832/manfaat dan khasiat
TM-2 (131,1 g) dan KT (87,4 g). Kadar
minyak nilam. Di akses tanggal 23-
minyak tertinggi terdapat pada aksesi
2-2011.

125
Wawan Haryudin dan Nur Maslahah : Karakteristik Morfologi, Anatomi dan Produksi Terna Aksesi Nilam ...

Anonymous. 2010. Nilam. http : //fnazis, Martono, B. 2009. Keragaman Genetik,


blogsot.com/2010/03/nilam.html. Di Heritabilitas dan Korelasi Antar Ka-
akses 24-10-2011. rakter Kuantitatif Nilam (Pogos-
temon sp.) Hasil Fusi Protoplas. Jur-
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007.
nal Litri 15 : 9-15.
Statistik Perkebunan Indonesia 2006-
2008 Nilam (Patchouli). Departemen Muljodihardjo, S 1990. Program pe-
Pertanian. Jakarta. 1-22. ngembangan tanaman atsiri di Su-
matera. Prosiding Komunikasi Ilmiah
Finlay, K.W., and G.N. Wilkinson. 1993.
Pengembangan Atsiri di Sumatera.
The analysis of adaptation in plant
Balai Penelitian Tanaman Obat dan
breeding programme. Aust. J. Agric.
Aromatik. hlm. 22-33.
Res. 14 : 742-754.
Nuryani, Y. 2006. Karakteristik empat
Fahn, A. 1991. Anatomi tumbuhan. Ga-
aksesi nilam. Buletin Plasma Nutfah
djah Mada University Press. Edisi ke-
12 : 45-49.
tiga. 943 hlm.
Nuryani, Y. 1998. Karakterisasi. Mono-
Guenther, E. 1952. The essential oils. D.
graf Nilam. Balai Penelitian Tanaman
van Nostrand Co. Inc. New York nd.
Rempah dan Obat, Monograf No. 5 :
3 : 552-574.
16-23.
Hobir. 2002. Pengaruh selang panen ter-
Nuryani, Y. 2005. Pelepasan varietas
hadap pertumbuhan dan produksi ni-
unggul nilam. Badan Penelitian dan
lam. http: //e-jurnal.perpustakaan.
Pengembangan Pertanian, Warta
ipb. ac.id.file/JLI020803hob.pdf.
Penelitian dan Pengembangan Per-
Haryudin, W., C. Syukur dan Y. Nuryani. tanian 11 : 1-3.
2002. Tingkat kesamaan tanaman
Tjitrosoepomo, G. 1988. Morfologi Tum-
nilam hasil fusi protoplas berdasarkan
buhan. Gadjah Mada University
morfologi dan anatomi daun. Jurnal
Press, Yogyakarta. 266 hlm.
Biologi Indonesia. 3 : 332-339.

126

Anda mungkin juga menyukai