TESIS
Oleh:
MEDAN
2014
Puji dan syukur dengan kerendahan hati saya ucapkan kepada Allah
SWT, karena dengan rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan
tesis ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk
memperoleh gelar Megister dalam bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok dan Bedah Kepala Leher di Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara Medan. Saya menyadari penulisan tesis ini masih jauh
dari sempurna, baik isi maupun bahasannya. Walaupun demikian, mudah-
mudahan tulisan ini dapat menambah perbendaharaan penelitian dengan
judul Pola Kuman Aerob dan Uji Sensitifitas pada Penyakit Otitis Media
Supuratif Kronis (OMSK) di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
Dengan telah selesainya tulisan ini, pada kesempatan ini dengan tulus
hati saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat Prof. dr. Askaroellah Aboet,
Sp.THT-KL(K) atas kesediaannya sebagai ketua pembimbing penelitian
ini, dr. M. Pahala Hanafi Harahap, Sp.THT-KL dan dr. Rina Yunita, SpMK
sebagai anggota pembimbing. Di tengah kesibukan beliau, dengan penuh
perhatian dan kesabaran, telah banyak memberi bantuan, bimbingan,
saran dan pengarahan yang sangat bermanfaat kepada saya dalam
menyelesaikan tulisan ini.
Rasa terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Fotarisman Zaluchu,
SKM, MSI, MPH sebagai pembimbing ahli yang banyak memberi
bantuan, bimbingan dan masukan dalam bidang metodelogi penelitian dan
statistik.
ii
iii
iv
Abstrak
Latar belakang: otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah penyakit infeksi yang
sering ditemukan di negara berkembang yang dapat menyebabkan kerusakan lokal
yang serius dan komplikasi yang mengancam jiwa. Pola kuman dan sensitifitas
terhadap antibiotik adalah penting dalam pemberian terapi dan mencegah terjadinya
resistensi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang
umumnya terlibat dan pola sensitifitas antibiotik pada pasien otitis media supuratif
kronis.
Metode: Penelitian bersifat deskriptif yang dilakukan dari bulan September 2013-
April 2014 di Departemen THT dan Departemen Mikrobiologi di RSUP. H. Adam
Malik Medan. Total sampel sebanyak 31 dari 25 pasien OMSK dengan sekret aktif
baik unilateral maupun bilateral yang dilibatkan pada penelitian ini. Sekret yang
berasal dari kavum timpani diambil secara steril dengan menggunakan plastik
intravenous cateter nomor 18 yang dihubungkan dengan spuit 1cc dan dilakukan
dibawah mikroskop dan hasilnya dikirim kebagian mikrobiologi.
Hasil: Dari 31 sampel yang diperoleh Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman
terbanyak pada OMSK tipe benigna yaitu 6(30%), sedangkan pada OMSK tipe
maligna ditemukan terbanyak Acinetobacter sp yaitu 2(25%). Pada Uji kepekaan
bakteri terhadap antibiotika yang memiliki sensitifitas tertinggi adalah meropenem,
amikacin, gentamycin, ceftazidime, cefepime dan piperacillin/ tazobactam memiliki
sensitifitas yang masih tinggi sedangkan golongan Quinolon memiliki sensitifitas
yang rendah.
Kesimpulan: Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman yang paling sering
ditemukan pada OMSK.
Kata Kunci: Chronic suppurative otitis media, kultur dan tes kepekaan, bakteri aerob.
Abstract
Background: Chronic suppurative otitis media (CSOM) is a prevailing and notorious
infection in developing countries causing serious local damage and threatening
complication. Antimicrobial therapy is used to eradication the bacterial agents
causing CSOM but most of the microorganisms are acquiring antibiotic resistance.
This study was conducted to identity the common microorganisms involved and their
antibiotic sensitivity patterns in patients with chronic suppurative otitis media.
Methods: This descriptive study was carried out from September 2013 to April 2014
at the Department of ENT-HNS and Microbiology Department of Haji Adam Malik
General Hospital, Medan. A total of 31 sampels from 25 CSOM patients with active
aural discharge, either unilateral or bilateral. The exudates from tympanic cavum
were collected in sterile conditions via 18 gauge needle covered with a Intravenous
plastic cateter connected to a disposable 1 ml syringe under microscope guidance and
then referred to Microbiology Department for further microbiologic examination.
Result: Of which 31 sampels obtained, Pseudomonas aeruginosa was the most
common bacterial agent found in CSOM benign type 6 samples (30%), whereas
Acinetobacter sp was the most common bacterial agent found in CSOM malign type
2 samples (25%). Hight sensitivity rates to meropenem, amikacin, gentamycin,
ceftazidime, cefepime and piperacillin/ tazobactam. Pseudomonas aeruginosa and
Acinetobacter sp. have showed low prevalence of sensitivity to Quinolon.
Conclusion : Pseudomonas aeruginosa was the most common microorganism
involved in CSOM.
Keywords: Chronic suppurative otitis media, culture and sensitivity test, aerobic
bacteria
vi
ABSTRAKT .................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
vii
viii
KEPUSTAKAAN .................................................................................................. 57
LAMPIRAN .......................................................................................................... 63
ix
Tabel 4.8. Distribusi penderita OMSK berdasarkan jenis kelamin dan tipe
OMSK .................................................................................................. 37
Tabel 4.9. Distribusi penderita OMSK berdasarkan lama keluhan dan tipe
OMSK .................................................................................................. 38
Tabel 4.10. Distribusi jenis kuman penderita OMSK berdasarkan tipe OMSK39
xi
xii
Consent) .................................................................................. 68
xiii
Abstrak
Latar belakang: otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah penyakit infeksi yang
sering ditemukan di negara berkembang yang dapat menyebabkan kerusakan lokal
yang serius dan komplikasi yang mengancam jiwa. Pola kuman dan sensitifitas
terhadap antibiotik adalah penting dalam pemberian terapi dan mencegah terjadinya
resistensi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang
umumnya terlibat dan pola sensitifitas antibiotik pada pasien otitis media supuratif
kronis.
Metode: Penelitian bersifat deskriptif yang dilakukan dari bulan September 2013-
April 2014 di Departemen THT dan Departemen Mikrobiologi di RSUP. H. Adam
Malik Medan. Total sampel sebanyak 31 dari 25 pasien OMSK dengan sekret aktif
baik unilateral maupun bilateral yang dilibatkan pada penelitian ini. Sekret yang
berasal dari kavum timpani diambil secara steril dengan menggunakan plastik
intravenous cateter nomor 18 yang dihubungkan dengan spuit 1cc dan dilakukan
dibawah mikroskop dan hasilnya dikirim kebagian mikrobiologi.
Hasil: Dari 31 sampel yang diperoleh Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman
terbanyak pada OMSK tipe benigna yaitu 6(30%), sedangkan pada OMSK tipe
maligna ditemukan terbanyak Acinetobacter sp yaitu 2(25%). Pada Uji kepekaan
bakteri terhadap antibiotika yang memiliki sensitifitas tertinggi adalah meropenem,
amikacin, gentamycin, ceftazidime, cefepime dan piperacillin/ tazobactam memiliki
sensitifitas yang masih tinggi sedangkan golongan Quinolon memiliki sensitifitas
yang rendah.
Kesimpulan: Pseudomonas aeruginosa merupakan kuman yang paling sering
ditemukan pada OMSK.
Kata Kunci: Chronic suppurative otitis media, kultur dan tes kepekaan, bakteri aerob.
Abstract
Background: Chronic suppurative otitis media (CSOM) is a prevailing and notorious
infection in developing countries causing serious local damage and threatening
complication. Antimicrobial therapy is used to eradication the bacterial agents
causing CSOM but most of the microorganisms are acquiring antibiotic resistance.
This study was conducted to identity the common microorganisms involved and their
antibiotic sensitivity patterns in patients with chronic suppurative otitis media.
Methods: This descriptive study was carried out from September 2013 to April 2014
at the Department of ENT-HNS and Microbiology Department of Haji Adam Malik
General Hospital, Medan. A total of 31 sampels from 25 CSOM patients with active
aural discharge, either unilateral or bilateral. The exudates from tympanic cavum
were collected in sterile conditions via 18 gauge needle covered with a Intravenous
plastic cateter connected to a disposable 1 ml syringe under microscope guidance and
then referred to Microbiology Department for further microbiologic examination.
Result: Of which 31 sampels obtained, Pseudomonas aeruginosa was the most
common bacterial agent found in CSOM benign type 6 samples (30%), whereas
Acinetobacter sp was the most common bacterial agent found in CSOM malign type
2 samples (25%). Hight sensitivity rates to meropenem, amikacin, gentamycin,
ceftazidime, cefepime and piperacillin/ tazobactam. Pseudomonas aeruginosa and
Acinetobacter sp. have showed low prevalence of sensitivity to Quinolon.
Conclusion : Pseudomonas aeruginosa was the most common microorganism
involved in CSOM.
Keywords: Chronic suppurative otitis media, culture and sensitivity test, aerobic
bacteria
vi
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
a. Membran timpani
Membran timpani membentuk dinding lateral kavum timpani yang
memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Memiliki tinggi 9-10 mm,
lebar 8-9 mm dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm (Dhingra. 2010).
Secara anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian yaitu
pars tensa terletak dibagian bawah, tegang dan lebih luas, dan pars
flaksida (membran Shrapnells) di bagian atas dan lebih tipis. Secara
histologis membran timpani terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1. Lapisan luar (stratum kutaneum) yaitu: lapisan epitel yang berasal
dari liang telinga luar.
2. Lapisan dalam (stratum mukosum) yang berasal dari mukosa
telinga tengah.
3. Lapisan tengah (lamina propria / fibrosa) terletak diantara stratum
kutaneum dan stratum mukosum. (Dhingra. 2010)
b. Kavum timpani
Kavum timpani diumpamakan sebuah kotak dengan 6 sisi yaitu
bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dan
dinding posterior (Dingra. 2010).
Atap kavum timpani dibentuk oleh lempeng tulang tipis yang
disebut tegmen timpani. Daerah ini memanjang ke belakang membentuk
atap aditus ad antrum. Bagian atap ini memisahkan kavum timpani dari
fossa kranii media. Lantai kavum timpani juga merupakan lempeng tulang
tipis yang memisahkan kavum timpani dari bulbus jugularis. Kadang-
kadang secara kongenital tidak sempurna dan bulbus jugularis bisa
menonjol ke telinga tengah dan hanya dipisahkan oleh mukosa. Dinding
anterior merupakan lempeng tulang tipis yang memisahkan kavum timpani
dengan arteri karotis. Juga terdapat tuba Eustachius di bagian bawah dan
kanalis muskulus tensor timpani di bagian atas. Dinding posterior berbatas
dengan sel-sel mastoid muncul sebagai penonjolan tulang yang disebut
piramid. Dinding medial berbatasan dengan labirin. Tanpak tonjolan
Promantorium yang merupakan dasar koklea. Foramen ovale terfiksasi
pada kaki stapes. Diatas foramen ovale terdapat kanalis fasialis. Tulang
penutupnya kadang secara kongenital mengalami dehisensi dan saraf
fasialis lebih terekspos yang membuat lebih terangsang infeksi. Dinding
lateral dibentuk terutama oleh membran timpani dan bagian tulang liang
telinga (Dhingra. 2010).
2.1.3. Kekerapan
Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi
dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi,
menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang
dengan telinga berair 60% diantaranya 39-200 juta menderita kurang
pendengaran yang signifikan (WHO. 2004)
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan
pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di
poliklinik THT rumah sakit di Indonesia (Aboet. 2007). Kodrat (2010)
melaporkan sebanyak 738 penderita OMSK yang datang berobat di RSUD
Labuang Baji Makassar sejak Januari 2005 - Desember 2009. Kodrat
(2011) dalam kurun waktu Juli 2006 - Juni 2011 RSUD Labuang Baji
Makassar, mendapatkan 818 kasus OMSK, diantaranya 329 kasus
(40,22%) OMSK pada anak dimana 10 penderita OMSK anak disertai
komplikasi.
Penderita baru OMSK yang berumur ≤ 14 tahun yang datang
berobat di Departemen THT-KL FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan
sejak Juni - November 2011 sebanyak 50 penderita (Nora. 2012).
2.1.4. Etiologi
Beberapa faktor penyebab dan yang mempermudah terjadinya
OMSK, antara lain:
a. Lingkungan
Sebagaimana telah disebutkan, prevalensi OMSK lebih
tinggi pada kelompok sosial ekonomi rendah dimana penyebabnya
dapat multifaktorial. Dalam sebuah studi kohort pada 12.000 anak-
anak, faktor yang signifikan untuk telinga berair (meskipun tidak
selalu OMSK) dipengaruhi oleh kesehatan umum, ibu perokok dan
pelayanan kesehatan. Meskipun kadang-kadang faktor bayi yang
disusui tidak menunjukkan statistik yang signifikan. Penurunan
prevalensi otits media kronik pada anak Maori di Selandia Baru
sejak 1978-1987 disebabkan karena perbaikan pada perawatan
kesehatan dan kondisi perumahan (Kelly. 2008).
Kumar menyebutkan kejadian penyakit OMSK lebih tinggi di
negara berkembang, terutama masyarakat sosial ekonomi
menengah kebawah (dimana perbandingan angka kejadian antara
perkotaan dan pedesaan adalah 1:2), disebabkan gizi buruk,
kurangnya kebersihan dan kurangnya pengetahuan kesehatan
(Kumar. 2011).
b. Sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi mempengaruhi kejadian OMSK
dimana kelompok sosial ekonomi rendah memiliki insiden yang
lebih tinggi. Beberapa faktor seperti kepadatan penduduk,
rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan dan kesehatan
perorangan, serta sulitnya akses untuk memperoleh pelayanan
kesehatan (Dhingra. 2010, Browning. 2008). Akinpelu
mendapatkan faktor yang berhubungan dengan malnutrisi, tempat
tinggal kumuh dan imunisasi yang tidak lengkap sebanyak 41,3%
yang juga mempengaruhi kejadian OMSK (Akinpelu et al. 2008).
2.1.5. Patogenesis
OMSK ditandai dengan keadaan patologis yaitu inflamasi yang
ireversibel di telinga tengah dan mastoid. Disfungsi tuba Eustachius
memegang peranan penting pada otitis media akut dan otitis media kronis.
Kontraksi muskulus veli palatini menyebabkan tuba Eustachius membuka
selama proses menelan dan pada kondisi fisiologik tertentu, mengalirkan
sekret dari telinga tengah ke nasofaring, mencegah sekret dari nasofaring
refluks ke telinga tengah dan menyeimbangkan tekanan antara telinga
tengah dengan lingkungan luar (Chole Nason. 2009).
Bila bakteri memasuki telinga tengah melalui nasofaring atau defek
membran timpani, terjadi replikasi bakteri di dalam efusi serosa. Hal ini
diikuti oleh pelepasan mediator inflamasi dan imun ke dalam ruang telinga
tengah. Hiperemia dan leukosit polimorfonuklear yang mendominasi fase
inflamasi akut memberi jalan pada fase kronis, ditandai dengan
mononuklear selular mediator (makrofag, sel plasma, limfosit), edema
persisten dan jaringan granulasi. Selanjutnya dapat terjadi metaplasia
epitel telinga tengah, dimana terjadi perubahan epitel kuboidal menjadi
epitel kolumnar pseudostratified yang mampu meningkatkan sekret
mukoid. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrotik, kadang-kadang
membentuk adhesi terhadap struktur penting di telinga tengah. Hal ini
akan mengganggu aerasi antrum dan mastoid dengan mengurangi ruang
antara osikel dan mukosa yang memisahkan telinga tengah dari antrum.
Obstruksi kronis menyebabkan perubahan ireversibel di dalam tulang dan
mukosa (Chole & Nason. 2009).
2.1.6. Diagnosis
Diagnosis OMSK dapat ditegakkan melalui anamnesa,
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
mikroskop, pemeriksaan audiometri, pemeriksaan radiologi dan
2. Retraction pocket.
Invaginasi membran timpani terlihat di daerah atik atau
posterosuperior dari pars tensa. Pada tahap awal, kantong tersebut
dangkal dan bisa membersihkan diri, namun ketika kantong
tersebut dalam, terjadi akumulasi massa keratin dan bisa terinfeksi
(Dhingra. 2010).
3. Kolesteatoma
Bercak putih mutiara dari kolesteatoma dapat dihisap dari kantong
retraksi. Pembersihan telinga dan pemeriksaan di bawah
mikroskop, merupakan bagian penting dari pemeriksaan klinis dan
penilaian dari setiap jenis OMSK (Dhingra. 2010).
2.1.10. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan OMSK adalah untuk menyembuhkan
gejala dan meminimalkan risiko komplikasi penyakit. Pembedahan adalah
satu-satunya pengobatan yang efektif pada kolesteatoma. Granulasi dan
inflamasi mukosa sementara dapat diatasi dengan obat topikal dan aural
toilet untuk mengurangi otorea sambil menunggu operasi (Wright &
Valentine, 2008). Pasien dengan otore dari perforasi sentral dapat diobati
dulu dengan medikamentosa untuk mengontrol infeksi dan menghentikan
otore sebagai tujuan jangka pendek sedangkan tujuan jangka panjangnya
2.1.11.Komplikasi
Komplikasi OMSK terbagi dua yaitu komplikasi intratemporal dan
intrakranial, yaitu (Dhingra. 2010)
1. Komplikasi intratemporal
a. Mastoiditis
b. Petrositis
c. Paralisis fasial
d. Labirinitis
2. Intrakranial
a. Abses ektradural
b. Abses subdural
c. Meningitis
d. Abses otak
e. Tromboflebitis sinus lateralis
f. Hidrosefalus otitis
Infeksi
Tubotimpanal Atikoantral
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
26
c) Telinga sakit
d) Telinga gatal
e) Telinga penuh
f) Sakit kepala
g) Keluhan lainnya
3.4.6 Telinga yang terlibat yang dibedakan atas telinga kanan, telinga kiri
atau keduanya.
3.4.7 Lama keluhan adalah waktu sejak pertama kali dirasakannya
keluhan sampai penderita datang untuk berobat
3.4.8 Pola kuman adalah jenis kuman yang terdapat pada pembiakan
sekret dari telinga tengah.
3.4.9. Uji sensitifitas adalah suatu usaha untuk membiakkan kuman yang
kemudian dibuat percobaan kepekaan terhadap beberapa
antibiotika dengan kategori S : sensitif dan R : resisten.
Eksklusikan
- Berusia > 10 tahun - Penderita yang tidak
- Sekret aktif bersedia
Mikroorganisme
Pengumpulan
Analisis Data
Uji Sensitifitas
Data
Antibiotika
Sensitifitas Antibiotika
Keterangan :
= Diperiksa
kemudian dianalisis
= Menganalisis data
Waktu
Jenis kegiatan Agt Sep Okt Mei
2013 2013 2013-April 2014 2014
1 Persiapan proposal
2 Persentasi Proposal
3 Pengumpulan,Peng
olahan data/
Pembuatan Laporan
4 Seminar hasil
BAB 4
HASIL PENELITIAN
33
Diagram 4.1. Distribusi hasil kultur sekret penderita OMSK (dalam persen)
Keterangan:
12.9 : kultur positif
:kultur negatif
87,1
Dari Diagram 4.1. dapat dilihat bahwa dari 31 sampel sekret yang
berasal dari telinga tengah, sebanyak 27 sampel (87,1%) adalah kultur
positif, sedangkan kultur negatif terdapat pada sebanyak 4 sampel
(12,9%).
Sementara itu jika dilihat dari jenis kuman penyebab OMSK,
hasilnya tersaji pada tabel 4.7.
Gram Positif
Staphylococus aureus 2 7,14
Staphylococus epidermis 1 3,57
Micrococcus luteus 1 3,57
Total 28 100
Tabel 4.9. Distribusi penderita OMSK berdasarkan lama keluhan dan tipe
OMSK
Lama Tipe OMSK Total
Keluhan Benigna Maligna
(thn) N % N % N %
0-5 7 36,84 1 16,67 8 32
6-10 7 36,84 3 50 10 40
>10 5 26,32 2 33,33 7 28
Total 19 100 6 100 25 100
Gram Positif
Staphylococus aureus 2 10
Staphylococus epidermis 1 5
Micrococcus luteus 1 5
Total 20 100 8 100
Tabel 4.8.
1 Distribusi persentase bakteri yang sensitifitas terhadap antimikroba yang diuji
NO Organisme Jlh AMK GEN AZC CAZ CTX CRO FEP AMO AMP IPM MEM SAM TZP CIP LVX VAN TGC CDC CZ ATM SXT LNZ ERM CFN TRI TRC CBC ERT
Nama antibiotika isolasi %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S %S
Gram negatif
1 P.aeruginosa 7 71,43 71,43 TDP 71,43 TDP 14,29 71,43 TDP 0 TDP 85,71 0 71,43 42,86 42,86 TDP 14,29 TDP 0 16,67 0 TDP TDP TDP 16,67 TDP TDP TDP
2 Acinetobacter sp 5 100 100 TDP 100 TDP 80 100 TDP 80 100 100 100 100 60 40 TDP 100 TDP 60 TDP TDP TDP TDP TDP TDP TDP TDP TDP
3 A. denitrifican 4 75 25 TDP 100 TDP 25 25 TDP 25 TDP 100 75 100 50 75 TDP 100 TDP 25 0 TDP TDP TDP TDP 100 TDP TDP TDP
4 E.COLI 3 100 100 TDP 100 100 100 100 0 0 TDP 100 0 100 33,33 33,33 TDP 100 TDP 66,67 100 0 TDP TDP TDP 0 TDP TDP 100
5 Kuman lain 5 80 80 TDP 80 66,67 80 80 0 20 TDP 100 40 60 60 80 TDP 60 TDP 20 TDP TDP TDP TDP TDP TDP TDP TDP 80
Gram positif
1 S. aureus 2 TDP 50 50 100 100 100 100 50 TDP 100 100 TDP 100 0 0 100 100 50 100 TDP TDP 100 50 100 TDP 50 50 100
2 Kuman lain 2 TDP 50 0 50 50 50 50 50 TDP TDP 50 TDP 50 0 50 100 100 50 50 TDP TDP 100 50 75 TDP 0 50 50
BAB 5
PEMBAHASAN
43
adalah penyakit yang terjadi pada dewasa muda yang mana tingkat
kebersihan yang rendah, malnutrisi dan kepadatan penduduk merupakan
penyebab utama dari penyebaran penyakit OMSK.
Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak yaitu dimulai dari
awal kehidupan tetapi penyakit ini lebih sering kita jumpai pada orang
dewasa. Hal ini disebabkan karena manusia biasanya cenderung untuk
menyesuaikan diri dengan penyakitnya dengan mentoleransi keluhan
yang dialaminya hingga menyebabkan penyakitnya bertambah jelek, tidak
hanya fasilitas pelayanan kesehatan dan perekonomian yang kurang
tetapi juga dikarenakan penderita tidak dapat menerima pelayanan
kesehatan (Adoga et al. 2010).
Pada penelitian ini dijumpai penderita OMSK yang berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak ditemukan yaitu sebanyak 13 orang atau 52%,
dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 12
orang atau 48%. Pada penelitian Shyamala & Sreenivasulu (2012)
disebutkan bahwa laki-laki sebanyak 57% lebih sering menderita OMSK
dari pada perempuan sebanyak 43%. Begitu juga Kelly G (2008) dalam
British National Study menyatakan bahwa OMSK pada orang dewasa
dimana laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Menurut Chole & Nason (2009) yang mengumpulkan beberapa
penelitian, laki-laki lebih dominan menderita OMSK, namun tidak ada
penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara OMSK dengan
jenis kelamin. Arvid et al. (2014) menyimpulkan bahwa dari 200 pasien
didapatkan laki-laki sebanyak 104 (52%) pasien dan perempuan 96
(48%). Penelitian ini berbeda dengan Prakashet al. (2013) yang
memperoleh lebih sedikit laki-laki dibanding perempuan yaitu perempuan
sebanyak 53,92% dan laki-laki 46,08% yang menderita OMSK.
Diperoleh data dari penelitian ini bahwa penderita OMSK yang
berobat Ke RSUP. Haji Adam Malik dengan tipe benigna sebanyak 19
penderita atau 76% sedangkan tipe maligna sebanyak 6 penderita atau
24%. Penelitian ini hampir sama dengan Adhikari et al. (2009) di Nepal
BAB 6
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Hasil penelitian terhadap 25 penderita OMSK menunjukkan bahwa
distribusi penderita OMSK berdasarkan usia terbanyak pada
kelompok usia 21-30 tahun sebanyak 7 (28%) penderita.
6.1.2 Distribusi penderita OMSK berdasarkan jenis kelamin yang paling
sering ditemukan adalah laki-laki yaitu sebanyak 13 orang (52%)
penderita. Pada OMSK tipe benigna laki-laki ditemukan yang
terbanyak yaitu 10 (52,63%). Sementara pasien OMSK tipe
maligna baik laki-laki dan perempuan adalah sama masing-masing
3 (50%).
6.1.3 Distribusi penderita OMSK berdasarkan keluhan utama penderita
yang utama adalah telinga berair sebanyak 18 (72%).
6.1.4 Distribusi penderita OMSK berdasarkan telinga yang terlibat yang
terbanyak adalah telinga kiri saja sebanyak 11 (35,4%) penderita.
6.1.5 Distribusi penderita OMSK berdasarkan lama keluhan Umumnya
pasien yang ditemukan pada penelitian ini telah mengalami keluhan
selama 6-10 tahun yang terbanyak yaitu berjumlah 10 (40%),
berdasarkan lama keluhan pada OMSK tipe benigna yang
terbanyak yaitu dengan lama keluhan 0-5 tahun dan 6-10 tahun
sebesar 7 (36,84%). Sedangkan pada OMSK tipe maligna, lama
keluhan yang terbanyak adalah 6-10 tahun sebesar 3 (50%).
6.1.6 Distribusi penderita OMSK berdasarkan hasil kultur sekret telinga
tengah yang terbanyak adalah kultur positif sebanyak 27 (87,1%).
6.1.7 Distribusi penderita OMSK berdasarkan jenis kuman yang
terbanyak berasal dari Gram negatif yaitu Pseudomonas
aeruginosa sebanyak 7 (25%) dari total keseluruhan kuman yang
tumbuh. Berdasarkan jenis kuman yang dijumpai pada OMSK tipe
benigna yang terbanyak adalah Pseudomonas aerogenosa yaitu 6
55
6.2 Saran
6.2.1 Penyebab infeksi OMSK bukan saja berasal dari kuman aerob
tetapi dapat juga berasal dari kuman anaerob dan jamur ataupun
kombinasi diantaranya. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk melakukan pemeriksaan pola kuman dan sensitifitas
terhadap kuman aerob, anaerob dan jamur secara bersama-sama.
Diharapkan dengan pemeriksaan secara keseluruhan tidak ada lagi
hasil kultur yang negatif.
6.2.2 Pemberian terapi pada awal OMSK haruslah berdasarkan data
empirik, dimana data ini dapat berubah sehingga diperlukan
pemeriksaan pola kuman dan sensitifitas terhadap antibiotika
secara priodik sehingga dokter dalam memberikan terapi tepat
sasaran.
6.2.3 Dalam pengambilan sekret telinga pada penderita OMSK haruslah
dilakukan dan menggunakan alat yang steril, tepat pada daerah
telinga tengah sehingga kuman yang diperoleh memang benar-
benar dari telinga tengah yang belum terkontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
STATUS PENELITIAN
62
- Kiri :
Liang Telinga : Sekret ( ), mukoid ( ), mukopurulen ( )
purulen ( )
Jaringan granulasi ( )
Kolesteatoma ( )
Lain – lain : …………………..
Tenggorok
- Tonsil :
- Faring :
VII. Diagnosa :
IV. Terapi
Lampiran 2
Pola Kuman Aerob Dan Uji Sensitifitas Pada Penyakit Otitis Media
Bapak/Ibu/Sdr./i yang sangat saya hormati, nama saya dr. Sri Novita
“Pola Kuman Aerob Dan Uji Sensitifitas Pada Penyakit Otitis Media
lainnya.
66
Malik Medan.
penelitian saya.
mulai.
Lampiran 3
(Informed Consent)
Nama : .........................................................
Umur : .........................................................
Alamat : .........................................................
untuk ikut serta. Apabila dikemudian hari saya mengundurkan diri dari
Demikian surat pernyataan ini saya buat, agar dapat dipergunakan bila
diperlukan.
Medan, 2013
(........................................) (........................................)
Lampiran 4
Lampiran 5
DATA SAMPEL PENELITIAN
Na Usi Jeni Telin La A A C E F M T T S A C E A T V T C I L C C
Jenis Kel Jenis Pola
NO ma a s ga ma M M AM SA Z R CA CR E CV GE LV E Z G X Z D R T R A R T P N B F
MR
klami OM Uta Terli Kuma Kuma
Kel
n SK ma bat n n K O P M T Z O P X N X M P C T C C M M I N C X M Z C N
- 1
1 579 R R R R R R R R R R S R R R R
M 2 16 2 4 3 10
298 - 2 R R R S S S S S R S S I R
2 S R S S
531 VB 1 33 1 2 1 12 - 1
3 23 R R R R R R R R R R S R R R
576 MS 1 42 2 1 2 5 - 3
4 380 S R S R S S S S S S S S S R
574 GN 2 19 2 1 1 12 - 4
5 491 S R I S S S S S R S R S S S
579 EM 1 30 1 3 2 6 - 5
6 262 S R S R S I S S S S S S S S
578 FS 1 21 2 1 1 15 - 6
7 542 S S S S S S S S S I S S S S
- 7
8 575 S S S S S S S I S S S S S S
MY 1 10 2 2 3 8
974 - 6
9 S S S I S S S R S R S S S
0
10 575
ME 1 37 1 1 3 8
399 + 8 R
11 R R R R R R I R R R S R S R S R R R S R R
oo8 SP 2 51 1 1 2 13 - 4 R R R S S S S R S R S S S R
12 547 S R S R S
593 IA 2 18 1 1 2 2 - 9 R R R S S S S S S S S S S S
13 414 R R S
594 DA 1 22 1 1 2 12 - 1
14 516 S R R R S R S S S S S S S R
587 IS 2 12 1 1 2 4 - 1
15 895 S R I R S S S S S S S S S R S
6
16 S S S S S S S I S I S S S
573 -
KE 2 24 1 1 3 6 10
557 S S S S S S S I S I S S S
- 6
17 S S S S S S S S S S S S S
678 Hm 1 59 1 1 1 20 - 1
18 82 S R R R S R S S S S R S R R I R
- 10
19 582 I I S R S I R S R S S S S R S
MS 2 33 1 1 3 3
131 - 10
20 S I S R S I R S R S S S S R S
0
21 574
RS 1 33 1 1 3 10
749 0
22
583 HS 2 33 2 1 2 10 - 11 R R R S R R R R S R S I S
23 790 S R R R R
592 UN 2 40 1 3 1 3 0
24 050
508 NT 2 70 1 3 2 1 - 1
25 065 S R R R S R S I S I S S R R R R
583 MS 1 49 1 1 1 1 - 1
26 660 S R R R S R S I S R S S R R R R
597 LL 2 15 1 1 2 2 - 4 R I S S S S S S S S S R
27 951 S R S S S R
596 JS 1 27 1 1 1 8 - 10
28 915 S R R R S R R I R S S S S S R S
588 S 2 27 1 1 2 6 + 12
29 658 S S S S S S S I S I S S S R R S S I S S
588 M 1 30 1 3 1 17 + 13
30 318 R S S S S S S I S I S R S S S S S S R S S S R S
399 1 49 1 1 2 10 + 13
31 389 JP S S S S S S R I R S S S R R R S S S S S S S
Keterangan :
Jenis Kelamin Keluhan utama
1. Laki- laki 1. Telinga berair
2. Perempuan 2. Telinga sakit
3. Penurunan pendengaran
Telinga yang terlibat 4. Sakit kepala
1. Kanan saja
2. Kiri saja Jenis OMSK
3. Keduanya 1. Benigna
2. Maligna
Pola kuman
1. P.aeruginosa 8. S. epidermis
2. Providen stuarti 9. Citrobacter freundi
3. P. vulgaris 10. Achromobacter dentrifican
4. E. Coli 11. K. pneumoni
5. Acinetobacter baumani 14. Micrococus luteus
6. Acinetobacter iwoffi 15. S. aureus
7. Spingomonas paucamobili
Nama antibiotika
AMK = Amicasin LVX = Levofloxacin TRC=Tetracy
AMC = Amoxicillin MEM= Meropenem lin
AMP = Ampicillin TZP = Piperazin/Tazobactam
SAM = Ampicillin/Sulbacta TGC = Tigecycline
CZ = Cefazolin SXT = Cotrimoxazole
ERT = Ertapenam AZC = Azitromycin
CAZ = Ceftazidime CDC = Clindamycin
CRO = Ceftriaxon ERM = Erytromicin
FEP = Cefepima ATM = Azthreonam
CIP = Ciprofloxacin TRI = Trimetropin
GEN = Gentamicin Van = Vancomyci
Lampiran6
Lampiran 7.
PERSONALIA PENELITIAN
I. Peneliti Utama
NRP : 16874 / P
Gol/Pangkat : Kapten (K / W)
Fakultas : Kedokteran
Fakultas : Kedokteran
NIP : 197406162009121002
Fakultas : Kedokteran
Fakultas : Kedokteran