TESIS
Oleh
TESIS
Oleh
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
NIP : ---
Respirasi
Hasil : Rerata hasil CEA cairan pleura pada kelompok efusi pleura ganas kanker
paru 799,83 ± 1481,05 ng/ml, dan pada kelompok efusi pleura eksudatif bukan
kanker 2,3 ± 4,2 ng/ml. Dengan berdasarkan peninggian kadar CEA cairan pleura
diatas nilai normal > 5 ng/ml, maka didapatkan sensitivitas 62,5%, spesifisitas
93,8%, nilai prediksi positif 90,9%, nilai prediksi negatif 71,4% dan akurasi
78,125%. Kadar CEA cairan pleura meningkat pada 6,3% efusi pleura eksudatif
bukan kanker yaitu pada efusi parapneumonia complicated. Hasil CEA positif
lebih banyak didapatkan pada efusi pleura ganas yang masif (72,7%) dan bersifat
hemorhagik (60%).
ganas karena kanker paru dan terhadap kelompok efusi pleura eksudatif bukan
mendiagnosis suatu efusi pleura ganas karena kanker paru, dan membuat
selektif.
Alhamdulilah, segenap puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT
karena atas berkah rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tesis yang
Diagnosis Efusi Pleura Ganas karena Kanker Paru” yang merupakan salah satu
tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai
pihak. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan di dalam karya tulis
dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUSU/RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah
ii
Dr. Pantas Hasibuan, SpP(K) sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Penyakit
motivasi, pengetahuan, nasehat dan dorongan yang bermanfaat bagi penulis untuk
RSUP H. Adam Malik Medan dan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
motivasi, kritik dan arahan, serta pengetahuan mengenai penyakit pleura dan
Drs. Abdul Jalil Amri Arma, MKes, dan Dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes,
iii
sampaikan kepada Dr. Sumarli, SpP(K), Prof. Dr. RS Parhusip, SpP(K), dan Alm.
Dr. H. Sugito, SpP(K) yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Usman,
SpP, Dr. Fajrinur Syarani, SpP(K), Dr. Parluhutan Siagian, SpP, Dr. Amira
Permatasari Tarigan, SpP, Dr. Bintang Sinaga, SpP, Dr. Noni Novisari Soeroso,
SpP dan Dr. Setia Putra Tarigan, SpP, yang telah banyak memberikan bantuan,
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala SMF
Paru RS.Dr.Pirngadi Medan - Dr. Syahlan, SpP, Kepala BP4 – Dr. Adlan N. Lufti
Sitompul, SpP, beserta seluruh staf jajarannya yang telah banyak memberikan
Penghargaan dan ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada
Prof. DR. Dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK(K), FISH, dan Dr. Stephen Udjung,
SpPA, yang telah banyak memberikan bantuan, bimbingan dan arahan yang
Penghargaan dan ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada
RSUP. H. Adam Malik Medan, perawat RS.Dr.Pirngadi Medan dan perawat BP4
yang telah memberikan bantuan dan berkenan bekerjasama dengan penulis dalam
pelaksanaan penelitian.
iv
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman sejawat peserta
pegawai tata usaha, perawat/ petugas poliklinik, ruang bronkoskopi, ruang rawat
inap bagian paru (RA3), Instalasi Perawatan Intensif/ICU, Unit Gawat Darurat
RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah menjalin kerja sama selama penulis
menjalani pendidikan.
Dengan penuh rasa bakti dan terima kasih yang tidak terhingga penulis
sampaikan kepada Ayahanda Dr.Ruswardi, SpP dan Ibunda R.Sri Wedari, SH,
SPN, yang telah menempa penulis menjadi pribadi yang tak boleh cepat menyerah
kehidupan, serta memberikan dorongan motivasi serta doa yang tulus kepada
Rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga juga penulis sampaikan
kepada kepada kakak dan abang penulis, Dr.Dewi Yanti Handayani, Mhd. Dodi
Budiantoro, SH, SPN, dan Dr. Mhd. Wahyu Utomo. Demikian juga kepada Dr.
Eddy Janis, SpP, Dr. Yosie Anra, Zahira, SE, dan Rasyid A.Dongoran, SSi, MSi,
dan pengalaman hidup, serta motivasi yang kuat kepada penulis agar tetap
kekhilafan dan kesalahan dalam penulisan. Semoga tulisan akhir ini dapat
masyarakat.
Penulis,
vi
Halaman
LEMBARAN PERSETUJUAN
ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3. Hipotesis...........................................................................................................4
2.2. Epidemiologi.....................................................................................................7
vii
3.3.1 Populasi..................................................................................................23
3.3.2 Sampel...................................................................................................23
viii
4.2 Pembahasan...............................................................................................44
5.1 Kesimpulan...............................................................................................51
5.2 Saran..........................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53
LAMPIRAN
ix
Halaman
Tabel 8. Efusi pleura ganas karena kanker paru menurut jenis kelamin................36
Tabel 10. Perbedaan luas efusi pleura terhadap kelompok penderita kanker paru
Tabel 11. Perbedaan efusi pleura menurut warna cairan terhadap kelompok
kanker..................................................................................................38
Tabel 12. Perbedaan lokasi efusi terhadap kelompok penderita kanker paru dan
Tabel 13. Distribusi umur terhadap CEA cairan pleura pada efusi pleura ganas
Tabel 14. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap kadar glukosa pada efusi pleura
Tabel 16. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap kadar LDH pada efusi pleura
Tabel 17. Perbedaan kadar LDH pada efusi pleura ganas karena kanker paru dan
Tabel 18. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap pH pada efusi pleura ganas
Tabel 19. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap pH pada efusi pleura ganas
Tabel 20. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap luas efusi pada efusi pleura
Tabel 21. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap warna cairan efusi pleura pada
Tabel 23. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap jenis sel kanker paru pada efusi
xi
Halaman
xii
MN = Mono Nuklear
LA = Latex Agglutination
ng/ml = nanogram/mililiter
g/dl = gram/desiliter
mm = milimeter
μl = mikroliter
mg/dl = miligram/desiliter
xiii
Kesehatan
xiv
Hasil : Rerata hasil CEA cairan pleura pada kelompok efusi pleura ganas kanker
paru 799,83 ± 1481,05 ng/ml, dan pada kelompok efusi pleura eksudatif bukan
kanker 2,3 ± 4,2 ng/ml. Dengan berdasarkan peninggian kadar CEA cairan pleura
diatas nilai normal > 5 ng/ml, maka didapatkan sensitivitas 62,5%, spesifisitas
93,8%, nilai prediksi positif 90,9%, nilai prediksi negatif 71,4% dan akurasi
78,125%. Kadar CEA cairan pleura meningkat pada 6,3% efusi pleura eksudatif
bukan kanker yaitu pada efusi parapneumonia complicated. Hasil CEA positif
lebih banyak didapatkan pada efusi pleura ganas yang masif (72,7%) dan bersifat
hemorhagik (60%).
ganas karena kanker paru dan terhadap kelompok efusi pleura eksudatif bukan
mendiagnosis suatu efusi pleura ganas karena kanker paru, dan membuat
selektif.
PENDAHULUAN
Efusi pleura ganas (EPG) kini telah menjadi suatu permasalahan klinis yang
umum terjadi pada penderita kanker.1 EPG dapat disebabkan oleh hampir semua
jenis keganasan, dimana hampir sepertiganya karena kanker paru.2 Saat ini
kanker paru merupakan penyebab terbanyak EPG sebanyak 36% (~7,2% dari
seluruh kasus efusi) dari seluruh kasus EPG.3,4 Sebelumnya EPG dijumpai
berkisar 7-15% (~3% dari seluruh kasus efusi) dari seluruh kasus kanker paru
disebabkan proses keganasan. EPG dapat muncul pada semua jenis histologis
EPG dapat menimbulkan gejala awal pada kanker yang belum terdiagnosa,
atau sebagai komplikasi lebih lanjut pada pasien yang telah didiagnosa mengidap
buruknya prognosis. Penderita kanker yang disertai EPG memiliki daya tahan
hidup rata-rata kurang dari 6 bulan sejak terdiagnosa sebagai EPG.7,8 Oleh karena
itu semakin cepat suatu efusi pleura tersebut dapat dibedakan apakah ganas atau
biopsi pleura tertutup jauh lebih rendah sekitar 50-60%.12,13 Secara umum
Ketika sitologi dan biopsi hasilnya negatif maka tindakan yang lebih invasif
banyak kendala seperti tingginya dana yang dibutuhkan, dan lebih sulit untuk
alat.5,15 Dengan demikian meskipun telah melalui prosedur invasif rutin seperti
terdiagnosa.16
paling banyak diteliti dan dianggap memiliki keakuratan yang lebih tinggi
CEA cairan pleura dapat meningkatkan nilai diagnosis sitologi cairan pleura untuk
pleura yang belum jelas diketahui penyebabnya sementara terdapat dugaan kuat
Surabaya oleh Irawan dkk (2002) dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang.
Irawan dkk melaporkan bahwa kadar CEA cairan pleura diatas 10 ng/ml sebagai
kriteria skrining optimal untuk menentukan EPG karena kanker paru dengan
sensitivitas 77,8%; 63,6% nilai prediksi positif; 50% nilai prediksi negatif; dan
60% keakuratan, sedangkan spesifisitas 50% untuk CEA cairan pleura diatas 20
ng/ml. Hal yang menarik bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada
perbandingan hasil sitologi dengan kadar CEA cairan pleura, sehingga kadar CEA
cairan pleura dapat digunakan sebagai sarana diagnostik tambahan pada kasus
Disadari bahwa sensitivitas dan spesifisitas kadar CEA cairan pleura terhadap
diagnosis suatu EPG cukup bervariasi dari berbagai laporan hasil penelitian yang
terhadap sensitivitas kadar CEA cairan pleura karena kanker paru tersebut belum
pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
sensitivitas pemeriksaan CEA cairan pleura, yang nantinya dapat menjadi sarana
penunjang diagnostik non-invasif tambahan yang lebih cepat, mudah dan nyaman
untuk pasien terutama pada kasus EPG dengan hasil sitologi/histologi negatif.
1.3. Hipotesis
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terhadap EPG karena kanker paru, maka
CEA cairan pleura dapat menjadi salah satu penunjang diagnostik non-invasif,
sehingga diharapkan semakin banyak kasus EPG dapat dideteksi dan menentukan
tindakan invasif yang sering menemui kendala untuk dilakukan pada pasien.
TINJAUAN PUSTAKA
Dinamakan sebagai efusi pleura ganas (EPG) bila ditemukan sel tumor ganas
pada pemeriksaan sitologi cairan pleura atau histopatologi jaringan pleura melalui
Dari sejumlah pasien kanker yang disertai efusi pleura, meskipun telah
diduga kuat bahwa efusi yang muncul disebabkan oleh proses keganasan namun
belum dapat ditemukan sel ganas pada cairan pleura atau pada jaringan pleura
tersebut maka efusi pleura disebut sebagai efusi yang berhubungan dengan kanker
atau disebut sebagai efusi pleura paramalignan, dimana tidak terdapat keterlibatan
efusi yang terjadi secara tidak langsung akibat keterlibatan tumor terhadap pleura
duktus torasikus yang berkembang menjadi chylothorax, emboli paru, dan efusi
1. Efusi pleura yang terbukti ganas pada pemeriksaan sitologi cairan pleura dan
3. Efusi pleura yang sifatnya hemoragik, masif, progresif, rekuren dan tidak
gejala, terutama pasien dengan volume cairan kurang dari 500 mL. Sesak nafas
adalah gejala tersering pada kasus EPG terutama jika volume cairan sangat
banyak. Sesak nafas terjadi karena refleks neurogenik paru dan dinding dada
ipsilateral. Gejala lain berupa nyeri dada sebagai akibat reaksi inflamasi pada
pleura parietal, batuk, batuk darah, anoreksia, dan berat badan turun. 22
pleura pada pemeriksaan fisik dan jika volume cairan tidak terlalu banyak maka
dibutuhkan foto toraks lateral untuk menentukan lokasi cairan secara lebih tepat.22
Foto toraks standar dapat mendeteksi adanya efusi pleura yang berjumlah
foto lateral, dan berjumlah sedikitnya 200 mL jika terlihat konsolidasi pada
mendeteksi 100 mL cairan efusi yang bergerak bebas. EPG yang luas
Medan (Sinaga; 1988) dijumpai EPG 24% dari seluruh kasus efusi pleura
RS.Persahabatan Jakarta ditemukan EPG sebanyak 120 dari 229 kasus efusi
positif.9 Jumlah kasus terbanyak kanker paru adalah kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK) sekitar 75% dari seluruh kasus kanker paru. 26
Efusi pleura karena kanker paru dapat terjadi pada semua jenis sel, tetapi
internasional kanker paru menurut sistem TNM tahun 1997, KPKBSK dengan
dapat disamakan dengan stadium IIIB lain tanpa EPG. Penampakan EPG pada
internasional dengan sistem TNM tersebut telah mengalami revisi, dimana kanker
paru yang disertai EPG termasuk sebagai metastase (M1a) dan dimasukkan
27
kedalam stadium IV.
Paru 641 36
Payudara 449 25
Limfoma 187 10
Ovarium 88 5
Perut 42 2
terakumulasinya sejumlah cairan dalam volume yang besar. Efek lokal lainnya
dari suatu tumor juga menyebabkan terbentuknya efusi pleura paramalignan, yaitu
Selanjutnya, sangat penting untuk mengenali efusi yang berasal dari efek sistemik
Penyebab Keterangan
mediastinum, diafragma, dan rongga toraks. Struktur tersebut terbagi atas pleura
Pleura parietalis melapisi permukaan rongga toraks, yang terbagi atas pleura
Pleura terdiri dari lima bagian utama, yaitu: sirkulasi sistemik parietal
parietal, rongga pleura yang sisi-sisinya dibatasi oleh sel mesotelial, interstisial
Pada keadaan normal, rongga pleura berisi sekitar 10-20 ml cairan yang
bermanfaat sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat bernapas.
penyerapan. Dari sirkulasi sistemik, cairan normal dan protein memasuki rongga
pleura. Cairan pleura tersebut mengandung kadar protein rendah (<1,5 g/dl) yang
paru.29 Cairan yang diproduksi oleh pleura parietal dan viseral selanjutnya akan
diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikro pleura viseral.22
10
terjadi akumulasi cairan melebihi volume normal, dimana hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru
meningkat.
Akibat langsung
pleura
- Keterlibatan perikardial
- Hipoproteinemia
- Post-obstruktif pneumonitis
- Emboli paru
- Pos-radiasi terapi
12
primer terjadinya EPG.19 Cairan pleura didrainase keluar dari rongga pleura
terutama melalui stomata limfatik parietal yang berada diantara sel-sel mesotelial
selanjutnya menuju pembuluh limfe yang lebih besar dan akhirnya didrainase
melalui limfe node mediastinal. Jika terdapat gangguan seperti terjadinya blokade
ataupun obstruksi oleh deposit sel tumor di sepanjang jaringan limfatik yang rumit
ditemukan pada pleura parietal tetapi tidak pada viseral. Berdasarkan hasil itu
disimpulkan bahwa implikasi sel ganas di pleura viseral terjadi akibat emboli
tumor ke paru sedangkan pada pleura parietal adalah akibat kelanjutan proses
Mekanisme lain yang mungkin adalah invasi langsung tumor yang berdekatan
parietal dari pleura viseral di sepanjang tempat perlengketan pleura. Hal ini
didahului dengan bermigrasinya sel-sel tumor ke pleura viseral dari kapiler paru
endotelial growth factor (VEGF) oleh tumor. VEGF merupakan agent yang
14
tersebut. 22
Tumor ganas juga dapat menyebabkan efusi pleura dengan adanya obstruksi
Cairan pleura yang berasal dari suatu proses keganasan biasanya lebih sering
biasanya terutama dengan menilai kadar protein dan LDH cairan pleura. Untuk
menentukan eksudat maka kadar protein > 3 gr/dl dan kadar LDH > 200 U/L, di
samping itu dengan jumlah sel > 500/mm3. Selain itu, menurut Light, pada
eksudat dijumpai rasio protein cairan pleura terhadap protein serum > 0,5 ; rasio
LDH cairan pleura terhadap LDH serum > 0,6 ; atau kadar LDH cairan pleura
lebih besar dari dua pertiga batas atas nilai normal LDH serum. 30
Cairan pleura ganas dapat berupa serous, serosanguinus, atau hemoragik.7 Cairan
pleura hemoragik dengan jumlah sel darah merah >100.000/mm3 diduga suatu
EPG. Cairan EPG hemoragik berkisar 55%. Sedangkan hampir 30-50% EPG
15
dilakukan. Jika nilai hematokrit cairan pleura <1% maka darah pada cairan pleura
pembuluh darah. 9
Jumlah sel berinti sebanyak 1500-4000/μl yang terdiri dari sel-sel limfosit,
makrofag dan sel-sel mesotelial. Pada hitung jenis sel, dijumpai sel limfosit ±
45%, sel mononuklear (MN) lainnya ± 40%, dan sel leukosit polimorfonuklear
(PMN) ± 15%. Hampir sepertiga populasi sel merupakan sel-sel limfosit (50-70%
sel berinti). Sel leukosit polimorfonuklear (PMN) biasanya terlihat <25% dari
populasi sel, namun jika terjadi inflamasi pleura yang aktif maka leukosit PMN
akan tampak lebih dominan. Prevalensi eosinofil pleura pada efusi ganas
dilaporkan sekitar 8-12%. Namun frekuensi EPG eosinofilik (eosinofil >10%) dan
g/dl. Konsentrasi protein yang pernah dilaporkan berkisar 1,5-8 g/dl. EPG yang
16
kadar protein serum <0,5 hampir pada 20% EPG; diantara 20% tersebut rasio
cairan pleura terhadap laktat dehidrogenase (LDH) serum ataupun LDH cairan
pleura absolut hampir selalu masuk kriteria eksudat. EPG lebih banyak memenuhi
Hampir sepertiga EPG memiliki pH cairan pleura dibawah 7,3, (pH berkisar
6,95-7,29). Hal ini dihubungkan dengan produksi asam yang dihasilkan oleh
kombinasi cairan pleura dan pleura membran serta dihambatnya pengeluaran CO2
dari rongga pleura. Konsentrasi laktat tinggi, pCO2 tinggi, dan pO2 rendah. 1,4,19
Kadar glukosa cairan pleura pada EPG rendah < 60 mg/dl pada sekitar 15-
20% EPG. Rasio cairan pleura terhadap glukosa serum <0,5. Rendahnya kadar
pleura. Pemeriksaan sitologi dan biopsi pleura lebih sering dijumpai positif pada
pasien EPG dengan kadar glukosa rendah. Adanya beban tumor yang tinggi
sehingga kadar glukosa menurun maka pasien menghadapi prognosis yang buruk.
glukosa. 19
Petanda tumor adalah substansi biologi yang diproduksi oleh sel-sel tumor,
masuk ke dalam aliran darah atau jaringan dan dapat dideteksi konsentrasinya
tumor pada darah, dan juga dapat diperoleh dari cairan tubuh seperti cairan asites,
1. Alat skrining populasi yang sehat dan populasi dengan resiko tinggi.
4. Evaluasi terapi.
yang pertama kali dideskripsikan pada kanker paru. CEA ditemukan pada tahun
1965 oleh Phil Gold dan Samuel O. Freedman dari ekstrak kanker
sejak tahun 1970 hingga kemudian terutama lebih banyak dihubungkan pada
fetus (~embryonic). Selain dihasilkan oleh sel tumor dan sel embrio, senyawa
antigen onkofetal seperti CEA ini juga dihasilkan oleh sel normal yang tidak
mengalami diferensiasi dalam jumlah sangat kecil. Sehingga tentunya kadar CEA
18
poliklonal. Substansi onkofetal yang terdapat pada embrio atau fetus akan
berkurang ke kadar yang rendah pada saat dewasa namun akan kembali meningkat
Antigen tersebut disandi oleh gen yang diekspresikan selama embriogenesis dan
tersebut menyandi protein yang diduga berperan dalam pertumbuhan cepat sel
embrio dan diaktifkan kembali untuk fungsi yang sama pada tumor yang tumbuh
cepat. 36
molekul 200.000, yang berhubungan dengan plasma membran permukaan sel dari
glikokaliks epitel entodermal, dimana dalam hal ini dapat dilepaskan kedalam
darah.32 Karena kemajuan dalam teknologi antibodi monokonal, saat ini banyak
petanda tumor yang dapat terdeteksi pada cairan tubuh. Saat ini kadar CEA cairan
pleura secara kuantitatif dapat membedakan suatu efusi pleura ganas dengan efusi
pleura yang tidak ganas. Konsentrasi CEA pada EPG biasanya akan lebih tinggi
daripada plasma dimana diduga hal ini berhubungan dengan mekanisme seluler
akibat sekresi aktif dari sel tumor. CEA adalah salah satu petanda tumor pertama
yang menunjang tumor paru terutama untuk kanker paru jenis karsinoma bukan
sel kecil.34,35 Pemeriksaan CEA cairan pleura terutama ditujukan untuk pasien
yang menolak biopsi ulangan ataupun tindakan yang jauh lebih invasif lainnya. 11
19
hasil sitologi negatif. Berbagai penelitian terhadap kadar CEA cairan pleura untuk
membedakan efusi pleura akibat keganasan atau bukan akibat keganasan telah
mulai dilakukan sejak tahun 1977 hingga sekarang. Hasil-hasil yang diperoleh
Kadar CEA serum akan meninggi pada keadaan malignansi diantaranya yaitu
pada: paru (60%), payudara (50%), kolon (60%), pankreas (60%), lambung
(50%), ovarium (50%). Kadar CEA meninggi pada keadaan yang bukan akibat
pada sekitar 19% perokok berat dengan nilai batas atas ≤ 5 ng/ml, sedangkan pada
orang sehat dan tidak merokok kadar CEA normal berkisar < 2,5 - 3 ng/ml. 32,38-41
pleura pada kanker paru memiliki sensitivitas 77% dan spesifisitas 94% dengan
sitologi cairan pleura dan biopsi pleura tertutup sebanyak 73%.11 Pasaoglu dkk
(Turki; 2007) juga menggunakan nilai cut-off CEA cairan pleura 10 ng/ml untuk
menentukan EPG terhadap 35 kasus EPG karena kanker paru dengan sensitivitas
20
tinggi daripada petanda tumor CA 15-3 dan CYFRA 21-1 pada semua kanker
yaitu 57% dengan spesifisitas 99%.16 Paganuzzi dkk (Italia; 2001) dengan cut-off
dengan cut-off 5 ng/ml menjumpai sensitivitas 64% dan spesifisitas 98% pada
EPG karena kanker paru.43 Kemudian Lee dkk (Korea; 2005) dengan cut-off 5
ng/ml menemukan sensitivitas CEA cairan pleura karena kanker paru 82% dan
spesifisitas 94%. 4
Dari kesimpulan suatu hasil penelitian meta-analisis oleh Shi dkk (China;
sebagai alat diagnostik dalam mengkonfirmasi suatu EPG. Hasil dari pemeriksaan
dilakukan. 17
21
EFUSI PLEURA
Punksi
Transudat Eksudat
22
MANAJEMEN PENELITIAN
3.1. Desain
sectional study).
3.3.1 Populasi
Penderita efusi pleura eksudatif di ruang rawat inap dan rawat jalan di RS
3.3.2 Sampel
masing-masing kelompok.
23
n1 = n2 = { Zα √ PoQo + Zβ √ Pa Qa }2
(Pa – Po)2
1. Zα : nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung dari nilai α
yang ditentukan, α = 0,05 → Zα = 1,96
2. Zβ : nilai baku normal dari tabel Z yang besarnya tergantung dari nilai β
yang ditentukan, β = 0,15 → Zβ = 1,036
3. Po : Proporsi penderita EPG karena kanker paru dari sumber data
sebelumnya; nilainya adalah 3% dalam angka desimal adalah 0,03.
4. Qo = 1 - Po = 1 – 0,03 = 0,97
5. Pa : Proporsi penderita EPG karena kanker paru dari sumber data terakhir,
nilainya adalah 7,2% dalam angka desimal adalah 0,072.
6. Qa = 1 - Pa = 1 - 0,072 = 0,928
7. Pa-Po: adalah selisih proporsi yang diinginkan oleh peneliti, diambil
nilainya 15%, dalam angka desimal adalah 0,15.
A. Kelompok kasus :
1. Umur ≥ 40 tahun.
24
B. Kelompok kontrol :
1. Pasien efusi pleura eksudatif bukan kanker yang tidak memiliki hasil
A. Kelompok kasus :
6. Penderita pankreatitis
25
B. Kelompok kontrol :
1. Penderita empiema
2. Pasien dalam posisi duduk, dengan bahu tegak dan lengan diangkat
26
sedikit demi sedikit dengan besar jarum 21G yang telah berisi
persarafan.
berbeda.
lebih rendah. Sampel yang telah disimpan pada suhu -20C atau
27
pendingin.
slide sampel.
28
CEA
Efusi Pleura Eksudat cairan pleura
Efusi Pleura
Bukan Kanker
Positif Negatif
Transudat
DATA
Sensitivitas
Spesifisitas
29
pasien kanker paru yang dijumpai sel ganas berdasarkan salah satu hasil
4. Efusi pleura bukan kanker yang dimaksud adalah efusi pleura eksudatif
TTLB).
a. Bahan :
30
b. Alat :
HCL 40 mg, sulfas atropin 0,5 mg, alkohol 70%, masker, povidone-
A. Sumber data:
dalam penelitian.
C. Pengolahan data:
31
D. Analisa data:
tabulasi 2x2, dianalisa dengan uji Exact Fisher dan uji Pearson Chi-
CEA cairan pleura. Sensitivitas adalah proporsi dari subjek yang sakit
dengan hasil uji positif (positif benar/ positif benar + negatif palsu).
Spesifisitas adalah proporsi dari orang yang tidak sakit dengan hasil uji
32
efusi pleura. Dimana 32 orang penderita efusi pleura tersebut dibagi dalam 2
kelompok, yaitu kelompok penderita efusi pleura ganas karena kanker paru
sebanyak 16 orang dan kelompok penderita efusi pleura eksudatif bukan kanker
sebanyak 16 orang. Hasil penelitian kemudian dianalisis secara statistik dan hasil
kanker paru dan kelompok bukan kanker) diperoleh berdasarkan jenis kelamin,
umur dan etiologi efusi pleura. Hasil penelitian terlihat pada tabel di bawah ini:
Dari total kedua kelompok didapatkan sebanyak 32 sampel yang terdiri dari
33
jenis kelamin terhadap kelompok kanker paru dan kelompok bukan kanker
tersebut diuji dengan Pearson Chi-Square dua sisi dan tidak diperoleh adanya
Dari kedua kelompok penelitian ini didapatkan bahwa umur >55 tahun lebih
banyak jumlahnya yaitu 11 orang (34.4%) dengan umur 17 - 65 tahun, dan rerata
umur 47,37 ± 13,23 tahun. Pada kelompok kanker paru juga dijumpai umur >55
tahun yang terbanyak dengan jumlah 8 orang (50%) dengan umur antara 41 – 65
tahun dan rerata umur 53,06 ± 8,169 tahun. Sedangkan pada kelompok bukan
kanker yang terbanyak adalah umur 36-45 tahun yang berjumlah 4 orang (25%)
dengan umur antara 17 – 65 tahun dan rerata umur 41,69 ± 15,036 tahun (tabel 5).
Keterangan : *signifikan
34
Pada kelompok kanker paru sebanyak 5 orang (31.2%) berumur ≤ 48,5 tahun dan
11 orang (68.8%) berumur > 48,5 tahun. Sedangkan pada kelompok bukan kanker
sebanyak 11 orang (68.8%) berumur ≤ 48,5 tahun dan 5 orang (31.2%) berumur >
48,5 tahun (tabel 6). Perbedaan umur ≤ median 48,5 tahun atau > median 48,5
tahun terhadap kelompok kanker paru dan kelompok bukan kanker tersebut diuji
dengan Pearson Chi-Square dua sisi dan diperoleh adanya perbedaan yang
bermakna (p=0.034).
dijumpai karena kanker paru sebanyak 16 kasus (50%) yang terdiri dari
Sedangkan etiologi efusi pleura karena TB paru sebanyak 10 kasus (31.25%) dan
35
Pada kelompok efusi pleura ganas karena kanker paru didapatkan sebanyak
perempuan (71.4%), dan jenis skuamous sel karsinoma 5 laki-laki (55.6%) dan 2
perempuan (28.6%) (tabel 8). Perbedaan etiologi efusi pleura ganas menurut jenis
sel kanker paru terhadap perbedaan jenis kelamin tersebut diuji dengan Exact
Fisher dua sisi dan tidak dijumpai perbedaan yang bermakna (p=0,358).
sampel yang terdiri atas TB paru 5 laki-laki (45.5%) dan 5 perempuan (100%),
dan karena pneumonia 6 laki-laki (54.5%) dan tidak terdapat perempuan (0%)
(tabel 9). Perbedaan etiologi efusi pleura eksudatif bukan kanker terhadap
perbedaan jenis kelamin tersebut diuji dengan Exact Fisher dua sisi dan tidak
36
(kelompok kanker paru dan kelompok bukan kanker) diperoleh berdasarkan luas
efusi pleura, warna cairan efusi pleura dan lokasi efusi pleura. Hasil penelitian
Tabel 10. Perbedaan luas efusi pleura terhadap kelompok penderita kanker paru
dan kelompok penderita bukan kanker
Kanker paru Bukan kanker Total p
Luas efusi (n,%) (n,%) (n,%)
Masif 11 (68.8) 6 (37.5) 17 (53.1)
0,77
Moderat 5 (31.2) 10 (62.5) 15 (46.9)
Total (n,%) 16 (100.0) 16 (100.0) 32 (100.0)
Pada kelompok efusi pleura ganas karena kanker paru luas efusi lebih banyak
Sedangan pada kelompok efusi pleura eksudatif bukan kanker luas efusinya lebih
kasus (37.5%) (tabel 10). Perbedaan luas efusi pleura terhadap kelompok efusi
pleura ganas karena kanker paru dan efusi pleura eksudatif bukan kanker tersebut
diuji dengan Pearson Chi-Square dua sisi dan tidak dijumpai perbedaan yang
bermakna (p=0,77).
37
Warna cairan efusi pleura ganas karena kanker paru lebih banyak yang
(37.5%). Sedangkan pada efusi pleura eksudatif bukan kanker warna cairan efusi
kasus (25%) (tabel 11). Perbedaan warna cairan efusi pleura terhadap kelompok
efusi pleura ganas karena kanker paru dan efusi pleura eksudatif bukan kanker
tersebut diuji dengan Pearson Chi-Square dua sisi dan tidak dijumpai perbedaan
Tabel 12. Perbedaan lokasi efusi terhadap kelompok penderita kanker paru dan
kelompok penderita bukan kanker
Kanker paru Bukan kanker Total p
Lokasi efusi (n,%) (n,%) (n,%)
Kanan 6 (37.5) 8 (50.0) 14 (43.8)
0.476
Kiri 10 (62.5) 8 (50.0) 18 (56.2)
Total (n,%) 16 (100.0) 16 (100.0) 32 (100.0)
Efusi pleura ganas karena kanker paru lebih banyak yang berlokasi di paru
(37.5%). Sedangkan pada efusi pleura eksudatif bukan kanker lokasinya di paru
kanan dan paru kiri masing-masing sama banyaknya berjumlah 8 kasus (50%)
38
kanker paru dan efusi pleura eksudatif bukan kanker tersebut diuji dengan
Pearson Chi-Square dua sisi dan tidak dijumpai perbedaan yang bermakna
(p=0,476).
Perbedaan hasil laboratorium efusi pleura pada kelompok efusi pleura ganas
karena kanker paru diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan CEA cairan pleura
dan analisa cairan pleura. Hasil penelitian terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 13. Distribusi umur terhadap CEA cairan pleura pada efusi pleura ganas
karena kanker paru
Umur CEA positif CEA negatif Total
(tahun) (n,%) (n,%) (n,%)
36-45 2 (20.0) 2 (33.3) 4 (25.0)
46-55 2 (20.0) 2 (33.3) 4 (25.0)
> 55 6 (60.0) 2 (33.3) 8 (50.0)
Total (n,%) 10 (100.0) 6 (100.0) 16 (100.0)
Pada penelitian ini, hasil CEA positif pada efusi pleura ganas karena kanker
paru terutama dijumpai lebih banyak pada sampel yang berumur >55 tahun
Tabel 14. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap kadar glukosa pada efusi pleura
ganas karena kanker paru
Glukosa CEA positif CEA negatif Total p
(mg/dl) (n,%) (n,%) (n,%)
< 60 1 (10.0) 1 (16.7) 2 (12.5)
1.0
≥ 60 9 (90.0) 5 (83.3) 14 (87.5)
Total (n,%) 10 (100.0) 6 (100.0) 16 (100.0)
39
glukosa ≥ 60 mg/dl secara uji Exact Fisher dua sisi tidak didapatkan perbedaan
Tabel 15. Perbedaan kadar glukosa pada efusi pleura ganas karena kanker paru
dan efusi pleura eksudatif bukan kanker
Glukosa Kanker paru Bukan kanker Total p
(mg/dl) (n,%) (n,%) (n,%)
< 60 2 (12.5) 4 (25.0) 6 (18.8)
0.654
≥ 60 14 (87.5) 12 (75.0) 26 (81.2)
Total (n,%) 16 (100.0) 16 (100.0) 32 (100.0)
kelompok efusi pleura ganas karena kanker paru dan efusi pleura eksudatif bukan
kanker secara uji Exact Fisher dua sisi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
Tabel 16. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap kadar LDH pada efusi pleura
ganas karena kanker paru
LDH CEA positif CEA negatif Total p
(U/L) (n,%) (n,%) (n,%)
≥ 200 9 (90.0) 6 (100.0) 15 (93.8)
1.0
< 200 1 (10.0) 0 (0.0) 1 (6.2)
Total (n,%) 10 (100.0) 6 (100.0) 16 (100.0)
Dari hasil analisa CEA cairan pleura pada kadar LDH ≥ 200 U/L dan LDH <
200 U/L secara uji Exact Fisher dua sisi tidak didapatkan perbedaan yang
40
Perbedaan kadar LDH ≥ 200 U/L dan LDH < 200 U/L terhadap kelompok
efusi pleura ganas karena kanker paru dan efusi pleura eksudatif bukan kanker
secara uji Exact Fisher dua sisi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
Tabel 18. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap pH pada efusi pleura ganas
karena kanker paru dan efusi pleura eksudatif bukan kanker
CEA positif CEA negatif Total p
pH (n,%) (n,%) (n,%)
≥ 7,3 9 (90.0) 3 (50.0) 12 (75.0) 0.118
< 7,3 1 (10.0) 3 (50.0) 4 (25.0)
Total (n,%) 10 (100.0) 6 (100.0) 16 (100.0)
Dari hasil analisa CEA cairan pleura terhadap konsentrasi pH ≥ 7,3 dan pH <
7,3 secara uji Exact Fisher dua sisi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
41
Perbedaan pH ≥ 7,3 dan pH < 7,3 terhadap kelompok efusi pleura ganas
karena kanker paru dan efusi pleura eksudatif bukan kanker secara uji Exact
Fisher dua sisi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna (p=1,0) (tabel 19).
Tabel 20. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap luas efusi pada efusi pleura
ganas karena kanker paru
CEA positif CEA negatif Total p
Luas efusi (n,%) (n,%) (n,%)
Masif 8 (80.0) 3 (50.0) 11 (68.8)
0.299
Moderate 2 (20.0) 3 (50.0) 5 (31.2)
Total (n,%) 10 (100.0) 6 (100.0) 16 (100.0)
Dari hasil analisa CEA cairan pleura pada efusi pleura masif dan yang
moderat secara uji Exact Fisher dua sisi tidak didapatkan perbedaan yang
Tabel 21. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap warna cairan efusi pleura pada
efusi pleura ganas karena kanker paru
CEA positif CEA negatif Total p
Warna cairan (n,%) (n,%) (n,%)
Hemorhagik 6 (60.0) 4 (66.7) 10 (62.5)
1.0
Non-hemorhagik 4 (40.0) 2 (33.3) 6 (37.5)
Total (n,%) 10 (100.0) 6 (100.0) 16 (100.0)
42
hemorhagik secara uji Exact Fisher dua sisi tidak didapatkan perbedaan yang
Keterangan : *signifikan
Berdasarkan pada nilai standar cut-off konsentrasi CEA cairan pleura > 5
ng/ml maka didapatkan sensitivitas CEA cairan pleura 62,5%, spesifisitas 93,8%,
nilai prediksi positif 90,9%, nilai prediksi negatif 71,4% dan akurasi 78,125%
(tabel 22).
Tabel 23. Perbedaan CEA cairan pleura terhadap jenis sel kanker paru pada efusi
pleura ganas karena kanker paru
Jenis sel CEA positif CEA negatif Total p
kanker paru (n,%) (n,%) (n,%)
Adenokarsinoma 4 (40.0) 5 (83.3) 9 (56.3)
0.145
Skuamous sel 6 (60.0) 1 (16.7) 7 (43.8)
Total (n,%) 10 (100.0) 6 (100.0) 16 (100.0)
Dari hasil analisa CEA cairan pleura pada jenis sel adenokarsinoma dan
skuamous sel karsinoma secara uji Exact Fisher dua sisi tidak didapatkan
43
Laki-laki mempunyai faktor resiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru.10
penderita efusi pleura ganas karena kanker paru diperoleh jumlah sampel laki-laki
lebih banyak daripada perempuan yang terdiri dari 9 laki-laki (56.2%) dan 7
perempuan (43.8%).
Karakteristik umur lebih dari 40 tahun termasuk kedalam salah satu faktor
resiko kanker paru.10 Demikian halnya pada penelitian ini, kelompok kanker paru
lebih banyak berumur >55 tahun sejumlah 8 orang (50%), rentang umur antara 41
– 65 tahun dengan rerata umur 53,06 ± 8,169 tahun. Sedangkan pada kelompok
bukan kanker yang terbanyak adalah umur 36-45 tahun yang berjumlah 4 orang
(25%), dengan rentang umur antara 17 – 65 tahun dan rerata umur 41,69 ± 15,036
tahun.
Dari kedua kelompok penelitian didapatkan rerata umur 47,37 ± 13,23 tahun,
dengan median umur 48,5 tahun. Pada kelompok kanker paru lebih banyak yang
berumur >48 tahun (68.8%). Sebaliknya pada kelompok bukan kanker lebih
banyak yang berumur ≤48,5 tahun (68.8%). Dari hasil uji statistik menunjukkan
adanya korelasi signifikan antara umur terhadap kelompok kanker paru dan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sel yang diperoleh pada efusi
etiologi efusi pleura pada penelitian ini lebih banyak ditemukan jenis sel
44
sesuai dengan epidemiologi efusi pleura ganas yang lebih sering muncul dengan
Pada kelompok efusi pleura eksudatif bukan kanker pada penelitian ini lebih
hasil penelitian Sinaga (Medan; 1988) mendapatkan efusi pleura eksudatif karena
TB paru yang paling banyak dijumpai (42%), kemudian efusi pleura ganas (24%),
Efusi pleura masif adalah penumpukan cairan pleura yang mencapai lebih 2/3
yang paling sering ditemukan terjadi karena proses keganasan dan tuberkulosis.47
Efusi pleura masif yang muncul pada kelompok usia >40 tahun lebih dicurigai
sebagai suatu proses keganasan.20 Pada penelitian ini, luas efusi dari kelompok
efusi pleura ganas lebih banyak masif (68.8%) dibandingkan moderat (31.2%).
Sedangkan pada kelompok bukan kanker luas efusi lebih banyak dijumpai
signifikan antara luas efusi tersebut terhadap efusi pleura ganas maupun efusi
cairan efusi yang hemorhagik, namun separuh jumlahnya lagi tercatat berupa
cairan efusi yang non hemorhagik. Sehingga adanya cairan efusi hemorhagik
45
dicurigai sebagai proses keganasan.7,20 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
dimana diperoleh warna cairan efusi pleura ganas lebih banyak yang hemorhagik
pleura eksudatif bukan kanker warna cairan efusi lebih banyak non hemorhagik
perbedaan warna cairan efusi terhadap kelompok efusi pleura ganas dan kelompok
pleura ganas lebih banyak yang berlokasi di paru kiri (62.5%). Hal ini hampir
sama seperti hasil penelitian Sinaga (Medan; 1988) yang menjumpai efusi pleura
ganas lebih banyak berlokasi di kiri paru (58%).25 Sedangkan lokasi efusi pada
kelompok bukan kanker masing-masing sama banyaknya di paru kanan dan kiri
menunjukkan perbedaan yang bermakna, namun hal ini sesuai dengan data
Kadar glukosa <60 mg/dl dapat ditemukan pada sekitar 15-20% efusi pleura
ganas dan biasanya memiliki kadar LDH ≥200 U/L. Sedangkan sepertiga dari
efusi pleura ganas tersebut umumnya memiliki pH cairan pleura <7,3. Rendahnya
kadar glukosa dan rendahnya pH efusi tersebut diduga saling berkaitan dan
dihubungkan dengan batas besar tumor dan fibrosis pleura. Hal tersebut dijelaskan
46
sel-sel pleura yang normal maupun oleh sel ganas untuk membentuk CO2 dan
pleura.1,7,19
Dari hasil yang didapatkan dari penelitian ini, pada kelompok efusi pleura
ganas diperoleh kadar glukosa <60 mg/dl sebanyak 14,28% dengan rerata nilai
glukosa 89,73 ± 29,84 mg/dl, dan sebanyak 10% diantaranya merupakan CEA
positif. Kadar LDH ≥200 U/L sebanyak 93,8% dengan rerata nilai LDH 1039 ±
760,6 U/L, dan sebanyak 90% diantaranya merupakan CEA positif. Konsentrasi
pH<7,3 didapatkan pada sepertiga kelompok efusi pleura ganas (25%) dengan
rerata nilai pH 7,5 ± 0,4 dan sebanyak 10% diantaranya merupakan CEA positif.
Tidak didapatkan adanya korelasi antara perbedaan kadar glukosa, LDH dan pH
dengan kejadian efusi pleura ganas karena kanker paru (p>0,05). Hasil ini sesuai
signifikan antara peningkatan CEA cairan pleura dengan kadar glukosa dan kadar
CEA. Pada penelitian ini menggunakan batas atas nilai normal CEA pada perokok
sebagai nilai cut off CEA cairan pleura yaitu > 5 ng/ml untuk menentukan hasil
32,38-40
CEA positif dalam mendiagnosis suatu efusi pleura ganas. Rerata hasil
CEA pada kelompok efusi pleura ganas kanker paru 799,83 ± 1481,05 ng/ml.
47
2,3 ± 4,2 ng/ml. Tampak bahwa efusi pleura ganas memiliki rerata nilai CEA
cairan pleura yang jauh lebih tinggi daripada efusi pleura bukan kanker. Hal ini
diketahui terjadi karena peran sel-sel ganas yang meningkatkan sintesis CEA.
limfatik akibat sel-sel ganas dan invasi pleura sehingga meningkatkan kadar CEA
Beberapa penelitian sebelumnya pada kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini
juga telah banyak menggunakan nilai cut-off >5 ng/ml. Diantaranya, Paganuzzi
dkk (Italia; 2001) dengan cut-off >5 ng/ml dan menemukan sensitivitas CEA
64% dan spesifisitas 98% pada EPG karena kanker paru.43 Sedangkan Lee dkk
(Korea; 2005) dengan cut-off 5 ng/ml menemukan sensitivitas CEA cairan pleura
Dari penelitian ini, dengan nilai cut-off CEA yang sama > 5 ng/ml diperoleh
hasil uji diagnostik yang tidak jauh berbeda yaitu memperoleh angka sensitivitas
62,5%, spesifisitas 93,8%, nilai prediksi positif 90,9%, nilai prediksi negatif
71,4% dan akurasi 78,125%. Dari data ini diketahui bahwa pemeriksaan CEA
cairan pleura mempunyai nilai spesifisitas dan prediksi positif yang tinggi, serta
nilai akurasi yang tinggi sehingga dapat dijadikan sarana diagnostik pendukung
untuk membedakan efusi pleura karena proses keganasan atau bukan karena
proses keganasan.
48
meningkatnya kadar CEA cairan pleura sugestif untuk suatu proses keganasan
namun kadar CEA cairan pleura juga dapat meningkat pada 9% pleuritis bukan
Demikian halnya pada penelitian ini dijumpai kadar CEA cairan pleura meningkat
pada 6,3% efusi pleura bukan kanker yaitu pada efusi parapneumonia
pleura pada efusi akibat proses infeksi belum sepenuhnya diketahui. Garcia-
menurut Vladutiu dkk, enzim bakteri dapat mengubah petanda protein di cairan,
tetapi kemungkinan hal ini tidak dapat menjelaskan ditemukannya kadar CEA
cairan pleura yang meningkat pada efusi parapneumonia complicated dengan hasil
Hasil CEA positif pada kelompok efusi pleura ganas karena kanker paru
60% skuamous sel karsinoma. Dari hasil uji statistik tidak terdapat adanya
korelasi signifikan dari perbedaan hasil CEA cairan pleura terhadap jenis sel
Pada penelitian ini hasil CEA positif lebih banyak didapatkan pada efusi
pleura ganas yang masif (72,7%) dan bersifat hemorhagik (60%). Meskipun
perbedaan luas efusi dan warna efusi tersebut terhadap peningkatan kadar CEA
49
efusi pleura ganas karena kanker paru dan terhadap kelompok efusi pleura
yang bermakna. Dengan demikian CEA cairan pleura dapat digunakan sebagai
salah satu penunjang diagnostik non-invasif untuk membedakan suatu efusi pleura
ganas karena kanker paru dengan efusi pleura bukan kanker. Tentunya penderita-
50
5.1. Kesimpulan
terhadap kelompok efusi pleura ganas karena kanker paru dan terhadap kelompok
karena kanker paru. Pemeriksaan CEA cairan pleura juga akan membuat
Pada penelitian ini, dengan berdasarkan pada peninggian kadar CEA cairan
pleura diatas nilai normal > 5 ng/ml (sebagai cutt-off) diperoleh angka sensitivitas
62,5%, spesifisitas 93,8%, nilai prediksi positif 90,9%, nilai prediksi negatif
positif dan nilai akurasi yang tinggi sehingga dengan demikian CEA cairan pleura
5.2. Saran
pleura pada efusi pleura ganas karena kanker paru dengan kanker lainnya.
51
pleura dengan petanda tumor lainnya dalam diagnosis efusi pleura ganas
pleura dengan biopsi pleura dalam diagnosis efusi pleura ganas karena
kanker paru.
52
4. Lee JH, Chang JH. Diagnostic utility of serum and pleural fluid
carcinoembryonic antigen, neuron-specific enolase, and cytokeratin 19
fragments in patients with effusions from primary lung cancer. Chest
2005;128:2298-2303.
6. Heffner JE, Klein JS. Recent advances in the diagnosis and management
of malignant pleural effusions. Mayo Clin Proc. 2008;83(2):235-250.
7. Sahn SA. Malignant pleural effusions. In: Fishman AP, Elias JA, Fishman
JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI, editors. Fishman’s pulmonary
diseases and disorders. 4th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc;
2008:1505-1515.
53
13. Antunes G., Neville E., Duffy J., Ali N., Pleural Diseases Group,
Standards of Care Committee, British Thoracic Society. BTS guidelines
for the Management of malignant pleural effusions. Thorax 2003;58.Suppl
2:ii29–38.
16. Romero S, Fernandez C, Arriero JM, et al. CEA, CA 15-3 and CYFRA
21-1 in serum and pleural fluid of patients with pleural effusions. Eur
Respir J 1996;9:17-23.
19. Light RW. Pleural effusions related to metastatic malignancies. In: Pleural
disease. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2007;10:133-161.
20. Pakki TR. Efusi pleura ganas. In: Kosasih A, Susanto AD, Pakki TR, eds.
Diagnosis dan tatalaksana kegawatdaruratan paru dalam praktek sehari-
hari. Jakarta: Sagung Seto; 2008:55-67.
21. Sahn SA. Pleural diseases related to metastatic malignancies. Eur Respir J
1997;10:1907-1913.
22. Syahruddin E, Hudoyo A, Arief N. Efusi pleura ganas pada kanker paru. J
Respir Indo 2009;29(4):196-201.
54
26. Ang P, Tan EH, Leong SS, Koh L, Eng P, Agastan P, et al. Primary
intrathoracic malignant effusion. Chest 2002;120:50-54.
27. Porta R, Crowley J, Goldstraw P. The revised TNM staging system for
lung cancer. Ann Thorac Cardiovasc Surg 2009;15:4-9.
28. Light RW. Anatomy of the pleura. In: Pleural disease. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007:1:1-6.
29. Broaddus VC, Light RW. Disorders of the pleura. In: Mason RJ, Murray
JF, Broaddus VC, Nadel JA. Textbook of respiratory medicine. 3rd ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 2000: 68:1913-1951.
30. Light RW. Clinical manifestations and useful tests. In: Pleural disease. 5th
ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007: 7:75-77.
34. Hansen M, Pedersen AG. Tumor markers in patients with lung cancer.
Chest 1986;89:219S-224S.
35. Vladutiu AO, Brason FW, Adler RH. Differential diagnosis of pleural
effusions – Clinical usefulness of cell marker quantitation. Chest
1981;79:297-301.
55
40. Bunn PA. Tumor markers. In: Cecil textbook of medicine. 19th ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 1992:1034-1037.
41. Wick MR. Pathology: cytology. In: Light RW, Lee YG, eds. Textbook of
pleural diseases. 2nd ed. London: Hodder & Stoughton Ltd; 2008:23:301-
304.
44. Light RW. Thoracentesis (diagnostic and therapeutic) and pleural biopsy.
In: Pleural disease. 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2007:28:376-392.
45. Abbott AxSYM system. Tumor markers CEA. Japan: Abbott Laboratories
2004.
46. Bales CE. Laboratory techniques. In: Koss LG, Melamed MR, eds. Koss’
diagnostic cytology and its histopathologic bases. 5th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006:44:1570-1634.
47. Sugito, Soeroso LS, Parhusip RS, Amir Z, Rusyda. Efusi pleura masif.
Edisi Khusus No.80. Cermin Dunia Kedokteran; 1992:95-97.
56
Bapak/Ibu/Saudara/I Yth,
Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran
Respirasi Fakultas Kedokteran USU di RS H.Adam Malik Medan,
Bapak/Ibu/Saudara/I Yth.
Manfaat penelitian ini adalah supaya pemeriksaan CEA cairan pleura dapat dijadikan salah
satu sarana penunjang diagnostik yang non-invasif, sehingga diharapkan akan semakin
banyak kasus efusi pleura ganas dapat dideteksi tanpa harus menjalani prosedur
pemeriksaan yang menggunakan tindakan invasif yang sering menemui kendala untuk
dilakukan pada pasien.
Caranya adalah dilakukan penelitian uji diagnostik terhadap cairan efusi pleura dari pasien
efusi pleura karena kanker paru dan pasien efusi pleura bukan kanker. Bahan pemeriksaan
berupa 30 cc cairan pleura yang diambil melalui tindakan penyedotan sederhana (simpel
aspirasi). Selanjutnya bahan cairan pleura tersebut diperiksakan ke laboratorium untuk
mengetahui berapa nilai konsentrasi CEA-nya.
Bapak/Ibu/Saudara/I Yth.
Untuk lebih jelasnya, pada saat turut serta sebagai sukarelawan pada penelitian ini.
Bapak/Ibu/Saudara/I yang menjadi sukarelawan akan menjalani prosedur penelitian
sebagai berikut:
1. Pasien dalam posisi duduk, dengan bahu tegak dan lengan diangkat ke atas
ataupun diletakkan diatas bantal.
2. Diberikan suntikan atropin sulfas 0,5-1 mg di bawah kulit lengan, minimal 5
menit sebelum tindakan penyedotan cairan pleura dilakukan agar pasien merasa
lebih nyaman.
3. Menandai lokasi dinding dada pasien yang akan dievakuasi berdasarkan
pemeriksaan fisik diagnostik dan foto toraks. Kemudian mensterilisasi daerah
lokasi dinding dada tersebut dengan betadin (povidone-iodine) cair dan alkohol
70%, kemudian dibatasi oleh kain steril.
4. Disuntikkan anestesi (bius) lokal lidocain HCL 40 mg dengan jarum suntik
ukuran 30 cc, dan sesudahnya melalui jarum suntik tersebut langsung dilakukan
penyedotan cairan pleura. Tindakan tersebut diulangi hingga terkumpul cairan
pleura sebanyak 30 cc dan kemudian terbagi dalam 3 wadah spuit steril berbeda.
Pada lazimnya, penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi
Bapak/Ibu/Saudara/I sekalian. Namun bila terjadi hal yang tidak diinginkan selama
penelitian berlangsung, yang disebabkan oleh perlakuan yang dilakukan pada penelitian
Sebelum dan sesudahnya saya sebagai peneliti mengucapkan banyak terimakasih atas
kesediaannya menjadi sukarelawan pada penelitian ini.
Peneliti
PERSETUJUAN
Untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa CEA (karsinoembrionik
antigen) terhadap cairan pleura yang diperoleh.
Terhadap diri saya sendiri */Istri /Suami /Anak /Ayah /Ibu saya, dengan
Nama : ....................................................................................
Umur / Kelamin : ....................tahun ; Laki-laki / Perempuan
Alamat : ....................................................................................
yang tujuan, sifat, dan perlunya pemeriksaan laboratorium tersebut di atas, serta
resiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter peneliti
secara lengkap dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan.
STATUS PEMERIKSAAN :
Fisik Diagnostik :
Kepala : ...............................................................................................
Leher : ...............................................................................................
Kesan : ...........................
Agama : Islam
PENDIDIKAN :
KEANGGOTAAN :
2. Anggota muda Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) sejak tahun 2006
s/d sekarang
2008.
Umur Jenis sel kanker / Warna CEA Glukosa Protein LDH Lokasi Luas
No ID L/P pH
(tahun) Diagnosa cairan (ng/ml) (mg/dl) (g/dl) (U/L) efusi efusi
1 SG P 49 Skuamous sel karsinoma serous > 5000 89 5,3 856 8 Kiri Masif
2 MS L 57 Skuamous sel karsinoma serous 18,9 110 3,9 782 8 Kanan Moderat
3 LS P 41 Skuamous sel karsinoma serous 35,2 111 4,6 286 8 Kiri Masif
4 CG L 57 Skuamous sel karsinoma hemorhagik 22,9 63 3,4 903 7,5 Kiri Masif
5 NS P 55 Adenokarsinoma hemorhagik 1666 38 5,8 1940 7,5 Kanan Moderat
6 MH L 57 Skuamous sel karsinoma hemorhagik 2080 85 4,5 286 8 Kiri Masif
7 MR P 41 Adenokarsinoma serous 3290 146,2 4,82 1463 7,5 Kiri Masif
8 AW L 53 Skuamous sel karsinoma hemorhagik 2,3 99 5 2242 7 Kanan Moderat
9 AY P 43 Adenokarsinoma serous 3,4 99 4,1 1853 7,5 Kiri Moderat
10 LG L 57 Adenokarsinoma hemorhagik 369,7 70 5,2 2055 7,5 Kiri Masif
11 EA L 63 Adenokarsinoma serous 1,1 57 3,55 585 7 Kanan Moderat
12 NT P 65 Adenokarsinoma hemorhagik 268,9 68 4,19 476 7,5 Kiri Masif
13 MW L 42 Adenokarsinoma hemorhagik 1,7 104 3,81 2030 8 Kanan Masif
14 AM L 61 Adenokarsinoma hemorhagik 2,7 69 3,52 528 7 Kiri Masif
15 UH L 61 Skuamous sel karsinoma hemorhagik 33,6 84 3,3 178,8 7 Kanan Masif
16 TL P 47 Adenokarsinoma hemorhagik 0,9 144 6,3 262 8 Kiri Masif