Anda di halaman 1dari 52

Bidang Ilmu: Ilmu Pendidikan Kedokteran

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN MUDA

HUBUNGAN POLA HAID DAN STATUS GIZI TERHADAP


KADAR HEMOGLOBIN PADA SISWI
SMA MAKASSAR

Disusun oleh:
dr. Sri Wahyuni Gayatri 0921018407
dr. Mona Nulanda,Sp.OG,M.Kes 0918108101

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
JANUARI
2018

1

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
1. Judul Penelitian HUBUNGAN POLA HAID DAN STATUS GIZI
TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA SISWI
SMA MAKASSAR
2. Bidang Ilmu : Kedokteran
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : dr. Sri Wahyuni Gayatri
b. Jenis Kelamin : Wanita
c. NIPS/NIDN : 0921018407
d. Bidang Keahlian : Medical Education
e. Pangkat/Golongan: :Non Jabatan fungsional
f. Jabatan : Dosen Biokimia FK UMI
g. Fakultas/Jurusan : Kedokteran
h. Alamat : Jl. Urip Sumoharjo KM. 5
i. Telpon/Faks/E-mail : 0411-443280
j. Alamat Rumah : Jl. Sunu Kompleks Unhas Blok GX/12 Makassar
k. Telpon/Faks/Email : 085399558001
4. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang
a. Nama Anggota I : dr.Mona Nulanda
b. Nama Anggota II :
5. Mahasiswa : Abdul Rahman
6. Lokasi Penelitian : Fakultas Kedokteran UMI
7. Waktu Penelitian : 2-3 bulan
8. Jumlah Biaya Peelitian Yang Diterima : Rp. 8.770.000

Makassar, 02 Mei 2017


Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran UMI Ketua Peneliti,

Prof.dr.SYARIFUDDIN WAHID, Ph.D,Sp.PA(K),Sp.F dr. Sri Wahyuni Gayatri


NIP: 1944 0724 1973 08001 NIPs: 111 10 1022

Menyetujui,
Ketua LP2S

Prof. Dr. H. Hambali Thalib, SH. MH


NIP 195503131981111001

2

DAFTAR ISI
Lembar pengesahan............................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................................. 2
Ringkasan ............................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3. Tujuan ............................................................................................. 5
1.4. Hipotesis.......................................................................................... 3
1.5. Manfaat ........................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
2.1. Fisiologi Haid .................................................................................. 5
2.2. Pola Haid ......................................................................................... 7
2.3. Status Gizi ....................................................................................... 8
2.4. Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Siklus Haid ........................... 13
2.5. Kerangka Teori ............................................................................... 15
2.6. Kerangka Konsep ............................................................................ 16
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 17
3.1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 17
3.2. Lokasi Penelitian .............................................................................. 17
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................ 17
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 18
3.5. Definisi Operasional ........................................................................ 18
3.6 Teknik Analisis .............................................................................. ..20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………31
BAB IV. JADWAL PENELITIAN……………………………………………33
Tinjauan Pustaka………………………………………………………………34
Justifikasi Harga……………………………………………………………….36
Susunan Organisasi Penelitian…………………………………………………38

3

RINGKASAN

Haid merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai
pelepasan (deskuamasi) dinding endometrium. Banyaknya darah yang dikeluarkan saat
haid adalah rata-rata 15-60 ml dan berlangsung selama 3-5 hari. Siklus haid normal rata-
rata 28 hari dan diatur oleh hipothalamus, hipofisis, dan ovarium. Remaja beresiko tinggi
menderita anemia, khususnya anemia defisiensi besi karena remaja setiap bulannya
mengalami siklus haid (menstruasi).
Keadaan anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik
maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang
menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Prevalensi anemia di
Indonesia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 pada wanita tidak
hamil/produktif adalah 33,1%. Sedangkan menurut Herman (2006) dalam Dyah (2011)
prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri. Menurut
penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut World Health Organization (WHO,1997)
untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12 gr/dl. Menurut Sutaryo (2005) dalam
Djariyanto (2008) akibat dari anemia meliputi pertumbuhan anak akan terhambat,
pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan
menurun, prestasi berkurang dan terjadi perubahan perilaku.
Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat
pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh
untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh. Diukur
menggunakan metode antropometri berupa IMT (Indeks Massa Tubuh).
Tujuan Umum: Mengetahui hubungan antara pola haid dan status gizi terhadap kadar
hemoglobin pada siswi SMA Makassar,
Metode Penelitian: Menggunakan analitik observasional dengan pendekatan studi cross
sectional.
Rencana Output: Jurnal dan pegangan buku ajar mahasiswa
Hasil Penelitian: Sebagian besar sampel penelitian memiliki siklus haid normal (62,2%),
Sebagian besar sampel penelitian memiliki kadar HB normal (66,7%), sebagian besar
sampel memiliki status gizi normal. Chi-square dan independent t-test P value=0,000 <
α=0,05, terdapat hubungan yang signifikan, Besar kekuatan hubungan menurut odd ratio
OR=20 (IK95%=4-98), dan menurut korelasi pearson r=0,899 (p=0,000), korelasi kuat

4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik

maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta

orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Prevalensi

anemia di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2006

pada wanita tidak hamil/produktif adalah 33,1%. Sedangkan menurut Herman

(2006) dalam Dyah (2011) prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita

oleh remaja putri. Menurut penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut World

Health Organization (WHO,1997) untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12

gr/dl. Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia

meliputi pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga

otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi

perubahan perilaku. Saat ini anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di

Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak

sekolah khususnya remaja. Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai

penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi

fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer

(penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukan oleh

penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count).

Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit.

Penyebabnya adalah jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang

dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor dapat mempengaruhi terjadinya anemia

5

defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia

defisiensi besi, pengetahuan tentang zat-zat yang memicu dan menghambat

absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik,

aspirin, sulfonamide, obat malaria, kebiasaan merokok, kehilangan darah keluar

tubuh (pendarahan), luka bakar, diare, dan gangguan fungsi ginjal.1,2

Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin

yaitu sebagai alat transport oksigen. Besi merupakan trace element vital yang

sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, mioglobin dan

berbagai enzim. Besi di alam terdapat dalam jumlah yang begitu berlimpah. Dilihat

dari segi evolusi alat penyerapan besi di usus, maka sejak awal manusia

dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi

kemudian pola makan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari sumber

nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama,

sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi. Dampak lain anemia defisiensi besi

adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat,

menurunnya sistem imunitas tubuh, morbiditas, dll.1,2

Remaja beresiko tinggi menderita anemia, khususnya anemia defisiensi besi.

Remaja putri beresiko lebih tinggi daripada remaja putra oleh karena remaja setiap

bulannya mengalami siklus haid (menstruasi). Haid merupakan perdarahan secara

periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) dinding

endometrium. Banyaknya darah yang dikeluarkan saat haid adalah rata-rata 15-60

ml dan berlangsung selama 3-5 hari. Siklus haid normal rata-rata 28 hari dan diatur

oleh hipothalamus, hipofisis, dan ovarium. Selain itu remaja khususnya mahasiswa

memiliki kesibukan yang tinggi baik dalam aktivitas perkuliahan maupun

organisasi yang nanti akan mempengaruhi pola makan sehingga tidak teratur.

6

Selain itu seringnya kebiasaan mahasiswa dalam mengonsumsi minuman yang

dapat menghambat absorpsi zat besi sehingga nantinya akan mempengaruhi kadar

hemoglobin seseorang.1,2

Penelitian yang dilakukan oleh Abidin pada mahasiswi FK USU-ACMS

Angkatan 2007 dan FK UKM-ACMS Angkatan 2009 tahun 2010 menyatakan

bahwa rata-rata kadar hemoglobin pada saat menstruasi yaitu hari ke-2 siklus

adalah 11.36g/dl dan pada saat tidak menstruasi yaitu hari ke-16 siklus adalah

11.91g/dl. Ini menunjukkan bahwa menstruasi mempengaruhi kadar hemoglobin

seseorang.1,2

Dengan mempertimbangkan alasan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian pada remaja berupa sampel siswi dengan mengambil judul

“Hubungan antara Pola Haid dan Status Gizi terhadap Kadar Hemoglobin Siswi

SMA Makassar”.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian yaitu apakah ada pengaruh antara pola haid dan status gizi

terhadap kadar hemoglobin pada siswi SMA Makassar.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

pola haid dan status gizi terhadap kadar hemoglobin pada siswi SMA Makassar.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pola haid siswi SMA Makassar.

7

2. Mengetahui kadar hemoglobin siswi SMA Makassar.

3. Mengetahui status gizi siswi SMA Makassar.

4. Mengetahui hubungan antara pola haid dan status gizi terhadap kadar

hemoglobin pada siswi SMA Makassar.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Bidang Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian

lebih lanjut tentang hubungan antara pola haid dan status gizi terhadap kadar

hemoglobin.

1.4.2. Bidang Pendidikan

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis

dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan

metode baik dan benar.

1.4.3. Bidang Pelayanan Kesehatan

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar

bagi masyarakat tentang hubungan antara pola haid dan status gizi terhadap kadar

hemoglobin.

1.5.TARGET LUARAN (OUTPUT)

1.5.1. Pegangan Bahan Ajar


1.5.2. Jurnal

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. MENSTRUASI

2.1.1. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus

disertai pelepasan (deskuamasi) dari endometrium. Panjang siklus menstruasi yang

normal dan dianggap sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari. Menstruasi

merupakan suatu siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui

vagina dari uterus yang tidak hamil dibawah kendali hormon dan berulang secara

normal, biasanya interval sekitar 4 minggu, tanpa adanya kehamilan selama

periode reproduktif (pubertas sampai menopause) pada wanita.4

2.1.2. Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi merupakan periode menstruasi dihitung berdasarkan

jumlah hari tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai mulainya menstruasi

berikutnya. Siklus menstruasi dibagi menjadi 4 yaitu polimenorea apabila panjang

siklus < 21 hari, normal apabila panjang siklus antara 21 sampai 35 hari,

oligomenorea apabila panjang siklus antara 36 sampai 90 hari dan amenorea

apabila panjang siklus > 90 hari atau 3 bulan. 4

Siklus menstruasi merupakan rangakaian peristiwa yang secara kompleks

saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan diendometrium, kelenjar

hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus menstruasi mempersiapkan uterus

untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, maka terjadi menstruasi. Usia

wanita, status fisik dan emosi wanita, serta lingkungan mempengaruhi pengaturan

siklus menstruasi. 4

9

Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang

lalu dan mulainya menstruasi berikutnya. Jam mulainya menstruasi tidak

diperhitungkan dan tepatnya waktu keluarnya menstruasi dari ostium uteri

eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan

kurang lebih1 hari. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

siklus menstruasi yang klasik yaitu 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan

siklus antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. 4

Panjang siklus menstruasi seseorang wanita sangat dipengaruhi oleh

usianya,seperti :

1. wanita yang berusia 12-18 tahun rata-rata berkisar 25 hari.

2. Wanita yang berusia 19-40 tahun rata-rata berkisar 24-32 hari.

3. Wanita yang berusia 41-54 tahun rata-rata berkisar 27 hari.

4. Wanita yang berusia 55 tahun rata-rata berkisar 51 hari.

5. Wanita yang mengalami proses ovulasi kira-kira 97 % panjang siklus

menstruasi berkisar antara 18-42 hari .

2.1.3. Mekanisme Mentruasi

Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan

perubahan endometrium. Pusat pengendalian hormon reproduksi adalah

hipotalamus. Hormon pada hipotalamus, gonadotropin realizing hormone (GnRH)

yaitu follicle stimulating hormone (FSHRH) dan luteinizing hormone stimulating

hormone (LHRH). Kedua hormon ini akan merangsang hipofisis anterior untuk

mensekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).

Kedua hormon ini menyebabkan produksi estrogen dan progesteron yang terjadi

selama siklus ovarium menyebabkan perubahan yang mencolok pada uterus, inilah

yang mengakibatkan terjadinya siklus menstruasi.4,5

10

2.1.4. Fisiologi Menstruasi

Menstruasi normalnya terjadi setiap 21-35 hari (28 hari merupakan siklus

yang khas) dan berlangsung selama 2-7 hari. Selama menstruasi, sekitar 50 %

merupakan darah, sisanya terdiri dari fragmen jaringan endometrium dan lendir.

Endometrium disekresikan secara kimia untuk mencegah pembekuan darah dan

memudahkan aliran darah dari serviks ke dalam saluran vagina. Darah yang hilang

saat menstruasi sekitar 35-45 ml, hilangnya 20-60 ml masih diterima, namun

kerugian yang melebihi 80 ml dapat menyebabkan anemia yang akan

membutuhkan pengobatan.5

1. Siklus ovarium

a) Fase Folikuler

Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya

endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial

dalam ovarium. Satu folikel berkembang menjadi folikel deGraf. Folikel

terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang mengelilinginya.

Lapisan dalam yaitu sel granulose mensintesis progesteron selama paruh

pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada sintesis

estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Kadar estrogen

yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH dari hypothalamus.5

b) Fase Luteal

Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH.

Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari follicle

de Graff, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah

dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium.

11

Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron

yang makin lama semakin meningkat.5

2. Siklus Endometrium

Siklus menstruasi endometrium terdiri dari 4 fase, yaitu:

a) Fase Menstruasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai

perdarahan. Hanya stratum basal yang tinggal utuh. Darah mentruasi

mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam

hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami

desintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar

vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.5

b) Fase Proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang

berlangsung sejak hari kelima hingga ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24

hari, hari ke-14 siklus 28 hari atau hari ke-18 siklus 32 hari.5

c) Fase Sekresi

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih

banyak progesteron sehingga terlihat endometrium yang edematosa,

vaskular, dan fungsional. Pada akhir sekresi, endometrium sekretorius yang

matang dengan sempurna mencapai kekebalan seperti beludru yang tebal dan

halus. Endometrium menjadi kaya darah dan sekresi kelenjar, tempat yang

sesuai untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang dibuahi.5

d) Fase Iskemi

12

Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7-10 hari setelah

ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan atau implantasi korpus luteum

(badan kuning yang mensekresi estrogen dan progesteron) menyusut. Seiring

penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi

spasme sehingga lapisan endometrium nekrosis.5

2.1.5. Gangguan Menstruasi

Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi

dapat digolongkan sebagai berikut:5

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada menstruasi:

a.) Hipermenore atau menoragia

b.) Hipomenore

2. Kelainan siklus:

a.) Polimenore

b.) Oligomenore

c.) Amenore

3. Perdarahan diluar menstruasi, metroragia

4. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi:

a.) Premenstruasi tension ( ketegangan pra menstruasi)

b.) Mastodina

c.) Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)

d.) Dismenore

2.2. HEMOGLOBIN

Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari 4 kandungan heme (besi) dan 4

rantai globin (alfa,beta, gama dan delta). Terdapat 141 molekul asam amino pada

13

rantai alfa dan 146 molekul asam amino pada rantai beta, gama dan delta.

Hemoglobin mengandung 0,338 % besi, dan tiap-tiap molekul heme mempunyai

satu atom besi dengan berat molekul kira-kira 16.750 KD (kilo Dalton).5,6

Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit. Hemoglobin adalah suatu

protein yang banyak mengandung besi dan berperan penting dalam membawa

oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Kualitas darah dan warna merah darah

ditentukan oleh kadar hemoglobin. Apabila jumlah hemoglobin dalam eritrosit

rendah, maka kemampuan eritrosit membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh

juga akan menurun dan tubuh menjadi kekurangan oksigen. Hal ini akan

menyebabkan terjadinya anemia.5,6

2.2.1. Definisi Anemia

Menurut Rchmawati (2007), anemia ditandai dengan rendahnya kadar

hemoglobin dalam darah. anemia sering dianggap penyakit biasa. Ketika

mengalami gejala kurang darah seperti letih, lesu, pucat, dan berkeringat dingin,

banyak orang mengabaikannya. Padahal, jika tidak segera diatasi kondisi ini bisa

menimbulkan dampak lebih serius terhadap kualitas SDM.6

Menurut Bakta (2009), anemia secara fungsional sebagai penurunan

jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa

oksigen dalam jumlah yang cukup kejaringan perifer. Ssedangkan menurut

Smeltzer (2002), anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendahnya hitung

sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrin dibawah normal.6

2.2.2. Kriteria Anemia

Parameter yang umum digunakan untuk menunjukkan penurunan massa

eritrosit adalah kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Penentuan harga

14

normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologik tergantung pada umur, jenis

kelamin, adanya kehamilan dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu perlu

ditentukan titik pemilah yang menunjukkan dibawah kadar berapa kita dianggap

terdapat anemia. 6,7

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada

umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut: Hb < 10 gr/dl,

hematokrit < 30 %, eritrosit < 2,8 juta/mm. 6

2.2.3. Etiologi

Menurut Bakta (2009) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh

rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat

perdarahan menahun.

1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:

a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, NSAID, kanker lambung, kanker

kolon, divertikulosa hemoroid dan infeksi cacing tambang.

b. Saluran genitalia perempuan: menoragia atau metroragia

c. Saluran kemih: hematuria

d. Saluran napas: hemoptoe

2. Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas

besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah

daging).

3. Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa

pertumbuhan dan kehamilan.

4. Gangguan absorpsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau colitis kronik.

15

2.2.4. Gambaran Umum

Gambaran umum secara klinis seperti badan lemah, lesu, cepat lelah, mata

berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena

penurunan kadar hemoglobin yang terjadi secara perlahan-lahan sering kali

sindrom anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan anemia lain yang penurunan

kadar hemoglobinnya terjadi lebih cepat, oleh karena mekanisme kompensasi

tubuh dapat berjalan dengan baik. Pada pemeriksaan fisis dijumpai pasien yang

pucat terutama pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku.7

2.2.5. Gambaran Khusus

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak ditemukan

pada anemia jenis lain yaitu: 7

1) Koilonychia: kuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan

menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.

2) Atropi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil

lidah menghilang.

3) Stomatitis angularis: adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak

seperti bercak berwarna pucat keputihan.

4) Disfagia: nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofarin.

5) Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.

6) Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti tanah liat, es,

lem, dan lain-lain.

16

2.3. STATUS GIZI

2.3.1. PENGERTIAN STATUS GIZI

• Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh:
Gondok merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan
pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa. IDN, 2002: 18).
• Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang
individu dalam suatu variabel (Hadi, 2002).
• Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan
antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Gibson, 1990).

2.3.2. FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI


STATUS GIZI

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang adalah


lingkungan fisik, biologis, budaya, sosial, ekonomi, dan politik (Achmadi, 2009).
1 Kondisi fisik yang dapat mempengaruhi terhadap status pangan dan gizi suatu
daerah adalah cuaca, iklim, kondisi tanah, sistem bercocok tanam, dan
kesehatan lingkungan.
2 Faktor lingkungan biologi misalnya adanya rekayasa genetika terhadap tanaman
dan produk pangan. Kondisi ini berpengaruh terhadap pangan dan gizi.
Selain itu adanya interaksi sinergis antara malnutrisi dengan penyakit
infeksi yaitu infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat
malnutrisi.
3 Lingkungan ekonomi. Kondisi ekonomi seseorang sangat menentukan dalam
penyediaan pangan dan kualitas gizi. Apabila tingkat perekonomian
seseorang baik maka status gizinya akan baik. Golongan ekonomi yang
rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibandingkan golongan
menengah ke atas.
4 Faktor lingkungan budaya. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak
terdapat pantangan, takhayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan
konsumsi makanan menjadi rendah. Di samping itu jarak kelahiran anak
yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga.
5 Lingkungan sosial. Kondisi lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi ekonomi
di suatu daerah dan menentukan pola konsumsi pangan dan gizi yang
dilakukan oleh masyarakat. Misalnya kondisi sosial di pedesaan dan
perkotaan yang memiliki pola konsumsi pangan dan gizi yang berbeda.
Selain status gizi juga dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, ketegangan
dan tekanan sosial dalam masyarakat.
6 Lingkungan politik. Ideologi politik suatu negara akan mempengaruhi kebijakan

17

dalam hal produksi, distribusi, dan ketersediaan pangan

2.3.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBANTU TERCAPAINYA


STATUS GIZI YANG BAIK

Ada beberapa faktor yang membantu tercapainya status gizi yang baik, antara lain
(Barasi, M.E, 2007: 90) :
1. Aktivitas fisik
• Aspek ini mempertahankan kebutuhan energi dan nafsu makan, menjamin
asupan makanan yang adekuat, serta mempertahankan massa otot, yang
menunjang hidup mandiri dan kemampuan menyediakan makanannya
sendiri.
2. Interaksi sosial
• Hal ini mendorong orang untuk makan dan mempertahankan minat mereka
terhadap makanan.
3. Pemilihan makanan
• Pemilihan makanan dari berbagai macam jenis, yang mencakup semua
kelompok makanan dalam jumlah yang sesuai.

METODE PENILAIAN STATUS GIZI

Penilaian status gizi ada 2 macam, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan
penilaian status gizi secara tidak langsung ( Supariasa. IDN, 2002: 18).
I.Penilaian Status Gizi secara Langsung
• Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian,
yaitu:

A. Antropometri

1. Pengertian
• Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.
2. Penggunaan
• Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.
3. Indeks Antropometri
• Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

18

• Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang
labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat
ini (Current Nutrirional Status).
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
• Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur.
c. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
• Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
• Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks
BB/U maupun BB/TB.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
• IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada
bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT
tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti
adanya edema, asites dan hepatomegali.

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Berat Badan (kg)


IMT = Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)

Atau
Barat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m).
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan.
Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-
23,8.

Batas ambang IMT untuk Indonesia, adalah sebagai berikut:


1 IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2 IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan Kekurangan Berat
Badan tingkat ringan atau KEK ringan.

19

3 IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4 IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat ringan.
5 IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat.

f. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur


• Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit
dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas,
lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada, perut, paha, tempurung
lutut, dan pertengahan tungkai bawah.

g. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul


• Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk melihat perubahan
metabolisme yang memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit
yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
• Dari berbagai jenis indeks tersebut di atas, untuk menginterpretasikannya
dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara
yaitu: persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit.
1). Persen terhadap Median
• Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi, median
sama dengan persentil 50. Nilai median dinyatakan sama dengan 100%
(untuk standar). Setelah itu dihitung persentase terhadap nilai median untuk
mendapatkan ambang batas.

Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Depkes RI Tahun 1999

Kategori Cut of point*)


Gizi Lebih >120% Gizi Baik 80% - 120%
Gizi Sedang 70% - 79,9% Gizi Kurang 60% - 69,9%
Gizi Buruk <60%
Persen dinyatakan terhadap Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
*) Laki-laki dan perempuan sama
Sumber: supariasa. IDN, 2002: 76

2). Persentil
• Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah
persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari jumlah
populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS
merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan kurang,
serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
3). Standar Deviasi Unit (SDU)

20

• Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan
cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

B. Klinis

1. Pengertian
• Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2. Penggunaan
• Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan
fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

C. Biokimia

1. Pengertian
• Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh,
antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot.
2. Penggunaan
• Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
D.Biofisik

1. Pengertian
• Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
2. Penggunaan
• Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
endemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG

• Dapat dibagi menjadi 3, yaitu:


A. Survei Konsumsi Makanan

21

1. Pengertian
• Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2. Penggunaan
• Dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi

B.Statistik Vital

1. Pengertian
• Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
2. Penggunaan
• Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.

C.Faktor Ekologi

1. Pengertian
• Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor
fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan
lain-lain.
2. Penggunaan
• Untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.

FAKTOR PEMILIHAN METODE PENILAIAN STATUS GIZI

• Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan menggunakan


metode adalah sebagai berikut (Supariasa. IDN, 2002: 22):
1). Tujuan
• Tujuan pengukuran sangat perlu diperhatikan dalam memilih metode, seperti
tujuan ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah
antropometri. Apabila ingin melihat status vitamin dan mineral dalam
tubuh sebaiknya menggunakan metode biokimia.
2). Unit Sampel yang Akan Diukur
• Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengaruhi penggunaan
metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi
individual, rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi.
3). Jenis Informasi yang Dibutuhkan
• Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis

22

informasi yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan,
berat dan tinggi badan, tingkatan hemoglobin dan situasi sosial ekonomi.
Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan , maka metode
yang digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin
mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah
biokimia. Jika ingin membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti
berat badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan metode
antropometri. Begitu pula apabila membutuhkan informasi tentang situasi
sosial ekonomi sebaiknya menggunakan pengukuran faktor ekologi.
4). Tingkat Realiabilitas dan Akurasi yang Dibutuhkan
• Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan
akurasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam
menilai tingkatan pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subjektif
sekali. Penilaian ini membutuhkan tenaga medis dan paramedis yang
sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini.
Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan
akurasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan
sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan
biokimia sangat dianjurkan.
5). Tersedianya Fasilitas dan Peralatan
• Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status
gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat
sulit diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan
dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif lebih mudah didapat
dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.
6). Tenaga
• Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi
penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan
dalam pengumpulan dara status gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli
kimia, dan tenaga lain. Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan
tenaga ahli kimia atau analisis kimia, karena menyangkut berbagai jenis
bahan dan reaksi kimia yang harus dikuasai. Berbeda dengan penilaian
status gizi secara antropometri, tidak memerlukan tenags ahli, tetapi tenaga
tersebut cukup dilatih beberapa hari saja sudah dapat menjalankan
tugasnya.
7). Waktu
• Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempengaruhi metode
yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan, dan
tahunan. Apabila kita ingin menilai status gizi disuatu masyarakat dan
waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan
metode antropometri.
8). Dana
• Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk
menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal

23

dibanding dengan metode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.

24

2.4. Kerangka Teori

Mekanisme

Siklus Fisiologi

Defenisi Gangguan

Menstruasi

Kadar HB

Status Gizi

Defenisi Kriteria

Gambaran Gambaran
khusus umum

Etiologi

Sumber: Magfirani. 2010. Pengaruh Pola Haid dan status gizi terhadap
Hemoglobin. Medan

25

2.5 Kerangka Konsep

Polimenore

Normal
Siklus haid
Oligomenore

Amenore
Kadar
Menoragia Hemoglobin

Lama
Normal Menstruasi

Brakimenore

kurus Status Gizi

Normal

Overweight

obesitas

Keterangan:
Garis merah: Fokus penelitian

• : Variabel independen
• : Variabel dependen

26

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

analitik deskriptif dengan melihat pengaruh siklus haid terhadap kadar

hemoglobin. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional,

dimana pengambilan data dilakukan satu kali saja.8

Adapun alasan menggunakan studi cross-sectional ini adalah karena

desain ini merupakan metode penelitian observasinal yang sederhana, hasil bisa

diperoleh dengan cepat, dan biaya yang diperlukan sedikit.8

3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Lokasi penelitian yang dipilih yaitu di SMA Negeri 2 Makassar.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2017.

3.3. POPULASI PENELITIAN

Yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian adalah sekelompok

subyek dengan karakteristik tertentu yang menjadi objek penelitian. Populasi dapat

dibagi menjadi 2 yakni: 8

1. Populasi Terget

Populasi target adalah populasi tempat hasil penelitian diharapkan akan

diterapkan yang dibatasi oleh karakteristik klinis dan demografis. Beberapa

ahli menyebutnya sebagai ranah (domain). Adapun populasi target dalam

penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 2 Makassar.8

2. Populasi Terjangkau

Karena jumlah populasi target yang sangat besar, dan tidak mungkin

melakukan penelitian secara keseluruhan, maka populasi target tersebut

27

dapat kita batasi dengan kriteria tempat dan waktu, sehingga kita dapat

menjangkau populasi target tersebut. Inilah yang disebut dengan populasi

terjangkau. Adapun populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswi

SMA Negeri 2 Makassar kelas XI program IPA. 8

3.4. SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Jumlah sampel didapat melalui survei awal terhadap jumlah siswi SMA

Negeri 2 Makassar kelas XI program IPA. Kemudian jumlah sampel minimal akan

dihitung dengan menggunakan rumus:

N. Z2 1 − α/2 p . (1 − p)
𝑛=
(N − 1) d2 + Z2 1 − α/2 p. (1 − p)

Keterangan :

n : Besar sampel minimum

Z1-α/2 : Nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu

P : Harga proporsi di populasi

d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

N : Jumlah populasi

127 (1,645)! . 0,5 (1 − 0,5)


𝑛=
126 (0,1)! + (1,645)! . 0,5 (1 − 0,5)

85,916295
𝑛=
1,9365063

𝑛 = 44,3

28

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel minimal sebanyak

44,3 atau 45 orang mahasiswi karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan

biaya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

consecutive sampling. Menurut Saryono (2009), responden diambil dari semua

subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah subjek yang

diperlukan terpenuhi. Menurut Sastroasmoro (2002), consecutive sampling

merupakan jenis non-probability sampling yang baik dan seringkali merupakan

cara termudah. Sebagian penelitian klinis (termasuk uji klinis) menggunakan

teknik ini untuk pemilihan subjeknya.8

Sampel penelitian ini mempunyai kriteria inklusi dan ekslusi:

1. Kriteria inklusi

a) Merupakan siswi SMA Negeri 2 Makassar kelas XI program IPA

b) Mempunyai siklus haid normal atau tidak normal.

c) Berusia antara 15-18 tahun.

d) Sehat dan bebas dari penyakit medis lain, seperti tukak peptik, kolitis kronik,

divertikulitis, hemoroid, infeksi cacing tambang, gastrektomi, penyakit

keganasan, dan penyakit ginjal kronis

e) Telah menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti penelitian.

2. Kriteria ekslusi

a) Mahasiswi yang tidak mengetahui siklus haidnya

b) Mengonsumsi suplemen zat besi

c) Pemakaian obat-obatan, seperti salisilat (aspirin) atau NSAID, pil KB, atau

alat kontrasepsi.

d) Mengalami perdarahan dan menjalani operasi dalam 3 bulan ini.

29

e) Menolak ikut serta dalam penelitian.

f) Responden yang tidak kooperatif

3.5. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu siklus haid

(variabel independen) dan kadar hemoglobin (variabel dependen).

1. Pola Haid

Siklus haid merupakan jarak antara hari pertama haid sampai hari

pertama haid berikutnya. Data ini akan didapatkan melalui pembagian

lembar kuisoner kepada subyek penelitian. Kepada subyek penelitian akan

ditanyakan berapa hari siklus haid terakhirnya, sehingga akan didapatkan

data numerik. Selanjutnya data numerik tersebut akan dikelompokan menjadi

data kategorik dengan kriteria sebagai berikut:

a. siklus haid 21-35 hari (normal),

b. siklus haid < 21 hari (polimenore).

c. Siklus haid diatas 35 hari (oligomenore) normal.

2. Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin merupakan bacaan yang tertera pada hasil pemeriksaan

hemoglobinometer. Alat ukur yang digunakan adalah hemoglobinometer

Nesco All New MultiCheck R. Dengan alat ukur tersebut akan didapatkan data

numerik dengan satuan gram per desiliter yang menyatakan kadar

hemoglobin sampel. Data tersebut juga dikelompokan sebagai kadar

hemoglobin normal (> 12 g/dl) dan kadar hemoglobin rendah (< 12 g/dl).

3. Status Gizi

Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat

pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan

30

oleh tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi

organ tubuh. Diukur menggunakan metode antropometri.

a. IMT (Indeks Massa Tubuh)

1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.

2. IMT 17,0-18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan


Kekurangan Berat Badan tingkat ringan atau KEK ringan.
3. IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan
kelebihan berat badan tingkat ringan.
IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan
berat badan tingkat berat (obesitas)

3.6. CARA KERJA

Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Sebelum data diambil, subjek penelitian

yang diperiksa harus memenuhi seluruh kriteria inklusi yang telah ditetapkan

dalam penelitian ini. Peneliti telah melakukan informed consent kepada

seluruh sampel sebelum data diambil. Persetujuan komisi etik telah diajukan

dan sudah mendapatkan persetujuan.

Kepada subjek penelitian dijelaskan maksud dan tujuan penelitian

ini. Setelah itu mereka ditanyakan lagi tentang siklus haid terakhir normal

atau tidak, lalu ditanyakan tentang kesediaan untuk diambil darahnya untuk

mengukur kadar hemoglobin. Pengambilan darah untuk pengecekan kadar

hemoglobin dilakukan pada saat sampel penelitian mengalami haid.

Cara pengambilan sampel darah:

31

1. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol 70%

2. Setelah itu, dengan menggunakan hemolet, lancet ditusukkan pada

ujung jari subjek penelitian.

3. Darah yang pertama keluar diusap dengan kapas alkohol.

4. Darah yang keluar seterusnya diambil dan diletakkan di atas test

card dan bersihkan tangan subjek penelitian dengan kapas alkohol.

5. Kadar hemoglobin ditentukan dengan melihat angka yang tertera

pada alat ukur

3.7. ALUR PENELITIAN

Pengukuran kadar
HB dan status gizi
pada responden yang
memenuhi kriteria

Penelitian dilakukan di SMA 2 MKS



Pengumpulan dan
Mendapatkan surat izin input data
penelitian

Informed Consent sekaligus meminta


kesediaan calon responden Pengelolahan data
dan interpretasi hasil

Membagikan kuisioner kepada


responden Penyajian hasil

32

3.8. ANALISIS DATA

Akan dilakukan analisis univariat dan bivariat. Melalui analisis

univariat akan ditampilkan distribusi frekuensi kedua variabel mengenai

siklus haid, status gizi dan kadar hemoglbin.

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dan

kekuatan hubungan antara siklus haid dan status gizi dengan kadar

hemoglabin. Hubungan antar variabel diketahui melalui uji chi-square dan

uji independet t-test. Jika uji chi-square dan uji independet t-test tidak

memenuhi persyaratan, maka digunakan uji alternatif yaitu uji fisher dan uji

mann-whitney.

Kekuatan hubungan antar variabel diketahui dengan menggunakan

odd ratio dan nilai korelasi (r). Untuk mengetahui nilai korelasi, dilakukan

uji pearson jika data berdistribusi normal. Jika data tidak

berdistribusi normal dilakukan uji spearman.

4. BIAYA

NO KETERANGAN PERSENTASE
1 Honor 30%
2 Bahan Habis Pakai 40%
3 Seminar Hasil 30%

33

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI

4.1. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 4.1 SMA Negeri 2 Makassar

SMA Negeri 2 Makassar, merupakan salah satu Sekolah Menengah

Atas Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Sama dengan SMA

pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMA Negeri 2 Makassar

ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII.

SMA Negeri 2 Makassar didirikan pada tahun 1957.

Berikut uraian tentang gambaran umum SMA Negeri 2 Makassar:

1. Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Makassar

2. Jenis : Negeri Unggulan / Rintisan Sekolah Standard Nasional

3. Akreditasi :A

34

4. Kepala Sekolah : Dra. Hj. Masita, M.Si

5. Alamat : Jln. Baji Gau III No. 17, Makassar.

6. No. Telp/Fax : 0411-854591 / 0411-854591

7. Situs Web : sman2mks.com

4.2. FASILITAS

Berbagai fasilitas dimiliki SMAN 2 Makassar untuk menunjang kegiatan

belajar mengajar. Fasilitas tersebut antara lain:

1. 27 Ruang Kelas

2. Masjid Baitur Ra'uf

3. Perpustakaan

4. Laboratorium Biologi, Fisika dan Kimia

5. 2 Laboratorium Komputer dengan akses Internet gratis

6. Jaringan Wi-Fi di seluruh area sekolah

7. Laboratorium Bahasa (terbuka pada saat-saat tertentu)

8. Galeri Seni

9. Perpustakaan

4.3. EKSTRAKURIKULER

Di bawah naungan OSIS, SMA Negeri 2 Makassar memiliki 18

kegiatan ekstrakurikuler, di antaranya:

1. Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera)

2. SBBC (SMADA Basketball Club)

3. SECC (SMADA English Conversation Club)

4. Keramat (Kerukunan Remaja Masjid Baitur Ra'uf)

35

5. KRISMAN (ROHKRIS)

6. PMR (Palang Merah Remaja)

7. KIR "HI" (Kelompok Ilmiah Remaja "Haliastur Indus")

8. SSS (baca: Triple-S) (Sanggar Seni SMADA)

9. SFC (SMADA Football Club)

10. SEHATI/Pramuka (Sekawan Harapan Tanah Air Indonesia)

11. Wahanayana / WHY (Siswa Pecinta Alam)

12. SSC (SMADA Softball Club)

13. LEMKARI (Karate)

14. The Macz Man SMADA

15. Site.com (SMADA Information and Technology Community)

16. GANAS

17. SVBC (SMADA Volley Ball Club)

18. BSS (Bina Sastra SMADA)

36

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara siklus haid

terhadap kadar hemoglobin pada siswi SMA Negeri 2 Makassar. Pada penelitian

ini jumlah sampel yang telah ditetapkan dan memenuhi kriteria sebanyak 45 orang.

Selanjutnya data diolah dengan menggunakan Statistical Package for the Social

Sciense 16 (SPSS 16).

5.1 KARAKTERISTIK UMUM

Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 2 Makassar kelas XI

program IPA. Rentang usia sampel yang terlibat adalah antara usia 15 hingga 18

tahun. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 45 orang yang

seluruhnya telah menandatangani persetujuan tindakan medis (informed consent)

sampel penelitian. Mereka juga memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu

mempunyai siklus haid normal yaitu 21 sampai 35 hari dan siklus haid tidak

normal yaitu kurang dari 21 hari, berusia antara 15-18 tahun, sehat dan bebas dari

penyakit medis lain, seperti tukak peptik, kolitis kronik, divertikulitis, hemoroid,

infeksi cacing tambang, gastrektomi, penyakit keganasan, dan penyakit ginjal

kronis. Selain itu sampel juga tidak mengonsumsi suplemen zat besi, tidak

memakai obat-obatan, seperti salisilat (aspirin) atau NSAID, pil KB, atau alat

kontrasepsi, serta tidak mengalami perdarahan dan menjalani operasi dalam 3

bulan ini.

37

5.2 HASIL PENELITIAN

5.2.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Variabel yang Diteliti (Univariat)

Tabel 5.1 Distribusi siklus haid

Jumlah Persentase
Siklus Haid Mean
(n) (%)
Polimenore 17 37,8 17,9
Normal 27 60,0 28,2
Oligomenore 1 2,2 36
Amenore 0 0,0 0
Total 45 100
Sumber: Data primer 2017

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 45 sampel penelitian, terdapat 28 orang

(62,2%) yang memiliki siklus haid normal. Sedangkan yang mimiliki siklus haid

tidak normal (polimenore) ada 17 orang (37,8%). Rata-rata siklus haid sampel

berturut-turut 17,9, 28,2, 36, dan 0.

Tabel 5.2 Distribusi kadar hemoglobin

Jumlah Persentase
Kadar Hemoglobin
(n) (%)
Normal (> 12 g/dl) 30 66,7
Rendah (< 12 g/dl) 15 33,3
Total 45 100
Sumber: Data primer 2017

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 45 sampel penelitian, terdapat 30 orang

(66,7%) yang memiliki kadar hemoglobin normal. Sedangkan yang memiliki kadar

hemoglobin rendah ada 15 orang (37,8%).

38

Tabel 5.3 Distribusi status Gizi

Jumlah Persentase
Status Gizi
(n) (%)
Kurus 15 33,3
Normal 18 40,0
Overweight 8 17,8
Obesitas 4 8,9
Total 45 100
Sumber: Data primer 2017

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 45 sampel penelitian, terdapat 15 orang

(33,3%) yang memiliki status gizi kurus, 18 orang (40,0) normal, 8 orang (17,8%)

overweight dan 4 orang (8,9 %) obesitas.

5.2.2 Hubungan Antara Variabel yang Diteliti (Bivariat)

Tabel 5.4 Distribusi siklus haid terhadap kadar hemoglobin.

Siklus Haid Kadar Hemoglobin Total


Normal Rendah
N % N % n %
Normal 25 55,6 3 6,7 28 62,2
Polimenore 5 11,1 12 26,7 17 37,8
Total 30 66,7 15 33,3 45 100
Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.4, terlihat bahwa dari 28 orang (62,2%) yang memiliki

siklus haid normal, terdapat 25 orang (55,6%) memiliki kadar hemoglobin normal,

sedangkan sisanya yaitu sebanyak 3 orang (6,7%) memiliki kadar hemoglobin

rendah. Adapun yang memiliki siklus haid polimenore yaitu sebanyak 17 orang

(37,8%), hanya 5 orang (11,1%) yang memiliki kadar hemoglobin normal, dan

39

sebagian besar memiliki kadar hemoglobin rendah yaitu sebanyak 12 orang

(26,7%).

Tabel 5.5 Distribusi status gizi terhadap kadar hemoglobin.

Status Gizi Kadar Hemoglobin Total


Normal Rendah
N % N % n %
Kurus 10 22,2 5 11,1 15 33,3
Normal 16 35,6 2 4,4 18 40,0
Overweight 5 11,1 3 6,7 8 17,8
Obesitas 4 8,9 0 0 4 8,9
Total 35 10 45 100
Sumber: Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.5, terlihat bahwa dari 15 orang (33,3%) yang memiliki

status gizi kurus, terdapat 10 orang (22,2%) memiliki kadar hemoglobin normal,

sedangkan sisanya yaitu sebanyak 5 orang (11,1%) memiliki kadar hemoglobin

rendah. Adapun yang memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 18 orang

(40,0%), terdapat 16 orang (35,6%) yang memiliki kadar hemoglobin normal, dan

2 orang (4,4%) memiliki kadar hemoglobin rendah. Pada status gizi overweight

terdapat 8 orang (17,8%) yang memiliki 5 orang (11,1%) status gizi normal 3

orang (6,7%). Adapun yang memiliki status gizi obesitas sebanyak 4 orang (8,9%)

termasuk memiliki kadar hemoglobin normal.

5.2.3 Analisis hubungan antara variabel yang Diteliti

Pada penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan dan

kekuatan hubungan antara variabel. Hubungan antara variabel dianalisis dengan

menggunakan uji chi-square dan uji independent t-test. Analisis untuk mengetahui

40

kekuatan hubungan antara variabel dengan menggunakan odd ratio, dan nilai

korelasi.

Tabel 5.6 Analisis chi-square dengan odd ratio

Kadar Hemoglobin
OR
Siklus Haid Normal Rendah p
(IK95%)
n % n %
Normal 25 55,6 3 6,7
< 0,001 20 (4-98)
Polimenore 5 11,1 12 26,7
Total 30 66,7 15 33,3
Sumber: Data primer 2015

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa berdasarkan uji hubungan antara siklus haid

terhadap kadar hemoglobin, diperoleh nilai chi-square dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,000 (lebih kecil dari nilai α=0,05). Selain itu didapatkan pula nilai odd

ratio sebesar 20 dengan interval kepercayaan 95% dari 4 sampai 98 (tidak

melewati angka nol).

Tabel 5.7 Analisis hubungan dengan uji independent t-test.

Perbedaan Rerata
N Rerata + s.b. p
(IK95%)
Normal 28 14,6 + 1,7
3,1 (2,3-3,8) < 0,001
Polimenore 17 11,5 + 0,7
Sumber : Data primer 2015

Tabel 5.7 merupakan hasil analisis hubungan antara variabel dengan

menggunakan uji independent t-test. Dari tabel tersebut terlihat rerata kadar

hemoglobin sampel yang memiliki siklus haid normal adalah 14,6+1,7 g/dl.

Sementara sampel yang memiliki siklus haid polimenore, memiliki rerata kadar

41

hemoglobin sebesar 11,5+0,7 g/dl. Sehingga terdapat perbedaan rerata kadar

hemoglobin sebesar 3,1 g/dl dengan interval kepercayaan 95% mulai dari 2,3

sampai 3,8 (tidak melewati angka nol). Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil

dari α = 0,05.

Tabel 5.8 Hasil analisis korelasi pearson

Kadar hemoglobin
r 0,899
Siklus haid p < 0,001
n 45
Sumber : Data primer 2015

Tabel 5.8 menampilkan hasil analisis uji korelasi pearson. Berdasarkan

analisis tersebut didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,899 dengan tingkat

signifikansi p = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil ini didapatkan dari total

sampel 45 orang.

5.3 PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian terhadap siswi SMA Negeri 2 Makassar kelas XI

program IPA untuk mengetahui hubungan antara siklus haid dan status gizi

terhadap kadar hemoglobin. Sebelumnya telah disebarkan kuisoner untuk

mengetahui siklus haid responden. Selanjutnya tiap responden dilakukan

pengukuran status gizi dan kadar hemoglobin. Pengukuran dilakukan pada saat

sampel penelitian sedang haid. Data penelitan selanjutnya diinput ke aplikasi excel

2003 dan dianalisis dengan dengan program SPSS 16.00

42

5.3.1. Siklus Haid

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa sebegian

besar sampel penelitian memiliki siklus haid normal. Tercatat sebanyak 28 orang

atau 62,2% memiliki siklus haid normal, sedangkan yang memiliki siklus haid

polimenore sebanyak 17 orang atau 37,8%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian

Maghfirani (2012) bahwa sebagian besar sampel penelitian memiliki siklus haid

normal.

5.3.2. Kadar Hemoglobin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pula bahwa

sebagian besar sampel penelitian memiliki kadar hemoglobin normal. Terdapat 30

orang atau 66,7% yang memiliki kadar hemoglobin normal, sedangkan yang

memiliki kadar hemoglobin rendah sebanyak 15 orang atau 33,3%. Hasil ini juga

sesuai dengan penelitan Maghfirani (2012) bahwa sebagian besar sampel

penelitian memiliki kadar hemoglobin normal.

5.3.3. Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pula bahwa sebagian besar

sampel penelitian memiliki status gizi normal. Sebanyak 18 orang (40,0%)

memiliki status gizi normal, 15 orang (33,3%) status gizi kurus, 8 orang (17,8%)

overweight dan 4 orang (8,9%) obesitas.

5.3.4. Analisis Hubungan antar Variabel (Bivariat)

Penelitian ini terdiri dari 2 variabel yang akan dianalisis hubungannya.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah siklus haid dan status gizi,

sedangkan variabel dependennya adalah kadar hemoglobin.

43

Ingin diketahui hubungan dan kekuatan hubungan antara siklus haid dan

status gizi terhadap kadar hemoglobin. Dilakukan uji chi-square dan uji

independent t-test untuk mengetahui hubungan antara siklus haid dan kadar

hemoglobin. Sedangkan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara siklus haid

terhadap kadar hemoglobin, digunakan odd ratio dan nilai korelasi.

1. Uji Chi-Square dan Odd Ratio

Dilakukan uji chi-square karena kedua variabel yang hendak diuji

merupakan data nominal dan secara teoritis, data nominal cocok diuji dengan uji

chi-square. Selain itu, uji ini merupakan uji yang umum digunakan, dan mudah

dalam penarikan kesimpulannya. Dari hasil penelitian yang dilakukan, data

penelitian telah memenuhi persyaratan uji chi-square, dimana tidak ditemukan

nilai ekspektasi dibawah 5 (lihat lampiran). Oleh sebab itu, tidak digunakan uji

alternatif fisher.

Setelah data diolah dengan bantuan program SPSS 16.00, didapatkan nilai

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditetapkan yaitu

0,05. Oleh sebab itu, kami menolak kebenaran hipotesis nol dan menerima

hipotesis alternatif. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara siklus haid

dengan kadar hemoglobin.

Sementara untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara siklus haid

dengan kadar hemoglobin, dinilai dengan menggunakan odd ratio. Alasan

menggunakan odd ratio adalah karena data variabel merupakan data kategori dan

membentuk tabel 2x2 sehingga cocok dengan odd ratio.

Dengan bantuan program SPSS 16.00, didapatkan nilai odd ratio sebesar

20 dengan interval kepercayaan 95% (4-98). Dengan demikian, besar hubungan

antara siklus haid dan kadar hemoglobin adalah 20 sehingga dapat disimpulkan

44

bahwa orang yang memiliki siklus haid polimenore memiliki risiko 20 kali lebih

besar untuk menderita anemia (kadar hemoglobin rendah) dibandingkan orang

yang memiliki siklus haid normal. Nilai ini bermakna secara statistik, karena nilai

interval kepercayaan tidak mencakup angka nol.

2. Uji independent t-test dan Korelasi Pearson

Selain menguji nilai chi-square dan odd ratio, dilakukan juga uji

independent t-test dan nilai korelasi. Uji ini dilakukan karena kami juga memiliki

data numerik untuk masing-masing variabel. Uji independent t-test dilakukan jika

variabel independen merupakan data kategorik dan variabel dependen numerik.

Sedangkan uji korelasi dilakukan jika kedua variabel merupakan data numerik.

Namun sebelum dilakukan uji analisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil

uji normalitas yang dilakukan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,2 lebih besar

dari 0,05 (lihat lampiran), sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal. Dengan demikian uji independent t-test memenuhi persyaratan dan uji

korelasi yang dipilih adalah korelasi pearson.

Dari hasil analisis uji t yang yang dilakukan, didapatkan dua model tabel

(lihat lampiran), dimana tabel pertama berisi rata-rata kadar hemoglobin sampel,

baik yang mimiliki siklus haid normal maupun polimenore. Sedangkan tabel kedua

merupakan hasil analisis kedau variabel.

Dari tabel pertama, terlihat bahwa rerata kadar hemoglobin sampel yang

memiliki siklus haid normal adalah 14,6+1,7 g/dl. Sementara sampel yang

memiliki siklus haid polimenore, memiliki rerata kadar hemoglobin sebesar

11,5+0,7 g/dl. Sehingga terdapat perbedaan rerata kadar hemoglobin sebesar 3,1

g/dl.

45

Pada tabel kedua, terdapat kolom varians, dimana nilai varians sebesar 6,7

dengan tingkat signifikansi 0,01. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05,

maka angka yang diinterpretasi yaitu yang terletak di baris kedua. Pada kolom t-

test for Equality of Means terlihat nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan interval

kepercayaan 95% (2,3-3,8). Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan

interval kepercayaan tidak melewati angka nol, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang bermakna kadar hemoglobin antara orang yang memiliki

siklus haid normal dan polimenore.

Berdasarkan uji korelasi pearson yang dilakukan didapatkan nilai korelasi

(r) sebesar 0,899 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna

antara siklus haid dengan kadar hemoglobin dimana besar korelasinya adalah

0,899 yang merupakan korelasi kuat.

Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Maghfirani (2012) dimana nilai p

sebesar 0,332 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak ada hubungan antara siklus haid

dengan kadar hemoglabin. Hal ini terjadi karena sampel penelitian yang digunakan

dalam penelitian tersebut dikategorikan sebagai siklus haid normal dan siklus haid

tidak normal. Dan peneliti menggabung sampel oligomenore dan polimenore ke

dalam kelompok siklus haid tidak normal. Secara teori siklus haid oligomenore

dan polimenore memang merupakan bentuk siklus haid tidak normal, namun perlu

diketahui bahwa yang berisiko menyebabkan penurunan kadar hemoglobin adalah

yang memiliki siklus haid polimenore.

Siklus haid polimenore didefenisikan sebagai siklus haid yang sering, yaitu

kurang dari 21 hari. Oleh sebab itu frekuensi kehilangan darah lebih sering,

sehingga risiko untuk mengalami penurunan kadar hemoglobin (anemia) lebih

46

besar. Adapun siklus haid oligomenore merupakan siklus haid yang jarang, yaitu

lebih dari 35 hari. Frekuensi kehilangan darah melalui darah menstruasi lebih

jarang sehingga risiko untuk mengalami anemia lebih kecil atau bahkan tidak ada.

Dengan sudut pandang tersebut, maka oligomenore dan polimenore tidak cocok

untuk disatukan kedalam satu kategori untuk dianalisis terhadap penurunan kadar

hemoglobin.

Tabel 5.7 Perbandingan Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Maghfirani

Jumlah sampel 45 54

Analisis Independent t-test Dependent t-test

Analisis lain Chi-square, -

Pearson

Nilai P 0,000 0,332

Kesimpulan Ada hubungan Tidak ada


yang signifikan hubungan yang signifikan

47

DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman,M.B. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Buku Ajar ilmu Gizi.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC

2. Paath, E.F. 2005. Gizi dalam kesehatan Reproduksi. Jakarta: Buku

Kedokteran ECG

3. Sacher,R.A. 2004. Tinjauan klinis hasil pemeriksaan Laboratorium. Jakarta:

Buku Kedokteran ECG

4. Asmarani Rima. 2010. Pengaruh Olahraga terhadap Siklus Haid Atlit.

Jakarta.

5. Nurmaili. 2007. Gambaran Perubahan Pola Haid. Jakarta: Buku Kedokteran

ECG.

6. Amaylia Oehadian. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia,

subbagian Hematologi Onkologi Medik, Bagian Penyakit Dalam RS Hasan

Sadikin Bandung. Jakarta:Buku Kedokteran.ECG

7. Dyah, Umiyarni, Purnamasari, SKM, M.SI. 2010. Pengaruh Kadar

Hemoglobin terhadap Anemia. Bandung.

8. Magfirani. 2010. Pengaruh Siklus Haid terhadap Hemoglobin. Medan.

9. Burhan,Hamid. 2007. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Anemia. Semarang.

10. Agus,Ahmad. 2008. Gambaran Siklus Menstruasi Remaja. Bandung.

11. Novianti. 2008. Kandungan Bahan Penyebab Haid Tidak Lancar. Medan.

12. Akhmad. 2008. Kandungan Hemoglobin. Jakarta.

13. Surpratman. 2008. Siklus Haid Normal. Bandung.

14. Martini. 2006. Hubungan Makanan Terhadap Gangguan Siklus Haid.

Surabaya.
48

15. Sri,Ayu. 2007. Penyakit Haid Tidak Lancar. Bandung

49

JUSTIFIKASI ANGGARAN

1. Honor
Waktu
Honor/Jam Honor per
Honor (jam/ming Minggu
(Rp) Tahun (Rp)
gu)
Ketua 10.000 7 16 1.120.000
Anggota 1 10.000 7 16 1.120.000
SUB TOTAL (Rp) 2. 240.000

2. Bahan habis Pakai


Harga
Harga
Justifikasi Peralatan
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian Penunjang
(Rp)
(Rp)
Fotocopy sampling 150 200 30.000
kuesioner
Konsumsi sampling 100 30.000 3.000.000
Transportasi Sampling 2 200.000 400.000
Alat ukur sampling 1 600.000 600.000
hemoglobinometer
Nesco All New
MultiCheck
Strip Hb sampling 2 box 200.000 400.000
Lancet sampling 2 box 35.000 70.000
Alkohol swab samplinh 2 box 15.000 30.000
SUB TOTAL (Rp) 4.530.000

3. Lain-lain
Harga
Biaya per
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Satuan
Tahun (Rp)
(Rp)
Seminar sampling 1 500.000 500.000

50

Laporan sampling 1 500.000 500.000
Publikasi sampling 1 1.000.000 1.000.000
SUB TOTAL (Rp) 2.000.000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 8.770.000

51

SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITIAN

Uraian
No Nama / NIDN Bidang Ilmu
Tugas
1 Dr. Sri Wahyuni Gayatri Penelitian
Medical Education
NIDN: 0921018407 Utama
2 Dr.Mona Nulanda
Medical Education Anggota 1
NIDN: 0918108101

52

Anda mungkin juga menyukai