LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN MUDA
Disusun oleh:
dr. Sri Wahyuni Gayatri 0921018407
dr. Mona Nulanda,Sp.OG,M.Kes 0918108101
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
JANUARI
2018
1
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
1. Judul Penelitian HUBUNGAN POLA HAID DAN STATUS GIZI
TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA SISWI
SMA MAKASSAR
2. Bidang Ilmu : Kedokteran
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : dr. Sri Wahyuni Gayatri
b. Jenis Kelamin : Wanita
c. NIPS/NIDN : 0921018407
d. Bidang Keahlian : Medical Education
e. Pangkat/Golongan: :Non Jabatan fungsional
f. Jabatan : Dosen Biokimia FK UMI
g. Fakultas/Jurusan : Kedokteran
h. Alamat : Jl. Urip Sumoharjo KM. 5
i. Telpon/Faks/E-mail : 0411-443280
j. Alamat Rumah : Jl. Sunu Kompleks Unhas Blok GX/12 Makassar
k. Telpon/Faks/Email : 085399558001
4. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang
a. Nama Anggota I : dr.Mona Nulanda
b. Nama Anggota II :
5. Mahasiswa : Abdul Rahman
6. Lokasi Penelitian : Fakultas Kedokteran UMI
7. Waktu Penelitian : 2-3 bulan
8. Jumlah Biaya Peelitian Yang Diterima : Rp. 8.770.000
Menyetujui,
Ketua LP2S
2
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan............................................................................................. 1
Daftar Isi ............................................................................................................. 2
Ringkasan ............................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3. Tujuan ............................................................................................. 5
1.4. Hipotesis.......................................................................................... 3
1.5. Manfaat ........................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 5
2.1. Fisiologi Haid .................................................................................. 5
2.2. Pola Haid ......................................................................................... 7
2.3. Status Gizi ....................................................................................... 8
2.4. Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Siklus Haid ........................... 13
2.5. Kerangka Teori ............................................................................... 15
2.6. Kerangka Konsep ............................................................................ 16
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 17
3.1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 17
3.2. Lokasi Penelitian .............................................................................. 17
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................ 17
3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 18
3.5. Definisi Operasional ........................................................................ 18
3.6 Teknik Analisis .............................................................................. ..20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………31
BAB IV. JADWAL PENELITIAN……………………………………………33
Tinjauan Pustaka………………………………………………………………34
Justifikasi Harga……………………………………………………………….36
Susunan Organisasi Penelitian…………………………………………………38
3
RINGKASAN
Haid merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai
pelepasan (deskuamasi) dinding endometrium. Banyaknya darah yang dikeluarkan saat
haid adalah rata-rata 15-60 ml dan berlangsung selama 3-5 hari. Siklus haid normal rata-
rata 28 hari dan diatur oleh hipothalamus, hipofisis, dan ovarium. Remaja beresiko tinggi
menderita anemia, khususnya anemia defisiensi besi karena remaja setiap bulannya
mengalami siklus haid (menstruasi).
Keadaan anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik
maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang
menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Prevalensi anemia di
Indonesia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 pada wanita tidak
hamil/produktif adalah 33,1%. Sedangkan menurut Herman (2006) dalam Dyah (2011)
prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri. Menurut
penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut World Health Organization (WHO,1997)
untuk diagnosis anemia apabila kurang dari 12 gr/dl. Menurut Sutaryo (2005) dalam
Djariyanto (2008) akibat dari anemia meliputi pertumbuhan anak akan terhambat,
pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan
menurun, prestasi berkurang dan terjadi perubahan perilaku.
Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat
pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh
untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh. Diukur
menggunakan metode antropometri berupa IMT (Indeks Massa Tubuh).
Tujuan Umum: Mengetahui hubungan antara pola haid dan status gizi terhadap kadar
hemoglobin pada siswi SMA Makassar,
Metode Penelitian: Menggunakan analitik observasional dengan pendekatan studi cross
sectional.
Rencana Output: Jurnal dan pegangan buku ajar mahasiswa
Hasil Penelitian: Sebagian besar sampel penelitian memiliki siklus haid normal (62,2%),
Sebagian besar sampel penelitian memiliki kadar HB normal (66,7%), sebagian besar
sampel memiliki status gizi normal. Chi-square dan independent t-test P value=0,000 <
α=0,05, terdapat hubungan yang signifikan, Besar kekuatan hubungan menurut odd ratio
OR=20 (IK95%=4-98), dan menurut korelasi pearson r=0,899 (p=0,000), korelasi kuat
4
BAB I
PENDAHULUAN
maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta
orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Prevalensi
anemia di Indonesia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2006
(2006) dalam Dyah (2011) prevalensi anemia di Indonesia sebesar 57,1 % diderita
oleh remaja putri. Menurut penelitian batas kadar Hb remaja putri menurut World
gr/dl. Menurut Sutaryo (2005) dalam Djariyanto (2008) akibat dari anemia
meliputi pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga
otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi
perubahan perilaku. Saat ini anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia khususnya anemia defisiensi besi, yang cukup menonjol pada anak-anak
penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi
fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer
penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung eritrosit (red cell count).
Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit.
Penyebabnya adalah jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan yang
5
defisiensi besi antara lain pola makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia
absorpsi besi (vitamin C dan teh), konsumsi obat-obatan tertentu seperti antibiotik,
yaitu sebagai alat transport oksigen. Besi merupakan trace element vital yang
berbagai enzim. Besi di alam terdapat dalam jumlah yang begitu berlimpah. Dilihat
dari segi evolusi alat penyerapan besi di usus, maka sejak awal manusia
dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal dari sumber hewani, tetapi
kemudian pola makan berubah dimana sebagian besar besi berasal dari sumber
nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi yang sama,
sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi. Dampak lain anemia defisiensi besi
Remaja putri beresiko lebih tinggi daripada remaja putra oleh karena remaja setiap
endometrium. Banyaknya darah yang dikeluarkan saat haid adalah rata-rata 15-60
ml dan berlangsung selama 3-5 hari. Siklus haid normal rata-rata 28 hari dan diatur
oleh hipothalamus, hipofisis, dan ovarium. Selain itu remaja khususnya mahasiswa
organisasi yang nanti akan mempengaruhi pola makan sehingga tidak teratur.
6
Selain itu seringnya kebiasaan mahasiswa dalam mengonsumsi minuman yang
dapat menghambat absorpsi zat besi sehingga nantinya akan mempengaruhi kadar
hemoglobin seseorang.1,2
bahwa rata-rata kadar hemoglobin pada saat menstruasi yaitu hari ke-2 siklus
adalah 11.36g/dl dan pada saat tidak menstruasi yaitu hari ke-16 siklus adalah
seseorang.1,2
melakukan penelitian pada remaja berupa sampel siswi dengan mengambil judul
“Hubungan antara Pola Haid dan Status Gizi terhadap Kadar Hemoglobin Siswi
SMA Makassar”.
pertanyaan penelitian yaitu apakah ada pengaruh antara pola haid dan status gizi
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pola haid dan status gizi terhadap kadar hemoglobin pada siswi SMA Makassar.
7
2. Mengetahui kadar hemoglobin siswi SMA Makassar.
4. Mengetahui hubungan antara pola haid dan status gizi terhadap kadar
Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian
lebih lanjut tentang hubungan antara pola haid dan status gizi terhadap kadar
hemoglobin.
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar
bagi masyarakat tentang hubungan antara pola haid dan status gizi terhadap kadar
hemoglobin.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MENSTRUASI
normal dan dianggap sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari. Menstruasi
merupakan suatu siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui
vagina dari uterus yang tidak hamil dibawah kendali hormon dan berulang secara
jumlah hari tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai mulainya menstruasi
siklus < 21 hari, normal apabila panjang siklus antara 21 sampai 35 hari,
untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, maka terjadi menstruasi. Usia
wanita, status fisik dan emosi wanita, serta lingkungan mempengaruhi pengaturan
siklus menstruasi. 4
9
Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang
kurang lebih1 hari. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai
siklus menstruasi yang klasik yaitu 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan
siklus antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. 4
usianya,seperti :
hormone (LHRH). Kedua hormon ini akan merangsang hipofisis anterior untuk
Kedua hormon ini menyebabkan produksi estrogen dan progesteron yang terjadi
selama siklus ovarium menyebabkan perubahan yang mencolok pada uterus, inilah
10
2.1.4. Fisiologi Menstruasi
Menstruasi normalnya terjadi setiap 21-35 hari (28 hari merupakan siklus
yang khas) dan berlangsung selama 2-7 hari. Selama menstruasi, sekitar 50 %
merupakan darah, sisanya terdiri dari fragmen jaringan endometrium dan lendir.
memudahkan aliran darah dari serviks ke dalam saluran vagina. Darah yang hilang
saat menstruasi sekitar 35-45 ml, hilangnya 20-60 ml masih diterima, namun
membutuhkan pengobatan.5
1. Siklus ovarium
a) Fase Folikuler
terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang mengelilinginya.
estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Kadar estrogen
b) Fase Luteal
Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari follicle
dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium.
11
Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron
2. Siklus Endometrium
a) Fase Menstruasi
mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam
desintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar
b) Fase Proliferasi
berlangsung sejak hari kelima hingga ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24
hari, hari ke-14 siklus 28 hari atau hari ke-18 siklus 32 hari.5
c) Fase Sekresi
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
matang dengan sempurna mencapai kekebalan seperti beludru yang tebal dan
halus. Endometrium menjadi kaya darah dan sekresi kelenjar, tempat yang
d) Fase Iskemi
12
Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7-10 hari setelah
penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
b.) Hipomenore
2. Kelainan siklus:
a.) Polimenore
b.) Oligomenore
c.) Amenore
b.) Mastodina
d.) Dismenore
2.2. HEMOGLOBIN
Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari 4 kandungan heme (besi) dan 4
rantai globin (alfa,beta, gama dan delta). Terdapat 141 molekul asam amino pada
13
rantai alfa dan 146 molekul asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
satu atom besi dengan berat molekul kira-kira 16.750 KD (kilo Dalton).5,6
protein yang banyak mengandung besi dan berperan penting dalam membawa
oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Kualitas darah dan warna merah darah
juga akan menurun dan tubuh menjadi kekurangan oksigen. Hal ini akan
mengalami gejala kurang darah seperti letih, lesu, pucat, dan berkeringat dingin,
banyak orang mengabaikannya. Padahal, jika tidak segera diatasi kondisi ini bisa
jumlah massa eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrin dibawah normal.6
eritrosit adalah kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung eritrosit. Penentuan harga
14
normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologik tergantung pada umur, jenis
kelamin, adanya kehamilan dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu perlu
ditentukan titik pemilah yang menunjukkan dibawah kadar berapa kita dianggap
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut: Hb < 10 gr/dl,
2.2.3. Etiologi
perdarahan menahun.
a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, NSAID, kanker lambung, kanker
2. Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau kualitas
besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah
daging).
15
2.2.4. Gambaran Umum
Gambaran umum secara klinis seperti badan lemah, lesu, cepat lelah, mata
sindrom anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan anemia lain yang penurunan
tubuh dapat berjalan dengan baik. Pada pemeriksaan fisis dijumpai pasien yang
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak ditemukan
2) Atropi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang.
6) Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti tanah liat, es,
16
2.3. STATUS GIZI
• Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk tertentu
atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variable tertentu. Contoh:
Gondok merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan
pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa. IDN, 2002: 18).
• Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture seorang
individu dalam suatu variabel (Hadi, 2002).
• Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan
antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya (Gibson, 1990).
17
dalam hal produksi, distribusi, dan ketersediaan pangan
Ada beberapa faktor yang membantu tercapainya status gizi yang baik, antara lain
(Barasi, M.E, 2007: 90) :
1. Aktivitas fisik
• Aspek ini mempertahankan kebutuhan energi dan nafsu makan, menjamin
asupan makanan yang adekuat, serta mempertahankan massa otot, yang
menunjang hidup mandiri dan kemampuan menyediakan makanannya
sendiri.
2. Interaksi sosial
• Hal ini mendorong orang untuk makan dan mempertahankan minat mereka
terhadap makanan.
3. Pemilihan makanan
• Pemilihan makanan dari berbagai macam jenis, yang mencakup semua
kelompok makanan dalam jumlah yang sesuai.
Penilaian status gizi ada 2 macam, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan
penilaian status gizi secara tidak langsung ( Supariasa. IDN, 2002: 18).
I.Penilaian Status Gizi secara Langsung
• Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian,
yaitu:
A. Antropometri
1. Pengertian
• Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.
2. Penggunaan
• Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.
3. Indeks Antropometri
• Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi
antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks
antropometri yang sering digunakan yaitu:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
18
• Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang
labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat
ini (Current Nutrirional Status).
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
• Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur.
c. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
• Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
d. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
• Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks
BB/U maupun BB/TB.
e. Indeks Massa Tubuh (IMT)
• IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat diterapkan pada
bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu pula IMT
tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti
adanya edema, asites dan hepatomegali.
Atau
Barat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m).
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang
membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan.
Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-
23,8.
19
3 IMT 18,5-25,0: keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4 IMT 25,1-27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat ringan.
5 IMT > 27,0: keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat.
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Depkes RI Tahun 1999
2). Persentil
• Cara lain untuk menentukan ambang batas selain persen terhadap median adalah
persentil. Persentil 50 sama dengan Median atau nilai tengah dari jumlah
populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS
merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi buruk dan kurang,
serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
3). Standar Deviasi Unit (SDU)
20
• Standar Deviasi Unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan
cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.
B. Klinis
1. Pengertian
• Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi
yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2. Penggunaan
• Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan
fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
C. Biokimia
1. Pengertian
• Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh,
antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot.
2. Penggunaan
• Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
D.Biofisik
1. Pengertian
• Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.
2. Penggunaan
• Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
endemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
21
1. Pengertian
• Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2. Penggunaan
• Dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan zat gizi
B.Statistik Vital
1. Pengertian
• Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistic kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian
akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
2. Penggunaan
• Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
C.Faktor Ekologi
1. Pengertian
• Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor
fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan
lain-lain.
2. Penggunaan
• Untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.
22
informasi yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan,
berat dan tinggi badan, tingkatan hemoglobin dan situasi sosial ekonomi.
Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan , maka metode
yang digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin
mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yang digunakan adalah
biokimia. Jika ingin membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti
berat badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan metode
antropometri. Begitu pula apabila membutuhkan informasi tentang situasi
sosial ekonomi sebaiknya menggunakan pengukuran faktor ekologi.
4). Tingkat Realiabilitas dan Akurasi yang Dibutuhkan
• Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan
akurasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode klinis dalam
menilai tingkatan pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subjektif
sekali. Penilaian ini membutuhkan tenaga medis dan paramedis yang
sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini.
Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan
akurasi yang sangat tinggi. Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan
sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan
biokimia sangat dianjurkan.
5). Tersedianya Fasilitas dan Peralatan
• Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status
gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat
sulit diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan
dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif lebih mudah didapat
dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia.
6). Tenaga
• Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi
penggunaan metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan
dalam pengumpulan dara status gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli
kimia, dan tenaga lain. Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan
tenaga ahli kimia atau analisis kimia, karena menyangkut berbagai jenis
bahan dan reaksi kimia yang harus dikuasai. Berbeda dengan penilaian
status gizi secara antropometri, tidak memerlukan tenags ahli, tetapi tenaga
tersebut cukup dilatih beberapa hari saja sudah dapat menjalankan
tugasnya.
7). Waktu
• Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempengaruhi metode
yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan, dan
tahunan. Apabila kita ingin menilai status gizi disuatu masyarakat dan
waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan
metode antropometri.
8). Dana
• Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk
menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal
23
dibanding dengan metode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan
tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.
24
2.4. Kerangka Teori
Mekanisme
Siklus Fisiologi
Defenisi Gangguan
Menstruasi
Kadar HB
Status Gizi
Defenisi Kriteria
Gambaran Gambaran
khusus umum
Etiologi
Sumber: Magfirani. 2010. Pengaruh Pola Haid dan status gizi terhadap
Hemoglobin. Medan
25
2.5 Kerangka Konsep
Polimenore
Normal
Siklus haid
Oligomenore
Amenore
Kadar
Menoragia Hemoglobin
Lama
Normal Menstruasi
Brakimenore
Normal
Overweight
obesitas
Keterangan:
Garis merah: Fokus penelitian
• : Variabel independen
• : Variabel dependen
26
BAB III
METODE PENELITIAN
desain ini merupakan metode penelitian observasinal yang sederhana, hasil bisa
subyek dengan karakteristik tertentu yang menjadi objek penelitian. Populasi dapat
1. Populasi Terget
2. Populasi Terjangkau
Karena jumlah populasi target yang sangat besar, dan tidak mungkin
27
dapat kita batasi dengan kriteria tempat dan waktu, sehingga kita dapat
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Jumlah sampel didapat melalui survei awal terhadap jumlah siswi SMA
Negeri 2 Makassar kelas XI program IPA. Kemudian jumlah sampel minimal akan
N. Z2 1 − α/2 p . (1 − p)
𝑛=
(N − 1) d2 + Z2 1 − α/2 p. (1 − p)
Keterangan :
N : Jumlah populasi
85,916295
𝑛=
1,9365063
𝑛 = 44,3
28
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel minimal sebanyak
44,3 atau 45 orang mahasiswi karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan
biaya.
subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah subjek yang
1. Kriteria inklusi
d) Sehat dan bebas dari penyakit medis lain, seperti tukak peptik, kolitis kronik,
2. Kriteria ekslusi
c) Pemakaian obat-obatan, seperti salisilat (aspirin) atau NSAID, pil KB, atau
alat kontrasepsi.
29
e) Menolak ikut serta dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu siklus haid
1. Pola Haid
Siklus haid merupakan jarak antara hari pertama haid sampai hari
2. Kadar Hemoglobin
Nesco All New MultiCheck R. Dengan alat ukur tersebut akan didapatkan data
hemoglobin normal (> 12 g/dl) dan kadar hemoglobin rendah (< 12 g/dl).
3. Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat
30
oleh tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
yang diperiksa harus memenuhi seluruh kriteria inklusi yang telah ditetapkan
seluruh sampel sebelum data diambil. Persetujuan komisi etik telah diajukan
ini. Setelah itu mereka ditanyakan lagi tentang siklus haid terakhir normal
atau tidak, lalu ditanyakan tentang kesediaan untuk diambil darahnya untuk
31
1. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol 70%
Pengukuran kadar
HB dan status gizi
pada responden yang
memenuhi kriteria
32
3.8. ANALISIS DATA
kekuatan hubungan antara siklus haid dan status gizi dengan kadar
uji independet t-test. Jika uji chi-square dan uji independet t-test tidak
memenuhi persyaratan, maka digunakan uji alternatif yaitu uji fisher dan uji
mann-whitney.
odd ratio dan nilai korelasi (r). Untuk mengetahui nilai korelasi, dilakukan
4. BIAYA
NO KETERANGAN PERSENTASE
1 Honor 30%
2 Bahan Habis Pakai 40%
3 Seminar Hasil 30%
33
BAB IV
Atas Negeri yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Sama dengan SMA
ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII.
3. Akreditasi :A
34
4. Kepala Sekolah : Dra. Hj. Masita, M.Si
4.2. FASILITAS
1. 27 Ruang Kelas
3. Perpustakaan
8. Galeri Seni
9. Perpustakaan
4.3. EKSTRAKURIKULER
35
5. KRISMAN (ROHKRIS)
16. GANAS
36
BAB V
terhadap kadar hemoglobin pada siswi SMA Negeri 2 Makassar. Pada penelitian
ini jumlah sampel yang telah ditetapkan dan memenuhi kriteria sebanyak 45 orang.
Selanjutnya data diolah dengan menggunakan Statistical Package for the Social
Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 2 Makassar kelas XI
program IPA. Rentang usia sampel yang terlibat adalah antara usia 15 hingga 18
tahun. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 45 orang yang
mempunyai siklus haid normal yaitu 21 sampai 35 hari dan siklus haid tidak
normal yaitu kurang dari 21 hari, berusia antara 15-18 tahun, sehat dan bebas dari
penyakit medis lain, seperti tukak peptik, kolitis kronik, divertikulitis, hemoroid,
kronis. Selain itu sampel juga tidak mengonsumsi suplemen zat besi, tidak
memakai obat-obatan, seperti salisilat (aspirin) atau NSAID, pil KB, atau alat
bulan ini.
37
5.2 HASIL PENELITIAN
Jumlah Persentase
Siklus Haid Mean
(n) (%)
Polimenore 17 37,8 17,9
Normal 27 60,0 28,2
Oligomenore 1 2,2 36
Amenore 0 0,0 0
Total 45 100
Sumber: Data primer 2017
(62,2%) yang memiliki siklus haid normal. Sedangkan yang mimiliki siklus haid
tidak normal (polimenore) ada 17 orang (37,8%). Rata-rata siklus haid sampel
Jumlah Persentase
Kadar Hemoglobin
(n) (%)
Normal (> 12 g/dl) 30 66,7
Rendah (< 12 g/dl) 15 33,3
Total 45 100
Sumber: Data primer 2017
(66,7%) yang memiliki kadar hemoglobin normal. Sedangkan yang memiliki kadar
38
Tabel 5.3 Distribusi status Gizi
Jumlah Persentase
Status Gizi
(n) (%)
Kurus 15 33,3
Normal 18 40,0
Overweight 8 17,8
Obesitas 4 8,9
Total 45 100
Sumber: Data primer 2017
(33,3%) yang memiliki status gizi kurus, 18 orang (40,0) normal, 8 orang (17,8%)
Berdasarkan tabel 5.4, terlihat bahwa dari 28 orang (62,2%) yang memiliki
siklus haid normal, terdapat 25 orang (55,6%) memiliki kadar hemoglobin normal,
rendah. Adapun yang memiliki siklus haid polimenore yaitu sebanyak 17 orang
(37,8%), hanya 5 orang (11,1%) yang memiliki kadar hemoglobin normal, dan
39
sebagian besar memiliki kadar hemoglobin rendah yaitu sebanyak 12 orang
(26,7%).
Berdasarkan tabel 5.5, terlihat bahwa dari 15 orang (33,3%) yang memiliki
status gizi kurus, terdapat 10 orang (22,2%) memiliki kadar hemoglobin normal,
rendah. Adapun yang memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 18 orang
(40,0%), terdapat 16 orang (35,6%) yang memiliki kadar hemoglobin normal, dan
2 orang (4,4%) memiliki kadar hemoglobin rendah. Pada status gizi overweight
terdapat 8 orang (17,8%) yang memiliki 5 orang (11,1%) status gizi normal 3
orang (6,7%). Adapun yang memiliki status gizi obesitas sebanyak 4 orang (8,9%)
menggunakan uji chi-square dan uji independent t-test. Analisis untuk mengetahui
40
kekuatan hubungan antara variabel dengan menggunakan odd ratio, dan nilai
korelasi.
Kadar Hemoglobin
OR
Siklus Haid Normal Rendah p
(IK95%)
n % n %
Normal 25 55,6 3 6,7
< 0,001 20 (4-98)
Polimenore 5 11,1 12 26,7
Total 30 66,7 15 33,3
Sumber: Data primer 2015
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa berdasarkan uji hubungan antara siklus haid
sebesar 0,000 (lebih kecil dari nilai α=0,05). Selain itu didapatkan pula nilai odd
Perbedaan Rerata
N Rerata + s.b. p
(IK95%)
Normal 28 14,6 + 1,7
3,1 (2,3-3,8) < 0,001
Polimenore 17 11,5 + 0,7
Sumber : Data primer 2015
menggunakan uji independent t-test. Dari tabel tersebut terlihat rerata kadar
hemoglobin sampel yang memiliki siklus haid normal adalah 14,6+1,7 g/dl.
Sementara sampel yang memiliki siklus haid polimenore, memiliki rerata kadar
41
hemoglobin sebesar 11,5+0,7 g/dl. Sehingga terdapat perbedaan rerata kadar
hemoglobin sebesar 3,1 g/dl dengan interval kepercayaan 95% mulai dari 2,3
sampai 3,8 (tidak melewati angka nol). Nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05.
Kadar hemoglobin
r 0,899
Siklus haid p < 0,001
n 45
Sumber : Data primer 2015
analisis tersebut didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,899 dengan tingkat
signifikansi p = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Hasil ini didapatkan dari total
sampel 45 orang.
5.3 PEMBAHASAN
program IPA untuk mengetahui hubungan antara siklus haid dan status gizi
pengukuran status gizi dan kadar hemoglobin. Pengukuran dilakukan pada saat
sampel penelitian sedang haid. Data penelitan selanjutnya diinput ke aplikasi excel
42
5.3.1. Siklus Haid
besar sampel penelitian memiliki siklus haid normal. Tercatat sebanyak 28 orang
atau 62,2% memiliki siklus haid normal, sedangkan yang memiliki siklus haid
polimenore sebanyak 17 orang atau 37,8%. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
Maghfirani (2012) bahwa sebagian besar sampel penelitian memiliki siklus haid
normal.
orang atau 66,7% yang memiliki kadar hemoglobin normal, sedangkan yang
memiliki kadar hemoglobin rendah sebanyak 15 orang atau 33,3%. Hasil ini juga
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan pula bahwa sebagian besar
memiliki status gizi normal, 15 orang (33,3%) status gizi kurus, 8 orang (17,8%)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah siklus haid dan status gizi,
43
Ingin diketahui hubungan dan kekuatan hubungan antara siklus haid dan
status gizi terhadap kadar hemoglobin. Dilakukan uji chi-square dan uji
independent t-test untuk mengetahui hubungan antara siklus haid dan kadar
merupakan data nominal dan secara teoritis, data nominal cocok diuji dengan uji
chi-square. Selain itu, uji ini merupakan uji yang umum digunakan, dan mudah
nilai ekspektasi dibawah 5 (lihat lampiran). Oleh sebab itu, tidak digunakan uji
alternatif fisher.
Setelah data diolah dengan bantuan program SPSS 16.00, didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditetapkan yaitu
0,05. Oleh sebab itu, kami menolak kebenaran hipotesis nol dan menerima
hipotesis alternatif. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara siklus haid
menggunakan odd ratio adalah karena data variabel merupakan data kategori dan
Dengan bantuan program SPSS 16.00, didapatkan nilai odd ratio sebesar
antara siklus haid dan kadar hemoglobin adalah 20 sehingga dapat disimpulkan
44
bahwa orang yang memiliki siklus haid polimenore memiliki risiko 20 kali lebih
yang memiliki siklus haid normal. Nilai ini bermakna secara statistik, karena nilai
Selain menguji nilai chi-square dan odd ratio, dilakukan juga uji
independent t-test dan nilai korelasi. Uji ini dilakukan karena kami juga memiliki
data numerik untuk masing-masing variabel. Uji independent t-test dilakukan jika
Sedangkan uji korelasi dilakukan jika kedua variabel merupakan data numerik.
Namun sebelum dilakukan uji analisis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil
uji normalitas yang dilakukan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,2 lebih besar
dari 0,05 (lihat lampiran), sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal. Dengan demikian uji independent t-test memenuhi persyaratan dan uji
Dari hasil analisis uji t yang yang dilakukan, didapatkan dua model tabel
(lihat lampiran), dimana tabel pertama berisi rata-rata kadar hemoglobin sampel,
baik yang mimiliki siklus haid normal maupun polimenore. Sedangkan tabel kedua
Dari tabel pertama, terlihat bahwa rerata kadar hemoglobin sampel yang
memiliki siklus haid normal adalah 14,6+1,7 g/dl. Sementara sampel yang
11,5+0,7 g/dl. Sehingga terdapat perbedaan rerata kadar hemoglobin sebesar 3,1
g/dl.
45
Pada tabel kedua, terdapat kolom varians, dimana nilai varians sebesar 6,7
dengan tingkat signifikansi 0,01. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05,
maka angka yang diinterpretasi yaitu yang terletak di baris kedua. Pada kolom t-
test for Equality of Means terlihat nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan interval
kepercayaan 95% (2,3-3,8). Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan
interval kepercayaan tidak melewati angka nol, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna kadar hemoglobin antara orang yang memiliki
(r) sebesar 0,899 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05.
antara siklus haid dengan kadar hemoglobin dimana besar korelasinya adalah
Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Maghfirani (2012) dimana nilai p
sebesar 0,332 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak ada hubungan antara siklus haid
dengan kadar hemoglabin. Hal ini terjadi karena sampel penelitian yang digunakan
dalam penelitian tersebut dikategorikan sebagai siklus haid normal dan siklus haid
dalam kelompok siklus haid tidak normal. Secara teori siklus haid oligomenore
dan polimenore memang merupakan bentuk siklus haid tidak normal, namun perlu
Siklus haid polimenore didefenisikan sebagai siklus haid yang sering, yaitu
kurang dari 21 hari. Oleh sebab itu frekuensi kehilangan darah lebih sering,
46
besar. Adapun siklus haid oligomenore merupakan siklus haid yang jarang, yaitu
lebih dari 35 hari. Frekuensi kehilangan darah melalui darah menstruasi lebih
jarang sehingga risiko untuk mengalami anemia lebih kecil atau bahkan tidak ada.
Dengan sudut pandang tersebut, maka oligomenore dan polimenore tidak cocok
untuk disatukan kedalam satu kategori untuk dianalisis terhadap penurunan kadar
hemoglobin.
Jumlah sampel 45 54
Pearson
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Arisman,M.B. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan, Buku Ajar ilmu Gizi.
Kedokteran ECG
Jakarta.
ECG.
Anemia. Semarang.
11. Novianti. 2008. Kandungan Bahan Penyebab Haid Tidak Lancar. Medan.
Surabaya.
48
15. Sri,Ayu. 2007. Penyakit Haid Tidak Lancar. Bandung
49
JUSTIFIKASI ANGGARAN
1. Honor
Waktu
Honor/Jam Honor per
Honor (jam/ming Minggu
(Rp) Tahun (Rp)
gu)
Ketua 10.000 7 16 1.120.000
Anggota 1 10.000 7 16 1.120.000
SUB TOTAL (Rp) 2. 240.000
3. Lain-lain
Harga
Biaya per
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Satuan
Tahun (Rp)
(Rp)
Seminar sampling 1 500.000 500.000
50
Laporan sampling 1 500.000 500.000
Publikasi sampling 1 1.000.000 1.000.000
SUB TOTAL (Rp) 2.000.000
51
SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITIAN
Uraian
No Nama / NIDN Bidang Ilmu
Tugas
1 Dr. Sri Wahyuni Gayatri Penelitian
Medical Education
NIDN: 0921018407 Utama
2 Dr.Mona Nulanda
Medical Education Anggota 1
NIDN: 0918108101
52