Anda di halaman 1dari 86

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Obstetrik dan Ginekologi Tesis Magister

2018

Konsentrasi Matriks Metalloproteinase-7


(MMP7) pada Serum Darah dan
Ekspresie-Cadherin Jaringan Tumor
Ovarium Jinak dan Kanker Ovarium
Epitel di RSUP H. Adam Malik - RSu dr.
Pirngadi Medan

Syauki, Ahmad
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8215
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KONSENTRASI MATRIKS METALLOPROTEINASE-7 (MMP7)
PADA SERUM DARAH DAN EKSPRESI E-CADHERIN
JARINGAN TUMOR OVARIUM JINAK DAN KANKER
OVARIUM EPITEL DI RSUP H. ADAM MALIK-RSU dr.
PIRNGADI MEDAN

TESIS

Oleh :

Ahmad Syauki

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG.K


dr. Letta Sari Lintang, M.Ked(OG), SpOG.K

PENYANGGAH :

dr. Fadjrir, M.Ked(OG), SpOG

dr. Rushakim Lubis, M.Ked(OG), SpOG

dr. Cut Adeya Adella, SpOG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi


salah satu syarat untuk mencapai gelar
Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

TESIS ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri, Dan Semua Sumber Baik Yang Dikutip
Maupun Dirujuk Telah Saya Nyatakan Dengan Benar

Nama : Ahmad Syauki

Tanda Tangan :

Tanggal : 04 Oktober 2018

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

“Bismillahirrahmanirrahim”
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan
Yang Maha Esa. Hanya atas izin dan kemurahan-Nya lah penulisan tesis ini dapat
diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam saya haturkan kepada baginda
Muhammad S.A.W, beserta seluruh anbiyaa’ dan para rasul, serta keluarga dan
umat mereka seluruhnya.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar spesialisdalam bidang Obstetri dan Ginekologi.
Sebagai manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis saya ini masih banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan
saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah
perbendaharaan pustaka, dengan judul:
“KONSENTRASI MATRIKS METALLOPROTEINASE-7(MMP7)
PADA SERUM DARAH DAN EKSPRESIE-CADHERIN JARINGAN
TUMOR OVARIUM JINAK DAN KANKER OVARIUM EPITEL
DI RSUP H.ADAM MALIK - RSU dr. PIRNGADI MEDAN”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinis dan Program
Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara Medan.
2. Dr. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Indra G. Munthe, M.Ked(OG),
SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan;
dr. Riza Rivany, SpOG(K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri
dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG(K),
Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Medan; yang telah bersama-sama berkenan membimbing saya menyelesaikan

Universitas Sumatera Utara


Program Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas
Kedokteran USU Medan.
3. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG(K), selaku Ketua Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan pada saat saya diterima mengikuti Pendidikan
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi; Prof. Dr. dr. M. Fidel Ganis
Siregar, M.Ked(OG), SpOG(K), selaku Sekretaris Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; Dr. dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K), selaku
Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Medan; dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG(K), selaku Sekretaris
Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan;
yang telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti Program
Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi dan Program Pendidikan
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran USU
Medan.
4. Kepada segenap Guru Besar Obstetri dan Ginekologi dan para guru yang saya
hormati, seluruh staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, baik di RSUP H.Adam Malik, RSUD dr.Pirngadi, RSU Haji Mina
Medan, RS KESDAM II Putri Hijau, Medan, dan RSU Sundari yang telah
banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.
5. Kepada Prof. dr.M. Fauzie Sahil, SpOG(K), selaku orang tua angkat saya
selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi,
membimbing dan memberikan nasehat yang bermanfaat kepada saya selama
dalam pendidikan.
6. Kepada dr. Roy Yustin Simanjuntak, SpOG(K) selaku pembimbing tesis
saya, yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada saya dalam
melakukan penelitian ini sebagai pembimbing utama saya bersama dengan dr.
Letta Sari Lintang, M.Ked(OG), SpOG(K)yang telah meluangkan waktu yang
sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan
tesis ini hingga selesai bersamadr. Fadjrir,M.Ked(OG), SpOG, dr. Rushakim
Lubis, M.Ked(OG), SpOG, dan dr. Cut Adeya Adella, SpOG(K)selaku
penguji dan narasumber yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan

Universitas Sumatera Utara


waktunya yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan
melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai. Semoga ilmu yang dokter
berikan dipandang Allah SWT sebagai amal jariyah di hadapan-Nya, Amin
Ya Rabbal ‘Alamin.
7. Kepala SMF Kebidanan dan Kandungan dr. TM. Ichsan, SpOG, Sekretaris
SMF Kebidanan dan Kandungan dr. Hanudse Hartono, M.Ked(OG),
SpOG(K), Koordinator Pelayanan dr. Risman F Kaban, M.Ked(OG),
SpOG(K), Koordinator Pendidikan dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG(K),
Koordinator Penelitiandan Ketua Divisi Obstetri Ginekologi Sosial dr.
Khairani Sukatendel, M.Ked(OG), SpOG(K), Koodinator Peningkatan Mutu
dr M. Fahdhy, M.Sc, SpOG(K), Ketua Divisi Fetomaternal Dr. dr. Makmur
Sitepu, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Divisi Fertilitas dan Endokrinologi
Reproduksi dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), SpOG(K), Ketua Divisi
Onkologi dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K), dan Ketua Divisi
Uroginekologi dr. M. Rhiza Z Tala, M.Ked(OG), SpOG(K).
8. Direktur RSUP H.Adam Malik Medan, Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan
dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Pirngadi Medan,
Direktur RSU Haji Mina Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi
SMF Obgyn RSU Haji Mina Medan,Ketua Yayasan dan Direktur RSU
Sundari, serta paramedis maupun non medis-paramedis dan seluruh pegawai
di lingkungan rumah sakit yang telah memberikan kesempatan, sarana serta
bantuan kepada saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan Magister
Kedokteran dan Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Obstetri dan
Ginekologi.
9. Kepada sahabat-sahabat saya sejawat satu angkatan, dan rekan sejawat PPDS,
saya ucapkan terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama
pendidikan hingga saat ini.
Sembah sujud, hormat, dan terimakasih yang tak terhingga dari lubuk hati
sanubari yang terdalam saya haturkan kepada kedua orang tua yang saya hormati,
cintai dan sayangi, ayahanda Drs. H. Asri Ismail, Akdan ibunda Hj. Susilawati,
Spd. Tiada kata yang dapat melukiskan terimakasih tersebut kepada kedua
orangtua saya, melainkan rasa syukur yang tidak terhingga kepada ALLAH SWT

Universitas Sumatera Utara


karena telah menitipkan saya kepada orangtua yang telah membesarkan,
membimbing, mendoakan, mendidik dan mendukung saya dengan penuh
keikhlasan dan kasih sayang, semenjaklahir hingga saat ini. Hanya ALLAH SWT
yang dapat membalas kebaikan yang telah mereka berikan selama ini, dan semoga
saya dapat menjadi hiasan dunia maupun akhirat bagi mereka berdua, Amin.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya
sampaikan kepada bapak mertua Drs.H. Mulyono dan ibu mertua Hj. Efrinelta
yang telah banyak membantu, mendoakan dan memberikan dorongan dan
perhatian kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.
Buat istriku tercinta Sylvia Wulandari, SKMyang mempunyai kesetiaan,
kesabaran dan kasih sayang tanpa batas kepada saya sebagai suami yang memiliki
banyak kekurangan dalam hal waktu dan perhatian karena tuntutan pendidikan.
Kepada malaikat kecil kami Sheila Mikhayla Syauki yang selalu menjadi
penyemangat. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita pasangan dan
keluarga yang sakinah mawaddah warrahmah selamanya.
Kepada kakakku Elisa Asri, SE, MBA dan adikku Fitrianti Santana Asri,
SE, M.Ec.Dev terima kasih atas dukungan kepada saya selama menjalani
pendidikan.
Kepada seluruh pihak yang saya sebutkan maupun tidak tersebut
sebelumnya, saya memohon maaf atas segala kekhilafan yang saya lakukan
selama ini, baik yang disadari maupun tidak. Semoga kita semua selalu menjadi
orang-orang yang rendah hati, ikhlas, bersyukur, serta selalu dalam ampunan,
kemudahan, dan kasih sayang dari ALLAHSWT, amin.

Medan, Oktober2018

Ahmad Syauki

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

Nama : Ahmad Syauki

Program Studi : Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Departemen : Obstetri dan Ginekologi

Fakultas : Kedokteran

Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada


Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara Hak Bebas
Royalti Noneksklusif (Non-exlusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya
yang berjudul:

KONSENTRASI MATRIKS METALLOPROTEINASE-7(MMP7)


PADA SERUM DARAH DAN EKSPRESI E-CADHERIN JARINGAN
TUMOR OVARIUM JINAK DAN KANKER OVARIUM EPITEL
DI RSUP H.ADAM MALIK - RSU dr. PIRNGADI MEDAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonesklusif ini Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara
berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempubliskan tugas akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 04 Oktober 2018
Yang menyatakan

( Ahmad Syauki )

Universitas Sumatera Utara


KONSENTRASI MATRIKS METALLOPROTEINASE-7 (MMP7)
PADA SERUM DARAH DAN EKSPRESI E-CADHERIN JARINGAN
TUMOR OVARIUM JINAK DAN KANKER OVARIUM EPITEL
DI RSUP H.ADAM MALIK - RSU dr. PIRNGADI MEDAN

Ahmad Syauki, Roy Yustin Simanjuntak, Letta Sari Lintang,


Fadjrir, Rushakim Lubis, Cut Adeya Adella
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Tujuan:
Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi serum darah MMP7 dan ekspresi E-
Cadherin pada tumor ovarium jinak dan kanker ovarium tipe epitel.

Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatifdengan desain kasus
kontroldengan jumlah subjek penelitian sebanyak 50 wanita dengan tumor
ovarium jinak dan kanker ovarium epiteldi RSUP H. Adam Malik dan RSU dr.
Pirngadi Medan pada April sampai Agustus2018. Sampel didapat dari serum
darah dan blok parafin jaringan ovarium. Data dianalisis menggunakan statistik
deskriptif dan uji Mann-Whitney. Nilai p kurang dari 0,05 diterapkan pada setiap
uji statistik sebagai signifikan.

Hasil:
Sebagian besar dari penelitian ini didapatkan data bahwa kanker ovarium tipe
epitel paling banyak diderita oleh pasien dengan usia ≥ 51 tahun, belum memiliki
anak atau minimal telah memiliki 1 orang anak, telah menopause, dengan jenis
histopatologi serous. Sedangkan pada kelompok tumor ovarium jinak pada usia
41-50 tahun, telah memiliki anak ≥ 2 orang, belum menopause dengan jenis
histopatologi endometrioid. Rerata kadar MMP7 pada pasien kanker ovarium tipe
epitel sebesar 6,85 mg/dldengan hasil ekspresi E-Cadherin negatif. Sedangkan
pada pasien dengan tumor ovarium jinak sebesar 3,64 mg/dl dengan hasil ekspresi
E-Cadherin positif kuat.Terdapat korelasi yang signifikan antara kadar serum
MMP7 dan Ekspresi E-Cadherine sertabermakna secara statistik.

Kesimpulan:
Terdapat korelasi yang signifikan kadar MMP7 dan Ekspresi E-Cadherine pada
pasien dengan kanker ovarium tipe epitel dan pasien dengan tumor ovarium jinak,
Dimana semakin tinggi kadar serum MMP7 maka ekspresi E-Cadherin akan
semakin lemah.

Kata kunci:
Matriks Metalloproteinase-7, E-Cadherin, tumor ovarium jinak, kanker ovarium
epitel.

Universitas Sumatera Utara


LEVELS OF MATRIX METALLOPROTEINASE-7 (MMP7) IN
BLOOD SERUM AND E-CADHERIN TISSUE EXPRESSION IN
BENIGN AND MALIGNANT EPITHELIAL OVARIAN TUMORS

Ahmad Syauki, Roy Yustin Simanjuntak, Letta Sari Lintang,


Fadjrir, Rushakim Lubis, Cut Adeya Adella
Department of Obstetrics and Gynecology
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara

Abstract

Objective:
To analyze differences in blood serum of MMP7 levels and E-Cadherin expresion
in women with benign and malignant epithelial ovarian tumors.

Method:
This study is a comparative analytic study with case control design on 50 subjects
with benign and malignant epithelial ovarian tumors at Haji Adam Malik Hospital
and dr. Pirngadi Hospital Medan in April to August 2018. Samples obtained from
the patient's blood serum and paraffin ovary block. Data were analyzed using
descriptive statistics and Mann-Whitney test. A p-value less than 0.05 is applied
to each statistical test as significant.

Result:
The majority of malignant epithelial ovarian tumors subjects aged over 51 years,
have had 1 children, menopause with the most histopathologic type is serousum,
whereas most of benign ovarian tumors subjects aged 41-50 years, have had≥ 2
children, have not menopause with the most histopathologic type is endometrial.
There are increase in mean blood serum of MMP7 levels and negative expression
of E-Cadherin in malignant epithelial ovarian tumor. There is significant
correlation between blood serum of MMP7 and E-Cadherin expresion in benign
and malignant epitehlial ovarian tumor, and found statistically significant.

Conclusion:
There was a significant corelation in blood serum of MMP7 and E-Cadherin
expresion between patients with benign and malignant epithelial ovarian tumors in
which the higher blood serum of MMP7 level, the E-Cadherin expression will be
weaker.

Keywords: Matrix Metalloproteinase-7, E-Cadherin, benign ovarian tumor,


malignant epithelial ovarian tumor.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................... v
ABSTRAK ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................................. 5
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 7
2.1.Definisi . ................................................................................................................. 7
2.2.Insidensi ............................................................................................................... 10
2.3.Etiologi dan Faktor Risiko ................................................................................... 11
2.4.Gejala Klinis ........................................................................................................ 13
2.5.Diagnosis .............................................................................................................. 14
2.5.1. Indeks Resiko Keganasan ......................................................................... 15
2.6. Stadium Kanker Ovarium ................................................................................... 17
2.7. Matriks Metalloproteinase-7 ............................................................................... 19
2.7.1. Struktur MMP7 ......................................................................................... 20
2.7.2. Regulasi MMP7 ........................................................................................ 21
2.7.3. Peran MMP7 ............................................................................................. 23
2.8. E-Cadherin .......................................................................................................... 24
2.9.MMP7 pada Kanker Ovarium .............................................................................. 26
2.10. E-Cadherin pada Kanker Ovarium .................................................................... 29
2.11. Kerangka Teori ................................................................................................. 32
2.12.Kerangka Konsep ............................................................................................... 33
2.13.Hipotesis Penelitian............................................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 34
3.1.Rancangan Penelitian ........................................................................................... 34
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 34
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................................... 34
3.3.1. Populasi Penelitian .................................................................................... 34
3.3.2. Sampel Penelitian...................................................................................... 34
3.4. Kriteria Penelitian ............................................................................................... 35
3.4.1. Kriteria Inklusi .......................................................................................... 35

Universitas Sumatera Utara


3.4.2. Kriteria Eksklusi ....................................................................................... 36
3.4.3. Besar Sampel............................................................................................. 36
3.5. Variabel Penelitian .............................................................................................. 37
3.5.1. Variabel Bebas .......................................................................................... 37
3.5.2. Variabel Tergantung ................................................................................. 37
3.6.Definisi Operasional............................................................................................. 38
3.7.Bahan dan Cara Kerja Penelitian ......................................................................... 39
3.7.1. Bahan Penelitian ....................................................................................... 39
3.7.2. Cara Kerja ................................................................................................. 39
3.7.3. Prosedur Pemeriksaan MMP7 Serum ....................................................... 40
3.7.4. Prosedur Pemeriksaan E-Cadherin Jaringan ............................................. 42
3.8. Analisa Data ........................................................................................................ 44
3.9. Etika Penelitian ................................................................................................... 44
3.10. Alur Penelitian .................................................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................... 46
4.1. Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................................... 47
4.2. Distribusi Hasil Pemeriksaan Histopatologi Tumor Ovarium Jinak dan
Kanker Ovarium Epitel .............................................................................................. 49
4.3.Perbedaan Konsentrasi MMP7 pada Serum Darah dan Ekspresi E-Cadherin Tumor Ovarium Jina
4.4. Korelasi Antara Konsentrasi Serum Darah MMP7 Dan Ekspresi E-Cadherin
Pada Tumor Ovarium Jinak Dan Kanker Ovarium Tipe Epitel. ................................ 50
BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................... 51
5.1. Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................................... 51
5.1.1. Usia ........................................................................................................... 51
5.1.2. Paritas ........................................................................................................ 51
5.1.3. Status Menopause ..................................................................................... 52
5.2. Distribusi Hasil Pemeriksaan Histopatologi Kanker Ovarium Epitel ................. 53
5.3. Perbedaan Kadar MMP7 pada Tumor Ovarium Jinak dan Kanker Ovarium
Epitel .......................................................................................................................... 53
5.4. Korelasi antara Konsentrasi Serum Darah MMP7 dan Ekspresi E-Cadherin
pada Tumor Ovarium Jinak dan Kanker Ovarium Epitel. ......................................... 54
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 57
6.1. Simpulan ............................................................................................................. 57
6.2. Saran.................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 58

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Klasifikasi Tumor Ovarium Berdasarkan WHO ......................................... 9


Tabel 2.2. Stadium Kanker Ovarium Berdasarkan FIGO ......................................... 18
Tabel 2.3.Five years survival rate kanker ovarium................................................... 19
Tabel 3.1.Definisi Operasional .................................................................................. 38
Tabel 3.2.Penilaian Proportion Score dan Intensity Score ........................................ 44
Tabel 4.1.Karakteristik sampel penelitian ................................................................. 46
Tabel 4.2.Distribusi Hasil Pemeriksaan Histopatologi Tumor ovarium Jinak dan
Kanker Ovarium Epitel .............................................................................................. 49
Tabel 4.3.1. Konsentrasi MMP7 pada Sampel Penelitian ......................................... 50
Tabel 4.3.2.Ekspresi E-Cadherin pada Sampel Penelitian ........................................ 51
Tabel 4.4.Korelasi Antara Konsentrasi MMP7 pada Serum Darah dengan
Ekspresi E-Cadherin Tumor Ovarium Jinak dan Kanker Ovarium Epitel................. 50

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Potongan Melintang Ovarium ................................................................. 8


Gambar 2.2. Evaluasi Preoperatif pasien dengan Massa Adneksa ............................ 17
Gambar 2.3. Struktur MMP ....................................................................................... 21
Gambar 2.4. Aksi MMP ............................................................................................. 22
Gambar 2.5. Pewarnaan MMP7 pada Ovarium Normal dan Tumor Ovarium .......... 28
Gambar 2.6. Ekspresi E-Cadherin pada Ovarium Normal dan Kanker ovarium ....... 30
Gambar 2.7. Imunoreaktivitas E-Cadherin pada Kanker Ovarium ............................ 31
Kerangka Teori ........................................................................................................ 32
Kerangka Konsep ..................................................................................................... 33
Alur Penelitian.......................................................................................................... 45

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

CA125 Carcinoma Antigen 125


FIGO Federation of Gynecology and Oncology
hCG Human Chorionic Gonadotropine
IMT Indeks Masa Tubuh
IRK Indeks Resiko Keganasan
IRS Immunoreactive Score
IS Intensity score
kDa Kilo Dalton
MMP Matriks Metalloproteinase
MMP7 Matriks Metalloproteinase-7
PID Pelvic Inflmatory Disease
PS Proportion score
TIMP Tissue Inhibitors of Metalloproteinase
WHO World Health Organization

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance


Lampiran 2. Izin Penelitian RSUP H. Adam Malik
Lampiran 3. Formulir Persetujuan Mengikuti Penelitian
Lampiran 4. Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek Penelitian
Lampiran 5. Tabel Induk Tumor Ovarium Jinak
Lampiran 6. Tabel Induk Kanker Ovarium Epitel
Lampiran 7. Analisa Statistik

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kanker ovarium salah satu neoplasia penyebab kematian utama keganasan

di bidang onkologi, dengan kecenderungan yang semakin meningkat. Kanker

ovarium terdiri dari kurang lebih 30 tipe yang berbeda, dimana klasifikasinya

dibedakan menurut tipe sel kanker tersebut berasal. Tumor ovarium ganas dimulai

dari tiga tipe sel utama yaitu : (1) epitel permukaan yang menutupi lapisan luar

ovarium, (2) sel germinal yang membentuk sel ovum, dan (3) sel stromal yang

berperan melepaskan hormon dan berhubungan dengan berbagai struktur di

ovarium. Tumor ovarium epitel adalah tumor yang berasal dari epitel selapis

kubus pada permukaan ovarium, tumor ini merupakan 90-95% dari seluruh

keganasan ovarium.1,2,3,4

Kanker ovarium merupakan 3% dari seluruh kanker pada wanita dan

merupakan penyebab nomor lima kematian akibat kanker pada wanita di Amerika

Serikat (AS), setelah kanker paru-paru dan bronkus, payudara, kolorektal, dan

pankreas. Pada tahun 2014 diperkirakan sekitar 22.000 wanita didiagnosis dengan

kanker ovarium di AS dan sekitar 14.000 akan meninggal karena penyakit

tersebut. Insidensi kanker ovarium menurun hampir 1% setiap tahunnya dari

tahun 1987 sampai 2011, tingkat mortalitas turun dari rata-rata 1,6% setiap

tahunnya dari 2001 sampai 2010.5Kanker ovarium menyumbangkan 238.719

(3,6%) kasus baru dan 151.917 wanita meninggal karena kanker ovarium. Di

Indonesia, terdapat 10.238 kasus baru kanker ovarium pada tahun 2012 dengan

Universitas Sumatera Utara


angka kematian mencapai 7.075 kasus (7,7%). Sedangkan di RS Kanker

Dharmais pada tahun 2013, terdapat 134 kasus baru kanker ovarium dengan 46

wanita meninggal.6,7,8,9

Penderita kanker ovarium umumnya didiagnosis terlambat, karena belum

adanya metode deteksi dini yang akurat untuk kanker ini, sehingga hanya 20-25%

saja yang terdiagnosis pada stadium awal. Pemeriksaan penapis yang tepat untuk

tumor ganas ovarium tentunya akan menurunkan angka mortalitas akibat penyakit

ini, namun hingga saat ini belum ditemukan metode pemeriksaan penapis yang

efektif, diikuti fakta bahwa hampir sebagian tumor ganas ovarium stadium awal

tidak menunjukkan gejala apapun, 70% kasus ditemukan pada keadaan yang

sudah lanjut yakni setelah tumor menyebar jauh dari ovarium. Hal ini yang

kemudian mendorong perlunya ditemukan penanda tumor dengan efektivitas yang

tinggi untuk dapat digunakan sebagai pemeriksaan penapis terhadap tumor ganas

ovarium sehingga nantinya akan dapat menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas akibat penyakit ini.10,11

Penanda tumor merupakan glikoprotein terlarut yang ditemukan pada

darah, urin, atau jaringan pada pasien dengan tipe kanker tertentu. Penanda tumor

umumnya diproduksi oleh sel tumor, namun beberapa kasus menunjukkan

produksi penanda tumor oleh tubuh sebagai respon suatu keganasan. Penanda

tumor dapat berguna sebagai pemeriksaan penapis, diagnosis, prognosis, penilaian

respon terapi maupun deteksi rekurensi. Sebagai alat pemeriksaan penapis, nilai

penanda tumor sangat bergantung pada sensitivitas dan spesifisitas.12,13

Kemampuan invasi dan metastasis sel kanker ovarium ke rongga

intraabdomen diduga kuat menjadi penyebab utama. Invasi tumor merupakan

Universitas Sumatera Utara


sebuah bentuk interaksi antara sel tumor dan matriks ekstraseluler, yang

selanjutnya juga berperan dalam proses metastasis tumor.14Metastasis tumor

meliputi beberapa tahapan meliputi adhesi sel tumor primer, penetrasi ke

mesenkim, penetrasi ke pembuluh darah dan limfatik, agregasi dengan platelet,

adhesi dan interaksi dengan endothelium, dan menetap di tempat baru untuk

tumbuh dan berkembang.15

E-Cadherin merupakan molekul adhesi interseluler utama yang menjaga

adhesi sel epitel dan mencegah sel bermigrasi. Penurunan regulasi dari E-

Cadherin akan melemahkan kekuatan adhesi antar sel dan meningkatkan

pergerakan sel. Hal ini akan berdampak pada invasi sel tumor pada jaringan

sekitar. Ekspresi E-Cadherin ditemukan lebih rendah pada tumor ganas ovarium

dibandingkan dengan tumor ovarium jinak. Ekspresi ini juga berkaitan dengan

diferensiasi yang buruk, implantasi peritoneum, dan penurunan angka harapan

hidup.15

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dai dkk, dapat disimpulkan bahwa ekspresi

E-Cadherin yang negatif menunjukkan angka kelangsungan hidup yang buruk pada kanker

ovarium. Serta ekspresi E-Cadherin yang negatif berhubungan dengan stadium dari

Federation International of Gynecology and Oncology (FIGO), besarnya tumor, metastasis,

dan rekuren. Lebih lanjut lagi dari penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa ekspresi

negatif E-Cadherin dapat sebagai prediktor yang lebih efektif untuk menilai prognosis pada

kanker ovarium.16

Matriks Metalloproteinase-7 (MMP7) merupakan salah satu anggota dari keluarga

matriks metalloproteinase. Matriks metalloproteinase secara garis besar bertanggung jawab

terhadap pembentukan jaringan dan degradasi matriks ekstraseluler. MMP7 secara spesifik

memiliki aktivitas proteolitik terhadap matriks ekstraseluler. Berdasarkan aktivitasnya,

MMP7 selanjutnya berperan besar dalam invasi dan metastasis kanker. Ekspresi berlebihan

dari MMP7 banyak dijumpai pada penderita kanker.17

Penelitian yang dilakukan oleh Bedkowska dkk, didapatkan bahwa konsentrasi serum

darah dari MMP7 meningkat pada grup kanker ovarium dibandingkan dengan kontrol. Lebih

lanjut lagi bahwa, terdapat perbedaan konsentrasi MMP7 pada setiap stadium kanker

ovarium.17

Universitas Sumatera Utara


1.2. Rumusan Masalah

Konsentrasi serum darah dari MMP7 didapati meningkat pada kanker ovarium oleh

penelitian Bedkowska et al (2017).17 Dai dkk menemukan, bahwa ekspresi E-Cadherin yang

negatif memiliki prognosis yang jelek.16 Berbeda halnya dengan hasil penelitian Anson et al,

dimana ekspresi E-Cadherin meningkat secara signifikan pada kanker ovarium. Berdasarkan

hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana konsentrasi serum darah MMP7 dan ekpresi E-

Cadherin pada tumorovarium jinak dan kanker ovarium tipe epitel di RSUP H. Adam Malik

dan RSU dr Pirngadi Medan?.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi serum darah MMP7 dan ekspresi E-

Cadherin pada tumor ovarium jinak dan kanker ovarium epitel.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia, paritas dan status

menopause.

2. Untuk mengetahui rerata nilai konsentrasi serum darah MMP7 pada tumor ovarium jinak

dan kanker ovarium epitel.

3. . Untuk mengetahui rerata ekspresi E-Cadherin pada tumor ovarium jinak dan kanker

ovarium epitel.

4. Untuk mengetahui korelasi antara konsentrasi serum darah MMP7 dan ekspresi E-

Cadherin pada tumor ovarium jinak dan kanker ovarium epitel.

Universitas Sumatera Utara


1.4. Manfaat Penelitian

Menambah pengetahuan mengenai patofisiologi proses pertumbuhan pada tumor

ovarium jinak dan kanker ovarium tipe epitel yang berdasarkan MMP7 serum darah dan

ekpresi E-Cadherin jaringan ovarium. Hasil ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk

penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Tumor ovarium merupakan massa abnormal pada ovarium, yang dapat bersifat jinak

ataupun ganas. Ovarium merupakan organ yang berwarna putih berkilau, umumnya

berbentuk oval namun ukurannya, posisi, maupun tampilannya bervariasi, tergantung umur

dan aktivitas reproduksi dari individu tersebut. Ovarium normal dari wanita dewasa

berukuran panjang 2,5-5 cm, tebal 1,5-3 cm, dan lebar 0,7-1,5 cm, dengan berat 3-8 g.

Ovarium mengandung 1-2 juta oosit saat kelahiran. Wanita akan melepaskan rata-rata 300

ovum, selama hidupnya. Secara histologis ovarium dibagi menjadi korteks luar dan medulla

di sebelah dalamnya, Korteks terdiri dari stroma jaringan ikat seluler dimana folikel ovarium

tertanam, Medulla terdiri dari jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah dan

syaraf. Korteks dikelilingi dengan selapis epiel kuboid yang disebut epitel germinativum. 18,19

Gambar
2.1.
Potongan
melintang
ovarium

menunjukkan tiga komponen utama ovarium. Gambar juga menunjukkan folikel pada
berbagai tahap perkembangan 20

Universitas Sumatera Utara


Kanker ovarium terdiri dari kurang lebih 30 tipe yang berbeda, dimana klasifikasinya

dibedakan menurut tipe sel kanker tersebut berasal. Kanker ovarium dimulai dari tiga tipe sel

utama yaitu : (1) epitel permukaan yang menutupi lapisan luar ovarium, (2) sel germinal yang

berperan membentuk sel ovum, dan (3) sel stromal yang berperan melepaskan hormon dan

berhubungan dengan berbagai struktur di ovarium. Tumor ovarium epitel adalah tumor yang

berasal dari epitel selapis kubus pada permukaan ovarium. Kurang lebih 90% dari tumor

ovarium maligna primer adalah berasal dari sel epitel, dan diduga muncul dari epitel

permukaan ovarium atau berasal dari kista inklusi permukaan epitel. Beberapa peneliti

berpendapat bahwa kanker dapat timbul dari sistem Mullerian sekunder, dimana termasuk

kista paratubal dan paraovarin, dan endometriosis. Epitel serosa atau germinal meluas ke

dalam stroma ovarium membentuk kelenjar inklusi dan kista. Tumor epitel memiliki berbagai

tipe sel, yang menunjukkan potensi metaplasia dari jaringan mesotelial yang berdiferensiasi.

Tipe sel dalam urutan yang menurun adalah sebagai berikut : (1) serosum; (2) musinosum;

(3) endometrioid; (4) sel jernih; dan (5) Tumor Brenner.1,2,3,4,21

Tabel 2.1. Klasifikasi Tumor Ovarium Berdasarkan WHO22

Epithelial tumours
Serous tumours

Mucinous tumours

Endometrioid tumours

Clear cell tumours

Brenner tumours

Seromucinous tumours

Undifferentiated tumours

Mesenchymal tumours
Mixed epithelial and mesenchymal tumours
Sex cord-stromal tumours

Universitas Sumatera Utara


Pure stromal tumours

Pure sex cord tumours

Mixed sex cord-stromal tumours


Sertoli-Leydig cell tumours

Sex cord-stromal tumours

Germ cell tumours


Dysgerminoma Yolk sac tumour

Embryonal carcinoma

Non-gestational choriocarcinoma

Mature teratoma Immature teratoma

Mixed germ-cell tumour

Monodermal teratoma and somatic-type tumours arising from a dermoid cyst


Struma ovarii

Carcinoidrmal

Neuroectodermal-type tumours

Sebaceous tumours

Other rare monodermal teratomas

Carcinoma

Germ cell-sex cord-stromal tumours


Gonadoblastoma

Mixed germ cell-sex cord

Miscellanous tumours
Mesothelial tumours
Adenomatoid tumours

Mesothelioma

Soft tissue tumours


Myxoma

Tumour-like lessions
Lymphoid and myeloid tumours
Lymphomas

Plasmacytoma

Universitas Sumatera Utara


Myeloid neoplasm

Secondary tumour

2.2. Insidensi

Kanker ovarium merupakan kanker peringkat ketujuh dari kanker yang paling sering

dijumpai pada wanita di seluruh dunia. Peringkat ke-18 dari kanker secara keseluruhan,

dengan 239.000 kasus baru yang didiagnosis pada tahun 2012. Kanker ovarium pada stadium

awal sering tidak menunjukkan gejala, penyakitnya sering ditemukan saat stadium lanjut.

Angka kesintasan lima tahun pada pasien kanker dibandingkan dengan kesintasan karena

penyakit lain dengan umur yang sama memiliki rentang kurang lebih 30 sampai 50 persen.

Pada tahun 2012 kejadian kanker ovarium lebih dari dua kali lipat lebih tinggi pada Eropa

timur dan tengah dibandingkan dengan Asia Selatan. Prevalensi lima tahun pada wanita

diseluruh dunia yang hidup dengan kanker ovairium adalah 22,6 per 100.000. Fiji adalah

negara dengan peringkat tertinggi kejadian kanker ovarium, diikuti dengan Latvia, dan

Bulgaria. Sekitar 58% dari kanker ovarium muncul pada negara-negara berkembang.

Insidensi tertinggi kanker ovarium adalah di Eropa dan Amerika Utara, dan insidensi paling

rendah di Afrika dan Asia.23

The American Cancer Societymemperkirakan kejadian kanker ovarium di Amerika

Serikat untuk 2017 adalah sekitar 22.440 wanita yang akan mendapatkan diagnosis baru dari

kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan peringkat kelima kematian akibat kanker

diantara wanita, yang menyebabkan kematian lebih banyak dibanding kanker lainnya pada

sistem reproduksi wanita. Risiko wanita mendapatkan kanker ovarium selama hidup adalah

sekitar 1 dari 100. Kanker ini umumnya berkembang pada wanita tua. Sekitar setengah

wanita yang didiagnosis dengan kanker ovarium adalah 63 tahun atau lebih. Penyakit ini

lebih sering dijumpai pada wanita Afrika-Amerika. Angka kejadian wanita yang didiganosis

Universitas Sumatera Utara


dengan kanker ovarium telah menurun dengan perlahan dalam 20 tahun ini namun hal ini

tidak memuaskan.24,25

Berdasarkan laporan dari BRK Depkes RI tahun 2005 menunjukkan bahwa frekuensi

relatif kanker ovarium menempati urutan ke 4 diantara 10 tumor primer tersering yang terjadi

pada pria dan wanita (4401) dan menempati urutan ke-6 tumor primer tersering yang terjadi

pada wanita di Jakarta (871 kasus). Sedangkan kejadian kanker ovarium di RSUPN Dr. Cipto

Mangunkusumo Jakarta selama tahun 2002-2006 juga menunjukkan proporsi tertinggi

diantara jenis kanker ginekologi. Kematian yang diakibatkan oleh kanker ovarium juga

menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 34,1% dari 327 kasus kematian akibat kanker

ginekologik yang terjadi tahun 2002-2006. Fadlan di Medan pada tahun 1981-1990

melaporkan kanker ovarium merupakan 10,64% dari seluruh keganasan ginekologi.

Penelitian Balitbangkes I tahun 2007 pada 218 penderita kanker ovaium melaporkan bahwa

AKH 5 tahun sebesar 41,25% dimana stadium I 76,3%, stadium II 66,6%, stadium III 24,6%

dan stadium IV 8,1%. 6,7,8,26

2.3. Etiologi dan Faktor Risiko

Faktor risiko utama dari kanker ovarium adalah : (1) umur, (2) riwayat keluarga dengan

kanker kolorektal, payudara atau ovarium, (3) mutasi genetik, (4) obesitas, (5) penggunaan

terapi sulih hormon, (6) riwayat gangguan reproduksi dan menstruasi. Risiko kanker ovarium

meningkat dengan bertambahnya umur. Sekitar dua pertiga dari wanita didiagnosis dengan

kanker ovarium pada umur 55 tahun atau lebih. Usia rata-rata untuk onset kanker ovarium

adalah umur 63 tahun, meskipun kanker ovarium dapat muncul pada berbagai umur. Riwayat

keluarga dengan kanker ovarium atau payudara. Wanita juga memiliki resiko tinggi untuk

kanker ovarium bila memiliki riwayat keluarga dengan kanker kolorektal. Secara umum,

wanita dianggap memiliki resiko tinggi terhadap kanker ovarium bila mereka memiliki

Universitas Sumatera Utara


keluarga tingkat pertama (ibu, kakak, atau anak) yang memiliki kanker ovarium dengan umur

berapapun. Resiko meningkat dengan banyaknya keluarga tingkat pertama yang terkena.

Resiko meningkat pada keluarga tingkat pertama (atau kedua pada silsilah yang sama)

dengan kanker payudara onset dini (timbul sebelum usia 50 tahun). Resiko juga meningkat

bila ada anggota keluarga dengan kanker ovarium dan payudara.27-32.

Mutasi genetik yang berhubungan dengan resiko kanker ovarium diantaranya : (1)

Mutasi gen breast cancer type 1 (BRCA1) dan BRCA2, mutasi yang diturunkan pada gen

yang disebut BRCA1 dan BRCA2 meningkatkan resiko kanker ovarium dan payudara.

Mutasi ini ditemukan pada wanita keturunan Yahudi Ashkenazi dan dapat ditemukan pada

etnis lainnya termasuk pada wanita Asia dan Afrika. Wanita dengan mutasi BRCA1 memiliki

sekitar 40% resiko seumur hidup untuk kanker ovarium. Wanita dengan mutasi BRCA2

memiliki resiko seumur hidup sekitar 10-20% untuk kanker ovarium. (2) Wanita yang

mengalami mutasi genetik yang berhubungan dengan HNPCC memiliki resiko seumur hidup

12% mengalami kanker ovarium.27-33

Banyak studi yang juga menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan resiko

kanker ovarium. Penggunaan jangka panjang (lebih dari 5 tahun) terapi sulih hormon dapat

meningkatkan resiko berkembangnya kanker ovarium dan kematian akibat kanker ovarium.

Resiko tampaknya signifikan pada wanita yang mengkonsumsi terapi sulih hormon estrogen

only. Resiko kurang jelas pada yang menggunakan terapi sulih hormon kombinasi. Pada

wanita yang mengkonsumsi terapi sulih hormon karena progestin membantu melindungi

terhadap berkembangnya kanker uterus. Wanita memiliki resiko mengalami kanker ovarium

jika mereka mendapatkan menstruasi saat usia sangat muda (sebelum berumur 12 tahun),

tidak memiliki anak, memiliki keturunan setelah berumur 30 tahun, atau mengalami

menopause dini (sebelum berumur 50 tahun). Faktor Risiko lainnya adalah konsumsi tinggi

Universitas Sumatera Utara


lemak hewani, penggunaan obat fertilitas clomiphene, paparan radiasi, dan penggunaan bedak

talk.27-33

2.4. Gejala Klinis

Sebagian besar penderita kanker ovarium epitel memiliki gejala pelvis, abdomen, dan

menstruasi yang tidak jelas dan tidak spesifik. Gejala yang berhubungan dengan kanker

ovarium adalah nyeri panggul atau perut, frekuensi atau urgensi berkemih, pembesaran

ukuran perut atau kembung, dan sulit makan atau perut terasa penuh. Gejala ini lebih

mencurigakan jika gejala tersebut terjadi kurang dari 1 tahun dan berlangsung lebih lama dari

12 hari dalam sebulan. Goff dkk mengembangkan sebuah indeks dari kumpulan gejala

tersebut. Indeks tersebut memiliki sensitivitas 56,7% untuk diagnosis kanker ovarium dini

dan 79,5% untuk stadium lanjut.34

Pada stadium awal nyeri perut dikeluhkan sebesar 51% dan pembengkakan perut

sebesar 32% sedangkanpada stadium lanjut, pembengkakan perut dilaporkan 62% dan nyeri

perut sebesar 40%. Gejala ini dirasakan kurang dari 3 bulan oleh 70% pasien stadium awal

dan 69% dengan stadium lanjut. Pasien dengan tumor berdiameter kurang dari 5 cm tiga kali

lebih mungkin mengalami penyakit lanjut. Pada sebuah studi berbasis populasi dari Australia

menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam durasi gejala atau sifat gejala pada pasien

stadium awal dibandingkan dengan penyakit stadium lanjut.34

2.5. Diagnosis

Diagnosis penderita kanker ovarium membutuhkan pemeriksaan histologis pada

jaringan ovarium. Tanda-tanda keganasan ultrasonografi diantaranya massa adneksa dengan

kompleksitas area seperti tepi tidak beraturan; pola ekogenik multipel dalam massa; dan

septum padat multipel tidak teratur. Tumor bilateral cenderung bersifat ganas, walaupun ciri

Universitas Sumatera Utara


khas lesi lebih penting. Ultrasonografi transvaginal memiliki resolusi yang agak lebih baik

daripada ultrasonografi transabdominal untuk neoplasma adneksa, dan pencitraan Doppler

dapat meningkatkan spesifisitas.34

Ukuran lesi sangat penting. Jika massa kistik kompleks lebih dari 8 hingga 10 cm,

kemungkinan besar lesi bersifat neoplastik, kecuali jika pasien menggunakan klomifen sitrat

atau agen lain untuk menginduksi ovulasi. Pada pasien pramenopause, dimungkinkan untuk

observasi asalkan tidak mencurigakan secara klinis (misalnya mobil, dominan kistik,

unilateral, dan kontur reguler). Biasanya observasi dilakukan selama dua bulan. Jika lesi tidak

neoplastik, lesi tetap stabil atau mengecil. Jika massa bertambah ukuran atau

kompleksitasnya, maka harus dianggap sebagai neoplastik dan dilakukan operasi.34

2.5.1. Indeks Resiko Keganasan

Kanker epitel ovarium harus dibedakan dari tumor jinak dan kista ovarium fungsional.

Terdapat berbagai macam kondisi jinak dari saluran reproduksi wanita seperti, penyakit

radang panggul, endometriosis, mioma uteri yang dapat menstimulasi timbulnya kanker

ovarium. Penyebab nonginekologik seperti, radang atau tumor kolon yang harus

disingkirkan.35

Indeks Resiko Keganasan (IRK) yang pertama kali dideskripsikan oleh Jacobs pada

tahun 1990, adalah suatu metode untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas.

Penggunaan IRK dapat memudahkan para ahli dalam mencurigai suatu massa didalam

rongga pelvis. IRK menggabungkan status menopause, skor dari ultrasonografi, dan kadar

CA-125. Para ahli merekomendasikan bahwa IRK dapat membedakan tumor ovarium epitel

jinak dan ganas dengan nilai skor 200 sebagai cut off, dengan sensitivitas 78% dan

spesifisitas 80%. Hasil ini lebih akurat dibandingkan dengan penggunaan ultrasonografi dan

serum CA-125 secara terpisah. Hal ini digunakan untuk merujuk pasien ke ahli onkologi

ginekologi agar mendapat pengobatan dan terapi pembedahan yang lebih efektif.35,36

Universitas Sumatera Utara


Manjunath et al pada tahun 2006 juga meneliti tentang IRK untuk memprediksi resiko

keganasan pada kanker ovarium. IRK dianggap sebagai sistem skoring yang sederhana

dengan komponen karakteristik pemeriksaan ultrasonografi, kadar CA125 dan status

menopause.37 Menurut Jacob et al, dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut :

IRK = U x M x Kadar serum CA125

Keterangan :
IRK : Indeks Resiko Keganasan
U : Hasil interpretasi USG dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Kista ovarium multilokuler
2) Komponen solid pada tumor ovarium
3) Lesi bilateral
4) Asites
5) Adanya metastasis
Nilai U = 1, jika dijumpai salah satu dari karakteristik tersebut
Nilai U = 3, jila dijumpai ≥ 2 dari karakteristik tersebut
M : Status menopause
Nilai M= 1, jika premenopause
Nilai M = 3, jika menopause
Kadar serum CA125 : Kadar serum antigen CA125 yang diperiksa

Universitas Sumatera Utara


Tumor Ovarium Curiga
Ganas

Perhitungan IRK

IRK> 200, atau IRK


<200 dgn klinis dan IRK< 200
penunjang lain
sangat curiga ganas

Onkologis Ginekologi
i k l i Laparatomi surgical
staging
(+/- potong beku)

Tumor Ovarium
Jinak Kanker Ovarium
Borderline

Surgical Staging Surgical Staging


Individual
Terbatas Komplit

Gambar 2.2. Evaluasi preoperatif pasien dengan massa adneksa. IRK:Indeks Risiko
Keganasan.34

2.6. Stadium Kanker Ovarium

Sekitar 90% kanker ovarium berasal dari sel epitel coelomic atau modifikasi sel

mesothelium. Sel tersebut adalah produk mesoderm primitif, yang bisa mengalami

metaplasia. Transformasi neoplastik dapat terjadi bila sel secara genetik cenderung

onkogenesis atau terpapar pada agen onkogenik.34

Kanker ovarium epitel di-staging menurut sistem FIGO tahun 2013. Klasifikasi FIGO

2014 untuk ovarium, tuba falopii dan kanker peritoneal sekarang dikelompokkan ke dalam

Universitas Sumatera Utara


sistem stadium tunggal. Sistem klasifikasi FIGO didasarkan pada temuan eksplorasi saat

pembedahan.34

Tabel 2.2. Stadium Kanker Ovarium Berdasarkan FIGO34

Stadium I Pertumbuhan tumor terbatas pada ovarium

IA Pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak terdapat tumor pada


permukaan eksternal pada ovarium, dan tidak ditemukan sel kanker pada
acites

IB Tumor terbatas pada kedua ovarium, tidak terdapat tumor pada permukaan
eksternal pada ovarium, dan tidak ditemukan sel kanker pada acites

IC Tumor terbatas pada satu atau kedua ovarium, yang dapat terdiri atas

IC 1 Surgical spill

IC 2 Ruptur kapsul sebelum operasi, atau terdapatnya tumor pada permukaan


ovarium

IC 3 Terdapat sel kanker pada asites

Stadium II Tumor mengenai salah satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke rongga
pelvis

II A Terjadi perluasan tumor ke daerah uterus atau tuba

II B Perluasan tumor ke jaringan intraperotoneal pelvis lain

Stadium III Tumor terdapat pada salah satu atau kedua ovarium dengan konfirmasi
sitologi dan histologi terdapatnya penyebaran ke rongga peritoneum di luar
rongga pelvis atau metastasis ke luar kelenjar getah bening retroperitoneum

III A Kelenjar getah bening retroperiteneum positif dan konfirmasi secara


mikroskopis telah terjadi metastasis di luar rongga pelvis

III A1 Positif pada kelenjar getah bening


i. Metastasis ≤ 10 mm
ii. Metastasis > 10 mm
III A2 Telah melibatkan ekstrapelvis pada rongga peritoneal secara mikroskopis, dan
positif pada kelenjar getah bening retroperitoneal

III B Telah melibatkan ekstrapelvis, metastasis ke peritoneal≤ 2 cm secara


makroskopis, dan positif pada kelenjar getah bening retroperitoneal. Termasuk

Universitas Sumatera Utara


meluas hingga ke kapsul pada hati/spleen.

III C Telah melibatkan ekstrapelvis, metastasis ke peritoneal > 2 cm secara


makroskopis, positif pada kelenjar getah bening retroperitoneal. Termasuk
meluas hingga ke kapsul pada hati/spleen

Stadium IV Metastasis jauh dan tidak termasuk ke rongga peritoneal

IV A Adanya efusi pleura dengan bukti sitologi positif.

IV B Metastasis hingga ke parenkim hati atau spleen, metastasis pada organ


ekstraabdominal (termasuk kelenjar getah bening inguinal dan kelenjar getah
bening di luar kavitas abdominal.

Angka harapan hidup pada penderita kanker ovarium yang didiagnosis dan dilakukan

pengobatan (operasi atau kemoterapi) sebelum kanker menyebar keluar ovarium (stadium IA

dan IB), mendekati 90%. Namun, hanya sekitar 15% saja kanker ovarium pada stadium awal

dapat terdeteksi.38,39

Tabel 2.3. Five Years Survival Rate kanker Ovarium38,39


Stadium Kanker ovarium tipe epitel Angka ketahanan hidup relatif dalam 5
tahun

I 78 %

IA 93 %

IB 91 %

IC 84 %

II 61 %

IIA 82 %

IIB 72 %

III 28 %

IIIA 63 %

Universitas Sumatera Utara


IIIB 53 %

IIIC 41 %

IV 19 %

2.7. Matriks Metalloproteinase-7 (MMP7)

Matriks Metalloproteinase merupakan kumpulan endopeptidase yang memiliki

ketergantungan terhadap zink untuk melakukan aktivitasnya. MMP7 bertanggung jawab

terhadap pembentukan jaringan dan degradasi matriks ekstraseluler. MMP meliputi 23 enzim

proteolitik yang memiliki kesamaan secara struktur dan fungsi.40

2.7.1. Struktrur MMP7

1. Pro peptida

Pro peptida bertanggung jawab untuk mempertahankan bentuk inaktif dari enzim. Pro

peptida terdiri dari sistein yang akan berinterkasi dengan zink pada bagian aktif. Interaksi

dengan zink akan mencegah ikatan dan pemecahan substrat.

2. Domain katalitik

Struktur ini akan berikatan dengan zink dan berubah menjadi bentuk aktif. Bentuk

aktif akan berikatan dengan substrat untuk menjalankan fungsinya.

3. Regio hinge

Regio ini bersifat fleksibel, berguna untuk menghubungkan domain katalitik dengan

C-terminal dan penting dalam mempertahankan stabilitas enzim.

4. Domain C-terminal

Sturktur c-terminal ikut serta dalam interaksi antara protein dan substrat yang spesifik,

seperti TIMP.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3. Struktur MMP (A) Diagram proMMP-1. Pro-domain terlihat pada warna merah,
domain katalitik berwarna pink, regio hinge berwarna kuning, domain hemopexin warna
hijau, ion zink berwarna ungu, ion kalsium berwarna abu-abu. Lingkaran yang dibatasi garis
putus-putus merupakan bagian diana terjadinya interaksi antara domain katalitik dan
hemopexin berinteraksi. MMP yang telah aktif memiliki regio yang lebih terbuka daripada
pro-MMP, hal ini terlihat dari area pro-MMP yang lebih besar (B) Kompleks pro-MMP dan
TIMP.41

2.7.2. Regulasi MMP7

MMP7 disintesis sebagai bentuk zimogen inaktif. MMP7 akan tetap bersifat inaktif

dengan mempertahankan ikatan antara grup sistein-sulfidril pada domain pro peptida dan

ikatan dengan zink pada domain katalitik. Aktivasi MMP7 terjadi saat domain pro peptida

Universitas Sumatera Utara


menghilang. Sebagian besar aktivasi MMP7 terjadi diluar sel sebagai respon aktivasi MMP

lainnya. MMP7 diregulasi oleh hormon, growth factor, sitokin, fungsi ovarium dan diinhibisi

oleh tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP) sebagai inhibitor endogen. MMP7 di

eksresi oleh berbagai jaringan dan sel pro inflamasi, seperti fibroblas, osteoblas, sel endotel,

makrofag, neutrofil, dan limfosit.41

Gambar 2.4.Aksi MMP (A) MMP mempengaruhi migrasi sel dengan mengubah sel adesif
menjadi sel yang nonadesif dan mendegradasi matriks ekstraseluler. (B) MMP mengubah
lingkungan matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan proliferasi, apoptosis, atau
morfogenesis. (C) MMP dapat memodulasi aktivitas dari molekul biologis aktif seperti
hormon pertumbuhan atau reseptor faktor pertumbuhan dengan memecah atau melepaskan
mereka ke lingkungan matriks ekstraseluler. (D) MMP mempengaruhi keseimbangan
aktivitas protease dengan memecah enzim.41

Universitas Sumatera Utara


2.7.3. Peran MMP7

MMP7 dan inhibitor endogen lainnya berperan dalam mengontrol matriks

ekstraseluler, dimana matriks ekstraseluler berdampak penting terhadap perkembangan

embrio, morfogenesis organ, angiogenesis, pertumbuhan tulang, penyembuhan luka,

perbaikan dan pembetukan kembali jaringan yang rusak. Ekpresi yang berlebihan dari MMP

menghasilkan ketidakseimbangan antara aktivitas sinyal pertumbuhan dan inhibisi. Hal ini

berdampak pada kemampuan faktor pertumbuhan sehingga terjadi gangguan yang bersifat

patologis. Gangguan yang terjadi bervariasi, meliputi kerusakan jaringan dan remodeling

selama invasi tumor, angiogenesis tumor, degradasi myelin pada penyakit neuro inflamatori,

peningkatan turnover matriks pada lesi restenotik, fibrosis hati, penurunan kekuatan aorta

pada aneurisma, degradasi jaringan pada ulserasi gaster, destruksi kartilago dan tulang pada

penyakit rematik dan osteoartritis. Peningkatan aktivitas MMP akan menyebabkan terjadinya

degradasi ektraseluler matriks yang membuat sel denganmudah bermigrasi dan meningkatkan

stimulasi pertumbuhan sel tumor.41,42

MMP7 merupakan bentuk terkecil dari matriks metalloproteinase, dikenal juga

dengan Matrilisin. Normalnya, MMP diekspresikan pada glandula eksokrin manusia. MMP

disekresikan ke lumen glandula untuk membuat lumen tetap paten dan glandula berfungsi

dengan baik. MMP7 memiliki dua domain, yaitu pro peptida dan kalitik. MMP7 memiliki

aktivitas proteolitik terhadap matriks ekstraseluler, yakni elastin, fibronektin, proteoglikan,

dan kolagen tipe IV. Berdasarkan aktivitasnya, MMP7 selanjutnya berperan besar dalam

invasi dan metastasis kanker. Ekspresi berlebihan dari MMP7 banyak dijumpai pada

penderita kanker. Induksi MMP7 juga dihubungkan sebagai respon terhadap infeksi bakteri

pada sel epitel. Studi menyebutkan oligonucleotide antisense pada MMP7 menginhibisi

penyebaran kanker gaster karena infeksi Helicobacter pylori.41,42Dari berbagai penelitian,

konsentrasi MMP7 di serum darah pada pasien kanker ovarium menunjukkan peningkatan

Universitas Sumatera Utara


yang signifikan dibandingkan dengan sampel normal.56,57,58,59 Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Shiomi dan Okada pada tahun 2003 serta Wang et al pada tahun 2005, dihasilkan

bahwa sekresi MMP7 berhubungan dengan metastasis.60,61,62

2.8. E-Cadherin

Cadherin merupakan kumpulan glikoprotein yang memediasi adhesi interseluler,

diferensiasi sel, dan morfogenesis. E-Cadherin adalah 120 kDa protein transmembran dan

glikoprotein kalsium dependenyang berlokasi pada adheren junction. E-Cadherin

bertanggung jawab dalam perlekatan antar sel.43,44

E-Cadherin diketahui sebagai salah satu gen supresor tumor pada beberapa keganasan

organ. Hal ini berkaitan dengan fungsinya untuk menjaga perlekatan antar sel danmencegah

transisi epitel mesenkimal sehingga dapat menekan tumorigenesis, invasi, dan metastasis sel

tumor.44

Normalnya, E-Cadherin tidak diekspresikan pada ovarium. Namun beberapa literatur

menyebutkan bahwa E-Cadherin dapat di ekspresikan pada ovarium normal, walau dalam

jumlah yang sangat sedikit. Pada ovarium normal, ekspresi E-Cadherin hanya nampak pada

sel epitel kista inklusi dan invaginasi epitel pada stoma ovari. Pada level seluler, pewarnaan

E-Cadherin hanya terlokalisasi pada membran plasma dan tidak ditemukan pewarnaan pada

epitel permukaan ovari.44

E-Cadherin kompleks dapat diregulasi oleh fosforilasi dan steroid dapat meningkatkan

ekspresi E-Cadherin. Estrogen disebutkan berdampak pada peningkatan ekspresi E-Cadherin,

namun hal ini tidak terbukti karena sebuah penelitian menyebutkan tidak ditemukan

perbedaan ekspresi E-Cadherin pada wanita produktif dan paska menopause. Akibat

keterlibatan estrogen, proses ovulasipun diduga turut berperan dalam tumorigenesis.44

Universitas Sumatera Utara


Kadar E-Cadherin meningkat secara signifikan pada penderita kanker ovarium.

Penurunan E-Cadherin tidak mencegah pertumbuhan dan invasi tumor, karena tumor stadium

lanjut ditemukan mengekspresikan E-Cadherin dengan jumlah yang banyak. Penemuan ini

berbanding terbalik dengan hipotesis yang menyatakan E-Cadherin adalah salah satu gen

supresor tumor. Mekanisme peran E-Cadherin dalam perkembangan tumor ovarium masih

belum dapat dijelaskan lebih lanjut. E-Cadherin diketahui juga dapat menstimulasi sekresi

CA125 sebagai marker yang berkaitan dengan kanker ovarium.44

Penurunan regulasi atau ekspresi abnormal E-Cadherin berkorelasi dengan

peningkatan kemampuan invasi dan diferensiasi yang buruk dari kanker ovarium epitel.

Peningkatan dan penurunan regulasi E-Cadherin ditentukan dari perubahan kecepatan

transkripsi gen E-Cadherin. Delesi gen E-Cadherin menyebabkan hilangnya adesi pada sel

tumor dan mutasi ikatan kalsium yang berkorelasi dengan diferensiasi buruk pada tumor.

Ekspresi E-Cadherin ditemukan pada keganasan tumor ovarium di semua stadium. Ekspresi

E-Cadherin pada epitel permukaan ovarium berhubungan dengan karakteristik morfologis,

seperti sel kolumnar dibandingkan sel skuamosa.Ekspresi E-cadherin tidak ditemukan

berbeda pada tumor bertipe serosa ataupun mucinosa. Walaupun E-cadherin berkaitan dengan

tumor ovarium, ekspresinya pada tumor stroma ovarium tidak ditemukan.44

2.9. MMP7 pada Kanker Ovarium

Matriks metalloproteinase merupakan salah satu enzim proteolitik yang disintesis oleh

luteinizing hormon saat terjadinya ovulasi.Enzim proteolitik berfungsi untuk mendegradasi

jaringan folikel sehingga oosit dapat dilepaskan. Hal ini terlihat dengan ditemukannya

peningkatan aktivitas MMP sebelum terjadinya ovulasi dan inhibitor terhadap MMP terbukti

dapat menghambat terjadinya ovulasi. MMP7 juga meningkat 12 kali lipat setelah 12 jam

Universitas Sumatera Utara


disekresikannya hCG.Regulasi MMP saat ovulasi merupakan sistem yang kompleks. Sinyal

pelepasan satu MMP dapat menginduksi disintesisnya MMP yang lain.42

MMP7 atau matrilisin-1 merupakan salah satu member dari kumpulan MMP. Protein

ini disekresi oleh sel tumor dan diekspresikan pada tumor organ. Ekspresi berlebihan dari

MMP7 berkaitan dengan stadium kanker dan prognosis yang buruk. MMP7 ditemukan

meningkat pada 80% kanker ovarium, dibandingkan dengan 40% tumor jinak. Kadar serum

MMP7 meningkat pada penderita kanker ovarium serosa dan musinosa. Kadar MMP7 pada

serum penderita kanker ovarium ditemukan meningkat dibandingkan kelompok tumor

ovarium jinak. Kadar MMP7 juga meningkat pada kelompok tumor ovarium jinak

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Akumulasi MMP7 berperan dalam akselerasi

pertumbuhan kanker.42

MMP7 berkorelasi dengan metastasis sel kanker. Potensi metastasis sel kanker ini

juga berhubungan dengan aktivitas MMP2 dan MMP9 yang mengontrol perlekatan dan adesi

sel, yang menyebabkan sel kanker ovarium bermetastasis ke peritoneum.40

MMP7 dapat meningkatkan invasi kanker dengan kemampuan proteolitik pada

matriks ekstraseluler. MMP7 juga dapat mengaktivasi MMP lainnya seperti proMMP-2 dan

proMMP-9 yang terbukti berperan dalam invasi sel kanker. Keterlibatan MMP7 dalam

modifikasi matriks ekstraseluler non protein, seperti insuline-like growth factor binding

protein, heparin binding epidermal growth factor precursor, dan E-Cadherin menjelaskan

kemampuannya dalam pertumbuhan tumor atau tumorigenesis.40

Studi menunjukkan bahwa pewarnaan MMP7 secara imunohistokimia pada ovarium

normal dan tumor ovarium memiliki perbedaan.45

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5. Pewarnaan MMP7 pada ovarium normal dan tumor ovarium. Gambar A. Sel
adenoma mucinosa, terdapat pewarnaan yang intens pada sel adenoma. Gambar B. Sel tumor
LMP. Gambar C. Sel tumor adenokarsinoma.Gambar D. Sel epitel ovarium normal,
menunjukkan imunoreaktivitas MMP7 yang sangat minimal atau tidak ada. Gambar E. Kista
inklusi pada ovarium normal. Gambar F. Sel kanker dan glandula mucin pada
adenokarsinoma mucin.45

Universitas Sumatera Utara


2.10. E-Cadherin pada Kanker Ovarium

E-Cadherin memiliki peran penting untuk menjaga arsitektur jaringan. Penurunan

eksrepsi E-cadherin sering berkaitan erat dengan kejadian metastasis kanker.46

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa ekspresi E-Cadherin pada tumor jinak epitel

lebih tinggi dibandingkan dengan tumor epitel ovarium ganas dan bordeline. E-Cadherin juga

berperan penting dalam perkembangan awal tumor primer ovarium dan tumor sekunder

dalam kavum peritoneal. Penurunan ekspresi E-Cadherin berhubungan dengan stadium klinis,

metastasis limfonodi, dan derajat diferensiasi.46

Penurunan regulasi ekspresi E-cadherin menyebabkan supresi bermakna pada

kelangsungan hidup sel kanker ovarium, hal ini juga menurunkan kemampuan sel kanker

ovarium dalam pembentukan koloni. Sehingga, E-Cadherin memegang peranan penting

dalam pertumbuhan dan proliferasi kanker ovarium. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, E-Cadherin memediasi adhesi sel dan aktivasi proliferasi sel. Aktivitas ini dapat

meningkatkan transformasi sel normal menjadi sel kanker dan menstimulasi pertumbuhan sel.

E-Cadherin meningkatan proliferasi sel kanker ovarium epitel.46

Ekspresi E-Cadherin dapat dinilai dengan imunohistokimia. Pada sel kanker ovarium

dan sel ovarium normal yang diambil dari beberapa sampel menunjukkan hasil yang berbeda

secara signifikan setelah dilakukan pewarnaan secara imunohistokimia.47

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.6. Ekspresi E-cadherin pada ovarium normal (kiri) dibandingkan dengan ekspresi
E-cadherin pada kanker ovarium stadium III.47

Ekspresi E-Cadherin terdeteksi pada sel epitel permukaan ovarium normal pada lesi

jinak dan ganas. Ekspresi E-Cadherin pada tumor jinak ovarium terbatas pada batas

interseluler dan regio perseluler dari sel epitel. Pada sampel dari penderita kanker ovarium

primer dan rekuren, ekspresi E-Cadherin tampak berkurang. Ekspresi E-Cadherin pada kedua

jenis tumor ini hanya terlokalisasi secara ireguler pada batas interseluler dan regio perseluler

dari sel epitel. Pada penelitian dijelaskan bahwa penilainan terhadap aktivitas E-Cadherin

dapat menjadi indikator prognosis yang bermanfaat pada penderita kanker ovarium.47

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.7. Imunoreaktivitas E-Cadherin pada kanker ovari primer. A. Ekspresi negatif E-
Cadherin pada karsinoma mucinosa B. Ekspresi positif E-Cadherin pada karsinoma mucinosa
C. Ekspresi positif E-Cadherin pada karsinoma serosa.48

Universitas Sumatera Utara


2.11. Kerangka Teori Faktor Risiko
• Genetik
• Status Menarche
• Status Paritas
• Endometriosis, PID
• Usia Menopause
• Penggunaan obat hormonal

Proses ovulasi
Proses Penuaan

Paparan trauma berulang Kista Inklusi Kortikal


Proses perbaikan (Metaplasia Mullerian)

Hormon
Faktor inflamasi
Kerusakan DNA

Mutasi dan transformasi

E-Cadherin, β-Catenin Peningkatan ekspresi


MMP7

• Proliferasi sel kanker


• Kemampuan invasi
• Pertumbuhan independen
• Adhesi dan migrasi sel

Karsinoma Ovarium Epitel

Universitas Sumatera Utara


2.12. Kerangka Konsep

Konsentrasi MMP 7 Kista ovarium


Ekspresi E-Cadherin Kanker ovarium
tipe epitel

Variabel independen Variabel dependen

2.13 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan konsentrasi serum darah MMP7 dan ekspresi E-Cadherin pada

tumor ovarium jinak dan kanker ovarium tipe epitel.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan penelitian kasus

kontrol. Pada penelitian dilakukan pemeriksaan konsentrasi MMP7 serum darah dan ekspresi

imunohistokimia E-Cadherin padatumor ovarium jinak dan kanker ovarium tipe epitel.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, RSU dr. Pirngadi

Medan, dan pemeriksaan konsentrasi MMP7 serum darah dilakukan di Laboratorium

Terpadu FK USU Medan serta pemeriksaan imunohistokimia dilakukan di Laboratorium

Departemen Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan mulai

April 2018 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan keluhan ginekologi dan onkologi

yang datang berobat di RSUP H. Adam Malik dan RSU dr. Pirngadi Medan, serta menjalani

operasi.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi penelitian yang mempunyai serum

darah dan blok parafin jaringan tumor ovarium jinak dan kanker ovarium tipe epitel yang

diperiksa di laboratorium terpadu FK USU dan laboratorium patologi anatomi RSUP H.

Adam Malik Medan. Subjek penelitian kelompok kasus adalah serum darah dan blok parafin

jaringan

Universitas Sumatera Utara


kanker ovarium tipe epitel yang diperoleh dari pasien yang telah menjalani

operasi ginekologi dan onkologi di RSUP H. Adam Malik dan RSU dr. Pirngadi

Medan. Sedangkan subjek penelitian kelompok kontrol adalah serum darah dan

blok parafin jaringan tumor ovarium jinak yang diperoleh dari pasien yang telah

menjalani operasi ginekologi dan onkologi di RSUP H. Adam Malik dan RSU dr.

Pirngadi Medan.

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

3.4.1.1. Kelompok kasus

1. Bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani informed consent

dan dalam keadaan sehat psikis.

2. Tidak pernah mendapat pengobatan kemoterapi untuk penyakit tumor

ginekologi atau non ginekologi sebelumnya.

3. Tidak didiagnosis dengan penyakit infeksi secara bersamaan pada saat

menjalani pembedahan.

4. Pasien yang menjalani pembedahan atas indikasi ginekologi dan

onkologi.

5. Kadar leukosit ≤ 11.000/mm3.

6. Indeks Resiko Keganasan > 200

3.4.1.2. Kelompok kontrol

1. Bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani informed consent

dan dalam keadaan sehat psikis.

2. Tidak pernah mendapat pengobatan kemoterapi untuk penyakit tumor

ginekologi atau non ginekologi sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


3. Tidak didiagnosis dengan penyakit infeksi secara bersamaan pada saat

menjalani pembedahan.

4. Kadar leukosit ≤ 11.000/mm3.

5. Indeks Resiko Keganasan < 200

3.4.2. Kriteria Eksklusi

Sediaan serum darah dan blok parafin rusak sehingga tidak dapat diproses

lebih lanjut.

3.4.3. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel MMP7

𝟐𝟐
�𝑍𝑍𝛼𝛼 +𝑍𝑍𝛽𝛽 �𝑠𝑠
n= 2 � �
𝑋𝑋1−𝑋𝑋2

(1,96+0,842)0,73 𝟐𝟐
=2� �
9,1−8,48

= 21,78 ≈ 22 sampel

𝑍𝑍𝛼𝛼 = konstanta α (nilai 1,96 bila CI 95%)

𝑍𝑍𝛽𝛽 = power (nilai 0,842 pada kekuatan 80%)

s = varian (0,73, Macuks et al)

X1= rerata kadar MMP 7 serum darah pada ovarium ganas (9,1, Macuks et al)

X2= rerata kadar MMP 7 serum darah pada ovarium jinak (8,48, Macuks et al)

n = 22

Universitas Sumatera Utara


Perhitungan besar sampel E-Cadherin:

n1=n2=Zα√2PQ + Zβ√ P1Q2 + P2Q2 2

P1-P2

n2 = 1,96√2.0,68,0,32 + 0,842√ 0,88.0,12 + 0,48.0,52 2

0,4

=20 sampel

Dimana :

n1=n2 = besar sampel minimal dari masing-masing kelompok

Zα = Deviat baku alfa, kesalahan tipe I sebesar 5% = 1,96

Zβ = Deviat baku beta, power penelitian sebesar 80% = 0,84

P1 =Proporsi positif ekspresi MMP7 pada kanker ovarium = 0,887

P2 = Proporsi positif ekspresi MMP7 pada kista ovarium jinak = 0,487

Q1 = 1 – P1 = 0,12

Q2 = 1 – P2 = 0,52

P = (P1 + P2) / 2 = 0,68

Q = 1- P = 0,32

Jadi sampel yang dibutuhkan adalah 25 kasus tumor ovarium jinak dan 25

kasus kanker ovarium epitel.

Universitas Sumatera Utara


3.5. Variabel Penelitian

3.5.1. Variabel Bebas

1. MMP 7

2. E-Cadherin

3.5.2. Variabel Tergantung

1. Tumor Ovarium jinak

2. Kanker ovarium tipe epitel

3.6. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara dan alat Kategori Skala


ukur
Tumor ovarium Tumor yang Histopatologi Jinak/ ganas Nominal
berasal dari
ovarium yang
1 dibuktikan
berdasarkan
pemeriksaan
klinis dan
histopatologi
Usia Umur yang Dilihat tahun ≤ 20 tahun Ordinal
dihitung kelahiran 21-30 tahun
berdasarkan berdasarkan 31-40 tahun
2 tahun rekam medis 41-50 tahun
kelahiran ≥ 51 tahun
hingga saat
pengambilan
sampel
Paritas Jumlah Dilihat data dari Paritas 0 Ordinal
3 kehamilan rekam medis Nullipara
yang pernah Paritas ≥ 1
dialami
Menopause Periode tidak Kalender dalam Menopause Nominal
mendapat haid tahun melalui Belum menopause
4
selama 12 anamnesis
bulan
berturut-turut

Universitas Sumatera Utara


Indeks Resiko Hasil Anamnesis, Resiko tinggi Nominal
Keganasan perkalian rekam medis dan Resiko rendah
antara status USG
5
menopause,
hasil USG dan
hasil CA-125
Konsentrasi Salah satu Pemeriksaan Kadar satuan dalam Rasio
MMP 7 MMP terkecil, serum darah ng/mL
yang terdiri dengan ELISA
dari dua
6 domain, yaitu
pro domain
dan katalitik
domain

Ekspresi E- Salah satu gen Pemeriksaan Negatif Rasio


Cadherin supresor imunohistokimia Positif Lemah
7 tumor pada yang diamati Positif Sedang
beberapa kemudian Positif Kuat
keganasan dilakukan
organ interpretasi

3.7. Bahan dan Cara Kerja Penelitian

3.7.1 Bahan Penelitian

Bahan untuk penelitian adalah darah pasien tumor ovarium sebanyak 3 cc

yang diambil sebelum dilakukan pembedahan. Kemudian massa yang diangkat

dilakukan pemeriksaan imunohistokimia.

3.7.2 Cara Kerja

1. Pasien yang telah terjadwal operasi onkologi dan ginekologi dilakukan

anamnesa dan pencatatan seluruh data medis yang dioerlukan

Universitas Sumatera Utara


2. Diambil sampel darah sebanyak 3 cc kemudian dikirim ke laboratorium

terpadu FK USU untuk dilakukan pemeriksaan kadar MMP7 darah

dengan metode ELISA.

3. Pasien kemudian menjalani operasi dan massa yang diangkat dilakukan

pemeriksaan imunohistokimia E-Cadherin di laboratorium Patologi

Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Data hasil laboratorium dan histopatologi dikumpulkan dan ditabulasi

5. Analisa data

3.7.3 Prosedur Pemeriksaan MMP7 Serum

1. Darah diambil secara aseptik melalui vena mediana cubiti ke dalam tabung

sebelum pasien dilakukan operasi. Sampel disentrifuge 1000x g selama 15

menit untuk memisahkan serum, kemudian disimpan pada suhu ≤-20°C.

2. Sampel serum diencerkan 100 kali lipat dengan 10 µL sampel + 990 µL

pengencer kalibrator RD6-28.

3. Preparasi reagen

a. Semua reagen dibawa ke suhu kamar sebelum digunakan

b. Wash Buffer– 20 mL konsentrat wash buffer ditambahkan ke air

suling untuk menyiapkan 500 mL wash buffer.

c. Larutan substrat – reagen warna A dan B dicampur dalam volume

yang sama selama 15 menit. Diperlukan 200 µL campuran yang

dihasilkan tiap tabung

d. Standar Human MMP-7 direkonstitusi dengan air suling.

Rekonstitusi ini menghasilkan larutan stok 100 ng/ml. Standar

Universitas Sumatera Utara


dicampur untuk memastikan rekonstitusi lengkap dan biarkan

standar selama minimal 15 menit. Campur dengan baik sebelum

membuat pengenceran.

e. Pipet 360 µL pengencer kalibrator RD6-28 ke dalam masing-

masing tabung. Pipet 200 µL kedalam tabung yang tersisa.

Gunakan larutan stok untuk menghasilkan seri pengenceran.

Campur setiap tabung secara menyeluruh sebelum transfer

berikutnya. Standar Human MMP-7 yang belum diencerkan (20

ng/mL) berfungsi sebagai standar tinggi. Pengencer kalibrator

RD6-28 berfungsi sebagai standar nol (0 ng/mL).

4. Prosedur pemeriksaan

a. Lepas strip microplateberlebih dari rangka pelat, kembalikan

kekantong foil yang berisi kemasan desiccant dan tutup kembali.

b. Tambahkan 100 μL Assay Diluent RD1-52 ke masing-masing

tabung.

c. Tambahkan 50 μL standar, kontrol, atau sampel pada tiap tabung.

Tutup dengan strip perekat yang disediakan. Inkubasi selama 2 jam

Universitas Sumatera Utara


pada suhu kamar. Tata letak pelat disediakan untuk mencatat

standar dan sampel yang diuji.

d. Aspirasikan masing-masing sumur dan cuci, ulangi prosesnya

sebanyak tiga kali dengan total empat kali mencuci. Cuci dengan

mengisi setiap tabung dengan Wash Buffer (400 μL) dengan

menggunakan botol semprot. Setelah pencucian terakhir, buang

sisa Wash Buffer dengan aspirasi. Balikkan pelat dan masukkan ke

handuk kertas bersih.

e. Tambahkan 200 μL konjugasi Human Total MMP-7 ke masing-

masing tabung. Tutup dengan strip perekat baru. Inkubasi selama 2

jam pada suhu kamar.Ulangi aspirasi dan pencucian.

f. Tambahkan 200 μL larutan substrat ke masing-masing tabung.

Inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar di benchtop.

g. Tambahkan 50 μL Stop Solution ke masing-masing tabung. Warna

ditabung harus berubah dari biru menjadi kuning. Jika warna di

dalam sumur berwarna hijau atau perubahan warnanya tidak

tampak seragam, tekan pelat dengan lembut untuk memastikan

pencampuran menyeluruh.

h. Tentukan densitas optik masing-masing sumur dalam waktu 30

menit, dengan menggunakan set pembaca microplateke 450 nm.

5. Kalkulasi hasil

a. Rata Rata-ratakan pembacaan duplikat untuk setiap standar,

kontrol, dan sampel dan kurangi rata-rata standar nol densitas

optik.

Universitas Sumatera Utara


b. Buat kurva standar dengan mengurangi data menggunakan

perangkat lunak komputer.

3.7.4 Prosedur pemeriksaan E-Cadherin Jaringan

1. Preparasi preparat

a. Blok parafin diwarnai dengan pulasan hematoksilin eosin

b. Pulasan imunohistokimia menggunakan alat Bondmax full

automatic. Antibodi yang digunakan adalah Monoclonal antibody

Ecadherin.

c. Tahap awal blok parafin yang dikumpulkan, disimpan dalam

pendingin, selanjutnya dipotong tipis dengan menggunakan

mirotom dengan ketebalan 4 µm dan ditempelkan pada kaca objek.

2. Prosedur pemeriksaan

a. Preparat dipanaskan pada hot plate dengan suhu 60°C selama 10

menit kemudian dibiarkan dalam suhu ruangan selama 10.

b. Dilakukan pemberian xylol sebanyak 2x masing-masing selam 5

menit, difiksasi dengan alkohol 100% sebanyak 2x masing-masing

selama 5 menit dilanjutkan dengan alkohol sebanyak 1x selama 3-5

menit. Lalu direndam dalam metanol H202 selama 30 menit.

c. Dilakukan decloacking chamber, tunggu hingga suhu ruangan

kemudian dicuci dengan PBS. Diberi Pap pen pada sekitar jaringan

yang akan diperiksa dan kemudian diteteskan NHS

d. Setelah itu diberi Monoclonal antibody Ecadherindan dieramkan

selama 1 malam, kemudian dicuci dengan PBS. Kemudian

Universitas Sumatera Utara


diteteskan dengan Link selama 30 menit, dan dicuci lagi dengan

PBS serta air mengalir.

e. Diwarnai counter stainingdengan pewarnaan Hematoksilin Meyer,

dicuci dengan air mengalir, diberi LiCO3 lalu dicuci dengan air

mengalir, kemudian difiksasi dengan alkohol 100% sebanyak 3 kali

selama 5 menit. Diberi xylol sebanyak 2 kali, kemudian dilakukan

proses mounting.

f. Dilakukan interpretasi sediaan oleh dua orang ahli patologi anatomi.

Pemeriksaan histopatologi menggunakan mikroskop cahaya

pemebsaran 400x.

g. Kemudian dilakukan analisis data ekspresi imunohistokimia

Ecadherin pada masing-masing kelompok.

3. Kalkulasi hasil

Penilaian imunohistokimia untuk ekspresi aromatase pada penelitian

menggunakan Immunoreactive Score (IRS) / Remmele Score.Sistem skoring

dengan perkalian dari Intensity score (IS) dan Proportion Score. Nilai skoringnya

adalah 0 sampai 12. Jika hasilnya 0 sampai 1 artinya negatif, 2 sampai 3 artinya

positif lemah, 4 sampai 8 artinya positif sedang dan 9 sampai 12 artinya positif

kuat.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.2 Penilaian proportion score (PS) dan intensity score (IS)

Proportion Score Intensity Score Score

0 : tidak ada pewarnaan 0 : tidak ada pewarnaan

1 : terwarnai <10% 1 : pewarnaan lemah PS x IS

2 : terwarnai 10-50% 2 : pewarnaan sedang (0-12) poin

3 : terwarnai 51-80% 3 : pewarnaan kuat

4 : terwarnai >80%

3.8. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara deskriptif untuk melihat

distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan karakteristik yang akan

ditampilkan dalam bentuk persentase. Kemudian akan dilanjutkan dengan analisis

inferensial. Untuk data dengan skala numerik akan digunakan uji T tidak

berpasangan jika data terdistribusi normal atau Mann Whitney jika data

terdistribusi tidak normal. Sedangkan untuk data dengan skala kategorik akan

digunakan uji chi square. Apabila data tidak memenuhi syarat maka akan

digunakan uji Fisher Exact. Seluruh hasil analisis dinyatakan bermakna dengan

nilai p <0.05 dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi.

3.9. Etika Penelitian

Semua peserta penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini, diberikan

penjelasan. Tentang tujuan, manfaat, dan resiko penelitian serta tanggung jawab

peneliti. Setelah mereka memahami, kemudian diminta persetujuan dengan

menandatangani surat pernyataan persetujuan yang telah disediakan. Setiap pasien

berhak mengetahui hasil pemeriksaan dan boleh menarik diri dari penelitian jika

Universitas Sumatera Utara


tidak bersedia melanjutkan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan persetujuan

dari komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.10. Alur Penelitian

Tumor ovarium

Kriteria Inklusi

Sampel serum darah MMP7

Pembedahan

Jaringan tumor Jaringan kanker


ovarium jinak ovarium tipe epitel

Pemeriksaan Imunohistokimia E-Cadherin

Analisa data

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

Telah dilakukan penelitian dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 50

orang dengan rincian masing-masing 25 orang untuk kelompok tumor ovarium

jinak dan kelompok kanker ovarium tipe epitel yang telah dilakukan pemeriksaan

MMP7 serum darah di laboratorium terpadu FK USU dan pemeriksaan ekspresi

E-Cadherin jaringan ovarium di laboratorium Patologi Anatomi RSHAM. Hasil

penelitian akan diuraikan sebagai berikut.

Dari penelitian didapatkan hasil uji Kappaadalah 92,7% yang berarti tidak

ditemukan perbedaan bermakna antara kedua pengamat dari departemen Patologi

Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1. Karakteristik Sampel Penelitian

Kanker Tumor
Ovarium Ovarium
Karakteristik Total
tipe Epitel Jinak
(%) (%)
Usia (Tahun) ≤ 20 1 (4.0%) 2 (8.0%) 3 (6.0%)
21-30 1 (4.0%) 8 (32.0%) 9 (18.0%)
31-40 3 (12.0%) 2 (8.0%) 5 (10.0%)
41-50 7 (28.0%) 13 (52.0%) 20 (40.0%)
≥ 51 13 (52.0%) 0 (0.0%) 13 (26.0%)

Paritas Paritas 0 9 (36.0%) 7 (28.0%) 16 (32.0%)


Paritas 1 9 (36.0%) 8 (32.0%) 17 (34.0%)
Paritas ≥ 2 7 (28.0%) 10 (40.0%) 17 (34.0%)

Status Belum 12 (48.0%) 25 (100.0%) 37 (74.0%)


menopause Menopause
Menopause 13 (52.0%) 0 (0.0%) 13 (26.0%)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada karakteristik usia pasien untuk

kelompok kanker ovarium tipe epitel, didapati pasien dengan usia ≤ 20 tahun

sebanyak 1 orang (4%), usia 21-30 tahun sebanyak 1 orang (4.0%), usia 31-40

tahun sebanyak 3 orang (12.0%), usia 41-50 tahun sebanyak 7 orang (28.0%), dan

usia ≥ 51tahun sebanyak 13 orang (52.0%). Pada kelompok tumor ovarium jinak

didapati pasien dengan usia ≤ 20 tahun sebanyak 2 Orang (8%), usia 21-30 tahun

sebanyak 8 orang (32.0%), usia 31-40 tahun sebanyak 2 orang (8.0%), usia 41-50

tahun sebanyak 13 orang (52.0%), dan usia ≥ 51 tahun sebanyak 0 orang (0%).

Dari penelitian ini didapatkan data bahwa kanker ovarium tipe epitel paling

banyak diderita oleh pasien dengan usia ≥ 51 tahun, sedangkan untuk tumor

ovarium jinak paling banyak diderita oleh pasien dengan usia antara 41-50 tahun.

Universitas Sumatera Utara


Untuk status paritas, pada kelompok kanker ovarium tipe epitel didapati

pasien dengan status paritas 0 sebanyak 9 orang (36.0%), paritas 1 sebanyak 9

orang (36.0%) dan paritas≥ 2 sebanyak 7 orang (28.0%). Pada kelompok tumor

ovarium jinak didapati pasien dengan status paritas 0 sebanyak 7 orang (28.0%),

paritas 1 sebanyak 8 orang (32.0%) dan paritas≥ 2 sebanyak 10 orang (40.0%).

Dari penelitian ini didapati bahwa kanker ovarium tipe epitel paling banyak

diderita oleh pasien dengan paritas 0 dan paritas 1 orang anak, sedangkan untuk

tumor ovarium jinak paling banyak didapat pada pasien dengan status paritas≥ 2

orang.

Dari status menopause, pada kelompok kanker ovarium tipe epitel didapati

pasien yang belum menopause sebanyak 12 orang (48%), sedangkan yang sudah

menopause sebanyak 13 orang (52%). Untuk kelompok tumor ovarium jinak

didapati pasien yang belum menopause sebanyak 25 orang (100 %), dan tidak

didapatkan satupun pasien yang sudah menopause. Dari data penelitian ini dapat

dilihat bahwa kanker ovarium tipe epitel lebih banyak didapati pada pasien yang

sudah menopause, sedangkan tumor ovarium jinak paling banyak didapati pada

pasien yang belum menopause.

Universitas Sumatera Utara


4.2. Distribusi Hasil Pemeriksaan Histopatologi Tumor Ovarium Jinak

dan Kanker Ovarium Epitel.

Tabel 4.2. Distribusi Hasil Pemeriksaan Histopatologi Tumor Ovarium Jinak

dan Kanker Ovarium Epitel.

Kanker Tumor
Ovarium Ovarium
Karakteristik Total
tipe Epitel Jinak
(%) (%)
Histopatologi Serous 14 5 19
56.0% 20.0% 38.0%
Mucinous 5 8 13
20.0% 32.0% 26.0%
Endometrioi 4 12 16
d
16.0% 48.0% 32.0%
clear cell 2 0 2
8.0% .0% 4.0%

Untuk hasil pemeriksaan histopatologis, pada kelompok kanker ovarium

tipe epitel didapati pasien dengan hasil serous sebanyak 14 orang (56%), hasil

musinous sebanyak 5 orang (20%), hasil endometrioid sebanyak 4 orang (16%),

dan hasil clear cell sebanyak 2 orang (8%). Pada kelompok tumor ovarium jinak

didapati pasien dengan hasil serous sebanyak 5 orang (20%), hasil musinous

sebanyak 8 orang (32%), hasil endometrioid sebanyak 12 orang (48%), sedangkan

hasil clear cell tidak didapatkan satupun. Dari data penelitian ini didapatkan

bahwa pasien dengan kanker ovarium tipe epitel paling banyak didapati hasil

histopatologi dengan hasil serous, sedangkan pada pasien dengan tumor ovarium

jinak paling banyak dengan hasil endometrioid.

Universitas Sumatera Utara


4.3. Perbedaan Konsentrasi MMP7 pada Serum Darah dan Ekspresi E-

Cadherin Tumor Ovarium Jinak dan Kanker Ovarium Epitel.

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan konsentrasi MMP7 serum darah

dan pemeriksaan ekspresi E-Cadherin pada jaringan kanker ovarium tipe epitel

dan tumor ovarium jinak. Berikut ini hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut.

Tabel 4.3.1. Konsentrasi MMP 7 pada Sampel Penelitian

Tumor Kadar MMP7


Nilai p
Ovarium Mean Median Min-Max

Ganas
6.85 5.63 2.03 - 13.21
0.001*
Jinak 2.49 - 4.26
3.64 3.88
*Mann-Whitney Test

Dari hasil penelitian ini didapatkan rata-rata kadar MMP7 pada pasien

dengan kanker ovarium tipe epiel sebesar 6,85 mg/dl, sedangkan pada pasien

dengan tumor ovarium jinak sebesar 3,64 mg/dl. Dari hasil analisis statistik

didapatkan bahwa nilai P = 0,001 yang menandakan bahwa ada perbedaan yang

bermakna antara kadar MMP7 pasien kanker ovarium tipe epitel dengan pasien

tumor ovarium jinak

Tabel 4.3.2.Ekspresi E-Cadherin pada Sampel Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Ekspresi E-Cadherin Total
Tumor
Positif Positif Positif
Ovarium Negatif
Lemah Sedang Kuat

Ganas 1 25
10 8 6
4.0% 100%
40.0% 32.0% 24.0%
Jinak 10 13 25
0 2
40.0% 52.0% 100%
0.0% 8.0%

Untuk hasil pemeriksaan ekspresi E-Cadherin, pada kelompok kanker

ovarium tipe epitel didapati pasien dengan hasil ekspresi E-Cadherin negatif

sebanyak 10 orang (40.0%), hasil ekspresi E-Cadherin positif lemah sebanyak 8

orang (32.0%), hasil ekspresi E-Cadherin positif sedang sebanyak 6 orang

(24.0%), dan hasil ekspresi E-Cadherin positif kuat sebanyak 1 orang (4.0%).

Untuk kelompok tumor ovarium jinak didapati pasien dengan hasil ekspresi E-

Cadherin negatif sebanyak 0 orang (0.0%), hasil ekspresi E-Cadherin positif

lemah sebanyak 2 orang (8.0%), hasil ekspresi E-Cadherin positif sedang

sebanyak 10 orang (40.0%), hasil ekspresi E-Cadherin positif kuat sebanyak 13

orang (52.0%). Dari data penelitian ini didapatkan bahwa pasien dengan kanker

ovarium tipe epitel paling banyak didapati hasil ekspresi E-Cadherin negatif,

sedangkan pada pasien dengan tumor ovarium jinak paling banyak dengan hasil

ekspresi E-Cadherin positif kuat.

4.4. Korelasi Antara Konsentrasi Serum Darah MMP7 Dan Ekspresi E-

Cadherin Pada Tumor Ovarium Jinak Dan Kanker Ovarium Tipe Epitel.

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kadar MMP7 serum dan

Ekspresi E-Cadherin pada pasien dengan tumor ovarium ganas dan jinak. Berikut

ini hasil dari pemeriksaan laboratorium tersebut.

Tabel 4.4. Korelasi Antara Konsentrasi Serum Darah MMP7 dan Ekspresi

E-Cadherin pada Tumor Ovarium Jinak dan Kanker Ovarium Tipe Epitel

Nilai r Nilai p
MMP 7 dan Ekspresi E-cadherin -0.619 0.000

Dari hasil analisis statistik didapatkan bahwa nilai P = 0,000 yang

menandakan bahwa ada korelasi yang signifikan kadar MMP7 dan Ekspresi E-

Cadherine pada pasien dengan tumor ovarium ganas dengan pasien dengan tumor

ovarium jinak.

BAB V

PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara


5.1. Karakteristik Subjek Penelitian

5.1.1. Usia

Kanker ini umumnya berkembang pada wanita tua. Sekitar setengah

wanita yang didiagnosis dengan kanker ovarium adalah 63 tahun atau lebih.24,25

Neoplasma ganas ovarium terjadi pada semua usia, termasuk bayi dan kanak-

kanak. Tumor sel germinal ganas paling sering terjadi pada perempuan di bawah

usia 20 tahun, sedangkan kanker epitel ovarium terutama terjadi pada wanita di

atas usia 50 tahun.25 Jumlah terbesar pasien dengan kanker ovarium ditemukan

pada kelompok usia 60 hingga 64 tahun; lebih dari sepertiga kasus terjadi pada

pasien berusia 65 tahun atau lebih.49 Pada penelitian lain yang dilakukan pada

pasien dengan kista ovarium jinak, kelompok usia 36-49 tahun merupakan

kelompok usia terbanyak. Serta kejadian kista ovarium jinak lebih sering terjadi

pada pasien dengan usia reproduktif.50,51,52,53

Insidensi ini sesuai dengan penelitian kami dimana angka kejadian

terbanyak kanker ovarium epitel pada kelompok usia di atas 51 tahun, berbeda

dengan insidensi tumor ovarium jinak dengan usia terbanyak pada kelompok usia

41-50 tahun (Tabel 4.1).

5.1.2. Paritas

Berdasarkan penelitian bahwa bila mendapatkan ovulasi penuh setiap

tahun maka terdapat peningkatan risiko kanker ovarium sebesar 6 persen. Temuan

ini secara khusus relevan pada kelompok usia 20 hingga 29 tahun di mana

risikonya tertinggi dengan peningkatan 20 persen.34,49,54

Wanita memiliki resiko mengalami kanker ovarium jika mereka

mendapatkan menstruasi saat usia sangat muda (sebelum berumur 12 tahun), tidak

Universitas Sumatera Utara


memiliki anak, memiliki keturunan setelah berumur 30 tahun, atau mengalami

menopause dini (sebelum berumur 50 tahun). Faktor Risiko lainnya adalah

konsumsi tinggi lemak hewani, penggunaan obat fertilitas clomiphene, paparan

radiasi, dan penggunaan bedak talk.27-33

Beberapa penelitian lainnya, menyebutkan bahwa pada wanita multiparitas

diperkirakan memiliki resiko 30-60% lebih rendah untuk terkena kanker

ovarium.34,49,54

Sebagian besar subjek penelitian pada kelompok kanker ovarium tipe

epitel diderita oleh pasien dengan paritas 0 dan paritas 1 orang anak (36.0%)

(Tabel 4.1). Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa wanita para memiliki risiko

lebih rendah dalam menderita kanker ovarium. Peneliti menduga hal ini

disebabkan pengambilan sampel secara consecutive sampling dalam waktu yang

cukup singkat sehingga tidak dapat menggambarkan kejadian kasus tumor

ovarium epitel secara keseluruhan serta kemampuan untuk menghilangkan faktor

bias.

5.1.3. Status Menopause

Penelitian yang dilakukan oleh Moszynski R et al, bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kejadian kanker ovarium, endometrioma dan

tumor ovarium jinak pada pasien menopause dan premenopause.55

Pada tabel 4.1. dapat dilihat bahwa jumlah subjek dengan kanker ovarium

tipe epitel yang belum menopause sebanyak 12 orang (48%) sedangkan yang

sudah menopause sebanyak 13 orang (52%).

5.2. Distribusi Hasil Pemeriksaan Histopatologi Kanker Ovarium Epitel

Universitas Sumatera Utara


Kanker ovarium terdiri dari kurang lebih 30 tipe yang berbeda, dimana

klasifikasinya dibedakan menurut tipe sel kanker tersebut berasal. Kanker

ovarium dimulai dari tiga tipe sel utama yaitu : (1) epitel permukaan yang

menutupi lapisan luar ovarium, (2) sel germinal yang berperan membentuk sel

ovum, dan (3) sel stromal yang berperan melepaskan hormon dan berhubungan

dengan berbagai struktur di ovarium. Sembilan puluh persen kasus adalah tumor

epitel yang berasal dari epitel permukaan ovarium atau turunan Mullerian. Tumor

ini biasanya khas pada wanita paska menopause. Klasifikasi World Health

Organization (WHO) membagi menjadi histotipe serosa, musinus, endometrioid,

clear cell dan karsinoma sel skuamosa.1,2,3,22

Sekitar 75-80% kanker epitel adalah tipe serosa, dengan mayoritas adalah

kanker high grade. Subtipe yang kurang umum adalah musinosa (10%),

endometrioid (10%), clear cell, Brenner, dan karsinoma tak terdiferensiasi. Hal ini

sesuai dengan penelitian kami dimana histopatologi yang paling sering pada

kanker ovarium epitel adalah adenocarcinoma serosum sebanyak 14 orang (56%)

(Tabel 4.2).34,49

5.3. Perbedaan Konsentrasi MMP7 pada serum darah dan ekspresi E-


Cadherin Jaringan Tumor Ovarium Jinak dan Kanker Ovarium Epitel
MMP7 merupakan bentuk terkecil dari matriks metalloproteinase, dikenal

juga dengan Matrilisin. Normalnya, MMP diekspresikan pada glandula eksokrin

manusia. MMP disekresikan ke lumen glandula untuk membuat lumen tetap paten

dan glandula berfungsi dengan baik. MMP7 memiliki dua domain, yaitu pro

peptida dan kalitik. MMP7 memiliki aktivitas proteolitik terhadap matriks

Universitas Sumatera Utara


ekstraseluler, yakni elastin, fibronektin, proteoglikan, dan kolagen tipe IV.

Berdasarkan aktivitasnya, MMP7 selanjutnya berperan besar dalam invasi dan

metastasis kanker. Ekspresi berlebihan dari MMP7 banyak dijumpai pada

penderita kanker.41,42,56,58

Penelitian yang dilakukan oleh Bedkowska dkk, didapatkan bahwa

konsentrasi serum darah dari MMP7 meningkat pada grup kanker ovarium

dibandingkan dengan kontrol. Lebih lanjut lagi bahwa, terdapat perbedaan

konsentrasi MMP7 pada setiap stadium kanker ovarium.17,56,57,58 Dari penelitian

yang dilakukan oleh Meinhold-Heerlein et al, konsentrasi MMP7 di serum darah

pada kasus kanker ovarium tipe serous.59 Penelitian yang dilakukan oleh Zhang et

al, menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi MMP7 berperan besar dan

kejadian metastasis kanker ovarium. Dan peningkatan konsentrasi MMP pada

kasus kanker ovarium secara signifikan berhubungan dengan stadium klinis dan

metastasis.62

Pada hasil penelitian kami dapat dilihat pada tabel 4.2. bahwa terdapat

perbedaan bermakna antara kadar MMP7 tumor ovarium epitel ganas dengan

tumor ovarium epitel jinak.

E-Cadherin diketahui sebagai salah satu gen supresor tumor pada beberapa

keganasan organ. Hal ini berkaitan dengan fungsinya untuk menjaga perlekatan

antar sel dan mencegah transisi epitel mesenkimal sehingga dapat menekan

tumorigenesis, invasi dan metastasis sel tumor.44

Dari penelitian yang dilakukan oleh Yuecheng et al, didapatkan bahwa

penurunan ekspresi E-Cadherin ditemukan pada kanker ovarium tipe epitel

dibandingkan dengan normal.46 Sama halnya dengan studi yang dilakukan oleh

Universitas Sumatera Utara


Koensgen et al, bahwa ekspresi E-Cadherin ditemukan lebih rendah pada kanker

ovarium tipe epitel dibandingkan dengan tumor ovarium jinak.47 Hal ini sesuai

dengan penelitian kami, dimana kanker ovarium tipe epitel paling banyak dengan

ekspresi negatif.

5.4 Korelasi antara Konsentrasi Serum Darah MMP7 dan Ekspresi E-

Cadherin pada Tumor Ovarium Jinak dan Kanker Ovarium Epitel.

E-Cadherin merupakan molekul adhesi interseluler utama yang menjaga

adhesi sel epitel dan mencegah sel bermigrasi. Penurunan regulasi dari E-

Cadherin akan melemahkan kekuatan adhesi antar sel dan meningkatkan

pergerakan sel. Hal ini akan berdampak pada invasi sel tumor pada jaringan

sekitar. Ekspresi E-Cadherin ditemukan lebih rendah pada tumor ganas ovarium

dibandingkan dengan tumor ovarium jinak. Ekspresi ini juga berkaitan dengan

diferensiasi yang buruk, implantasi peritoneum, dan penurunan angka harapan

hidup.15

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dai dkk, dapat disimpulkan

bahwa ekspresi E-Cadherin yang negatif menunjukkan angka kelangsungan hidup

yang buruk pada kanker ovarium. Serta ekspresi E-Cadherin yang negatif

berhubungan dengan stadium dari Federation International of Gynecology and

Oncology (FIGO), besarnya tumor, metastasis, dan rekuren. Lebih lanjut lagi dari

penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa ekspresi negatif E-Cadherin dapat

sebagai prediktor yang lebih efektif untuk menilai prognosis pada kanker

ovarium.16

Universitas Sumatera Utara


Penurunan regulasi atau ekspresi abnormal E-Cadherin berkorelasi dengan

peningkatan kemampuan invasi dan diferensiasi yang buruk dari kanker ovarium

epitel. Peningkatan dan penurunan regulasi E-Cadherin ditentukan dari perubahan

kecepatan transkripsi gen E-Cadherin. Delesi gen E-Cadherin menyebabkan

hilangnya adesi pada sel tumor dan mutasi ikatan kalsium yang berkorelasi

dengan diferensiasi buruk pada tumor. Ekspresi E-Cadherin ditemukan pada

keganasan tumor ovarium di semua stadium. Ekspresi E-Cadherin pada epitel

permukaan ovari berhubungan dengan karakteristik morfologis, seperti sel

kolumnar dibandingkan sel skuamosa. Adenokarsinoma ovarium memiliki

ekspresi yang kuat terhadap E-cadherin. Ekspresi E-cadherin pada sel epitel dan

sel stroma dapat berubah pada adenokarsinoma dibandingkan dengan tumor jinak.

Ekspresi E-cadherin tidak ditemukan berbeda pada tumor bertipe serosa ataupun

mucinosa. Walaupun E-cadherin berkaitan dengan tumor ovarium, ekspresinya

pada tumor stroma ovarium tidak ditemukan.44,63,64

Pada penelitian ini dari hasil analisis statistik didapatkan bahwa nilai P =

0,000 yang menandakan bahwa ada korelasi yang signifikan kadar MMP7 dan

Ekspresi E-Cadherine pada pasien dengan kanker ovarium tipe epitel dengan

tumor ovarium jinak.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Sebagian besar dari penelitian ini didapatkan data bahwa kanker ovarium tipe epitel

paling banyak diderita oleh pasien dengan usia ≥ 51 tahun, belum memiliki anak atau

minimal telah memiliki 1 orang anak, sudah menopause, dengan jenis histopatologi serous.

Sedangkan pada kelompok tumor ovarium jinak paling banyak pada kelompok usia 41-50

≥ 2
tahun, telah memiliki anak orang, belum menopause dengan jenis histopatologi

endometrioid.

Rerata kadar MMP7 pada pasien kanker ovarium tipe epitel sebesar 6,85 mg/dl dan

pada pasien dengan tumor ovarium jinak sebesar 3,64 mg/dl.

Rerata ekspresi E-Cadherin pada pasien kanker ovarium tipe epitel adalah negatif dan

pada pasien dengan tumor ovarium jinak hasil ekspresi E-Cadherin positif kuat.

Terdapat korelasi yang signifikan kadar MMP7 dan Ekspresi E-Cadherine pada pasien

dengan kanker ovarium tipe epitel dengan pasien dengan tumor ovarium jinak dan bermakna

secara statistik.

6.2. Saran

Perlu penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang besar untuk melihat biomarker

yang dapat menjadi penanda spesifik pada kanker ovarium epitel dengan metastase.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Lee-jones L. Ovary: Epithelial tumors. Atlas of Genetics and Cytogenetics in Oncology


and Haematology. 2004;8(2):115-133.
2. National Cancer Centre Singapore. Annual Report, Strength Through Collaboration.
NCCS.2012.
3. National Ovarian Cancer Coalition. Ovarian Cancer Resource Guide; 2017
4. Cancer Research UK. Types of Ovarian Cancer. Cancer Research UK. 2016; p:1-20
5. National Cancer Institute. A Snapshot of Ovarian Cancer. NCI. 2016. p : 1-15
6. Torrey, Lindsay, Bray, Freddie, Siegel, Rebecca, Ferlay, Jacques, et al. Global Cancer
Statistics. 2012. Ca Cancer Clin.65; 87-108
7. Gentry-Maharaj A, Jacobs I, Menon U. Ovarian Cancer-Tumor Markers and Screening.
In Berek JS, Hacker NF. Berek & Hacker’s Gynecologic Oncology. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2015. p. 443-63.
8. Kamil, Noor, Kamil, Saba. Global Cancer Incidences, Causes, and Future Predictions for
Subcontinent Region. Systematic Review in Pharmacology. 2015. p. 13-15
9. Infodatin. Situasi Penyakit Kanker Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
10. The American Cancer Society. The American Cancer Society. Cancer Facts and Figure.
2018. ACS
11. Busmar B. Kanker Ovarium. In Aziz MF, Andrijono, Saifuddin AB Buku Acuan
Nasional Onkologi Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
2006. P468-527.
12. Olt, George J, Bast, Robert C, & Berchuck, Andrew. Gynecologic Tumor Marker.
13. Bast, R.C, Badgwell, D, Lu, Z, Marquez, R, Rosen, D, et al. New Tumor Markers : Ca-
125 and Beyond. International Journal of Gynecological Cancer.2005;p : 274-81.
14. Brown GT, & Murray GI. Current mechanistic insights into the roles of matrix
metalloproteinases in tumour invasion and metastasis. J Pathol. 2015;273–81.
15. Wang W-S, Yu S-L, Yang X-S, Chang S-D, & Hou J-Q. Expression and significance of
twist and E-cadherin in ovarian cancer tissues. Asian Pac J Cancer Prev. 2013;669–72.
16. Dai C, Cao J, Zeng Y, Xu S, Jia X, & Xu P. E-Cadherin expression as a prognostic factor
in patients with ovarian cancer : a meta-analysis. 2017;81052–61.

Universitas Sumatera Utara


17. Bedkowska, Gacuta E, Zajkowska et all. Plasma levels of MMP-7 and TIMP-1 in
laboratory diagnostics and differentiation of selected histological types of epithelial
ovarian cancers. Journal of Ovarian Research. 2017. 10-39.
18. Sokol E. Clinical Anatomy of the Uterus, Falopian Tubes and Ovaries. Global Library
Womens Medicine., (ISSN: 1756-2228) 2011; DOI 10.3843/GLOWN.10001.
19. Miranda AM. IN: Gest TR (Ed) Ovary Anatomy. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#a1
20. Thompson L. The Ovaries. December 2016. [Online].; 2016 [cited 2018 March 02.
Available from : http://teachmeanatomy.info/pelvis/female-reproductive-
tract/ovaries/
21. Garner E, Garett A, et all. Natural History and Detection of Ovarian Carcinoma. Global
Library Womens Medicine., (ISSN: 1756-2228) 2011; DOI 10.3843/GLOWN.10246.
22. Meinhold-Heerlein I, Fotopoulou C, Harter P et al (2015) Statement by the Kommision
Ovar of the AGO: the new FIGO and WHO classification of ovarian, fallopian tube and
primary peritoneal cancer. Geburtshilfe Frauenheilkd 75:1021-1027.
23. Ferlay J, Soerjomataram I, Ervik M, Dikshit R, Eser S, Mathers C, Rebelo M, Parkin
DM, Forman D, Bray F. Cancer Incidence and Mortality Worldwide: IARC Cancerbase
no 11. 2014.
24. The American Cancer Society medical editorial content team. What are the key statistics
about ovarian cancer?. American Cancer Society. 2018
25. Cancer Statistics Working Group. United States Cancer Statistics: 1999-2013 Incidence
and Mortality Web-based Report. Atlanta (GA): Department of Health and Human
Services, Centers for Disease Control and Prevention, and National Cancer Institute;
2016.
26. Sahil MF. Penatalaksanaan kanker ovarium pada wanita usia muda dengan
mempertahankan fungsi reproduksi. 2007. USU e-repository. 2008.
27. Simon H. In: Zieve D (Ed). Ovarian cancer risk factor and prevention. The New York
Times Health Guide. February 2017.
28. Bodelon C, et al. Ovarian cancer risk factors by parity status. British Journal of Cancer.
2013; 109:769-776.
29. Gajjar K, Ogden G, Mujahid MI, Razvi K. Symptoms and risk factors of Ovarian
Cancer: A survey in Primary Care. International Scholarly Research Network ISRN

Universitas Sumatera Utara


Obstetrics and Gynecology Volume 2012, Article ID 754197, 6 pages
doi:10.5402/2012/754197.
30. Salehi F, Dunfield L, Philips KP, Krewski D, Vanderhyden BC. Risk Factors for Ovarian
Cancer: An Overview with Emphasis on Hormonal Factors. Journal of Toxicology and
Enviromental Health part B 11:3.2008 p301-321.
31. American cancer society et al. ok SC et al. Ethiology and pathogenesis of epithelial
ovarian cancer. Diseaaetiology of cancer and prevalencese Markers 23 (2007). P367-376.
32. Pajenga E et al. Hormonal Risk Factors for Ovarian Cancer in the Albanian Case Control
Study. Bosn J Basic Med Sci 2013; 13(2): 89-93.
33. Roett MA, Evans P. Ovarian Cancer: An overview American Academy of Family
Physicians. Volume 80, Number 6.
34. Berek JS, Friedlander ML, Hacker NF. Epithelial Ovarian, Fallopian Tube, and
Peritoneal Cancer. In Berek JS, Hacker NF. Berek & Hacker’s Gynecologic Oncology.
Philadephia: Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams & Wilkins; 2015. p. 464-529.
35. Bast L. Antigen cancer CA125 in ovarian cancer, Am J Hum Genetics 1983;2:422-436.
36. Jacobs I, Oram D, Fairbanks J, Turner J, Frost C. A risk of malignancy index
incorporating CA125, ultrasound and menopausal status for the accurate preoperative
diagnosis of ovarian cancer. Br J Obstet Gynecol 1990;97:922-9.
37. Manjunath AP, Pratapkumar, Sujatha K, Vani R. Comparison of three Risk of
Malignancy Index in evaluation of pelvic massess. Gynecol oncol 2001;81:225-9.
38. The American Cancer Society. Cancer Facts and Figure. 2018. ACS
39. Howlader N, Noone AM, Krapcho M, et al. SEER Cancer Statistics Review. National
Cancer Institute. 2017
40. Gershtein ES, Levkina N V, Digayeva MA, Laktionov KP, Tereshkina IV, Kushlinsky
NE. Matrix metalloproteinases 2, 7, and 9 and tissue inhibitor of metalloproteinases-1 in
tumors and serum of patients with ovarian neoplasms. Bull Exp Biol Med. 2010;628–31.
41. Nagase H, Visse R, & Murphy G. Structure and function of matrix metalloproteinases
and TIMPs. 2006;562–73.
42. Curry TE, & Osteen KG. The matrix metalloproteinase system: Changes, regulation, and
impact throughout the ovarian and uterine reproductive cycle. Endocr Rev. 2003;428–65.
43. Dong L, Liu L, Ma C, Li J, Du C, XU S, et al. E-cadherin promotes proliferation of
human ovarian cancer cells in vitro via activating MEK/ERK pathway. Acta Pharmacol
Sin. 2012;817–22.

Universitas Sumatera Utara


44. Anson PJ, Undfeldt KS, Iontkewitz YP, Varsson KI, Ilsson ON, Ck SEN, et al. E-
Cadherin Expression in Human Epithelial Ovarian Cancer. 1997;275–80.
45. Shigemasa K, Tanimoto H, Sakata K, Nagai N, Parmley TH, Ohama K, et al. Induction
of matrix metalloprotease-7 is common in mucinous ovarian tumors including early stage
disease. Med Oncol. 2000;52–8.
46. Yuecheng Y, Hongmei L, & Xiaoyan X. Clinical evaluation of E-cadherin expression
and its regulation mechanism in epithelial ovarian cancer. Clin Exp Metastasis. 2006;65–
74
47. Koensgen D, Freitag C, Klaman I, Dahl E, Mustea A, Chekerov R, et al. Expression and
Localization of E-Cadherin in Epithelial Ovarian Cancer. 2010;2525–30.
48. Faleiro-Rodrigues C. Prognostic value of E-cadherin immunoexpression in patients with
primary ovarian carcinomas. Ann Oncol. 2004;1535–42.
49. Eisenhauer EL, Salani R, Copeland LJ. Epithelial Ovarian Cancer. In Disaia PJ,
Creasman WT, Mannel RS, Mcmeekin DS, Mutch DG. Clinical Gynecologic Oncology.
Philadelphia: Elsevier; 2018. p. 253-89.e14.
50. Zahra, fatimah. Pattern of Benign Ovarian Cyst in Qatari Women. Qatar Medical
Journal. 2016;23-50.
51. Abduljabar, Yasir H, Estarb AB. Review of 244 Ovarian Cyst. Saudi Medical Journal.
2015;36(7):834-838.
52. Gameraddin, Nagla KB. Characteristics of Benign Ovarian Lesion in Among Sudanese
Women Undergoing Pelvic Ultrasound Scans : Impact of parity and ages. Journal of
Clinical and Diagnostic Research. 2018;36(7):234-258.
53. Rofe, Guy, Ron. Benign Ovarian Cyst in Reproductive Age Women Undergoing
Assisted Reproductive Technology Treatment. Open Journal of Obstetrics and
Gynecology. 2013;16(7):434-508.
54. Farghaly SA. Ovarian Cancer – Basic Science Perspective Farghaly SA, editor. Rijeka:
InTech; 2012.
55. Moszynski R, Patrick Z et al. Menopausal Status Strongly Influences the Utility of
Predictive Models in Differential Diagnosis of Ovarian Tumors : an external Validation
of Selevctive Tools. Gynecol Poland. 2014;85:892-895.
56. Al-Alem L, Curry TE. Ovarian Cancer : Involvement of The Matrix Metalloproteinases.
National Institutes of Health US. 2015; 150(2):R55-R64.

Universitas Sumatera Utara


57. Li M, Yamamoto H, Adachi Y, Maruyama Y, Shinomura Y. Role of matrix
metalloproteinase-7 in human cancer invasion, apoptosis, growth and angiogenesis. Exp
Biology Medicine. 2006; 231(1):20-7.
58. Brun JL, Cortez A, Commo F, Uzan S, Rouzier R, Darai E. Serous and mucinous ovarian
tumors express different profiles of MMP-2, -7, -9 and TIMP-1 and -2. Int Journal of
Oncology. 2008; 33(6):1239-46.
59. Meeinhold-Heerlein H I, Bauerschlag D, Zhou Y et al. An integrated clinical-genomics
approach identifies a candidate multi-analyte blood test for serous ovarian carcinoma.
Clinical Cancer Registry. 2007; 13(2 Pt1):458-66.
60. Shiomi T, Okada Y. MT1-MMP and MMP-7 in invasion and metastasis of human
cancers. Cancer Metastasis Rev. 2003; 22(2-3):145-52.
61. Wang FQ, So J, Reierstad S, Fishman DA. MMP-7 promotes invasion of ovarian cancer
cells by activation of progelatinase. International Journal Cancer. 2005; 114(1):19-31.
62. Zhang Y, Chen Q. Realtionship between matrix metalloproteinases and the occurence
and development of ovarian cancer. Brazilian Journal of Medical and Biological
Research. 2017; 50(6):e6104.
63. Inoue M, Ogawa H, Miyata M, et al. Expression of E-Cadherin in Normal, Benign and
Malignant tissues of Female Genital Organs. Am J Clin Pathol. 1992; 98:76-80.
64. Rosso M, MAJEM B, Devis L, et al. E-Cadherin : A determinant molecule associated
with ovarian cancer progression, dissemination and aggressiveness. National Center fo
Biotechnology Information. 2017; 12(9):e0184439.

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN
Ibu-ibu Yth,
Nama saya dr. Ahmad Syauki, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan
dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran – Universitas
Sumatera Utara.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul :
“Konsentrasi Matriks Metalloproteinase-7 pada serum darah dan ekspresi
imunohistokimia E-Cadherin jaringan tumor ovarium jinak dan kanker
ovarium tipe epitel.”
Tata cara penelitiannya sebagai berikut:
1. Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik untuk melakukan penelitian,
penelitian dimulai dengan mengumpulkan subyek penelitian sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi.
2. Setelah mendapat penjelasan mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian
serta menandatangani persetujuan untuk mengikuti penelitian, dilakukan
wawancara dengan kuesioner untuk mengetahui data yang dibutuhkan peneliti.
3. Dilakukan pengambilan darah dilipatan lengan sebanyak 3 cc kemudian
dilakukan pengukuran konsentrasi matriks metalloproteinase-7 dengan
menggunakan ELISA kit, yang diperiksa di laboratorium terpadu FK USU.
Setelah operasi, dilakukan penilaian ekspresi imunohistokimia E-Cadherin pada
jaringan ovarium di laboratorium patologi anatomi FK USU.
4. Data dikumpulkan kemudian dianalisis secara statistik.
Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri. Penelitian ini sendiri tidak memiliki efek
samping disebabkan penelitian hanya mengambil sampel darah..
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi serum darah MMP7 dan ekspresi E-
Cadherin pada tumor ovarium jinak dan kanker ovarium tipe epitel.”

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian ini, saya akan mengambil data dari rekam medis dan seluruh hasil
pemeriksaan selanjutnya dianalisa menurut statistika. Kerahasiaan pribadi ibu-ibu
tetap saya pelihara. Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini
sepenuhnya tidak dibebankan kepada ibu-ibu.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibu
yang bersedia ikut sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini dapat mengisi
lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.
Terimakasih saya ucapkan kepada ibu-ibu yang telah berpartisipasi didalam
penelitian ini. Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas
maka ibu-ibu dapat menghubungi dr Ahmad Syauki, Departemen Obgin FK-USU,
telp 081318938355
Terima kasih.

Medan,April 2018

Hormat saya

dr. Ahmad Syauki

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai