TESIS
OLEH
IMELDA REY
PEMBIMBING TESIS
Disahkan oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
tesis ini yang berjudul : PROFIL PASIEN SIROSIS HATI DI RUANG RAWAT
terima kasih dan rasa hormat serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
penulis.
ketua dan sekretaris program studi Ilmu Penyakit Dalam yang dengan
3. Khusus mengenai karya tulis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
berlimpah dari Yang Maha Kuasa selalu beserta mereka dan keluarga.
mengikuti pendidikan.
Handayani, SpPD, Dr. Hariyani Adin,SpPD, Dr. Endang SpPD, Dr. Deske
6. Direktur RSUP H Adam Malik Medan dan RSUD Dr Pirngadi Medan yang
7. Kepada Drs Abdul Jalil Amri Arma, MKes yang telah memberikan bantuan
Penyakit Dalam RSUD. Dr. Pirngadi dan RSUP. H. Adam Malik Medan :
Lely Husna, Yanti, Theresia, Syafruddin Abdullah, Fitri ,Wanti, Sari ,Tika
dan Deni yang telah banyak membantu dan bekerjasama dengan baik
selama ini.
Penyakit Dalam RSUD. Dr. Pirngadi dan RSUP. H. Adam Malik Medan,
ini.
10. Kepada kedua orang tua saya Dr. Rustam Effendi Ys,SpPD dan Dr.
Chairul Rahmah SpPK yang saya kasihi, tiada kata-kata yang paling tepat
dapat memberi kebahagiaan dan kesejahteraan bagi kita. Dan anakku Astrid
Beauty Clarissa Nasution semoga apa yang kita jalani selama ini dapat
Sebenarnya masih banyak lagi kata ucapan terima kasih yang ingin
Rabbal Alamin.
Penulis
Imelda Rey
Halaman
Daftar Tabel.......................................................................................viii
Abstrak.................................................................................................x
BAB I : P E N D A H U L U A N ................................................1
2.5. Diagnosa....................................................................................14
2.6. Komplikasi..................................................................................17
2.7. Penatalaksanaan.........................................................................27
2.8. Prognosis....................................................................................28
3.7.2.2.Child pugh...............……………………………….33
4.2 . Pembahasan.........................................................................38
5.1. K e s i m p u l a n ....................................................................42
5.2. S a r a n ..................................................................................42
LAMPIRAN
Sirosis hati..…….................................................................37
Viral………………………………………………………………..38
KC : Kupffer cells
IFN α : Interferon α
IL : Interleukin
PROFIL PASIEN SIROSIS HATI DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUP
H. ADAM MALIK MEDAN
PENDAHULUAN
Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang merupakan konsekuensi dari kronisitas
dan progresifitas penyakit hati . Hepatitis viral B dan C dapat menyebabkan sirosis.
Sekitar 20% dari penderita Hepatitis B kronik akan berkembang menjadi sirosis,
sementara 20-30% penderita Hepatitis C kronik akan bekembang menjadi sirosis dalam
20-30 tahun . Konsekuensi patofisiologi sirosis diantaranya perubahan aliran darah
hepatik yaitu hipertensi portal, dan menurunnya massa sel fungsional, yang
menyebabkan berkurangnya sintesa albumin, protein koagulasi, dan menurunnya
detoksifikasi bilirubin, ammonia dan obat obatan.
Penulis ingin mengetahui profil pasien sirosis hepatis yang dirawat di RSUP H
Adam Malik periode Januari 2009 - Desember 2011.
METODE
Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan mengumpulkan data pasien yang dirawat
di ruangan penyakit dalam RSUP H. Adam Malik, dalam periode Januari 2009-
Desember 2011. Data dicatat melalui laporan rekam medik yang meliputi data pribadi (
umur, jenis kelamin),Hb, Leukosit, Trombosit, Bilirubin total, SGOT,SGPT, Alkalin,
Protombin time, INR Albumin,viral marker (HbsAg, Anti HBc,) asites dan ensefalopati
hepatik dan child pugh turcotte score. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan positif
Hepatitis B, Hepatitis C, dan Non Viral.
HASIL
Pada penelitian ini didapatkan 141 pasien dengan diagnosa sirosis hepatis, dimana 106
(75.2%) adalah pria, dan 35 (27%) wanita. Rerata usia adalah 50,95 tahun. Mean
albumin 2,41± 0,59 g/dL. Rerata Prothrombin time 16,46 ± 6,8 detik . Rerata INR 1.42
±0,46. Rerata Bilirubin total adalah 3,75±5,34 mg/dL, tidak berbeda signifikan antara
ketiga kelompok.
Asites dijumpai pada 125 (88,7%) pasien. 14 pasien (9.9%) mengalami ensefalopati
hepatik. Yang terbanyak dijumpai adalah child pugh turcotte B 88 (62,4%) pasien, diikuti
oleh child pugh turcotte C and A , (47 (33.3%), 6 (4.3%). Dijumpai yang terbanyak adalah
hepatitis B 83 (58.9%) pasien, diikuti oleh non viral 46 (32.6%) and hepatitis C 12 (8.5%).
KESIMPULAN
Dari total 141 pasien yang dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP H adam
Malik medan, yang terbanyak adalah pria yaitu sekitar 75. persen. Hepatitis B terlihat
yang terbanyak dijumpai pada pasien sirosis hepatis. Pasien terutama termasuk kedalam
klasifikasi child pugh turcotte B. Asites dijumpai pada 88,7% pasien.dan hanya empat
belas orang yang mengalami ensefalopati hepatik.
Background
Methods
The study was conducted retrospectively, by examining patients with cirrhosis admitted
between January 2009 to December 2011. The results of name , age, sex, hemoglobin,
leucocyte count, Platelet count, Aspartate Aminotransferase, Alanine aminotransferase,
Prothrombin time, INR, Bilirubin, Albumin, Viral Marker, Ascites, Encephalopathy, and
Child Pugh score based on medical records.
Results
We found 141 patients with cirrhosis , which 106 (75.2%) were male, and 35 (27%) were
female. The mean age was 50.95 years old. The mean albumin was 2,41± 0,59 g/dL. The
mean Prothrombin time was 16,46 ± 6,8 seconds The mean INR was 1.42 ±0,46. Ascites
was found in 125 (88,7%) patients. 14 patients (9.9%) had encephalopathy. The most
frequent were child pugh B 88 (62.4%) patients, followed by child pugh C and A ,(47
(33.3%), 6 (4.3%), respectively). The most frequent were hepatitis B 83 (58.9%) patients,
followed by non viral and hepatitis C 46 (32.6%),12 (8.5%), respectively..
Conclusion
From total 141 patients, male were seventy five percents. Hepatitis B appeared to be the
most found in the cirrhosis patients. Most of the patients classified into child pugh B.
Most of the patients had ascites and only forteen patients had encephalopathy.
PENDAHULUAN
Afrika Timur 6,7%, di Chili 8,5% dan di Amerika Serikat ditemukan 2-4 %
sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik atau infeksi virus kronik . Di
Indonesia data prevalensi mengenai sirosis hati sampai saat ini masih
Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4.1 % dari pasien
yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam pada kurun waktu 1 tahun 2004
(Nurdjanah , 2009). .
1,7% . Menurut hasil observasi selama enam tahun yaitu tahun 1990
sampai 1995 yang dilakukan oleh Aryono, ditemukan bahwa 5,3% dari
pada saat ini diperkirakan akan meningkat dengan variasi gambaran klinis
dan laboratorium . Untuk itu penulis ingin mengetahui profil pasien sirosis
Desember 2011.
TINJAUAN PUSTAKA
yang berasal dari kata kirrhos yang berarti kuning orange (orange yellow),
(Hadi, 2002).
bentuk hati yang akan membentuk nodul regeneratif. Hal ini menyebabkan
darah. Induksi fibrosis terjadi dengan aktivasi sel stellate hati, sehingga
(1) nekrosis sel hati, progresif lambat dalam waktu lama yang akhirnya
vena sentralis dan daerah porta; (3) nodul regeneratif, akibat hiperplasia
sel hati yang bertahan hidup; (4) distorsi pada arsitektur lobular hati
normal; dan (5) mengenai seluruh hati secara difus (Taylor, 2006).
jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati. Sirosis hepatis dapat
mengganggu sirkulasi sel darah intra hepatik, dan pada kasus yang
yang digolongkan ini ialah: pegawai rendah, kuli-kuli, petani, buruh kasar,
2002).
hepatis. Hanya HBV atau HCV mengakibatkan penyakit hati kronis. Virus
Hepatitis D adalah virus yang tidak lengkap yang hanya patogen bila
oleh Blumberg pada tahun 1965 dalam darah penderita dengan penyakit
terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi sirosis. Secara klinik telah
2002).
terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati
seluruh dunia mulai dari periode Neolitik sekitar 10.000 SM sampai saat
kekurangan asupan gizi yang seharusnya. Konsep teori etiologi gizi untuk
penyebab sirosis menjadi faktor yang sangat kuat yang berlanjut sampai
yang rinci dan studi klinis pada manusia dan studi eksperimental pada
tikus dilakukan evaluasi. Hal ini ditunjukkan pada manusia sama seperti
terlepas dari status gizi host. Kerusakan hati dimulai dengan hati yang
Pada kondisi kalori dari protein kurang pada hewan dan manusia
maka akan mendorong steatosis yang parah dan luas, tetapi tidak
ganglia dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna
2.2.5. Hemokromatosis
Fe.
2002).
yang nyata.
kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu tingkat tidak
2002).
hepatis atas:
faktor lipotropik.
alkoholik
2. Sirosis postnekrotik
perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul
porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang
tidak begitu tinggi. Mungkin disertai adanya gangguan siklus haid, ikterus
dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan/atau
vena-vena kecil. Tanda ini sering ditemukan di bahu, muka, dan lengan
hormon esterogen. Tanda ini juga tidak spesifik pada sirosis. Ditemukan
nyeri.
spesifik berkaitan dengan sirosis. Tanda ini juga bisa ditemukan pada
membesar, normal atau mengecil. Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba
hipertensi porta. Fetor hepatikum, bau napas yang khas pada pasien
porto sistemik yang berat. Ikterus-pada kulit dan membran mukosa akibat
akibat resistensi insulin dan tidak adekuatnya sekresi insulin oleh beta
pankreas (Nurdjanah,2009).
kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan tidak bisa menyerap
air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama
4. Hipertensi portal.
2.5. Diagnosa
Laboratorium
1. Urine
ada ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine
terserap oleh darah, di dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu
(Hadi, 2002).
3. Darah
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
hari akan diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya
dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per hari. Kadar normal albumin dalam
kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka
A B C
1. Radiologi
tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati tumpul. Pada fase
3. Peritoneoskopi (laparoskopi)
nodul yang besar atau kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi
2.6. Komplikasi
sinyal ke ginjal untuk melakukan retensi garam dan air dalam tubuh.
Garam dan air yang berlebihan, pada awalnya akan mengumpul dalam
waktu berdiri atau duduk. Penumpukan cairan ini disebut edema atau
pada sore hari setelah berdiri atau duduk dan berkurang pada malam hari
dengan semakin beratnya sirosis dan semakin banyaknya garam dan air
yang diretensi, air akhirnya juga akan mengumpul dalam rongga abdomen
antara dinding dan perut dan organ dalam perut. Penimbunan cairan ini
disebut asites yang berakibat pembesaran perut, keluhan rasa tak enak
dari sirosis hepatis dan hipertensi portal. Dalam waktu 10 tahun sejak
diagnosis sirosis, lebih dari 50% pasien akan terjadi penimbunan cairan
pasien sirosis hepatis, dengan mortalitas 15% dalam satu tahun dan 44%
dalam lima tahun yang telah di follow-up. Oleh karena itu, pasien dengan
terasa keras; dan tingkat 4, bila asites mulai terasa keras (Hernomo,
2007).
usus), atau mengarahkan bakteri ke vena porta atau hati, di mana mereka
akan dibunuh semua. Pada sirosis, cairan yang mengumpul dalam perut
tidak mampu lagi untuk menghambat invasi bakteri secara normal. Selain
itu, lebih banyak bakteri yang mampu mendapatkan jalannya sendiri dari
usus ke asites. Karena itu infeksi dalam perut dan asites ini disebut
Beberapa pasien SBP ada yang tidak mempunyai keluhan sama sekali,
tak enak di perut, diare dan asites yang memburuk (Hernomo, 2007).
menyebabkan SBP terdapat dalam 60% -70% kasus. (2) Kultur negatif
batas 250 sel/mm3 yang terlihat. Jika sampel asites mengandung darah,
positif kultur bakteri tidak disertai dengan peningkatan leukosit. Hal ini
bacterascites dapat terjadi secara spontan (pada 60% -80%), atau dapat
dan antibiotik digunakan hanya jika gejala muncul dan temuan kultur
darah dari usus yang kembali ke jantung. Kejadian ini dapat meningkatkan
esofagus dan bagian bawah atas lambung akan melebar, sehingga timbul
tekanan portal (perbedaan antara tekanan dalam vena portal dan vena
cava inferior). Hal ini terjadi karena peningkatan aliran darah portal atau
air besar berwarna hitam dan lembek (melena) dan keluhan lemah dan
perubahan posisi berdiri dari berbaring. Perdarahan juga dapat timbul dari
varises manapun dalam usus. Misalnya dalam kolon, meskipun ini jarang
toksik dibawa dari usus lewat vena porta masuk ke dalam hati untuk
tidak dapat masuk ke dalam hati, tetapi langsung masuk ke vena yang lain
terganggu. Kondisi ini disebut enselopati hepatik. Tidur lebih banyak pada
dalam hati. Dosis berapa obat tersebut harus dikurangi untuk menghindari
efek toksik yang meningkat pada sirosis, terutama obat golongan sedatif
dan obat tidur. Sebagai alternatif, dapat dipilih obat-obat yang lain yang
tidak didetoksifikasi atau dieliminasi lewat hati namun lewat ginjal. Ada tiga
tipe enselopati hepatik yang mendasari : tipe A, askibat gagal hati akut;
penyakit hati kronik atau sirosis dengan atau tanpa pintasan porto-sistemik
(Hernomo, 2007).
number connection test A dan / atau B > 3 standar deviasi dari populasi
Kalaitzakis , 2008).
Dari hasil peneltian 40% dari pasien tersebut kekurangan gizi, 26%
mayoritas pasien yang terdaftar dalam studi ini 56% memiliki sirosis virus.
2008).
pada tahun 1994 didasarkan pada tiga konsep berikut: 1. Gagal ginjal
sindroma hepatornal, ginjal akan bekerja normal lagi. Hal ini menimbulkan
bahan toksik dalam darah akibat hati yang tidak berfungsi. Ada dua tipe
bulan, dan tipe 2, penurunan fungsi ginjal terjadi sangat cepat dalam wakti
penyakit hati dari berbagai etiologi yang ada dan mungkin menunjukkan
yang lanjut karena fungsi paru abnormal. Masalah dasar paru adalah tidak
tersedianya cukup aliran darah dari pembuluh darah kecil dalam paru
yang mengadakan kontak dengan alveoli dalam paru. Aliran darah lewat
paru mengalami putusan sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup
perasaan sesak nafas atau nafas pendek, terutama pada saat latihan
(Hernomo, 2007).
2.6.7. Hipersplenisme
merah, leukosit dan trombosit yang sudah tua .Darah dari limpa akan
bergabung dengan aliran darah dari usus masuk ke dalam vena porta.
berasal dari hati. Kanker hati sekunder merupakan kanker hati yang
berasal dari penyebaran kanker dari tempat lain dalam tubuh (metastasis).
Serikat, terutama karena penyebaran HBV dan HCV. Untuk itu diperlukan
2.7. Penatalaksanaan
evaluasi dalam percobaan prospektif besar dan luas (HALT-C, EPIC-3 dan
sirosis pada 8/11 pasien (73%) (60) dan 436/651 pasien dengan HBV-
pengurangan >50% dari titik akhir klinis yang parah, seperti yang
Afdhal, 2008).
menampilkan tingkat yang lebih rendah dari resistensi virus dan profil
terdeteksi pada 76% pasien baik dengan stabilisasi atau peningkatan skor
CTP dan kelangsungan hidup 90%. Data pada reversibilitas dan stabilisasi
hemodinamik dan efek yang sesuai pada ginjal, paru-paru dan hati, dll.
Oleh karena itu sangat sulit memberikan prognosis yang akurat dalam
setiap kasus. Selain itu, seperti prognosis hanya mencakup jangka waktu
tertentu yang relatif singkat (beberapa bulan sampai satu tahun) (Kuntz,
2008).
kriteria yang dibuat oleh Child dan Turcotte (1964) dan modifikasi oleh
Pugh (1973) telah diterima secara luas. Prognosis dari sirosis yang
disebabkan oleh racun (alkohol atau obat-obatan, bahan kimia, dll) adalah
2008).
PENELITIAN SENDIRI
Bagaimana profil pasien sirosis hati di ruang rawat inap penyakit dalam
Untuk mengetahui profil pasien sirosis hati di ruang rawat inap penyakit
3.5.1. Untuk mengetahui profil pasien sirosis hati di ruang rawat inap
Child Pugh A :
Child Pugh B :
Child Pugh C :
3.7.6.1. Hepatoma
Data dicatat melalui laporan rekam medik yang meliputi data pribadi (
asites dan ensefalopati hepatik dan child pugh turcotte score. Selanjutnya
SIROSIS HATI
- ANAMNESA
- PEMERIKSAAN
FISIK
- LABORATORIUM
RADIOLOGI
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
HEPATITIS B, C, NON VIRAL
hepatis, dimana 106 (75,2%) adalah pria, dan 35 (24,8%) wanita. Rerata
usia adalah 50,95 ±10,8 tahun. Rerata Hb adalah 9,62±2,62 gr/dL dengan
0,178).
ditemukan.
Frekuensi Persentase
CTP A 6 4,3
B 88 62,4
C 47 33,3
Total 141 100.0
ketiga kelompok.
Asites dijumpai pada 125 (88,7%) pasien. Empat belas pasien (9,9%)
pugh turcotte B 88 (62,4%) pasien, diikuti oleh child pugh turcotte C and A
(58,9%) pasien, diikuti oleh non viral 46 (32,6%) and hepatitis C 12 (8,5%)
pasien.
antara tingkat endemis tinggi dan endemisitas sedang. Data donor darah
(sekitar 5%) dibanding daerah di luar pulau Jawa (sekitar 8%) (Mulyanto,
2010) .
HCV(+), namun hanya sekitar 1,6 juta orang saja yang HCV RNA (+).
signifikan antara penderita sirosis yang positif Hepatitis B, C dan Non viral.
Pugh turcotte score (serum albumin menjadi bagian integral dari score)
ini didapat child pugh turcotte B 88 (62,4%) pasien, diikuti oleh child pugh
sekitar 10% pasien sirosis (Sanityoso. 2010) . Pada penelitian ini asites
karena pasien yang diteliti pada penelitian ini adalah hanya pasien yang
gejala klinis seperti spider nevi, ginekomastia, eritema Palmaris dan gejala
klinis lain, demikian juga komplikasi sirosis hati seperti peritonitis bakteri
spontan, sindroma hepatorenal dan lain lain. Hal ini disebabkan penelitian
5.1. KESIMPULAN
ensefalopati hepatik.
5.2. SARAN
besar dan jangka waktu yang lebih lama untuk mendapatkan profil pasien
sirosis hati.
DAFTAR PUSTAKA
Bacon, B.R. Cirrhosis And Its Complications. Dalam : Fauci, A.S., Kasper,
D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., Et Al.
Kuntz, E., and Kuntz, H.D. 2008. Hepatology, Principles and Practice 3rd
Edition. Chapter 35 : 738-772.
Jakarta,2010;41-3.
Nurdjanah, S. Sirosis Hati. Dalam : Sudoyo, A.W., Setiohadi, B., Alwi, I.,
Suwitra, Ketut. 2007 . Ginjal Hipertensi. Dalam : Sudoyo, Aru, W., dkk.,ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : 570 – 573.
Wang, C.S., Yao, W.J., Wang, S.T., Chang, T.T., Chou, P. Strong
2004;39;790-796
I. DATA PRIBADI
Nama : Dr Imelda Rey, SpPD
Tempat / tanggal lahir : Medan, 14 oktober 1977
Alamat kantor : Fakultas Kedokteran USU .Jln Dr
Mansur
no 5, Medan ,Departemen Penyakit
Dalam
RSUP H Adam Malik Jln Bunga Lau
no
17, Medan
Alamat : Jln Sutrisno Gang Sehati 754, Medan
No Telp : 061-7360276- 08126500525
KEANGGOTAAN PROFESI
1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
3. PGI (Persatuan Gastroenterologi Indonesia) dan PPHI
(Persatuan Peneliti hati Indonesia) Sumatera Utara