Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN KEJADIAN PENYAKIT ARTERI PERIFER

DENGAN LAMANYA MENJALANI HEMODIALISIS.

PENELITIAN POTONG LINTANG DI DEPARTEMEN / SMF


PENYAKIT DALAM - FAKULTAS KEDOKTERAN USU /
RSUP H ADAM MALIK / RSUD DR. PIRNGADI - MEDAN

November 2007 Januari 2008

TESIS

OLEH

DESKE MUHADI RANGKUTI

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP H ADAM MALIK/ RSUD DR PIRNGADI

MEDAN

2008

Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
DIAJUKAN DAN DIPERTAHANKAN DIDEPAN SIDANG LENGKAP

DEWAN PENILAI DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN USU
DAN DITERIMA
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT
UNTUK MENDAPATKAN KEAHLIAN DALAM BIDANG
ILMU PENYAKIT

PEMBIMBING TESIS

(DR ABDURRAHIM RASYID LUBIS, SpPD-KGH)

DISAHKAN OLEH :

KEPALA DEPARTEMEN KETUA PROGRAM STUDI


ILMU PENYAKIT DALAM ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN USU FAKULTAS KEDOKTERAN USU

(Dr SALLI R NASUTION, SpPD-KGH) (Dr ZULHELMI BUSTAMI, SpPD-KGH)

Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
DEWAN PENILAI :

1. Prof Dr Lukman Hakim Zain, SpPD-KGEH

2. Prof Dr M. Yusuf Nasution, SpPD-KGH

3. Dr. Adin A St. Bagindo, SpPD-KKV

4. Dr. Juwita Sembiring SpPD-KGEH

5. Dr. Alwinsyah Abidin, SpPD-KP

6. Dr. Blondina Marpaung, SpPD-KR

Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati terlebih dahulu penulis mengucapkan segala

puji bagi kebesaran Allah SWT yang telah memberi kekuatan & rahmatnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis/karya ilmiah akhir ini dengan judul "Hubungan

Kejadian Penyakit Arteri Perifer dengan Lamanya menjalani Hemodialisis" yang

merupakan persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Dokter Ahli dibidang Ilmu

Penyakit Dalam pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi

maupun bahasanya, namun demikian penulis berharap tulisan dapat menambah

wacana tentang kejadian Penyakit Arteri Perifer pada penderita Gagal Ginjal Kronik

yang menjalani Hemodialis.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang

setulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala jasa-jasa yang

diberikan, kepada :

Dr Salli Roseffi Nasution, SpPD-KGH, selaku Kepala Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FK-USU/RSUP.H. Adam Malik Medan yang telah banyak memberi bimbingan,

nasehat serta kemudahan dalam pengembangan ilmu dan keahlian penulis.

Prof Dr Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, selaku kepala Divisi Ginjal dan

Hipertensi, yang telah memberi bimbingan dan pengarahan tanpa jemu dan yang tak

ternilai harganya mulai dari penulis pertama kali memasuki Program Pendidikan Dokter

Spesialis Ilmu Penyakit Dalam FK USU, selama pendidikan dan sampai saat - saat akhir

tetap memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis penelitian ini.

Dr. Zulhelmi Bustami, SpPD-KGH sebagai ketua program studi Ilmu Penyakit

Dalam atas segala perhatian dan bimbingan selama penulis menjalani pendidikan.

i
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD selaku sekretaris program studi Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Sumatera Utara

Dr Abdurrahim Rasyid Lubis, SpPD-KGH selaku pembimbing tesis penulis yang

dengan kesabaran dan ketelitiannya membimbing dan mengarahkan penulis sampai

selesainya karya tulis ini.

Para Kepala Divisi sewaktu penulis menjalani pendidikan : Prof.Dr.Azhar

Tanjung, Prof Dr. Azmi S Kar, Prof Dr. OK. Moehad Sjah, Prof Dr. Habibah Hanum

Nasution, Prof. Dr. Pengarapen Tarigan, Prof Lukman Hakim Zain , Prof. Dr. T. Renaldi

Haroen, Dr. Sjafii Piliang, Alm Dr OK Alfien Syukran, Dr. Umar Zein, Dr. Refli Hasan,

atas segala bimbingan yang diberikan kepada penulis.

Dokter Kepala Ruangan sewaktu penulis menjalani pendidikan : Dr. R. Tunggul

Ch S, Dr. Mardianto, Dr. Tambar Kembaren, Dr. Zuhrial, Dr. Zulhelmi Bustami, Dr.

Abdurrahim Rasyid Lubis, Dr. Blondina Marpaung, Dr. Dasril Effendi, Dr llham, Dr

Zainal, Dr Calvin Damanik, Dr Soegiarto Gani, Dr. Santi Syafril, Dr Rahmat Isnanta, Dr

Dairion Gatot, Dr Armon Rahimi , Dr Heriyanto Yoesoef, Dr Saut Marpaung, Dr

Maringgan, Dr Mazhir sebagai Dokter Kepala Ruangan / Senior yang telah banyak

memberi bimbingan-bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

Seluruh Staf Departemen llmu Penyakit Dalam FK-USU/RSUD Dr. Pimgadi /

RSUP. H. Adam Malik Medan : Prof. Dr. Bachtiar Fanani Lubis, Prof Dr. Sutomo

Kasiman, Prof Dr. M. Yusuf Nasution, Prof Dr. Gontar A. Siregar, Prof Dr. Harris Hasan,

Alm Dr. Rusli Pelly, Dr. Nur Aisyah, Dr. A. Adin St. Bagindo, , Dr. Lufti Latief, , Dr. Sri M.

Soetadi, Dr. Bethin Marpaung, , Dr. Mabel Sihombing, , Dr. Juwita Sembiring , Dr. Josia

Ginting, Dr. Leonardo P. Dairy , Dr. Alwinsyah Abidin, Alm. Dr Chairul Bahri, Dr. E.N.

Keliat, Dr. Pirma Siburian, yang merupakan guru-guru yang telah banyak memberi

bimbingan pada penulis.

ii
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Direktur RSUD. Dr. Pimgadi dan RSUP. H. Adam Malik Medan, Direktur RSUD.

PTP Tembakau Deli Medan yang telah memberi kemudahan dan keizinan dalam

menggunakan fasilitas / sarana Rumah Sakit dalam menjalani pendidikan.

Direktur RSU Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Sumut; Dr P Siburian

yang telah memberi kesempatan kepada penulis selama ditugaskan sebagai konsultan

di bagian Penyakit Dalam di RSU Dolok Sanggul dalam rangka pendidikan ini.

Para Sejawat PPDS Interna yang saya cintai : Dr Munadi, Dr Bernard SD, Dr

Marna S Ismy, SpPD, Dr. Sabar Sembiring, SpPD, Dr. Corry Silaen, Dr. Suhartono, Dr.

Iman Tarigan, Dr. Anita, Dr. Alwi, Dr Zulfan, Dr Sahrul R dan teman-teman lainnya

yang penuh kesetiakawanan dan kebersamaan memberi bantuan, dorongan dan

pengorbanan selama menjalani pendidikan sehingga terjalin rasa persaudaraan yang

erat.

Paramedis dan seluruh karyawan/ti bagian Penyakit Dalam RSUD. Dr. Pirngadi

dan RSUP. H. Adam Malik Medan : Lely, Yanti, Theresia, Syafruddin Abdullah, Fitri dan

Deni yang telah banyak membantu dan bekerjasama dengan baik selama ini.

Kepada Drs Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang telah memberikan bantuan yang

tulus kepada penulis khususnya dalam metodologi penelitian ini.

Para penderita rawat inap dan rawat jalan di SMF/Departemen Ilmu Penyakit

Dalam RSUD. Dr. Pirngadi dan RSUP. H. Adam Malik Medan, karena tanpa mereka

mustahil penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada: Direktur dan Staff serta seluruh Paramedis Klinik Hemodialisis Rasyida, yang

memberi banyak kemudahan dan bantuan yang tulus kepada penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini.

iii
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Kepada Kepala Dinas Kesehatan TK I Departemen Kesehatan RI Propinsi

Sumatera Utara, Bapak Rektor USU dan Dekan Fakultas Kedokteran USU yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan ini.

Kepada ayahanda Alm Martua Raja Rangkuti dan ibunda Yusrawita Lubis, yang

sangat ananda sayangi dan kasihi, tiada kata-kata yang paling tepat untuk

mengungkapkan perasaan hati, rasa terima kasih atas segala jasa-jasa dan kasih

sayang serta perhatian ayahanda dan ibunda yang tiada mungkin terucapkan dan

terbalaskan, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih baik dan berlipat

ganda. Kepada martua ayahanda Dr Sjafii Piliang, SpPD KEMD dan ibunda Alm Dr

Mardiana Karim, SpA, yang ananda sayangi dan kasihi, yang dengan ikhlas sebagai

tempat sandaran penulis disaat suka dan duka dan juga terima kasih yang tak terhingga

atas dorongan serta semangat kepada penulis dalam menyelesai pendidikan ini,

semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih baik dan berlipat ganda.

Kepada Istriku tercinta Dr. Lita Septina Chaniago SpPD, tiada kata yang paling

tepat selain terima kasih yang tak terhingga yang selama ini tiada bosan-bosannya

memberi bantuan, dorongan dan semangat serta doanya selama kita menjalani

pendidikan di Departemen Penyakit Dalam sehingga terselesaikannya tugas akhir ini,

mudah-mudahan Allah SWT memberi balasan yang berlipat ganda.

Kepada saudara-saudaraku : abangda Dr Kumala Raja Rangkuti, adinda Dr

Harry Surya Rangkuti, Dr Iatri Arlia, Alfi Noviansyah, Dr. Amelia Martira, SpAN, Rizky

Juniansyah , Dr. Fitri Rahmah , Nurul Yani, SPsi serta keluarga besarku yang telah

banyak membantu, memberi semangat dan dorongan serta saran selama pendidikan,

terima kasihku yang tak terhingga untuk segalanya. Khusus kepada keponakanku

Ahmad Risyad Ibrahim Ayyash, terima kasih Om ucapkan atas kasih sayangnya karena

telah menjadi teman dan penghibur disetiap saat.

iv
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Kepada Dr Archianda Arsyad SpKK dan istri Syarifah Hasmah serta keluarga,

hanya doa dan rasa syukur kepada Allah atas segala kebaikan dan bimbingan yang

telah mereka berikan, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang lebih baik dan

berlipat ganda.

Akhimya izinkanlah penulis memohon maaf yang sebesar-besamya atas

kesalahan dan kekurangan selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan,

dorongan dan petunjuk yang diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan

kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT yang Maha Pengasih,

Maha Pemurah dan Maha Penyayang.

Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Februari 2008.

Penulis,

Dr. Deske Muhadi Rangkuti

v
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI

Halaman

Kata pengantar ... i

Daftar Isi ...... vi

Lampiran ....................................................................................................... viii

Daftar Tabel dan Gambar ..... ix

Keterangan Daftar Singkatan ....................................................................... x

Abstrak ......................................................................................................... xi

Abstrack......................................................................................................... xii

BAB I : PENDAHULUAN ......... 1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gagal Ginjal ................................................... 3

2.2. Penyakit Arteri Perifer.............................. 6

2.2.1. Patofisiologi ............................................ 8

2.2.2. Faktor Resiko

2.2.2.a. Faktor Resiko Tradisional .................................... 10

2.2.2.b. Faktor Resiko Non Tradisional ................................ 13

2.2.3. Diagnosa ................................................................................ 16

2.2.3.1. Acute Limb Ischemia ............................................... 17

2.2.3.2. Critical Limb Ischemia ............................................. 17

2.2.3.3. Dianosa Non Invasif ................................................ 18

2.2.3.3.a. Ankle Brachial Index ............................................ 19

2.2.3.3.b. Segmental Limb Pressure dan Pulse Vollume -

Recording .............................................................. 20

vi
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
2.2.3.3.c. Exercise Stress Testing ......................................... 21

2.2.3.3.d. Duplex Ultrasonography ....................................... 21

2.2.3.3.e. Magnetic Resonance Angiography ....................... 21

2.2.3.3.f. Computed Tomography Angiography .................... 22

BAB III : PENELITIAN SENDIRI

3.1. Latar Belakang ...................................................................................... 23

3.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 25

3.3. Hipotesa ................................................................................................ 25

3.4. Tujuan Penelitian .................................................................................. 25

3.5. Manfaat Penelitian ................................................................................ 25

3.6. Kerangka Konsepsional ........................................................................ 26

3.7. Bahan dan Cara

3.7.1. Desain Penelitian ................................................................... 26

3.7.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 26

3.7.3. Kriteria Inklusi ......................................................................... 27

3.7.4. Kriteria Eksklusi ....................................................................... 27

3.7.5. Besar Sampel ......................................................................... 27

3.7.6. Cara Penelitian ....................................................................... 28

3.8. Analisa Data .......................................................................................... 29

3.9.1. Defenisi Operasional .......................................................................... 29

3.9.2. Kerangka Operasional ....................................................................... 30

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Karakteristik Sampel Penelitian .............................................. 31

vii
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
4.1.2. Penyakit Arteri Perifer pada Pasien menjalani Hemodialisis... 32

4.1.3. Korelasi PAP terhadap variabel - variabel Pasien menjalani

Hemodialisis ........................................................................... 32

4.1.4. Rerata nilai ABI terhadap Etiologi Hipertensi dan Diabetik

Nefropati ................................................................................ 33

4.2. Pembahasan ......................................................................................... 34

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 39

5.2. Saran .................................................................................................... 40

BAB VI : DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 41

LAMPIRAN

1. Master Tabel ........................................................................................... 47

2. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Subjek ......................................... 48

3. Surat Persetujuan Bersedia Ikut Penelitian ............................................ 49

4. Data Peserta Penelitian ......................................................................... 50

5. Persetujuan Komite Etik Tentang Penatalaksanaan Penelitian Bidang

Kesehatan ............................................................................................... 51

6. Daftar Riwayat Hidup .............................................................................. 52

viii
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1. Beberapa kelainan klinis akibat uremia 3

Tabel 2. Kriteria klinis kategori critical limb ischemia 18

Tabel 3. Data demografi pasien ( karakteristik klinis ) 31

Tabel 4. Perbandingan pasien dengan dan tanpa PAP 32

Tabel 5. Korelasi berdasarkan etiologi dan marker HD terhadap ABI 33

Tabel 6. Perbandingan rerata ABI pada hipertensi nefropati 33

Tabel 7. Perbandingan rerata ABI pada diabetik nefropati 34

ix
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
KETERANGAN DAFTAR SINGKATAN

GGK : Gagal Ginjal Kronik

PAP : Penyakit Arteri Perifer

ABI : Ankle Brachial Index

LFG : Laju Filtrasi Glomerulus

IDWG : Intra Dialisis Weigh Gain

IMT : Indeks Masa Tubuh

URR : Urea Reduction Ratio

HD : Hemodialisis

TD : Tekanan Darah

TG : Trigliserida

HDL : High Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

ACC : American Collage Cardiology

ADA : American Diabetes Association

ARIC : Atheroschlerosis Risk in Communities

USRDS : United States Renal Data System

x
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer dengan Lamanya menjalani
Hemodialisis

Deske Muhadi Rangkuti

Abstrak

Latar belakang : Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas pada pasien penyakit ginjal tahap akhir. Penyakit arteri perifer (PAP)
merupakan prediktor kuat kelainan aterosklerosis, terutama oklusi pada tungkai bawah.
Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi dan korelasi klinis PAP meningkat pada
pasien kelainan ginjal tahap akhir. Prevalensi PAP di AS pada penderita yang baru
menjalani hemodialisis berkisar 14 - 15%.

Tujuan penelitian : Mengetahui prevalensi PAP pada tungkai bawah dan hubungannya
dengan lamanya menjalani hemodialisis.

Metode : 50 pasien HD kontinyu lebih 3 bulan dilakukan pemeriksaan PAP dengan


ankle-brachial index (ABI) VaSera VS-1000TM (Fukuda Denshi) .ABI yaitu perbandingan
tekanan darah sistolik arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior tungkai bawah
dengan arteri brachialis lengan menggunakan doppler. Pasien dengan cimino shunt
tidak dilakukan pemeriksaan pada sisi tersebut. Nilai ABI < 0,9 dianggap abnormal.

Hasil : Prevalensi PAP (ABI < 0,9) adalah 7,5 %. PAP berhubungan negatif dengan
usia ( r = -0,320 , p=0,024), tetapi tidak berkorelasi dengan lamanya HD, IDWG, Kt/v
dan URR. Rerata nilai ABI berdasarkan etiologi hipertensi nefropati lebih tinggi
dibanding non-hipertensi nefropati (1,052 0,227 dan 1,030 0,156) juga pada etiologi
diabetik nefropati dibanding non diabetik nefropati (1,021 0,140 dan 1,049 0,209)
keduanya secara statistik tidak bermakna (p > 0,05).

Kesimpulan : Prevalensi PAP pada penelitian ini 8%. ABI berhubungan negatif dengan
usia tetapi tidak berhubungan dengan lama dan parameter HD lainnya. Adanya
perbedaan rerata nilai ABI berdasarkan etiologi diabetik ataupun hipertensi nefropati,
tetapi secara statistik tidak bermakna.

xi
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Association of Peripheral Arterial Disease and Duration of Hemodialysis

Deske Muhadi Rangkuti

Abstract

Background : Peripheral arterial disease (PAD) is the most common manifestation of


systemic atherosclerosis and accounts for significant morbidity and mortality among end-
stage renal disease (ESRD) patients. However, few studies have identified the
prevalence and clinical correlates of PAD in this specific population. In US, estimates of
prevalence PAD on the basis of noninvasive diagnostic testing result range from 14 to
15%.

Aims : To calculate the prevalence of lower extremity PAD and relationship with
duration of hemodialysis .

Methods : Fifty patients receiving stable HD > 3 months from our center were screened
for PAD using the ankle-brachial index (ABI). The ABI was measured by : systolic blood
pressure of ankle divided by typical brachial blood pressure (VaSera VS 1000, Fukuda
Denshi). Patient has a cimino shunt at the arm, did not measure the blood pressure at
the arm having the dialysis shunt. ABI ratio of < 0,9 was considered abnormal.

Result : The prevalence rate of PAD (ABI < 0,90) was 7,5 %. ABI was negatively
correlated with age (r = -0,320, p = 0,024), and no correlated with etiology, IDWG, Kt/v
and URR. Mean ABI in the differences of etiologic of nephropathy (diabetic and
hypertensive group) are (1,052 0,227 and 1,030 0,156) and (1,021 0,140 and
1,049 0,209) respectively, but not seen significant differences between them for
excess of PAD

Conclusion : The prevalence rate of PAD in our center was 7,5%. ABI was negatively
correlated with age, and no correlated with duration and other parameter hemodialysis.
We have analyzed the differences of etiologic of nephropathy (diabetic and
hypertensive group) , but not seen significant differences between them for excess of
PAD

xii
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB I

PENDAHULUAN

Sindroma gagal ginjal kronik ( GGK ) merupakan permasalahan bidang

nefrologi dengan angka kejadiannya masih cukup tinggi, etiologi luas dan

komplek, sering tanpa keluhan maupun gejala klinik kecuali sudah masuk ke

stadium terminal (gagal ginjal terminal).1

GGK adalah suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam,

mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya

berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan

klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu

derejat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap , berupa dialisis atau

transplantasi ginjal.2,3 Dalam kepustakaan lainnya, GGK adalah ketidak

mampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh

yang muncul secara bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan

gangguan keseimbangan elektrolit, sebelum masuk ke fase penurunan faal ginjal

tahap akhir.1 Uremia adalah suatu sindroma klinik dan laboratorik yang terjadi

pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik.2

Penyakit jantung dan pembuluh darah harus mendapat perhatian khusus,

karena merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pasien dialisis.

Hipertensi, gangguan metabolisme lipid dan toksin uremia memegang peranan

penting patogenesis dan patofisiologi penyakit kardiovaskular.4 Akhir - akhir ini

diketahui bahwa penyebab kematian penyakit ginjal kronis merupakan faktor

resiko yang bersifat independen, untuk timbulnya suatu generalized

atherosclerosis dan penyakit jantung koroner.5 Morbiditas dan mortalitas akibat

penyakit kardiovaskuler meningkat bila dibandingkan dengan penyebab lain,

mortalitas kardiovaskular hampir 40% dan meningkat sampai 50% bila disertai

adanya kelainan serebrovaskular pada pasien dialisis regular.5,6

1
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Selama ini penyakit serebrovaskuler dan penyakit kardiovaskuler yang

termasuk dalam penyakit aterosklerosis lebih sering dilaporkan dalam

keterkaitannnya dengan penyakit ginjal kronis, bila dibandingkan dengan

penyakit arteri perifer (PAP) pada tungkai bawah. 6

Berdasarkan data yang diperoleh dari the Atherosclerosis Risk in

Communities (ARIC) Study pada 14.280 orang dewasa dengan laju filtrasi

glomerulus (LFG) 90 (normal), 60 - 89, dan 15 - 59 ml/menit per 1,73m2,

setelah diikuti selama 13,1 tahun, insiden terjadinya PAP per 1000 orang

pertahun adalah 4,7 : 4,9 dan 8,6 masing masing untuk fungsi ginjal normal,

penurunan fungsi ginjal ringan dan penyakit ginjal kronis stadium 3 dan 4.7

Prevalensi PAP sangat bervariasi, bergantung pada populasi mana yang

diteliti. Di Amerika Serikat, prevalensi penderita yang baru menjalani hemodialisis

berkisar antara 14 - 15%. Sedang pada penderita yang menjalani hemodialisis

kronis, prevalensinya meningkat menjadi 25% berdasarkan HEMO study dan

USRDS data base. 8,9

Seperti halnya pada populasi umum, PAP pada penderita penyakit ginjal

yang baru menjalani hemodialisis, prevalensinya lebih tinggi pada pria

dibandingkan wanita, lebih tinggi pada penderita diabetes dari pada non

diabetes, serta lebih tinggi pada usia lanjut.10,11

2
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. GAGAL GINJAL

Gagal ginjal kronik menurut defenisi konsepsional adalah


ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas
tubuh yang muncul secara bertahap sebelum terjun ke fase penurunan faal ginjal
tahap akhir atau merupakan penurunan semua faal ginjal secara bertahap diikuti
penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.2 Akumulasi cairan dan sisa metabolisme tubuh dapat menyebabkan
suatu keadaan yang disebut azotemia atau uremia.1,3,12
Uremia merupakan sindroma klinik dan laboratorium yang dapat
menyebabkan disfungsi berbagai sistem organ sebagai akibat dari gagal ginjal
akut maupun kronik yang tidak mendapat penanganan sebagaimana
1,3,12,13
mestinya.

Tabel 1. Beberapa kelainan klinis akibat uremia dikutip dari 3

3
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Sejak tahun 1960 hemodialisis (HD) mulai diterapkan sebagai terapi
pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal akut dan gagal ginjal terminal.
Hemodialisis merupakan terapi pengganti faal ginjal dengan tujuan untuk
mengeluarkan (eliminasi) sisa sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan
keseimbangan air dan elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan
kompartemen larutan dialisat (konsentrat) melalui selaput (membran) semi
permiabel yang bertindak sebagai ginjal buatan (artificial kidney atau dializer).1,14
Di Indonesia hemodialisis dilakukan 2 kali seminggu, dengan setiap
hemodialisis dilakukan setiap 5 jam, di pusat dialisis lainnya ada juga dialisis
yang dilakukan 3 kali seminggu dengan lama dialisis 4 jam.14
Kecukupan dosis hemodialisis yang diberikan diukur dengan istilah adekuasi
dialisis. Terdapat korelasi yang kuat anatara adekuasi dialisis dengan angka
morbiditas dan angka mortalitas pasien dialisis.14
Pasien dialisis reguler tidak terlepas dari berbagai komplikasi medis yang
terkait dengan keadaan anemia, malnutrisi, inflamasi, gangguan metabolisme
kalsium dan fosfor, hipertensi, dislipidemia dan penyakit kardiovaskuler. Studi
epidemiologi mengungkapkan bahwa morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskuler pada pasien dialisis lebih tinggi dibanding populasi umum.15
Penyakit ginjal kronik merupakan faktor resiko independen untuk
berkembangnya penyakit kardiovaskuler.16-17
Kondisi kondisi pada GGK yang merupakan faktor resiko untuk terjadinya
penyakit kardiovaskuler adalah penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG),
mikroalbuminuria, hiperfosfatemia, hipertensi kardiak dan kardiomiopati uremik
serta anemia.2
Beberapa faktor resiko pada penyakit ginjal kronik yang memperberat
penyakit kardiovaskuler adalah :2
Hipertensi : lebih dari 80% penderita gagal ginjal kronik mengalami
hipertensi, dan dari berbagai penelitian telah terbukti bahwa hipertensi
merupakan salah satu faktor resiko penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler.
Anemia : anemia terjadi pada 70 80% penderita penyakit ginjal kronik
yang bila berlangsung lama akan meningkatkan resiko kardiovaskuler.
Substansi uremik : substansi uremik (uremic substance) yang tertimbun
dalam darah akibat terganggunya fungsi ginjal, merupakan faktor resiko

4
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
terjadinya gangguan kardiovaskuler. Diantara substansi uremik tersebut
adalah air, fosfat, kalium, hormon paratiroid, beta2 mikroglobulin,
homosistein, faktor inflamasi dan sebagainya.
Mikroalbuminuria dan albuminuria : beberapa penelitian membuktikan
bahwa mikroalbuminuria dan albuminuria berhubungan erat dengan faktor
resiko dan merupakan surrogate marker penyakit kardiovaskuler.
Hipertensi dan diabetes : hipertensi dan diabetes yang sudah dipastikan
merupakan faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler, juga
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap progresifitas penyakit ginjal
kronik.
Dislipidemia : banyak penelitian yang menemukan bahwa dislipidemia
memacu perburukan fungsi ginjal. Dalan Physicians Health study dengan
lama follow up 14 tahun, didapatkan bahwa dislipidemia berkaitan dengan
peningkatan resiko perburukan fungsi ginjal (ditandai dengan peningkatan
kratinin serum > 1,5 mg/dL) pada pria dengan fungsi ginjal normal.
Demikian juga halnya dengan ARIC study dan Fremigham offspring
study.
Merokok : merokok berkaitan dengan pertanda (marker) terjadinya
kerusakan ginjal pada orang sehat dan juga merupakan faktor resiko
perburukan fungsi ginjal pada pasien dengan nefropati diabetik dan
hipertensi.
Sindroma metabolik : penelitian NHANES III membuktikan adanya
hubungan antara sindroma metabolik (hipertensi, HDL rendah, trigliserida
tinggi, glukosa tinggi dan obesitas) dengan penyakit ginjal kronik.

Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama morbiditas dan


mortalitas pada penderita GGK termasuk penderita GGK yang menjalani terapi
pengganti ginjal. Penderita GGK lebih dari 40% meninggal akibat penyakit
kardiovaskuler.18 Laporan dari Cardiovascular Disease, High Blood Pressure
Research, dari American Health Association menyebutkan bahwa penyakit ginjal
kronik merupakan salah satu kelompok resiko tertinggi untuk terjadinya kejadian
kardiovaskuler dan kematian pada penderita GGK lebih sering disebabkan oleh
penyakit kardiovaskuler dibandingkan oleh karena penyakit ginjalnya sendiri.16,18-
20
Diantara 30 45% penderita gagal ginjal terminal mempunyai komplikasi
kardiovaskuler. Angka kematian yang diakibatkan penyakit kardiovaskuler pada

5
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
penderita GGK adalah 10 kali lebih tinggi daripada populasi umum dan
meningkat 44 kali pada penderita dengan diabetes.20 Pada penderita yang
menjalani dialisis, kematian oleh karena kardiovaskuler adalah 10 30 kali lebih
tinggi dari pada populasi umum.17
Kelainan kelainan sistem kardiovaskuler yang dijumpai pada penderita
GGK adalah penyakit jantung iskemik, gagal jantung kongestif, hipertensi dan
hipertropi ventrikel kiri. Resiko terhadap kejadian infark miokard pada penderita
GGK dengan terapi pengganti ginjal berdasarkan United States Renal Data
Sistem (USRDS) dan European registry of the patient on renal replacement
theraphy (EDTA) adalah 3,5 5,0 kali lebih tinggi daripada populasi umum.18

2.2. PENYAKIT ARTERI PERIFER

Yang dimaksud dengan PAP adalah semua penyakit yang terjadi pada

pembuluh darah non sindroma koroner akut setelah keluar dari jantung dan

aortoiliaka yang disebabkan oleh perubahan struktur ataupun fungsi dari

pembuluh darah arteri yang mengaliri otak, organ - organ viseral dan anggota

tubuh. Jadi PAP meliputi keempat ekstremitas, arteri karotis, arteri renalis, arteri

mesenterika, aorta abdominalis dan semua percabangan setelah keluar dari

aortoiliaka.21

PAP sering kali merupakan bagian dari proses penyakit sistemik yang

berpengaruh terhadap kelainan arteri multipel. 21,22

Proses patologi dapat disebabakan oleh stenosis atau aneurisma. Dapat

juga disebabkan oleh tromboemboli atau trombosis. Penyebab terbanyak pada

usia diatas 40 tahun adalah aterosklerosis. Insiden tertinggi timbul pada dekade

ke enam dan tujuh. Prevalensi PAP meningkat pada kasus hipertensi, diabetes

melitus, hiperkolesterolnemia, hiperhomosisteinemia dan perokok.23

PAP dapat mengenai arteri besar, sedang maupun kecil; antara lain

trombangitis obliterans (Buergers disease), fibromuscular dysplasia, oklusi arteri

akut, penyakit Reynaud, artritis Takayusu, frosbite dan lainnya.22,23

6
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Sejarah istilah PAP adalah sebagai gambaran penyakit non kardiak yang

melibatkan seluruh sirkulasi darah, merupakan sindroma patofisiologi yang

meliputi arteri, vena dan sistim limfatik. Istilah ini berlaku untuk seluruh kelainan

vaskular secara umum. Istilah lainnya adalah peripheral arterial occlusive disase

(PAOD) atau peripheral arterial disease (PAD).24

PAP terjadi pada penduduk Amerika hampir mencapai 8-12 juta orang

dan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Di Amerika Serikat terdapat

4,3 % individu usia diatas 40 tahun dan 14,5 % diatas 70 tahun yang mendapat

PAP. Studi epidemiologi mendapatkan angka prevalensi berkisar 1,6-12 %,

sedangkan beberapa penelitian lain dengan menggunakan deteksi penyakit

tersebut secara noninvasif mendapatkan prevalensi sebesar 3,8 % - 33 %.25-28

Pada populasi dialisis, United States Renal Data System, insiden PAP sebesar

15%.18

Ankle Brachial Index (ABI) yaitu perbandingan tekanan darah sistolik

arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior pada tungkai bawah dengan arteri

brachialis pada lengan menggunakan doppler yang telah divalidasi dibanding

angiografi dengan spesifisitas 95 % dan sensitivitas hampir 100 %. Dalam

praktek klinis, alat ini sangat mudah, murah dan akurat sehingga mudah dalam

menggunakannya dalam menegakkan suatu PAP. 25

PAP dinilai abnormal bila nilai ABI 0,9. Prevalensi PAP menggunakan

tes non invasif yang telah dilaporkan 2,5 % pada usia 40-59 tahun, 8,3 % pada

usia 60-69 tahun dan 18,8 % pada usia 70-79 tahun. 25-29

7
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
2.2.1 PATOFISIOLOGI

PAP sering kali merupakan proses penyakit sistemik yang berpengaruh

terhadap sirkulasi arteri multipel. Proses patofisiologi sistemik diantaranya

aterosklerosis, penyakit degeneratif, kelainan displasia, inflamasi vaskuler

(arteritis), trombosis in situ dan tromboemboli. Penyebab utama PAP yang

terbanyak diseluruh dunia adalah aterosklerosis. Secara epidemiologi dan

konsekuensi klinis PAP sangat erat hubungannya dengan faktor resiko

aterosklerosis klasik yaitu : hipertensi, diabetes melitus, merokok, hiperlipidemi,

genetik / riwayat keluarga, kondisi post menopouse dan penyebab lain yaitu

hiperhomosisteinemia dan inflamasi. Dapat juga disebabkan oleh penyakit

degeneratif seperti penyakit kolagen, sindroma Ehler-Danlos dan sindroma

Marfan. Penyakit displasia yang paling sering adalah fibromuskular displasia

dapat mengenai arteri renalis, arteri karotis dan arteri iliaka. Penyakit vaskulitis

dapat merusak arteri besar, sedang dan kecil.30

Penyakit arteri oklusi akibat tromboembi dapat disebabkan oleh makro

atau mikroemboli. Makroemboli biasanya berasal dari jantung, dapat berasal dari

LAA (left arterial appendage), fibrilasi atrial, trombus pada ventrikel sekunder

akibat infark miokard atau gagal jantung. Mikroemboli juga dapat berasal dari

jantung, dapat berasal dari penyakit katup atau katup protesa yang berpotensi

trombogenik, atau berasal dari arteri yang paling sering akibat plak kolesterol

yang ruptur dan menyebabkan ateroemboli distal. 27, 31

Mekanisme terjadinya aterosklerosis sama seperti yang terjadi pada arteri

koronaria. Lesi segmental yang menyebabkan stenosis atau oklusi biasanya

terjadi pada pembuluh darah berukuran besar atau sedang. Pada lesi tersebut

terjadi plak aterosklerotik dengan penumpukan kalsium, penipisan tunika media,

destruksi otot dan serat elastis disemua tempat, fragmentasi lamina elastika

interna, dan dapat terjadi trombus yang terdiri dari trombosit dan fibrin. Lokasi

8
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
yang terkena terutama pada aorta abdominal dan arteri iliaka (30% dari pasien

yang simtomatik), arteri femoralis dan poplitea (80 - 90%), termasuk arteri tibialis

dan peroneal (40-50%). Proses aterosklerosis lebih sering terjadi pada

percabangan arteri, tempat yang turbulensinya meningkat, yang diawali oleh

kerusakan tunika intima. Pembuluh darah distal lebih sering terjadi pada pasien

usia lanjut dan diabetes melitus.31 Faktor resiko seperti peningkatan usia,

diabetes melitus, merokok, peningkatan kolesterol total dan LDL kolesterol dan

hipertensi berperan penting dalam proses inisiasi dan aselerasi aterosklerosis. 32

Tingkatan aterosklerosis dibagi atas adanya lesi, pembentukan lapisan

lemak, ateroma fibroproliferatif. Adanya lesi berasal dari disfungsi endotel,

dimana lapisan lemak akibat adanya lesi inflamasi yang pertama kali

mempengaruhi arteri intima dan terjadi pembentukan sel busa. Lapisan lemak

terdiri dari sel otot polos, monosit, makrofag dan sel T dan B. Atero

fibroproliferatif berasal dari lapisan lemak yang terdiri dari banyaknya sel otot

polos yang berisi lemak. Pada lesi tahap lanjut dihasilkan dari akumulasi sel yang

membuat lapisan lemak dan atero proliferatif. Lesi tahap lanjut kaya akan sel

yang terdiri dari sel dinding vaskuler intrinsik (endotel dan otot polos) dan sel

inflamasi (monosit, makrofag dan T limposit). 32

Kompensasi arteri diawali dengan terjadi pembentukan aterosklerosis

yang dapat menyebabkan pembuluh darah meningkat ukurannya. Lesi tahap

lanjut yang mengganggu lumen yang akhirnya aliran darah menjadi terbatas

sehingga terjadi stenosis dan sindroma iskemik kronis. 32

Kejadian arteri akut terjadi jika adanya sumbatan fibrous yang

mengganggu; hasilnya terjadi pembukaan prothrombotic necrotic lipid core dan

jaringan subendotel yang memudahkan terbentuk trombus dan terjadi oklusi

aliran darah. 32

9
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
2.2.2. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko terjadinya PAD yaitu :

a. Faktor resiko tradisional 32

Adanya aterosklerosis pada pembuluh arteri karotis, koroner dan

pembuluh darah tepi. Pada penelitian Famingham Heart study, Cardiovascular

Health Study, PAD Awareness, Risk and Treatment: New Resources for Survival

(PARTNERS) program, NHANES dan Atherosclerosis Risk in Communities

(ARIC) Study, menyatakan bahawa faktor resiko utama PAP termasuk

peningkatan usia, merokok, diabetes melitus, dislipidemia dan hipertensi.

Merokok dan diabetes melitus menepati urutan terbesar terjadi PAP.

- Usia

Prevalensi PAP meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pada

Framingham Heart study didapati usia 65 tahun meningkat resiko PAP.

Hubungan yang kuat antara bertambahnya usia ( 70 tahun) dan prevalensi PAP

dilaporkan NHANES dimana 4,3 % usia 40 tahun atau lebih dibandingkan

dengan 14,5 % usia 70 tahun atau lebih.

Criqui dkk telah melaporkan prevalensi PAP (dengan ABI abnormal) 2 -

3% pada individu usia 50 tahun dibanding 20 % pada usia 75 tahun atau lebih,

PARTNERS programme mendapatkan prevalensi 29 % pada individu usia diatas

70 tahun atau 50-69 tahun dengan riwayat merokok atau diabetes. Meskipun

PAP didapati juga pada usia 50 tahun tetapi jumlah kasusnya sangat kecil.

- Merokok 32 - 34

Merokok merupakan salah satu faktor resiko yang sangat penting terjadi

PAP dan komplikasinya yaitu : intermitten claudicatio dan critical limb ischemia.

Merokok meningkatkan resiko PAP 4 kali lipat dan onset terjadi PAP

berhubungan dengan jumlah batang yang dihisap dan juga lamanya merokok.

10
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Perbandingan merokok dan tidak merokok pada PAP didapati dua kali

lebih sering untuk dilakukannya tindakan amputasi dan terjadi critical limb

ischemia pada yang merokok. Hubungan merokok dan PAP dua kali lebih kuat

dibandingkan antara merokok dan penyakit jantung koroner.

- Diabetes Melitus 32 - 36

Diabetes Melitus akan meningkatkan resiko baik PAP asimptomatik

ataupun PAP simptomatik sebesar 1,5 - 4 kali lipat dan berhubungan dengan

kejadian kardiovaskuler dan mortalitas pada individu dengan PAP.

Pada penelitian Farmingham heart study didapati 20 % pasien PAP yang

simptomatik dilaporkan mendapat diabetes. NHANES melaporkan diagnosa PAP

menggunakan ABI didapati 26 % dengan diabetes, sementara Edinburgh Arteri

Study menggunakan kwasioner WHO atau nilai ABI < 0,90 mendapati prevalensi

PAP lebih tinggi dengan diabetes atau intoleransi glukosa (20,6 %) dibanding

dengan glukosa normal (12,5 %). Multi Ethnic study of Atherosclerosis (MESA)

menjumpai 26 % wanita dan 27,5 % pria dengan nilai ABI < 0,90 pada penderita

diabetes.

Pada penderita diabetes, prevalensi PAP berhubungan erat dengan usia

dan lamanya menderita diabetes. Diabetes merupakan faktor resiko yang lebih

kuat terjadi PAP pada pria dan wanita, dan prevalensi PAP lebih tinggi pada

orang Afrika Amerika dan Hispanis dengan diabetes dibanding non Hispanis

dengan diabetes.

Tingkat keparahan diabetes berperan penting dalam terjadi PAP.

Terdapat 28 % peningkatan resiko PAP pada setiap peningkatan HbA1c, dan

lamanya menderita hiperglikemi.

Diabetes mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan penyakit oklusi

pada arteri tibialis. Pasien diabetes dengan PAP lebih sering mendapat

mikroangiopati atau neuropati dan terjadi gangguan penyembuhan luka

11
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
dibanding PAP-nya sendiri. Pasien diabetes yang mendapat PAP mempunyai

resiko lebih tinggi terjadi ulkus iskemik dan gangren.

Diabetes dipercayai merupakan kontribusi terjadinya resiko peningkatan

PAP. Pasien diabetes lebih sering mendapatkan faktor resiko tambahan PAP

pada merokok, peningkatan tekanan darah, dan peningkatan trigliserida,

kolesterol dan kelainan lipid lainnya. Hal ini juga terjadi inflamasi vaskuler,

disfungsi sel endotel, dan sel otot polos vaskuler yang abnormal dibanding

dengan tanpa diabetes. Sebagai tambahan diabetes juga dapat terjadi

peningkatan agregasi trombosit dan gangguan fungsi fibronolitik.

- Hiperlipidemia 32

Pada Framingham Heart Study didapati hubungan peningkatan kolesterol

total dengan dua kali peningkatan klaudikasio intermitten. NHANES melaporkan

lebih dari 60 % individu dengan PAP terdapat hiperkolesterolemia, sedangkan

PARTNERS menemukan prevalensi hiperlipidemi pasien dengan PAP

sebesar 77 %.

Hiperlipidemia meningkat 10 % setiap peningkatan 10 mg/dl kolesterol

total. Peningkatan total kolesterol, LDL kolesterol, very low density lipoprotein

(VLDL) kolesterol dan trigliserida merupakan faktor resiko independen terjadinya

PAP, dimana peningkatan high density lipoprotein (HDL) kolesterol dan

apolipoprotein A-1 berperan sebagai proteksi.

Bentuk dislipidemia paling sering pada pasien PAP adalah kombinasi

penurunan HDL kolesterol dengan peningkatan trigliserida yang sering didapati

pada pasien sindroma metabolik dan diabetes. Pada Cardiovascular Health study

keduanya didapati berhubungan dengan penurunan nilai ABI. ARIC study dan

Edinburgh Artery Study pada pasien diabetes didapati hanya peningkatan

trigliserida yang berhubungan dengan PAP.

12
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
- Hipertensi 32 - 36

Hampir semua penelitian epidemiologi menunjukkan hubungan yang kuat

antara hipertensi dengan PAP, dimana 50 - 92 % didapati PAP dengan

hipertensi. Pada penelitian NHANES dan PARTNERS melaporkan hubungan

PAP dengan hipertensi masing-masing 74 % dan 92 %. Cardiovascular Health

Study melaporkan 52 % pasien dengan nilai ABI kurang dari 0,90 didapati

tekanan darah tinggi dan Framingham Study menunjukkan peningkatan 2,5 - 4

kali lipat resiko klaudikasio intermiten pada pria dan wanita dengan hipertensi.

Pada Systolic Hypertension in Elderly (SHEP) melaporkan 25,5 % partisipan

dengan nilai ABI < 0,90.

The Seventh report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure menyatakan bahwa

PAP merupakan faktor ekuivalen terjadi penyakit jantung koroner.

Pasien dengan hipertensi dan PAP peningkatannya lebih besar terjadi

stroke dan miokard infark. SHEP study dewasa dengan usia lebih tua pada

hipertensi sistolik mendapatkan nilai ABI 0,90 berhubungan dengan 2-3

peningkatan mortalitas kardiovaskuler.

b. Faktor resiko Non Tradisional

- Ras/etnis 32

Beberapa penelitian menunjukkan pada PAP terjadi ketidakseimbangan

prevalensi pada populasi kulit hitam dan hispanis walaupun sesudah dimasukkan

faktor resiko tradisional. Usia dan jenis kelamin pada data NHANES

menunjukkan pada orang kulit hitam non hispanis terjadi peningkatan PAP tiga

kali dibanding non hispanis kulit putih. Pada penelitian Multi Ethnic Study of

atherosclerosis menggambarkan prevalensi PAP paling tinggi pada kulit hitam

pria dan wanita dan paling rendah pada wanita Hispanis dan pria cina.

13
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Criqui dkk menyimpulkan kelebihan PAP pada orang kulit hitam tidak

dapat dijelaskan dan tidak berhubungan dengan diabetes, hipertensi dan index

massa tubuh.

- Inflamasi 32

Peningkatan petanda inflamasi CRP, fibrinogen, interleukin 6(IL-6), lekosit telah

diteliti pada pasien dengan aterosklerosis pada pembuluh darah arteri perifer.

Hubungan PAP tidak begitu jelas dan hanya beberapa penelitian mendapatkan

hubungan tersebut.

Ridker dkk pada Physicians Health Study mendapatkan adanya peningkatan

CRP yang merupakan prediksi terjadi PAP. NHANES melaporkan peningkatan

fibrinogen dan CRP berhubungan dengan PAP, Wildman dkk menyatakan

peningkatan CRP atau fibrinogen atau peningkatan jumlah lekosit meningkatkan

resiko PAP dua kali lipat. McDermott dkk pada komunitas Italia menjumpai

peningkatan fibrinogen, CRP, dan IL-6 pada penderita PAP (dibandingkan

dengan tanpa PAP).

-Gagal Ginjal Kronik 32-36

Sangat sedikit penelitian epidemiologi pada gagal ginjal kronik

(penurunan fungsi ginjal pada pasien yang tanpa dialisis dan tanpa transplantasi)

mendapat resiko PAP.

Prevalensi PAP menurut National Institutes of Healths United States

Renal Data System pada tahun 1999 sebesar 15 %. NHANES melaporkan 24 %

mendapat PAP pada populasi usia diatas 40 tahun dengan renal insufisiensi

(nilai kreatinin klirens <60 ml/min/1,73 m2), dibanding dengan 3,7 % yang nilai

kretinin klirens > 60 ml/min/1,73.

Prevalensi nilai ABI abnormal lebih tinggi pada gagal ginjal tahap akhir

(yang menjalani hemodialisis) dibanding gagal ginjal kronik sebesar 30% dan

14
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
38%. PAD pada gagal ginjal kronik meningkatkan terjadinya critical limb

ischemia, sedang resiko amputasi meningkat pada gagal ginjal tahap akhir.

Hubungan PAP dengan gagal ginjal kronik secara independen pada

diabetes, hipertensi, etnis dan usia, dan meskipun secara nyata alasannya belum

diketahui, mungkin berkaitan dengan peningkatan inflamasi vaskuler dan ditandai

adanya peningkatan homosistein plasma pada gagal ginjal kronik.

- Genetik 32,33

Predisposisi genetik PAP didukung oleh obsevasi peningkatan angka

penyakit kardiovaskuler (termasuk PAP) pada pasien dengan klaudikasio

intermitten. Meskipun hubungan genetik dengan lingkungan secara patogenesis

terjadinya PAP sangat sulit dipisahkan, satu studi menjumpai satu dari empat

pasien kembar dengan PAP mendapat kejadian vaskuler sebelum usia 55 tahun

dan setengahnya mendapat keluhan asimptomatik pada usia < 50 tahun.

-Hiperkoagulasi 32-34

Hiperkoagulasi atau trombofilia merupakan faktor resiko yang jarang pada

PAP. Pada beberapa pasien tertentu seperti individu lebih muda yang tidak

mempunyai faktor resiko tradisional, pasien dengan riwayat keluarga

aterosklerosis dini, dan individu yang revaskularisasi arteri yang gagal tanpa

alasan teknik apapun setelah dievaluasi kondisi tersebut didasari adanya

hiperkoagulasi.

Beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan independen antara

PAP dan perubahan faktor hemostasis termasuk lipoprotein (a), homosistein,

antibodi antipfosfolipid dan D-dimmer.

Evaluasi peningkatan homisistein dan lipoprotein (a) kelihatan penting

pada individu dengan PAP yang tanpa faktor resiko tradisional.

Hiperhomositenemia dihubungkan dengan aterosklerosis dini dan faktor

resikonya lebih kuat pada PAP dibanding penyakit jantung koroner.

15
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
- Rasio waist to hip abnormal 32

Meskipun hubungan ini belum jelas terhadap PAP dan IMT, tetapi

hubungan obesitas abdominal dengan PAP telah dilaporkan. Planas dkk

menggambarkan peningkatan waist to hip ratio (> 0,966) dihubungkan dengan

1,7 kali lipat peningkatan resiko PAP setelah diadjust dengan covariatenya.

2.2.3. DIAGNOSA

Untuk diagnosa yang akurat diperlukan anamnnese yang baik. Adanya

faktor resiko terjadi aterosklerosis memerlukan anamnese yang baik untuk

mengetahui keadaan pasien. Pada pasien yang asimptomatik diperlukan

pemeriksaan fisik atau tes non invasif.31,36-37

Klaudikasio intermitten yang klasik terjadi bila timbulnya rasa nyeri dan

adanya batasan dalam aktivitas yang kemudian hilang setelah istirahat dalam 10

menit.37-40

Penilai PAP harus dimulai dengan anamnese dan pemeriksaan fisik untuk

dapat mengidentifikasi faktor resiko, adanya klaudikasio intermitten,nyeri saat

istirahat, dan atau adanya gangguan fungsi. Banyaknya penyebab alternatif nyeri

tungkai saat berjalan termasuk stenosis spinal, tetapi ini harus disingkirkan.

Tingkatan PAP berdasarkan keparahannya mulai dengan tanpa gejala,

claudicatio intermitten, nyeri saat istirahat, sampai luka yang tidak sembuh dan

adanya gangren. 33

Dua komponen yang penting dalam pemeriksaan fisik yaitu inspeksi kaki

dan palpasi denyut nadi perifer . Pada inspeksi diamati adanya tanda tanda

rubor, palor, tidak adanya bulu kaki, distrophia kuku ibu jari kaki dan rasa dingin

pada tungkai bawah, kulit yang kering, fisura pada kulit, hal ini merupakan tanda

insufisiensi vaskular. Di antara jari jari kaki harus juga diamati adanya fissura,

ulserasi dan infeksi. 37

16
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Pada palpasi denyut nadi merupakan komponen rutin yang harus dinilai.

Penilaian meliputi arteri femoralis, poplitea dan dorsalis pedis . Pulsasi dicatat

dengan angka 0-2; dimana tidak ada pulsasi, berkurang / lemah dan normal.

Lemah atau tidak adanya pulsasi merupakan petanda PAP. Denyut arteri dorsalis

pedis akan menghilang pada 8,1 % populasi normal, sedangkan arteri tibialis

posterior pada 2,0 % populasi normal. Bila tidak dijumpai kedua denyut nadi

pada kaki tersebut diduga kuat adanya penyakit vaskular. Khan dkk

menyimpulkan pemeriksaan fisik haruslah dibarengi dengan tes diagnostik dalam

skrining adanya PAP. 37

2.2.3.1. Acute Limb Ischemia 37

Acute limb ischemia merupakan sindroma klinis yang disebabkan oleh

oklusi arteri akut yang ditandai adanya trombus yang didasari adanya plak dan

menyebabkan aterotrombosis atau tromboemboli. Acute Limb Ischemia

diklasifikasikan dengan 6P, yaitu : Pulselessness, Pain, Pallor,

Poikilothermy(coldness), Parasthesia, Paralysis.

2.2.3.2. Critical Limb Ischemia 37

Critical limb ischemia disebabkan oleh adanya oklusi aterosklerosis

perifer dan manifestasi sebagai nyeri saat istirahat / atau adanya jaringan yang

hilang (ulkus atau gangren). Rutherford dkk mendapatkan secara detail sistem

tingkatan pada critical limb ischemia (Tabel 2).

17
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 2. Kriteria klinis kategori critical limb ischemia dikutip dari 37

Grade * Category Clinical description

0 0 Asymptomatic- no hemodynamically significant

occlusive disease

1 Mid claudication

I 2 Moderate claudication

3 Severe Claudication

II 4 Ischemic rest pain

III 5 Minor tissue loss-non healing ulcer, focal

gangrene with diffuse pedal ischemia

6 Major tissue loss- extending above

Transmetatarsal level, functional foot no

longer salvageable

* Fontaine Clasification

2.2.3.3. Diagnostik Non Invasif 41

Diagnostik untuk menegakkan penyakit arteri perifer haruslah akurat,

murah, diterima secara luas, mudah dan non-invasif. Variasi teknik yang tersedia

untuk mendeteksi penyakit arteri perifer yaitu menilai adanya stenosis, tingkat

keparahan, evaluasi pasien terhadap progresivitas penyakit atau respon dari

terapi.

Beberapa teknik dapat digunakan pada rawat jalan, sebagai fasilitas yang

cepat dan akurat untuk menilai gejala dan deteksi dini pada individu yang

mempunyai resiko penyakit arteri perifer.

18
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Variasi untuk diagnosa dan evaluasi penyakit arteri perifer :

a. Ankle Brachial Index (ABI)

Test ini mudah dan murah dalam medeteksi penyakit arteri perifer dengan

menghitung rasio TD sistolik pembuluh darah arteri pergelangan kaki dibanding

pembuluh darah arteri lengan. Pengukuran ABI dilakukan sesudah pasien

berbaring 5 10 menit. Test ini mencatat TD sistolik kedua arteri brachialis dan

kedua arteri dorsalis pedis serta arteri tibialis posterior. ABI dihitung pada masing

masing tungkai dengan pembagian nilai tertinggi TD sistolik pergelangan kaki

dibagi nilai tertinggi TD sistolik lengan, yang dicatat nilai dengan 2 angka

desimal.

Interpretasi nilai ABI menurut :


1. American Collage of Cardiology / American Diabetes Association
(ACC/ADA) : 42
> 1,3 : dugaan kalsifikasi arteri

0,91 - 1,3 : normal

0,9 - 0,8 : ringan

0,79 0,5 : sedang

<0,5 : berat

2. Hiatt dkk : 23

> 1,30 : dugaan kalsifikasi arteri

0,91 - 1,30 : normal

0,41 - 0,90 : ringan sedang

0,00 0,5 : berat

ABI dapat mendeteksi lesi stenosis paling sedikit 50% pada tungkai.

Pembuluh darah yang kaku ditandai dengan adanya kalsifikasi arteri. Hal ini

sering dijumpai pada pasien diabetes, orang tua, GGK dengan HD reguler dan

pasien yang mendapat terapi steroid kronis. 41,42

19
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Pada studi kohort oleh Sikkin dkk, melaporkan 154 pasien yang dikuti 5-

year cumulative survival rates dilakukan ABI didapati hasil: 63% ABI< 0,50; 71 %

ABI 0,50 -0,69; 91 % ABI 0,70 -0.89.41,42

Bila ABI tidak dapat mendeteksi penyakit arteri perifer karena pembuluh

darah yang kaku, maka digunakan test toe-brachial index . Test ini lebih baik

untuk menilai perfusi ke tungkai bawah bila nilai ABI 1,30. Nilai toe-brachial

index < 0,70 dapat menegakkan adanya gangguan pembuluh darah arteri

perifer.42

Petunjuk praktis penanganan PAP menurut ACC/AHA

merekomendasikan test ABI dilakukan pada :37,42

individu yang diduga gangguan arteri perifer karena adanya gejala

exertional leg atau luka yang tidak sembuh

usia 70 tahun

usia 50 70 tahun yang mempunyai riwayat merokok atau DM

Sebagai tambahan, ADA menyarankan skrining ABI dilakukan pada

penderita DM dengan usia < 50 tahun yang mempunyai faktor resiko penyakit

arteri perifer seperti merokok, hipertensi hiperlipidemia dan lamanya

menderita DM >10 tahun.

b. Segmental Limb Pressure dan Pulse Volume Recording

Segmental Limb Pressure dapat menilai adanya penyakit arteri perifer

serta lokasinya yang dicatat dengan alat doppler dari Plaethysmographic Cuffs

yang ditempatkan pada arteri brakialis dan daerah tungkai bawah termasuk

diatas paha, dibawah lutut dan pergelangan kaki. Test ini mempunyai batasan

yang sama dengan ABI tentang adanya pembuluh darah yang kaku . 41,43-44

Segmental Limb Pressure dapat diukur tersendiri, tetapi umumnya

digunakan bersamaan Pulse Volume Recording, dimana kombinasi kedua

20
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
pengukuran ini mempunyai akurasi diagnostik 97%. Pulse volume recording

digunakan dengan sistem cuffs, dimana Pneumo Plaethysmograph mendeteksi

perubahan volume pada tungkai melalui siklus jantung. Perubahan kontur nadi

dan amplitudo juga dapat dianalisa. Gelombang normal bila kenaikannya yang

tinggi, puncak sistolik yang menajam, pulsasi yang menyempit, adanya dicrotic

notch sampai dasar. Pada gangguan arteri perifer, terdapat gambaran

gelombang yang mulai landai, puncak yang melingkar,pulsasi yang melebar,

dicrotic notch yang menghilang dan melengkung ke bawah.

c. Exercise Stress testing

Pengukuran ABI dilakukan dengan kombinasi pre dan post aktivitas

yang dapat digunakan untuk menilai gejala tungkai bawah yang disebabkan

gangguan pembuluh darah arteri perifer atau pseudo-claudication dan menilai

status fungsi pasien dengan gangguan pembuluh darah arteri perifer. Metode ini

baik dan non invasif dalam mendeteksi gangguan pembuluh darah arteri perifer,

dimana digunakan bila nilai ABI saat istirahat normal, tetapi secara klinis diduga

mengalami gangguan. 44

d. Duplex Ultrasonography

Alat ini berguna dalam mendeteksi PAP pada tungkai bawah yang juga

sangat berguna dalam menilai lokasi penyakit dan membedakan adanya lesi

stenosis dan oklusi, selain itu juga dapat sebagai persiapan untuk pasien yang

akan dilakukan tindakan / intervensi. Duplex Ultrasonography merupakan

kombinasi analisa gelombang doppler dan kecepatan aliran (velosity) doppler. 44

e. Magnetic Resonance Angiography (MRA)

MRA khusus digunakan sebagai diagnosa radiologi penyakit arteri perifer.

MRA dilakukan sebagai tindakan lanjutan persiapan evaluasi re-vaskularisasi. 44

21
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
f. Computed Tomographic Angiography (CTA)

CTA digunakan sebagai alat terbaru diagnostik penyakit arteri perifer,

dengan kemampuan resolusi tampilan gambar lebih baik dan tiap scaning

menampilkan 64-channel menggunakan multidetector scanner. ACC / AHA

merekomendasi CTA dipakai dalam perencanaan tindakan revaskularisasi, yang

mempunyai kemampuan menampilkan gambar yang lebih cepat dan ketepatan

lebih baik dibanding MRI. 44

22
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB III

PENELITIAN SENDIRI

3.1. LATAR BELAKANG

Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan proses patofisiologi dengan etiologi

yang multipel, menyebabkan pengurangan sejumlah nefron dan fungsinya secara

progresif yang mendasari terjadinya penyakit ginjal terminal.1,3

GGK merupakan permasalahan di bidang nefrologi dengan angka

kejadian yang masih cukup tinggi. Laporan penelitian epidemiologi klinis di

Indonesia ternyata mendapatkan bahwa gagal ginjal terminal yang merupakan

akibat lanjut dari GGK menempati urutan pertama dari semua penyakit ginjal.2

Telah diketahui bahwa lebih dari 80% penyebab kematian pada penyakit

ginjal adalah kelainan kardiovaskuler.45,46 Goicechea dkk (2004) dalam sebuah

penelitian potong lintang mendapatkan bahwa kematian pada GGK : 22% akibat

penyakit jantung koroner, 18% akibat gagal jantung kingestif, 14% akibat

penyakit serebrovaskuler dan 14% akibat penyakit vaskuler perifer.47

Kondisi kondisi pada GGK yang merupakan faktor resiko untuk

terjadinya penyakit kardiovaskuler adalah penurunan laju filtrasi glomerulus

(LFG), mikroalbuminuria, hiperfosfatemia, hipertensi kardiak dan kardiomiopati

uremik serta anemia.47

Penyakit arteri perifer (PAP) merupakan manifestasi paling sering adanya

aterosklerosis, yang mempunyai karakteristik terdapat oklusi aterosklerosis pada

tungkai bawah. Gejala PAP paling sering yaitu klaudikasio intermiten, yang

dikeluhkan sebagai : rasa nyeri, kram otot atau sakit pada telapak kaki, betis atau

bokong. Dimana, pernah dilaporkan bahwa lebih dari 50% pasien yang menderita

PAP tidak menunjukkan gejala (asimtomatik). Nyeri saat istirahat dan gangren

lebih sering dijumpai pada penderita PAP dan hal ini merupakan penyebab

23
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
dilakukannya tindakan amputasi, khususnya pada penderita dengan

diabetes.46,48-49

Dimana, hanya beberapa test diagnostik non invasif yang dapat

mengungkapkan adanya suatu aterosklerosis terutama pada pasien yang

asimtomatik. Sebagai contoh, diagnostik yang murah dan mudah dilakukan

dengan mengukur tekanan darah (TD) pada pergelangan tangan dan kaki.

Ketidak sesuaian TD pergelangan kaki dapat menyebabkan aterosklerosis pada

arteri tungkai bawah. 46,48-49

Ankle Brachial Index (ABI) adalah rasio perbandingan tekanan

pergelangan tangan dan kaki, dimana ABI telah secara luas digunakan pada

penelitian baik secara klinis atau epidemiologi dalam deteksi dini PAP dan diduga

berhubungan erat dengan adanya PAP pada tungkai bawah. Deteksi PAP

menggunakan ABI dapat dihubungkan dengan prevalensi penyakit

kardiovaskular dan dapat memprediksi penyakit kardiovaskular sebagai

penyebab mortalitas pada beberapa sampel penelitian.48-49

Di AS, prevalensi PAP meningkat beberapa kali pada pasien yang

menajalani hemodialisis dibanding populasi sehat dengan usia dan jenis kelamin

yang sama. Beberapa penelitian terbaru menyatakan bahwa PAP merupakan

prediktor kuat terhadap kejadian kardiovaskular dan mortalitas keseluruhan.

Kelihatannya, PAP semakin sering dijumpai dan tidak terdiagnosa dengan baik

dalam pelayanan kesehatan terutama prediksi kardiovaskular dan mortalitas.48-51

Pasien dengan PAP meskipun tanpa riwayat penyakit jantung koroner

atau stroke, mempunyai resiko kematian karena kardiovaskuler yang sama

dengan pasien yang mempunyai riwayat PJK.45-48 Tingkat keparahan PAP

berhubungan erat dengan resiko PJK, stroke dan kematian karena penyebab

vaskular. Nilai ABI yang rendah, mempunyai prediksi lebih besar terjadi resiko

kardiovaskuler.

24
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Mortalitas terhadap nilai ABI yang rendah sebesar 25%.48, 49,51
Pada

populasi dialisis, United States Renal Data System, insiden PAP sebesar 15%.18

3.2. Perumusan masalah

Berapakah angka kejadian PAP pada penderita gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisis?

Apakah ada perbedaan angka kejadian PAP pada penderita gagal ginjal

kronik berdasarkan lamanya menjalani hemodialisis?

3.3. Hipotesa

Terdapat perbedaan kejadian PAP pada penderita gagal ginjal kronik

berdasarkan lamanya penderita tersebut menjalani hemodialisis.

3.4. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui berapakah angka kejadian PAP pada penderita gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kejadian PAP pada penderita

gagal ginjal kronik berdasarkan lamanya penderita tersebut menjalani

hemodialisis.

3.5. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memprediksi kejadian PAP sebagai

prediktor penyakit kardiovaskuler yang dapat menyebabkan kematian

pada penderita GGK.

25
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
3.6. KERANGKA KONSEPSIONAL

Stroke
Infark miokard
Hipertropi ventrikel kiri
Aritmia kordis

Gagal Ginjal Penyakit kardiovaskular


Kronik dan serebrovaskular

Penatalaksanaan : Penyakit Arteri


Konservatif Perifer
Dialisis :
Hemodialisis
Peritoneal dialisis
Transplantasi ginjal
Merokok
Hipertensi
Diabetes melitus
Dislipidemia

3.7. BAHAN DAN CARA

3.7.1 Desain Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang yang bersifat

deskriptif analitik.

3.7.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan November 2007 s/d Januari

2008 di Unit Hemodialisis Rasyida Medan

26
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
3.7.3. Kriteria inklusi

a. Penderita GGK rawat jalan yang menjalani hemodialisis

reguler 3 kali seminggu minimal 3 bulan di Unit Hemodialisis

Rasyida Medan

b. Usia > 40 tahun

c. Dapat dilakukan pemeriksaan ABI; pasien dengan cimino

shunt tidak dilakukan pemeriksaan pada sisi tersebut.

d. Bersedia ikut dalam penelitian

3.7.4. Kriteria eksklusi

a. Penderita dengan kelainan kardiovaskuler atau

serebrovaskuler yang nyata seperti mempunyai riwayat

penyakit jantung koroner, stroke.

b. Penderita dengan kelainan yang dapat mengganggu jalannya

penelitian (misalnya : tromboflebitis, ulkus pada kaki )

c. Nilai ABI > 1,3

3.7.5. Besar sampel

Perkiraan besar sampel :

Prevalensi GGK menjalani HD reguler dengan PAP ,ditetapkan P

= 38%

Besar sampel dengan memakai rumus :

Z 2 PQ
n=
d2

27
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Dimana:

Z = nilai normal berdasarkan = 0,05 dan Z = 1,96

P = prevalensi PAP pada GGK = 0,38

Q = 1 0,38 = 0,62

d = presisi (perbedaan hasil klinis, besarnya

penyimpangan yang masih dapat ditolelir), ditentukan

20%

(1,96 ) 2 (0,38)(0,62 )
n=
(0,20 ) 2

(3,84 )(0,2356 )
n=
(0,04 )

= 22,61

Jadi jumlah sampel minimal adalah 23 orang.

3.7.6. Cara penelitian

Terhadap semua pasien yang termasuk dalam penelitian diminta

persetujuan tertulis (informed consent). Penelitian ini dilakukan

dengan cara :

a. Dicatat umur, jenis kelamin, lama menjalani HD, riwayat merokok,

riwayat menderita diabetes, hipertensi.

b. Diukur Tinggi Badan (cm), Berat Badan intra dialisis (IDWG) (kg)

c. Diukur tekanan darah dengan alat sphymomanometer

(nova),dimana pasien dibaringkan selama 5 menit kemudian

dipasang manset pada lengan dan dilakukan pengukuran

sebanyak 2 kali dan diambil nilai reratanya.

d. Dilakukan tes ABI meggunakan alat Vasera VS-1000 (Fukuda

Denshi) dimana pasien disuruh berbaring selama 5-10 menit,lalu

28
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
dipasang manset pada masing-masing pada lengan kanan dan kiri

dengan jarak 2 cm diatas lipatan siku. Kemudian dipasangkan

manset pada kedua pergelangan kaki kiri dan kanan. Pasien

dengan cimino shunt tidak dilakukan pemeriksaan pada sisi

tersebut Setelah itu pasien disuruh tenang, jangan bicara dan

bergerak selama 3 - 5 menit sampai hasil data keluar.

Bila didapati interpretasi ABI sebagai berikut :

o 0,91 - 1,30 : normal

o 0,90 : abnormal

3.8. Analisa data

Variabel kontinyu disajikan dalam Mean SD. Student t digunakan untuk

menilai perbedaan variabel kontinyu pada variabel parametrik, dan Mann

Whitney digunakan pada non parametrik. Hubungan antara vaiabel

kontinyu dinilai dengan Pearson dan Spearman. Hubungan variabel

katagorik dinilai dengan analisa 2 atau tes Fisher exact. Nilai p < 0,05

dinyatakan signifikan. Analisa univariat digunakan terhadap hubungan

faktor resiko dan PAP pada pasien dialisis.

3.9.1. Defenisi Operasional

Penderita GGK dengan HD reguler : penderita GGK yang telah

menjalani hemodialisis secara teratur 3 kali seminggu dalam waktu

minimal 3 bulan.

Lamanya menjalani hemodialisis : dinilai sejak pertama kali penderita

menjalani hemodialisis hingga tanggal saat penelitian dilakukan.

29
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Hipertensi : bila TD sistolik 130 mmHg atau TD diastolik 85 mmHg

atau sebelumnya mendapat pengobatan anti hipertensi.

PAP : penderita yang dijumpai bila nilai ABI 0.90 dan dijumpai ada

atau tidak simptom nyeri pada saat berjalan (claudicatio intermitten).

ABI : suatu tes yang mengukur perbandingan nilai tertinggi TD sistolik

pergelangan kaki dibagi nilai tertinggi TD sistolik lengan.

3.9.2. KERANGKA OPERASIONAL

Subjek :
Penderita GGK dengan HD
reguler yang memenuhi kriteria
inklusi

Dicatat :
Umur
Jenis kelamin
TB, BB (IDWG)
Riwayat merokok
Riwayat hipertensi, DM
Lamanya HD

ABI
Normal : 0,91 1,30
Abnormal : 0,90

Penyakit Arteri Perifer

30
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

Tabel 3 : Data demografi pasien ( karakteristik klinis )

Karakteristik Keseluruhan pasien ( n = 50 )

Usia (tahun) 55,20 8,61


Jenis kelamin
Pria 30 (60 %)
Wanita 20 (40 %)
IMT (kg/m2) 23,11 3,67
Riwayat merokok 12 (24 %)
TD sistolik (mmHg) 157,22 26,73
TD diastolik (mmHg) 92,10 13,85
Lamanya HD (bulan) 27,92 27,10
IDWG (kg) 3,13 1,60
Kt/v 1,68 0,58
URR (%) 0,88 0,09
Hipertensi nefropati 23 (46%)
Diabetik nefropati 15 (30%)
ABI 1,04 0,19

4.1.1. Karateristik sampel penelitian

Pada tabel 3 didapati subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini

sebanyak 50 orang, yang didapati dari pemeriksaan pasien pada Unit Dialisis

Rasyida di Medan yang telah menjalani HD reguler minimal 3 bulan, dengan

jumlah dialisis minimal 3 kali seminggu, lama hemodialisis 3,5 jam tiap kali

tindakan. Prevalensi PAP pada pasien GGK menjalani hemodialisis adalah 8% .

Pria dan wanita masing - masing 30 orang (60%) dan 20 orang (40%). Usia rata -

rata adalah : 55,20 8,61 tahun. Lamanya kelompok penelitian menjalani

hemodialisis 27,92 27,10 bulan. Etiologi hipertensi dan diabetik yang

mendasari timbulnya nefropati masing - masing 23 orang (46%) dan 15 orang

(30%). Dialisis dilakukan tiga kali perminggu dengan Kt/v 1,3 dan URR > 70%

dengan lama HD 3 jam pada keseluruhan penderita.

31
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
4.1.2. Penyakit Arteri Perifer pada Pasien yang menjalani Hemodialisis

PAP (ABI < 0,9) dijumpai pada 4 orang (8 %) dari 50 subjek penelitian.

Usia rata - rata pada kelompok PAP : 61,00 10,74 tahun ( p = 0,613).

Timbulnya PAP berdasarkan jenis kelamin : pria 3 orang (75%) lebih banyak

dibanding wanita 1 orang (25%). Riwayat merokok dijumpai pada 2 subjek

penelitian (50%). Lamanya hemodialisis 14,50 9,037 bulan dan secara statistik

tidak bermakna untuk menimbulkan PAP ( p = 0,307). Hipertensi nefropati dan

diabetik nefropati masing masing 1 orang (25%) dan 2 orang (50%) untuk

timbulnya PAP, dimana hasil ini tidak bermakna secara statistik (p = 0,614 dan

p= 0,574) (tabel 4)

Tabel 4 : Perbandingan pasien dengan dan tanpa PAP

ABI 0,9 1,3 (n= 46) ABI <0,9 (n = 4) p Sig


Usia (tahun) 54,70 8,36 61,00 10,74 0,163 NS
Jenis Kelamin
Pria 27 (58,7%) 3 (75%)
0,641 NS
Wanita 19 (41,3%) 1(25%)
IMT 23,237 3,706 21,650 3,384 0,413 NS
Riwayat Merokok 10(21,7%) 2 (50 %) 0,240 NS
TD Sistolik 156,50 26,355 165,50 33,985 0,524 NS
TD Diastolik 92,65 13,280 85,75 20,759 0,344 NS
Hipertensi 41(89,1%) 3(75%) 0,411 NS
Lamanya HD (bulan) 29,09 27,876 14,50 9,037 0,307 NS
IDWG 3,244 1,626 1,885 0,452 0,001 Sig
URR 0,890 0,094 0,827 0,112 0,213 NS
Kt/v 1,705 0,602 1,480 0,234 0,465 NS
Etiologi
Hipertensi Nefropati 22 (47,8%) 1(25%) 0,614 NS
Diabetik Nefropati 13 (28,3%) 2(50%) 0,574 NS

4.1.3. Korelasi PAP terhadap variabel Pasien menjalani Hemodialisis

Nilai ABI berhubungan negatif dengan usia dan bermakna secara statistik

(r = -0,320; p = 0,024). PAP tidak menunjukkan korelasi terhadap variabel

dialisis yakni lamanya HD (r = 0,088; p = 0,529), dan juga IDWG (r = 0,047;

32
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
p = 0,736), Kt/v (r = 0,042; p = 0,766) dan URR (r = 0,164; p = 0,239).

Kecenderungan terjadinya PAP pada pasien GGK dengan hemodialis reguler

juga tidak menunjukkan hubungan signifikan terhadap IMT, TD sistolik dan

diastolik, status hipertensinya, etiologi hipertensi nefropati maupun diabetik

nefropati (tabel 5).

Tabel 5 : Korelasi berdasarkan etiologi dan marker HD terhadap ABI

Variabel r p Sig

Usia -0,320 0,024 Sig


IMT -0,063 0,661 NS
Riwayat Merokok -0,126 0,384 NS
TD Sistolik -0,026 0,849 NS
TD Diastolik 0,222 0,121 NS
Hipertensi 0,079 0,462 NS
Lamanya HD 0,10 0,480 NS
IDWG 0,196 0,169 NS
URR 0,182 0,206 NS
Kt/v 0,040 0,781 NS
Etiologi
Hipertensi Nefropati 0,057 0,696 NS
Diabetik Nefropati -0,067 0,645 NS

4.1.4. Rerata nilai ABI terhadap Etiologi hipertensi dan diabetik nefropati.

Tabel 6: Perbandingan rerata ABI pada Hipertensi Nefropati

Etiologi

p
Hipertensi Non Hipertensi
Nefropati Nefropati

ABI 1,052 0,227 1,030 0,156 0,696 NS

33
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Tabel 7 : Perbandingan rerata ABI pada Diabetik Nefropati

Etiologi

p
Diabetik Non Diabetik
Nefropati Nefropati

ABI 1,021 0,140 1,049 0,209 0,645 NS

Rerata nilai ABI berdasarkan etiologi hipertensi nefropati lebih tinggi

dibanding non-hipertensi nefropati (1,052 0,227 dan 1,030 0,156) dan secara

statistik tidak bermakna (p = 0,696). Hal berbeda terlihat pada etiologi diabetik

nefropati dibanding non-diabetik nefropati (1,021 0,140 dan 1,049 0,209);

dimana secara statistik tidak bermakna (p = 0,645).

4.2. PEMBAHASAN

Pemeriksaan PAP pada pasien GGK merupakan hal penting, tidak hanya

sebagai pertanda kelainan kardiovaskular, tetapi juga dapat memberi masukan

nilai prognostik prognostik tingginya angka mortalitas.5-7,9 ABI memiliki

sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam diagnosis PAP, dibanding dengan

arteriografi sebagai baku emas, tehnik pengoperasian yang mudah dalam


6-7,9,16
diagnosis PAP. Pasien dengan kelainan ginjal memiliki resiko lebih tinggi

terjadinya kalsifikasi pembuluh darah, dimana kondisi ini mempengaruhi

sensitivitas pemeriksaan, tetapi tidak mempengaruhi spesifisitasnya terhadap

deteksi PAP.9,11

ABI adalah rasio perbandingan tekanan pergelangan tangan dan kaki;

sehingga dapat menilai pada kedua sisi kanan dan kiri. Pada penelitian ini,

pasien dengan cimino shunt tidak dilakukan pemeriksaan pada sisi tersebut,

dimana penekanan saat pengukuran tekanan pada lengan dapat menyebabkan

34
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
gangguan (turbulensi berlebihan, stasis aliran darah dan penyumbatan bahkan

cedera langsung pada dinding pembuluh darah), sehingga nilai ABI yang dipakai

pada setiap pasien HD adalah nili ABI pada satu sisi saja atau nilai ABI yang

terendah. Adekuasi hemodialisis pada penelitian ini telah sesuai dengan yang

direkomendasikan yaitu jumlah dialisis tiga kali perminggu dengan Kt/v 1,3 dan

URR > 70% dengan lama HD 3 jam (R 0,32) untuk keseluruhan pasien.29

Pengamatan utama pada penelitian ini adalah mencari : prevalensi PAP

pada pasien hemodialisis; prevalensi PAP (8%) pada pasien GGK yang

menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis Rasyida Medan. Pada populasi Asia,

prevalensi PAP kurang dari 10 %.8 Pada kelompok populasi usia 50 tahun,

laporan dijumpai klaudikasio sebesar 1-2%, dan meningkat dari 0,4% - 0,7%

setiap pertambahan usia 2 tahun.21,23 Dengan diagnosa PAP menggunakan ABI,

angka prevalensinya semakin meningkat dan dapat mencapai 13% pada pasien

usia diatas 65 tahun.21 Satu penelitian di Spanyol, terhadap 131 pasien usia

diatas 65 tahun, yang menderita hipertensi dan dislipidemia, tetapi tanpa

kelainan ginjal atau riwayat kardiovaskular sebelumnya, keseluruhan dibagi

dalam 2 kelompok sesuai resiko rendah atau sedang terhadap penyakit

kardiovaskular, didapati prevalensi 3,4 dan 9,9% mempunyai nilai ABI < 0,9,

dibanding prevalensi keseluruhan pasien yang hanya 6,9%.17 Pada penelitian ini

kecenderungan peningkatan PAP sesuai dengan peningkatan usia (adanya

korelasi negatif ABI terhadap usia), dan secara statistik bermakna.

Telah diketahui faktor - faktor resiko PAP pada populasi umum. The

Framingham Study dan penelitian lainnya telah menemukan beberapa faktor

aterogenik, termasuk peningkatan usia, jenis kelamin pria, hipertensi, diabetes

melitus, merokok dan peningkatan serum kolesterol.35 Yang terbaru, beberapa

faktor resiko non-konvensional seperti homosistein, lipoprotein(a) dan inflamasi

kronis, telah dimasukkan dalan kelompok faktor resiko timbulnya PAP.32

35
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
Beberapa faktor resiko tersebut umumnya dijumpai pada pasien dengan

gangguan ginjal. Dimana, masih belum jelas apakah PAP berhubungan

independen dengan faktor resiko tersebut pada pasien GGK menjalani

hemodialisis.

Beberapa penelitian terbaru telah meneliti hubungan potensial faktor

resiko dan PAP pada populasi pre-dialisis maupun populasi dilisis. The

Hemodialysis (HEMO) study mendapatkan hanya diabetes, non-black race dan

merokok, yang berhubungan dengan PAP pada pasien dialisis. Usia secara

bermakna berhubungan dengan PAP hanya pada pasien dialisis non-diabetik.

Beberapa faktor resiko kardiak non-konvensional seperti pria,

hiperkolesteronemia dan hipertensi, berhubungan terhadap PAP.26 Data Inter-

Society Consensus for the Management of Peripheral Arterial Disease (TASC II,)

faktor resiko timbulnya PAP adalah ras (non-hispanik), jenis kelamin (pria >

wanita), usia, merokok, diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia (HDL-

kolesterol), marker inflamasi (CRP), hiperviskositas dan hiperkoagulobilitas,


39
hiperhomosisteinemia dan insufisiensi ginjal kronik. Dimana, hasil yang

didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, kami tidak

mendapatkan adanya hubungan antara jenis kelamin, IMT, merokok dan

hipertensi terhadap kejadian PAP. Perbedaan tersebut kemungkinan akibat

proporsi populasi yang relatif kecil timbulnya PAP (4 orang dari 50 sampel

penelitian).

Hanya ada satu penelitian terdahulu yang mencari hubungan faktor resiko

PAP pada pasien dialisis, dimana dijumpai adanya hubungan PAP dan lamanya

menjalani hemodialisis. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini tidak

mendapatkan hal yang sama. Hubungan fakor - faktor resiko lama dialisis

dengan kejadian PAP kemungkinan akibat proses dialisis atau suasana (miliu)

uremik berperan terhadap peningkatan aterosklerosis. Terpapar dalam jangka

36
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
waktu lama dengan berbagai hal pada pasien GGK menjalani dialisis seperti

stres oksidatif, inflamasi kronik, kalsifikasi vaskular dan dislipidemia kemungkinan

memberi kontribusi progresivitas aterosklerosis. Beberapa hasil yang berbeda

juga ditemui, seperti faktor resiko dislipidemia dan peningkatan tekanan darah.

Walaupun dislipidemia berhubungan dengan PAP pada populasi non-uremik,

tetapi hal yang berbeda, tidak menyebabkan PAP pada pasien GGK menjalani

dialisis. Sebagai penjelasan, hasil plasma kolesterol berbeda secara

epidemiologi, adanya malnutrisi atau inflamasi secara jelas merubah hubungan

kejadian kematian kardiovaskular dan uremik dislipidemia.45 Pada penelitian ini,

peneliti tidak mendapat adanya hubungan dan kecenderungan antara lamanya

menjalani hemodialisis dengan kejadian PAP ( r= 0,10; p= 0,480). Perbedaan

tersebut kemungkinan juga akibat proporsi populasi yang relatif kecil timbulnya

PAP. Profil kolesterol dan marker inflamasi pada penelitian ini tidak dilakukan

pemeriksaan.

Beberapa penelitian dengan melibatkan populasi dialisis, tidak

menemukan adanya hubungan signifikan hipertensi terhadap PAP, kecuali pada

populasi non-uremik. Beberapa perbedaan ini kemungkinan akibat hubungan

non-linier tekanan darah dan PAP. Pada pasien dialisis, umumnya dijumpai

mortalitas yang lebih tinggi pada mereka yang memiliki tekanan darah rendah,

dibandingkan dengan populasi umum. Hal ini kemungkinan akibat kondisi

komorbid seperti kardiomiopati pada pasien GGK stadium akhir, akan

menimbulkan tekanan darah diastolik dan nilai ABI yang rendah. Penelitian

hubungan univariat PAP dan tekanan darah diastolik akan menyokong hipotesa

tersebut.46 Pada penelitian lain, adanya hubungan positif PAP dan hipertropi

ventrikel kiri, riwayat hipertensi merupakan hal penting terhadap resiko PAP pada

pasien dialisis. Keseluruhan hal diatas, sepertinya secara terpisah telah

menjelaskan tentang hubungan tekanan darah dan PAP pada pasien GGK.48

37
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
ABI merupakan pemeriksaan berbiaya rendah, non-invasif terutama pada

pemeriksaan awal aterosklerosis general khususnya PAP. Pada penelitian

terbaru, peningkatan resiko rendahnya nilai ABI berhubungan beberapa faktor

penyakit aterosklerosis. ABI berkorelasi positif dengan serum albumin dan HDL

kolesterol. Pada sisi lain, ABI berkorelasi negatif terhadap usia, kadar gula darah

puasa dan serum trigliserida.49 Hal yang berbeda dengan penelitian - penelitian

terdahulu, pada penelitian ini tidak dijumpai korelasi antara tekanan darah (baik

sistolik dan diastolik) dengan ABI. Juga tidak dijumpai adanya korelasi antara

dosis dialisis Kt/v, IMT dan URR dengan nilai ABI.

Pada penelitian ini ABI hanya menunjukkan hubungan yang signifikan

hanya terhadap pertambahan usia, tetapi tidak terhadap keseluruhan variabel

lainnnya yang diteliti kemungkinan karena sebelum tindakan HD diiberikan

heparinisasi. Dalam kepustakaan heparinisasi dapat memberi efek pencegahan

terhadap kejadian PAP, selain anti agregasi trombosit dan anti platelet.

Kemungkinan lainnya adalah karena pengambilan sampel PAP yang sedikit

(PAP hanya dijumpai pada 8% penderita).

38
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

1. Ada peningkatan Penyakit Arteri Perifer pada GGK menjalani

hemodialisis reguler.

2. PAP pada pasien GGK menjalani hemodialisis lebih banyak dijumpai

pada pria dibanding wanita.

3. Tidak ada hubungan antara PAP dengan lamanya menjalani

hemodialisis.

4. Kejadian PAP terbanyak dijumpai pada pasien GGK menjalani

hemodialisis ruguler dengan etiologi diabetik nefropati.

5. Adanya hubungan terbalik antara usia dengan nilai ABI pada pasien

GGK menjalani hemodialisis ruguler .

6. Hemodialisis reguler bukan merupakan faktor resiko terjadinya PAP.

39
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
5.2. SARAN

1. Setiap pasien GGK yang menjalani tindakan hemodialisis reguler

dengan berbagai etiologi yang mendasarinya sebaiknya dilakukan

pemeriksaan dini Ankle Brachial Index (ABI) untuk mencegah

terjadinya resiko penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah

lainnya.

2. Perlunya edukasi kepada setiap pasien tentang pentingnya

mengkontrol TD dan menghindari merokok, serta mengontrol berat

badan terutama BB intra dialisis pada pasien GGK menjalani

hemodialisis reguler untuk menghindari kecenderungan kejadian

kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit

arteri perifer.

3. Perlu penelitian lebih lanjut dengan metode kohort untuk menilai

morbiditas dan mortalitas pada penyakit arteri perifer pada pasien

GGK yang menjalani hemodialisis reguler.

40
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar Enday. Gagal Ginjal Kronik dan Terminal. Dalam : Nefrologi

Klinik, Edisi III, Pusat Informasi Ilmiah (PII) FK UNPAD / RS Hasan

Sadikin Bandung; 2006. hal 465 - 524.

2. Suwitra Ketut. Penyakit Ginjal Kronik, Mekanisme Penyakit Ginjal Kronik.

Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I , edisi IV. Pusat Penerbit

Departemen Penyakit Dalam FK UI; 2006. h : 581 - 4

3. Skorecki K, Green J, Brenner BM. Chronic Renal Failure. In : Harrisons

Manual of Medicine 16th ed. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, et al (ed).

New York; Mc Graw Hill; 2005. p: 1653 - 62.

4. Sukandar Enday. Problema Klinik Pasien Dialisis, Penyakit

Kardiovaskular. Dalam : Nefrologi Klinik, Edisi III, Pusat Informasi Ilmiah

(PII) FK UNPAD / RS Hasan Sadikin Bandung; 2006. hal 643 - 59

5. Irwandi Chandra Mohani. Peripheral Arterial Disease in Chronic Kidney

Disease. Dalam : Naskah Lengkap The 7th Jakarta Nephrology &

Hypertension Course. PERNEFRI; 2007. hal 29 - 35.

6. Antono Dono. Diagnosis dan Penatalaksanaan Penyakit Arteri Perifer.

Dalam : Prosidang Simposium, Pendekatan Holistik Penyakit

Kardiovaskular VI. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. hal 45 - 66.

7. Wattanakit K, Folsom AR, Selvin E et al. Kidney function and risk

peripheral arterial disease : Result from the atherosclerosis risk in

communities (ARIC) study. J Am Soc Nephrol 2007; 18 : 629 - 36.

41
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
8. Cheung AK, Samak MJ, Yan G et al. Atherosclerotic cardiovascular

disease risk in chronic hemodialysis patients. Kidney Int 2000; 58 : 353 -

63.

9. OHare AM, Hsu CY, Bacchetti P, Johansen KL. Peripheral vascular

disease risk factor among patients undergoing hemodialysis. J Am Soc

Nephrol 2002; 13 : 497-508.

10. USDRS 17th Annual Report NIH/NIDDK/ Division of kidney, Urologic &

Hematologic disease Annual, pp 128 - 129.

11. OHare AM, Johansen KL. Lower-extremity peripheral arterial disease

among patients with End-stage renal disease. J Am Soc Nephrol 2001; 12

: 2838 - 47.

12. Mushnick R. Chronic renal failure (cited on March, 9, 2007). Available

from : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000471.htm.

13. Galassi G, Ferrari S, Cobelli M, Rizzuto N. Neuromuscular complication of

kidney disases. In : Nephrol Dial Transplant, 1998; 13(7), p : 41-7.

14. Raharjo P, Susalit E, Suhardjono. Hemodialisis. Dalam : Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Edisi IV, Jakarta, Dept Penyakit Dalam FKUI: 2006, h:

590-1

15. Sukendar E. Stress oksidatif sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskuler

pada penyakit ginjal kronik tahap 1 sampai 4. Dalam JNHC. Jakarta:

PERNEFRI; Mei 2006; h: 62-4.

16. Abbott KC, Bakris GL. Kidney failure and cardiovascular disease. In :

Circulation, 2003; 108 : 114-5.

17. Sarnak MJ, Levey AS, Schollwerth AC, Coresh J, Culleton B, Hamm LL,

etal. Kidney disease as a risk factor for development of cardiovascular

disease AHA scientific stetment Kidney disease and CVD. In circulation,

2003; 108 : 2154-69.

42
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
18. Locatelli F, Bommer J, London GM, Malo AM, Wanner C etal.

Cardiovascular disease determinants in chronic renal failure, clinical

approach and treatment. In : nephrol Dial Transplant, 16, 2001; p : 459-68

19. Rostand SG, Brunzell JD, Cannon RO, Victor RG. Cardiovascular

complications in renal failure. In: Am Soc Nephrol, 1991; 2 (6) : 1053-62

20. Brown JH, Hunt LP, Vites NP etal, Comperative mortality from

cardiovascular disease in patients with chronic renal failure. In: Nephrol

Dial Transplant, 1994; 9(8). p: 1136-42.

21. Creager MA, Dzau VJ, Vascular Disease of Extremities. In : Harrisons

Manual of Medicine 16th ed. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, et al (ed).

New York; Mc Graw Hill; 2005. p: 1486 - 94.

22. Creager MA, Libby P, Peripheral Arterial Disease. In : Heart disease a

Textbook of Cardiovascular Medicine 6th ed. Braunwald, Zipes, Libby

(Ed); WB Saunders Company, 2001; p: 1457 - 78.

23. Hiat WR. Medical Treatment of Peripheral Arterial Disease and

Claudication . N Eng J Med. 2001; 344. p : 1608 - 21

24. Gaylis H. Diagnosis and Treatment of Peripheral Arterial Disease. JAMA .

2002;287. p : 313 - 16.

25. Stoyioglau.A, Jaff MR. Medical Treatment of Peripheral Arterial Disease;

A Comprehensive Review. Vascular Intervention Radiology, 2004;

15:1197 1207

26. Hirsch AT, Haskal ZJ, Hertzer NR,et al. ACC/AHA 2005 Guidelines for the

Management of Patients with Peripheral arterial Disease (Lower

Extremity, Renal, Mesenteric and Abdominal Aortic): TransAtlantic Inter-

Society Consensus; and Vascular Disease Foundation. J Am Coll Cardiol

2006; 47 :1239-1312.

43
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
27. Norgren L, Hiatt WR, Dormandy JA, et al. Inter-Society Consensus for

Management of Peripheral Arterial Disease (TASC II). The Society for

Vascular Surgery 2007;suppl A : 5 -67.

28. Federman DG, Kravetz JD. Peripheral arterial Disease: diagnosis,

treatment, and systemic implications. Clinics in Dermatology 2007;25: 93-

100.

29. Hirsch AT, Criqui MH, Olin JW,et al. Peripheral Arterial Disease

Detection, Awareness, and Treatment in Primary Care. JAMA 2001;286:

1317-24

29 Daugirdas JT, Chronic hemodialyisis prescription : A urea kinetic

approach. In. Daugirdas JT, Ing TS (Eds) Hanbook of dialysis 3rd edition

By Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2000 : 12-47.

30. Ouriel K. Detection of peripheral arterial disease in primary care. JAMA

.2001. 286; p : 1380 - 81

31. Sneller MC, Langfort CA, Fauci AS. The Vasculitis Syndrome. In :

Harrisons Manual of Medicine 16th ed. Kasper DL, Fauci AS, Longo DL,

et al (ed). New York; Mc Graw Hill; 2005. p: 2002 - 10.

32. Bartholomew JR, Olin JW. Pathofisiology of Peripheral arterial disease

and Risk Factors for its Development. Cleveland Clinical J Med

2006;73(suppl 4): 8-14.

33. Lysen S, Joseph D. The Clinical Presentation of Peripheral Arterial

Disease and Guidance for Early Recognition. In: Cleveland Clinical J

Med; 2006; 73(4): 15 21

34. Regelman S, Jaff M. Non Invasive Diagnostic Strategies for Peripheral

Arterial Disease. Cleveland Clinical J Med; 2006; 73(4): 22 29.

44
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
35. Sheehan P. Peripheral Arterial Disease in People With Diabetes:

Consensus Steatment Recommends Screening . Clin Diab; 2004; 22:

179 80.

36. Sheehan P, Kikano G. Management of Peripheral Arterial Disease in

Patients with Diabetes . Adv Stud Med. 2005;5 ( 9): 459 67.

37. Budiono B. Sindroma Metabolik dan Penyakit Kerdiovaskular. Dalam :

Adams J, editor. Obesitas dan sindroma Metabolik . cetakan pertama.

Bandung; 2006. 118-29

38. Hirsch AT, Haskal ZJ, Hertzer NR,et al. ACC/AHA 2005 Guidelines for the

Management of Patients with Peripheral arterial Disease (Lower

Extremity, Renal, Mesenteric and Abdominal Aortic): TransAtlantic Inter-

Society Consensus; and Vascular Disease Foundation. J Am Coll Cardiol

2006; 47 :1239-1312.

39. Norgren L, Hiatt WR, Dormandy JA, et al. Inter-Society Consensus for

Management of Peripheral Arterial Disease (TASC II). The Society for

Vascular Surgery 2007;suppl A : 5 -67.

40. Federman DG, Kravetz JD. Peripheral arterial Disease: diagnosis,

treatment, and systemic implications. Clinics in Dermatology 2007;25: 93-

100.

41. Regelman S, Jaff M. Non Invasive Diagnostic Strategies for Peripheral

Arterial Disease. Cleveland Clinical J Med; 2006; 73(4): 22 29.

42. American Diabetes Associate (ADA), American Collage of Cardiology.

Peripheral Arterial Disease in Diabetes. Diab and Cardiol Dis Rev; 2004:

1 6.

45
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
43. Sheehan P. Peripheral Arterial Disease in People With Diabetes:

Consensus Steatment Recommends Screening . Clin Diab; 2004; 22:

179 80.

44. Sheehan P, Kikano G. Management of Peripheral Arterial Disease in

Patients with Diabetes . Adv Stud Med. 2005;5 ( 9): 459 67.

45. Guerrero Angeles, Montes R, Munoz-Tero J et al. Peripheral arterial


disease in patients with stage IV and V chronic renal failure. Nephrol Dial
Transplant 21, 2006. p : 3525-31.
46. Lim Paik S, Chen TT, Yang SM et al. Prevalence and clinical correlates of
peripheral arterial disease in hemodialysis patients, Acta Nephrologica,
Vol 20, No1.2006. p:113-20
47. Suwita K. Keterkaitan klinik resiko kardiovaskurenal. Dalam : Naskah

lengkap The 5th Jakarta Nephrology and Hypertension Course and

Symposium on Hypertension. Jakarta : PERNEFRI; Mei 2005. h : 75-82.

48. Diagnosis and management of peripheral arterial disease, a national

clinical guideline, NHS Intercollegiate Guidelines Network, 2006. p : 1-19.

49. Ono Kumeo, Tsuchida Akiyashu, Kawai Hironobu et al. Ankle brachial

blood pressure index predict all cause and cardiovasculoar mortality in

hemodialysis patients. J Am Soc Nephrol 14, 2003. p: 1591-98.

50. Schainfeld Robert M, Management of peripheral arterial disease and

intermittent claudication, JABFP, November - Desember 2001. p 443-50.

51. Burns Paul, Gough Stephen, Brandbury Andrew W. Management of

peripheral arterial disease in primary care. BMJ, vol 326, 2003. p: 584 -

87.

46
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
LAMPIRAN 1

MASTER TABEL

47
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
LAMPIRAN 2

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Assalamualaikum ww.

Pada hari ini saya ingin menjelaskan kepada bapak/ibu tentang penelitian
yang akan saya lakukan, yang berjudul : Hubungan kejadian penyakit arteri
perifer dengan lamanya menjalani hemodialisis. Penelitian ini meneliti tentang
resiko kejadian kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, stroke dan
pembuluh darah yang dapat menyebabkan kematian pada penderita gagal ginjal
kronik yang menjalani cuci darah.

Penelitian ini dilakukan dengan tes ABI (Ankle Brachial Index) yaitu
pemeriksaan yang dilakukan dengan mengukur perbandingan tekanan darah
sistolik pergelangan kaki dengan tekanan darah sistolik lengan. Pemeriksaan ini
menggunakan alat Vasera VS - 1000.

Manfaatnya adalah dapat mendeteksi secara dini penyakit arteri perifer


sehingga dapat dilakukan pencegahan penyakit arteri perifer dan resiko penyakit
pembuluh darah lainnya.

Keiikut - sertaan bapak/ibu adalah suka rela. Bila keterangan yang saya
berikan masih belum jelas atau ada hal - hal yang belum jelas, bapak/ibu dapat
langsung bertanya kepada saya.

Nama : Dr Deske Muhadi Rangkuti

Alamat : Jln Pimpinan no 15, Medan

No telp : 08163155271 / 061-91012771

Wassalamualaikum ww.
Hormat saya

(Dr Deske Muhadi Rangkuti)

48
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
LAMPIRAN 3

SURAT PERSETUJUAN BERSEDIA IKUT PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

No telp :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan

keburukan prosedur penelitian ini, menyatakan bersedia untuk ikut dalalm

penelitian tentang : Hubungan kejadian penyakit arteri perifer dengan

lamanya menjalani hemodialisis.

Demikian surat pernyataan bersedia ikut dalam penelitian ini saya perbuat

untuk dapat digunakan seperlunya.

Medan, .........................200..

(...............................................)

49
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
LAMPIRAN 4

Data Peserta Penelitian

Tanggal :
I. Anamnese Pribadi MR :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No telp :

II. - Etiologi GGK :


- Riwayat merokok : ya tidak,
Bila :ya ..............batang/hari
- Riwayat : Diabetes Hipertensi
Infark miokard stroke
- Tinggi Badan : cm
- Berat Badan sekarang : kg Berat Badan pasca HD yg lalu
: kg
- BB intra dialisis : kg
- Tekanan darah : mmHg
- Lama menjalani HD : bulan
- Cimino shunt : ya tidak
Bila : ya : kanan kiri

III. Pemeriksaan ABI :


Kanan : Kiri :

50
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
51
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
LAMPIRAN 6

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Dr Deske Muhadi Rangkuti

NIP : 132 316 449

Tempat / tanggal lahir : Kayu Aro, 27 Desember 1971

Alamat kantor : Fakultas Kedokteran USU

Jln Dr Mansur no 5, Medan

Departemen Penyakit Dalam RSUP H Adam Malik


Jln Bunga Lau no 17, Medan

Alamat : Jln Pimpinan No 15, Medan

No Telp : 08163155271 / 061-91012771

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Taman Siswa Pematang Siantar, Sumut Ijazah 1984

2. SMP Air Batumbuk, Kab. Solok, Sumbar Ijazah 1987

3. SMA Negeri 2 Pematang Siantar, Sumut Ijazah 1990

4. Fakultas Kedokteran UISU Medan Ijazah 2000

5. PPDS Ilmu Penyakit Dalam FK USU Juli 2001 - sekarang

III. RIWAYAT PEKERJAAN

Poliklinik PTPN VIII Jln Kartini 24 - Medan 2000

Poliklinik Umum RS Martha Friska - Medan 2000

Staff Medis Exxon Mobil Indonesia (MOI)

Lhokseumawe 2000 - 2001

Staff Pengajar FK USU 2005 - sekarang

52
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
IV. KEANGGOTAAN PROFESI
1. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI)

V. KARYA ILMIAH DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM

1. Deske Muhadi, Lukman Hakim Zein. Gastric Lymphoma. Laporan

kasus. Kongres Nasional XI Perkumpulan Gastroenterologi

Indonesia (PGI), Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia

(PEGI), Pertemuan Ilmiah Nasional XII Perhimpunan Peneliti Hati

Indonesia (PPHI), Batu, Malang, 4 - 6 Juli 2003.

2. Deske Muhadi, Refli Hasan. Hipertension in Obesity. 11th National

Congressof Indonesia Heart Association and 15th Annual Scientific

Meeting of Indonesian Heart Association with theme Better

Understanding in the Management Cardiovascular, Medan, April 19

- 22 th 2006.

VI PARTISIPASI DALAM KEGIATAN ILMIAH

1. Panitia Simposium Pertemuan Ilmiah Tahunan III Bagian Ilmu Penyakit

Dalam. New Approach in Internal Medicine Year 2002. Medan,

7-9 Maret 2002.

2. Panitia dan Peserta Simposium Pertemuan Ilmiah Tahunan IV.

Peningkatan Profesionalisme Menyambut Era Globalisasi. Medan, 6-8

Februari 2003.

3. Panitia dan Peserta KONAS VI, KONKER VI PERSADIA. Medan, 20-23

April 2003.

4. Panitia PIT PAMKI, PETRI, PERPARI, dan PERALMUNI. Medan, 19-20 Juli

2003.

53
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
5. Peserta 2nd Asean Conference On Medical Science. Medan, 18-20 Agustus

2003.

6. Panitia Simposium Bagian Kardiologi FK USU Heart, Brain and Kidney

Protection. Medan 25 Oktober 2003.

7. Panitia Simposium Gastroenterohepatologi Update 2003. Medan, 18-19

Oktober 2003.

8. Panitia Simposium The 2nd New Trend in Cardiovascular Management.

The Integration of Cardiovascular Management. Medan, 5-6 Desember

2003.

9. Panitia DHF Course. Medan, 3 Maret 2004.

10. Panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan V 2004. Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK

USU. Medan, 4-6 Maret 2004.

11. Panitia Launching Symposium New Dimension in Management of

Hypertension and Metabolic Syndrome. Medan, 15 Mei 2004.

12. Peserta Simposium Rational Approach in Management of Hypertension.

Medan, 19 Juni 2004.

13. Panitia Simposium Infection Update 2004. Strategi Pengenalan Infeksi

Menuju Indonesia Sehat 2010. Medan, 24 Juli 2004.

14. Panitia Gastroentero-Hepatologi Update 2004. Medan, 17-18 September

2004.

15. Panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan VI Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU

Dengan Penyegaran Ilmu Penyakit Dalam kita meningkatkan Pelayanan

Kesehatan yang Lebih Profesional. Medan, 3-5 Maret 2005.

16. Panitia First Symposium with the Theme: On Critical Care & emergency

Medicine. Medan, 20-22 May 2005

17. Panitia Simposium The 3rd New Trend Cardiovascular Management.

Medan, 6 Juni 2005.

54
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
18. Panitia Forum ilmiah Pertama endokrin dan Diabetes regional Sumatera

2005. Medan, 30-31 Juli 2005.

19. Panitia Workshop USG. Gastroentero-Hepatologi Update III. Medan, 5

Agustus 2005.

20. Panitia Simposium Gastroentero-Hepatologi Update III 2005. Medan, 5-6

Agustus 2005

21. Panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) VII 2006 Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU. Medan, 2-4 Maret 2004.

22. Pembicara dan Panitia 11th National Congress of Indonesian Heart

Association and 15th Annual Scientific Meeting of Indonesian Heart

Assosiation with theme Better Understanding in the Management of

Cardiovascular Diseases. Medan, April 19-22, 2006.

23. Peserta Workshop Management diabetes & hyperglycemia in hospital.

Batu Malang, Jawa Timur, June 29, 2006.

24. Peserta 7th National Congress of PERKENI . Batu Malang, Jawa Timur,

June 30- July 2, 2006.

25. Peserta 13th National Congress of the Indonesian Society of Internal

Medicine (KOPAPDI XIII). Palembang, July 6th 9th, 2006.

26. Panitia Kongres Nasional PETRI XII, PERPARI VIII, PKWI IX, Simposium

Infection Update III 2006 PETRI-PERPARI-PKWI cabang Sumut. Medan,

28 -29 Juli 2006

27. Panitia Simposium Thyroid Up Date dalam Rangka Ulang Tahun FK USU

ke -54. Medan, 26 Agustus 2006.

28. Panitia Simposium Gastroentero-Hepatologi Update IV. Medan 8-9

September 2006.

29. Panitia DHF Course II. Medan, 24 Pebruari 2007.

30. Panitia dan Pserta Workshop Shock and DVT. Medan, 7 Maret 2007.

55
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008
31. Panitia Pertemuan ilmiah Tahunan VIII 2007 Departemen Ilmu Penyakit

Dalam FK USU. Medan, 8-10 maret 2007.

32. Peserta Workshop : Total Nutritional Therapy Course.CME Faculty of

Medicine Universitas Padjadjaran Hasan Sadikin Hospital Bandung,Jawa

Barat. Medan, March, 23-24,2007

33. Panitia dan Peserta Workshop ECG in Daily Practice. Medan,14 April 2007.

34. Panitia Road Show PAPDI 2007 dengan symposium which Anti

Hypertensions giving SMART Solution for Asian? . Medan, 14 April 2007.

35. Panitia Simposium Trombosis-Hemostasis Regional Pertama dengan tema:

Meningkatkan Peran Trombosis-Hemostasis Dalam Multi Disiplin Ilmu

Kedokteran. Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia. Medan, 1-2

Mei 2007

36. Peserta Simposium Diabetes, The Vitamin & Mineral Antioxidans

Connection. Medan, 26 Mei 2007.

37. Peserta Simposium Current Issues in the Management of Gastritis and

Gastropathy. Medan 9 Juni 2007.

38. Panitia The 4th New Trend in Cardiovascular Management. Medan, June,

15-16th 2007.

39. Peserta 14th Congress of the ASEAN Federation of Endocrine Societies,

Kuala Lumpur, Malaysia. 29th November - 2nd December 2007

40. Panitia Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IX 2008 Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran USU. Medan, 17-19 April 2008.

56
Deske Muhadi Rangkuti : Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Dengan Lamanya Menjalani Hemodialisis : Penelitian Potong Lintang
Di Departemen/Smf Penyakit Dalam-Fakultas Kedokteran Usu/Rsup H Adam Malik/rsud dr. Pirngadi-medan, 2008.
USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai