Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PSIKIATRI

GANGGUAN PANIK

Disusun oleh:
Abyanka Rayhan Fuadi
1610221134

Pembimbing:
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
dr. Tribowo T.Ginting, Sp.KJ (K)

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT UMUM PERSAHABATAN
JAKARTA
2017
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. BW
Umur : 51 tahun
Jenis : Laki - laki
Alamat : Setia Asih, Tarumajaya, Kab. Bekasi
Status Pernikahan : Sudah menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana S1
Pekerjaan : Pegawai Negri Sipil

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 8 Desember
2017, pukul 11.30 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik RSUP Persahabatan untuk kontrol
rutin karena obat sudah habis. Pasien datang dengan keluhan sering
merasa panik yang sudah dirasakan semenjak tahun 2009.

B. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien datang pada tanggal 8 Desember 2017 jam 11.30 WIB ke
Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta. Pasien datang dengan
keluhan sering mengalami panik secara mendadak dan sering cemas
semenjak tahun 2009. Keluhan pasien pertama kali dirasakan saat pasien
mengemudikan mobil malam hari sepulang dari tempat kerja. Pasien
tiba-tiba merasa panik dan cemas akan kecelakaan dan kematian yang
menyebabkan pasien mendadak menghentikan mobilnya. Lalu akhirnya
pasien tidak sanggup untuk melanjutkan perjalanan sendirian dan
meminta bantua orang sekitar untuk mengemudikan hingga sampai
rumah pasien. Keluhan dirasakan pasien kurang lebih 1 kali kejadian
dalam seminggu. Diantara kejadian pasien hanya merasa sedikit cemas
yang dapat diatasi pasien dengan berpikiran rileks sehingga tidak
mengganggu aktivitas. Saat muncul keadaan cemas, pasien sulit untuk
fokus, sulit untuk berkendara, kepala sedikit pusing, dan disertai
keluarnya keringat dingin. Pasien mengaku tidak ada nyeri atau kaku
leher maupun dada berdebar selama cemas. Untuk mengatasi keluhan
yang dialami, pasien sudah berobat ke dokter kejiwaan untuk
mendapakan obat. Pasien saat ini menggunakan obat Xanax dengan
dosis 2 x 1 mg untuk gangguan cemasnya. Cemas masih dirasakan
pasien akhir-akhir ini namun berkurang dengan pemberian obat Xanax.
Obat dirasa cocok dan tidak ada efek samping yang dikeluhkan pasien.
Sekarang pasien bekerja sebagai pegawai negri sipil di
kementerian pemuda dan olahraga, bekerja sebagai pengelola kolam
renang untuk atlet, dan saat ini pasien bekerja di Gelanggang olahraga
Velodrome, Rawamangun. Pasien mengatakan sudah 6 kali
dipindahtugaskan dari satu gelanggang ke gelanggang olahraga lainnya.
Pasien awalnya menggunakan motor untuk transportasi ke tempat kerja
sehari-hari, namun semenjak pasien sering dipindahtugaskan pasien
lebih memilih menggunakan mobil sendiri, ditambah ketika pasien
mulai mengeluh memiliki gangguan panik.
Pasien mengaku tidak pernah mendengar suara-suara tanpa
sumber, melihat bayangan-bayangan yang tidak bisa dilihat oleh orang
lain, menghidu bau/wangi yang ganjil, mengecap rasa padahal tidak
sedang makan, ataupun merasakan ada yang merayap/menyolek
kulitnya. Pasien tidak merasa ada yang mengendalikan dirinya. Pasien
tidak merasa saat menonton TV dapat berkomunikasi dengan orang di
dalam TV, atau merasa diledek/disindir/dibicarakan oleh orang di dalam
TV. Pasien juga tidak merasa asing saat melihat dirinya sendiri ketika
bercermin dan pasien tidak merasa asing atau ada yang berubah dengan
suasana rumah/ kamar pasien.
Pasien mengaku tidak pernah menggunakan zat psikotropika
(NAPZA) dan tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Pasien berhenti
merokok sejak tahun 2016. Pasien beragama Islam dan rajin
menjalankan ibadah shalat 5 waktu.
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi dan penyakit
jantung sejak tahun 2016. Pasien sempat mendadak nyeri dada hingga
dilarikan ke Rumah Sakit. Pasien didagnosis serangan jantung dan
dokter mengatakan ada sedikit penyumbatan di pembuluh darah
jantungnya. Untuk keluhan ini pasien sudah berobat dan rutin
mengkonsumsi obat Simvastatin dengan dosis 1 x 20 mg. Pasien juga
mengaku berhenti merokok semenjak didiagnosis memiliki penyakit
jantung. Pasien tidak memiliki riwayat diabetes melitus. Di keluarga
pasien tidak ada yang memiliki keluhan ganggaun cemas dan panik,
serta penyakut jantung dan hipertensi.

Pasien memiliki 7 orang anak dan 2 cucu. Dua anak tertua pasien
sudah berkeluarga dan memiliki anak dan selebihnya anak yang sedang
kuliah dan ada yang tinggal dengan pasien. Hubungan pasien dengan
keluarga baik. Pasien tinggal di Kab. Bekasi bersama anak dan istri nya
di rumah sendiri. Pasien merupakan anak ke-1 dari 4 bersaudara, dan
hubungan pasien dengan saudara-saudaranya baik. Pasien berobat tidak
menggunakan BPJS dengan alasan belum ada waktu untuk
mengurusnya.
Dari riwayat lahir yang diceritakan oleh orang tua pasien, pasien
dilahirkan secara normal, tidak ditemukan adanya kelainan. Tumbuh
kembang berjalan baik. Pasien menyatakan dirinya tidak pernah tinggal
kelas. Pergaulan semasa sekolah baik, pasien dapat bergaul dan
memiliki banyak teman. Pasien juga dapat bersosialisasi dan bergaul
dengan baik di lingkungan sekitar. Pendidikan terakhir pasien adalah
Sarjana S1
Pasien tidak pernah merasa bahagia dan senang yang berlebihan
terhadap suatu hal dan juga mengaku tidak pernah merasa dirinya
kurang energi, kehilangan minat, atau merasa murung, juga tidak pernah
merasakan sedih yang mendalam. Pasien sehari-hari dapat mengurus
dirinya sendiri (makan dan mandi).
Saat dilakukan uji nilai, pasien dapat menjawab permasalah yang
diberikan dengan baik. “Bila ada anak kecil ingin menyebrang jalan,
Bapak akan melakukan apa?”, pasien mengatakan ia akan menolong
anak tersebut untuk menyebrang dan menyebrang bersama-sama. Pasien
juga dapat menjawab peribahasa “Tong kosong nyaring bunyinya”,
pasien mengatakan orang yang banyak bicara tapi tidak ada isinya.
Untuk menilai kognitif pasien diberikan pertanyaan hitung-hitungan
dimulai dari 90 – 7 pasien menjawab 83, lalu 83 – 7 pasien menjawab
76, lalu 76 – 7 pasien menjawab 69, sehingga dapat disimpulkan pasien
dapat menghitung dengan baik.
Orientasi pasien baik, pasien dapat menjawab bahwa anamnesis
dilakukan pagi hari, di RSUP Persahabatan Poliklinik Psikiatri, dan
sedang mengobrol dengan para dokter. Daya ingat jangka pendek pasien
baik, pasien dapat mengingat ia datang dengan rekan kerjanya
menggunakan mobil pribadi ke RS. Daya ingat segera baik, pasien dapat
menyebutkan dengan benar 3 benda yang disebutkan dokter seperti meja
– kursi – kertas. Untuk pengetahuan umum pasien ditanyakan nama
Presiden pertama Indonesia dan Ibukota Jepang, pasien dapat menjawab
dengan benar.
Pasien ditanyakan 3 harapan yang diinginkan saat ini dan pasien
menjawab harapan yang diinginkan saat ini yaitu ingin agar kembali
sehat, ingin melihat semua anaknya sukses dan berkeluarga, ingin
segera mendapat rezeki untung ke tanah suci.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya,
pasien mengalami keluhan ini sudah sejak tahun 2009 hingga sekarang.
Pasien sebelumnya tidak pernah ketergantungan pada zat psikoaktif
(NAPZA) dan mengkonsumsi alkohol. Pasien sudah berhenti merokok
semenjak didiagnosis penyakit jantung pada tahun 2016.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


 Riwayat prenatal
Pasien dilahirkan secara normal dan tidak ada penyulit.
 Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai dengan anak
seusianya sehingga pasien tidak memiliki gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Saat sekolah memiliki
banyak teman dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik
dan tidak pernah tinggal kelas. Pasien dapat bersosialisasi
dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.
 Riwayat masa akhir kanak-kanak
Pasien dapat menyelesaikan sekolah SD sampai Sarjana S1,
pasien dapat bergaul dan bersosialisasi dengan baik di
lingkungannya.
 Riwayat pendidikan
Pasien dapat menyelesaikan sekolah SD sampai Sarjana S1.
 Riwayat pekerjaan
Pasien merupakan pegawai negri sipil dan masih bekerja.
 Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga baik dan rukun.

E. Riwayat Keluarga
Dikeluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga yang
mempunyai keluhan atau riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
Hubungan pasien dengan anak dan istrinya baik, hubungan dengan
saudara juga baik.

F. Riwayat Siatuasi Sosial Sekarang


Pasien berusia 51 tahun, sudah menikah, sekarang bekerja
sebagai pegawai negri sipil di kementerian pemuda dan olahraga,
bekerja sebagai pengelola kolam renang atlet. Pasien merupakan anak
ke-1 dari 4 bersaudara. Pasien tinggal di rumah sendiri bersama anak
dan istri. Pasien dapat bersosialisasi dengan baik dengan keluaga dan
lingkungannya. Pasien aktif mengerjakan pekerjaan rumah. Kebutuhan
sehari-hari didapat dari hasil kerjanya, yang didapatkan dirasa cukup
untuk kebutuhan sehari-hari. Pasien tidak menggunakan BPJS untuk
berobat dengan alasan belum ada waktu untuk mengurus.

G. Persepsi (tanggapan) pasien tentang dirinya dan kehidupannya


Pasien mengatakan harapan yang diinginkan pasien saat ini yaitu
ingin agar kembali sehat, ingin melihat semua anaknya sukses dan
berkeluarga, ingin segera mendapat rezeki untung ke tanah suci.

III. STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
 Penampilan
Pasien laki-laki berusia 51 tahun, penampilan pasien sesuai
dengan usianya, warna kulit sawo matang, berpakaian rapi,
sopan, dan bersih, tidak memakai aksesoris yang aneh.
 Kesadaran
Kompos mentis.
Kontak psikis dapat dilakukan dengan baik oleh pasien,
dapat berkomunikasi dengan terbuka. Tidak ada waham dan
halusinasi.
 Perilaku dan aktivitas psikomotor
Cara berpakaian baik.
Aktivitas psikomotor: pasien kooperatif, tenang, kontak
mata baik, dan menjawab pertanyaan dengan baik.
 Pembicaraan
Kuantitas: baik, pasien dapat menjawab semua pertanyaan
yang diajukan oleh dokter.
Kualitas: baik, pasien dapat bicara spontan, artikulasi jelas,
volume cukup, dan pembicaraan dapat dimengerti oleh
dokter.
 Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif.

B. Keadaan Afektif
 Mood: biasa
 Afek: luas
 Keserasian: mood dan afek serasi
 Empati: pemeriksa dapat merasakan perasaan pasien

C. Intelektualitas
 Taraf pendidikan, Pengetahuan umum, dan Kecerdasan
Pasien tamat SD sampai Sarjana S1. Selama sekolah tidak
pernah tinggal kelas.
 Daya konsentrasi
Baik. Pasien dapat menjawab semua pertanyaan dari awal
hingga akhir anamnesis. Dapat menjawab pertanyaan
berhitung, nama presiden, serta ibukota Jepang dengan baik.
 Orientasi
o Orientasi waktu
Baik, mengetahui waktu saat ini dan masa lampau.
o Orientasi tempat
Baik, dapat mengetahui tempat saat ini.
o Orientasi personal
Baik, dapat mengetahui berbicara dengan siapa.
o Orientasi situas
Baik, dapat mengetahui sedang kontrol ke dokter.
 Daya ingat
 Daya ingat jangka pendek
Baik, karena pasien dapat mengingat bahwa pasien
datang ke RSUP Persahabatan dengan bersama rekan
kerja dengan menggunakan mobil pribadi.
 Daya ingat jangka panjang
Baik, karena pasien dapat mengingat riwayat sekolah
pasien saat SD-Sarjana S1.
 Daya ingat segera
Baik, karena pasien dapat mengingat dan mengulangi
3 nama benda yang disebutkan dokter.
 Pikiran Abstrak
Baik, karena saat pasien ditanya tentang peribahasa “Tong
kosong nyaring bunyinya”, pasien dapat mengartikan
maksud dari peribahasa tersebut dengan baik.
 Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien dapat mengurus dirinya sendiri dan melakukan
aktifitas keseharian dengan baik.

D. Gangguan Persepsi
 Halusinasi dan Ilusi
o Halusinasi auditorik (-)
o Halusinasi visual (-)
o Halusinasi olfktorik (-)
o Halusinasi gustatorik (-)
o Halusinasi taktil (-)
 Depersonalisasi dan derealisasi
o Depersonalisasi: tidak terdapat depersonalisasi pada
pasien ini.
o Derealisasi: tidak terdapat derealisasi pada pasien ini.

E. Proses Pikir
 Arus Pikir
o Produktivitas
Baik, pasien menjawab pertanyaan mengenai dirinya
secara spontan.
o Kontinuitas
Baik, pasien selalu menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh dokter.
o Hendaya Bahasa
Tidak ada.
 Isi Pikiran
o Preokupasi
Tidak ada.
o Gangguan Pikiran
Tidak ada.

F. Pengendalian Impuls
Baik, pada saat dilakukan wawancara pasien tenang dan tidak
terdapat gerakan involunter.

G. Daya Nilai
 Norma Sosial
Baik, pasien dapat bersosialisasi.
 Uji Daya Nilai
Baik, saat pasien diberikan pertanyaan “apa yang akan
Bapak lakukan jika melihat anak kecil akan menyebrang
jalan?”, pasien menjawab ia akan menolong anak kecil
tersebut.
 Penilaian Realitas
Tidak terdapat gangguan dalam menilai realitas, karena
tidak terdapat halusinasi dan waham pada pasien.

H. Persepsi Pemeriksa Tentang Diri dan Kehidupan Pasien


Pasien saat ini merasa sering cemas dan panik sejak tahun 2009.
I. Tilikan (Insight)
Tilikan 6, dalam hal ini pasien menyadari dan memahami betul
tentang penyakitnya.
J. Taraf Dapat Dipercaya
Pemeriksa mendapatkan kesan bahwa dari jawaban pasien saat
anamnesis, jawaban tersebut dapat dipercaya karena konsistensi
jawaban dari awal hingga akhir anamnesis baik.

IV. Pemeriksaan Fisik


A. Status generalis
 Keadaan umum: baik, compos mentis
 Tanda vital
o Tekanan darah: 130/90 mmHg
o Nadi: 92 x/menit
o Suhu: afebris
o Frekuensi napas: 20 x/menit
 Sistem kardiovaskular: dalam batas normal
 Sistem muskuloskeletal: dalam batas normal
 Sistem gastrointestinal: dalam batas normal
 Sistem urogenital: dalam batas normal
 Gangguan khusus: tidak ada

B. Status Neurologis
 Saraf kranial: dalam batas normal
 Saraf motorik: dalam batas normal
 Sensibilitas: dalam batas normal
 Susunan saraf vegetatif: dalam batas normal
 Fungsi luhur: dalam batas normal
 Gangguan khusus: dalam batas normal

V. Ikhtisar Penemuan Bermakna


1. Pasien laki-laki berusia 51 tahun memiliki keluhan sering cemas
dan panik sejak tahun 2009.
2. Setelah minum obat, keluhan pasien berkurang dan membaik,
pasien merasa cocok dengan obat yang diberikan.
3. Fungsi kognitif baik. Orientasi waktu, tempat, dan personal baik.
4. Tidak ada riwayat penggunaan narkotika dan alkohol. Asien
sudah berhenti merokok sejak tahun 2016.
5. Tidak ada halusinasi dan waham.
6. Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti
pasien.
7. Riwayat kelahiran normal.
8. Masa kanak-kanak sampai remaja dewasa baik, tumbuh normal,
dapat bersosialisasi dengan baik.
9. Riwayat pendidikan SD-Sarjana baik, tidak pernah tinggal kelas.
10. Terdapat riwayat penyakit jantung dan hipertensi terkontrol.
11. Pasien merupakan pegawai negri sipil dan memiliki 7 orang
anak.
12. Pasien tinggal dengan anak dan istrinya di rumah sendiri.
13. Kebutuhan sehari-hari ditunjang oleh hasil kerjanya, dirasa
cukup.
14. Pasien saat ini memiliki gejala minimal, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.

VI. Formulasi Diagnosis


Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien ini, terdapat
kelainan psikologis secara klinis yang menyebabkan timbulnya distress dan
disfungsi, maka dapat disimpulkan pasien menderita gangguan jiwa.
A. Diagnosis Aksis I
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak terdapat
penyakit (gangguan fisik) yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini
dinilai dari kesadaran, daya konsentrasi, dan orientasi. Sehingga pasien
bukan penderita gangguan mental organik (F.0).
Tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif dari anamnesis,
maka pasien bukan penderita gangguan mental dan perilaku akibat
zat psikoaktif atau alkohol (F.1).
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai
realita, tidak ada halusinasi dan waham dapat disimpulkan pasien tidak
menderita gangguan psikotik (F.2)
Pada pasien tidak ditemukan adanya peningkatan afek, peningkatan
aktivitas mental dan peningkatan psikomotor, jadi pasien bukan
penderita manik. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya afek depresi,
kehilangan minat, kurang senang/gembira, mudah lelah, maka pasien ini
merupakan bukan penderita gangguan suasana dan perasaan (F.3).
Pada pasien ini ditemukan adanya cemas dan panik yang
menimbulkan gangguan dalam hidupnya sehingga pasien sulit
mengemudikan kendaraan, ada ketegangan motorik (sakit kepala), ada
peningkatan aktivitas otonom (keringat dingin), jadi pasien ini
merupakan penderita gangguan neurotik, gangguan somatoform
dan gangguan terkait stress (F.4).

B. Diagnosia Aksis II
Dari anamnesis didapat tumbuh kembang pasien normal, pasien
dapat bersosialisasi dan memiliki banyak teman saat SD-Sarjana maka
pada pasien ini tidak terdapat gangguan kepribadian. Pasien
menyelesaikan sekolah SD –Sarjana dengan baik dan fungsi kognitif
baik, maka pasien tidak terdapat retardasi mental. Karena tidak ada
gangguan kepribadian dan retardasi mental, jadi aksis II tidak ada
diagnosis.

C. Diagnosis Aksis III


Dari anamnesis dan pemeriksaan didapatkan pasien minum obat
Simvastatin, memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi,
sehingga aksis III pada pasien ini adalah Hipertensi, dan
Penyakit jantung.

D. Diagnosis Aksis IV
Pasien mengalami keluhan sejak tahun 2009. Hubungan pasien
dengan keluarga cukup baik dan lingkungan baik. Kebutuhan ekonomi
cukup. Pasien tidak memiliki beban pikiran yang menyebabkan keluhan
pasien muncul dan mengganggu aktivitas. Aksis IV pada pasien ini
tidak ada diagnosis.

E. Diagnosis Aksis V
Pada pasien terdapat gejala minimal, berfungsi baik, maka pada
Aksis V didapatkan GAF scale 80-71.

VII. Evaluasi Multiaksial


A. Aksis I: Gangguan Panik (F41.0)
B. Aksis II: Tidak ada diagnosis
C. Aksis III: Hipertensi, Penyakit Jantung
D. Aksis IV: Tidak ada diagnosis
E. Aksis V: GAF scale 80-71

VIII. Daftar Problem


A. Organobiologik: Hipertensi terkontrol, Penyakit Jantung
B. Masalah psikologi: tidak ada
C. Sosioekonomi: tidak ada

IX. Prognosis
A. Prognosis ke arah baik
 Pasien menyadari dirinya sakit
 Pasien ingin cepat sembuh
 Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama

B. Prognosis ke arah buruk


 Penyakit sudah berjalan lama, keluhan utama dirasa sudah sejak
tahun 2009.
 Masih ada anak yang sekolah dan belum menikah.
Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan prognosis pasien
adalah:
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad malam

X. Terapi
A. Psikofarmaka
 Xanax 1 x 2 mg tab pc

B. Psikoterapi
 Edukasi mengenai penyakit pasien pasien.
 Bila keluhan timbul kembali, kontrol ke dokter.
 Harus minum obat teratur, kontrol bila muncul efek samping.
 Terapi relaksasi seperti tarik nafas yang dalam dan
dihembuskan perlahan, otot-otot di lemaskan, mengurangi
pikiran-pikiran yang berat yang dapat menimbulkan
kecemasan atau panik.
 Tidak memaksakan diri dan berhenti apabila serangan panik
muncul saat sedang berkendara.
DAFTAR PUSTAKA

1. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri. FK UI. Jakarta. 2014.
2. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
Kedua. Jakarta. 2013.
3. Muslim, Rusdi. DR. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Cetakan
Keempat. Jakarta. 2014.

Anda mungkin juga menyukai