“URETEROLITHIASIS”
Diajukan untuk
Disusun oleh :
Pembimbing :
Dr. Bambang Satoto, Sp. Rad (K)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “ureterolithiasis” guna
memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh kepaniteraan klinik bagian Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang.
Penulis sangat bersyukur atas keberhasilan penyusunan laporan kasus ini. Hal ini tidak
terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan segala pihak yang telah membantu.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Batu saluran kencing merupakan keadaan patologis karena adanya massa keras
berbentuk seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan
nyeri, perdarahan atau infeksi pada saluran kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena
air kemih kekurangan materi-materi yang dapat menghambat terbentuknya batu. Batu saluran
kencing dapat terbentuk karena adanya peningkatan kalsium, oksalat, atau asam urat dalam
air kencing serta kurangnya bahan-bahan seperti sitrat, magnesium, pirofosfat yang dapat
menghambat pembentukan batu, kurangnya produksi air seni, infeksi saluran kencing,
gangguan aliran airkencing dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap/idiopatik.
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah
massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam
ginjal (batu ginjal) maupun di dalamkandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada Ginjal (Nefrolithiasis),
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter dapat
lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa
sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang
besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
Traktus urinarius atau yang sering disebut dengan saluran kemih terdiri dari dua buah ginjal,
dua buah ureter, satu buah kandung kemih ( vesika urinaria ) dan satu buah uretra
1. Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit dibawah tulang rusuk
bagian belakang. ( Daniel S, Wibowo, 2005 ) Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal
kiri. Mempunyai ukuran panjang 7 cm dan tebal 3 cm. Terbungkus dalam kapsul yang terbuka
kebawah. Diantara ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang 5 membantu melindungi
ginjal terhadap goncangan. (Daniel S Wibowo, 2005). Ginjal mempunyai nefron yang tiap – tiap
tubulus dan glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran ginjal ditentukan oleh sejumlah nefron yang
dimilikinya. Kira – kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap – tiap ginjal manusia. (Ganong, 2001)
Fungsi Ginjal :
c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus
ginjal
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah
merah (SDM) di sumsum tulang f. Hemostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan
komposisi air dalam darah. (Guyton, 1996 ).
2. Ureter adalah struktur tubular bilateral yang bertanggung jawab untuk menyalurkan
urin dari pelvis ginjal ke kandung kemih. Ureter umumnya memiliki panjang 22-30 cm dengan
dinding terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan yang paling dalam adalah lapisan epitel transisi.
Selanjutnya adalah lamina propria. Ini adalah lapisan jaringan ikat yang ada sepanjang epitel
membentuk lapisan mukosa. Yang melapisi lamina propria adalah lapisan otot polos yang
berbatasan dengan otot yang menutupi calyces ginjal dan pelvis, meskipun dalam ureter
lapisan ini dibagi menjadi lapisan dalam longitudinal dan lapisan luar yang melingkar, lapisan-
lapisan otot ini bekerja sinergis memberikan gelombang peristaltik yang aktif mengangkut urin
dari sistem pengumpulan ginjal melalui ureter ke kandung kemih. Lapisan terluar dari ureter
adalah lapisan adventitia. Lapisan tipis ini mengelilingi ureter dan meliputi pembuluh darah
dan limfatik yang berjalan sepanjang ureter.
Ureter dimulai di persimpangan ureteropelvic, yang terletak di posterior arteri dan vena
ginjal. Kemudian berlangsung inferior sepanjang tepi anterior dari otot psoas. Sebelah anterior,
ureter kanan berhubungan dengan usus asendens, sekum, kolon mesenterium, dan usus buntu.
Ureter kiri erat berkaitan dengan kolon desendens dan sigmoid. Sekitar sepertiga dari jalan ke
kandung kemih ureter dilintasi oleh pembuluh gonad. Saat memasuki panggul, ureter melintasi
pembuluh darah iliaka.Ureter normal tidak memiliki diameter yang sama, terdapat tiga
penyempitan fisiologis yang terdapat pada ureter. Tiga penyempitan tersebut berada pada
persimpangan ureteropelvic, persilangan dengan vasa iliaka, dan persimpangan ureterovesical.
Penyempitan pertama terjadi pada persimpangan ureteropelvic, pelvis ginjal mengecil
ke dalam ureter proksimal. Penyempitan kedua terjadi saat ureter melintasi pembuluh iliaka.
Hal ini disebabkan kombinasi dari kompresi ekstrinsik dari ureter oleh pembuluh iliaka dan
angulasi anterior diperlukan ureter saat melintasi pembuluh iliaka untuk masuk ke dalam
pelvis.
Penyempitan ketiga terjadi pada persimpangan ureterovesical. Ditempat ini adalah
perbatasan fisik ureter karena bergabung dengan dinding kandung kemih. Ini merupakan tiga
lokasi penyempitan saluran kemih yang secara klinis signifikan karena merrupakan lokasi
umum untuk batu saluran kemih tersangkut. Ureter secara sederhana dibagi menjadi 2 bagian,
menjadi ureter proksimal dan distal. Ureter proksimal berjalan dari persimpangan
ureteropelvic sampai ke vasa iliaka. Ureter distal berjalan dari vasa iliaka ke kandung kemih.
Persarafan ureter melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus,
serta pleksus hipogastricus superior dan inferior.13
3. Vesika Urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3 sampai 4 cm
dibelakang simpisis pubis ( tulang kemaluan ). Vesika urinaria mempunyai dua fungsi yaitu : a.
Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh. b. Dibantu uretra vesika
urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh. (RogerWatson, 2002 ). Didalam vesika urinaria
mampu menampung urin antara 170 - 230 ml. (Evelyn, 2002 )
4. Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai
keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek dan terletak didekat vagina. Pada uretra laki – laki
mempunyai panjang 15 – 20 cm. ( Daniel S, Wibowo, 2005 )
Urin merupakan larutan kompleks yang terdiri dari sebagian besar air ( 96%) air dan
sebagian kecil zat terlarut ( 4%) yang dihasilkan oleh ginjal, disimpan sementara dalam kandung
kemih dan dibuang melalui proses mikturisi. (Evelyn C. Pearce, 2002). Proses pembentukan
urin, yaitu :
a. Filtrasi (penyaringan) : capsula bowman dari badan malpighi menyaring darah dalam
glomerulus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat 7 bermolekul besar (protein dan sel
darah) sehingga dihasilkan filtrat glomerulus (urin primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat seperti
primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang dihasilkan filtrat tubulus (urin sekunder)
c. Sekresi (pengeluaran) : dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat
lain yang tidak digunakan dan terjadi reabsorbsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+.
Selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis. ( Roger Watson, 2002 )
2.3 Ureterolithiasis
ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter
mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih, Batu
juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik
dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang
Jenis Ion Pembentuk Batu Saluran Kemih Menurut Stoller (2008), ada beberapa jenis ion yang
1. Kalsium Merupakan yang paling sering ditemukan pada kristal batu saluran kemih. Lebih
dari 95% kalsium akan terfiltrasi di glomerulus dan direabsorbsi kembali di tubulus
proksimal, tubulus distal, dan dalam jumlah kecil di tubulus kolektivus. Kurang dari 2%
akan diekskresikan keluar melalui urin. Obat diuretik akan menyebabkan kondisi
15% oksalat akan ditemukan di dalam urin yang terbentuk oleh karena faktor diet
makanan. Ekskresi normal oksalat dalam urin berkisar antara 20-45 mg/hari dan tidak
berpengaruh terhadap usia. Hiperoksaluria bisa terjadi pada pasien yang menderita
gangguan saluran pencernaan bawah, terutama pada inflammatory bowel disease, small
bowel resection, dan bowel bypass. Sekitar 5-10% pada penderita ini akan terbentuk batu
ginjal.
3. Fosfat Merupakan buffer yang penting dan merupakan ion yang sering berikatan dengan
kalsium dalam pembentukan batu. Ekskresi dari fosfat pada usia dewasa berkaitan
dengan diet makanan yang mengandung fosfat, seperti daging, produk susu, dan sayur-
sayuran. Fosfat dalam jumlah kecil akan terfiltrasi di glomerulus dan direabsorbsi utama
pada tubulus proksimal, namun adanya hormon paratiroid dapat juga menghambat proses
reabsorpsi ini.
4. Asam urat Merupakan produk hasil metabolisme purin, nilai pKa (kadar keasaman yang
ditandai dengan atom hidrogen dalam molekul) asam urat adalah 5,75. Sekitar 10% asam
urat ini akan lolos dari proses filtrasi dan akhirnya dikeluarkan pada saat miksi.
5. Natrium Walaupun bukan penyusun utama dalam proses pembentukan batu saluran
kemih, natrium berperan penting dalam mengatur proses kristalisasi garam kalsium
dalam urin. Konsumsi diet yang tinggi natrium akan meningkatkan jumlah ekskresi
kalsium dalam urin. Sebaliknya, konsumsi diet natrium yang rendah akan membantu
6. Sitrat memegang kunci peranan utama dalam pencegahan pembentukan batu kalsium.
Keadaan metabolik asidosis oleh karena puasa, hipokalemia atau hipomagnesemia, akan
menurunkan pengeluaran sitrat dalam urin. Hormon estrogen meningkatkan ekskresi
sitrat dan menjadi faktor yang menurunkan insidensi terbentuknya batu pada wanita,
terutama pada saat kehamilan. Kondisi alkalosis akan meningkatkan ekskresi sitrat.
insidensi terbentuknya batu saluran kemih. Magnesium merupakan komponen dari batu
struvit. Namun mekanisme pasti hubungan magnesium dengan proses pembentukan batu
masih belum diketahui. Konsumsi suplemen magnesium juga tidak dapat mencegah
8. Sulfat dapat membantu mencegah pembentukan batu dengan berikatan dengan kalsium
sehingga menghalangi proses pembentukan kalsium dengan ion lainnya. Walaupun sudah
ditemukannya ion inhibitor untuk mencegah terbentuknya batu kalsium oksalat dan
kalsium fosfat yaitu sitrat, namun belum diketahuinya ion inhibitor yang memengaruhi
Jenis Batu Saluran Kemih Dalam guidelines yang dikeluarkan European Association of
Urology (EAU) pada tahun 2014, dikelompokkan batu saluran kemih berdasarkan etiologi
penyebabnya, antara lain: infeksi, non-infeksi, penyebab genetik, dan efek samping obat. Stoller
1. Batu kalsium
2. Batu non-kalsium (struvit, asam urat, Cystine, Xantine, Indinavir). Menurut Pearle dan Lotan
dalam buku Campbell-Walsh Urology Tenth Edition (2012), klasifikasi batu pada saluran kemih
mg/kg/hari atau lebih dari 7 mmol/hari pada lakilaki dan 6 mmol/hari pada perempuan.
primer), malabsorpsi saluran cerna yang disebabkan oleh inflammatory bowel disease,
III. Hiperurikosuria; didefinisikan sebagai kadar asam urat dalam urin yang melebihi 600
mg/hari. Penyebabnya adalah konsumsi purin yang tinggi dan penyakit yang didapat atau
herediter.
IV. Hipositraturia; keseimbangan asam basa sangat berpengaruh besar terhadap ekskresi
sitrat dalam urin, seperti asidosis metabolik akan mengurangi kadar sitrat dalam urin.
Sebaliknya, pada keadaan alkalosis kadar sitrat dalam urin akan meningkat, diikuti
VI. Asidosis tubular ginjal (Renal Tubular Acidosis); ditandai dengan kerusakan tubular
b) Batu sistin Beberapa faktor dapat memengaruhi kelarutan sistin termasuk konsentrasi
c) Batu infeksi Komposisi utama batu infeksi adalah magnesium amonium, fosfat
d) Batu lainnya antara lain Xanthine dan Dihydroxyadenine Stones; Ammonium Acid
Faktor intrinsik :
Faktor ekstrinsik
1. Geografi
2. Iklim, temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-
tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine) yaitu pada sistem
kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelinan bawaan pada pelvikokalises (stenosis
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu
presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi,
dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal yang lebih besar. Meskipun
ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum cukup mampu membuntu
saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu
sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk memyumbat saluran kemih.
konsentrasi solute didalam urine, laju aliran urine didalam saluran kemih, atau adanya
korpus alienum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan
dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium
fosat ; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium amonium fosfat
(batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun pathogenesis
pembentukan batu-batu diatas hamper sama, tetapi suasana didalam saluran kemih yang
memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam
urat mudah terbentuk dalam suasana asam, sedangkan batu magnesium amonium fosfat
Terbentuk atau tidaknya batu didalam saluran kemih ditentukan juga oleh adanya
keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat yang mempu mencegah
timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu saluran
kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorpsi kalsium didalam usus, proses
pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal.
Ion magnesium (Mg++) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat
yang berikatan dengan kalsium (Ca++) untuk membentuk kalsium oksalat menurun.
Demikian pula sitrat jika berikatan dengan ion kalsium (Ca++) membentuk garam
kalsium sitrat; sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat maupun
fosfat berkurang. Hal ini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat
jumlahnya berkurang.
Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor
zat yang berfungsi sebagai inhibitor batu merupakan salah satu faktor penyebab
- Nyeri
Nyeri kolik dapat menunjukkan adanya obstruksi organ berongga (lumen). Kolik merupakan
nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan
pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan
intraluminar). Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran.
Yang dirasakan saat nyeri kolik sendiri adalah nyeri mendadak yang bersifat tajam, terasa
melilit, hilang timbul, tidak berkurang dengan perubahan posisi, penderita dapat gelisah
sampai berguling-guling di tempat tidur, serta kadang disertai mual dan muntah.24
Pada pasien dengan batu ureter terdapat rasa nyeri mendadak yang disebabkan oleh
batu yang lewat, rasa sakit berupa rasa pegal di CVA atau kolik yang menjalar ke perut bawah
sesuai lokasi batu dalam ureter. Pada pria rasa sakit akan menjalar ke testis bila batu di ureter
proksimal atau ke vulva pada wanita dan ke skrotum pada pria bila lokasi batu di ureter bagian
distal. Dapat pula terjadi gangguan traktus digestivus. Bila batu sudah menetap di ureter hanya
ditemukan rasa pegal di CVA karena bendungan. Pasien yang mengalami kolik tampak gelisah
dan kulitnya basah dan dingin. Pada pemeriksaan fisis ditemukan nyeri tekan dan nyeri ketok
CVA, spasme otot-otot abdomen, testis hipersensitif, dan skrotum hipersensitif. Bila batu
menetap di ureter hanya ditemukan nyeri tekan dan nyeri ketok atau tidak ditemukan kelainan
sama sekali24.
- Gangguan miksi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urin (urine flow) mengalami
penurunan sehingga sulit sekali untuk miksi secara spontan (Purnomo, 2012)..
- Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (kolik ureter) sering mengalami desakan
berkemih, tetapi hanya sedikit urin yang keluar. Keadaan ini akan menimbulkan
gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang dikeluarkan bercampur dengan
darah (hematuria) (Brunner & Suddart, 2015).
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada pasien karena
nyeri yang sangat hebat sehingga pasien mengalami stress yang tinggi dan memacu
sekresi HCl pada lambung
(Brooker, 2009).
- Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain. Tanda demam yang
disertai dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah di kulit merupakan
tanda terjadinya urosepsis. Urosepsis merupakan kedaruratan dibidang urologi, dalam
hal ini harus secepatnya ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran kemih yang
mendasari timbulnya urosepsis dan segera dilakukan terapi berupa drainase dan
pemberian antibiotik (Purnomo, 2012)
2.3.4. Diagnosis
2.3.4.1 Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai
konsep kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat
tergantung pada posisi letak, ukuran batu. Keluhan paling sering adalah nyeri pinggang.
Nyeri bias kolikatau non kolik. Riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri
yang sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnyasering mempunyai
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, pada didapatkan nyeri ketok pada
Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi didapatkan demam
dan menggigil.
a. Aktivitas istirahat
b. Sirkulasi
kemerahan, pucat
c. Eliminasi
d. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
cukup.
Tanda : distensi abdominal, penurunan atau tak adanya bising usus dan
muntah
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen (FPA) pada kasus urogenitalia bertujuan untuk
perlu) sehingga faeces yang ada di dalam usus tidak menjadi pengganggu dalam
film.
II. IVP
Pemeriksaan IVP hampir sama dengan pemeriksaan FPA, namun yang membedakan
dilakukan foto secara berulang kali pada menit ke 5, 15, 30 atau 45 dan post miksi.
Pemeriksaan IVP ini bertujuan untuk melihat fungsi ekskresi (ginjal), melihat
anatomi tractus urogenitalia, dan mencari adakah kelainan pada trctus urogenitalia.
Fase IVP :
- Pada fase pielogram (foto pada menit ke 15) kontras akan mengisi PCS dan
cubbing (berbentuk seperti mangkok), terjadi dilatasi pelvis renal, kaliks mayor
Penilaian VU :
terisi kontras
- indentasi
- additional shadow (menunjukkan adanya batu/ massa)
- Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh berkemih
BPH dll.
- Apabila sampai menit ke 120 tidak Nampak adanya eskkresi kontras, maka
diagnosis pasien adalah “Non Visualized Kidney”. Kemudian bisa dilakukan RPG
Pemeriksaan dengan memasukkan alat melalui OUE sampai ke pelvis renalis lalu
dimasukkan kontras untuk menilai keadaan ureter, VU dan fungsi pengosongan nya.
abdomen.
V. Sistografi
karena USG tidak menggunakan sinar radioaktif untuk sarana imaging nya,
- kelebihan, antara lain : lebih cepat, tidak perlu persiapan khusus (hanya saja
pasien diminta untuk banyak minum dan menahan BAK sehingga VU terdistensi),
aman, non invasive dan tidak sakit, fleksibel dan relative lebih murah.
- kelemahan, antara lain : kesulitan pada orang gemuk karena jaringan lemak yang
tebal menyebabkan bias pada imaging, USG tidak dapat mencitrakan organ yang
berisi udara dan organ yang tertutupi oleh tulang di depannya, USG tidak dapat
menilai fungsi suatu organ, Operator dependen (bergantung pada kemampuan dari
operator USG itu sendiri), pada luka / infeksi dapat menimbulkan rasa sakit.
CT-Scan merupakan salah satu alat penunjang radiologis yang sensitive untuk
menilai adanya kelainan pada traktus urogenitalia terutama pada rupture organ yang
relative mahal.
secara lebih akurat baik dari sisi ukuran laserasi, lokasi dan hubungan dengan organ
sekitar.
2.3.5. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Batu kurang dari 5mm diharapkan dapat keluar bersama urin dengan
2. ESWL :
3. Endourologi
melalui alat yang dimasukkan langsung ke saluran kemih (melalui uretra atau
memecah batu.
4. Bedah terbuka
mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter.
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. N
Usia : 39 tahun
Agama : Islam
No.RM : 1372****
3.2. Anamnesis
Anamnesis pada pasien dilakukan pada tanggal 25 juni 2019, pukul 15.00 WIB di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Kota Semarang dan didukung dengan catatan medis.
Keluhan Utama :
Sakit di pinggang kiri terus-menerus sejak 6 bulan yang lalu
Riwayat penyakit sekarang:
Sejak 6 bulan sebelum dirawat di RS, pasien mengeluh nyeri pinggang kiri bagian
belakang. Nyeri dirasakan seperti diremas-remas. Nyeri pinggang ini membuat
pasien tidak dapat melakukan pekerjaanya, dan nyeri berkurang jika istirahat. Pasien
mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu. Batuk (-), mual (-), muntah (-), tidak ada
riwayat buang air kecil sedikit-sedikit, gangguan BAB (-)
STATUS GENERALIS
- Keadaan umum : Tampak lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Status Gizi : Overweight
STATUS ANTROPOMETRIK
- TB : 158 cm
- BB : 62 kg
- IMT = BB(kg)/TB²(m²)
= 62 kg/(1,58 m)²
= 24,8 (Overweight)
TANDA VITAL
STATUS INTERNUS
- Mata :
- Hidung :
- Deformitas (-)
- Telinga :
- Bentuk : normal
- Pendengaran : normal
- Mulut:
- Leher :
- PF Thoraks :
a. Paru :
1. Inspeksi : laju nafas 20x/menit, pola nafas regular, simetris, ketertinggalan
gerak (-/-), retraksi (-/-), pergerakan otot bantu pernafasan (-/-)
2. Palpasi : fremitus vokal normal, nyeri tekan (-), gerakan dada simetris,
tidak ada ketertinggalan gerak.
3. Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
4. Auskultasi : suara pernafasan vesikuler, ronkhi (-), wheezing(-)
b. Jantung :
1. Inspeksi : pulsasi ictus cordis tampak kuat angkat
2. Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V linea mid clavicularis sinistra
3. Perkusi : kardiomegali (-)
4. Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, murmur(-), gallop (-)
- PF Abdomen :
1. Inspeksi : permukaan perut datar, pelebaran pembuluh darah(-), sikatrik (-), massa
(-), tanda peradangan (-), caput medusa (-), sikatrik (-), striae (-), hiperpigmentasi
(-)
2. Auskultasi : bunyi peristaltik usus normal, tidak ada bising usus, tidak ada bising
pembuluh darah.
3. Palpasi :
Superfisial Nyeri tekan abdomen regio epigastrium (-), Massa (-), defence
muscular (-)
Dalam, Nyeri tekan dalam (-)
Organ Hepar tidak teraba membesar, tepi tajam, permukaan halus, konsistensi
kenyal, lien schuffner (0), ginjal dextra et sinistra tak teraba membesar
Murphy’s Sign (-)
Tes undulasi (-)
4. Perkusi :
Perkusi 4 regio à timpani
Hepar à pekak (+), liver span dextra 12 cm, sinistra 6 cm
Lien à traube space (+)
Ginjal nyeri ketok ginjal kanan (+)
Pekak sisi dan pekak ahli (-)
- PF Ekstremitas :
Masih tampak opasitas bentuk oval pada paravertebral dextra setinggi VL3, dibanding
sebelumnya relative sama suspek ureterolithiasis dextra
- DIAGNOSIS KERJA :
Cholesistolithiasis dan Gagal ginjal Akut
- DIAGNOSIS BANDING :
1. Polyp vesica fellea
2. Cholesistisis
3. Choledocholithiasis
BAB IV
PEMBAHASAN
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai memiliki urolithiasis
(Malueka, 2011). Hamper semua batu saluran kemih merupakan radiopaque. Pada kasus ini
seharusnya dilakukan pemeriksaan USG abdomen terlebih dahulu sehingga diagnosis bisa
ditegakkan, pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan non invasif yang tidak tergantung pada
faal ginjal, tidak memiliki efek samping, tanpa kontras, tidak sakit, relative cepat dan mudah
dikerjakan. Akan tetapi USG memiliki beberapa kelemahan antara lain kesulitan menunjukkan
batu ureter, dan tidak bisa membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen. Maka dari itu
dibutuhkan pemeriksaan lain yaitu Foto Polos Abdomen non kontras maupun dengan kontras
Dalam kasus ini pemeriksaan yang dilakukan merupakan pemeriksaan FPA non kontras,
hal tersebut dikarenakan lokasi batu sudah dapat ditentukan. Dalam FPA non kontras pada pasien
tersebut dikesankan tampak batu radiopaque pada ureter dextra curiga ureteroithiasis dextra.
Pemeriksaan lain yang diusulkan adalah FPA dengan kontras karena dapat menilai fungsi
ekskresi ginjal, dan kelainan pada traktus urogenitalia, misalnya hidronefrosis, sehingga
Brunicardi, F.C., 2010. Gallblader and the Extrahepatic Biliary System. Dalam: Swartz’s
Principle of Surgery. Edition ke-9. USA: McGraw-Hill. 2160-2203
Debas, H.T., 2004. Biliary Tract. Dalam: Gastrointestinal Surgery: Pathophysiology and
Management. USA: Springer. 198-220
Greenberger NJ, Paumgartner G .2011. Diseases of the gallbladder and bile duct. Dalam:
Fauci AS, Kosper DL, Longo D, Braunwald E, Hauser SL, Loscalzo J, et al (eds). Harrison’s
principle of internal medicine. 18th edition. New York: Mc Graw-Hill
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Hunter JG, Oddsdettir M. 2014. Gallbladder and extrahepatic billiary system. Schwartz’s
principles of surgery. Eighth edition. New York: Mc Graw-Hill.
Lesmana L. Batu Empedu dalam Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi V. Jakarta:Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2014.380-4.
Sherwood, L., 2001. Fisiolologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC. 565-
570.
Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2010. 570-9.
Welling,T.H. dan Simeone, D.M., 2009. Gallbladder and Biliary Tract: Anatomy and
Structural Anomalies. Dalam: Tadataka Yamada, Ed. Textbook of Gastroenterology. Edisi ke-5.
USA: Wiley-Blackwell. 1940-1942.
13. Walsh PC, Refik AB, Vaughan ED Jr, Wein AJ (eds): Campbell’s Urology, 9th ed.
Philadelphia, WB Saunders 2007;37:26-32
24. Moore Cl, Daniels B, Singh D, Luty S, Molinaro A. Prevalence and clinical
importance of alternative causes of symptoms using a renal colic computed
tomography protocol in patients with flank or back pain and absence of pyuria.
Acad Emerg Med. 2013;20(5):470-8.