TESIS
Oleh :
NIM : 177041054
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2019
Assalammualaikum Wr.Wb,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah yang telah
melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
yang berjudul : “Pola Immunophenotyping pada Pasien Leukemia Akut Anak di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh keahlian dalam bidang Magister Kedokteran
Klinik Konsentrasi Bidang Patologi Klinik-M.Ked (Clin-Path) di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Tidak ada satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa
bantuan dari orang lain. Semua hal yang telah diberikan oleh berbagai pihak
dalam pembuatan tesis ini merupakan bantuan dan penghargaan yang tidak
ternilai harganya bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dan perhargaan yang setinggi- tingginya kepada:
iii
Universitas Sumatera Utara
4. Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Dr.dr.Aldy Safruddin Rambe,SpS (K), yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Magister
Kedokteran Klinik Konsentrasi Bidang Patologi Klinik di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Yang terhormat Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph),
Sp.M(K) selaku Ketua Program Studi Program Magister Kedokteran
Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan di
Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Bidang Patologi Klinik.
6. Yang terhormat Ketua Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, sekaligus penguji penulis, dr. Ricke
Loesnihari, M.Ked (ClinPath), SpPK-K, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan spesialis di
bidang Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
yang juga selalu memberikan dukungan, bimbingan dan dorongan kepada
penulis selama menjalani pendidikan serta memberikan saran dan koreksi
selama penyusunan tesis ini.
iv
Universitas Sumatera Utara
Nasution, SpPK-KN,KGEH, yang telah membantu dan membimbing
penulis selama menjalani pendidikan.
8. Yang terhormat dr Jelita Siregar, M.Ked(ClinPath), Sp PK, selaku
Pelaksana Tugas Ketua Program Studi Departemen Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang memberikan
kesempatan kepada saya sebagai peserta Program Magister dan
Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik ,membimbing, mengarahkan
dan memotivasi saya sejak awal pendidikan sampai selesai.
9. Yang terhormat dr. Malayana Rahmita Nasution, M.Ked (Clin Path),
Sp.PK, sebagai Pelaksana Tugas Sekretaris Departemen Patologi Klinik
FK USU yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan selama
saya mengikuti pendidikan.
10. Yang terhormat, dr. Zulfikar Lubis, Sp.PK-K, dr. Muzahar DMM,
Sp.PK, dr. Tapisari Tambunan, Sp.PK-K, dr. Nelly Elfrida Samosir,
Sp.PK-K, dr Ida Adhayanti, Sp.PK, dr. Ranti Permatasari, Sp.PK-K,
dr. Nindia Sugih Arto, M.Ked (Clin Path), Sp.PK, dr Dewi Indah Sari
Siregar, M.Ked (ClinPath), Sp.PK, dr. Almaycano Ginting, M. Kes,
M. Ked (Clin Path), Sp.PK dan semua guru-guru saya yang telah banyak
memberikan, nasehat, arahan dan dukungan selama saya mengikuti
pendidikan.
11. Yang terhormat, Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan
Direktur RS USU Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas
kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.
12. Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan analis di SMF Patologi Klinik,
baik di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS USU Medan, atas bantuan,
dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.
13. Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada seluruh teman-teman sejawat
Pendidikan Magister Bidang Patologi Klinik pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik
selama saya menjalani pendidikan dan proses penyelesaian tesis ini.
v
Universitas Sumatera Utara
14. Kepada sahabat sahabat saya, dr .Dita, dr. Uly, dr.Rio, dr. Asep, dr.
Hadian, dr.Febryandri, teman seiring perjalanan terimakasih banyak
untuk kebersamaan, pengertian, kisah dan inspirasi. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan mereka.
Akhir kata sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, pada kesempatan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
vi
Universitas Sumatera Utara
Sudi kiranya tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Berkat Nya kepada kita semua. Amin.
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
viii
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Sampel ............................................................................... 41
3.3.3 Besar Sampel ..................................................................... 41
3.4 Kriteria Penelitian ....................................................................... 41
3.4.1 Kriteria Inklusi .................................................................. 41
3.4.2 Kriteria Eksklusi................................................................ 42
3.5 Variabel ...................................................................................... 42
3.5.1 Variabel Independen .......................................................... 42
3.5.2 Variabel Dependen ............................................................. 42
3.6 Definisi Operasional.................................................................... 42
3.7 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 45
3.8 Bahan dan Cara Kerja ................................................................. 45
3.8.1 Bahan Pemeriksaan ............................................................ 45
3.8.2 Metode ............................................................................... 46
3.8.3 Pemantapan Kualitas dan Pemeriksaan Flowcytometry
Immunophenotyping .................................................................. 48
3.9 Alur Penelitian ........................................................................... 50
3.10 Biaya Penelitian .......................................................................... 51
3.11 Jadwal Penelitian ......................................................................... 51
4.1 Karakterisik Subjek Penelitian ........................................................ 54
4.2 Hasil Pemeriksaan Profil Hematologi ............................................. 55
4.3 Hasil Immunophenotyping .............................................................. 57
4.4 Aberrant Phenotype ......................................................................... 58
4.5 Diagnostik Immunophenotyping dengan Respon terhadap
Induksi Kemoterapi ................................................................................. 60
4.6 Aberrant Immunophenotyping dengan Respon terhadap
Induksi Kemoterapi ................................................................................. 61
4.7 Kesesuaian Morfologi dan Pemeriksaan Immunophenotyping ...... 62
5. Pembahasan ..................................................................................... 64
6. Kesimpulan dan Saran..................................................................... 69
LAMPIRAN ..................................................................................................... 76
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Pola Immunophenotyping dengan Respon Terapi terhadap Induksi
Kemoterapi…………………………………………………………………….…59
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
xiii
Universitas Sumatera Utara
Pola Immunophenotyping Pasien Leukemia Akut Anak di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Abstrak
xiv
Universitas Sumatera Utara
Immunophenotyping Pattern in Childhood Acute Leukemia in the Adam
Malik Hospital Medan
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
sebanyak satu dari tiga kasus kanker pada anak. Dua subtipe utama leukemia yang
terlihat pada anak adalah leukemia limfoblastik akut (ALL) dan leukemia myeloid
akut (AML), sebanyak 80% dan 17%. Leukemia anak terus menjadi masalah
meningkat. (Demanelis, 2015) Puncak kejadian terjadi pada usia 2-5 tahun dan
antigen yang muncul pada berbagai stadium dari perkembangan hematopoetik dan
marker limfoid dan juga Leukemia Limfoblastik Akut dengan marker myeloid.
Hal ini menjadi penting karena dijumpai kasus Leukemia Limfoblastik Akut
dengan marker myeloid yang menunjukkan prognosis dan respon terapi yang
lebih baik.(Supriyadi et al., 2011) (Dongen, Lhermitte and Bo, 2012) (Gajendra,
Disease (MRD). Hal ini sesuai dengan studi dari Gert J Ossenokopele (2011,
Australia).
Akut sebagai alat diagnostik juga belum banyak. Dari fenomena ini peneliti
Leukemia Akut. Dengan begitu dapat menjadi acuan bagi klinisi dalam akurasi
Akut anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan“.
• Untuk mengetahui pola aberrant pada pasien leukemia akut di Rumah Sakit
• Untuk mengetahui jenis leukemia akut pada pasien yang dirawat di Rumah
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
peningkatan jumlah blast myeloid atau limfoid. Istilah "akut," secara historis
mengacu pada onset yang cepat dan outcome yang buruk. Mendiagnosis dan
adalah persyaratan penting untuk dapat memberikan perawatan yang optimal bagi
terminologi konsensus untuk praktik medis yang tepat dan kemajuan pengetahuan
kedokteran. Secara umum, klasifikasi seperti itu harus dibuat berdasarkan klinis
hasil dan respons terhadap terapi. Awalnya klasifikasi penyakit dimulai oleh
Kemudian, skema klasifikasi berubah ketika penemuan ilmiah baru yang sudah
2018)
tergantung pada asal sel blast. (Swerdlow et al., 2017) (Kaushansky et al., 2016)
sekitar 4 per 100.000, dengan sekitar 70% di antaranya adalah leukemia myeloid
akut (AML). AML menyumbang sekitar 15% leukemia anak-anak dan sekitar
80% hingga 90% akut leukemia pada orang dewasa, dengan usia rata-rata saat
2016)
usia 2 dan 3 tahun. Frekuensi berkurang hingga mencapai titik terendah sekitar
usia 25 hingga 50 tahun, setelah itu meningkat untuk mencapai puncak kedua,
tetapi kecil, pada usia lebih dari 80 tahun. (Swerdlow et al., 2017) (Kaushansky et
Etiologi dari sebagian besar kasus tidak diketahui, tetapi beberapa pasien
bahan kimia seperti benzen. Beberapa penyakit bawaan, seperti sindrom Down,
sindrom Bloom, dan sindrom Turner, miliki peningkatan insiden AML, seperti
halnya beberapa jenis kegagalan sumsum tulang, seperti anemia Fanconi, sindrom
Blackfan-Diamond, dan individu yang jarang dengan RUNX1 dan Mutasi ETV6
di keluarga. Bentuk leukemia akut familial yang sangat jarang (mis., RUNX1,
ETV6, ANKRD26 dan mutasi gen GATA2) juga telah dikenali berkaitan dengan
AML. Perokok berat juga meningkatkan insiden penyakit ini. (Swerdlow et al.,
memiliki gejala tidak spesifik, seperti kelelahan, lesu, dan penurunan berat badan.
Beberapa keluhan, seperti dispnea, angina, dan pusing, yang timbul dari anemia.
Demam karena penyakit itu sendiri atau dari infeksi yang terkait neutropenia bisa
AML. Sekitar 5% hingga 20% dari pasien dengan AML dan ALL mengalami
infiltrasi kulit dengan sel leukemia (leukemia cutis) biasanya eritematosa, papula,
nodul atau purpura yang teraba, atau bisul juga bisa terjadi. Kadang-kadang,
myeloid, yang merupakan tumor sel leukemia di luar sumsum tulang. Tumor ini
dan jaringan lunak. Tumor ini sering mempengaruhi struktur tulang subperiosteal
dari tengkorak, sternum, tulang rusuk, vertebra, dan panggul. (Geyer, 2018)
leukositosis. Penurunan jumlah neutrofil matur sering terjadi dan sel blast dapat
(Geyer, 2018)
Semua pasien yang diduga leukemia harus menjalani aspirasi dan biopsi
hypercellular, dengan sel blast menggantikan sel yang biasanya matang di lini
Auer rod di sitoplasma, struktur seperti jarum yang dianggap sebagai perpaduan
dan sel T ALL. (Swerdlow et al., 2017) (Kaushansky et al., 2016) (Hoffman et al,
2018)
ALL. Insiden tahunan ALL di Amerika Serikat adalah 3,7-4,9 kasus per 100.000
anak usia 0-14 tahun dengan perkiraan kejadian serupa di seluruh dunia, meskipun
berpenghasilan rendah. Anak-anak kulit putih lebih sering terkena daripada anak-
anak kulit hitam, dan ada sedikit lebih banyak pria, yang paling menonjol dengan
memuncak pada anak-anak berusia 2-5 tahun dan kemudian menurun seiring
kasus baru AML (10.380 pada pria, 9140 pada wanita) akan terjadi di Amerika
Serikat pada tahun 2018, terhitung 32% dari semua kasus leukemia pada orang
dewasa yang berusia 20 tahun ke atas. AML lebih umum didiagnosis di negara
maju, dan lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada populasi lain.
umur. AML lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, terutama pada pasien
yang lebih tua. Ini kemungkinan karena MDS lebih umum pada pria, dan MDS
bahwa pada 2018, 10.670 kematian akibat AML akan terjadi di Amerika Serikat.
Dari jumlah tersebut, hampir 60% diperkirakan terjadi pada pria dan sekitar 40%
remaja muda. Insidens ini tetap konstan selama 40 tahun, dengan jumlah yang
hampir sama pada anak laki laki dan perempuan, dan tertinggi pada usia 2 tahun
pertama kehidupan. Akan tetapi, distribusi usia dapat bervariasi antar subtipe.
Sebagai contoh, Acute Promyelocytic Leukemia (APL) dan Core Binding Factor
Leukemia jarang terjadi pada anak dengan usia di bawah 3 tahun sedangkan
insidens Acute Megakaryoblastic Leukemia cukup tinggi pada usia muda dan
jarang pada remaja. Distribusi dari subtype AML juga bervariasi tergantung grup
etnik, dimana beberapa studi menunjukkan insidens yang tinggi kasus APL pada
Beberapa faktor telah terlibat dalam penyebab AML dan ALL, termasuk
obat. Namun, sebagian besar pasien yang datang tidak memiliki faktor risiko yang
dapat diidentifikasi.
(MDS). MDS adalah penyakit sumsum tulang dari penyebab yang tidak diketahui
yang terjadi paling sering pada pasien yang lebih tua dan bermanifestasi sebagai
Pasien dengan MDS risiko rendah (mis. MDS dengan cincin sideroblas)
umumnya tidak mengalami AML, sedangkan pasien dengan MDS risiko tinggi
10
2) Kelainan Bawaan
(Moassass,2018)
keseluruhan sekitar 2%. hingga 3%. Down syndrome juga dikaitkan dengan
(Zou,Y 2017)
11
4)Paparan Lingkungan
leukemia.(Poynter,2012)
tergantung pada dosis radiasi, durasi paparan, dan usia individu pada saat
risiko AML sedikit meningkat pada orang yang merokok dibandingkan dengan
mereka yang tidak merokok dan orangtua yang merokok meningkatkan resiko
Pasien-pasien ini sering berkembang menjadi AML. Banyak dari pasien ini
12
dan cairan tanning dan debu batu bara juga telah dikaitkan dengan AML.
(Poynter, 2016)
Karena lebih banyak pasien dengan kanker yang bertahan hidup dari
keganasan primer mereka dan lebih banyak pasien menerima kemoterapi intensif
leukemia akut pada pasien dengan kanker payudara yang diobati dengan
menjadi 2 kelompok: (1) mereka yang terpapar sebelumnya dengan agen alkali
dan (2) mereka yang terpapar dengan inhibitor topoisomerase-II. Periode latensi
yang khas antara paparan obat dan leukemia akut adalah sekitar 3-5 tahun untuk
agen alkali / paparan radiasi, tetapi hanya 9-12 bulan untuk inhibitor
topoisomerase.
translokasi yang melibatkan band 11q23. Lebih jarang, pasien-pasien ini akan
13
2.1.4 Patofisiologi
secara genetik dan kemudian mengalami proliferasi yang tidak teratur, dengan
ekspresi gen yang berubah dan terlibat dalam perkembangan normal sel B dan sel
T. (Larson, 2016)
sel pro-B, sel pra-B, dan sel B matang. Proses ini dikontrol ketat oleh aktivasi
faktor transkripsi dan seleksi melalui transduksi sinyal fungsional. ALL mewakili
proliferasi sel. Variasi klinis perjalanan penyakit dan outcome nya, baik pada
14
maturasi sel sumsum tulang pada tahap awal perkembangan. Mekanisme maturasi
arrest ini melibatkan aktivasi atau inaktivasi gen melalui translokasi kromosom
dan kelainan genetik dan epigenetik lainnya. Hal ini menyebabkan produksi sel-
sel darah normal menurun secara, yang akan menyebabkan berbagai tingkat
satu klon dengan kecacatan yang berat dan mengandung sel precursor yang tidak
mampu menjadi matang. Proliferasi dari progenitor primitive ini terjadi secara
berlebihan terutama pada jumlah sel blast yang meningkat. Bentuk morfologi dan
penyakit klinis dari AML memiliki banyak varian. Variasi fenotip ini akan
konsisten dengan jumlah lesi genetic yang diidentifikasi dan menentukan sifat dari
sel stem leukemia, dan mampu berdiferensiasi menjadi lineage sel yang berbeda.
( Lichtman, 2016)
15
Gejala klinis pada AML dan ALL sulit dibedakan. Kelelahan dan
kelesuan adalah manifestasi umum dari anemia pada bayi pasien dengan ALL.
Lebih dari 25 % pasien, terutama anak kecil, mungkin mengalami pincang akibat
sakit tulang atau arthralgia, dan malas berjalan karena adanya infiltrasi leukemia
pada periosteum, tulang, dan sendi serta perluasan sel-sel leukemia di rongga
sumsum. Anak-anak dengan nyeri tulang yang berat sering kali memiliki jumlah
16
sebagian kecil pasien, nekrosis sumsum tulang dapat menyebabkan nyeri dan
nyeri tulang yang parah, demam, dan tingkat dehidrogenase laktat serum yang
sangat tinggi. Tanda-tanda lain termasuk sakit kepala, muntah, fungsi mental yang
Perdarahan intrakranial terjadi terutama pada pasien dengan jumlah leukosit awal
lebih besar dari 400 × 109 / L.70 Sangat jarang ALL terjadi tanpa tanda-tanda
atau gejala sehingga tidak terdeteksi pada pemeriksaan rutin. (Larson, 2016)
17
akibat anemia
d. pustul atau infeksi piogenik minor lainnya pada kulit dan luka
meningitis, dijumpai bila jumlah neutrofil absolut kurang dari 0,5 × 109/L
pasien
(Liesveld,2016)
2.1.6 Klasifikasi
apakah sel prekursor adalah limfosit T atau B. Perbedaan antara leukemia dan
limfoma tergantung pada apakah penyakit muncul dengan sel-sel abnormal dalam
darah dan sumsum tulang atau apakah sel-sel abnormal muncul terutama di
kelenjar getah bening atau situs ekstranodal di luar sumsum tulang. Secara
18
kelompok umum:
19
coverslip ataupun metode slide wedge. Teknik slide wedge menggunakan slide
pada sudut 30-45 derajat di atas setetes darah di dekat salah satu ujung slide kaca
kedua lalu ujung slide meluncur di darah memanjang di seluruh slide. Slide
spreader kemudian didorong dengan cepat untuk menghasilkan noda darah pada
slide kedua. Apusan darah tepi akan berisi area tebal yang secara bertahap beralih
ke area tipis. Sediaan lalu dibiarkan kering di udara, difiksasi, dan kemudian
diwarnai. (Petrova-Drus,2018)
arah yang sama, diikuti oleh pengeringan udara, pewarnaan, dan pemasangan pada
slide. Sediaan lalu dibiarkan kering di udara, difiksasi, dan kemudiaan diwarnai.
(Petrova-Drus,2018)
20
leukosit, sel darah merah dan trombosit. Evaluasi dari granul neutrofil menjadi
sangat penting ketika ada dugaan kelainan pada lini myeloid. Hitung manual sel
berinti hingga mencapai 200 sel direkomendasikan untuk evaluasi apusan darah
tepi pada pasien dengan neoplasma myeloid jika jumlah sel leukosit
memungkinkan. Kehadiran eritrosit yang abnormal (misalnya : sel tear drop) dan
21
keseragaman warna, nukleus sel leukosit akan terlihat ungu dan merah muda.
Pemeriksaan pada pembesaran 40x digunakan untuk asesmen besar sel dan
melihat nucleus dan sitoplasma sel lalu pembesaran 100 x menggunakan minyak
imatur, yang biasanya tidak ditemukan dalam sirkulasi darah harus dilaporkan.
Laporan akhir juga harus mencakup penilaian morfologi sel darah merah dan
pelaporan ukuran sel, estimasi kadar hemoglobin, bentuk, inklusi, atau kelainan
struktural. Dalam darah dari individu yang sehat, sel-sel merah muncul sebagai
cakram seragam yang berkisar 6-8 μm di diameter dengan area tengah yang
sedikit pucat. Sel darah merah lebih kecil dari 6 μm, diameternya mikrositik, dan
yang lebih besar dari 9 μm adalah makrositik. Variasi abnormal dalam ukuran sel,
atau anisositosis, umumnya terlihat pada anemia dan tercermin secara lebih luas
pada RDW atau koefisien variasi volume RBC pada automated blood count.
Warna sel eritrosit mencerminkan kadar hemoglobin, dan peningkatan luas pucat
sentral terlihat dalam sel-sel hipokromik, sedangkan warna sentral yang lebih
22
sel target, sel sabit, sel tetes air mata (dacrocytes), schistocytes, acanthocytes, dan
darah tepi dan hitung darah lengkap yang diperoleh pada hari yang sama.
dan analisis sitogenetik juga dilakukan pada spesimen asprasi sumsum tulang,
molekuler untuk status mutasi gen tertentu dapat dilakukan pada bahan asam
nukleat yang diekstraksi dari sumsum yang baru diaspirasi atau, dengan kemajuan
terbaru dalam teknik molekuler, bahan yang difiksasi dengan formalin (gumpalan
bergantung pada persentase blast dan sel lain, dengan rekomendasi hitung 500 sel
distribusi iregular dari sel. Sel yang dihitung termasuk blast dan promonosit,
23
2017) (Petrova-Drus,2018)
cenderung lebih kohesif daripada sel hematopoietik. Pada pembesaran ini, dilihat
Adanya agregat limfoid dan evaluasi megakariosit juga dinilai. Pada sumsum
tulang yang normal dengan pembesaran 20x hingga 40x), akan terlihat dominan
dari pematangan sel myeloid dan eritroid dan bisa mengidentifikasi area terbaik
dihitung di area seluler yang berdekatan dengan jejak partikel, di mana sel-sel
tersebar dengan baik, menunjukkan detail sitologis yang baik, dan di mana sel
lisis tidak mendominasi. Area dengan artefak pengeringan udara berlebihan harus
dihindari. Hanya sel-sel utuh yang harus dihitung, karena naked nucleus tidak
diferensial dilakukan pada pembesaran tinggi (40x) atau immersion oil (50x,
100x) untuk identifikasi tipe sel yang optimal. (Swerdlow et al., 2017) (Petrova-
Drus,2018)
Hitungan termasuk sel myeloid berinti dan eritroid dalam berbagai tahap
pematangan, promonosit, monosit, sel mast, limfosit, dan sel plasma. Sel yang
24
2017) (Petrova-Drus,2018)
myeloperoxidase untuk lineage myeloid, dan non specific esterase untuk sel
monosit. Pewarnaan lain dapat digunakan, seperti Sudan Black untuk lineage
myeloid, Periodic Acid Schiff (PAS) untuk prekursor eritroid dan sel-T, dan
toluidine blue untuk mewarnai granul pada sel mast dan basofil. (Petrova-
Drus,2018)
25
MPO pada myeloblast biasanya pada granular dan region golgi. Blast
et al., 2017)
Oleh karena itu, analisis inhibisi fluoride diperlukan untuk membedakan sumsum
26
blast AML, dimana akan dijumpai granul kecoklatan dinyatakan sebagai Sudan
Black positif yang khas pada blast lini myeloid. (Liesvield, 2016)
27
Adanya zat besi dapat diperiksa dengan pewarnaan Prusia Blue (Reaksi
Perl menghasilkan warna biru-hijau ketika hemosiderin atau feritin dijumpai) dan
evaluasi penyimpanan besi dalam makrofag di partikel sumsum tulang. Selain itu,
yang mengandung satu atau lebih partikel besi. Kehadiran sideroblast abnormal
lineage dari sel blast. Akan tetapi pada penelitian terbaru, flowcytometry
(Petrova-Drus,2018)
Persentase sel blast sangat penting untuk diagnosis, dari darah tepi dan
aspirasi sumsum tulang. Pewarnaan sitokimia dari sumsum tulang untuk blast
2.2.4.1 Myeloblast
Myeloblast memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari sedikit lebih besar
dari limfosit matur hingga sebesar monosit, dengan sitoplasma biru keabuan
hingga biru gelap, nucleus bulat atau oval, dengan kromatin granular dan
28
muda hingga biru gelap yang dapat membentuk pseudopod. Nukleusnya bulat dan
halus. Myeloblast positif kuat untuk NSE (Non Specific Esterase) tapi memiliki
halus yang terlipat dengan kromatin terbuyar, nucleolus kecil ataupun tidak ada,
bergumpal dan berlipat, dan sitoplasma abu dengan granul keunguan. Nukleolus
2.2.4.3 Megakarioblast
29
Gambar 2.2.5 Fenotip Leukemia (Liesveld,2016) Fenotip dan jenis sel pada AML
30
Leukemia Akut
dan genotip yang menjadi karakteristik dari tiap jenis penyakit. (Craig, 2018)
31
eusinofilia,
C) dijumpainya sel atipikal atau sel blast di darah tepi, cairan sumsum tulang
32
2.3.2.1 Flowcytometry
bantuan sinar laser yang akan ditangkap oleh detektor side scatter (SSC) dan
forward scatter (FSC) dan menghasilkan fluoresens yang difilter dan dikumpulkan
lalu lalu dikonversikan menjadi data digital yang bisa dibaca dan disimpan
33
Prinsip alat flowcytometry : melibatkan aliran cairan, sinar dan konversi data digital menggunakan
software
diproduksi oleh satu jenis sel imun, yang merupakan klon dari orangtua tunggal
sel. Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan zat apa
diagnostik adalah: Tes Western blot -untuk mendeteksi protein pada membran,
untuk mendeteksi antigen pada jaringan atau sel, dan pada pemeriksaan
klinis.
34
Antigen leukosit umum (CD45) digunakan untuk gating populasi blast dan
ekspresi dari penanda spesifik garis keturunan lainnya dianalisis pada gating
CD13, CD33, CD117, CD15, monocytic marker (CD64, CD14, CD11b, CD11c,
limfoid T (CD3, CD5, CD7, CD1a, CD2, CD4, CD8) dan Natural killer (CD56).
(Craig, 2018)
35
36
Akut. Antigen dianalisis sesuai dengan neoplasma myeloid yang diduga, pada
monosit dalam AML, dan dalam menentukan fenotip blast pada saat transformasi
leukemia myeloid kronis, MDS, MDS / MPN dan MPN. (Seiter, K 2018)
(Geyer,2018)
a) identifikasi sel dari lini yang berbeda dan penentuan apakah sel tersebut
37
dimana dijumpai penanda terkait limfoid atau penanda terkait myeloid yang
menyimpang telah dilaporkan dalam ALL dan AML dengan frekuensi yang
phenotype telah dilaporkan hingga 48% kasus, dengan antigen limfoid yang
38
antigen CD13 dan / atau CD33 telah dilaporkan sebanyak 35% kasus ALL. Nilai
penelitian lain melaporkan tidak ada perbedaan yang menyimpang dengan fenotip
normal.
39
Pola Immunophenotyping
Pola Immunophenotyping
Prognosis
Aberrant Phenotype
40
METODE PENELITIAN
pada anak dengan leukemia akut. Pada penelitian ini, peneliti berupaya mencari
hubungan dan analisa data antara variabel independen dan dependen di populasi.
dari populasi, yang hanya melibatkan individu dengan karakteristik spesifik. Pada
penyakit.
2019 dengan mengambil sampel dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
41
3.3.1 Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua pasien anak yang
adalah semua pasien yang menjalani prosedur aspirasi sumsum tulang dan
3.3.2 Sampel
menderita leukemia akut yang menjalani prosedur aspirasi sumsum tulang dan
Penelitian ini akan dilakukan pada semua pasien anak dengan leukemia
42
a. Leukemia Akut
c. Pemeriksaan immunophenotyping
Definisi
No Variabel Pengukuran Kategori Skala
Operasional
Penyakit Berdasarkan
43
tidak terkendali
Metode Dilakukan
pemeriksaan pembacaan
1. Akut
sel darah tepi morfologi sedian
Pemeriksaan Leukemia
untuk apus darah tepi oleh
morfologi 2. Myeloprolife
2 menghitung konsultan Nominal
sediaan apus rative
jumlah sel hematologi dan
darah tepi Disease
berinti hingga peneliti
3. Bisitopenia
mencapai 100
sel
Metode
pemeriksaan
Dilakukan
sel darah
pembacaan
Pemeriksaan sumsum tulang
morfologi cairan
morfologi untuk 1. ALL
3 sumsum tulang oleh Nominal
aspirasi menghitung 2. AML
konsultan
sumsum tulang jumlah sel
hematologi dan
berinti hingga
peneliti
mencapai 400
sel
44
CD45,CD34, aberrant
HLA DR, CD
5.T Lineage
117, CD 7, CD
20, CD 13, CD
14 untuk
menentukan
jenis populasi
sel
kelahirannya 5. 15 – 17 thn
45
CD 20
Fenotip marker
CD 7
Fenotip marker
Myeloid : CD
117, CD 13,
CD 14
1. CD 36
2. CD 33
3. HLA DR
4. CD 117
Fenotip yang 5. CD 7
dominan 8. CD 10
9. CD 19
10. CD 20
11. CD 13
12. CD 14
46
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
didapat langsung dari responden. Peneliti juga mengambil data dari rekam medis
pasien. Oleh karena itu rekam medis harus dalam kondisi yang baik.
adalah darah tepi atau cairan aspirat sumsum tulang yang diberikan antikoagulan
tulang, atau jaringan limfoid yang dicincang halus (mis., dari biopsi nodus limfa
Jika spesimen sampai ke laboratorium dalam 24 jam atau kurang, sel-sel dapat
dipertahankan pada suhu kamar. Suspensi sel tidak boleh pada suhu ekstrem (di
yang memadai, meskipun EDTA dapat menghabiskan sel-sel myeloid lebih cepat
daripada heparin.
47
2) Persiapan sampel : Bahan yang digunakan adalah darah perifer atau cairan
aspirat sumsum tulang yang ditambahkan EDTA. Darah atau cairan tersebut
disimpan pada suhu kamar (20-25°C) lalu dilakukan pewarnaan dalam 48 jam.
b) Tabung BD Trucount
d) Vortex
e) Tabung EDTA
3.8.2.2 Analitik
2. Cara Kerja :
48
34 APC
APC
20 APC
gelap.
m) Vortex sebentar
49
Hasil dilaporkan sebagai persentase sel positif per populasi sel blast
c) Jarum dan mandrain dipasang lalu ditusukkan hingga menembus tulang. Jarum
slide kaca.
f) Jarum dicabut, lalu luka ditekan dengan kasa steril selama beberapa menit.
50
Immunophenotyping
untuk mengevaluasi tiga atau empat antigen secara bersamaan. Kontrol kualitas
diharapkan.
51
52
FLOWCYTOMETRY
IMMUNOPHENOTYPING
53
Berikut ini rincian perkiraan biaya yang akan dikeluarkan oleh peneliti selama
melaksanakan penelitian:
1 Proposal X
2 Kumpul Data X X X
3 Analisa Data X X
4 Seminar Hasil X
54
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 20 sampel pasien anak yang menderita akut
leukemia dari bulan April 2019 hingga Agustus 2019 di RSUP H Adam Malik
Medan.
Variabel Jumlah
Usia
< 5 tahun 4 (20%)
5-9 tahun 8 (40%)
10-14 tahun 3 (15%)
15-17 tahun 5 (25%)
Jenis Kelamin
Laki Laki 10 (50%)
Perempuan 10 (50%)
Lymphadenopathy
Dijumpai 6 (40%)
Tidak Dijumpai 14 (60%)
Splenomegaly/Hepatomegaly
Dijumpai 11 (55%)
Tidak Dijumpai 9 (45%)
Anemia (Hb <10g/dL)
Dijumpai 16 (80%)
Tidak Dijumpai 4(20%)
Trombositopenia (Trombosit
< 100.000)
Dijumpai 15 (75%)
Leukositosis (Leukosit
>50.000)
Dijumpai 7 (35%)
Morfologi
ALL 14 (70%)
AML 6 (30%)
anak usia <5 tahun sebanyak 4 orang (20%), usia 5-9 tahun sebanyak 8 orang
55
5 orang (25%). Sebagian besar pasien dalam penelitian ini berusia 5 – 9 tahun
(40%). Seluruh pasien adalah pasien dengan leukemia akut dan untuk
ALL dan sebanyak 6 orang (30%) menderita AML. Anemia dijumpai sebanyak 16
4.2 Hasil Pemeriksaan Profil Hematologi, Morfologi Darah Tepi dan Morfologi
Tabel 4.2 menunjukkan rerata jumlah leukosit pada pasien dengan ALL
didapati 39,16 x 103/µL dan pasien dengan AML dengan rerata 55,86 x 103/µL,
yang berarti di atas rentang normal dari jumlah leukosit. Sedangkan nilai rerata
jumlah trombosit pada pasien dengan ALL didapati 60,78 x 103/µL dan pasien
56
jumlah trombosit dengan p value 0,778. Untuk kadar Hb, pada pasien dengan
ALL didapatkan nilai rerata 7,86g/dL dan 8,31g/dL untuk AML dengan p value
0,699.
p > 0,05
Gambar 4.2
Distribusi pasien berdasarkan jumlah trombosit
p > 0,05
Gambar 4.2
Distribusi pasien berdasarkan kadar Hb
57
Immunophenotyping Jumlah
B-ALL 9 (45%)
T-ALL 4 (20%)
Myeloid Lineage 7 (35%)
20 (100%)
Total
Tabel 4.3 menunjukkan B-ALL sebagai jenis leukemia akut yang paling
sering dijumpai (45%) diikuti oleh AML (35%) dan T-ALL (20%). Gating
Gambar 4.3
Kiri : Populasi sel berdasarkan Forward Scatter dan Side Scatter Kanan : Populasi sel leukosit
ditandai dengan penanda CD 45 dan dikelompokkan menjadi blast (merah), monosit (oranye),
limfosit (hijau), granulosit (ungu). Gating sel blast menunjukkan CD45 dim dengan side scatter
yang rendah.
58
Gambar 4.3
Kiri : Tampak limfoblast pada apusan sumsum tulang
Kanan : Ekspresi CD 7, CD 3 pada blast pasien dengan T Lineage ALL
Gambar 4.3
Ekspresi CD 33, HLA DR dan CD 117 pada blast pasien dengan AML
59
Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan pola aberrant pada pasien
anak dengan Leukemia Akut. Berikut hasil pola aberrant yang dijumpai pada
60
Kemoterapi
berikut :
4.5 Tabel Pola Immunophenotyping dan Respon Terapi Setelah Induksi Kemoterapi
Gambar 4.5 Grafik Pola Immunophenotyping dengan Respon Terapi terhadap Induksi Kemoterapi
61
dijumpai pada pasien dengan B-ALL (55,55%), Partial Remissiom pada pasien
dengan Myeloid Lineage (28,58%) dan Kematian pada pasien dengan T-ALL
(75%).
Kemoterapi :
mengalami kematian sebanyak 37,5% dan AML tanpa aberrant yang mencapai
immunophenotyping :
62
Morfologi Immunophenotyping
ALL AML Total
ALL 13 1 14
AML 0 6 6
Total 13 7 20
63
PEMBAHASAN
adalah persyaratan penting untuk dapat memberikan perawatan yang optimal bagi
Beberapa faktor telah terlibat dalam penyebab AML dan ALL, termasuk
obat. Namun, sebagian besar pasien yang datang tidak memiliki faktor risiko yang
rentang usia 5-9 tahun paling banyak terkena leukemia akut dengan persentase
sebesar 40%, sesuai dengan penelitian oleh Supriyadi E, 2011 dan Boissel
didapatkan pasien anak laki laki dan perempuan dengan persentase yang sama
(50%). Hal ini berbeda dengan penelitian oleh Sharma,2016 , dikatakan anak laki
laki memiliki resiko lebih tinggi terkena penyakit leukemia akut daripada anak
35%. Hal ini menjadi penting dalam menentukan Stratifikasi Resiko pada pasien
64
(leukosit > 50 x 103/µL), usia pasien di atas 10 tahun dan jenis kelamin laki laki
memiliki prognosis yang lebih buruk dari pasien yang tidak memiliki keadaan ini,
atau yang kita kenal dengan sebutan High-Risk. (Bhojwani, D 2009) (Robin, KR
Jenis leukemia akut yang paling banyak dijumpai adalah ALL sebanyak
70%, hasil ini sesuai dengan studi studi sebelumnya oleh Kamps et al 2010, Milne
et al, 2009. Dijumpai anemia sebanyak 80% dan trombositopenia sebanyak 75%.
Hal ini perlu diamati karena telah dikaitkan dengan keadaan bone marrow failure,
yang juga merupakan prognosis buruk dari leukemia akut. (Terwilliger,T 2017).
dibandingkan dengan pasien dengan ALL, dan hal ini dikaitkan dengan prognosis
yang lebih buruk. Studi menunjukkan jika leukositosis tidak ditangani segera
Kadar Hb pada pasien dengan ALL dan AML dijumpai tidak ada beda
dengan p value = 0,699. Begitu juga dengan jumlah trombosit yang tidak jauh
berbeda antara ALL dan AML dengan p value = 0,778. Juga tidak dijumpai
perbedaan yang signifikan antara jumlah blast di aspirat sumsum tulang pasien
dijumpai (45%) diikuti oleh AML (35%) dan T-ALL (20%), sesuai dengan studi
oleh Supriyadi E, 2011, Chiaretti S,2014, Gajendra S,2016 dan Dongen JJM Van,
2018. B-ALL merupakan leukemia akut dengan prognostik paling baik dengan
65
paling tinggi dibandingkan dengan jenis leukemia yang lain. Hal ini
membutuhkan studi lebih lanjut untuk menilai prognostik pasien dengan leukemia
banyak dijumpai pada pasien dengan Myeloid Lineage (28,58%) dan Kematian
pada pasien dengan T-ALL (75%). Hal ini sesuai dengan studi oleh Vaitkeviciene
(50%) dan CD 19 pada Myeloid Lineage (42,8%). Hal ini dijumpai juga pada
studi oleh (Jha, R 2013) , Sharma, M 2016 dan Belurkar, 2013. Jika dikaitkan
B-ALL dan B-ALL tanpa aberrant tidak memiliki perbedaan dengan tingkat
complete remission yang sama (33,33%). Sedangkan untuk pasien dengan AML
dinyatakan sebagai ALL secara morfologis tapi dilabel sebagai AML oleh
dijumpai pada sampel ini. Hal ini memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
66
ditegakkan jika dijumpai sel blast > 50% yang mengekspresikan marker limfoid
CD19 CD20 dan marker myeloid CD33 dan CD 13. (Belurkar, 2013)
67
6.1 KESIMPULAN
1. Tidak ada beda rerata yang signifikan antara Kadar Hb pada pasien dengan
2. Tidak ada beda rerata yang signifikan antara Jumlah Trombosit pada
3. B-ALL adalah jenis leukemia akut yang paling sering dijumpai (45%)
(42,8%).
68
69
American Cancer Society. (2018). Cancer Facts & Figures 2018. Available
at https://www.cancer.org/content/dam/cancer-org/research/cancer-facts-and-
statistics/annual-cancer-facts-and-figures/2018/cancer-facts-and-figures-2018.pdf.
400.
2013;9(1):71–9.
Oncol.21:774-80. PMID:12610173
70
10.4084/MJHID.2014.073.
10.1182/blood-2007-11-120535.
Costa, AF. Menezes, DL. Pinheiro, LHS. Sandes, AF. Nunes, MAP. Lyra
00816-2
71
in young adults and children >10 years of age with acute lymphoblastic leukemia
Cancer. 107:1551-61.PMID:16955505
1393
72
https://doi.org/10.1186/s13039-018-0370-8
8.https://doi.org/10.1155/2018/1292404
2141.2011.08595.x
et al. (2016) ‘Chemical Exposures and Risk of Acute Myeloid Leukemia and
doi: 10.1002/ijc.30420
India.pp.13-15
73
adult and childhood acute lymphoblastic leukemia: A study from Northern India’.
1482.147716
Adjuvant Therapy for Operable Breast Cancer: the National Surgical Adjuvant
204.doi.10.1200/JCO.2003.03.114
Indonesia', Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, vol. 12, no. 12, pp. 3381-
3387.
620.doi:10.1111/bjh.12442
DOI:10.1038/leu.2013.137
74
1362.doi:10.1016/j.humpath.2012.02.004
10.1097/MD.0000000000007499.
75
Pada hari ini, saya dr. Putri Chadijah Tampubolon yang sedang menjalani
Bapak/Ibu tentang penelitian yang akan saya lakukan yaitu tentang ”Pola
Pusat Haji Adam Malik Medan” yang akan saya laksanakan di RSUP Haji Adam
Malik Medan.
dengan peningkatan jumlah sel blast myeloid atau limfoid dimana akan
Saya akan mencatat identitas Bapak/Ibu, nomor rekam medis, nama, umur,
jenis kelamin, frekuensi transfusi darah dan alamat atau data lain yang diperlukan.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil darah atau cairan aspirat sumsum
tulang sebanyak 3 ml, yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya (saya
76
samping bagi Bapak/Ibu sekalian. Namun bila terjadi hal-hal yang berbahaya /
yang dilakukan selama penelitian ini, saya akan bertanggung jawab untuk
keterangan yang saya berikan masih belum jelas atau ada hal-hal yang belum
yang telah terpilih pada penelitian ini dapat mengisi dan menandatangani lembar
HP : 082273397988
Medan, …..................2019
Peneliti
77
Nama : ...........................................................
Umur :....................tahun……………Bulan
Alamat :....................................................................
penelitian yang berjudul ”Pola Immunophenotyping pada Pasien Leukemia Akut Anak
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” dan memahami bahwa subyek
keikutsertaannya, maka dengan ini saya secara sadar dan tanpa paksaan setuju
agar saya ikut serta dalam penelitian ini dan bersedia berperan serta dengan
Medan, …………………….2019
Saksi :
1. …………………………………….
2. …………………………………….
78
RM.2.11/IC.SPenelitian/20...
NRM :
Nama :
Jenis Kelamian :
Tgl. Lahir :
Penerima Informasi :
Nama Subyek :
Jenis Kelamin :
Alamat :
79
80
Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman 1 dan 2 mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh : dr. Putri Chadijah Tampubolon dengan judul : Pola
Immunophenotyping pada Pasien Leukemia Akut Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan. Informasi tersebut sudah saya pahami dengan baik.
Tanggal Tanggal
------------------------------------------- --------------------------------
-
Nama subjek Nama saksi/wali
Tanggal
-------------------------------------------
Peneliti
Ket : Tanda Tangan saksi/wali diperlukan bila subyek tidak bisa baca tulis, penurunan kesadaran, mengalami
gangguan jiwa dan berusia dibawah 18 tahun.
81
DATA PASIEN
No Nama Usia Jenis Hb Leukosit Platelet BMP Immunophenotyping
Kelamin
82
Data Statistik
Leukemia Akut
jenis kelamin pasien
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki Laki 10 50.0 50.0 50.0
Perempuan 10 50.0 50.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
morfologi BMP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ALL 14 70.0 70.0 70.0
AML 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
83
Splenomegaly/Hepatomegaly
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dijumpai 11 55.0 55.0 55.0
Tidak Dijumpai 9 45.0 45.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Lymphadenopathy
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dijumpai 6 30.0 30.0 30.0
Tidak Dijumpai 14 70.0 70.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
ALL
Statistics
jumlah blast di jumlah blast di jumlah leukosit
darah tepi hari 0 bma hari 0 darah tepi jumlah platelet hb
N Valid 14 14 14 14 14
Missing 0 0 0 0 0
Mean 26.6429 52.8036 39167.8571 60785.7143 7.8643
Median 30.0000 49.6250 9140.0000 60500.0000 8.4500
Std. Deviation 22.59887 22.07944 54029.64559 47239.45315 2.34475
Minimum .00 17.00 1600.00 7000.00 3.20
Maximum 60.00 95.00 185020.00 150000.00 10.60
84
Test Statisticsa
jumlah blast di jumlah leukosit
darah tepi hari 0 darah tepi
Mann-Whitney U 35.000 26.000
Wilcoxon W 140.000 131.000
Z -.583 -1.320
Asymp. Sig. (2-tailed) .560 .187
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .602b .207b
a. Grouping Variable: morfologi BMP
b. Not corrected for ties.
85
AML
Statistics
jumlah blast di jumlah blast di jumlah leukosit
darah tepi hari 0 bma hari 0 darah tepi jumlah platelet hb
N Valid 6 6 6 6 6
Missing 0 0 0 0 0
Mean 32.8333 61.9167 55863.3333 54333.3333 8.3167
Median 38.0000 66.5000 31615.0000 44000.0000 8.4500
Std. Deviation 21.21713 21.62502 55056.12397 44978.51339 2.31812
Minimum .00 29.50 8180.00 11000.00 4.50
Maximum 56.00 90.00 143510.00 115000.00 11.60
86
immunophenotyping
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid B Lym 9 45.0 45.0 45.0
T Lym 4 20.0 20.0 65.0
Myl 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
87
Concordance Test
Symmetric Measures
Asymptotic Approximate
Value Standard Errora Approximate Tb Significance
Measure of Agreement Kappa .886 .110 3.990 .000
N of Valid Cases 20
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
88
Status : Menikah
Riwayat Pendidikan :
89