Kode MK : PK-2016.015
Presentan: Fachitah M A
Pembimbing: M.I.Diah Pramudianti, dr., MSc, Sp.PK-K
Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
2020 1
VISI PROGRAM STUDI
2
MISI PROGRAM STUDI
3. Menyelenggarakan berbagai kegiatan pengabdian masyarakat dari hasil Riset terapan untuk
berkontribusi membantu masalah di masyarakat
3 Jurnal Case Report Adverse effects of proton pump 10 Januari 2020 7 Februari 2020
inhibitors on platelet count: a case
report and review of the literature
4 Kasus bangsal Seorang wanita 33 tahun dengan 3 Februari 2020 15 April 2020
autoimmune hemolityc anemia dengan
latent autoimmune dibetes in adults
4
Learning objectives
• Menjelaskan tentang autoimmune hemolytic anemia
• Menjelaskan tentang latent autoimmune diabetes in adult
• Menjelaskan hubungan autoimmune hemolytic anemia dengan latent
autoimmune diabetes in adult
5
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. S
• Tanggal Lahir : 5 Mei 1986
• Umur : 33 tahun
• Alamat : Jebres, Jawa Tengah
• No. Rekam Medik : 01341XXX
• Datang ke Rumah Sakit : 16 Januari 2020
6
ANAMNESIS
Keluhan utama: sesak sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
RPS: sesak sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak dirasakan hilang timbul, tidak
membaik dengan pemberian oksigen 3 liter per menit di rumah. Saat sesak pasien lebih
nyaman duduk. Pasien lebih nyaman tidur dengan bantal tinggi. Lemas (+), mual &
muntah disangkal, BAK seperti teh
RPD: Pasien rutin kontrol poli penyakit dalam dengan autoimmune hemolytic anemia
(AIHA) yang diketahui sejak 2016 dan memiliki riwayat diabetes melitus (DM) sejak
tahun 2017 dan rutin memakai insulin
7
ANAMNESIS
• Riwayat Penyakit Keluarga:
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat penyakit jantug : disangkal
• Riwayat penyakit ginjal : disangkal
• Riwayat penyakit liver : disangkal
8
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum Kesadaran Tanda vital
• Tampak sakit • Comps mentis • Tekanan darah
sedang • (GCS): E4M5V6 (TD): 90/40
mmHg
• Respiratory rate
(RR): 20 x/menit
• Nadi: 120 x/menit
• Suhu (T): 36,3 oC
BB: 60 kg, TB: 160 cm, IMT: 23.4 (berat badan berlebih) 9
Cor: Mata : CA +/+, SI -/-, RC +/+
I. IC tak tampak Mulut :T.A.K , hidung : T.A.K
P. IC teraba tidak kuat angkat
P. Batas jantung kesan tidak melebar Distensi vena
A. BJ I-II normal, regular, bising (-), jugular (-), KGB
tak membesar
Paru:
I. : Bentuk normochest
Pengembangan dada kanan=dada kiri,
P: Fremikus kanan=kiri
P: sonor/sonor
A : SDV +/+
10
Pemeriksaan Penunjang
11
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi rutin
Hemoglobin (Hb) 3.8 g/dl 12.0 – 15.6
Hematokrit 13 % 33 – 45
Leukosit 10.3 ribu/ul 4.5 – 11.0
Trombosit 484 ribu/ul 150 – 450
Eritrosit 0.94 juta/ul 4.10 - 5.10
Index eritrosit
MCV 133.0 /um 80.0 – 96.0
MCH 40.7 pg 28.0 – 33.0
MCHC 30.6 g/dl 33.0 – 36.0
RDW 17.4 % 11.6 – 14.6
MPV 7.3 fl 7.2 – 11.1
PDW 15 % 25 – 65
Hitung jenis
Eosinofil 1.20 % 0.00 – 4.00
Basofil 0.40 % 0.00 – 2.00
Netrofil 64.00 % 55.00 – 80.00
Limfosit 26.90 % 22.00 – 44.00
Monosit 7.50 % 0.00 – 7.00
Golongan darah B
Kimia klinik
Glukosa darah sewaktu 527 mg/dl 60 – 140
SGOT 17 u/l <31
SGPT 14 u/l <34
Bilirubin total 7.15 mg/dl 0.00 – 1.00
Creatinine 0.6 mg/dl 0.6 – 1.1
Ureum 56 mg/dl <50
Elektrolit
Natrium darah 130 mmol/L 136 – 145
Kalium darah 4.1 mmol/L 3.3 – 5.1
Calsium ion 1.13 mmol/L 1.17 -1.29
12
RESUME Anamnesa: Wanita, 33 tahun dengan sesak, lemah, BAK seperti teh, riwayat AIHA
KASUS sejak 2016 dan riwayat DM sejak 2017
Terapi: rawat inap, O2 nasal kanul 3 lpm, diet lunak 1700 kal, IVFD RL 20 tpm,
insulin, sandimun, injeksi metil prednisolon,transfusi PRC
13
Pemeriksaan Lanjutan
14
Pemeriksaan 16/1 17/1 18/1 20/1 Satuan Rujukan
Hematologi
rutin
Hemoglobin 3.8 4.0 4.4 5.2 g/dl 12.0 – 15.6
Hematokrit 14 12 13 16 % 33 – 45
Leukosit 9,6 18.3 16.7 14.9 ribu/ul 4.5 – 11.0
Trombosit 399 489 491 515 ribu/ul 150 – 450
Eritrosit 1.12 1.10 1.23 1.62 juta/ul 4.10 - 5.10
Index eritrosit
MCV 120.5 /um 80.0 – 96.0
MCH 34.4 pg 28.0 – 33.0
MCHC 28.6 g/dl 33.0 – 36.0
RDW 19.7 % 11.6 – 14.6
HDW 5.0 g/dl 2.2 – 3.2
MPV 7.4 fl 7.2 – 11.1
PDW 50 % 25 – 65
Hitung jenis
Eosinofil 1.20 % 0.00 – 4.00
Basofil 0.10 % 0.00 – 2.00
Netrofil 67.90 % 55.00 – 80.00
Limfosit 21.90 % 22.00 – 44.00
Monosit 7.10 % 0.00 – 7.00
LUC/AMC 1.80 %
15
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Sekresi
Makroskopis
Warna Yellow
Kejernihan Clear
Kimia urin
Berat jenis 1.013 1.015 – 1.025
pH 5.5 4.5 – 8.0
Leukosit Negatif /ul Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein Negatif mg/dl Negatif
Glukosa ++++/ Positif 4 mg/dl Normal
Keton Negatif mg/dl Negatif
Urobilinogen Normal mg/dl Normal
Bilirubin Negatif mg/dl Negatif
Eritrosit Negatif mg/dl Negatif
Mikroskopik
Eritrosit 2.4 /u 0 – 8.7
Leukosit 1.3 /LPB 0 – 12
Epitel
Epitel squamosa 1–2 /LPB Negatif
Epitel transisional 0–1 /LPB Negatif
Epitel bulat - /LPB Negatif
Silinder
Hyaline 0 /LPK 0–3
Granulated 0 /LPK Negatif
Lekosit - /LPK Negatif
Kristal 0.0 /ul 0.0 – 0.0
Yeast like cell 0.0 0.0 – 0.0
Mukus 0.00 0.00 – 0.00
Sperma 0.0 0.0 – 0.0
Konduktivitas 8.7 3.0 – 32.0
16
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Kimia kinik
HbA1c 5.3 % 4.8-5.9
Glukosa Darah Puasa 388 mg/dl 70-110
Glukosa 2 jam PP 340 mg/dl 80-140
Asam urat 10.5 mg/dl 2.4-6.1
Cholesterol Total 145 mg/dl 50-200
Cholesterol LDL 78 mg/dl 70-156
Cholesterol HDL 25 mg/dl 36-77
Trigliserida 376 mg/dl <150
17
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Kimia Kinik
Analisa Gas Darah
PH 7.220 7.350 – 7.450
BE -22.8 mmol/l -2 - +3
PCO2 12.5 mmHg 27.0 – 41.0
PO2 145.4 mmHg 83.0 – 108.0
Hematokrit 36 % 37 – 50
HCO3 5.1 mmol/l 21.0 – 28.0
Total CO2 5.5 mmol/l 19,0 – 24.0
O2 Saturasi 98.3 % 94.0 – 98.0
Laktat
Arteri 2.40 mmol/l 0.36 – 0.
18
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Rujukan
C-peptide < 0.1 0.9 – 7.1 ng/ml
Glutamicacid decarboxylase > 250 <5 IU/ml
autoantibody
19
Gambaran Darah Tepi
Eritrosit Normokrom, normosit, anisopoikilositosis, makrosit,
sel target, tear drop sel, schistosit, polikromasi,
sferosit, eritroblas (+)
Saran -
20
Gambaran Darah Tepi dengan pewarnaan Wright dan
Giemsa, pembesaran 100x
21
Wanita, 33 tahun dengan keluhan sesak sejak 4 hari
SMRS, hilang timbul, lemas, tidak dapat beraktifitas,
BAK seperti air teh (keruh kecoklatan). Pasien rutin Kerangka pemikiran
kontrol poli penyakit dalam dengan AIHA yang
diketahui sejak 2016. Pasien memiliki riwayat DM sejak
tahun 2017 dan rutin memakai insulin.
23
Autoimmune hemolytic anemia (AIHA)
24
Warm autoantibodies (70-80%)
Klasifikasi Idiopatik
Sekunder :
Keganasan, limfoma, leukemia limfositik kronis, kista dermoid ovarium, sarcoma kaposi
Kelainan autoimun: SLE, artritis reumatoid, kolitis ulseratif
Infeksi hepatitis C
Imunodefisiensi: HIV
Setelah transplantasi
Cold autoantibodies (10-15%)
Idiopatik
Sekunder:
Keganasan: limfoma, leukemia limfositik kronik, ,igM gamopati
Waldenstrom makroglobulinemia
Infeksi atipikal atau infeksi Mycoplasma pneumoniae, infeksi mononukleosis
Setelah transplantasi
Paroxysmal cold haemoglobinuria (1-2%)
Idiopatik
Sekunder: infeksi virus, sifilis
Combined warm and cold autoantibodies (mixed type)
Idiopatik
Sekunder: SLE, limfoma
Drug-induced AIHA
25
Warm antibody AIHA
• Reaksi antigen antibodi yang berlangsung optimal pada suhu tubuh
37°C
• Destruksi sel darah merah terjadi secara ekstravaskular oleh sistem
retikuloendotelial (RES)
• Manifestasi klinis berupa gejala anemia dengan rasa lelah, jantung
berdebar dan sesak saat beraktivitas. Onset penyakit dapat terjadi
secara mendadak dengan demam, nyeri abdomen atau punggung.
• Klinis ikterik terjadi pada 40% pasien, splenomegali 50-60%,
hepatomegali 30% dan limfadenopati terjadi pada 25% pasien
26
• Laboratorium: hemoglobin <7 gr/dl, retikulositosis, pada akut
leukositosis dengan netrofilia, urin berwarna gelap atau coklat tua
• Pemeriksaan gambaran darah tepi: anemia bersifat normokrom
normositer, polikromasia yang mencerminkan retikulositosis, sferosit
dan eritroblast
• Pemeriksaan direct Coombs test: positif
27
Cold antibody AIHA
• Reaksi antigen antibodi berlangsung optimal pada suhu tubuh di
bawah 32ºC, umumnya disebabkan oleh autoantibodi IgM
• Berlangsung kronik dan hemolisis intravaskular terjadi sewaktu-waktu
pada cuaca dingin
• Manifestasi klinis pada usia tua, akrosianosis terjadi pada cuaca dingin
• Anemia ringan (Hb 9-12 g/dl) dan splenomegali.
28
Paroxysmal cold hemoglobinuria
29
Drug-Induced Immune
Hemolytic Anemia
• Obat-obatan dapat menyebabkan AIHA melalui tga mekanisme,
antara lain:
1. Antibodi yang ditujukan terhadap kompleks obat-membran eritrosit
(misalnya, penisilin, ampisili). Kondisi tersebut hanya terjadi dengan
dosis antibiotik yang sangat besar.
2. Deposisi komplemen melalui kompleks obat-protein (antigen)-
antibodi pada permukaan eritrosit (misalnya, kuinidin, rifampisin).
3. Anemia autoimun hemolitik sejati; pada keadaan ini peran obat
belum jelas misalnya, metildopa
30
31
Karakteristik immunoglobulin (Nay dan
Richards, 2017)
IgG IgM IgA
Berat molekul (dalton) 146000 970000 160000
Sedimentasi 7 19 7
Jumlah subkelas rantai –berat 4 1 2
Melewati plasenta Iya Tidak Tidak
Aktivasi komplemen Iya Iya Tidak
Penarikan monosit/ makrofag Iya Tidak Tidak
Jumlah ikatan antibodi 2 5 atau 10 2
Tipe AIHA Hangat, PCH Dingin Hangat
32
Pembahasan
Kasus
33
Latent autoimmune diabetes in adults (LADA)
Proses autoimun tampaknya lebih ringan dan perkembangan kegagalan sel beta
lebih lambat;
Diabetes adalah penyakit yang paling cepat tumbuh dan merupakan ancaman
bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia.
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030
36
Klasifikasi
• Diabetes tipe 1
• Diabetes tipe 2
• Gestational diabetes mellitus (GDM) : diagnosis diabetes pada
trimester kedua atau ketiga kehamilan yang tanpa riwayat diabetes
sebelum kehamilan.
• Jenis diabetes spesifik karena penyebab lain, misalnya, sindrom
diabetes monogenik (seperti diabetes neonatal), penyakit pada
pankreas (seperti fibrosis kistik dan pankreatitis), dan obat-atau
diabetes yang diinduksi bahan kimia (seperti penggunaan
glukokortikoid, dalam pengobatan HIV/AIDS)
37
Patofisiologi DM
38
Manifestasi Klinis
• Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa
sebab.
• Kriteria diagnostik DM
Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1
mmol/L).
Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).
Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L).
Kadar HbA1c lebih dari 6.5%
39
HbA1c
• Mengukur jumlah glukosa yang melekat pada hemoglobin (Hb) dalam
sel darah merah. Semakin tinggi kadar glukosa, semakin tinggi A1C
• Merupakan komponen utama dan terbanyak dari hemoglobin glikat
menggambarkan kadar glukosa selama masa 2-3 bulan sebelumnya
sesuai masa paruh eritrosit
• Evaluasi gula darah HbA1c : baik : < 6,5 mg/dl, sedang : 6,5 – 7,0
mg/dl, buruk : > 7,0 mg/dl
40
C-peptide
• Bagian dari proinsulin sel beta pankreas yang diproduksi dalam
jumlah yang sama dengan insulin endogen.
• C-peptida adalah polipeptida asam amino 31 pendek yang
menghubungkan rantai-A insulin ke rantai-B dalam molekul proinsulin.
• Kegunaan pemeriksaan C-Peptida : membantu dalam klasifikasi DM.
pasien DM tipe 2 biasanya memiliki konsentrasi C-peptida dan insulin
yang normal atau meningkat dan tidak memiliki autoantibodi
terhadap sel beta
• Nilai rujukan (0,91 – 7,1 ng/mL)
41
Glutamic acid decarboxylase
antibody (GADA)
• Enzim yang mengkatalisis dekarboksilasi glutamat menjadi gamma-
aminobutyric acid (GABA), suatu neurotransmitter di otak; dan CO2.
• GADA65 merupakan antibodi pulau pankreas dan merupakan penanda
paling sensitif untuk diabetes autoimun pada orang dewasa
• Nilai rujukan GADA ≤ 0.002 nmol/L
42
LADA DM Tipe 1 DM Tipe 2
43
LADA DM Tipe 1 DM Tipe 2
Kebutuhan insuin > 6 bulan setelah diagnosis Pada saat diagnosis Tidak ada atau beberapa
bulan setelah diagnosis
BMI Normal Normal Overweight
45
Hiperglikemia → autooksidasi glukosa, glikasi protein, dan aktivasi jalur metabolisme poliol
→ mempercepat pembentukan senyawa oksigen reaktif → meningkatkan modifikasi lipid,
DNA dan protein pada berbagai jaringan → ketidakseimbangan antara antioksidan protektif
(pertahanan antioksidan) dan peningkatan produksis radikal bebas → stres oksidatif.
Komplikasi yang sering muncul: komplikasi metabolik akut termasuk diabetic ketoacidosis,
koma hiperosmolar nonketonik dan hipoglikemia. Dan komplikasi sistemik seperti
aterosklerosis, diabetes mikroangiopati, nefropati, retinopati serta infeksi
46
Pembahasan Kasus
47
• Didiagnosa sebagai DM tipe 2 sejak dua tahun yang lalu, terapi insulin karena
setelah beberapa bulan diterapi obat diabetik oral, kadar gula darah pasien tetap
tinggi
• Hiperglikemia (gds 527 mg/dl) terjadi akibat produksi insulin pasien rendah yang
dilihat dari kadar c-peptide <0.1 ng/ml (nilai rujukan 0.9-7.1 ng/ml) dan glutamic
acid decarboxylase autoantibody sebesar >250 IU/ml (niai rujukan <55 IU/ml)
• Peningkatan ureum serum yaitu 56 mg/dl, asam urat 10.5 mg/dl, penurunan
kolesterol HDL yaitu 25 mg/dl (nilai rujukan 36-77 mg/dl), trigliserid 376 mg/dl
akibat tingginya kadar gula dalam darah oleh defisiensi insulin.
48
Hiperglikemia juga menyebabkan asidosis dan
peningkatan kadar laktat arteri yang terlihat pada
hasil analisa gas darah pasien.
49
Terima Kasih
50