Oleh:
Pembimbing :
dr. Akhyar Hamonangan Nasution, Sp. An, KAKV
dr. Asmin Lubis, DAF, Sp. An, KAP, KMN
BB : Berat Badan
BVM : Bag Valve Mask
CMRO2 : Cerebral Metabolic Rate Oxygen
CSF : Cerebro Spinal Fluid
EKG : Elektrokardiogram
FJ : Frekuensi Denyut Jantung
G : Gauge
GABA : Gamma Amino Butyric Acid
i.m : intra muscular
i.v : intra vena
Kg : kilogram
KgBB : Kilogram Berat Badan
L : Liter
MAO : Mono aminoksidase
Mg : miligram
mg : milligram
ml : milliliter
mmHg : millimeter air raksa
NaCl : Natrium Chlorida
NMDA : N-Methyl-D-Aspartate
PAS : Post Anesthetic Shivering
PONV : Post Operastive Nausea and Vomitting
PS ASA : Physical Status American Society of Anesthesiologist
PSH : Post Spinal Headache
TDD : Tekanan Darah Diastolik
TDS : Tekanan Darah Sistolik
Th : Thorakal
Method: This study is conducted using double blind randomized controlled trial in
Haji Adam Malik Hospital, Sumatera Utara University Hospital, and Tk.II Putri
Hijau Medan Hospital, from february to march 2019, with 30 patient as sample for
each group for being given Tramadol 0.5 mg/BW/IV and Ketamine 0.25
mg/BW/IV.
Result : From 60 patients of this study, acknowledge that more male patient is being
subjectin group B as 23 patients (76.7%) and more female for group A as 14 patients
(46,7%). This study has compared the length of surgery between two groups as
group A with the longest duration about 104.07±54.93 minutes. Besides that,
shivering after ketamine 0.25 mg/BW after spinal anesthesia is higher with
shivering grade 1 (33.30%) than grade 2 (23.3%), as tramadol 0.5mg/BW has more
with no shivering or grade 0 than shivering. The shivering proportion difference
between group A (Ketamine 0.25mg/BW/IV) and group B (tramadol 0.5
mg/BW/IV) is not statistically accepted as p (0.942)>0.05.
Conclusion : The incidence of shivering in the Ketamine group was 0.25 mg/
KgBW was 56.7% and in the tramadol group of 0.5 mg / KgBW was 56.7%. There
is no difference of shivering proportion between group A (Ketamine 0.25
mg/BW/IV) and group B (Tramadol 0.5 mg/BW/IV) after spinal anesthesia.
1.3 Hipotesa
Ketamin 0,25 mg/KgBB/ IV lebih baik dalam mencegah menggigil pasca
anestesi spinal dibandingkan tramadol 0,5 mg/KgBB/IV.
2.1 Ketamin
2.1.1 Struktur Kimia
Ketamin adalah suatu arylcyclohexylamine yang merupakan derifat
phencyclidine. Ketamin dapat menimbulkan anestesia dissosiatif yang ditandai
dengankatatonia, analgesia, amnesia analgesia. Obat ini terbukti aman digunakan
dalam praktek anesthesia (Adnyana, 2008).
H
.HC H CH
CH N
CH
2.2.1 Farmakokinetik
Tramadol dapat diberikan secara oral, rektal, intramuskuler atau intravena.11
Pada pemberian secara oral tramadol dengan cepat diabsorbsi, dan jika diberikan
secara dosis tunggal mempunyai biovailabilitas 68% dan 90% - 100% jika diberikan
secara multiple dosis. Tramadol akan mulai nampak dalam plasma setelah 15 – 45
menit dan mencapai kadar puncak setelah 2 – 4 jam. Sebanyak 20% tramadol akan
Vasoconstriction Sweatin
Nonshivering
thermogenesis Vasodilation
Normal
Shivering
33 35 37 39 41
Gambar 2.4. Ambang termoregulator pada manusia normal (tidak teranestesi)
(Alfonsi, 2003).
Pemberian obat anestesi lokal yang dingin seperti es, akan meningkatkan
kejadian menggigil dibandingkan bila obat dihangatkan sebelumnya pada suhu
300C, tetapi penghangatan ini tidak berlaku pada pasien yang tidak hamil karena
tidak ada perbedaan jika diberikan dalam keadaan dingin atau hangat. Menggigil
selama anestesi regional anestesi dapat dicegah dengan mempertahankan suhu
ruangan yang optimal, pemberian selimut dan lampu penghangat atau dengan
pemberian obat yang efektifitasnya sama untuk mengatasi menggigil paska anestesi
umum (Alfonsi, 2003).
Vasoconstriction
Nonshivering Sweatin
Anaesthesia thermogenesis
Vasodilation
Shivering
33 35 37 39 41
Obat Anestesi
Suhu Spinal
Lingkungan
Infus
Vasodilatasi
Inhibisi
reuptake 5
HT, Pusat pengaturan Redistribusi panas
Blok suhu tubuh, tubuh dari inti ke
norephine
sentral Hipotalamus perifer
prine,
mengaktivas
i reseptor
µ opioid
Ketamin
Tramadol
Core temperature
Blok
NMDA
Oxygen Consumption
Menggigil
Rate
Ketamin
Menggigil
Tramadol
= Variabel bebas
= Variabel terikat
1 2
(𝑍𝑍𝑍𝑍�2𝑃𝑃𝑃𝑃 + 𝑍𝑍𝑍𝑍 �𝑃𝑃1 𝑄𝑄1 + 𝑃𝑃2 𝑄𝑄2 )2
𝑛𝑛 = 𝑛𝑛 =
(𝑃𝑃1 − 𝑃𝑃2 )2
• n1 = jumlah subyek yang diberikan ketamin
• n2 = jumlah subjek yang diberikan tramadol
• α = kesalahan tipe 1, ditetapkan sebesar 5%
• β = kesalahan tipe 2, ditetapkan sebesar 20%
• P2 = proporsi menggigil pada obat tramadol berdasarkan kepustakaan
adalah sebesar 16 %
• Q2 = 1 – P2 = 1 – 16% = 84%
Untuk mengantisipasi drop out ditambah 10% dari jumlah sampel yang dibutuhkan.
Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan menjadi 29 sampel per grup
Tramadol Definisi : Obat intervensi yang diberikan kepada sampel sebagai obat
perlakuan yang dibandingkan dengan obat perlakuan lainnya
Jenis : Intravena
Merk : Tramadol HCL
Alat Ukur : Dosis
Cara Ukur : Perhitungan dosis
Hasil Ukur : -
Data Ukur : Numerik
Menggigil Definisi : Kontraksi otot tonik dan klonik secara teratur dan bersifat
involunter yang dinilai setelah obat anestesi spinal dimasukkan
Alat Ukur : Mahajaan Score
Cara Ukur : Observasi
Hasil Ukur : Skala
Data Ukur : Skala
Lama Operasi Definisi : Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk operasi yang dijalankan
pada penelitian ini (<120 Menit)
Alat ukur : Jam dan Stop Watch
Cara Ukur : Observasi
Data Ukur : Numerik
Hasil Ukur : Numerik
Sampel Penelitian
Spinal Anestesi
Menggigil
HASIL
4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik Sampel
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu di Rumah Sakit Haji Adam
Malik Medan, Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, dan Rumah Sakit Tk-II
Putri Hijau Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas
pemberian Tramadol 0.5 mg/kgBB/IV dan Ketamin 0.25 mg/kgBB/IV sebagai
pencegahan menggigil pasca anestesi spinal.
Tabel 4.1 Karakteristik sampel
Observasi
Karakteristik Kelompok Kelompok Jumlah Nilai p
ketamin tramadol
n 16 23 39
Laki-laki
Jenis % 53.3% 76.7% 65.0%
0.104
Kelamin n 14 7 21
Perempuan
% 46.7% 23.3% 35.0%
n 1 4 5
Bedah
% 3.3% 13.3% 8.3%
n 3 4 7
Digestif
% 10.0% 13.3% 11.7%
n 6 2 8
Kasus Obgin 0.235
% 20.0% 6.7% 13.3%
n 11 7 18
Ortopedi
% 36.7% 23.3% 30.0%
n 9 13 22
Urologi
% 30.0% 43.3% 36.7%
n 14 15 29
I
% 46.7% 50.0% 48.3%
ASA 1.000
n 16 15 31
II
% 53.3% 50.0% 51.7%
n 30 30 60
Jumlah
% 100.0% 100.0% 100.0%
Sampel yang diperoleh pada penelitian ini berjumlah 60 sampel yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi, dengan 30 sampel kelompok perlakuan
Ketamin 0,25 mg/kgBB/intravena dan 30 sampel kelompok perlakuan tramadol 0,5
47,20 47,27
47,00
46,80
46,60 46,43
46,40
46,20
46,00
PASIEN A PASIEN B
Gambar 4.1 Gambaran rerata usia pada kelompok ketamin dan kelompok
tramadol
Berdasarkan gambar tersebut didapatkan bahwa kelompok pasien
tramadol memiliki rerata usia lebih tinggi dibandingkan kelompok ketamin.
Tabel 4.3 Gambaran karakteristik rerata tekanan arteri Kelompok ketamin
dan tramadol
Monit Mulai Operasi Intra Operasi Akhir Operasi
oring (Mean) (Mean) (Mean)
Kelo Kelo P Kelo Kelo P Kelo Kelo P
mpok mpok Value mpok mpok Value mpok mpok Value
Keta Trama Keta Trama Keta Trama
min dol min dol min dol
MAP 89,89 94,1 0,092 82,68 87,2 0,139 84,17 91,4 0,287
HR 79,24 80,0 0,504 79,93 76,5 0,371 76,14 74,8 0,089
RR 18,1 18,0 0,591 17,76 18 0,528 18,14 18 0,538
Suhu 35,54 36,7 0,339 35,51 36,7 0,061 35,59 36,6 0,077
Dari tabel 4.3 dapat dilihat perbandingan hemodinamik saat mulai operasi,
selama operasi dan akhir operasi yaitu rata – rata Mean Arterial Pressure (MAP),
Frekuensi jantung, frekuensi nafas, dan suhu tubuh. Yang secara statistik dijumpai
tidak ada perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok (p> 0,05).
Observasi
Menggigil Kelompok Kelompok Jumlah Nilai p
ketamin tramadol
N 13 13 26
0
% 43.3 43.3 43.3
N 10 9 19
1 0.942
% 33.3 30.0 31.7
N 7 8 15
2
% 23.3 26.7 25.0
Tabel 4.5 Perbedaan rerata suhu sampel saat menggigil di antara 2 kelompok
Kelompok Kelompok P Value
ketamin tramadol
35,83 35,71 0,313
Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan rerata suhu sampel saat
menggigil pada kedua kelompok didapatkan perbedaan yang tidak bermakna
dengan nilai p > 0,05.
4.1.3 Perbandingan onset kejadian menggigil pada kelompok ketamin dan
kelompok tramadol
Perbandingan kejadian menggigil setelah pemberian tramadol
0.5mg/kgBB dan ketamin 0.25 mg/kgBB pasca anestesi spinal ditampilkan pada
Table 4.6
4.1.4 Tabel 4.6. Perbandingan onset kejadian menggigil pada kelompok ketamin
dan kelompok tramadol
Kelompok Mean SD Nilai p
Kelompok ketamin 26.44 19.708
Kelompok 0.839
25.33 13.425
tramadol
* Uji Mann Whitney
6.1 Kesimpulan
1. Kejadian menggigil pada kelompok ketamin 0,25 mg/KgBB pasca anestesi
spinal terjadi pada 56,7% sampel
2. Kejadian menggigil pada kelompok tramadol 0,5mg/KgBB pasca anestesi
spinal terjadi pada 56,7% sampel
3. Kejadian menggigil pada kelompok ketamin 0,25 mg/kgBB pasca anestesi
spinal lebih tinggi terjadi pada menggigil derajat 1
4. Kejadian menggigil pada kelompok tramadol 0.5mg/kgBB pasca anestesi
spinal lebih tinggi terjadi pada menggigil derajat 1
5. Tidak didapati perbedaan proporsi menggigil antara kelompok ketamin 0,25
mg/kgBB/intravena dan kelompok tramadol 0,5 mg/kgBB intravena dengan
nilai p (0.942) >0.05.
6. Pada penelitian ini pemberian ketamin 0,25 mg/KgBB dan tramadol 0,5
mg/KgBB tidak cukup efektif dalam mencegah kejadian menggigil pasca
anestesi spinal.
6.2 Saran
1. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang
lebih besar
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan teori dalam menilai efek
ketamin dan tramadol sebagai anti menggigil.
3. Penelitian ini diharapkan menjadi alternatif terapi pada pelayanan terhadap
pasien yang menjalani operasi dengan anestesi spinal.
4. Diharapkan dilakukan penelitian dengan menggunakan pembanding
kelompok kontrol atau plasebo.
5. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada subjek penelitian yang
menjalani operasi yang sama dan dapat menggunakan dosis yang lebih
tinggi.
Birnbach, David J., Browne, Inggrid M. 2009. Anesthesia for Obstetrics dalam :
Miller, Ronald D. Miller Anesthesia 7th edition. USA : Churchill Livingstone.
Chan AMH, Ng KFJ, Tong EWN, Jan GSK. Control of shivering under regional
anesthesia in obstetric patiens with tramadol. Can J Anesth 1999/46/253 – 8.
Dgimar, A. A.; Patel, M.G.; Swadia, V.N., 2007. Tramadol for control shivering
(comparison with petidine). Indian J. Anaesth. 51(1) : 28-31.
Hussain, T., Afridi, K. and Mir, A. (2017) ‘Ondansetron versus Ketamine to control
intra-op and post-op shivering caused by subarachnoid block: a comparative
phase study’, Medicine Science | International Medical Journal, p. 1. doi:
10.5455/medscience.2017.06.8658.
Stoelting, R.K.; Hillier, S.C., 2006. Alpha and beta adrenergic receptor antagonists.
In : Stoelting, R.K. Pharmacology and physiology in anesthetic practice. 4th
ed. Philadelphia : JB Lippincott Company. P: 321-37.
Riwayat Pendidikan
1994- 2000 : SD Harapan 2 Medan
2000 - 2004 : SLTP Harapan 2 Medan
2004 - 2006 : SMU Negeri 1 Medan
2006 -2011 : Kedokteran Umum FK USU
2014 - Sekarang : PPDS Anestesiologi & Terapi Intensif FKUSU
Riwayat Pekerjaan
2012-2013 : Dokter Internship RS Bhayangkara Medan
2013–2014 : Dokter Umum RS Tanjung Selamat PTPN2 Langkat
(dr. _____________)
Nama : ...........................................................................
Umur : ……………. tahun
Alamat : ...........................................................................
Pekerjaan : ...........................................................................
Pendidikan : ...........................................................................
Hubungan keluarga : ...........................................................................
Nama Pasien : ...........................................................................
Umur Pasien : ……………. tahun
No. Rekam Medis : ............................................................................
Dan mengetahui serta memahami bahwa subjek dalam penelitian ini sewaktu-
waktu dapat mengundurkan diri dalam keikutsertaannya, dengan ini menyatakan
ikut serta dalam penelitian dan bersedia berperan serta dengan mematuhi semua
ketentuan yang berlaku dan telah saya sepakati dalam penjelasan mengenai
penelitian tersebut di atas.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, agar dapat dipergunakan bila diperlukan.
(dr._____________) (____________________)
Saksi,
(_____________________)
DATA DASAR
Nama : ...........................................................................
No. Rekam Medis : ............................................................................
Umur : ……………. tahun
Jenis Kelamin : Pria / Wanita
Suku Bangsa : ...........................................................................
Diagnosis Masuk RS : ............................................................................
Modified Crossley and Mahajan Scale dalam skala 0-4 yaitu (Paul & Paul, 2017):
DATA PENILAIAN
ANGGARAN PENELITIAN