SKRIPSI
OLEH :
RACHEL SINTYA TAMARA SIMANJUNTAK
NIM 161501177
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH :
RACHEL SINTYA TAMARA SIMANJUNTAK
NIM 161501177
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
OLEH :
RACHEL SINTYA TAMARA SIMANJUNTAK
NIM 161501177
Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.
NIP : 197802152008122001 NIP : 195301011983031004
Dra. Singgar Ni Rudang, M.Si., Apt. Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt.
NIP : 196203151991012001 NIP : 1997803142005011002
Medan, 2022
Diketahui Oleh,
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi
iii
KATA PENGANTAR
Puji Dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Medan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
jangka panjang dengan banyak komplikasi yang mengancam, bila tidak dideteksi
dini dan diterapi dengan tepat, dapat menyebabkan komplikasi dan kematian.
Terapi farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang dalam kerjanya dapat
(ARB), beta – blocker, calcium chanel blocker, direct rennin inhibitor, diuretic,
vasodilator.
Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing satu dan
Ibu Dra. Singgar Ni Rudang, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing dua yang
telah membimbing dengan kasih dan penuh kesabaran selama penulis melakukan
penelitian sampai dengan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga berterima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. dan Bapak Hari Ronaldo Tanjung,
S.Si., M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberi masukan, kritik dan
saran yang sangat membantu dalam menyempurnakan skripsi ini. Demikian juga
Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
iv
memberikan fasilitas selama perkuliahan dan seluruh dosen serta staff pengajar
Fakultas Farmasi atas segala ilmu yang telah diajarkan kepada penulis.
terkasih, Ibu Ellyna Maranatha Siregar dan Ayah Tardas Simanjuntak serta
Putra, Pomparan Opung Johanes yang sudah memberikan doa, motivasi, nasehat
dan dukungan sepenuhnya selama menempuh pendidikan. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat saya Dheasy, Fifi, Agata, Esti,
Natanael, Eva, Roni, dan Asrika yang selalu memberi semangat, dukungan dan
selalu ada dalam keadaan apapun selama penelitian Dan penyusunan skripsi
berlangsung.
Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in
me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for
havingno days off. I wanna thank me for never quitting, I wanna thank me for
always being a giver and tryna give more than I receive. I wanna thank me for
tryna do more right than wrong, I wanna thank me for just being me at all times.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Rachel Simanjuntak
161501177
v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah asli karya
sendiri dan bukan plagiat. Apabila di kemudia hari diketahui skripsi saya
diberi sanksi apapun oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan dalam
keadaan sehat.
(Rachel Simanjuntak)
161501177
vi
PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI APOTEK-APOTEK
KOTA MEDAN
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah arterial di atas nilai
normal tekanan darah, dimana tekanan darah normal 120/80 mmHg, sedangkan
hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dari 140/90
mmHg. Hipertensi juga merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan terapi
jangka panjang dengan banyak komplikasi yang mengancam, bila tidak dideteksi
dini dan diterapi dengan tepat dapat menyebabkan komplikasi dan kematian.
Tujuan : Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui profil peresepan yang
digunakan untuk pengobatan antihipertensi di apotek-apotek kota Medan.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif cross-sectional.
Pengambilan data dilakukan secara retrospektif, dimana peneliti mengkaji
informasi atau mengumpulkan data berupa resep obat antihipertensi di apotek kota
Medan pada periode Juli-November 2021.
Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien hipertensi lebih banyak
usia 46-55 tahun, jenis kelamin perempuan yaitu 112 (56%), dengan nama obat
yang paling banyak adalah amlodipine sebanyak 130 (44,7%) dan golongan obat
adalah golongan Calcium Channel Blockers (CCB) sebanyak 139 (54,5%),
berdasarkan merek obat yang paling banyak diresepkan adalah generik 119 (59,5),
berdasarkan penggunaan obat yang paling banyak diresepkan adalah pengobatan
tunggal sebanyak 130 (65%), potensi terjadinya interaksi obat adalah 16 resep dan
total potensi interaksi obat adalah 79 interaksi dan berdasarkan peresepan obat
antihipertensi dengan tingkat keparahan yang paling banyak adalah tingkat
keparahan moderate 71 dan menurut mekanismenya yang paling banyak adalah
farmakodinamik 72.
Kesimpulan : Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa profil peresepan obat
antihipertensi di apotek-apotek kota Medan pada bulan Juli-November 2021 adalah
usia 36-45 tahun, jenis kelamin perempuan, antihipertensi yang paling banyak
diresepkan adalah amlodipine dengan golongan adalah calcium channel blockers,
berdasarkan merek obat yang paling banyak adalah obat generik, peresepan obat
antihipertensi paling banyak adalah pengobatan tunggal, resep yang paling banyak
untuk potensi terjadinya interkasi obat adalah resep dengan tidak terjadinya
interaksi, dan memiliki tingkat keparahan paling banyak adalah moderat, sedangkan
dengan interaksi berdasarkan mekanisme paling banyak adalah farmakodinamik.
vii
ANTIHYPERTENSIVE DRUG PRESCRIBING PROFILE IN MEDAN CITY
PHARMACIES
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..................................................................................................ii
PENGESAHAN SKRIPSI........................................................................................iii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS.............................................................vi
ABSTRAK...............................................................................................................vii
ABSTRACT............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................4
1.5 Kerangka Penelitian..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................6
2.1 Hipertensi..........................................................................................................6
2.2 Klasifikasi Hipertensi.......................................................................................7
2.3 Etiologi Hipertensi............................................................................................8
2.4 Faktor risiko hipertensi...................................................................................11
2.5 Patofisiologi hipertensi...................................................................................12
2.6 Diagnosis hipertensi........................................................................................15
2.7 Penatalaksanaan hipertensi.............................................................................15
2.7.1 Terapi non farmakologi............................................................................15
2.7.2 Terapi farmakologi...................................................................................18
2.8 Pengertian Resep...........................................................................................23
2.9 Pelayanan Apotek...........................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................26
3.1 Metode Penelitian...........................................................................................26
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian..........................................................................26
3.2.1 Waktu.......................................................................................................26
3.2.2 Lokasi Penelitian......................................................................................26
3.3 Populasi dan Sampel.......................................................................................26
3.3.1 Populasi....................................................................................................26
3.3.2 Sampel......................................................................................................27
3.4 Kriteria Inklusi................................................................................................27
3.5 Kriteria Eksklusi.............................................................................................28
ix
3.6 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................28
3.7 Analisis Data...................................................................................................28
3.8 Instrumen Penelitian.......................................................................................29
3.9 Langkah Penelitian.........................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................31
4.1 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan usia..............................................31
4.2 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan jenis kelamin...............................31
4.3 Peresepan obat anhipertensi berdasarkan nama obat......................................32
4.4 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan golongan obat.............................34
4.5 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan merek generik/non generik.........35
4.6 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan durasi pengobatan.......................36
4.7 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan penggunaan obat.........................38
4.8 Obat-obatan yang diberikan bersamaan dengan obat antihipertensi..............40
4.9 Potensi Interaksi Obat Antihipertensi.............................................................43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................47
5.1 Kesimpulan................................................................................................47
5.2 Saran..........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................48
LAMPIRAN.............................................................................................................51
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
grafik, diagram, atau tulisan yang menjelaskan sesuatu keadaan yang mengacu
tekanan darah, dimana tekanan darah normal 120/80 mmHg, sedangkan hipertensi
biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dari 140/90 mmHg.
sekali. Tekanan darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring
yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kerusakan pada
ginjal, jantung dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapatkan
bila tidak dideteksi dini dan diterapi dengan tepat, dapat menyebabkan komplikasi
Penyebab hipertensi hingga saat ini secara pasti belum dapat diketahui,
tetapi gaya hidup berpengaruh besar terhadap kasus ini. Terdapat beberapa faktor
yang menjadi risiko terjadinya hipertensi, seperti usia, jenis kelamin, merokok,
dan gaya hidup kurang aktivitas yang dapat mengarah ke obesitas. Mengurangi
1
faktor resiko tersebut menjadi dasar pemberian intervensi oleh tenaga kesehatan
(novia, 2020).
RI, 2014). Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di dunia, dan dua
pertiga diantaranya berada di negara berkembang. Angka tersebut kian hari kian
2
hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, dan diprediksi pada tahun 2025
sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (WHO, 2019).
Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (PMK No. 73 tahun
2016).
mendapat politerapi dan 39,3% mendapat monoterapi. Golongan obat yang paling
dengan hipertensi stadium 1 dan politerapi pada pasien dengan hipertensi stadium
2.
kelompok umur dewasa yaitu di umur 19-59 tahun sebesar 61,40%, kemudian
3
diikuti oleh kelompok umur lanjut usia (≥60 tahun) sebesar 29,82%, dan anak-
yang diresepkan bersamaan obat antihipertensi lainnya dan potensi interaksi obat.
a) Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini agar dapat menambah informasi dan dapat dijadikan
4
c) Bagi Instansi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal, yaitu melebihi 140/90
target, seperti jantung (penyakit jantung iskemik, hipertrofi ventrikel kiri, gagal
jantung), otak (stroke) ginjal (gagal ginjal), mata (retinopati), juga arteri perifer
tingginya tekanan darah pasien dan berapa lama tekanan darah tinggi tersebut
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Menurut hasil Riset Kesehatan
rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi
dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar. Kecendrungan
6
berdampak pada budaya dan gaya hidup masyarakat. Dalam lingkup penyakit
dan kebutaan. Hipertensi sebagai penyebab kematian ke-3 setelah stroke dan
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
kurang dari 130/90 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.
(Triyanto,2014).
risiko yang mudah dan andal serta pengobatan yang paling tepat untuk setiap
7
didasarkan pada pilihan yang sewenang-wenang, hipertensi arteri dapat
diklasifikasikan dalam tiga cara : tekanan darah, tingkat kerusakan organ dan
etiologi (WHO,1996).
hipertens bila TD-nya > 140/90 mmHg. Untuk pembagian yang lebih rinci, The
Tabel
adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Penyebab hipertensi
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok,
8
Sedangkan sisanya <10% penderita merupakan hipertensi sekunder yang
disebabkan dari penyakit komorbid atau obat tertentu. Pada kebanyakan kasus,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah
penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung
hipertensi sekunder.
9
hipertensi primer esensial. Pasien dengan etiologi spesifik dikatakan mengidap
sementara curah jantung biasanya normal, pemeriksaan yang teliti terhadap fungsi
garam dan berkurangnya kalium atau kalsium) sebagai faktor kontribusi untuk
terjadinya hipertensi. Meningkatnya tekanan darah seiring usia tidak terjadi pada
populasi dengan asupan natrium harian yang sendah. Pasien dengan hipertensi
2013).
beberapa gen dilaporkan berkaitan dengan berbagai kausa hipertensi yang jarang.
10
enzyme (ACE), adrenoseptor ᵝ2, dan adusin ᵅ (protein si toskeleton) tampaknya
tinggi yaitu keturunan, alkohol, kelebihan berat badan yang diikuti dengan
siap saji membuat konsumsi sayuran segar dan serat berkurang, kemudian
konsumsi garam, lemak, gula, dan kalori yang terus meningkat (Padmawinata,
2001).
dalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orangtua maka
dugaan hipertensi esensial lebih besar. Riwayat keluarga juga merupakan masalah
hipertensi.
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Ini sering
dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada
laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang
11
2.5 Patofisiologi hipertensi
terletak pada pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari vasomotor tersebut
bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah kordaspinalis dan keluar dari
vasokonstriktor (Hasdianah,2017).
vasokonstriktor yang kuat. Hal ini merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang
12
menyebabkan hipertensi. Pada lansia, perubahan struktur dan fungsi pada sistem
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi.
Perubahan tersebut meliputi atero sklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang akan menurunkan
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga terjadi penurunan
cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokontrisksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena pasangan saraf atau hormone di dalam darah.
darah.Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume darah dalam tubuh
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
13
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur
atau dari etiologi yang tidak diketahui (hipertensi primer atau esensial). Hipertensi
sekunder (<10% kasus) biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal kronis (CKD)
venlafaxine (Hasdianah,2017).
meliputi:
II. Gangguan pada SSP, serabut saraf otonom, reseptor adrenergik, atau
baroreseptor;
III. Kelainan dalam proses autoregulasi ginjal atau jaringan untuk ekskresi
14
IV. Kekurangan dalam sintesis zat vasodilatasi dalam endotel vaskular
(Hasdianah,2017).
pada pemeriksaan fisik.Diagnosis harus didasarkan pada rata-rata dua atau lebih
bacaan yang diambil pada masing-masing dua atau lebih pertemuan klinis. Tes
aldosteron plasma dan urin untuk aldosteronisme primer, aktivitas renin plasma,
primer dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor risiko
15
farmakologi terbagi dalam beberapa cara yaitu dengan modifikasi gaya hidup
(DASH)
c) pembatasan natrium diet idealnya menjadi 1,5 g / hari (3,8 g / hari natrium
klorida),
e) konsumsi alkohol moderat (dua minuman atau kurang per hari) dan
f) berhenti merokok.
memicu kenaikan heartrate (HR), tekanan darah dan ketegangan otot yang
Peningkatan modifikasi gaya hidup saja sudah cukup untuk sebagian besar
pasien dengan prehipertensi tetapi tidak memadai untuk pasien dengan hipertensi
dan faktor risiko kardiovaskular tambahan atau kerusakan target organ terkait
hipertensi.
16
merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi resisten. Beberapa alasan
obat karena tekanan darah masih naik turun. Terkadang akibat diet rendah lemak
17
Berikut ini merupakan algoritma penatalaksanaan hipertensi menurut JNC 8 :
Gambar 2.2 Algoritma tata laksana hipertensi berdasarkan JNC 8 (Novian, 2020)
18
mengkombinasikan beberapa obat anti hipertensi. Asessmen awal meliputi
identifikasi faktor risiko, komorbid dan adanya kerusakan organ target memegang
peranan yang sangat penting dalam menentukan pemilihan obat anti hipertensi.
Modifikasi gaya hidup selama periode observasi (TD belum mencapai ambang
batas hipertensi) harus tetap dilanjutkan meskipun pasien sudah diberikan obat
anti hipertensi. Perubahan gaya hidup juga penting untuk memperbaiki profil
a) Diuretik
ekskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan
ekstraseluler, akibatnya terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah; (2)
natrium di ruang interstisial dan di dalam sel otot polos pembuluh darah yang
ada beberapa golongan obat yaitu thiazide diuretik, loop diuretik, potassium
sparing diuretik dan lainnya. Golongan thiazide diuretic lebih sering digunakan
disfungsi sistolik di ventricular bagian kiri dan pada pasien yang memiliki
penyakit ginjal lanjut (Aksnes et all, 2012). Golongan obat, dosis dan
19
Tabel 2.2 Obat golongan Diuretik, dosis, dan frekuensi pengunaannya.
b) Beta-blocker
jantung; (2) hambatan sekresi rennin di sel-sel juksta glomerular ginjal dengan
akibat penurunan produksi angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi
duareseptor beta yaitu reseptor β1 dan β2. reseptor β1 dan β2 terdapat di jantung
dan pelepasan renin. Reseptor β2 terdapat di paru-paru, hati, pankreas dan otot
obat, dosis dan penggunaannya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.
20
Tabel 2.3 Obat golongan Beta-Blocker, dosis, dan frekuensi pengunaannya.
(Dipirodkk,
2015)
menyebabkan eksresi air dan natrium, dan retensi kalium. Golongan obat, dosis
angiotensin II terdiri dari dua kelompok besar yaitu reseptor AT1 dan AT2.
21
Reseptor AT1 terdapat terutama di otot polos pembuluh darah dan di otot jantung,
serta di ginjal, otak dan kelenjar adrenal. Obat ARB ini bekerja selektif pada
reseptor AT1 yang berperan dalam homeostatis kardiovaskular. ARB juga lebih
menguntungkan karena tidak adanya efek samping seperti batuk kering. Obat
golongan ARB menyebabkan efek samping seperti pusing, kelelahan, diare, rasa
sakit dan infeksi. Golongan obat, dosis dan penggunaannya dapat di lihat pada
denyut jantung (Weber dkk, 2014). Golongan obat, dosis dan frekuensi
22
Tabel 2.6 Obat golongan CCB, dosis, dan frekuensi penggunaannya
(Dipiro dkk,
2015)
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyiapkan dan atau membuat,
meracik serta menyerahkan obat kepada pasien. Resep asli tidak boleh diberikan
kembali setelah obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat diberikan copy resep
untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien. Yang berhak menulis
resep ialah:
a. Dokter
Resep harus ditulis jelas Dan lengkap, Apoteker harus menanyakan kepada
23
Dalam resep harus memuat :
a. Nama, alamat Dan nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi dan Dokter
Hewan
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat atau
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-
f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter hewan
g. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang
Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga
pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
2016).
24
c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak rasional
lainnya.
kepada masyarakat
bahaya (Anief,2006)
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada apotik yang ada di kota Medan yang
bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini dan apotek yang cukup aktif dalam
3.3.1 Populasi
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua resep yang
mengandung obat antihipertensi yang masuk di apotik yang berada di Kota Medan
26
3.3.2 Sampel
n = N / (1+N e2)
n = 42,3
Keterangan:
N = Jumlah sampel
N = Besarnya populasi
e = Nilai kritis atau batas ketelitian yang diinginkan (persen kelonggaran
ketidak telitian karena kesalahan penarikan sampel).
sampai 60 apotek. 60 apotek tersebut dipilih dari apotek-apotek Kota Medan yang
terdiri dari 21 kecamatan dan di dapat pada penelitian ini adalah 11 kecamatan
penggunan obat antihipertensi yang diambil berdasarkan resep yang ada di apotek
kota Medan selama bulan Juli-November 2021 yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi yang memenuhi syarat sebagai sampel adalah resep obat
antihipertensi yang masuk ke apotik kota Medan memuat data lengkap (usia, jenis
27
kelamin, nama obat, golongan obat, generik/non generik, pola peresepan
Kriteria eksklusi yang memenuhi syarat sebagai sampel adalah resep obat
antihipertensi yang tidak memuat data lengkap (usia, jenis kelamin, nama obat,
resep kemudian mengumpulkan data dan mencatat resep yang di ambil dari bulan
antihipertensi yang memuat (usia, jenis kelamin, nama obat, golongan obat,
program Microsoft Excel kemudian disajikan dalam yang bentuk tabel yang dapat
dilihat berdasarkan persentase usia, jenis kelamin, nama obat, golongan obat,
28
lain yang diberikan bersamaan dengan obat antihipertensi dan potensi interaksi
obat yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.
b. Meminta ijin kepada pemilik apotek atau apoteker yang penanggung jawab
penelitian.
3. 10 Definisi Operasional
29
d) Jenis kelamin adalah gender dari objek penelitian.
e) Usia adalah total lama waktu hidup objek sejak tanggal kelahiran hingga
f) Jenis obat adalah pembagian dari obat yang diresepkan yang terdiri dari
Tahap penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram alur sebagai berikut :
Data Resep
Pengumpulan Data
Analisis Data
Hasil Penelitian
30
BAB IV
dengan pengambilan dokumen berupa resep sebanyak 200 lembar resep yang
bertambahnya umur maka resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Insiden
darah dan hormone. (Triyanto, 2014). Hasil dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
dengan pasien berjenis kelamin laki-laki. Pasien hipertensi dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 112 (56%). Berdasarkan data riset kesehatan dasar (2018),
31
perempuan sebesar 30,63%, dan pada laki-laki sebesar 27,20% (Kemenkes
oleh hormone estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari
kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur perempuan secara alami yang umumnya mulai
hipertensi dapat disebabkan oleh perilaku tidak sehat seperti obesitas, kehamilan,
paling banyak diresepkan oleh dokter di kota Medan adalah Amlodpine sebanyak
(10%). Dalam penelitian ini di dapati bahwa sebanyak 2 jenis obat dari golongan
32
CCB sering diresepkan oleh dokter yaitu Amlodipine sebanyak 130 (55,5%), dan
Amlodipine selain efektif untuk menurunkan tekanan darah, obat ini juga
digunakan cukup sekali sehari yang dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk
lain seperti diuretik, beta blocker, Ace inhibitor, atau ARB dalam penatalaksanaan
kanal kalsium yang menyebabkan relaksasi otot polos dan otot jantung sehingga
memiliki bioavailibilitas oral yang rendah, memiliki waktu paruh yang panjang,
dan absorbsi yang lambat sehingga mencegah tekanan darah turun secara
mendadak. Selain itu efek samping yang ditimbulkan juga tidak terlalu
yang memiliki efek samping batuk kering yang tidak disukai dan diminati oleh
pasien (Wani dan Lestari, 2021). Data hasil peresepan obat antihipertensi
33
Amlodipine 130 44,7
Bisoprolol 31 10,7
Furosemide 29 10,0
Candesartan 28 9,6
Valsartan 22 7,6
Captopril 20 6,9
Nifedipine 9 3,1
Spironolactone 9 3,1
Hydrochlorotiazide 6 2,1
Irbesartan 3 1,0
Perindopril 2 0,7
Atenolol 1 0,3
Telmisartan 1 0,3
Total 291 100
yaitu sebanyak 139 (54,5%), diikuti oleh golongan ARB sebanyak 54 (15,8%),
jantung dan otot polos dinding pembuluh darah dan menurunkan resistensi perifer
serta menurunkan tekanan darah. Golongan obat ini sangat efektif menurunkan
tekanan darah, bekerja secara langsung pada pembuluh darah untuk menyebabkan
dengan jantung koroner dan diabetes mellitus. Mekanisme kerja dari golongan ini
dengan cara menginhibisi influx kalsium di otot polos arteri sehingga terjadi
34
No Golongan Obat Frekuensi Presentase (%)
1 Calcium Channel Blocker 139 54,5
2 Angiotensin II Reseptor Blocker 54 15,8
3 Diuretic 44 13,3
4 Beta Blocker 32 9,7
5 Angiotensin Converting Enzyme 22 6,7
Inhibitor
Total 291 100
Berdasarkan jenis obat yang diresepkan oleh dokter yang diterima oleh
generik atau nongenerikdengan jumlah 200 resep. Sebanyak 160 (55%) obat
sebanyak 131 (45%) obat yang diresepkan menggunakan nama non generik.
maka dilakukan strategi, salah satunya adalah rasionalisasi harga obat dan
pemanfaatan obat generik (Brina, 2020). Data hasil jenis obat antihipertensi dapat
35
4.6 Peresepan obat antihipertensi berdasarkan durasi pengobatan
banyak adalah 10 hari (53%), diikuti oleh amlodipine 5 mg dengan total 40 resep
dan durasi pemberian obat selama 10 hari (14,1%). Frekuensi pemberian obat
paling banyak diresepkan adalah 1 kali sehari 1 tablet (setiap 24 jam). Data hasil
36
No Nama Obat Jumlah R/ Durasi Frekuensi
Pengobatan Harian
(Hari)
Bisoprolol 5mg 1 20 1×1/2
6. Furosemide 40mg 9 10 1×1
Furosemide 40mg 5 5 1×1
Furosemide 40mg 4 10 1×2
Furosemide 40mg 3 15 1×1
28
Furosemide 40mg 2 5 1×2
Furosemide 40mg 1 30 1×1
Furosemide 40mg 1 14 1×1
Furosemide 40mg 1 7 1×1
Furosemide 40mg 1 7 1×2
Furosemide 40mg 1 4 1×1
7. Nifedipine 10mg 1 15 2×1/2
Nifedipine 10mg 1 10 1×1
Nifedipine 10mg 5 1 5 1×3
Nifedipine 10mg 1 5 1×3
Nifedipine 10mg 1 5 1×3
8. Nifedipine 16mg 2 1 7 1×2
Nifedipine 16mg 1 7 1×2
9. Nifedipine 30mg 2 1 30 1×1
Nifedipine 30mg 1 7 1×2
10. Lapiva 5/80 12 10 1×1
Lapiva 5/80 2 20 1×1
Lapiva 5/80 19 2 5 1×2
Lapiva 5/80 1 30 1×1
Lapiva 5/80 1 15 1×1
Lapiva 5/80 1 7 1×1
11. Candesartan 8mg 5 10 1×1
Candesartan 8mg 7 1 30 1×1
Candesartan 8mg 1 15 1×1
12. Candesartan 16 9 10 1×1
Candesartan 16 5 30 1×1
Candesartan 16 1 20 1×1
Candesartan 16 19 1 20 1×1/2
Candesartan 16 1 14 1×1
Candesartan 16 1 7 1×1
Candesartan 16 1 5 1×2
13. Captopril 5mg 1 1 5 1×2
14. Captopril 12,5mg 14 11 10 2×1/2
Captopril 12,5mg 2 10 1×1
Captopril 12,5mg 1 15 1×2
15. Captopril 25mg 4 1 30 1×2
Captopril 25mg 1 30 2×1/2
Captopril 25mg 1 20 2×1/2
Captopril 25mg 3 15 1×1
37
No Nama Obat Jumlah R/ Durasi Frekuensi
Pengobatan Harian
(Hari)
16. Spironolactone 25mg 2 30 1×1
Spironolactone 25mg 1 10 2×1/2
Spironolactone 25mg 10 1 10 1×1
Spironolactone 25mg 1 10 1×2
Spironolactone 25mg 1 7 1×1
Spironolactone 25mg 1 5 1×1
Spironolactone 25mg 1 8 2×1/2
17. Hydrochlorotiazide25mg 2 10 1×1
Hydrochlorotiazide25mg 6 1 7 1×1
Hydrochlorotiazide25mg 1 5 1×1
Hydrochlorotiazide25mg 1 10 2×1/2
Hydrochlorotiazide25mg 1 5 2×1/2
18. Irbesartan 150mg 3 3 10 1×1
19. Valsartan 80mg 3 1 30 1×1
20. Valsartan 160mg 1 15 2×1/2
Valsartan 160mg 1 8 1×1
21. Coveram 10/10 2 2 30 1×1
22. Atenolol50mg 1 1 12 2×1/2
23. Twynsta 40/5 1 1 30 1×1
Total 270
diperoleh hasil paling banyak yaitu jenis pengobatan tunggal sebesar 130 (70%).
Lebih dari dua pertiga pasien hipertensi tidak bisa dikontrol dengan satu obat dan
akan menerima dua atau lebih obat antihipertensi dari kelas obat yang berbeda
untuk tunggal adalah Amlodipine, untuk kombinasi 2 obat yang paling banyak
38
Bisoprolol + Candesartan dan Furosemide + Spironolactone + Bisoprolol +
jika pada pasien dengan terapi tunggal tidak menunjukkan ketercapaian tekanan
pertama juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah secara cepat dan kuat
39
Penggunaan Nama Obat Jumlah Total %
Obat Resep
Furosemide + Bisoprolol 2
+Candesartan
Amlodipine + Perindopril + 1
Bisoprolol
Furosemide + Spironolactone+ 1
Candesartan
Amlodipine + Valsartan + 1
Furosemide
Amlodipine + Valsartan + 1
Bisoprolol
Kombinasi 4 Furosemide + Spironolactone + 2 4 2
obat Bisoprolol + Candesartan
Furosemide + Spironolactone + 2
Bisoprolol + Valsartan
Total 200 100
Hasil pada tabel dibawah ini yang menunjukkan bahwa dari 276 jumlah
obat terdapat 94 jenis obat lain yang digunakan bersamaan dengan obat
antihipertensi. Obat lain yang paling banyak digunakan bersamaan dengan obat
arteri dan vena serta mengurangi aterogenesis. Dengan cara menghambat aktivasi
agregasi platelet. Clopidogrel dengan waktu paruh 8 jam Dan biasanya dieliminasi
40
platelet Dan kelemahan serta agregasi platelet yang sementara. Tidak seperti
41
No Nama Obat Jumlah Presentase (%)
42 Levopar 2 1,0
43 Arkine 2 1,0
44 Norflam 1 0,3
45 Propylthiouracil 1 0,3
46 Codipront 1 0,3
47 Car Q 100 1 0,3
48 Alpentin 1 0,3
49 Prednisolon 1 0,3
50 Clobazam 1 0,3
51 Kalnex 1 0,3
52 Boraginol Supp 1 0,3
53 Neurodex 1 0,3
54 Ketokonazole 1 0,3
55 Vitamin B6 1 0,3
56 Profenid Supp 1 0,3
57 Arcoxia 1 0,3
58 Esomeprasol 1 0,3
59 Mediflex 1 0,3
60 Dapagliflozin 1 0,3
61 Rifampicin 1 0,3
62 Alupurinol 1 0,3
63 Vitamin B kompleks 1 0,3
64 Ramipril 1 0,3
65 Insulin Novorapid 1 0,3
66 Retaphyl Sr 1 0,3
67 Neurobion Forte 1 0,3
68 Dexametason 1 0,3
69 Cefixime 1 0,3
70 Ventoline Nebulizer 1 0,3
71 Celecoxib 1 0,3
72 Dutasterid 1 0,3
73 Laxadine 1 0,3
74 Vitamam 3 1 0,3
75 Siladexantitusive sirup 1 0,3
76 Fersifen plus 1 0,3
77 Sistenol 1 0,3
78 Phenytoin 1 0,3
79 Amoryl M2 1 0,3
79 Ksr 1 0,3
80 Monecto 1 0,3
81 TrizedinMr 1 0,3
82 Curcuma sirup 1 0,3
83 Fenofibrate 1 0,3
84 Neurobion 1 0,3
85 Revolan 1 0,3
42
No Nama Obat Jumlah Presentase (%)
86 Revolan 1 0,3
87 Celebrex 1 0,3
88 Neutrotam 1 0,3
89 As.Aspartat 1 0,3
90 Salbutamol 1 0,3
91 Recolfar 1 0,3
92 Sanadryl DMP 1 0,3
93 Tonicard 1 0,3
94 Tramadol 1 0,3
Total 276 100
diambil sebagai sampel untuk mengetahui adanya potensi terjadinya interaksi obat
bersamaan.
43
Resep yang mengandung 2 atau lebih jenis obat harus diperiksa
interaksi obat pada resep pasien hipertensi sangat penting untuk diidentifikasi
karena penggunaan obat hipertensi dilakukan dalam jangka panjang dan memiliki
major, moderate, minor dan unknown (Kusuma dkk, 2018). Hasil dapat dilihat
hasil yang diperoleh bahwa dari 200 resep obat yang mengandung obat
16 resep kombinasi obat yang terjadi interaksi obat dan sebanyak 31 resep
kombinasi obat tidak terjadi interaksi obat. Dari 16 resep kombinasi mengalami
tingkat keparahan terlihat bahwa dari kasus terdapat 6 kasus mayor, 71 kasus
obat yang bersifat sinergis apabila efeknya menguatkan atau antagonis apabila
44
interaksi obat, farmasis dapat menentukan penatalaksaan interaksi obat seperti
kedua obat tersebut harus dihindari. Contoh kasusnya adalah candesartan dan
dapat meningkatkan kadar kalium dalam darah. Kadar kalium yang tinggi dapat
berkembang menjadi kondisi yang dikenal sebagai hiperkalemia, yang pada kasus
yang parah dapat menuyebabkan irama jantung tidak teratur dan henti jantung.
klinik pasien sehingga dibutuhkan terapi tambahan atau perawatan di rumah sakit.
menimbulkan efek interaksi obat ringan dan secara signifikan tidak dapat
45
terdiri dari pemantauan tekanan darah selama pemberian bersama, terutama
46
BAB V
V.1Kesimpulan
berdasarkan usia adalah range usia 46-55 tahun 110 (55%), jenis kelamin adalah
perempuan sebesar 112 (56%), obat antihipertensi yang paling banyak diresepkan
obat yang paling banyak di resepkan adalah golongan Calcium Channel Blocker
obat yang paling banyak adalah generik sebanyak 119 (55,5%), peresepan obat
130 (65%). Potensi interaksi obat yang terjadi adalah sebanyak 16 resep dan
potensi tidak terjadinya interaksi obat sebanyak 31 resep dan total interaksi yang
interaksi obat dengan tingkat keparahan paling banyak adalah moderate sebesar
71, major sebesar 6, dan minor sebesar 2 dengan mekanisme yang paling banyak
farmakokinetik sebesar 7.
V.2Saran
penelitian dengan kecamatan lebih kecil agar dapat mengetahui seberapa banyak
47
DAFTAR PUSTAKA
48
Putri, L.S., Satriyasa, B.K., Jawi, I.M. 2019. Gambaran Pola Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap RSUP
Sanglah Denpasar Tahun 2016. Jurnal Medika Udayana. 8(6).
Sayyidah., Indiana., Hasan, H.M., Ulumudin, A.I. 2020. Pola peresepan obat
antihipertensi pada pasien rawat inap di rumah sakit x periode januari -
maret 2020. Prosiding Senantias 2020. 1(1): 626.
Schlittler,E. 1967. Antihypertensive Agents. New York : Academic Press Inc.
Stockley, I.H. 2008. Stockley’s Drug Interaction. Eighth Edition. London:
Pharmaceutical Press.
Syamsuni, H.A. 2012. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Halaman 18, 21, 23
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Geraha Ilmu.
Tuloli, T.S., Rasdianah, N., Tahala, F. 2021. Pla Penggunaan Obat Antihipertensi
Pada Pasien Hipertensi. Indonesia Journal of Pharmaceutical Education.
1(3).
Wani, E., Lestari, C.T. 2021. Gambaran Penggunaan Obat Antihipertensi Pada
Pasien Hipertensi Lanjut Usia 60-70 Tahun di UPTD. Puskesmas Lamasi
Timur. Indonesian Journal of Biomedical Science and Health. 1(1).
Weber, M.A, dkk. 2014. Clinical Practice Guidlines For The Management Of
Hypertension In The Community. The Journal of Clinical
Hypertension,16(1):14-26.
Yulanda, G., Rika,L. 2017. Penatalaksanaan Hipertensi Primer. 6(1) .Halaman
26.
49
Lampiran 1. Komisi Etik Penelitian
50
Lampiran 2. Resep
51
Lanjutan Lampiran 2.
52
Lanjutan Lampiran 2.
53
Lampiran 3. Data Apotek
No Nama Apotek Alamat
1 Apotek Alpha Farma Jl. Denai
2 Apotek Ayo Sehat Jl. Ngumban Surbakti No.36
3 Apotek Berkat Ananda Jl.Karya Wisata
4 Apotek Berkat Mandiri Jl.YosSudarso N0.281
5 Apotek Bona Raya Jl.Panglima Denai No.9A
6 Apotek Bromo Jaya Jl. Bromo No.96
7 Apotek Cahaya Gg. Aman, Tegal Sari Mandala III
8 Apotek Cahaya 11A Gg. Aman, Tegal Sari Mandala III
9 Apotek Citra Karya Jl. Padang Bulan
10 Apotek D Jl. Bunga Asoka No.49D
11 Apotek Dety Jl. Kapten Muslim No.45A
12 Apotek Deli Jl. Besar Medan No.13A
13 Apotek DJ Jl. Besar Medan
14 Apotek Ganda Jl. Karya Jaya No.37
15 Apotek Ganda Jaya Jl. Sunggal No. 175
16 Apotek Gabe Family Jl. Flamboyan Raya
17 Apotek Global Farma Jl. Arief Rahman Hakim No. 158
18 Apotek Gratia Farma 3 Jl. M Nawi Harahap
19 Apotek Hisyam Jl. Setia Budi No.114
20 Apotek Harry Najaya Farma Jl. Medan Tenggara VII No.6A
21 Apotek Job Jl. Mandala By Pass No.100
22 Apotek Kasih Agape Jl. Jamin Ginting No. 113B
23 Apotek Kelambir 2 Jl. Jendral A.H.Nasution No. 16A
24 Apotek Kembar Farma Jl. Flamboyan Raya No.31
25 Apotek Keshia Farma Jl. Arief Rahman Hakim No. 300
26 Apotek Kita Family Jl. Abdul Hakim
27 Apotek Kambuna Jl. Karya Wisata No.18
28 Apotek Karya Raya Jl. Karya Jaya No.187E
29 Apotek Karina Jl. Jamin Ginting
30 Apotek Kimia Farma Palang Merah Jl. Palang Merah No.32
54
31 Apotek Mitra Jl. Gurami
32 Apotek Medisa Jl. Bunga Cempaka IX No.49
33 Apotek Mina Jl. Halat
34 Apotek Manjur Jl. Tuasan No.148
35 Apotek Merapi Mandiri Jl. Mandala By Pass No. 104
36 Apotek Mako Farma Jl. Jamin Ginting No. 117A
37 Apotek New Esa Jl. Arief Rahman Hakim No. 99
38 Apotek Rachel Farma Jl.Jendral Besar A.H.Nasution No.8
39 Apotek Rambutan Dua Jl. Setia Budi No. 135
40 Apotek Amanah 2 Jl.M Nawi Harahap No. 105B
41 Apotek Rezeki Mandiri Jl. Ayahanda No. 51A
42 Apotek Samudra Jl. Sekip No.24
43 Apotek Sehati Jl. Garuda Rya No.344
44 Apotek Sudarso Jl. Karya No.46
45 Apotek Silka Jl. Setia Budi No.417 C
46 Apotek Sekawan Jl. Prof. HM Yamin Sh No.28
47 Apotek Serasi Jl. Letda Sujono No.4A
48 Apotek Sehat Sembada Jl. Sembada No.58-44
49 Apotek Samudra 2 Jl. Kapten Muslim No.55 B
50 Apotek Selayang Jl. Setia Budi,Simpang Selayang
51 Apotek Tanjung Sari Jl. Setia Budi No. 307
52 Apotek Tiga Saudara Jl. Mustafa No. 46B
53 Apotek Tara Jl. Karya No.264
54 Apotek Tiara 3 Jl. Gaperta No.63
55 Apotek Pelita Jl. Alumunium I gg.Tawon
56 Apotek Perisai Jl. Setia Budi No.409
57 Apotek Prima Lestari Jl. Flamboyan Raya No.47B
58 Apotek Ollo Au Jl. Jamin Ginting No. 134
59 Apotek Vita Bintang Jl. KH. Zainul Arifin No.71
60 Apotek Sehat 2 Jl. Setia budi No.60
55