Anda di halaman 1dari 38

Pelayanan Resep

KELOMPOK 7 :
 Ervidian Nurfadillah 2041013031
 Nur Aliza 2041013033
 Kurnia Ayasa 2041013035
 Hirzi Ayu Sephia 2041013037
 Sella Gustina 2041013039
1.Resep
2. Pembacaan Resep
1. Ambilah Methisoprinol 500 mg sebanyak 21 tablet. Tandai
3 kali sehari 1 tablet.
2. Ambilah Oseltamivir 75 mg sebanyak 14 tablet. Tandai 2
kali sehari 1 tablet.
3. Ambilah Azitromisin 500 mg sebanyak 5 tablet. Tandai 1
kali sehai 1 tablet.
4. Ambilah Becefort sebanyak 10 tablet. Tandai 2 kali sehari 1
tablet.
5. Ambilah Vitamin D3 sebanyak 5 tablet. Tandai 1 kali sehari
1 tablet.
6. Ambilah Astaplus sebanyak 10 tablet. Tandai 2 kali sehari 1
tablet.
3. Skrining Resep
Skrining Administrasi Skrining Farmasetik
Nama Dokter : Ada Bentuk Sediaan : Ada
Alamat Dokter : Ada Cara Pemberian : Ada
SIP Dokter :-
Jumlah dan aturan pakai : Ada
Td tgn / Paraf dokter : Ada
Tanggal Penulisan : Ada Stabilitas obat :-
Nama Pasien : Ada Inkompatibilitas :-
Umur Pasien : Ada
Jenis Kelamin : Ada
Berat badan :-

Skrining Farmakologi
Adanya riwayat alergi pada pasien : Tidak ada
Reaksi atas efek samping penggunaan : Tidak ada
Interaksi antar komponen obat : Tidak ada
Kesesuaian dosis dengan kondisi pasien : Sesuai
Hal-hal khusus terhadap pasien : Tidak ada
4. INFORMASI OBAT
 Oseltamivir
Komposisi Oseltamivir 75 mg
(Medscape).
Indikasi Mengatasi infeksi virus seperti virus
influenza tipe A dan tipe B
(Medscape)
Kontra Indikasi Hipersensitifitas
Efek samping Sakit kepala, batuk dan hidung
tersumbat (khususnya pada anak-anak),
sakit perut, diare, mual dan muntah, sulit
tidur
(Medscape).

Mekanisme kerja Menghambat enzim neuraminidase pada


virus yang berfungsi untuk masuknya
virus dan menghentikan pelepasan virus
dari sel dan mencegah virus melintasi
lapisan mukosa saluran pernapasan
(Medscape).
Farmakokinetik • Absorpsi
Oseltamivir dalam bentuk oseltamivir fosfat
diabsorpsi dari saluran cerna setelah pemberian
oral. Selanjutnya dikonversi oleh enzim
hepatik esterase menjadi metabolit aktifnya
(oseltamivir karboksilat). Konsentrasi puncak
metabolit aktifnya tercapai setelah 2-3 jam
setelah obat diberikan. Setelah pemberian
secara oral 75 mg dua kali sehari,  konsentrasi
puncak (Cmax) metabolit aktif oseltamivir
adalah sekitar 350-400 ng/ml.
• Distribusi
Oseltamivir dan oseltamivir karboksilat
didistribusikan secara sistemik dengan
konsentrasi terapeutik didapatkan di paru-paru,
trakea, dan mukosa nasal. Ikatan metabolit
aktif (oseltamivir karboksilat) ke protein
plasma hanya sedikit (3%). Sementara itu,
ikatan oseltamivir pada protein plasma adalah
42%. (Medscape).

Selanjutnya
• Metabolisme
Oseltamivir secara ekstensif dikonversi menjadi
metabolit aktifnya (oseltamivir karboksilat) oleh
enzim esterase yang terdapat paling banyak di
hati

• Eliminasi
Oseltamivir yang diabsorpsi sebagian besar
(>90%) dieliminasi melalui konversinya
menjadi oseltamivir karboksilat. Oseltamivir
karboksilat dieliminasi hampir seluruhnya
(>99%) melalui ekskresi feses dan urin.
(Medscape).

Interaksi Obat Amoxicillin, karena bisa menurunkan efektivitas


kedua obat
Probenecid, karena bisa meningkatkan kadar
oseltamivir di dalam darah
(Medscape).

Selanjutnya
Dosis Obat Dewasa: 75 mg, sekali sehari yang dikonsumsi
paling sedikit selama 10 hari. Mulai digunakan
dalam 2 hari sejak pertama kali terpapar dengan
lingkungan yang terjangkit virus flu. Obat dapat
diberikan hingga 6 minggu.
Bayi usia 0–1 bulan: 2 mg/kgBB
Bayi usia 1–3 bulan: 2,5 mg/kgBB
Bayi usia 3–12 bulan: 3 mg/kgBB
Bayi >1 tahun dengan berat badan <15 kg: 30mg
Bayi >1 tahun dengan berat badan 15–23 kg: 45
mg
Bayi >1 tahun dengan berat badan 23–40 kg: 60
mg
Bayi >1 tahun dengan berat badan >60 kg: 75
mg
(Medscape).

Penyimpanan Obat Suhu ruangan


Referensi oseltamivir sebagai anti virus
corona
Oseltamivir merupakan antivirus golongan penghambat neuraminidase yang telah digunakan
untuk pengobatan influenza. Oseltamivir tidak menunjukkan aktivitas in vitro terhadap SARS-
CoV. Obat ini banyak digunakan di Cina namun belum ada bukti yang menunjukkan efektivitasnya
untuk COVID-19. Dosis oseltamivir dari berbagai uji klinik bervariasi, mencakup 300 mg PO, 75
mg PO sekali atau dua kali per hari, dan 4-6 mg/kg PO. Pada case series retrospektif 99 pasien
COVID-19 yang dirawat di rumah sakit (RS) di Wuhan di mana 76% pasien tersebut mendapat
antivirus, termasuk oseltamivir 75 mg/ 12 jam PO, menunjukkan bahwa 58% pasien belum boleh
pulang saat evaluasi, 31% pasien boleh pulang, dan 11% meninggal dunia. Oseltamivir
direkomendasikan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) untuk terapi COVID-19
karena obat tersebut di Indonesia mudah diakses dan sudah diproduksi di dalam negeri.
Tinjauan Antivirus untuk Terapi COVID-19
Johan Indra Lukito
Medical Department, PT. Kalbe Farma Tbk. Jakarta, Indonesia

Alasan penggunaan untuk Covid:


o Untuk infeksi Covid ringan
o Ada infeksi campur Covid + influenza
“Webinar Gema Cermat Blog KMENKES RI.”
 Becefort
Komposisi Thiamine (vitamin B1), riboflavin
(vitamin B2), pyridoxine (vitamin
B6), cyanocobalamin (vitamin
B12), calcium pantothenate,
nicotinamide (vitamin B3), vitamin
C, dan tocopherol (vitamin E)
(Medscape).
Indikasi Suplemen yang mengandung
multivitamin yang digunakan untuk
membantu memelihara kesehatan
dan daya tahan tubuh.
Efek samping Mual dan muntah (Medscape).
Mekanisme kerja Keterlibatan vitamin tersebut dalam
metabolisme karbohidrat dan asam
amino (Medscape).

Selanjutnya
Farmakokinetik • Absorpsi
Kandungan vitamin B dalam vitamin B kompleks mayoritas
diserap di usus halus. Khusus vitamin B12, penyerapannya
memerlukan faktor intrinsik yang diproduksi oleh sel-sel
parietal gaster yang dikeluarkan bersama dengan asam
lambung.
Konsentrasi puncak vitamin B kompleks dalam plasma darah
tercapai dalam waktu 2‒6 jam setelah konsumsi per oral, dan
40 menit pada pemberian intramuskular.
• Distribusi
Vitamin B kompleks terdistribusi ke dalam peredaran darah
dan jaringan tubuh, termasuk ke dalam ASI.
• Metabolisme
Vitamin B kompleks dimetabolisme di hepar.
• Eliminasi
Vitamin B kompleks dieliminasi sebagian besar ke urine dalam
bentuk metabolitnya
(Medscape).
Interaksi Obat Azitromisin akan menurunkan/meningkatkan efek thiamine
dan pyridoxine dengan mengubah flora usus, apabila
dikonsumsi dalam bentuk oral dari kedua agen..(Medscape).
Dosis Obat Thiamine 15 mg, Riboflavin 10 mg, Pyridoxine 5 mg,
Cyanocobalamin 100 mcg, Calcium Pantothenate 30 mg,
Nicotinamide 50 mg, Vitamin C 500 mg, Tocopherol 30 mg
(Medscape).
Penyimpanan Obat Suhu ruangan
 Vitamin D3
Komposisi Vitamin D3 (Cholecalciferol)
(Medscape).
Indikasi Osteoporosis, hypoparathyroidism,
hypophosphatemia, dan sebagai
suplemen nutrisi (Medscape).
Efek samping Aritmia, Sakit kepala, Mual, Muntah,
Hiperkalsemia dan Lesu (Medscape).
Mekanisme kerja Merangsang penyerapan kalsium dan
fosfat dari usus kecil; merangsang
resorpsi fosfat di tubulus ginjal;
merangsang sekresi kalsium ke dalam
darah dari tulang (Medscape).
Farmakokinetik • Absorbsi (penyerapan): Efek puncak:
1 bulan dengan dosis harian.
• Metabolisme : Di metabolisme di
hati
• Eliminasi : Di ekskresikan melalui
urin
(Medscape).
Selanjutnya
Interaksi Obat Pexidartinib dan Pretomanid (Medscape).

Dosis Obat 0-12 bulan : 400 IU/ 10 mcg per hari


1-70 tahun : 600 IU / 15 mcg per hari
70 tahun : 800 IU/ 20 mcg per hari
(Medscape).
Penyimpanan Obat Suhu ruangan
 Astaplus
Komposisi Astaxanthin dan selenium
(MIMS 2018, isue 1)
Indikasi Suplemen dan terapi penunjang.
(Membantu untuk meningkatkan daya
tahan tubuh).
Astaxanthin : antioksidan (mencegah
kerusakan sel akibat radikal bebas).
Selenium (mineral) : meningkatkan sistem
kekebalan tubuh.
Efek Samping Sifat lekas marah
(Medscape).

Mekanisme Kerja Antioksidan; kofaktor dalam glutathione


peroksidase; melindungi komponen sel
dari kerusakan oksidatif.
(Medscape).

Selanjutnya
Interaksi Obat -Alendronate : menurunkan kadar/efek
alendronate.
-ibandronate: menurunkan kadar/efek
ibandronate.
-etidronate : menurunkan kadar/efek
etidronate.
(Medscape).
Dosis Astaxanthin 4 mg, selenium 15 mcg
(1 kaplet per hari)
(MIMS 2018, isue 1)
Farmakokinetik Ekskresi: Urine, feses, paru-paru, kulit
(Medscape).
Penyimpanan obat Simpan pada suhu di bawah 30 derajat
Celcius.
Penggunaan Mikronutrien/Vitamin Pada Pasien
Covid-19
Pada pasien COVID-19 terjadi ketidakseimbangan
kebutuhan energi dimana terjadi peningkatan konsumsi
energi yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
demam, peningkatan kerja otot-otot pernafasan serta
ventilasi mekanik, hal tersebut dapat berisiko
menyebabkan malnutrisi. Untuk itu perlu dilakukan
pemenuhan kebutuhan energi, makronutrien,
mikronutrien, cairan, dan zat-zat gizi yang mampu
meningkatkan sistem immunomodulator, anti inflamasi,
dan antioksidan.
Berikut ini beberapa vitamin yang dapat digunakan:

• Becefort
Merupakan suplemen yang mengandung vitamin B .
Pada pasien covid vitamin B dapat membantu aktivasi
respon imun tubuh, mengurangi tingkat sitokin
proinflamasi, meningkatkan fungsi pernapasan sehingga
berpotensi untuk mengurangi gejala dan mengobati
infeksi Covid-19.

Becefort mengandung beberapa vitamin yang juga


memiliki fungsi dan mekanisme yang berbeda pula,
yaitu:
 Thiamine (B1)
Sebagai antibodi, dan sebagai sel-T, thiamine diperlukan untuk menghilangkan
virus SARS-CoV-2, dimana kekurangan thiamine berpotensi menyebabkan respon
antibodi yang tidak adekuat (memadai), dan gejala lain yang lebih parah. Oleh
karena itu, cukup dengan meningkatkan kadar thiamine cenderung dapat
membantu dalam respon imun yang tepat selama infeksi SARS-CoV-2 berlangsung.
Thiamine juga dapat berfungsi sebagai penghambat isoenzim karbonat anhydrase,
sehingga thiamin dengan dosis tinggi bisa diberikan kepada pasien COVID-19 tahap
awal yang berpotensi untuk membatasi hipoksia dan mengurangi rawat inap.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah pemberian dosis
tiamin tinggi dapat berkontribusi pada pengobatan pasien dengan COVID-19.

Hira Shakoor, Maturitas, https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2020.08.007


Riboflavin
Riboflavin bersama sinar UV mampu menyebabkan kerusakan
permanen pada asam nukleat seperti DNA dan RNA, yang mengakibatkan
mikroba pathogen tidak dapat mereplikasi diri. Riboflavin dan sinar UV
telah terbukti efektif melawan virus MERS-CoV, menunjukkan bahwa itu
mungkin juga mampu membantu melawan virus SARS-CoV-2.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa pemberian riboflavin akan dapat
meringankan beberapa risiko penularan transfusi COVID-19 dan juga
mengurangi patogen lain dalam produk darah untuk pasien COVID-19
yang sakit kritis (severe).

Hira Shakoor, Maturitas, https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2020.08.007


 Pyridoxine
Pyridoxal 5′-fosfat (PLP) adalah bentuk aktif dari piridoksin, dan merupakan kofaktor penting
dalam berbagai jalur inflamasi dengan defisiensi yang dapat menyebabkan disregulasi kekebalan.
Dikatakan bahwa pemberian
suplemen PLP dapat mengurangi gejala COVID-19 dengan mekanisme mengatur respons imun,
mengurangi sitokin pro-inflamasi,dan mencegah serta mempertahankan integritas endotel.
Peneliti yang dilakukan oleh Victoria University, melaporkan bahwa vitamin B6 (serta B2 dan
B9) memiliki pengaruh terhadap peningkatan regulasi IL-10, sitokin antiinflamasi dan
imunosupresif yang kuat, dimana dikatakan mampu menonaktifkan makrofag dan monosit, serta
dapat menghambat sel penyaji antigen dan sel T. Pasien COVID-19 sering menanggapi virus
dengan cara meningkatkan respons sel T dan
sekresi sitokin pro-inflamasi.
Sehingga, besar kemungkinan bahwa suplemen PLP mampu berkontribusi untuk meredam
peningkatan sitokin dan peradangan yang diderita oleh beberapa pasien COVID-19.

Hira Shakoor, Maturitas, https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2020.08.007


 Cobalamin
Vitamin B12 sangat penting untuk sintesis sel darah merah, kesehatan sistem saraf,
sintesis mielin, pertumbuhan sel dan sintesis cepat DNA. Defisiensi vitamin B12 dapat
mengakibatkan gangguan pada saluran pernafasan, saluran cerna dan sistem saraf
pusat.
Pada beberapa penelitian terbaru, didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa
suplemen methylcobalamin berpotensi dalam mengurangi kerusakan dan gejala organ
terkait COVID-19. Sebuah studi klinis yang dilakukan di Singapura, menunjukkan
bahwa pasien COVID-19 yang diberi suplemen vitamin B12 (500 μg), vitamin D (1000
IU) dan magnesium, telah mengalami penurunan tingkat keparahan gejala COVID-19
dan juga, pemberian suplemen ini secara signifikan berkemungkinan mampu
mengurangi kebutuhan oksigen dan dukungan perawatan intensif pada pasien.

Hira Shakoor, Maturitas, https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2020.08.007


 Vitamin B3
Niacin bertindak sebagai inhibitor dinding NAD dan NADP, dimana, kedua
senyawa ini memiliki peran penting selama peradangan sistemik kronis. Niacin
dapat mengurangi infiltrasi neutrofil dan menunjukkan suatu efek antiinflamasi
pada pasien dengan cedera paru akibat ventilator.
Pada hamster, niacin dan nicotinamide mencegah kerusakan jaringan paru-
paru. Selain itu, nikotinamid dapat mengurangi replikasi virus (virus vaksinia,
human immunodeficiency virus, enteroviruses, hepatitis B virus) dan memperkuat
mekanisme pertahanan tubuh. Berdasarkan peran dalam melindungi paru-paru
dan penguatan kekebalan dari niacin, maka besar kemungkinan mamu
berkontribusi sebagai pengobatan tambahan untuk pasien COVID-19

Hira Shakoor, Maturitas, https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2020.08.007


 Vitamin C
Dari hasil kajian analisis sistematis dari jurnal internasional yang sudah didapatkan, maka
penggunaan Vitamin C sebagai penatalaksanaan dalam COVID-19 sangat penting, dimana
pemberian vitamin C dapat mempercepat perbaikan pada kasus COVID-19 yang kerjanya pada
plasma dan netrofil, selain itu Vitamin C juga dapat menangkal radikal bebas dan mencegah stress
oksidatif oleh coronavirus yang berikatan di heme.
Telah terbukti juga, dalam beberapa jurnal bahwa dengan pemberian vitamin C dosis tinggi,
didapatkan perbaikan yang cepat dari gambaran radiologi foto thorax setelah beberapa hari terapi.
Diketahui bahwa penggunaan dari vitamin C sebagai pengcegahan ataupun terapi dari COVID-19
masih dalam penelitian, walaupun efek antioksidan, antiviral dari vitamin C sudah di akui di
beberapa literatur Internasional, namun kasus COVID-19 ini masih dalam penelitian lebih lanjut.
Kekurangan vitamin C dikaitkan dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi, respon imun
yang kurang kuat, penyembuhan luka yang buruk, dan peningkatan risiko pneumonia.

PENGARUH VITAMIN C TERHADAP SISTEM IMUN TUBUH UNTUKMENCEGAH DAN TERAPI COVID-19
Armanto Makmun1, Fadhillah Islamyah P. Rusli1
1Universitas Muslim Indonesia, Makassar
• Prove D3
Vitamin D memiliki efek yang positif terkait
imunitas tubuh. Terdapat beberapa mekanisme
vitamin D dalam menurunkan risiko infeksi.
Beberapa mekanisme tersebut adalah melalui
induksi cathelicidin dan defensin yang mampu
menurunkan laju replikasi virus dan
menurunkan konsentrasi sitokin proinflamasi.
• Asta plus
Mengandung mineral Selenium yang dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, selain itu berperan dalam
menghambat mutasi virus. Hal ini dikarenakan selenium
dapat mempertahankan integritas membran dan melindungi
kerusakan DNA.
 Azitromicin
Komposisi Antibiotik azitromicin, golongan makrolida.
Indikasi Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh
organisme yang peka, infeksi saluran
pernapasan atas, infeksi saluran pernapasan
bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak,
penyakit menular seksual, urethritis, servitis
yang berkaitan dengan Chlamydia trochomas,
Ureaplasma urealy-ticum, dan Neisseria
gonorrhea.
Kontra Indikasi Hipersensitifitas, pasien dengan gangguan hati
Efek samping Mual, muntah,rasa kurang nyaman pada perut,
kembung, diare, gangguan pendengaran,
nefritis intestinal, gagal ginjal akut, fungsi
hati abnormal, vertigo, sakit kepala,
kebingungan.
Mekanisme kerja Bekerja dengan menghambat sintesis protein
yang bergantung pada RNA mikroorganisme
dengan mengikat ribosom subunit 50S, dan
mencegah translokasi rantai peptida.

Selanjutnya
Farmakokinetik •Absorpsi
Diserap dengan cepat dari saluran gastrointestinal. Ketersediaan
hayati: Sekitar 37%. Waktu untuk mencapai konsentrasi plasma puncak:
Kira-kira 2-3 jam (oral, pelepasan segera).
•Distribusi
Tersebar luas di jaringan (kulit, paru-paru, amandel, serviks) dan
sputum. Hadir dalam ASI. Volume distribusi: 31-33 L / kg. Pengikatan
protein plasma: 7-51%.
•Metabolisme
Dimetabolisme di hati menjadi metabolit tidak aktif.
•Ekskresi
Melalui empedu (50%, sebagai obat tidak berubah); urin (6-14%,
sebagai obat tidak berubah). Waktu paruh eliminasi terminal: 68-72 jam
(persiapan konvensional); 59 jam extended release).
Interaksi Obat Azitromicin akan mengurangi jumlah dan efektivitas dari pyridoxine (Vit.
B6), dan azitromicin juga akan mengurangi jumlah dan efektivitas dari
thiamine (Vit. B1)
Dosis Obat Infeksi ringan-sedang, Community Acquired Pneumonia
Dewasa : 1x500 mg/hari selama 3 hari
Anak >6 bulan : 10 mg/kgBB (1xsehari) selama 3 hari
Infeksi klamidia genital tanpa komplikasi & urethritis non gonococcal
Dewasa : 1 gram sebagai dosis tunggal
Penyimpanan Obat Suhu ruangan
Kenapa Azithromycin bisa
digunakan untuk Terapi Covid-19?
Azithromycin dapat mencegah invasi Plasmodium falciparum, kemungkinan
mengganggu ligan vital atau interaksi reseptor dan infeksi SARS-CoV-2. Efek
Azithromycin pada SARS- CoV-2 belum dievaluasi. Azithromisin menginduksi
respons antivirus dalam sel epitel dengan meningkatkan kadar interferon dan
protein yang distimulasi interferon, menurunkan replikasi dan pelepasan virus.
Pada kebanyakan pasien dengan dugaan atau konfirmasi SARS-CoV-2,
kerusakan paru- paru berkorelasi dengan tingkat keparahan infeksi virus.
Antibiotik makrolida direkomendasikan sebagai terapi lini pertama dalam
kombinasi dengan β-laktam pada pasien CAP dengan COVID-19. Penggunaan
Azithromycin dapat menurunkan viral load saat ditambahkan ke
hidroksiklorokuin pada pasien COVID-19 didasarkan pada studi klinis skala kecil
yang belum cukup untuk menarik kesimpulan tentang kemanjuran dan
keamanannya. Adapun studi telah menyarankan bahwa Azithromycin
memberikan efek imunomodulator, menghentikan peradangan yang dapat
menyebabkan kegagalan organ dan kematian pada COVID-19.
Tinjauan Azithromycin Pada Penyakit Virus Korona 2019 (COVID-19)
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 17, No.2, (2020). E-ISSn 2685-5062
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
Fungsi dan Efektifitas Azithromycin
Fungsinya sebagai pilihan terapi untuk pasien covid-19
derajat ringan hingga berat.

Efektivitas Studi lain menegaskan data tersebut sampai


saat ini tidak cukup untuk dievaluasi kemungkinan
manfaat klinis Azithromisin pada pasien dengan COVID-
19 dan perlu studi evaluasi pada pasien dengan
signifikansi komorbiditas (Molina et al., 2020).
 Methisoprinol
Komposisi Methisoprinol 500 mg

Mekanisme Obat Obat ini bekerja dengan cara mengubah atau memicu proses
imun yang dimediasi sel tubuh sehingga memperlambat
pertumbuhan dan penyebaran virus di tubuh.

Indikasi Sebagai imunomodulator untuk meningkatkan respon sistem


kekebalan tubuh melawan infeksi virus : flu, bronkitis,
rinofaringitis, varisela campak, herpes.

Kontra Indikasi Riwayat gout, pasien jantung yang sedang dalam terapi
digitalis

Efek Samping Peningkatan kadar asam urat, urtikaria, ruam kemerahan,


kelelahan, diare, vertigo, perasaan gugup, insomnia,
konstipasi, poliuri.

Dosis Usia < 5 tahun : sehari 50-100mg/kgBB


Dewasa : 50-100mg/kgBB 3-4 kali sehari
Selanjutnya
Interaksi obat Dapat menimbulkan efek interaksi obat berupa
peningkatan konsentrasi zidovudin
Farmakokinetika •Absorbsi
Ketika diberikan secara oral obat dengan cepat akan
diserap dari saluran pencernaan kedalam sistem
sirkulasi sistemik
•Distribusi
Obat akan terdistribusi ke beberapa jaringan tubuh
yaitu hati, paru-paru, jantung, limpa, pankreas, otot dan
otot rangka
•Metabolisme
Obat dimetabolisme di hati
•Ekskresi
Obat akan terekskresi melalui urin
Penyimpanan Simpan pada tempat sejuk, kering dan terhidar dari
sinar matahari langsung.
Fungsi dan Efektivitas
Methisoprinol
Fungsi Methisoprinol : Tidak ada bukti yang dapat diambil tentang
keefektifan Isoprinosine dalam mengobati COVID-19. Namun, ada satu studi
yang membandingkan Isoprinosine dan plasebo pada pasien dengan infeksi
virus pernapasan akut (Bejan dkk, 2016), melakukan uji coba terkontrol
secara acak (RCT) tentang efektivitas dan keamanan Isoprinosine untuk
pengobatan infeksi virus pernapasan akut. Titik akhir primer adalah waktu
untuk resolusi semua gejala mirip influenza yang muncul pada awal menjadi
tidak ada sama sekali.

Efektivitias : Saat ini, tidak ada uji coba Isoprinosine yang sedang
berlangsung untuk mengobati COVID-19 tetapi ada delapan uji klinis tentang
Isoprinosine untuk mengobati kondisi lain, mis. HIV, AIDS berat, dan
penyakit kelenjar getah bening
Malaysian Health Technology Assessment Section (MaHTAS),
Medical Development Division,
Ministry of Health, Malaysia.
5. Terapi Non farmakologi
• Selalu menggunakan masker
• Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
Derajat • Berjemur matahari minimal 10-15 menit
Ringan • Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari

• Istirahat total, asupan kalori, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi


cairan, oksigen
• Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap berikut dengan hitung
Derajat jenis, bila memungkinkan ditambahkan dengan CRP, fungsi ginjal, fungsi
Sedang hati secara berkala

• Sama dengan derajat sedang


• Monitoring tanda-tanda : frekuensi napas >30x/min, saturasi
oksigen, PaO2 <300 mmHg, Limfopenia progresif, peningkatan
CRP dan asidosis laktat
Derajat • Penggunaan ventilator mekanik jika gagal napas
Berat • Terapi oksigen
6. DRPs (Drug’s Related Problems)
DRPs Keterangan

Obat tanpa indikasi Tidak ditemukan adanya indikasi penyakit lain.


Indikasi tanpa obat Tidak ditemukan obat tanpa indikasi dalam kasus ini

Ketidaktepatan Tidak temukan ketidaktepatan pemilihan obat


Pemilihan Obat
Dosis kurang/ Dosis didalam resep ini sudah tepat
berlebih

Interaksi Obat Dalam resep terdapat interaksi obat yaitu :


• Azithromycin + Becefort
Azithromycin dapat menurunkan efek dari vitamin B1, vitamin
B5 dan vitamin B6 yang terkandung dalam Becefort dengan
mengubah flora usus

Selanjutnya
DRPs Keterangan
Efek Samping Telah dijelaskan di informasi obat.
Kegagalan terapi Tidak ditemukan kegagalan terapi dalam kasus ini. Kegagalan
terapi dalam suatu pengobatan disebabkan oleh faktor
psikososial, ketidakmampuan ekonomi, kurangnya pemahaman
pasien tentang terapi yang dilakukan, dosis yang tidak sesuai
dan pasien menggunakan obat lain tanpa sepengetahuan dokter.
Kegagalan terapi juga dapat disebabkan oleh tenaga kesehatan
yang tidak memberi tahu cara penggunaan obat yang benar.
7. Upaya Pencegahan / Penanggulangan DRPs

DRPs Pencegahan
Interaksi obat Becefort dapat diminum sebelum makan terlebih dahulu,
kemudian Azitromicin diminum setelah makan agar tidak
terjadi interaksi antar kedua obat tersebut.
Efek samping obat Berkomunikasi kepada pasien terkait efek samping yang
mungkin terjadi dan memberikan obat tambahan untuk
mencegah efek samping yang merugikan.
8.Informasi Obat Pada Pasien
 Simpan obat pada suhu ruang dan terlindung dari cahaya
matahari
Penggunaan tablet Azithromycin 1 kali sehari 1 tablet dan
harus dihabiskan
 Tablet Oseltamivir diminum 2 kali sehari 1 tablet hingga
habis
Jika Antibiotik dan Antivirus lupa diminum, maka harus
dikonsumsi ulang dari awal
 Tablet Methisoprinol diminum 3 kali sehari 1 tablet
 Tablet Becefort dan Asta plus diminum 2 kali sehari 1 tablet
 Vitamin D3 diminum 1 kali sehari 1 tablet
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai