Anda di halaman 1dari 10

ILMU MERACIK OBAT

A. Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter/gigi/hewan kepada apoteker untuk
menyiapkan bentuk sediaan obat yang sesuai dengan permintaannya.

Komponen resep
 Nama dokter
 Alamat lengkap & no.tlp
 No.Surat Izin Kerja (SIK)
 Nama kota dan tg.resep ditulis
 Singkatan R/
 Nama obat dan jumlahnya
 Tugas untuk dibuat sediaan apa
 Signatura (cara pemakaian)
 Nama Pasien, (umur dan alamatnya)
Resep khusus
 Resep narkotik : tdk boleh ada tanda iter (boleh diulang), m.i (dipakai sedniri), u.c
(pemakaiannya diketahui).
 Resep segera (sesuai urutan) : P.I.M, urgent, statim, cito
 Resep ulang : boleh diulang (iter/iteratie) n+1, tidak boleh diulang (n.i = ne iteratur)
Salinan resep
Resep yang disalin o/ apotek, dgn tanda khas “det”= sudah diserahkan/ “nedet”=blm
diserahkan.
Dosis
 Dosis maksimum : takaran obat terbesar yg masih dapat menyembuhkan dan tdk
menimbulkan keracunan
 Dosis lazim : takaran petunjuk yg tidak mengikat. Dosis agar efek terapi tercapai.
Contoh CTM.
 Dosis terapi : takaran obat dlm keadaan biasa yg dapat menyembuhkan
 Dosis letal : takaran obat dlm keadaan biasa yg dapat menyebabkan kematian
 Rumus dosis :
𝑛 (𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
a. Rumus young : x dosis dewasa
𝑛+12
𝑛 (𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛)
b. Rumus fried : x dosis dewasa
150
𝑛 (𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
c. Rumus dilling : x dosis dewasa
20

B. Jalur Distribusi Obat


Jalur Pemakaian efek obat dibagi menjadi 2, yaitu jalur pemakaian efek lokal dan efek
sistemik.
1. Efek lokal: Efek dari obat yang dimaksud hanya pada suatu bagian tempat tertentu
dari tubuh.
2. Efek sistemik : Efeknya ke seluruh tubuh.
a. Jalur Oral : Jalur yg paling umum digunakan adalah pemakaian lewat oral. Hal ini
menyenangkan untuk pemakaian sendiri dan efektif untuk hampir semua obat,
kecuali utk obat yg terlau cepat diinaktivasi oleh cairan lambung atau usus.
b. Jalur Bukal : Jalur bukal bermanfaat untuk pemakaian obat sendiri dan dapat juga
digunakan untuk mengatasi bila lewat oral bermasalah. Aliran darah lewat
selaput lendir bukal tinggi dan obat diserap ke dalam sirkulasi sistemik dari pada
sirkulasi hepatik. Jalur ini juga dapat dilakukan untuk pasien yang tidak sadar.
c. Jalur Rektum : Pemakaian jalur rektum bermanfaat untuk penggunaan obat secara
sistemik yg sdh diketahui dapat menyebabkan gangguan atau bagi pasien yg
muntah-muntah atau tidak sadar.
d. Jalur inhalasi : aliran darah yang tinggi melewati jantung dan luasnya permukaan
membran alveoli mendorong penyerapan yg cepat dari obat ke dalam sirkulasi
darah. Gas yg bersifat anestetik, cairan yang mudah menguap dan obat yang dapat
didispersikan dlm bentuk aerosol dapat digunakan secara inhalasi untuk tujuan efek
sistemik. Selaput lendir hidung dapat juga dimanfaatkan sebagai jalur pemakaian
secara sistemik.
e. Jalur Transdermal : obat yang digunakan untuk permukaan kulit dapat diserap
secara perlahan-lahan ke dalam sirkulasi sistemik. Jalur ini berguna untuk obat
yang bekerjanya dlm waktu pendek stlh pemakaian oral, terutama bagi obat yg
sangat cepat dimetabolisme di hati dan dapat mendorong sejumlah zat bertahan
dalam sirkulasinya.
f. Jalur Parenteral (suntikan): obat dimasukkan langsung ke dalam sirkulasi
darah dengan melewati jalur intravena. Penyebaran obat dalam sirkulasi darah
adalah cepat dan lewat jalur ini memintas banyak membran biologi yg dapat
menghambat penyerapan.
C. Wadah
Ada 3 katagori wadah :
1. Wadah tertutup baik : harus melindungi isinya terhadap masuknya bahan padat
dari luar dan mencegah kehilangan isi waktu pengurusan, pengangkutan,
penyimpanan dan penjualan dlm kondisi normal.
2. Wadah tertutup rapat : harus melindungi isinya terhadap masuknya zat padat,
lengas dari luar dan mencegah kehilangan, pelapukan, pencairan dan penguapan
pada waktu pengurusan, pengangkutan, penyimpanan dan penjualan dlm kondisi
normal.
3. Wadah tertutup kedap : harus mencegah menembusnya udara atau gas pada
waktu pengurusan, pengang- ;kutan, penyimpanan dan penjualan pd kondisi
normal.
D. Penyimpanan
 Penyimpanan pd suhu kamar: disimpan pd suhu 15-30o.
 Penyimpanan di tempat sejuk: pd suhu 5 – 15oC.
 Penyimpanan di tempat dingin: pda suhu 0 – 5oC.
 Penyimpanan di tempat lewat dingin : pd suhu -15 - 0o
E. Kelarutan
Kelarutan : Pernyataan bagian dlm kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1 mL
zat cair dlm sejumlah pelarut.
Tabel kelarutan

Air hangat berarti air dg suhu 60-70oC.


Air panas berarti air dg suhu 85-95oC

F. Bentuk sediaan farmasi


1. Serbuk
Campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian
oral/pemakaian luar.
 Pulveres : serbuk terbagi-bagi dalam bobot yang ±sama
 Pulvis : serbuk tidak terbagi biasanya dalam bentuk beda.
Keuntungan:
Mudah terdispersi dan mudah larut drpd sediaan padat, mudah ditelan, stabilitas
baik, volume besar, leluasa memilih dosis yg sesuai
Kerugian :
Bau dan rasa tdk tertutupi, penyimpanan kadang lembab dan basah, peracikan lama,
pelepasan tdk dapat diatur, ed obat racik beda dgn ed obat aslinya.
2. Kapsul
Bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras atau lunak yang
dapat larut.
 Cangkang keras: terdiri dari wadah dan tutup
 Cangkang lunak: satu kesatuan, bulat telur, lebih tebal
Keuntungan :
Bentuk menarik, praktis, baud an rasa tertutupi, mudah ditelan->cepat hancur-
>mudah diabsorpsi, dapat kombinasi dgn macam2 obat.
Kerugian :
Tdk bisa utk zat yg mudah menguap, higroskopis, zat yg dapat bereaksi dgn
cangkang kapsul, tidak untuk balita, tidak bisa dibagi.
3. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar.
Peraturan pembuatan salep menurut F. Van duin
1) Peraturan salep pertama
“zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan ke dalamnya, jika perlu
dengan pemanasan”
2) Peraturan salep kedua
“bahan yang larut dalam air, dilarutka dulu dlm air asalkan jumlah airnya dapat
diserap seluruhnya o/basis, dan jumlah air yg diapakai dikurangi dari basis
salepnya”
3) Peraturan salep ketiga
“bahan yang sukar, atau sebagian larut dalam lemak dan air harus diserbukkan lebih
dahulu, kemudian diayak dgn pengayak no 60”.
4) Peraturan salep keempat
“salep-salep yang dibuat dengan cara mecairkan, campurannya harus digerus
sampai dingin” bahan2 yg ikut dilebur harus dilebihkan 10-20% untuk mencegah
kehilangan bobotnya.
Bahan dasar salep:
 Hidrokarbon : vaselin putih&kuning, cera putih&kuning, atau campuran
keduanya.
 Salep serap : adeps lanae, campuran 3 bag kolesterol, 3 bag stearil-alkohol, 8
bag malam putih, 86 bag vaselin putih, campuran 30 bag malam kuning&70
bag minyak wijen.
 Dapat dicuci air: emulsi m/a
 Dapat larut dlm air: PEG.
Penggolongan salep menurut konsistensi:
 Unguenta : seperti mentega, tdk mencair pd suhu biasa, mudah dioleskan tanpa
tenaga.
 Cream : banyak mengandung air, mudah diserap kulit, dpt dicuci air
 Pasta : mgdg 50% zat padat, tebal sbg pelindung
 Cerata : salep berlemak yang mengandung %wax tinggi shg konsistensinya
lebih keras (ceratum labiale)
 Gelones/jelly/gel: lebih halus, cair, sedikit mgsg mukosa.
4. Larutan
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat terlarut
Tipe larutan
Larutan encer : zat A (zat terlarut) terlalu kecil jumlahnya
Larutan pekat : mgsg fraksi zat A yg besar
Larutan jenuh : mgdg sejumlah maksimum zat A yg terlarut dlm air
Larutan lewat jenuh : mgsg zat A melebihi batas maksimum kelarutannya dlm air.
Factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan:
 Polaritas zat terlarut dan pelarut
Like dissolves like
 Kosolven
Peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan karena penambahan pelarut lain/
modifiksi pelarut: contoh, air-glisrin
 Sifat kelarutan
Mudah larut perlu sedikit pelarut
Sukar larut perlu banyak pelarut
 Temperatur
Eksoterm : + panas, + larut
Endoterm : + panas, - larut c/: CaSO4, minyak atsiri
 Salting in / out
Salting out: zat terlarut tertentu yg kelarutannya >>> dari zat utama shg kelarutan
zat utama menurun.
Salting in: zat terlarut tertentu yg kelarutannya <<< dari zat utama shg kelarutan
zat utama meningkat.
 Pembentukan kompleks
Zat tdk larut bereaksi dgn zat yg larut shg mjd larut. c/: KI dan NaI
 Efek ion bersama
 Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, luas permukaannya semakin besar, semakin byk
yg kontak dgn pelarut shg kelarutannya meningkat
 Pengadukan
Zat padat akan terkikis karena adanya proses pengadukan shg akan mudah larut
Keuntungan sediaan larutan :
Campuran homogen, dosis dapat diubah2, cepat diabsorpspi, bisa diberi corrigens
shg cocok u/ anak2, u/ obat luar bentuk sediaan mudah digunakan.
Kerugian:
Voluminous, ada obat yg tdk stabil dlm bentuk larutan, ada yg sukar ditutupi bau dan
rasa.
5. Emulsi
Sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dlm bentuk
tetesan kecil.
Tipe emulsi:
 Emulsi air dalam minyak (w/o): terdiri dari butiran air yang terdispersi kedlm
minyak. Air: internal, minyak:external.
 Emulsi minyak dala air (o/w): terdiri dari butiran minyak yang terdispersi kedlm air.
M: in, air: ex.
Adhesi: Daya tarik menarik antarmolekul yg tdk sejenis
Kohesi : Daya tarik menarik antarmolekul yg sejenis
Rumus menghitung HLB
(𝑿−𝑯𝑳𝑩𝒃)
A% b = (𝑯𝑳𝑩𝒂−𝑯𝑳𝑩𝒃) x 100%

Emulagator dapat dikelompokkan menjadi:


a. Anionic : sabun alkali, na-lauril sulfat
b. Kationik : seny. Ammonium kuarterner
c. Nonionic : tween dan span
d. Amfoter : protein, lesitin
Metode :
a. Gom kering
Zat pengemulsi dicampur dgn minyak kemudian di+ air u/ mmbntk korpus emulsi,
encerkan dgn sisa air
b. Gom basah
Zat pengemulsi di+ ke dlm air agar mmbntk mucilage, cmpurkan minyak perlahan u/
membentuk emulsi, encerkan dgn sisa air.
c. Metode botol
u/ minyak mudah menguap dan viskositas rendah
Cara membedakan tipe emulsi
1. Pengenceran fase
Tipe o/w diencerkan dgn air
Tipe w/o diencerkan dgn minyak
2. Pengecetan/pewarnaan
Emulsi+ sudan III merah tipe w/o
Emulsi + metilen biiru biru tipe o/w
3. Kertas saring
Emulsi diteteskan, noda minyak : tipe w/o, basah merata : tipe o/w
4. Konduktivitas listrik
Lampu menyala jika elektroda dicelupkan pd cairan emulsi tipe o/w, sebaliknya mati.
Kestabilan emulsi
 Creaming: emulsi terpisah mjd 2 fase (reversible)
 Koalesens: pecahnya emulsi karena butir minyak berkoalesen mjd fase tunggal yg
memisah (irreversible)
 Infers fase: berubahnya tipe emulsi (irreversible)
6. Suspensi
Sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dlm bentuk halus yg terdispersi ke
dalam fase cair
Stabilitas dipengaruhi o/: Ukuran partikel, kekentalan, jumlah partake;, sifat dan muatan
partikel.
Bahan pensuspensi
1. Dari alam
a. Gom :
 Akasia berasal dari eksudat tanaman acasia sp, perlu pengawet
 Chondrus : Dari tanaman chondrus crispus, ekstrak karagenan, perlu
pengawet
 Tragakan : Dari tanaman astragalus gummifera, perlu pemanasan, lebih kental
dari gom arab, tdk sbg emulgator
 Algin : Dari ganggang laut, kadar 1-2%, perlu pengawet
b. Tanah liat
Bentonite, hectorite, dan veegum (cukup ditabur)
2. Sintesis
a. Derivate selulosa : metil selulosa, CMC, hidroksil metil selulosa
b. Golongan organic polimer: carbophol
Metode:
Dispersi: menambahkan obat ke dlm mucilago yg telah dibentuk kemudian baru
diencerkan
Presipitasi : zat yg ingin didispersikan dilarutkan dulu dlm pel. Organic yg akan
dicampur dgn air, diencerkan dgn larutan pensuspensi dlm air dhg mjd endapan halus
tersuspensi dgn bahan pensuspensi.
Sistem flokulasi : terikat lemah, cepat mengendap, tdk terjadi cakae, mudah tersuspensi
kembali
Sistem deflokulasi: mengendap perlahan, membentuk sedimen, mmbntuk cake yg
susah tersuspensi kembali.

7. Suppositoria
Sediaan padat dlm berbagai bobot dan bentuk, yg diberikan melalui rectum, vagina atau
uretra, umumnya meleleh pada suhu tubuh.
Bilangan pengganti
Untuk mendapatkan ukuran suppositoria atau ovula dg ukuran yang lazim, maka
perlu disini digunakan bilang- an pengganti dengan maksud agar volume kedua sedi-
aan itu mendekati ukuran normal.
Bilangan pengganti zat A = 0,65, artinya tiap 1 g zat A ekivalen dengan berat 0,65
g Oleum Cacao.
Contoh R/ Acid.boric 4
Ol.cacao q.s.
m.f.supp.dtd.no. 5
Pro: Ny. Elvie
Utk 5 supp, dilebihkan 1 jadi 6 bh bagi orang dewasa bobot suppo 3 g, 3x6 = 18 g.
Acid boric 4 g ekivalen dg ol.cacao = 4 x 0,65 = 2,6 g, Jadi Ol.cacao perlu
ditambahkan sebanyak 18 g – 2,6 g = 15,4 g. (yg secara teoritis ol.cacao yg
diperlukan = 18 – 4 g = 14 g.

Anda mungkin juga menyukai