Anda di halaman 1dari 30

Sediaan Farmasi Likuida

Sediaan Farmasi Liquida

Pada dasarnya sediaan farmasi cair terbagi dalam 3 golongan, yaitu :


1. Sediaan Larutan : suatu sediaan farmasi cair, dimana semua zat
padatnya terlarut di dalam cairan pembawa nya.
2. Sediaan Suspensi : suatu sediaan farmasi cair, dimana zat
padatnya tidak larut dlm cairan pembawanya dan hanya
terdispersi di dalam cairan.
3. Sediaan Emulsi : Sediaan farmasi cair yang terdiri dari dua atau
lebih cairan yang tidak mau bercampur se- samanya yg dg
bantuan emulgator dapat dibentuk suatu sediaan yg merata
(homogen) dlm waktu tertentu.

Ketiga golongan sediaan tersebut berdasarkan pemakaiannya terbagi


dalam : Obat dalam dan Obat luar.

2
Bentuk Sediaan Larutan
• Larutan adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut baik yang terdispersi secara molekular atau campuran
pelarut yang saling bercampur
 Keuntungan bila dibandingkan dengan sediaan padat, antara
lain adalah
1. Memberikan jaminan keseragaman dosis dan ketelitian
yg lebih tinggi (karena tercampur merata)
2. Lebih mudah untuk di-absorbsi (umumnya obat
diabsorbsi dalam bentuk larutan)
3. Bagi individu yg sukar menelan obat, misalnya anak-
anak atau orang tua, lebih mudah untuk diberikan
dalam bentuk sediaan cair.
Tipe Larutan
• Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain akan menjadi
tipe larutan sebagai berikut:
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung sejumlah
kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar
zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah
maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada tekanan
dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung
jumlah zat A yang terlarut melebihi batas kelarutannya
didalam air pada temperature tertentu.
Pelarut
• Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang terlarut
disebut solute. Solvent yang biasa dipakai :
• Air, untuk macam-macam garam.
1. Spirtus, misalnya untuk kamfer, iodium, menthol.
2. Gliserin, misalnya untuk tanin, zat samak, borax dan fenol.
3. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor dan sublimat.
4. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol.
5. Parafin, liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-minyak, kamfer,
menthol dan klorbutanol.
6. Eter minyak tanah, untuk minyak-minyak lemak.
Kelarutan
 Kelarutan merupakan faktor yang SANGAT PENTING dalam
proses pembuatan Sediaan Larutan
 Melarut tidaknya suatu Zat atau bahan ke dalam suatu sistem
tertentu dan besarnya kelarutannya, tergantung dari sifat serta
intensitas kekuatan yang ada.

Istilah Kelarutan Jumlah bagian pelarut yang


diperlukan untuk melarutkan
1 bagian zat
Sangat mudah larut Kurang dari 1

Mudah larut 1 sampai 10


Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000

6
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
 pH Larutan (lingkungan)
 Kebanyakan obat bersifat asam atau basa lemah, sehingga
kelarutan sangat dipengaruhi oleh pH Larutan
 Kosolvensi
Kelarutan obat dapat ditingkatkan dengan penambahan pelarut
yang disebut dgn kosolven, Misalnya luminal tidak larut dalam
air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin
 Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang
nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya
alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam
kloroform.

7
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
 Kelarutan
• Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut,
sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut.
Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah :
1. Dapat larut dalam air
a. Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2
b. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base.
c. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
2. Tidak larut dalam air
a. Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3
b. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH,
NaOH, BaO, Ba(OH)2.
c. Semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
• Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau
terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya :
kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
• Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang
menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi
lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air
tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
 Temperatur
• Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.
• Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur menyebabkan tidak
larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm, karena pada proses
kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
• Contoh : KOH dan K2SO4
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh
dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.
c. Saturatio
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua calsis
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan
 Kompleksasi
Besarnya kelarutan suatu obat dapat ditingkatkan dengan
pembentukan suatu kompleks. Hal ini disebabkan karena adanya
penambahan kelarutan dari masing-masing senyawa dengan
kelarutan dari kompleks yg terbentuk.
Beberapa contoh reaksi kompleks yg meningkatkan kelarutan
i. Ferri chlorida dg Nat.pyrophosphas  Pyrophosphas natri- co ferrici larut
dlm air.
ii. Ferri chlorida dg zat alkalis  Fe(OH)3. Bila ada saccharida (e.g.
saccharum album)  Ferri saccharat, larut.
iii. Borax (Na2B4O7) dan Acidum boricum (H3BO3) dengan gliserin, asam
tartrat dan asam salicylat  komplex yg larut.
iv. Coffein dengan Natrii benzoas sama banyak : terjadi campu ran Coffein et
Natrii benzoas : larut dlm air.
v. Coffein dengan Acidum cirticum sama banyak: terjadi Citras coffein : yg
larut dlm air.
vi. Chinini sulfas dg Acidum sulfuricum
11 dilutum terjadi Chinin bisulfas yg larut
Faktor –faktor yg mempengaruhi Kelarutan

• Kecepatan kelarutan dipengauhi oleh :


1. Ukuran partikel : Makin halus solute, makin kecil
ukuran partikel ; makin luas permukaan solute yang
kontak dengan solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah kenaikan
kelaruta solute.
3. Pengadukan.
Pengelompokan Nama Sediaan Liquida

1. Pengelompokan Obat Dalam cair :


a. Potio (obat minum)
b. Sirup
c. Elixir
d. Netralisasi, Saturatio dan Effervescent
e. Guttae (drop)

2. Pengelompokan Obat Luar cair


a. Lotio, liniment
b. clysma (lavemen)
c. irigasi
d. injectio
e. guttae oris, gtt.ophthalmicae, gtt, nasales, gtt, auricurales.
collyrium,
f. collutorium, gargarisma

13
Potio (obat minum)
 Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian
oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan
pemberi rasa (flavourin agent), pemanis, atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air
 Tiga alasan utama untuk memilih bentuk sediaan larutan oral,
yaitu:
 Bentuk sediaan cair memang sudah dikenal dan
dikehendaki oleh masyarakat,
misalnya: sediaan obat-obat batuk,
 Bila produk itu lebih efektif dalam bentuk cair,
misalnya: adsorben (carbo adsorben) dan antasida,
 Bila obat tersebut dimaksudkan untuk dipakai oleh anak-
anak atau orang tua, yang umumnya mengalami
kesukaran waktu menelan sediaan berbentuk padat.
 Bentuk sediaan Larutan Oral : larutan, emulsi dan suspensi
14
Sirup
 Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau
gula lain kadar tinggi, kecuali dinyatakan lain maka kadar
gula tidak kurang dari 50,0% dan tidak lebih dari 66,0%
 Bentuk sediaan sirup, telah dikenal sebagai bentuk
sediaan obat sejak masa Arab kuno yang dikenalkan oleh
Avicenna (Ali Ibn Sina), ahli farmasi berkebangsaan
Arab. Nama “sirup”, diduga berasal dari kata “Sirab”
(bahasa Arab) yang artinya adalah sari pati gula.
 Sirup dapat dikelompokkan menjadi 3 macam , yaitu
1. sirupus simpleks  gula 65 % dan nipagin 0,25 %
2. medicated syrup  mengandung satu atau lebih obat
3. flavored syrup mengandung pewangi untuk menutup bau
15
Eliksir
• Sediaan cair berupa larutan dengan bau dan rasa yang
enak, mengandung selain obat juga zat tambahan seperti
gula atau zat pemanis lain.
• Dibandingkan dengan sirup:
– kurang manis dan kurang kental
– lebih mudah dalam pembuatan
– Lebih stabil.
• Pelarut utama : air-etanol dengan maksud untuk
mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol: 5 - 10%.
• Pemanis yang digunakan antara lain : gula atau sirup
gula, sorbitol,gliserin dan sakarin.

16
Netralisasi, Saturatio dan Effervescent

• Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dengan


mencampurkan bagian asam dan bagian basa sampai
reaksi selesai dan larutan bersifat netral. Contohnya :
solutio citratis magnesici, amygdalas ammonicus.

• Pembuatan : seluruh bagian asam direaksikan dengan


bagian basanya jika perlu dipercepat dengan pemanasan
Netralisasi, Saturatio dan
Effervescent
• Saturatio adalah Obat minum yang dibuat dengan
mereaksikan asam dengan basa tetapi gas yang terjadi
ditahan dalam wadah sehingga larutan jenuh dengan
gas.
• Pembuatan :
1. Basa dilarutkan 2/3 air
2. Asam dilarutkan 1 / 3 air
3. 2/3 bagian asam dimasukan ke basa, gas dibuang
seluruhnya. Sisa asam dituang dengan hati-hati lewat
botol lalu tutup dengan sampagne knop
Netralisasi, Saturatio dan
Effervescent
• Potio effervescent adalah Saturatio yang CO2 nya lewat
jenuh.
Pembuatannya sama dengan saturatio, tapi langkah ke-3
asam dimasukkan semua ke bagian basa
• Hal yang harus diperhatikan dalam sediaan satoratio dan
effevescent
1. Diberikan dalam botol yang kuat, berisi 9/10 bagian dan
tertutup kedap dengan tutup gabus atau karet
2. Tidak boleh mengandung bahan yang tidak larut karena
tidak boleh dikocok. Pengocokan akan menyebabkan botol
pecah
Perhitungan dlm Saturatio

Bila dalam suatu formula diketahui jumlah dari salah satu komponen saturatio
ini maka dg gunakan tabel satu ratio dapat dihitung komponen lainnya:

R/ Natr.Bicarbonas 5,0 g
Acid.citric., q.s.
Sir.simplic., 15
Essenc.strawberry gtt.III
Aqua ad mL 200.
m.f.saturatio

Perhatikan :
1. Cara pemakaian tak boleh pake sendok harus haustus = minum sekaliguS
2. Tidak boleh ada label “kocok dahulu”

12/26/2017 20
TABEL SATURATIO

Utk 10 bagian Ac.Acet.dil Ac. Citricum Ac. Salicylicum Ac. Tartaric Ac. Amigdalic
Ammon. Liq. 58,8 4,1 8,1 4,41 8,9
Kalii carbonas 144,7 10,1 20,0 10,9 -
Natrii carbonas 69,9 4,9 9,7 5,2 -
Natrii bicarbonas 119,0 8,3 16,4 8,9 18,1
Calcii carbonas - - - - 3,3

12/26/2017 21
Perhitungan :
• Tertulis Natrii bicarbonas 5 g, dalam tabel tertulis utk 10 bagian natrii
bicarbonas ekivalen dg 8,3 g acid.citricum, maka utk 5 g natr.bicarbonas
akan ekivalen dg acidum citricum sebanyak 5/10 x 8,3 g = 4,15 g.

Pembuatannya:
• Air yg ada = 200 mL – 24 mL = 176 mL
• Air ini harus dibagi dua : 70% utk bagian carbonas, dan 30% untuk bagian
asam (Acid.citric,Sir.simpl.dan essen) jadi utk melarutkan Nat.bicarbonas =
70/100 x 176ml= 123 ml, dan utk melarutkan bag. Asam = 53 mL.
• Yg 53 ml dipakai melarutkan acid citric dan sirup simpl dan essence, inipun
harus dibagi 70% dan 30% dimana:
• Larutan yg 70% atau 36 ml dimasukkan sedikit2 sambil dikocok agar gas
CO2nya lepas, setelah glembung gas habis, lar yg 30% dimasukkan ke dlm
lar.caronat sekaligus, cepat ditutup dg karet, dan diikat kuat (Champagne
knoop)

12/26/2017 22
Sediaan semacam ini sbg dasar pembuatan Lemonade

• Pembuatan saturatio merupakan dasar pembuatan minuman yg


mengandung gas CO2 (Carbonated beverages) seperti Limun biasa, sprite,
coca cola, pepsi cola dll.
• Dengan prinsip : minuman yg jenuh gas CO2.

Peraturan Umum :
• Baik asam maupun karbonat harus dlm keadaan terLarut baik.
• 30% air utk bagian asam, 70% utk bagian karbonat.
• Selalu bagian asam yg dituang ke bag.karbonat
• Zat yg bobot jenisnya besar, ikut ke bag.asam, agar sewaktu dimasukkan
ke bag.karbonat, dpt cepat tercampur dg baik.
• Dalam saturatio tidak boleh ada zat yg tidak larut.
• Zat yg bersifat lendir (mucilago) jangan dimasukkan.
• Zat yg mudah menguap ditambahkan ke bag.asam yg 30%.

12/26/2017 23
• Zat yg sebaiknya ditambahkan ke bag. asam:
i. Sirup
ii. Mel
iii. Gliserin, cairan kental
iv. Garam alkaloida (codein HCl, efedrin HCl dll.)
• Zat yg sebaiknya dimasukan ke bag.karbonat :
i. garam amonium,dan kalium
ii. kalii bromidum
iii. garam kalsium bila ada sitrat.
• Garam netral dlm jumlah besar harus dibagi dua, kebagian
asam 30% dan 70% ke bag.karbonat
• Tidak boleh ada penambahan zat pengental : gom arab, atau
CMC dan turunannya.

12/26/2017 24
Guttae / drop
• Guttae / obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi
atau suspensi, apabila tidak dinyatakan lain maka
dimaksudkan untuk obat dalam.
• Biasanya dikenal dengan pedriatic drop yaitu obat tetes anak /
bayi
• Obat tetes sebagai obat luar biasanya disebutkan tujuan
pemakaiannya misal eye drop, atau ear drop.
Hal-hal yg Perlu diperhatikan
• Pemilihan bahan baku, termasuk air (purified water) yang
digunakan
• Kebersihan wadah dan alat/mesin produksi yang digunakan
• Kharakteristik bahan baku, baik secara kimiawi maupun secara fisik
• Prosedur pencampuran (harus memperhatikan derajat kelarutan)
• Kecepatan pengadukan/pencampuran
• Penyaringan
• Pengisian ke dalam wadah (botol)

HAL PENTING LAINNYA


• Suhu Larutan (jangan gunakan air mendidih, suhu 50 – 70oC)
• Pencampuran bahan-bahan mudah menguap (pada suhu kamar,
maks. 30oC)

26
Suspensi
• Suspensi : sediaan farmasi cair dimana zat padatnya tidak
larut di dlm cairan pembawanya, yg dapat homogen dengan
bantuan zat pengental (suspending agent)

Formula sediaan suspensi:


1. Zat aktifnya (obat)
2. Zat pensuspensi (Suspending agent)
3. Zat perisa (hanya utk obat dalam)  flavouring agent,
a. corrigentia saporis : memperbaiki rasa
b. corrigentia odoris : memperbaiki aroma (bau)
c. corrigentia coloris : memperbaiki warna
4. Zat pembawa

27
Zat aktif (obat) a.l. obat yg tidak larut yg biasa disuspensikan dlm
suatu cairan (ump. Air) adalah Ampicillin trihidrat, khloramfenikol
palmitat (-stearat), sulfa-sulfa, sulfur, magnesii oxydum, aluminii
hydroxydum

Contoh Formula

R/ Ampicillin trihidrat 250mg/5mL


Tylose 1g
Sir.simplicis 10
Ol.citri gtt V
Zat warna Egg yellow mg 50.
Aqua ad mL 80
m.f. susp.

28
Emulsi
Emulsi : Sediaan farmasi cair, terdiri dari dua atau lebih cairan yg
tidak mau bercampur sesamanya yg dengan bantuan emulgator
dapat menjadi sediaan yg homogen dlm waktu tertentu.

Komponen Emulsi :
1. Zat yg diemulsikan: macam2 oleum.
2. Zat emulgator : p.g.a, pulv.gummosus, tylose,
carboxymethylcellulose (CMC), agar dll.
3. Zat perisa (utk obat dalam, spt. Suspensi)
4. Zat cairan pembawa (biasanya Aqua dest.)

29
Contoh Formula Emulsi

Cara pembuatan :
R/ Oleum iecoris aselli 10 1. Harus dibuat corpus emulsi dulu
yaitu mencampurkan Oleum Iecoris
pulv. Gummi arab. 5 aselli (10), gom arab (5) dan aqua
dest se banyak 1,5 x pga = 1,5 x 5 g =
Sirup.simplic. 12 7,5 mL.
2. Zat tadi digerus dan dicampur
Oleum aurantiorum gtt.V sedemikian rupa sam- pai kental
seperti susu.
Zat warna amaranth. mg. 50 3. campurkan cairan yg memperbaiki
Corpus emulsi y.i sirup simplex
4. Zat warna dilarutkan dlm air dan
m.f.emuls. mL 100 dicampurkan ke dlm campuran yg
telah ada
S. 3.dd.cth. II. 5. terakhir masukkan minyak atsiri
(Ol.aurantiorum)
6. Beri etiket Emulsi Minyak Ikan

30

Anda mungkin juga menyukai