Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PEMBUATAN DAN PENGEMASAN PRODUK OBAT TABLET

HISAP EKSTRAK WORTEL “VITMA

Disusun Oleh :
Refi Hardianti ( PO.71.39.1.18.029)

Kelas : Regular 3a
Dosen Pembimbing :
Dra.Sarmalina Simamora S, Apt,M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN 2019/ 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat- Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan proposal pembuatan dan pengemasan produk
farmasi ini untuk memenuhi tugas Matakuliah Pemasaran Farmasi. Terimakasih saya
haturkan kepada semua pihak yang mendukung dan membantu saya dalam
menyelesaikan proposal ini, sehingga proposal ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan proposal ini, saya menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna.
Saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga saya dapat memperbaiki
proposal ini agar menjadi lebih baik. Saya berharap semoga proposal ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait terutama bagi saya sendiri dan kita semua.

Palembang, 23 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................3
BAB I Pendahuluan...................................................................................................4
A.Latar Belakang.......................................................................................................4
BAB II Pembahasan...................................................................................................5
Profil Usaha/Perusahaan.............................................................................................5
Nama Dagang Produk................................................................................................5
Bentuk Sediaan..........................................................................................................6
BAB III Bahan, Alat, Dan Produksi .........................................................................7
BAB IV Hasil Uji Mutu............................................................................................9
Bab V Pengemasan....................................................................................................11
Bab VI Anggaran Dana & Pemasaran.......................................................................11
BAB VII Penutup.....................................................................................................12
A. Kesimpulan...........................................................................................................12
B. Saran.....................................................................................................................12
Daftar Pustaka...........................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang memungkinkan dikembangkannya
tanaman sayur-sayuran yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Sayuran sangat
berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi karena
mengandung sumber vitamin, serat dan mineral yang dibutuhkan manusia misalnya
wortel (Peranita dkk, 2014). Wortel (Daucus carota L) termasuk komoditas sayuran
yang banyakmengandung β-karoten, yang merupakan precursor vitamin A. Karoten
atauprovitamin A dapat dikonversi oleh tubuh menjadi vitamin A yang aktif. Vitamin A
merupakan bagian yang penting dari penerimaan cahaya mata. Kekurangan vitamin A
menyebabkan kebutaan, tingginya angka kesakitan, dan kematian dikalangan balita.
Diperkirakan lebih dari 250 juta anak di seluruh dunia memiliki resiko kekurangan
vitamin A. Setiap tahun di Indonesia diperkirakan lebih dari 60.000 anak menderita
gangguan penglihatan yang pada umumnya diderita oleh anak-anak pra-sekolah,
sehingga dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A
seperti halnya wortel ataupun produk olahannya (Anggara dkk, 2015). Kurang Vitamin
A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh dunia terutama di negara
berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan.

Kurang Vitamin A dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang
merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat mengenai berbagai macam anatomi
dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan
menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah
kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang
menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang (Depkes, 2003). Mengingat β-
karoten atau provitamin A sangat penting untuk kesehatan, mengkonsumsi pangan yang
mengandung zat gizi ini perlu menjadi kebiasaaan setiap hari termasuk diantaranya
mengkonsumsi wortel. Kebanyakan masyarakat tidak menyukai rasa dari wortel
terutama anak-anak walaupun sudah dibuat dalam bentuk yang berbeda contohnya jus.
Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman wortel ini agar lebih praktis dan
efektif dalam penggunaannya serta disukai oleh masyarakat terutama anak-anak adalah
dengan membuatnya dalam bentuk ekstrak yang diformulasikan dalam bentuk sediaan
tablet hisap, sehingga tanaman yang terkandung dalam tablet hisap tersebut akan lebih
mudah diserap oleh tubuh dan mudah dilepaskan sebagai bahan aktif di dalam tubuh.
Diharapkan dengan dibuat sebagai tablet hisap, rasa yang tidak enak dan bau yang tidak
disukai dapat tertutupi sehingga dapat dikonsumsi seperti permen dengan rasa dan
aroma yang enak sehingga digemari orang dewasa maupun anak-anak.

4
BAB II PEMBAHASAN
PROFIL USAHA/PERUSAHAAN
Nama Perusahaan : PT Refi Farma
Alamat : Jalan Taman Kenten No.86, Palembang, Indonesia
Tanggal Berdiri : 24 Agustus 2017
Jenis Usaha : Obat
Jumlah Karyawan : 10 Orang
Produk : Tablet hisap ekstrak wortel
NAMA DAGANG PRODUK
Nama Dagang produk adalah hal yang sangat penting dan diperlukan supaya
produk kita mudah di ingat dan di kenal oleh semua orang khususnya target konsumen
kita. Untuk usaha ini, kami memberikan nama “Vitma” yang di ambil dari singkatan
Vitamin Mata yaitu vitamin yang berasal dari kandungan wortel yang bermanfaat untuk
kesehatan mata khususnya beta karoten
BENTUK SEDIAAN
Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet
merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien
dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah
cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam
penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara. Transportasi dan distribusinya
tidak sulit sehingga mudah sampaikan kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini
relatif lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya,
bentuknya kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-
unsur aktifnya. Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman wortel ini agar lebih
praktis dan efektif dalam penggunaannya serta disukai oleh masyarakat terutama anak-
anak adalah dengan membuatnya dalam bentuk ekstrak yang diformulasikan dalam
bentuk sediaan tablet hisap, sehingga tanaman yang terkandung dalam tablet hisap
tersebut akan lebih mudah diserap oleh tubuh dan mudah dilepaskan sebagai bahan aktif
di dalam tubuh.
Diharapkan dengan dibuat sebagai tablet hisap, rasa yang tidak enak dan bau
yang tidak disukai dapat tertutupi sehingga dapat dikonsumsi seperti permen dengan
rasa dan aroma yang enak sehingga digemari orang dewasa maupun anak-anak. β-
karoten memiliki sifat tidak tahan pemanasan dan kelembapan, maka metode yang
dipilih adalah granulasi basah dengan pelarut mudah menguap seperti etanol untuk
mencegah stabilitas senyawa β-karoten terhadap pemanasan dan kelembapan.Perbedaan
antara tablet hisap dengan tablet konvensional terletak pada sifat-sifat organoleptik, sifat
non-desintegrasi, dan laju disolusi yang diperpanjang pada lidah. Tablet hisap
seharusnya terkikis (bukan hancur) selama berada di dalam mulut (Peters, 1989).

5
Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi
larut atau terkikis secara perlahan- lahan dalam jangka waktu 5-10 menit (Peters, 1989).
Adapun keuntungan dari tablet hisap antara lain memiliki rasa manis yang
menyenangkan, mudah dalam penggunaan, kepastian dosis, memberikan efek lokal, dan
tidak diperlukan air minum untuk menggunakannya(Banker&Anderson,1994). Tablet
hisap melarut secara perlahan di dalam mulut. Oleh karena itu, tablet hisap
menggunakan bahan pembantu dengan rasa seperti sukrosa, dekstrosa, mannitol dan
sorbitol (Mendes & Bhargava, 2007). Mannitol bersifat tidak higroskopis, biasa
digunakan dalam pembuatan tablet dengan metode cetak langsung, selain itu juga biasa
digunakan dalam bentuk granul. Spray-dried atau digunakan dalam metode granulasi
basah. Granulasi yang mengandung mannitol memiliki keuntungan yaitu dapat kering
dengan mudah dan granul dapat mengalir dengan bebas. Mannitol juga digunakan
sebagai eksipien dalm formulasi tablet hisap karena rasa yang manis dan sensasi dingin
di mulut (Rowe et al., 2009).
Untuk membentuk tablet hisap yang kompak dan memenuhi kekerasan tablet
yang cukup diperlukan bahan pengikat. Bahan pengikat adalah zat tambahan yang
berfungsi untuk meningkatkan kekompakkan dan daya tahan tablet melalui penyatuan
partikel bersama serbuk lain dalam butir-butir granul (Voigt, 1994). Bahan pengikat
yang umum digunakan adalah polivinil pirolidon (PVP), gelatin, HPMC, CMC-Na dan
metil selulosa. Pada penelitian ini dipilih bahan pengikat PVP K-30 karena mampu
membentuk ikatan yang kuat antar granul, sehingga tablet yang dihasilkan memilki
kekerasan dan kerapuhan yang cukup. PVP K-30 juga memiliki sifat alir yang baik,
sudut diam minimum dan menghasilkan daya kompaktibilitas lebih baik (Muktamar,
2007) dan PVP K-30 terbukti aman bahkan bisa digunakan pada larutan plasma
ekspander. PVP K-30 pada pembuatan tablet hisap memiliki kadar antara 0,5-5% (Rowe
et al, 2009).
Penggunaan PVP K-30 pada konsentrasi 1-3% pada pembuatan tablet ekstrak
tanaman dapat menghasilkan tablet hisap yang mempunyai kekerasan cukup, kerapuhan
yang rendah dan waktu melarut yang lama (Muktamar, 2007). Adapun persyaratan
untuk tablet hisap diantaranya adalah kekerasan diantara 10-20 kg (Davies, 1995),
kerapuhan tablet yang diperbolehkan adalah kurang dari 1% (Agoes, 2012), dan waktu
melarut tablet yang baik adalah 5-10 menit (Peters,1989). Syarat tablet hisap adalah
memiliki kekerasan yang tinggi dan hal ini dapat dicapai dengan metode granulasi basah
(Swarbick & Boyland, 1994). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dilakukan
penelitian dengan menggunakan mannitol sebagai bahan pengisi, PVP K-30 sebagai
bahan pengikat dengan kadar 1%, 2%, dan 3%, Magnesium Stearat sebagai lubrikan,
dan digunakan metode granulasi basah, selanjutnya dilakukan pemeriksaan pengaruh
pengikat PVP K-30 terhadap mutu fisik tablet hisap yang meliputi kekerasan,
kerapuhan, dan waktu melarut tablet. Dari penelitian ini dapat diketahui kadar PVP K-
30 optimal yang dapat menghasilkan mutu tablet hisap ekstrak wortel yang memenuhi
persyaratan.

6
BAB III
BAHAN, ALAT, DAN PROSEDUR PRODUKSI
Bahan:
Bahan penelitian adalah umbi wortel bentuk tumpul(chantenay) yang diperoleh dari
desa Kebo, Malang
Bahan Kimia: Bahan kimia yang digunakan adalah baku standart betakaroten
(Calbiochem), metilselulose 4000 (N.V Laksmi Echa & Co), Mg stearat(cab-O-Sil),
sukrosa (merek le le), aseton teknis(Brataco), etanol 70%(brataco).
Alat:
1. Alat pencetak tablet: Hanseaten type E 1 No. Kapasitas 70 tablet per menit
Ayakan granul merah 18 dan mesh 20
2. Alat penguji distribusi ukuran granul: Resch type 3D. West Germany Alat
penguji kekerasan: erweka hardness tester type TB 24
3. Alat penguji kerapuhan: erweka friabilitor type TAP
4. Alat penguji waktu melarut: erweka disintegrating tester type Z1 Alat pengukur
bobot jenis: modifikasi standar DIN 53194 Alat pengukur bobot tablet: neraca
analitik merk Chyo-JP 160 Alat penguji keseragaman ukuran tablet: jangka
sorong
5. Alat penguji aliran dan sudut diam: corong gelas dan stopwatch
6. Alat pengering ekstrak: rotatory evaporator Alat penguji kadar air: kett infra red
moisture balance
7. Alat-alat gelas
Prosedur:
1.Pembuatan Ekstrak
Wortel Umbi wortel dibersihkan terlebih dahulu, ditimbang kemudian diparut.
Hasil parutan kemudian dikeringkan pada suhu kamar dan tempat gelap sampai kadar
airnya kurang dari 10%, lalu diserbuk dengan gilingan dan diajak menggunakan mesh
40 lalu ditimbang dan tahap pengetesan perklorat, terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perklorat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Pada tahap pengembangan serbuk wortel dibasahi dengan aseton selama 2 jam. Serbuk
yang sudah dibasahi tersebut dimasukkan kedalam perkolator dan ditambahkan aseton
hingga 3-4 cm di atas bahan, kemudian didiamkan selama 24 jam (maserasi antara).
Setelah 24 jam dilakukan penetesan hasilperkolasi/perklorathingga volume pelarut
didalam perkolator turun dan hampir sama dengan batas atas serbuk dalam perkolator.
Penetesan kemudian dihentikan dan dilakukan lagi penuangan pelarut kedalam
perkolator. Demikian seterusnya hingga terjadi perubahan warna didapatkan perkolat
yang jumlahnya 5 kali bahan.
Ekstrak wortel hasil perkolasi yang didapatkan kemudian dipekatkan
menggunakan rotavapor pada suhu dibawah 35˚C. Ekstrak pekat yang didapatkan
kemudian dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu kamar sampai didapatkan

7
bobot ekstrak wortel yang konstan. Selanjutnya ekstrak ini siap untuk diformulasikan
menjadi tablet hisap ekstrak wortel. Seluruh proses mulai dari pembuatan serbuk
simplisia sampai pemekatanekstrak dilakukan dalam cahaya redup dan hindari
pemanasan karena beta karoten cenderung akan mengalami oksidasi yang cepat dan
isomerasi saat terpapar oleh cahaya panas (Ikan, 1984).
2. Pembuatan Granul
Untuk memperbaiki sifat kompresibilitas dari ekstrak wortel ditambahkan
metilselulosa 4000 sebagai pengikat internal dan ditambahkan sukrosa sedikit demi
sedikit, gerus hingga homogen. Bahan pengikat metilselulosa 4000 ditambah etanol
70%, terus sampai terbentuk mucilago, kemudian tambahkan mucilagoini kedalam
campuran serbuk, gerus hingga terbentuk massa granul. Massa granul kemudian diayak
menggunakan granul dengan ukuran mesh 18 kemudian dikeringkan dalam lemari
pengering sampai kadar air<20% (30 menit). Setelah dikeringkan granul ini
menggunakan pengayak granul dengan mesh 20.
3. Pemeriksaan Mutu Fisik Granul
Sebelum granul dicetak menjadi tablet maka dilakukan pemeriksaan mutu granul
yang meliputi: kadar air, distribusi ukuran, granul, penentuan sifat alir, sudut diam dan
kompresibilitas. 
4. Pembuatan Tablet Hisap
Tablet hisap ekstrak wortel direncanakan mengandung 0,5 mg beta karoten per
tablet. Kadar beta karoten dalam ekstrak diperhitungkan dari pendekatan pustaka
(Linde, 1992) yang menyebutkan bahwa dalam 1 kg wortel segar mengandung 66 mg
beta karoten. Jadi, 1 kg wortel segar dapat dibuat tablet sebanyak 132 tablet. Jadi untuk
membuat 600 tablet diperlukan wortel segar 5 kg. Ekstraksi 5 kg wortel segar
didapatkan ekstrak sejumlah 15 gram. Jadi jumlah ekstrak wortel per tablet adalah 25,0
mg. Masing-masing granul yang sudah kering dicampur dengan Mg stearat 1% selama 5
menit. Perhitungan Mg stearat berdasarkan berat granul. Campuran massa granul
dicetak menjadi tablet dengan bobot 800 mg dan diameter 13 mm dengan mesin
pencetak tablet.
5. Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet
Pemeriksaan mutu fisik tablet yang dilakukan yakni: keseragaman bobot tablet,
ukuran tablet, kekerasan, kerapuhan, waktu melarut

8
BAB IV
HASIL UJI MUTU
Sebelum dilakukan tabletasi, maka terlebih dahulu umbi wortel segar diparut
kemudian dikeringkan pada suhu kamar dan diserbuk dengan gilingan kemudian diayak
menggunakan mesh 40, tujuan pengecilan partikel dimaksudkan untuk meningkatkan
luas partilkel sehingga memudahkan ekatraksi. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
air simplisia dengan alat moisture balance 45, kadar air harus kurang dari 10%,
selanjutnya diekstraksi dengan metode perkolasi dan sebagai pelarut adalah aseton.
Alasan memakai metode perkolasi untuk menghindari amilum masuk ke perklorat,
karena amilum dapat mempengaruhi rasa yaitu menjadi kesat. Pelaut aseton digunakan
karena beta karoten larut dalam aset on sehingga akan menghasilkan komponen beta
karoten yang maksimal, diaamping itu aseton mudah menguap sehingga memudahkan
penanganan untuk menghilangkan aseton dari ekstrak. Cara penanganan ekstrak bebas
aseton yaitu dikeringkan pada lemari pengering sampai bobotnya konstan. Setelah
didapatkan ekstrak kemudian dilakukan identifikasi beta karoten dengan KLT dimana
eluen yang digunakan adalah heksan : aseton (99:1) dengan menggunakan noda H2SO4
pekat. Noda yang dihasilkan berwarna coklatnya harga Ef untuk baku standar 0,70 dan
harga Rf untuk sampel 0,70.
Pada pembuatan tablet hisap ekstrak wortel dilakukan orientasi untuk
meningkatkan kompreainilitas dari ekstrak, sebab tanpa bahan pengikat t1 internal akan
diperoleh tablet yang sangat rapuh. Setelah ekstrak digranulasi dengan metode granulasi
basah maka dilakukan uji mutu fisik granul yaitu distribusi ukuran granul, penentuan
sifat akhir dan sudut diam, % kompresibilitas dan kadar air granul. Uji distribusi granul
dilakukan guna mengetahui jumlah granul tiap formula. Jumlah dengan ukuran <150
μm (merah<100) pada formula menunjukkan nilai antara 12-24% (F0=24%,
F1=18%,F2=14%, F3=14%, 17 F4=12%). Harga ini sesuai dengan persyaratan dimana
% fines kurang dari 20% (Felmiester, 1970) kecuali harga F0 karena pada formula ini
tidak ada pengikat internal.
Untuk uji sudut diam dilakukan bersama dengan pengukuran kecepatan air
memberikan hasil baik yaitu kecepatan alir antara 11,28-13,41% g/dt (F0=12,00 g/dt,
F1=11,49 g/dt, F2=11,28 g/dt, F3=13,41 g/dt, F4=12,96 g/dt. Sudut diam antara 22,13-
23,10˚ (F0=22,13˚, F1=22,45˚,F3=23,10˚,F3=22,13˚, F4=22,77˚). Hal ini sesuai dengan
pustaka yang menyebutkan bahwa struktur diam yang kecil menggambarkan struktur
permukaan yang halus dan sifat kohesinya kecil sehingga mempunyai kemampuan alir
yang baik.
Harga kompresibilitas yang didapat antara 8,82%-13,53% (F0=13,53%,
F1=9,67%, F2=9,80%, F3=8,82%, F4=9,66%) menunjukkan bahwa campuran serbuk
mempunyai kompresibilitas baik. Harga kadar air yang memenuhi persyaratan yaitu
antara 0,78%-1,18% (F1=0,78%%, F2=0,98%, F3=0,99%, F4=1,18%) hal ini sesuai
dengan pustaka yang menyebutkan kadar air campuran serbuk untuk tablet hisap
berkisar antara 0,75%-2% (Peter, 1980). Dari uji mutu fisik gradual diatas maka
diperoleh kesimpulan bahwa granul memenuhi persyaratan untuk ditabletasi. Setelah
dilakukan uji mutu fisik granul, granul dibuat tablet dengan bantuan Mg asetat

9
menggunakan mesin pencetak tablet kemudian dilakukan uji mutu fisik tablet antara
lain kekerasan, kerapuhan, dan waktu melarut.
Pada pemeriksaan kekerasan tablet hisap ekstrak wortel didapatkan hasil antara
3,91 kg-6,50 kg (F0=3,91 kg, F1= 4,53 kg, F2=5,30 kg, F3=6,06 kgF0<F1<F2<Fe<F4.
Hal ini disebabkan karena kadar metilselulosa 4000 pada tiap formula berbeda-beda
sehingga mempengaruhi kekerasan tablet yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan tidak
memenuhi persyaratan kekerasan tablet hisap (10-20 kg Parrot, 1970), tetapi kekerasan
tablet hisap bukan merupakan faktor yang sangat menentukan, karena bila dengan
kekerasan tertentu didapatkan waktu melarutkan yang sesuai persyaratan maka tablet
hisap yang dihasilkan sudah dapat diterima.
Pada pemeriksaan kerapuhan tablet hisap ekstrak wortel didapatkan hasil antara
0,48%-1,07% (F1=1,07%, F2=0,79%, F3=0,65%, F4=0,48%. Formula 2, 3, 4,
memenuhi persyaratan kerapuhan yaitu kurang dari 1% ( The United State
Pharmacopoeia, 2000). Sedangkan pada F1 tidak memenuhi persyaratan karena pada
formula ini tidak menggunakan bahan pengikat eksternal sehingga memiliki kekuatan
yang relatif kurang baik dibanding formula yang lain dan mengakibatkan
keampuhannya lebih tinggi. Pada pemisahan tablet hisap ekstrak wortel didapatkan
antara 5,29 menit- 7,46 menit.
Semua formula memenuhi persyaratan waktu melarutkan tablet hisap adalah 5-
10 menit(Peter, 1980). Dari hasil uji mutu fisik tablet hisap ekstrak wortel maka
diperoleh kesimpulan bahwa formula 2(1%) memiliki mutu fisik yang optimal karena
dengan bahan pengikat yang rendah menghasilkan kekerasan yang cukup untuk
melarutkan secara perlahan tanpa mengalami disintegrasi.

10
BAB V
PENGEMASAN
Pengemasan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mutlak
diperlukan dalam persaingan dunia usaha seperti saat ini. Dalam pengemasan produk
tablet hisap ekstrak wortel "Vitma" kami menggunakan kemasan strip packaging
dimana setiap strip berisi dua tablet hisap. Setiap 50 strip di kemas dalam satu kotak.
Strip packaging merupakan pengemasan yang menganut sistem dosis tunggal, biasanya
untuk sediaan padat (tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per
oral. Metode pengemasan ini cocok untuk tablet hisap karena bahannya mengandung
alumunium yang bisa menjaga obat dari pengaruh kelembaban serta kemasannya mudah
dibuka. Setelah itu setiap 50 strip di kemas dalam sebuah kotak.
BAB VI
ANGGARAN DANA & PEMASARAN
Modal:
Modal yang dikeluarkan untuk usaha ini Rp: 2.000.000
Total biaya perlengkapan+biaya bahan baku+biaya lain-lain:
Rp: 900.000 +Rp: 780.000+Rp: 320.000= Rp: 2.000.000
Dimana dalam produksi kami membuat 600 tablet hisap dengan modal Rp: 2.000.000
Penentuan Harga Jual Produk:
HPP( Harga Pokok Produksi) = biaya total / hasil produksi
=Rp: 2.000.000/600 = Rp: 3.333 pcs
Harga jual = harga pokok+laba = Rp: 3.333+Rp: 1.667 = Rp: 5.000
Laba Rugi: Laba = (hasil produksi x harga jual) – modal
= (600 x Rp: 5.000) – Rp: 2.000.000 = Rp: 1.000.000 – Rp; 2.000.000
= Rp: 1.000.000
Prosentase laba = laba/ modal x 100%
=Rp: 1.000.000 /Rp: 2.000.000 x 100%
= 50 persen
PEMASARAN
Dalam proses pemasaran produk ini, kami tidak hanya melalui indoor, tetapi juga
outdoor yaitu tidak hanya kepada masyarakat sekitar melainkan ke daerah-daerah lain
metode yang kami gunakan dengan memasang iklan online dan menyebarkan brosur di
berbagai tempat.
BAB VII

11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian proposal ini disusun dengan harapan permohonan produksi tablet hisap
"Vitma" yang kami dirikan dapat diterima. Pembuatan proposal ini bertujuan untuk
membuat usaha produksi tablet hisap ekstrak wortel untuk kesehatan mata masyarakat
Dari pembuatan produk tablet hisap "Vitma" ini, saya dapat menyimpulkan bahwa salah
satu upaya untuk mengembangkan tanaman wortel ini agar lebih praktis dan efektif
dalam penggunaannya serta disukai oleh masyarakat terutama anak-anak adalah dengan
membuatnya dalam bentuk ekstrak yang diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet
hisap. Oleh karena itu, kami ingin membuat tablet hisap ekstra wortel "Vitma" dengan
formulasi yang disukai masyarakat serta dapat membantu pemerintah mengurangi
pengangguran di era krisis global seperti sekarang ini. Saya menyadari bahwa tiada
yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan yang Maha Esa. Dalam pembuatan proposal
ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran
Bapak/Ibu yang sifatnya membangun guna sebagai bahan evaluasi saya untuk
kedepannya agar lebih baik lagi. Akhir dari penulisan proposal ini saya ucapkan
terimakasih kepada semua pihak khusunya anggota PT Sari Farma yang telah ikut
membantu dan berpartisipasi dalam menyusun proposal dan produksi tablet hisap
"Vitma". Terimakasih juga atas penerimaan proposal ini, serta saya berharap agar
pelaksanaan produksi ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
B. Saran
Agar pelaksanaan produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar, saya memiliki
beberapa saran mengenai perencanaan produksi. Antara lain :
1) Perencanaan proses produksi harus mengarah pada kegiatan pada masa-masa
mendatang.
2) Perencanaan proses produksi harus mempunyai jangka waktu tertentu.
3) Perencanaan proses produksi harus mempersiapkan tenaga kerja, mesin-mesin,
bahan baku, metode pengerjaan, modal, dan sebagainya.
4) Perencanaan proses produksi harus dapat mengkoordinir kegiatan produksi
dengan kegiatan bagian lain.
Perencanaan proses produksi harus dapat menentukan jumlah produk, jenis produk,
kualitas produk, warna produk, ukuran produk, bentuk produk, dan sebagainya.

Daftar pustaka

12
 Luthfi. 2016. https://luthfan.com/contohproposalusahamakanan/. Diakses pada 26
November 2017 pukul 12:17 WIB. Porri Mario, Frans. 2006.
http://repository.unair.ac.id/10159/2/gdlhub-gdl-s1- 2006-mairifrans-1591-ff.66_06.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai