DISUSUN OLEH :
Kelompok D2
Nuri Putri Azhari (152210101092)
2018
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga upaya untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal sangat diperlukan. Sebelum zaman berkembang
masyarakat melakukan pengobatan tradisional dari tanaman (Prakash, 2001). Masalah
kesehatan juga dapat terjadi pada kulit akibat paparan sinar matahari. Memang sinar matahari
sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Di satu pihak,
sinar matahari diperlukan oleh manusia sebagai sumber energi, namun di sisi lain juga dapat
menyebabkan eritema dan sunburn (kulit terbakar), dan dapat menimbulkan perubahan
degenerasi pada kulit (penuaan dini) dan kanker kulit. (Wihelmina, 2011). Sehingga berbagai
cara diupayakan untuk mengatasi pengaruh buruk sinar matahari, salah satunya dengan
menggunakan sediaan tabir surya.
Kencur (Kaempheria galanga L) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang
bernilai ekonomis tinggi. Bagian rimpangnya dapat digunakan sebagai bahan baku industri
obat tradisinal, bumbu dapur, bahan makanan, maupun minuman penyegar. Selain tu, kencur
memiliki aktivitas antibakteri (Rostiana dkk, 2003; Winarti, 2005). Komponen yang
terkandung di dalamnya antara lain saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Kencur
termasuk kelas monocotyledonae (Winarto, 2007).
Kencur juga memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena bahan aktifnya
yang beragam dan cukup tinggi sehingga mampu mengobati berbagai penyakit. Berdasarkan
penelitian Inayatullah (1997), tanaman kencur juga mengandung etil-p-metoksinamat (epms)
30 % yang berfungsi sebagai tabir surya. Untuk mengatasi tabir suya, banyak masyarakat
menggunakan krim dengan kandungan tertentu. Oleh karenanya, dalampraktikum ini kencur
akan diformulasikan dalam sediaan krim untuk mengatasi tabir surya. Krim dipilih karena
terdiri dari fase minyak dan air. Dimana ekstrak kencur tersebut merupakan minyak. Krim
juga lebih acceptable dibandingkan salep bagi pengguna karena mudah meresap dan tidak
lengket.
B. Tinjauan Pustaka
a. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang
dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air
minyak (A/M) da krim minyak air (M/A). untuk membuat krim digunakan zat
pengemulsi, umumnya bberuoa surfaktan-surfaktan anionic, kationik, dan non-ionik.
(Anief,2000)
Menurut Ditjen POM, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telha digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relative cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam ai. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari
emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokrital asam-asam lemah atau alcohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat
melalui vaginal.
Krim disebut juga salep yang banyak mengandung air, sehingga memberikan
perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit. Sebagai vehikulum dapat dipakai emulsi kontak
berupa emulsi M/A atau emulsi A/M. krim lebih mudah diberikan dari kulit daripada
salep yang menggunakan Vaseline sebagai vehikulum. (Joenoes, 1990)
a. Kelebihan sediaan krim, yaitu:
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe M/A
6. Memberikan rasa dingin (cold cream)berpa tipe A/M
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun
b. Kekurangan sediaan krim, yaitu:
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
2. Gampang pecah disebabkan pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu system
campuran terutama suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah
satu fase secara berlebihan
b. Vanishing cream
Vanishing cream adalah salah satu bentuk sediaan krim minyak dalam air yang
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai (Yanhendri dan Yenny, 2012). Vanishing cream ditujukan untuk maksud
membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab (moisturizing) dapat meninggalkan lapisan yang berminyak pada kulit.
c. Kencur
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu tanaman tropis yang banyak
tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini
banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan
sehingga para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil
pertanian yang diperdagangkan. Bagian dari kencur yang diperdagangkan adalah buah
akar yang ada di dalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus, 2009).
Klasifikasi tanaman kencur adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Subfamilia : Zingiberoideae
Marga : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.(Barus, 2009).
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis tanaman obat yang
tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini
mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan.
Kencur termasuk kedalam terna kecil yang siklus hidup nya semusim atau beberapa
musim,susunan tubuh kencur terdiri atas:
1. Akar rimpang
Merupakan akar tinggal yang bercabang halus dan menempel pada umbi akar
yang disebut rimpang
Rimpang kencur sebagian lagi terletak diatas tanah,bentuk rimpang umumnya
bulat bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya berwarna coklat kekuningan
dan berbau harum
2. Batang dan daun
Tanaman kencur memiliki batang semu yang sangat pendek,terbentuk dari
pelepah- pelepah daun yang saling menutupi.
Daun-daun kencur tumbuh tunggal,melebar dan mendatar hampir rata dengan
permukaan tanah.Jumlah daun bervariasi antara 8-10 helai dan tumbuh secara
berlawanan satu sama lain.Bentuk daun elip melebar sampai bundar,ukuran
panjang daun 7-12 cm dan lebar daun 3-6 cm serta berdaging agak tebal.
3. Bunga dan buah
Bunga kencur keluar dalam bentuk tersusun setengah duduk dari ujung tanaman
disela-sela daun.Warna bunga putih,ungu hingga lembayung dan tiap tangkai
bunga berjumlah 4-12 kuntum bunga,merupakan bunga majemuk.
Buah kencur termasuk buah kotak beruang 3 dan bakal buah yang terletak
tengkrimam,tetapi sulit sekali menghasilkan biji (Barus, 2009).
d. Manfaat Krim Kencur
Kencur (Kaempferia galanga L) sebagai salah satu tanaman obat memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan. Salah satu alasan pengembangannya adalah
kandungan bahan aktifnya yang beragam dan cukup tinggi sehingga mampu mencegah
dan mengobati berbagai penyakit. Berdasarkan penelitian Inayatullah (1997) tanaman
kencur mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 2,4-3,9% yang terdiri atas etil-p-
metoksisinamat 30% (EPMS). EPMS merupakan turunan sinamat yang dapat berfungsi
sebagai tabir surya.
e. Metode Ekstraksi Maserasi dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi merupakan suatu proses untuk memisahkan golongan senyawa dari
simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Pemilihan pelarut ini didasarkan pada
kepolaran senyawa yang akan diekstraksi, contohnya senyawa polar bisa memakai air,
non polar memakai n-heksana dan semipolar bisa memakai etanol atau metanol.
Metode ekstraksi dibagi menjadi dua golongan besar yaitu menggunakan
pemanasan atau tanpa pemanasan. Maserasi merupakan metode ekstraksi tanpa
pemanasan (Harbourne, 2006). Metode ini merupakan metode konvensional yang paling
banyak dipakai karena kelebihannya yang hanya memakai sedikit alat dan preparasi
yang sederhana. Namun kelemahan metode ini adalah waktu ekstraksi yang sangat lama
karena kontak pelarut dengan simplisia relatif sedikit. Prinsip maserasi adalah terjadinya
difusi solvent ke dalam simplisia dan menarik keluar solute (senyawa yang diekstrak)
untuk mencapai kesetimbangan. Oleh karena itu bila pelarut telah jenuh oleh solute,
senyawa yang terekstrak harus segera diganti dengan pelarut baru agar ekstraksi dapat
maksimal.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan senyawa-senyawa
yang telah berhasil terekstrasi. Metode ini dapat diaplikasikan untuk analisis maupun
isolasi senyawa. Analisis digolongkan menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif dapat berupa nilai Rf atau skrining fitokimia dengan penampak noda.
Kuantitatif dapat berupa penetapan kadar mengunakan instrumen densitometer yang
bekerja dengan cara mengadsorbsi, tranmisi, dan refleksi sinar UV dari instrumen
terhadap noda pada lempeng KLT. Nilai yang diperoleh dari densitometer berupa
prosentase b/b (%b/b) karena tidak akan ada kandungan cairan di dalam KLT yang telah
dikeringkan. Untuk keperluan isolasi, hasil eluasi KLT kemudian diambil nodanya dan
dimurnikan dengan pelarut yang sesuai.
C. Jenis dan Contoh Bahan Tambahan
1. Asam stearat
Rumus C18H36O2
empiris
BM 284.47
Rumus
struktur
Aplikasi Asam stearat banyak digunakan dalam farmasi oral dan topikal
formulasi. Ini terutama digunakan dalam formulasi oral sebagai
tablet dan pelumas kapsul, meskipun mungkin juga digunakan
sebagai binder atau dalam kombinasi dengan lak sebagai pelapis
tablet. Memiliki juga telah menyarankan bahwa asam stearat dapat
digunakan dalam tablet enterik pelapis dan sebagai pembawa obat
pelepas berkelanjutan. Dalam formulasi topikal, asam stearat
digunakan sebagai pengemulsi dan agen pelarutan. Ketika sebagian
dalam dinetralkan dengan alkali atau trietanolamina, asam stearat
Formulasi digunakan dalam pembuatan krim . Asam stearat yang sebagian
Farmasi atau dinetralkan membentuk krim dasar saat dicampur dengan 5–15 kali
Teknologi berat cairan berairnya sendiri, penampilan dan plastisitas krim yang
ditentukan oleh proporsi alkali yang digunakan. Asam stearat
digunakan sebagai agen pengeras dalam gliserin supositoria. Asam
stearat juga banyak digunakan dalam kosmetik dan produk makanan.
Asam stearat adalah keras, berwarna putih atau agak kuning, agak
bubuk putih mengkilap, kristal atau putih atau putih kekuningan.
Deskripsi
Memiliki
sedikit bau (dengan ambang bau 20 ppm) dan rasa
menyarankan lemak.
Ciri khas
2. Cetil alkohol
sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, metanol dan
Kelarutan
asam asetat.
Fungsi Humectant
Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil asetat P dan
Kelarutan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji
kapas P.
Campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam
Kelarutan kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH =
10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N.
karakteristik
Density : 1.352 g/cm3
larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
Kelarutan bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan
larutan tetap jernih.
Metil paraben ini mempunyai fungsi sebagai zat tambahan dan zat
fungsi
pengawet
7. Nipasol
rumus
C10H12O3
empiris
BM 180.20
pemerian berbentuk kristal berwarna putih , tidak berbau dan tidak berasa.
D. Formulasi
E. Prosedur Kerja
1. EKSTRAKSI
Ekstrak dibuat dengan cara maserasi 1 bagian simplisia dengan 5 bagian pelarut
(etanol 96%)
Merendam selama 6 jam pertama sambil sekali kali diaduk kemudian didiamkan
selama 18 jam
Menghitung rendemen yang diperoleh -> prosentase bobot (b/b) ekstrak kental
dengan bobot serbuk simplisia yang digunakan
2. Pengeringan Ekstrak
Larutan kemudian disaring ke dalam labu tentukur 25ml, bilas dengan kertas
saring dengan etanol seukuonya ad tanda
Laruran induk ini diencerkan dan dibuat larutan pembanding dengan kadar
Pembuatan larutan uji 100,200,400, dan 800 ppm
Larutan kemudian disaring ke dalam labu tentukur 25ml, bilas dengan kertas
saring dengan etanol seukuonya ad tanda
Larutan kemudian disaring ke dalam labu ukur 25ml, bilas kertas saring dengan
etanol secukupnya hingga tanda
Mencampur setil alkohol, asam stearat dalam cawan penguap dan dilebur
dalam penangas air hingga suhu 70 ⁰ C sebagai fase minyak
Mencampur propilen glikol, nipagin, nipasol, TEA dan aquadest dalam satu
cawan penguap dan dipanaskan di atas penngas air hingga suhu 70 ⁰ C sebagai
fase air
Ditimbang 0.5 g krim dan letakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang
dilapisi kaca transparan biarkan sesaat (15 detik) hitung luas daerah yang
dihasilkan oleh krim
Hitung lagi luas daerah yang dihasilkan oleh krim yang diberi beban tersebut
7. Pengukuran pH krim
Encerkan 60 g krim dengan 200 ml air, kemudian aduk rata dan didiamkan agar
mengendap
Larutan kemduian disaring ke dalam labu tentukur 25 ml, bilas kertas saring dengan etanol
secukupnya hingga tanda
Ulangi prosedur ini sebanyak tiga kali
Lakukan penetapan kadar epms dalam krim seperti pada penetapan kadar epms
dalam ekstrak kering
Tentukan nilai koefisien variasi (KV) kadar epms dari tiga replikasi
150 gram
krim. X 100 % = 42,8 %
350 gram
Dalam penghitungan penambahan ekstrak kedalam formulasi, perlu diketahui
terlebih dahulu kadar senyawa aktif (EMPS) dalam sampel. Oleh karena itu, selanjutnya
dilakukan uji penetapan kadar senyawa aktif.
Formulasi krim
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik Cetakan ke-9. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Gozali, D., Abdassah, M., & Lathiefah, S. 2009. Formulasi Krim Pelembab Wajah yang
Mengandung Tabir Surya Nanopartikel Zink Oksida Salut Silikon. Jurnal Farmaka.
Lisdawati, V. dkk. 2005. Isolasi dan Elusidasi StrukturSenyawa Lignan dan Asam Lemak dan
Ekstrak Daging Buah Pholeria marcocarpa. JUrnal dan Buletin Penelitian Kesehatan
Puslitbag Biomedis Badan Lit Bangkes Vol.35.
Rostiana O.S, M.Rosita, H.Wawan, Supriyadi, dan A.Siti. 2003. Status Pemuliaan Tanaman
Kencur. Perkembangan Teknologi.
Soeratri, W., Tutik, P. 2005. Penambahan Asam Glikolat Terhadap Efektifitas Sediaan Tabir
Surya Kombinasi Anti UV-A dan Anti UV-B Dalam Basis Gel. Surabaya : Majalah Farmasi
Airlangga.
Suardi M., Armenia, dan Maryawati A. 2005. Formulasi dan Uji klinik Gel Anti Jerawat Benzoil
Peroksida-HPMC. Sumatra Barat : Universitas Andalas
Wahyuninsih,dkk. 2007. Sintesis Senyawa Tabir Surya3,4-dimetoksi isoamil sinamat dari Bahan
Dasar Minyak, Cengkeh dan Minyak Fuse. Indonesian Jurnal of ChemistryVol 2 Halaman
1-8.
Winarti, C. 2005. Peluang Tanaman Rempah Obat sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal
Litbag Pertanian 24(2) : 47-55.
Winarto WP.2007. Tanaman Indonesia untuk Pengobatan Herbal. Karyasari Herba Media.