Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM FITOFARMASI

“Sediaan Krim Rimpang Kencur (Kaempferiae Galangae Rhizomae) ”

DISUSUN OLEH :
Kelompok D2
Nuri Putri Azhari (152210101092)

S. Nadya Riskia R (152210101093)

Eka Ayu Amaliyah (152210101095)

Daniel Njoto Santoso (152210101096)

Tinton Agung Laksono (152210101097)

Reny Diastri N (152210101098)

Nabila Rahmadibba (152210101099)

Nita Dwi Ariyanti (152210101100)

Muhamad Arfan Muzaqi (152210101101)

Rofiqoh Maulidah Sari (152210101102)

Elok Puspitasari (152210101103)

Lilis Amongsari (152210101104)

Asrin Rakhmaniyah I. (152210101105)

BAGIAN BIOLOGI FARMASI & BAGIAN FARMASETIKA

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2018
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga upaya untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal sangat diperlukan. Sebelum zaman berkembang
masyarakat melakukan pengobatan tradisional dari tanaman (Prakash, 2001). Masalah
kesehatan juga dapat terjadi pada kulit akibat paparan sinar matahari. Memang sinar matahari
sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Di satu pihak,
sinar matahari diperlukan oleh manusia sebagai sumber energi, namun di sisi lain juga dapat
menyebabkan eritema dan sunburn (kulit terbakar), dan dapat menimbulkan perubahan
degenerasi pada kulit (penuaan dini) dan kanker kulit. (Wihelmina, 2011). Sehingga berbagai
cara diupayakan untuk mengatasi pengaruh buruk sinar matahari, salah satunya dengan
menggunakan sediaan tabir surya.
Kencur (Kaempheria galanga L) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang
bernilai ekonomis tinggi. Bagian rimpangnya dapat digunakan sebagai bahan baku industri
obat tradisinal, bumbu dapur, bahan makanan, maupun minuman penyegar. Selain tu, kencur
memiliki aktivitas antibakteri (Rostiana dkk, 2003; Winarti, 2005). Komponen yang
terkandung di dalamnya antara lain saponin, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Kencur
termasuk kelas monocotyledonae (Winarto, 2007).
Kencur juga memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena bahan aktifnya
yang beragam dan cukup tinggi sehingga mampu mengobati berbagai penyakit. Berdasarkan
penelitian Inayatullah (1997), tanaman kencur juga mengandung etil-p-metoksinamat (epms)
30 % yang berfungsi sebagai tabir surya. Untuk mengatasi tabir suya, banyak masyarakat
menggunakan krim dengan kandungan tertentu. Oleh karenanya, dalampraktikum ini kencur
akan diformulasikan dalam sediaan krim untuk mengatasi tabir surya. Krim dipilih karena
terdiri dari fase minyak dan air. Dimana ekstrak kencur tersebut merupakan minyak. Krim
juga lebih acceptable dibandingkan salep bagi pengguna karena mudah meresap dan tidak
lengket.
B. Tinjauan Pustaka
a. Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang
dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air
minyak (A/M) da krim minyak air (M/A). untuk membuat krim digunakan zat
pengemulsi, umumnya bberuoa surfaktan-surfaktan anionic, kationik, dan non-ionik.
(Anief,2000)
Menurut Ditjen POM, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu
atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telha digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai
konsistensi relative cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam ai. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari
emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokrital asam-asam lemah atau alcohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat
melalui vaginal.
Krim disebut juga salep yang banyak mengandung air, sehingga memberikan
perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit. Sebagai vehikulum dapat dipakai emulsi kontak
berupa emulsi M/A atau emulsi A/M. krim lebih mudah diberikan dari kulit daripada
salep yang menggunakan Vaseline sebagai vehikulum. (Joenoes, 1990)
a. Kelebihan sediaan krim, yaitu:
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat
5. Tidak lengket terutama tipe M/A
6. Memberikan rasa dingin (cold cream)berpa tipe A/M
7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun
b. Kekurangan sediaan krim, yaitu:
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas
2. Gampang pecah disebabkan pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M karena terganggu system
campuran terutama suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah
satu fase secara berlebihan
b. Vanishing cream
Vanishing cream adalah salah satu bentuk sediaan krim minyak dalam air yang
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai (Yanhendri dan Yenny, 2012).  Vanishing cream ditujukan untuk maksud
membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab (moisturizing) dapat meninggalkan lapisan yang berminyak pada kulit.
c. Kencur
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu tanaman tropis yang banyak
tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini
banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan
sehingga para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil
pertanian yang diperdagangkan. Bagian dari kencur yang diperdagangkan adalah buah
akar yang ada di dalam tanah yang disebut rimpang kencur atau rizoma (Barus, 2009).
Klasifikasi tanaman kencur adalah sebagai berikut :
 Kingdom : Plantae
 Divisi : Spermathophyta
 Sub divisi : Angiospermae
 Kelas : Monocotyledonae
 Bangsa : Zingiberales
 Suku : Zingiberaceae
 Subfamilia : Zingiberoideae
 Marga : Kaempferia
 Spesies : Kaempferia galanga L.(Barus, 2009).
Kencur (Kaempferia galanga L.) adalah salah satu jenis tanaman obat yang
tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpang atau rizoma tanaman ini
mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang dimanfaatkan sebagai stimulan.
Kencur termasuk kedalam terna kecil yang siklus hidup nya semusim atau beberapa
musim,susunan tubuh kencur terdiri atas:
1. Akar rimpang
 Merupakan akar tinggal yang bercabang halus dan menempel pada umbi akar
 yang disebut rimpang
 Rimpang kencur sebagian lagi terletak diatas tanah,bentuk rimpang umumnya
 bulat bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya berwarna coklat kekuningan
dan berbau harum
2. Batang dan daun
 Tanaman kencur memiliki batang semu yang sangat pendek,terbentuk dari
pelepah- pelepah daun yang saling menutupi.
 Daun-daun kencur tumbuh tunggal,melebar dan mendatar hampir rata dengan
permukaan tanah.Jumlah daun bervariasi antara 8-10 helai dan tumbuh secara
berlawanan satu sama lain.Bentuk daun elip melebar sampai bundar,ukuran
panjang daun 7-12 cm dan lebar daun 3-6 cm serta berdaging agak tebal.
3. Bunga dan buah
 Bunga kencur keluar dalam bentuk tersusun setengah duduk dari ujung tanaman
disela-sela daun.Warna bunga putih,ungu hingga lembayung dan tiap tangkai
bunga berjumlah 4-12 kuntum bunga,merupakan bunga majemuk.
 Buah kencur termasuk buah kotak beruang 3 dan bakal buah yang terletak
tengkrimam,tetapi sulit sekali menghasilkan biji (Barus, 2009).
d. Manfaat Krim Kencur
Kencur (Kaempferia galanga L) sebagai salah satu tanaman obat memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan. Salah satu alasan pengembangannya adalah
kandungan bahan aktifnya yang beragam dan cukup tinggi sehingga mampu mencegah
dan mengobati berbagai penyakit. Berdasarkan penelitian Inayatullah (1997) tanaman
kencur mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 2,4-3,9% yang terdiri atas etil-p-
metoksisinamat 30% (EPMS). EPMS merupakan turunan sinamat yang dapat berfungsi
sebagai tabir surya.
e. Metode Ekstraksi Maserasi dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi merupakan suatu proses untuk memisahkan golongan senyawa dari
simplisia menggunakan pelarut yang sesuai. Pemilihan pelarut ini didasarkan pada
kepolaran senyawa yang akan diekstraksi, contohnya senyawa polar bisa memakai air,
non polar memakai n-heksana dan semipolar bisa memakai etanol atau metanol.
Metode ekstraksi dibagi menjadi dua golongan besar yaitu menggunakan
pemanasan atau tanpa pemanasan. Maserasi merupakan metode ekstraksi tanpa
pemanasan (Harbourne, 2006). Metode ini merupakan metode konvensional yang paling
banyak dipakai karena kelebihannya yang  hanya memakai sedikit alat dan preparasi
yang sederhana. Namun kelemahan metode ini adalah waktu ekstraksi yang sangat lama
karena kontak pelarut dengan simplisia relatif sedikit. Prinsip maserasi adalah terjadinya
difusi solvent ke dalam simplisia dan menarik keluar solute (senyawa yang diekstrak)
untuk mencapai kesetimbangan. Oleh karena itu bila pelarut telah jenuh oleh solute,
senyawa yang terekstrak harus segera diganti dengan pelarut baru agar ekstraksi dapat
maksimal.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode pemisahan senyawa-senyawa
yang telah berhasil terekstrasi. Metode ini dapat diaplikasikan untuk analisis maupun
isolasi senyawa. Analisis digolongkan menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Kualitatif dapat berupa nilai Rf atau skrining fitokimia dengan penampak noda.
Kuantitatif dapat berupa penetapan kadar mengunakan instrumen densitometer yang
bekerja dengan cara mengadsorbsi, tranmisi, dan refleksi sinar UV dari instrumen
terhadap noda pada lempeng KLT. Nilai yang diperoleh dari densitometer berupa
prosentase b/b (%b/b) karena tidak akan ada kandungan cairan di dalam KLT yang telah
dikeringkan. Untuk keperluan isolasi, hasil eluasi KLT kemudian diambil nodanya dan
dimurnikan dengan pelarut yang sesuai.
C. Jenis dan Contoh Bahan Tambahan

1. Asam stearat

Nama kimia Octadecanoic acid

Rumus C18H36O2
empiris

BM 284.47

Rumus
struktur

Fungsi Agen pengemulsi; zat pelarutan; tablet dan pelumas kapsul.

Aplikasi Asam stearat banyak digunakan dalam farmasi oral dan topikal
formulasi. Ini terutama digunakan dalam formulasi oral sebagai
tablet dan pelumas kapsul, meskipun mungkin juga digunakan
sebagai binder atau dalam kombinasi dengan lak sebagai pelapis
tablet. Memiliki juga telah menyarankan bahwa asam stearat dapat
digunakan dalam tablet enterik pelapis dan sebagai pembawa obat
pelepas berkelanjutan. Dalam formulasi topikal, asam stearat
digunakan sebagai pengemulsi dan agen pelarutan. Ketika sebagian
dalam dinetralkan dengan alkali atau trietanolamina, asam stearat
Formulasi digunakan dalam pembuatan krim . Asam stearat yang sebagian
Farmasi atau dinetralkan membentuk krim dasar saat dicampur dengan 5–15 kali
Teknologi berat cairan berairnya sendiri, penampilan dan plastisitas krim yang
ditentukan oleh proporsi alkali yang digunakan. Asam stearat
digunakan sebagai agen pengeras dalam gliserin supositoria. Asam
stearat juga banyak digunakan dalam kosmetik dan produk makanan.

Asam stearat adalah keras, berwarna putih atau agak kuning, agak
bubuk putih mengkilap, kristal atau putih atau putih kekuningan.
Deskripsi
Memiliki
sedikit bau (dengan ambang bau 20 ppm) dan rasa
menyarankan lemak.
Ciri khas

Stabilitas Asam stearat adalah bahan stabil; antioksidan juga dapat


dan Kondisi ditambahkan. Bahan curah harus disimpan dalam lubang tertutup
Penyimpana wadah di tempat yang sejuk dan kering.
n

2. Cetil alkohol

Fungsi Berfungsi sebagai Coating agent, stiffening agent

bau khas dan tidak berasa dengan bentuk kubus putih.

Kelarutan : larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat


Pemerian dengan kenaikan suhu; praktis tidak larut dalam air. Mudah larut
ketika dilebur bersama dengan lemak, paraffin padat atau cair, dan
isopropyl miristat.

Titik didih : 316-3440C


Karakteristik
Melting point : 45-520C

Penggunaan Coating agent; emulsifying agent (2-5%); stiffening agent (2-10%).

Stabilitas : setil alkohol tetap stabil meskipun terdapat asam, basa,


cahaya dan udara tidak menjadi tengik. Sebaiknya disimpan dalam
wadah tertutup baik di tempat yang kering dan sejuk.

Inkompatibel inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat


3. Sorbitol 70%

Melting point 950C. Relatif inert, dan cocok dengan banyak


Karakteristik eksipien. Tidak berubah gelap walaupun terjadi perubahan suhu dan
stabil di udara.

serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih; rasa


Pemerian
manis.

sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, metanol dan
Kelarutan
asam asetat.

Kadar lazim 3-15

Fungsi Humectant

Dapat membentuk kelat dengan ion logam divalent dan trivalent


OTT dalam suasana asam dan basa. Meningkatkan degradasi penisillin
dalam larutan air
4. Tween 80

Nama Resmi Polysorbatum 80

Nama Lain Polisorbat 80, tween

Cairan kental, transparan, tidak berwarna hampir tidak mempunyai


Pemerian
rasa. 

Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P   dalam etil asetat P dan
Kelarutan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji
kapas P.

Kegunaan Sebagai emulgator fase air

Penyimpana Dalam wadah tertutup rapat


n
HLB Butuh 15
5. TEA

Fungsi Berfungsi sebagai agen pengemulsi.

cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga


Pemerian
kuning pucat, sangat higroskopis

Boiling point :  3350C


Karakteristik
Melting point  : 20–210C

Campur dengan air, metanol, etanol (95%), dan aseton. Larut dalam
Kelarutan kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter pH =
10,5 untuk larutan aqueous 0,1 N.

Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena


paparan cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan
harus terlindung dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutup
rapat
Stabilitas
TEA dapat bereaksi dengan mineral acids menjadi kristal garam dan
ester. Dengan konsentrasi asam lemak yang tinggi, TEA dapat
membentuk garam dan dapat larut dalam air dan memiliki karakter
seperti sabun.
6. Nipagin

fungsi Berfungsi sebagai antimikroba.

Berbentuk kristal dengan warna putih, hampir tidak berbau dan


Pemerian
memiliki rasa membakar.
Titik lebur 125-1280C.

Peran antimikroba pada nipagin berlangsung pada pH 4-8.

karakteristik
Density : 1.352 g/cm3

Dissociation constant: pKa = 8.4 at 220C

Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari


persyaratan
99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3.

serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai


Pemerian
rasa, agak membakar diikuti rasa tebal.

larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
Kelarutan bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan
larutan tetap jernih.

Metil paraben ini mempunyai fungsi sebagai zat tambahan dan zat
fungsi
pengawet
7. Nipasol

Fungsi Berfungsi sebagai antimikroba

rumus
C10H12O3
empiris

BM 180.20

pemerian berbentuk kristal berwarna putih , tidak berbau dan tidak berasa.

Karakteristik Boiling point : 2950C.

Dissociation constant: pKa = 8.4 at 22 0C. Aktivitas antimikroba


berkurang seiring dengan bertambahnya konsentrasi nonionik
surfaktan sebagai hasil proses misel. Absopsi dari propilparaben oleh
plastis tergantung dari jenis plastis dan visel-nya. Magnesium
aluminum silicate, magnesium trisilicate, yellow iron oxide, and
ultramarine blue juga dilaporkan dapat mengabsopsi propilparaben
yang berakibat dapat mengurangi fungsinya sebagai pengawet.
Propilparaben menjadi tidak berwarna dengan adanya hidrolisis oleh
alkalis lemah dan asam kuat.
8. Aquadest

Fungsi Berfungsi sebagai solvent

Aquadest adalah cairan jernih yang diperoleh melalui proses destilasi


Pemerian
(penyulingan) air ledeng
Aquadest biasa digunakan sebagai pelarut pada sediaan farmasi non-
parenteral

Aplikasi Aquadest merupakan eksipien yang paling banyak digunakan dalam


farmasi. Secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik

D. Formulasi

Bahan Kadar(%) 20 gram 100 gram


Ekstrak Kencur 3,5 0.7 3,5
Asam Stearat 12 2,4 12
Setil Alkohol 3 0.6 3
Sorbitol 70% 4 0,8 4
Tween 80 7 1,4 7
TEA 2,5 0.2 2,5
Nipagin 0,2 0,04 0,2
Nipasol 0,1 0,02 0,1
Aquades ad 100 mL ad 20 mL ad 100 mL

E. Prosedur Kerja
1. EKSTRAKSI

Ekstrak dibuat dengan cara maserasi 1 bagian simplisia dengan 5 bagian pelarut
(etanol 96%)

Memasukkan serbuk simplisia ke dalam maserator dan dibasahi dengan pelarut ad


terbasahi semua
Menuangkan sisa pelarut dan menutup rapat maserator

Merendam selama 6 jam pertama sambil sekali kali diaduk kemudian didiamkan
selama 18 jam

Menyaring maserat dengan corong buchner

Filtrat dipekatkan dengan menggunakan rotavapor ad ekstrak menjadi kental

Menghitung rendemen yang diperoleh -> prosentase bobot (b/b) ekstrak kental
dengan bobot serbuk simplisia yang digunakan

2. Pengeringan Ekstrak

Ekstrak kental sebanyak 1-2% dari bobot dikeringkan dengan penambahan


pengering (sorben) Aerosil

Sebelum dikeringkan, ekstrak kental diaduk rata dengan batang pengaduk


selama 3-5menit
sedikit

3. Penetapan kadar senyawa aktif


 Pembuatan larutan pembanding etil p-metoksisinamat

Menimbang 25mg epms, dilarutkan dalam ± 5ml etanol di tabung reaksi

Larutan kemudian disaring ke dalam labu tentukur 25ml, bilas dengan kertas
saring dengan etanol seukuonya ad tanda

Laruran induk ini diencerkan dan dibuat larutan pembanding dengan kadar
 Pembuatan larutan uji 100,200,400, dan 800 ppm

Larutan kemudian disaring ke dalam labu tentukur 25ml, bilas dengan kertas
saring dengan etanol seukuonya ad tanda

Larutan kemudian disaring ke dalam labu ukur 25ml, bilas kertas saring dengan
etanol secukupnya hingga tanda

 Penetapan kadar epms menggunakan metode KLT Densitometer


- Penotolan : totolkan 2 µl pembanding dan 10 µl larutan uji dengan posisi
larutan uji semua kelompok praktikum di tepi lempeng dan semua larutan
pembanding di tengah
- Fase gerak : toluene : etil asetat (95:5)
- Fase diam : Silika gel 60 F254
- Deteksi : amati pada UV 254nm
- Warna noda : gelap (meredam sinar uv) Rf epms ± 0.30
- Perhitungan : kadar epms dalam ekstrak kering dihitung dari kurva baku
larutan pembanding dan dinyatakan dalam mg epms/g ekstrak
- Replikasi : ulangi proses penetapan kadar sebanyak tiga kali. Menentukan
nilai koefisien variasi (KV) kadar epms dari tiga replikasi.
4. Formulasi Krim
 Cara Kerja

Membuat krim yang mengandung epms 1 % dengan basis vanishing cream

Mencampur setil alkohol, asam stearat dalam cawan penguap dan dilebur
dalam penangas air hingga suhu 70 ⁰ C sebagai fase minyak

Mencampur propilen glikol, nipagin, nipasol, TEA dan aquadest dalam satu
cawan penguap dan dipanaskan di atas penngas air hingga suhu 70 ⁰ C sebagai
fase air

Setelah kedua campuran pada masing-masing cawan homogen dan mencapai


suhu 70 ⁰ C , kedua fase dicampurkan dalam mortir panas dan digerus cepat
secara konstan hingga terbentuk massa krim seperti putih susu yang homogen

Ditambahkan ekstrak kencur yang sudah dilarutkan dengan alkohol sedikit


demi sedikit sa,mbil digerus ad homogen

5. Pengukuran Viskositas sediaan krim

Pengukuran viskositas sediaan krim emneggunakan viskometer brookfield

Ditimbang 100 g gel ke dalam gelas piala 250 ml

Ukur viskositas krim dengan kecepatan 50 rpm


Gunakan spindel no 64 untuk mengukur viskositas krim

6. Uji daya sebar krim

Ditimbang 0.5 g krim dan letakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang
dilapisi kaca transparan biarkan sesaat (15 detik) hitung luas daerah yang
dihasilkan oleh krim

Selanjutnya tutup kembali permukaan krim dengan lempengan kaca yang


diberi bahan tertentu (10,20,hingga 100 gram) dan dibiarkan selama 60 detik

Hitung lagi luas daerah yang dihasilkan oleh krim yang diberi beban tersebut

7. Pengukuran pH krim

Evaluasi pH menggunakan alat pH meter

Encerkan 60 g krim dengan 200 ml air, kemudian aduk rata dan didiamkan agar
mengendap

Pisahkan endapan ukur pH cairan dengan pH meter

8. Penetapan kadar senyawa aktif krim


 Pembuatan larutan uji

Ditimbang 1 g krim dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml


etanol

Aduk rata selama ± 15 menit dengan bantuan pencampur pusaran

Larutan kemduian disaring ke dalam labu tentukur 25 ml, bilas kertas saring dengan etanol
secukupnya hingga tanda
Ulangi prosedur ini sebanyak tiga kali

 Penetapan kadar epms dalam krim

Gunakan larutan pembanding epms yang telah dibuat sebelumnya

Lakukan penetapan kadar epms dalam krim seperti pada penetapan kadar epms
dalam ekstrak kering

Tentukan nilai koefisien variasi (KV) kadar epms dari tiga replikasi

F. Hasil dan Pembahasan


 Pembuatan Ekstrak
Pemuatan ekstrak dibuat dari 350 g simplisia kencur yang dilarutkan dalam 1750
mL etanol 96%. Kemudian diberi pengadukan tiap 15 menit selama ± 6 jam. Pemberian
pengadukan ditujukan untuk mempercepat pelarut dalam menarik terlarut dari ekstrak.
Kemudian didiamkan agar pelarut dapat efektif hingga titik kejenuhannya menarik zat /
senyawa terlarut, maka disimpan dalam jangka waktu yang lama, yaitu beberapa hari.
Prinsip ekstraksi ini menggunakan difusi pasif, dimana akan ada titik jenuh pelarut
dalam menarik terlarut. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk memisahkan amapsnya,
dapat menggunakan kain flannel kemudian diserkai, juga dapat menggunakan corong +
kertas saring, dan dapat pula memanfaatkan corong Buchner guna mempercepat proses
penyaringan dan memisahkan ampas dari filtrate menjadi efektif. Hasil filtrasi ditampung
dalam botol kaca untuk percobaan selanjutnya.
Setelah didapatkan filtrate ekstrak kencur, ekstrak disimpan untuk selanjutnya
dilakukan pemekatan ekstrak / pemisahan dan penarikan pelarut dari campuran. Tahapan
ini menggunakan rotary evaporator, yaitu dengan memanfaatkan penurunan tekanan
atmosfer dengan vakum guna mendapatkan suhu yang efisien dalam penguapan etanol
tapi tidak dengan ekstrak, juga teknik pemutaran ini dimaksudkan untuk memperluas
bidang kontaknya.
 Pengeringan Ekstrak
Hasil dari ekstrak kental kemudian dikeringkan dengan menuangkan ke Loyang,
kemudian didiamkan. Untuk mempercepat proses pengkristalan,maka disimpan dalam
ruangan dingin atau dilengkapi dengan AC. Dilihat perubahannya selama 6 hari
kemudian, didapatkan ekstrak kering berwarna kuning kecoklatan, berbentuk Kristal,
sedikit berminyak, aroma khas kencur.
Kemudian ekstrak ini dipisahkan kembali dan mengambil minyaknya yang banyak
mengandung EPMS, untuk selanjutnya minyak inilah yang digunakan untuk formulasi

150 gram
krim. X 100 % = 42,8 %
350 gram
Dalam penghitungan penambahan ekstrak kedalam formulasi, perlu diketahui
terlebih dahulu kadar senyawa aktif (EMPS) dalam sampel. Oleh karena itu, selanjutnya
dilakukan uji penetapan kadar senyawa aktif.
 Formulasi krim

Kadar Bobot Bobot


Bahan Kegunaan
(%) dalam 20 g dalam 100 g
Ekstrak kencur 3,5 Bahan aktif 0,7 3,5
Emulsifying agent (fase
Asam stearat 12 2,4 12
minyak)
Cetil alkohol 3 Stifening agent (fase 0,6 3
minyak)
Sorbitol 70% 4 Humectant 0,8 4
Emulsifying agent (fase
Tween 80 7 1,4 7
minyak )
TEA 2,5 Emulsifying agent 0,5 2,5
Nipagin 0,2 Pengawet 0,04 0,2
Nipasol 0,1 Pengawet 0,02 0,1
Ad
Aquadest pelarut Ad 20ml Ad 100ml
100ml
Untuk pembuatan krim dilakukan dengan metode peleburan dengan menggunakan
water bath . Fase minyak terdiri dari asam stearat, setil alcohol dan tween 80 dilebur pada
suhu 70oC yakni suhu titik lebur asam stearat hingga meleleh sempurna. Ekstrak kencur
(3,5 g yang mengandung EPMS 1%) dimasukkan kedalam fase minyak yang sudah jadi.
Fase air terdiri dari, sorbitol, nipagin, nipasol, dan air dipanaskan di atas water bath pada
suhu 70oC hingga larut sempurna. Pada suhu yang sama fase minyak dan fase air
dicampurkan bersamaan sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang konstan pada
mortir panas .Penggunaan mortir panas bertujuan untuk menjaga suhu kedua fase agar
tetap sama sehingga tidak mempercepat pengerasan pada fase minyak. Penambahan fase
air pada fase minyak lebih disukai untuk berbagai sistem emulsi karena emulsi mengalami
inversi tipe emulsi selama penambahan fase air sehingga tetesan fase terdispersi lebih
halus (Lachman, 1994).
Pada saat pencampuran krim, saat fase air ditambahkan pada fase minyak sedikit
demi sedikit sehingga terbentuk krim dengan tipe w/o namun saat fase air lebih banyak
dari fase minyak serta dilakukan pengadukan maka terjadi pembalikan fase emulsi w/o
menjadi emulsi o/w dan pada sediaan krim kami terbentuk masa krim o/w, dengan warna
putih kekuningan dan beraroma kencur.
Setelah pembuatan sediaan krim kencur berhasil dibuat, selanjutnya dilakukan
beberapa uji untuk mengetahui apakah sediaan krim kencur yang dibuat telah memenuhi
syarat yang ditentukan. Uji yang dilakukan diantaranya adalah uji pH, uji viskositas dan
uji daya sebar.
 Evaluasi Sediaan Krim
1) Pemeriksaan organoleptis
Pemeriksaan organoleptis krim dilakukan untuk mengamati stabilitas fisik sediaan
dengan melihat perubahan bentuk, warna dan bau yang terbentuk.
Warna : Putih kekuningan
Bau : Aroma kencur
Bentuk : Sediaan setengah padat yang halus dan lunak
Warna krim putih kekuningan dikarenakan penambahan ekstrak kencur yang
berwarna kuning. Bau yang dihasilkan adalah bau khas kencur.
2) pH
Pemeriksaan pH sediaan krim disini bertujuan untuk memastikan bahwa pH krim
sesuai dengan pH kulit sehingga tidak menimbulkan iritasi pada saat digunakan.
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan alat pH indikator. pH indikator
dicelupkan ke dalam sediaan krim. Dimana pencelupan kertas indikator pH tersebut
dilakukan dengan cara menimbang 1 gram krim kencur kemudian dilarutkan pada
25ml aquadest. Setelah pencelupan dilakukan selanjutnya didiamkam sesaat dan dilihat
warna yang terjadi yang menunjukkan nilai pH. Dilihat dari perubahan warna pada
kertas indikator didapatkan bahwa sediaan krim yang dibuat memiliki nilai pH sebesar
6. Dari hasil pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa krim kencur yang dibuat sudah
memenuhi syarat yang ditentukan. Dimana nilai pH yang aman untuk kulit atau
sediaan topikal sekitar 4,5-6,5 (Soeratri et al., 2005).
3) Viskositas
Pemeriksaan viskositas dilakukan untuk memastikan tingkat kekentalan sediaan
krim yang sesuai untuk penggunaan topikal. Secara fisik krim yang dihasilkan
mempunyai kekentalan yang cukup untuk pemakaian topikal sehingga memudahkan
penyebaran di permukaan kulit. Pengujian viskositas sediaan krim diukur
menggunakan viskotester. Sediaan sebanyak 25 gram dimasukkan kedalam beaker
glass, kemudian dipasang spindel ukuran 2 dan rotor dijalankan. Hasil viskositas
dicatat setelah viskotester menunjukan angka yang stabil. Dimana hasil pengujian
viskositas tersebut didapatkan bahwa sediaan krim kencur memiliki viskositas sebesar
100 dPas. Dari hasil pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa krim kencur yang
dibuat telah memenuhi persyaratan yang sesuai untuk viskositas. Atau dapat dikatakan
bahwa krim kencur yang dibuat memiliki nilai viskositas yang baik karena dalam
literatur menyebutkan bahwa sediaan krim yang baik adalah apabila memiliki
viskositas antara 50-150 dPas (Gozali et al., 2009).
4) Daya Sebar
Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan krim yang dibuat
sudah memenuhi kriteria atau memiliki daya penyebaran yang baik. Uji daya sebar
dilakukan dengan meletakkan sediaan krim tepat di tengah dua buah lempeng kaca
yang telah ditimbang sebanyak 1 gram. Dimana setelah lempeng kaca tersebut
menutup krim yang telah diletakkan pada titik tengah lempeng dilakukan pengukuran
diameter tanpa menggunakan beban. Setelah 1 menit, ditambahkan beban 2 gram dan
didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya ditambhankan beban 5 gram dan juga
seterusnya 10, 20, 30, 40, 50, 60 gram setelah itu didiamkan 1 menit. Selama proses
penambahan beban tersebut dilakukan pengukuran diameter. Diameter sediaan yang
diukur tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur dan diulang sampai didapatkan
diameter sebar yang konstan. Dari pengujian tersebut didapatkan daya sebar sediaan
krim kencur yaitu :
Beban (gram) Daya sebar rata-rata
(cm)

Tanpa beban 5,5


2 5,7
5 6
10 6,15
20 6,4
30 6,55
40 6,6
50 6,7
60 6,7
Rata-rata 6,256
Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa dari uji daya sebar memiliki nilai yang
konstan untuk diameter penyebarannya pada beban 60 gram, sehingga dapat dikatakan
bahwa daya sebar dari sediaan krim yang dibuat bagus atau sudah sesuai. Daya
menyebar tidak bisa dijadikan sebagai data absolut karena tidak ada literatur yang
menyebutkan angka idealnya secara pasti (Suardi et al., 2005), meskipun demikian
sediaan krim diharapkan bisa menyebar dengan luas agar bisa menutupi daerah yang
diobati.
 Pengujian Kadar dalam Krim
Pengujian selanjutnya yang harus dilakukan adalah penetapan kadar sediaan krim
kencur untuk memastikan apakah sediaan yang telah dibuat telah benar mengandung
kadar epms sebanyak 1%. Metode yang digunakan sama dengan penetapan kadar ekstrak
yakni penetapan kadar menggunakan KLT-Densitometri. KLT-Densitometri adalah salah
satu metode yang banyak digunakan untuk penetapan kadar bahan aktif. Pertama, sampel
krim ditimbang 0,25 g lalu diencerkan dengan 10 mL etanol, kemudian dimasukkan
dalam labu ukur 25mL dan diencerkan ad. tanda. Larutan sampel yang telah diencerkan
dimasukkan kedalam vial yang kemudian ditotolkan pada lempeng Silica Gel 60 F 254
sebanyak 2µl (1 totolan). Sedangkan larutan standar epms ditotolkan pada sebanyak 2 kali
penotolan (4 µl) yang digunakan sebagai pembanding. Standar yang digunakan adalah
epms dengan kadar 100 dan 800ppm. Chamber dijenuhkan dahulu dengan fase gerak
toluena : etil asetat dengan perbandingan 95:5. Lempeng tersebut kemudian dieluasi
dalam chamber yang sudah jenuh dengan fase gerak. Setelah dieluasi dan mencapai garis
batas eluasi lempeng dikeringkan lalu diamati spektrumnya dengan menggunakan
densitometer pada panjang gelombang 254. Sehingga diperoleh spectrum yang berasal
dari serapan standar pembanding dan sampel.
Selanjutnya dengan menggunakan densitometer, dari spectrum tersebut dapat
dilihat juga nilai r dan persamaan regresinya. Persamaan regresi area yang diperoleh ialah
y= 6862 + 1.588X dan nilai r=0.99789. Sedangkan pers. Regresi height ialah y=
213.9+0.02062 dengan r= 0.99826. Dari kedua persamaan regresi dengan nilai r yang
diperoleh dapat disimpulkan bahwa nilai regresinya cukup baik karena nilainya mendekati
1.
Nilai Rf yang diperoleh dari hasil percobaan yakni sebesar 0.67 untuk sampel 1,
0.67 untuk sampel 2 dan 0.66 untuk sampel 3 dimana jika dibandingkan dengan standart
yang memiliki nilai 0.69 untuk standar 1; 0.67 untuk standar 2; 0.65 untuk standar 3;0.64
untuk standar 4, dapat dilihat adanya sedikit penyimpangan karena nilai Rfnya berbeda
tetapi hanya sama pada standar 2 yaitu dengan Rf 0.67. Sehingga dapat dikatakan bahwa
terdapat senyawa lain yang bercampur dalam sampel yang ditotolkan dimana
kemungkinan dapat berasal dari bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi
pembuatan sediaan krim kencur.

Dari hasil penetapan kadar menggunakan KLT-Densitometri, kemudian dapat


dihitung kadar epms dari sediaan krim yang telah dibuat. Dari hasil perhitungan
didapatkan kadar rata-rata epms dari sediaan krim adalah sebesar 0,016% dimana kadar
epms tersebut jauh kurang dari kadar epms yang ditetapkan untuk sediaan krim kencur
yakni sebesar 1%. Berikut adalah beberapa gambar hasil dari KLT Densitometri:
G. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik Cetakan ke-9. Yogyakarta.

Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil p-metoksisinamatyang Diisolasi dari Kencur.Medan :


Universitas Sumatra Utara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Gozali, D., Abdassah, M., & Lathiefah, S. 2009. Formulasi Krim Pelembab Wajah yang
Mengandung Tabir Surya Nanopartikel Zink Oksida Salut Silikon. Jurnal Farmaka.

Harboine, J.B. 2006. Metode Fitokimia. Bandung : ITB Press.

Lisdawati, V. dkk. 2005. Isolasi dan Elusidasi StrukturSenyawa Lignan dan Asam Lemak dan
Ekstrak Daging Buah Pholeria marcocarpa. JUrnal dan Buletin Penelitian Kesehatan
Puslitbag Biomedis Badan Lit Bangkes Vol.35.

Rostiana O.S, M.Rosita, H.Wawan, Supriyadi, dan A.Siti. 2003. Status Pemuliaan Tanaman
Kencur. Perkembangan Teknologi.

Soeratri, W., Tutik, P. 2005. Penambahan Asam Glikolat Terhadap Efektifitas Sediaan Tabir

Surya Kombinasi Anti UV-A dan Anti UV-B Dalam Basis Gel. Surabaya : Majalah Farmasi
Airlangga.

Suardi M., Armenia, dan Maryawati A. 2005. Formulasi dan Uji klinik Gel Anti Jerawat Benzoil
Peroksida-HPMC. Sumatra Barat : Universitas Andalas
Wahyuninsih,dkk. 2007. Sintesis Senyawa Tabir Surya3,4-dimetoksi isoamil sinamat dari Bahan
Dasar Minyak, Cengkeh dan Minyak Fuse. Indonesian Jurnal of ChemistryVol 2 Halaman
1-8.

Winarti, C. 2005. Peluang Tanaman Rempah Obat sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal
Litbag Pertanian 24(2) : 47-55.

Winarto WP.2007. Tanaman Indonesia untuk Pengobatan Herbal. Karyasari Herba Media.

Anda mungkin juga menyukai