Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

“EVALUASI TABLET”
BLOK 12 PRAKTIKUM 4

DISUSUN OLEH
NAMA NIM
1. Alfiyana Yuniar 20170350057
2. Erlinda Mimbar Charismawati 20170350060
3. Rizka Kristi Rahayu 20170350067
4. M. Rinaldi Apriyatna 20170350068
5. Yasintha Larasati 20170350070
6. Danu Umar Syafi 20170350074
7. Melany Ayu Octavia 20170350089
8. Ningrum Mariah Qibthiyyah J 20170350110
GOL/Kel : Gol B/Kel 1
TGL PRAKTIKUM : 29 Juni 2019
ASSISTEN : Dyani Primasari Sukamdi, M.Sc., Apt
KOMPONEN MAKSIMUM NILAI
KONTROL LAPORAN Cover 2
Tujuan 3
Dasar Teori 10
PENGUMPULAN
Alat & Bahan 5
Cara Kerja 5
Data 10
PENGAMBILAN Pembahasan 40
Kesimpulan 10
Daftar Pustaka 10
PENYERAHAN Lampiran 5
Total

PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
A. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui parameter-parameter uji sediaan tablet untuk
mengetahui karakteristiknya.

B. DASAR TEORI
Tablet adalah sediaan pada kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai
zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
(DITJEN POM, 1979)
Waktu hancur sediaan tablet sangat berpengaruh dalam biofarmasi dari obat. Supaya
komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran cerna, maka tablet harus
hancur dan melepaskannya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan (Ansel, 1989). Waktu
hancur dipengaruhi oleh penghancur (jenis dan jumlahnya) dan banyaknya pengikat. Selain
itu, tablet juga harus memiliki kekerasan yang cukup serta keregasan yang sesuai dengan
persyaratan yang ada, karena semakin kecil persentase kehilangan bobot dari suatu tablet
maka semakin baik efek terapi yang diberikan oleh sediaan obat tersebut terhadap tubuh.
Dengan kata lain kekerasan, keregasan dan waktu hancur dapat mempengaruhi kecepatan
absorpsi dalam tubuh.
Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan, ketebalan,
sidat disolusi dan disentegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada penggunaan yang
dimaksudkan dan metode pembuatannya. Tablet biasanya berbentuk bundar dengan
permukaan datar atau konveks. Tablet dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan
membuat pons dan lubang kempa (lesung tablet) cetakan yang didesain secara khusus
(Siregar, 2010).
Masalah yang sering timbul pada pembuatan tablet yaitu pitting, capping dan
laminasi. Pitting yaitu terjadinya tanda lubang kecil permukaan tablet atau punc yang
dihubungkan dengan pelican yang tidak cukup atau hambatan suatu permukaan yang keras.
Sedangkan capping dan laminasi mengacu pada kelewatan mekanik yang merusak tablet.
Retakan akibat laminasi bisa terjadi sepanjang langkah produksi (Jones, 2008). Sifat-sifat
tablet yang ideal atau baik yaitu tablet harus memenuhi spesifikasi keseragaman bobot dan
kekerasan.
Macam-macam tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III :
1. Tablet bersalut : tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut
yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu.
2. Tablet bersalut gula : tablet bersalut gula adalah tablet yang disalut dengan larutan
gula atau zat lain yang cocok dengan atau tanpa zat pewarna.
3. Tablet bersalut kempa : tablet ini disalut secara kempa atau cetak dengan massa
granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat, atau zat lain yang cocok.
4. Tablet bersalut selaput : tablet ini disalut dengan lapisan yang dibuat dengan cara
pengendapan zat penyalut dari pelarut yang cocok.
5. Tablet bersalut enterik : tablet ini disalut dengan penyalut yang relatif tidak larut
dalam asam lambug, tetapi larut dan hancur dalam lingkungan basa usus halus.
E. DATA PENGAMATAN

1. UJI KESERAGAMAN BOBOT

Bobot Persen Bobot Persen


Tablet Tablet
(gram) Penyimpangan (gram) Penyimpangan
1 0,746 0,024 % 11 0,699 0,04%
2 0,721 0,009% 12 0,746 0,02%
3 0,741 0,017% 13 0,739 0,014%
4 0,773 0,061% 14 0,789 0,083%
5 0,784 0,076% 15 0,740 0,016%
6 0,756 0,038% 16 0,744 0,21%
7 0,732 0,005% 17 0,698 0,04%
8 0,730 0,02% 18 0,761 0,04%
9 0,544 0,25% 19 0,667 0,084%
10 0,685 0,059% 20 0,770 0,057%
Jumlah 14,565 gram
Rata-rata 0,72825 gram

[ 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒕𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕 − 𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂]


Penyimpangan = x 100%
𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂
[0,746  0,72825]
x100%  0,02%
Tablet 1 = 0,72825

[0,721  0,72825]
x100%  0,009%
Tablet 2 = 0,72825

[0,741  0,72825]
x100%  0,017%
Tablet 3 = 0,72825

[0,773  0,72825]
x100%  0,061%
Tablet 4 = 0,72825

[0,784  0,72825]
x100%  0,076%
Tablet 5 = 0,72825

[0,756  0,72825]
x100%  0,038%
Tablet 6 = 0,72825

[0,732  0,72825]
x100%  0,005%
Tablet 7 = 0,72825

[0,730  0,72825]
x100%  0,02%
Tablet 8 = 0,72825

[0,544  0,72825]
x100%  0,25%
Tablet 9 = 0,72825

[0,685  0,72825]
x100%  0,059%
Tablet 10 = 0,72825

[0,699  0,72825]
x100%  0,04%
Tablet 11 = 0,72825

[0,746  0,72825]
x100%  0,02%
Tablet 12 = 0,72825

[0,739  0,72825]
x100%  0,014%
Tablet 13 = 0,72825

[0,789  0,72825]
x100%  0,083%
Tablet 14 = 0,72825

[0,740  0,72825]
x100%  0,016%
Tablet 15 = 0,72825
[0,744  0,72825]
x100%  0,021%
Tablet 16 = 0,72825

[0,698  0,72825]
x100%  0,004%
Tablet 17 = 0,72825

[0,761  0,72825]
x100%  0,04%
Tablet 18 = 0,72825

[0,667  0,72825]
x100%  0,084%
Tablet 19 = 0,72825

[0,770  0,72825]
x100%  0,05%
Tablet 20 = 0,72825

Indikator

Penyimpangan Bobot Rata-rata (%)


Bobot Rata-rata Tablet
A B
< 25 mg 15 30
26 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
>300 mg 5 10

Hasilnya : Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang memiliki penyimpangan lebih besar
dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai
penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B.

2. UJI KEKERASAN
Tablet Kekerasan (kg)
1 9,7
2 13,9
3 3,7
4 5,6
5 12,3
Rata-rata 9,04

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒆𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂𝒏 𝑻𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕


Rata-rata = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑻𝒂𝒃𝒍𝒆𝒕

9,7 + 13,9 + 3,7 + 5,6 + 12,3


 9,04kg
Rata-rata = 5

Indikator :
- Tablet Konvensional = 4-8 kg
- Tablet kunyah = ± 3 𝑘𝑔
- Tablet Hisap = 10 – 20 kg

Setelah diuji tablet yang memenuhi persyaratan hanya 1 tablet dan tablet yang lain tidak
memenuhi persyaratan karena lebih dari 4-8 kg.

4. UJI KERAPUHAN (FRIABILITY TEST)


Tablet A Tablet B
Sebelum 7,5 g 7,3 g
Sesudah 7,4 g 7,2 g

Perhitungan :
𝑾𝒐−𝑾𝟏
Friabilitas = x 100 %
𝑾𝟎
𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 −𝒃𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉
Friabilitas = x 100 %
𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎

7,5 g  7,4 g
x100%  1,33%
Tablet A = 7 ,5

7,3 g  7,2 g
x100%  1,36%
Tablet B = 7,3

Indikator : Tablet dianggap rusak bila friabilitas > 1%


Tablet dianggap masih memenuhi persyaratan jika friabilitas < 1%
Kesimpulan : Tablet memiliki kerapuhn >1% maka tablet dianggap rusak
karena tidak sesuai standar.

F. PEMBAHASAN

Praktikum evaluasi tablet ini bertujuan untuk mengetahui parameter-parameter uji


sediaan tablet untuk mengetahui karakteristiknya.Setelah praktikum pembuatan tablet,
tablet yang telah dibuat harus melalui serangkaian uji evaluasi untuk menentukan apakah
tablet yang diproduksi sesuai atau tidak dengan beberapa persyaratan tablet yang telah
ditentukan.
Uji evaluasi tablet yang pertama adalah uji keseragaman bobot. Tujuan dilakukan
uji keseragaman bobot supaya mendapatkan bobot atau berat tablet yang sama pada
semua tablet. Uji keseragaman bobot dilakukan dengan cara mengambil 20 tablet sebagai
sampel lalu ditimbang satu persatu kemudian dicatat bobot hasil penimbangan. Langkah
terakhir yaitu menghitung bobot rata-rata tablet. Setelah ditimbang 20 tablet satu persatu
didapat bobot rata-rata tablet yaitu sebesar 728,2 mg. Tablet tidak bersalut harus
memenuhi persyaratan keseragaman bobot sebagai berikut: Timbang 20 tablet satu
persatu dan hitung bobot rata-rata tiap tablet. Syaratnya adalah tidak boleh lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak ada satu tablet pun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.

Bobot Rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata (%)


A B
25 mg/kurang 15% 30%
26 mg - 150 mg 10% 20%
151 mg - 300 mg 7,5% 15%
 300 mg 5% 10%
(Anonim, 1979).

Bobot rata-rata tablet yang diperoleh yaitu sebesar 728,2 mg ( > 300 mg) sehingga
penyimpangan bobot rata-ratanya pada kolom A sebesar 5 % dan pada kolom B sebesar
10 %. Kemudian dihitung range penyimpangan bobot rata-rata pada kolom A dan B.
Range penyimpangan bobot rata-rata pada kolom A yaitu sebesar 691,79 mg ≤ x ≤
764,61 mg sedangkan range penyimpangan bobot rata-rata pada kolom B sebesar 655,38
≤ x ≤ 801,02 mg. Dari range penyimpangan bobot rata-rata yang telah didapat, bisa
dilihat jumlah tablet yang menyimpang dari range tersebut. Pada kolom A terdapat 7
tablet yang menyimpang dari range tersebut sehingga tidak memenuhi persyaratan kolom
A yaitu tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyimpangan lebih besar dari
kolom A. Sedangkan pada kolom B terdapat 1 tablet yang menyimpang dari range
sehingga tidak memenuhi persyaratan kolom B yaitu tidak boleh ada satu tablet pun yang
mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B. Oleh karena itu tablet yang
telah diuji memiliki keseragaman bobot yang kurang baik dan tidak memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keseragaman
bobot adalah kondisi peralatannya seperti berubahnya tekanan pada saat proses
pencetakan tablet (Anonim, 1979).

Tahapan evaluasi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet. Tujuan dilakukan uji
kekerasan tablet adalah untuk mengetahui kekuatan tablet yang mana suatu tablet harus
memiliki kekuatan tertentu dan tahan atas berbagai guncangan pada saat pembuatan,
pengemasan dan distribusi serta harus tahan terhadap perlakuan konsumen. Pada
praktikum ini diambil 5 tablet dan diuji satu persatu dengan cara menempatkan tablet
secara vertical pada ujung alat Hardness Tester lalu diputar spiral pada alat, hingga tablet
pecah dan dicatat hasil pengujiannya. Hasil pengujian yang didapat adalah 9,7 kg; 13,9
kg; 3,7 kg; 5,6 kg; dan 12,3 kg. Adapun syarat kekerasan tablet yang baik apabila
mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrot, 1970). Sehingga, dari hasil pengujian
kekerasan terhadap 5 tablet tersebut, hanya terdapat 1 tablet yang memenuhi persyaratan
yaitu tablet dengan kekerasan 5,6 kg. Berdasarkan hal ini, terdapat faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet yaitu tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.
Semakin besar tekanan yang diberikan saat pengempaan maka akan meningkatkan
kekerasan tablet. Faktor lain yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah mesin pencetak
tablet yang digunakan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam pencetakan
masing-masing tablet berbeda. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh sifat fisikokimia
bahan dalam formulasi misalnya penggunaan amilum sebagai pengikat dan glidan yang
menyebabkan konsentrasi amilum dalam tablet menjadi cukup tinggi dimana tablet yang
mengandung amilum dengan konsentrasi tinggi menunjukkan tablet yang rapuh dan
sukar dikeringkan.

Evaluasi tablet berikutnya adalah uji waktu hancur. Waktu hancur adalah waktu yang
dibutuhkan oleh tablet untuk menjadi partikel-partikel kecil. Tablet biasanya
diformulasikan dengan bahan pengembang yang menyebabkan tablet hancur didalam air
atau cairan lambung (Soekemi, A. R., 1987). Uji waktu hancur bertujuan untuk
mengetahui waktu yang diperlukan tablet untuk hancur ketika dalam cairan biologis.
Waktu hancur dipengaruhi oleh jenis dan jumlah dari penghancur serta banyaknya
pengikat yang digunakan dalam formulasi tablet karena disintegran (bahan penghancur)
merupakan bahan yang akan menyebabkan tablet hancur dan pecah dalam air ataupun
dalam cairan lambung. Alat yang digunakan untuk menguji waktu hancur adalah
disintegration tester. Langkah kerjanya yaitu dimasukkan 12 tablet kedalam tabung yang
sudah tersedia pada alat. Kemudian diisi alat dengan aquades dengan suhu 37˚C.
Kemudian uji tablet sampai tidak ada yang tersisa di dalam tabung dan dilihat hasilnya
tablet hancur pada waktu keberapa. Persyaratan untuk tablet biasa waktu hancurnya
adalah <15 menit.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa tablet
Paracetamol yang digunakan dalam pengujian tidak memenuhi persyaratan uji waktu
hancur karena dalam waktu hancurnya lebih dari 15 menit (kurang lebih 25,54 menit)
dan belum ada satu tablet dari 12 tablet yang hancur. Sehingga dapat dikatakan bahwa
tablet belum memenuhi persyaratan karena waktu hancurnya melebihi 15 menit. Hal ini
mungkin terjadi karena kesalahan dalam memformulasikan jumlah dan jenis dari bahan
pengikat dan disintegran. Sampel yang digunakan pada uji waktu hancur adalah tablet
Paracetamol 700mg yang telah dibuat sebelumnya pada praktikum pembuatan tablet.

Evaluasi tablet yang keempat adalah uji disolusi. Disolusi adalah proses pemindahan
molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium (Anonim, 1995). Uji
disolusi tablet Paracetamol bertujuan untuk mengetahui kadar dari Paracetamol, serta
jumlah zat aktif yang terlarut dalam media air dengan volume, waktu dan alat tertentu
apakah memenuhi persyaratan disolusi yang tertera pada monografi. Sampel tablet
Paracetamol dengan persyaratan dalam waktu 45 menit harus larut kurang dari 75 % dari
jumlah yang tertera pada etiket. Konsentrasi larutan baku Paracetamol 100 ppm dengan
konsentrasi yaitu 0,5, 1,5, 2 ml dan didapatkan absorbansi secara berturut turut adalah
2,436,2,706, dan 2,741.

Pemilihan interval baku seri menyesuaikan absorbansi yang dapat diinterpretasikan


oleh spektrofotometer. Kurva baku menghasilkan garis linear regresi y = 0,2129x +
2,3439. Garis linear regresi dari kiri bawah menuju ke kanan atas menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi larutan baku seri maka semakin besar pula absorbansi yang
dihasilkan.
Sebelum menguji larutan baku dilakukan terlebih dahulu larutam sampel dimana pada
sampel pertama didapatkan absorbansi 3,385 dengan kadar 1725,75, untuk sampel kedua
didapatkan absorbansi 3,736 dengan kadar 1601,2, pada sampel ketiga didapatkan
absorbansi 3,459 dengan kadar 1597,05, untuk sampel keempat didapatkan absorbansi
3,554 dengan kadar 1597,05, pada sampel kelima didapatkan absorbansi 3,307 dengan
kadar 1488,42, untuk sampel keenam didapatkan absorbansi 3,470 dengan kadar 1561,5
sehingga didapatkan rata – rata 1608,87. Untuk menentukan persentase diperoleh % =
16,08 / 500 . 100% sama dengan 3.2%. Kadar zat aktif yang terlarut tersebut tidak sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia, dimana kadar tidak
kurang dari 75%. Hal ini menunjukkan bahwa zat aktif tablet Paracetamol tidak dapat
melarut dengan baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kadar tersebut antara lain tablet yang
digunakan, media, spektrofotometer, praktikan. Sampel yang digunakan yaitu tablet
Paracetamol yang merupakan hasil formulasi kami, ditinjau dari data uji kekerasan yang
kurang memenuhi persyaratan sehingga diduga tablet terlalu keras sehingga sulit untuk
melarut.
Selanjutnya dilakukan uji keseragaman ukuran. Uji keseragaman ukuran dilakukan
agar ukuran tiap-tiap tablet bisa seragam sehingga tidak menambah biaya untuk bahan
pengemas. Uji keseragaman ini dilakukan menggunakan jangka sorong dengan cara
mengambil 10 tablet sebagai sampel lalu diukur diameter masing-masing tablet dengan
menggunakan jangka sorong kemudian catat hasil pengukuran diameter dan tebal
masing-masing tablet. Menurut Farmakope Indonesia edisi III syarat tablet yang baik
adalah memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali atau tidak kurang dari 4/3 kali tebal
tablet. Setelah dihitung, hasil dari perhitungan menyatakan bahwa diameter masing-
masing tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 tebal tablet sehingga tablet
yang kami buat merupakan tablet yang baik karena telah sesuai dengan syarat uji
keseragaman ukuran menurut Farmakope Indonesia edisi III (Anonim, 1979).

Praktikum evaluasi tablet yang terakhir yaitu pengujian friabilitas atau kerapuhan
tablet. Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet yang
hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu dan
menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses, pengemasan, dan
penghantaran. Oleh karena itu, kami melakukan uji kerapuhan ini dengan menggunakan
alat roche frabilator, sebelum tablet dilakukan uji dengan menggunakan alat roche
frabilator tablet ditimbang sebanyak 10 tablet untuk sisi kanan dan 10 tablet untuk sisi
kiri kemudian baru dimasukkan pada alat uji, setelah itu tablet ditimbang kembali dan
dilakukan perhitungan selisih antara berat tablet mula-mula dan tablet yang telah
dilakukan uji, persyaratan keregasan tablet harus kurang dari 1% dan hasil yang kami
peroleh tidak memenuhi persyaratan, yang mana tablet yang kami buat rapuh dengan
hasil yang kami peroleh yaitu 10 tablet bagian kanan = 1,36% dan 10 tablet bagian kiri =
1,33%. Rendahnya nilai kerapuhan tablet parasetamol dapat disebabkan karena
kurangnya bahan pengikat dalam mengikat partikel satu sama lain. Cairan yang
ditambahkan juga memiliki peran penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara
partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan
meningkat.

Setelah dilakukan uji evaluasi tablet, hanya satu jenis evaluasi yang memenuhi
persyaratan yaitu uji keseragaman ukuran, sedangkan uji evaluasi tablet yang lain tidak
memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, tablet yang kami buat kurang baik dan tidak
cocok untuk diproduksi serta diedarkan kepada konsumen. Terdapat beberapa faktor
yang menyebabkan tablet yang kami buat menjadi tidak baik misalnya kesalahan dalam
menghitung formula, kesalahan dalam mengoperasikan alat cetak, dan pemakaian alat
cetak tablet yang masih manual sehingga menghasilkan tablet yang tidak bagus.

G. KESIMPULAN
Jadi, pada praktikum evaluasi tablet ini dapat disimpulkan, bahwa ada beberapa point
yang dapat diambil:

1. Pada kolom A terdapat 7 tablet yang menyimpang dari range tersebut sehingga
tidak memenuhi persyaratan. Sedangkan pada kolom B terdapat 1 tablet yang
menyimpang dari range sehingga tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu
tablet yang telah diuji memiliki keseragaman bobot yang kurang baik dan tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
2. Hasil pengujian kekerasan terhadap 5 tablet tersebut, hanya terdapat 1 tablet yang
memenuhi persyaratan yaitu tablet dengan kekerasan 5,6 kg, terdapat faktor yang
mempengaruhi kekerasan tablet yaitu tekanan kompresi dan sifat bahan yang
dikempa. Faktor lain yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah mesin pencetak
tablet yang digunakan secara manual sehingga kekuatan kompresi dalam
pencetakan masing-masing tablet berbeda. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh
sifat fisikokimia bahan.
3. Hasil bahwa tablet Paracetamol yang digunakan dalam pengujian tidak memenuhi
persyaratan uji waktu hancur karena dalam waktu hancurnya lebih dari 15 menit
(kurang lebih 25,54 menit) dan belum ada satu tablet dari 12 tablet yang hancur.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tablet belum memenuhi persyaratan karena waktu
hancurnya melebihi 15 menit.
4. Dalam uji kadar menggunakan spektofotometri didapat hasil yang tidak memenuhi
syarat,faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kadar tersebut antara lain tablet yang
digunakan, media, spektrofotometer, praktikan. Sampel yang digunakan yaitu
tablet Paracetamol yang merupakan hasil formulasi kami, ditinjau dari data uji
kekerasan yang kurang memenuhi persyaratan sehingga diduga tablet terlalu keras
sehingga sulit untuk melarut.
5. Hasil dari perhitungan menyatakan bahwa diameter masing-masing tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 4/3 tebal tablet sehingga tablet yang kami
buat merupakan tablet yang baik karena telah sesuai dengan syarat uji keseragaman
ukuran menurut Farmakope Indonesia edisi III.
6. Hasil yang kami peroleh tidak memenuhi persyaratan, yang mana tablet yang kami
buat rapuh dengan hasil yang kami peroleh yaitu 10 tablet bagian kanan = 1,36%
dan 10 tablet bagian kiri = 1,33%.

H. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia

Anonim. 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel, Howard. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit


Universitas Indonesia Press.
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Jones, David., 2008.Pharmaceutical Dosage Form and Design.
London : Pharmaceutical Press.
Siregar, Charles J. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC..
Parrot, E.L. 1970. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics,
Third Ed. Burgess Pub. 6, Mineapolis.

Soekemi, A. R. 1987. Tablet. Medan: PT. Mayang Kencana.

Anda mungkin juga menyukai