Anda di halaman 1dari 31

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS OBAT

ANTIBIOTIK

Disusun Oleh :
Zulfa Nurani Alfiyyah D1A210055
Nia Kurma Nurita D1A210078
Mega Septina D1A220222

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Kimia Medisinal 1 dengan judul “HUBUNGAN STRUKTUR
AKTIVITAS OBAT ANTIBIOTIK”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai antibiotik.

Bandung, 23 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Tujuan ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Uraian Tentang Antibiotika ........................................................ 2


B. Antibiotika β-Laktam ................................................................. 4
C. Turunan Amfenikol .................................................................... 13
D. Turunan Tetrasiklin .................................................................... 14
E. Antibiotika Turunan Aminoglikosida .......................................... 17
F. Antibiotika Turunan Makrolida ................................................. 19
G. Antibiotika Turunan Polipeptida ................................................. 20
H. Antibiotika Turunan Linkosamida ................................................ 20
I. Antibiotika Polien ......................................................................... 22
J. Turunan Ansamisin ....................................................................... 22
K. Turunan Antrasiklin ...................................................................... 23

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kimia medisinal menurut batasan Taylor dan Kennewell (1981)
adalah studi kimiawi senyawa atau obat yang dapat menberikan efek
menguntungkan dalam sistem kehidupan, yang melibatkan studi hubungan
struktur kimia senyawa dengan aktivitas biologis dan model kerja senyawa
pada sistem biologis, dalam usaha mendapatkan efek terapetikobat yang
maksimal dan memperkecil efek samping yang tidak diinginkan.
Akar dari ilmu ini terletak pada banyak cabang dari ilmu kimia dan
biologi. Kimia medisinal digunakan untuk memahami dan menjelaskan
secara biokimia dari transpor dan mekanisme kerja obat. Sebagai dasar
adalah mencoba menetapkan hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis
obat, serta menghubungkan perilaku biodinamik melalui sifat-sifat fisik dan
kereaktifan kimia senyawa obat.
Setelah ilmu pengetahuan makin berkembang, didapatkan bahwa
struktur kimia obat ternyata dapat menjelaskan sifat-sifat obat dan terlihat
bahwa unit-unit struktur atau gugus-gugus molekul obat berkaitan dengan
aktivitas biologisnya.
B. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan struktur dan aktivitas dari beberapa
obat antibiotik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Untuk mencari hubungan antara struktur kimia dan aktivitas biologis


dapat dilakukan terutama dengan mengaitkan gugus fungsional tertentu dengan
respon biologis yang tertentu pula. Sifat-sifat kimia fisika merupakan dasar
yang sangat penting untuk menjelaskan aktivitas biologis obat, oleh karena :
1. Sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam pengangkutan obat
untuk mencapai reseptor. Disini sifat kimia fisika berperan dalam proses
penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar obat pada waktu mencapai
reseptor cukup besar.
2. Hanya obat yang mempunyai struktur dengan kekhasan tinggi saja yang
dapat berinteraksi dengan reseptor biologis. Oleh karena itu sifat kimia
fisika obat harus menunjang orientasi khas molekul pada permukaan
reseptor.
Sifat kimia fisika penting yang berhubungan dengan aktivitas biologis
antara lain adalah ionisasi, ikatan hidrogen, pembentukkan kelat, potensial
redoks dan aktivitas permukaan.
A. URAIAN TENTANG ANTIBIOTIKA
Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan
oleh organisme hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik,
yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam
kehidupan satu spesis atau lebih mikroorganisme.
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya
penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang
setinggi mungkin, artinya antibiotik tersebut haruslah bersifat sangat toksik
untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk inang/hospes. Berdasarkan sifat
toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat menghambat pertumbuhan
mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat

2
membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Antibiotik tertentu
aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar
antibiotiknya ditingkatkan melebihi kadar hambat minimal.
Antibiotika daoat dikelompokkan berdasarkan tempat kerja, spektrum
aktivitas dan struktur kimianya.
1. Penggolongan antibiotika berdasarkan tempat kerjanya
Proses yang
Tempat kerja Antibiotika Tipe aktivitas
dihambat

- Penisilin Bakterisid
- Sefalosporin Bakterisid
Biosintesis
Dinding sel - Basitrasin Bakterisid
peptidoglikan
- Vankomisin Bakterisid
- Sikloserin Bakterisid

Fungsi dan - Nistatin Fungisid


Membran sel integritas membran - Amfoterisin Fungisid
sel - Polimiksin B Bakterisid
-
- Biosintesi ADN Mitomisin Fansidal
- Biosintesis Rifampisin (Antikanker)
mARN Griseovulfin Bakterisid
Asam nukleat
- Biosintesis Fungisid
ADN dan
mARN
Ribosom

- Sub unit 30 S - Biosintesis - Aminosiklitol Bakterisid


prokariotik protein - Tetrasiklin Bakteriostatik

3
- Sub unit 50 S - Amfenikol Bakteriostatik
prokariotik - Biosintesis - Makrolida Bakteriostatik
protein - Linkosamida Bakteriostatik
- Sub unit 60 S - Glutarimid Fungisid
eukariotik - Asam fusidat Bakterisid
- Biosintesis
protein

2. Penggolongan antibiotika berdasarkan spektrum aktivitasnya


a. Antibiotika dengan spektrum luas, efektif terhadap Gram-positif maupun
Gram-negatif.
Contoh : turunan tetrasiklin, turunan amfenikol, turunan aminoglikosida,
turunan makrolida, rifampisin, beberapa turunan penisilin seperti ampisilin,
amoksisilin, bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin,
dan tikarsilin, dan sebagian besar turunan sefalosporin.
b. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-positif.
Contoh : basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin seperti
benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenetisilin K, metisilin Na,
nafsilin Na, Oksasilin Na, kloksasilin Na, dikloksasilin Na dan floksasilin Na,
turunan linkosamida, asam fusidat dan beberapa turunan sefalosporin.
c. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-negatif.
Contoh : kolistin, polimiksin B sulfat dan sulfomisin.
d. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae
(antituberkulosis).
Contoh : streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin, viomisin dan
kapreomisin.
e. Antibiotika yang aktif trhadap jamur (antijamur).
Contoh : griseovulvin dan antibiotika polien seperti nistatin, amfoterisin B.
f. Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker).

4
Contoh : aktinomisin, bleomisin, daunorubisin, doksorubisin, mitomisin dan
mitramisin.
Berdasarkan struktur kimianya antibiotika dibagi menjadi sepuluh
kelompok yaitu antibiotika β-laktam (turunan penisilin, sefalosporin dan β-
laktam nonklasik), turunan amfenikol, turunan tetrasiklin, aminoglikosida,
antibiotika makrolida, antibiotika polipeptida, linkosamida, antibiotika polien,
turunan ansamisin dan turunan antraksilin.
B. ANTIBIOTIKA β -LAKTAM
Antibiotik yang strukturnya mengandung cincin β-laktam, banyak
dikembangkan untuk pengobatan infeksi bakteri. Pada tingkat molekul,
mekanisme kerja antibiotika turunan β-laktam adalah ditunjukkan oleh
serangan nukleofil dari gugus hidroksil serin enzim transpeptidase pada
karbonil karbon cincin β-laktam yang bermuatan positif, sehingga terjadi
hambatan biosintesis peptidoglikan. Akibatnya dinding sel menjadi lemah, dan
karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga
bakteri mengalami kematian.
Antibiotika β-laktam hanya dapat membunuh bakteri pada fase
pertumbuhan dan tidak dapat mempengaruhi bakteri yang dalam bentuk tidak
aktif atau persisten. Ini merupakan alasan mengapa pemberian penisilin, suatu
bakterisid, bersama-sama dengan senyawa bakteriostatik, seperti turunan
amfenikol, sulfonamida atau tetrasiklin, menjadi tidak rasional.
Antibiotika β-laktam dibagi menjadi dua kelompok yaitu penisilin dan
sefalosporin.
1. Turunan Penisilin
Struktur umum

5
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin
alami dan Penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan
cara mengubah struktur kimia Penisilin alam atau dengan cara sintesis dari
inti Penisilin.
Melalui modifikasi molekul telah dibuat turunan penisilin baru
dengan sifat yang lebih baik dibanding penisilin alami. Sifat-sifat tersebut
antara lain adalah :
a. Penisilin yang tahan asam, yaitu karena ada gugus penarik elektron,
misalnya gugus fenoksi, yang terikat pada rantai samping amino.
Gugus tersebut mencegah penataulangan penisilin menjadi asam
penilat, yang terjadi dalam suasana asam.
b. Penisilin yang kebal terhadap β-laktamase, yaitu karena ada gugus
meruah (bulky) pada rantai samping amino, misalnya cincin aromatik
yang pada kedudukan orto mengandung gugus halogen atau metoksi.
c. Penisilin yang tahan terhadap asam lambung atau kebal terhadap β-
laktamase, yaitu karena ada gugus meruah dan bersifat penarik
elektron pada rantai samping amino.
d. Penisilin dengan spektrum luas, yaitu karena ada gugus hidrofil, seperti
NH2, COOH atau SO3H pada rantai samping amino, sehingga
penembusan obat melalui pori saluran protein membran terluar bakteri
Gram-negatif menjadi lebih besar.
e. Penisilin yang bekerja sebagai pra-obat, didapat melalui beberapa cara
sebagai berikut :
- Membuat bentik garamnya ;
- Menutupi gugus amino bebas, misalnya yang terdapat pada struktur
ampisilin, dengan membentuk gugus amida yang mudah diurai
kembali pada in-vivo ;
- Membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat atom C3.
Pada pra-obat harus ada keseimbangan pada sifat lipofil yang
menentukan penyerapan pada saluran cerna, da sifat hidrifil yang
diperlukan untuk melarutkan pra-obat dalam cairan saluran cerna.

6
Penisilin yang banyak digunakan secara luas diantaranya adalah
ampisilin dan amoksisilin. Ampisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas,
tahan asam tetapi tidak tahan terhadap enzim penisilinase. Bentuk D-isomer
lebih aktif dibanding L-isomer. Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup baik
(± 40%) dan akan meningkat dengan adanya makanan. Obat terikat oleh protein
plasma ± 20%. Kadar darah maksimalnya dicapai dalam 5 menit setelah injeksi
intravena, 1 jam setelah injeksi intramuskular dan 2 jam setelah pemberian oral.
Waktu paruhnya 0,5-1 jam. Demikian pula dengan amoksisilin yang juga
merupakan antibiotik dengan spektrum luas, tahan asam tetapi tidak tahan
terhadap enzim penisilinase, tetapi terdapat beberapa keuntungan dibanding
ampisilin, yaitu penyerapan obat dalam saluran cerna lebih sempurna, sehingga
kadar darah dalam plasma dan cairan seni lebih tinggi, serta adanya makanan
tidak mempengaruhi penyerapan obat. Kadar darah maksimalnya dicapai dalam
1 jam setelah pemberian oral dengan waktu paruh ± 1 jam.
Efek samping penggunaan turunan penisilin antara lain adalah reaksi
alergi (insiden 18%) yang kadang-kadang dapat bersifat fatal. Reaksi alergi
tersebut disebabkan penisilin dapat mengasilasi protein tertentu serum dalam
tubuh, membentuk penisiloil protein yang merupakan suatu protein asing
(antigen) yang merangsang pembentukkan antibodi. Efek samping lain adalah
gangguan saluran cerna, hematologis dan gangguan keseimbangan elektrolit.
2. Turunan Sefalosporin
Pada awalnya, turunan sefalosporin didapatkan sebagai hasil isolasi
ekstrak jamur Cephalosporium acremonium. Dari jamur ini dapat diisolasi tiga
antibiotika, diantaranya adalah cefalosporin C. Dari senyawa inilah kemudian
dilakukan modifikasi molekul untuk mendapatkan turunan sefalosporin yang
digunakan sekarang ini.
Turunan sefalosporin adalah antibiotika β-laktam yang mempunyai dasar
struktur mirip dengan penisilin, yaitu cincin β-laktam-dihidrotiazin (sefem),
mengandung dua pusat atom asimetrik sehingga dapat membentuk empat
senyawa optis-aktif. Stereokimia isomer sefalosporin alami digambarkan
sebagai berikut :

7
Turunan sefalosporin adalah senyawa bakterisid dengan indeks terapetik
(batas keamanan) tinggi, efektif untuk pengobatan infeksi Staphylococcus sp.
Dan Streptococcus sp. Yang telah kebal terhadap Penisilin, E. coli, dan P.
mirabilis dan digunakan secara luas untuk pencegahan infeksi selama dan
sesudah pembedahan.
Hubungan Struktur dan Aktivitas
1. Pada umumnya turunan sefalosporin berbeda pada gugus-gugus yang terikat
pada posisi 7 atau 3 dari cincin sefem. Modifikasi subtituen pada C-3 untuk
mendapatkan sifat kimia fisika yang dikehendaki, sedangkan modifikasi pada
C-7 untuk mengubah spektrum aktivitas.
2. Adanya gugus pendorong elektro pada posisi 3 meningkatkan resonansi
enaminsehingga kereaktifan cincin β-laktam terhadap sisi aktif pada substrat
D-alanin-D-alanin dalam biosintesis peptidoglikan meningkat, akibatnya
aktivitas antibakterinya juga meningkat.
3. Aktivitas biologis sangat tergantung pada rantai samping yang terikat pada
posisi 7, substitusi gugus metoksi pada posisi 7, seperti pada sefamisin,
meningkatkan ketahanan senyawa terhadap serangan β-laktamase.
4. Pergantian isosterik dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom O
menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem. Turunan baru tersebut yang
didapatkan melalui sintesis total, menunjukkan adanya spektrum antibakteri
yang lebih luas.
Turunan sefalosporin berdasarkan sistem generasi dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu :

8
1. Sefalosporin generasi pertama
Struktur umum

Turunan ini taha terhadap β-laktamase luar sel yang dihasilkan oleh S.
aureus tetapi tidak tahan bila dihasilkan oleh bakteri Gram-negatif. Waktu paruh
eliminasinya relatif pendek dan kemampuan untuk menembus cairan
serebrospinal rendah.
Contoh : sefadroksil, sefazolin, sefasetril, sefaleksin, sefaloridin, sefalotin Na,
sefapirin dan sefradin.
2. Sefalosporin generasi kedua
Struktur umum

Spektrum antibakterinya hampir sama dengan generasi pertama, tetapi


secara umum turunan ini lebih aktif terhadap bakteri Gram-negatif enterik.
Waktu paruh eliminasinya relatif sama dengan generasi pertama tetapi
kemampuan menembus cairan serebrospinal lebih baik.
Contoh : sefaklor, sefamandol, sefamandol nafat, sefotetan di-Na, sefbuperazon,
sefmetazol, sefoksitin, sefuroksim Na dan sefuroksim aksetil.

9
3. Sefalosporin generasi ketiga
Struktur umum

Spektrum antibakterinya lebih luas dibanding generasi sebelumnya.


Secara umum turunan ini aktif terhadap bakteri Gram-negatif yang telah kebal,
lebih tahan terhadap β-laktamase, tetapi kurang aktif terhadap bakteri Gram-
positif.
Contoh : sefmenoksim HCl, sefiksim, sefidizim, sefotaksim Na, sefotiam,
sefpimizol, sefsulodin dan moksalaktam.
Efek samping yang umum adalah reaksi hipersensitivitas seperti
urtikaria, eosinofilia dan demam, tetapi jarang yang fatal. Efek samping lain
adalah leukopenia, neutropenia, trombositopenia, gangguan saluran cerna,
perubahan fungsi ginjal dan hati, kandidiasis dan suprainfeksi enterococcus.
Sefalosporin yang mengandung rantai samping metiltiotetrazol menimbulkan
hipoprotrombinemia karena dapat menekan pertumbuhan flora saluran cerna
sehingga biosintesis vitamin K menurun.
3. Turunan β-laktam Nonklasik
β-laktam nonklasik adalah antibiotika yang mengandung cincin β-
laktam yang kadang-kadang bergabung dengan cincin lain yang terdiri dari 5
atau 6 atom. Dibandingkan dengan turunan penisiin atau sefalosporin,
strukturnya mempunyai gambaran dasar yang berbeda, demikian pula sifat
biologisnya.
β-laktam nonklasik dibagi menjadi 5 kelompok yaitu turunan asam
amidinopenisilanat, turunan asam penisilanat, karbapenem, oksapenem dan β-
laktam monosiklik.

10
a. Turunan Asam Amidinopenisilanat
Struktur turunan asam amidinopenisilanat berhubungan dengan
penisilin. Aktivitasnya terhadap bakteri Gram-positif dan Pseudomonas sp.
rendah, tetapi cukup efektif terhadap bakteri Gram-negatif, termasuk
Enterobacteriaceae. Kombinasi dengan antibiotika β-laktam lain
menunjukkan efek sinergis, karena turunan ini terikat oleh protein bakteri
yang berbeda dengan β-laktam klasik.
Contoh : amdinosilin, bakmesilinam dan pivmesilinam.

Struktur umum

b. Turunan Asam Penisilanat


Turunan ini didapat dari hasil modifikasi 6-APA dan digunakan
sebagai penghambat enzim β-laktamase. Biasanya diberikan dalam bentuk
kombinasi dengan β-laktam klasik seperti ampisilin atau amoksisilin.
Contoh : sulbaktam, pivsulbaktam dan sultamisilin.
Struktur umum

11
c. Turunan Karbapenem
Karbapenem adalah analog penisilin alami, yaitu atom S pada cincin
tiazolidin diganti dengan ikatan rangkap dan gugus metilen. Karbapenem
mengandung atom S tidak dalam cincin tetapi terikat oleh atom C3.
Aktivitas antibakterinya tergantung pada tegangan cincin dan efek
elektronik dari ikatan rangkap yang berdekatan.
Contoh : asparenomisin, karpetimisin C dan D, imipenem dan asam
olivanat.
Struktur umum

d. Turunan Oksapenem
Contoh : asam klavulanat.
Asam klavulanat mempunyai aktivitas antibakteri rendah tetapi
sangat aktif sebagai deaktivator β-laktamase yang dihasilkan oleh bakteri
yang kebal terhadap penisilin atau sefalosporin. Asam klavulanat digunakan
dalam bentuk kombinasi dengan turunan penisilin untuk memperpanjang
efek antibakterinya.
Struktur asam klavulanat

12
e. Turunan β-laktam Monosiklik
Contoh : nokarsidin A, astreonam dan sulfazesin.
Nokarsidin A dihasilkan oleh Nicordia uniformis, mengandung
gugus oksimino dalam bentuk konfigurasi sin dan rantai samping D-3-
amino-3-karboksipropil yang berperan terhadap aktivitas antibakterinya.
Tidak adanya gugus dan rantai samping tersebut menyebabkan senyawa
kehilangan aktivitasnya.
Struktur nokarsidin A

Astreonam adalah turunan monobaktam yang mempunyai stabilitas


tinggi terhadap β-laktamase. Adanya gugus sulfamat yang bersifat
elektronegatif kuat dan gugus hidrofil lain meningkatkan aktivitas cincin β-
laktam. Pemasukan gugus 4-metil meningkatkan stabilitas terhadap β-
laktamase.
Struktur astreonam

Sulfazesin adalah turunan monobaktam yang efektif terhadap


bakteri Gram-negatif terutama Enterobacteriaceae, sedangkan aktivitas
terhadap Gram-positif rendah. Adanya gugus α-metoksi meningkatkan

13
stabilitas terhadap β-laktamase tetapi menurunkan stabilitas terhadap
hidrolosis kimia.

Struktur sulfazesin

C. TURUNAN AMFENIKOL
Turunan amfenikol adalah antibiotika yang terdiri dari kloramfenikol dan
senyawa sintetik analognya. Merupakan senya bakteriostatik dengan spektrum
luas, bersifat mudah larut dalam lemak sehingga mudah menembus sel bakteri.

Struktur umum turunan amfenikol

Contoh : kloramfenikol dan tiamfenikol


Mekanisme kerja

14
Mekanisme kerja antibakteri turunan amfenikol adalah dengan
menghambat biosintesis protein pada siklus pemanjangan rantai asam amino,
yaitu dengan menghambat pembentukkan ikatan peptida. Setelah menembus sel
bakteri, turunan amfenikol mengikat subunit ribosom 50-S secara terpulihkan,
menghambat enzim peptidil transferase sehingga mencegah penambahan asam
amino pada rantai peptida. Akibatnya terjadi hambatan pembentukkan ikatan
peptida dan biosintesis protein, dan hal ini terjadi selama antibiotika tetap terikat
oleh ribosom.
Hubungan struktur dan aktivitas
1. Modifikasi pada cincin benzen :
a. p-Nitrobenzen dapat diganti dengan bifenil, 4-brombifenil atau 4-metil
bifenil tanpa kehilangan aktivitas antibakteri secara bermakna.
b. Penggantian gugus fenil dengan gugus aromatik atau siklik lain seperti
sikloheksil, furil, naftil, piridil, kuinolil dan tienil menghilangkan
aktivitas.
c. Penggantian gugus nitro dengan gugus penarik elektron kuat seperti
asetil (setofenikol) atau metilsulfonil (tiamfenikol), senyawa tetap aktif
sebagai antibakteri. Penggantian dengan subtituen lain seperti CN,
CONH2, halogen, NH2, NHR, NHCH2R, N(CH3)2, OH, SO2R, SO2NHR
atau gugus heterosiklik menghilangkan aktivitas karena terjadi
perubahan-perubahan keelektronegatifan, volume molekul dan sistem
tipe p-kuinoid.
d. Pemindahan gugus nitro ke posisi orto atau meta juga menurunkan
aktivitas antibakeri.
2. Rantai samping asli sangat penting untuk aktivitas antibakteri. Peningkatan
ukuran rantai menyebabkan penurunan aktivitas.
3. Stereokimia sangat berperan untuk aktivitas antibakteri. Karena
kloramfenikol mempunyai dua pusat kiral, maka dapat membentuk empat
isomer yaitu (-)treo, (+)treo, (-)eritro dan (+)eritro. Dari keempat isomer
tersebut yang aktif sebagai antibakteri hanyalah isomer D-(-)treo.

15
4. Penggantian dua gugus hidroksil, perluasan atau pemendekkan gugus
CH2OH ujung dan subtitusi atom H pada C2 menghilangkan aktivitas
antibakteri.
5. Penggantian atom dikloro dengan dibromo menurunkan kekuatan
antibakteri, sedangkan penggantian dengan gugus CF3 dapat meningkatkan
aktivitas (1,7 kali) terhadap E. coli.
D. TURUNAN TETRASIKLIN
Tetrasiklin merupakan turunan oktahidronaftasen yang terbentuk oleh
gabungan empat buah cincin. Stereokimianya sangat kompleks karena
mempunyai 5 atau 6 pusat atom C asimetrik.
Tetrasiklin bersifat amfoter karena mengandung gugus-gugus yang
bersifat asam, seperti gugus hidroksil, dan basa seperti gugus dimetilamino.
Dengan asam kuat tetrasiklin dapat membentuk garam asam yang mudah larut
dalam air dan cukup stabil, melalui protoma gugus dimetilamino pada C-4.
Garam basanya yang dibentuk dengan basa kuat seperti NaOH, KOH atau
Ca(OH)2 tidak stabil dalam larutan air. Tetrasiklin mengandung gugugugus yang
dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekul dan dapat membentuk kompleks
dengan garam-garam Ca, Fe atau Mg. Oleh karena itu tetrasiklin tidak boleh
diberikan bersama-sama dengan susu, antasida, obat anti anemia dan lain-lain
sediaan yang mengandung garam-garam diatas.
Pada larutan dengan pH 2-6 tetrasiklin mengalami epimerisasi pada atom
C-4, membentuk epitetrasiklin yang mempunyai aktivitas antibakteri lebih
rendah ± 5% aktivitas tetrasiklin.

Struktur tetrasiklin

16
Mekanisme kerja
Turunan tetrasiklin adalah senyawa bakteriostatik dengan spektrum
antibakteri luas dan pada kadar tinggi bersifat bakterisid. Karena mempunyai
sifat pembentuk kelat, diduga aktivitas antibakterinya disebabkan oleh
kemamuan untuk menghilangkan ion-ion loga-logam yang penting bagi
kehidupan bakteri, seperti ion Mg. Kemungkinan lain, pembentukan kelat
tersebut memudahkan pengangkutan tetrasiklin menuju ke sisi kerjanya.
Tempat kerja turunan tetrasiklin adalah pada ribosom bakteri. Turunan
ini mencapai sasaran melalui dua proses, yaitu :
1. Difusi pasif melalui pori hidrofil pada membran terluar sel. Doksisiklin dan
minosiklin mempunyai kelarutan dalam lemak tinggi, sehingga secara
langsung dapat melalui lemak membran ;
2. Sistem pengangkutan aktif yang tergantung energi. Pompa dari semua
turunan tetrasiklin adalah melalui membran sitoplasma terdalam,
kemungkinan dengan bantuan pembawa protein periplasma.
Di dalam sel bakteri, tetrasilklin mengikat secara khas dan terpulihkan
ribosom 30-S, menghambat jalan masuk aminoasil-tARN ke tempat aseptor A
pada kompleks mARN-ribosom, menghalangi penggabungan asam amino ke
rantai peptida dan menyebabkan hambatan sintesis protein. Lebih tepatnya
tetrasiklin menghambat interaksi kodon-antikodon pada tempat A dari subunit
ribosom yang terkecil, yaitu 30-S atau 40-S dan hal ini dapat menjelaskan
mengapa tetrasiklin bersifat kurang selektif dan menimbulkan efek samping
yang relatif rendah. Sifat penghambatan turunan tetrasiklin berhubungan dengan

17
struktur elektronuik yang melibatkan secara langsung interaksi atom C-6 dan
gugus fenoldiketon dengan sisi reseptor.
Hubungan struktur aktivitas
1. Gugus farmakofor dengan aktivitas biologis penuh adalah senyawa semisintetik
sansiklin karena mengandung struktur yang dibutuhkan untuk pembentukan
kelat dan dipandang mempunyai peran penting pada pengangkutan turunan
tetrasilin ke dalam sel bakteri dan penghambatan biosintesa protein di dalam sel.
2. Pengaturan linier dari empat cincin adalah persyaratan ubtuk dapat
menimbulkan aktivitas biologis. Konfigurasi pusat kiral pada C-4, C-4a dan C-
12a sangat penting untuk aktivitas. Konfigurasi pada C-5a dan C-6a
kemungkinan dapat berubah-ubah. Sistem fenol diketon pada cincin BCD adalah
planar dan penting untuk aktivitas, sedangkan cincin AB dapat mengalami
perubahan bentuk konformasi. Penambahan atau pengurangan jumlah cincin dan
pembukaan cincin menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas.
3. Adanya dua sistem elektron π yang berbeda (gugus kromofor fenoldiketon dan
trikarbonilmetan) cukup penting untuk aktivitas bakteri. Perluasan atau
pengurangan gugus kromofor menyebabkan penurunan atau hilangnya aktivitas.
Substituen yang dapat meningkatkan kemampuan donor elektron dari gugus
fenoldiketon akan meningkatkan aktivitas.
4. Adanya gugus 4-dimetilamino penting untuk pembentkan ion Zwitter untuk
distribusi optimum dalam tubuh dan untuk aktivitas in vivo.
5. Pada gugus 2-karbonamid, hanya gugus karbonil yang penting untuk aktivitas.
6. Daerah hidrofob dari C-3 sampai C-9 dapat diubah dengan cara yang bbervariasi,
asal tidak mempengaruhi bentuk konformasi esensialnya. Modifikasi pada C-6
dan C-7 menghasilkan turunan yang mempunyai stabilitas kimia yang lebih
besar, memperbaiki sifat farmakokinetik dan meningkatkan aktivitas antibakteri.
Turunan tertrasiklin dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :
- Tetrasiklin alami : tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin dan demeklosiklin.
- Tetrasiklin semisintetik : sansiklin, doksisiklin, metasiklin dan minosiklin.
- Bentuk laten (pra-obat) tetrasiklin.

18
- Produk manipulasi molekul tetrasiklin : eritromisin, kafsiklin, penisiklin dan
kolimesiklin.
Efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain gangguan saluran cerna,
gangguan ginjal dan kerusakan hati bila diberikan dalam dosis berlebih. Tidak
boleh diberikan kepada wanita hamil dan anak dibawah usia 8 tahun karena
bersifat teratogenik dan dapat menekan pertumbuhan tulang. Selain itu turunan
ini juga dapat menyebabkan warna kekuningan pada gigi yang bersifat tetap
karena dapat membentuk kelat dengan kalsium fosfat dalam struktur tulang dan
gigi.

E. TURUNAN AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida adalah antibiotika dengan struktur kimia yang
bervariasi, mengandung basa deoksistreptamin atau streptidin dan gula amino 3-
aminoglukosa, 6-aminoglukosa, 2,6 diaminoglukosa, garosamin, D-glukosamin,
L-N-metilglukosamin, neosamin dan purpurosamin. Pada umumnya merupakan
senyawa bakterisid, dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan
Gram-negatif serta efektif terhadap mikobakterri. Dalam bentuk garam sulfat
untuk hidroklorida bersifat mudah larut dalam air. Tidak diserap oleh saluran
cerna sehingga untuk pemakaian sistematik tidak dapat diberikan secara oral dan
harus diberikan secara parenteral, biasanya melalui injeksi intramuskular.
Turunan aminoglikosida yang sering digunakan antara lain adalah
streptomisin, kanamisin, gentamisin, neomisin, tobramisin, amikasin, netilmisin,
dibekasin dan spektinomisin.
Hubungan struktur dan aktivitas
Pada umumnya turunan aminoglikosida mengandung tiga cincin yang
dihubungakan melalui jembatan eter. Sebagai contoh adalah strutur kanamisin.

19
1. Modifikasi pada cincin I
Cincin I sangat penting untuk aktivitas oleh karena merupakan
sasaran utama dalam penginaktifkan enzim bakteri dan menenntukan
karateristik luas spektrum antibakteri.
- Gugus-gugus amino pada 6’ dan 2’ berhubungan dengan kekuatan
antibakteri. Kanmisin A yang mengandung kedua gugus tersebut lebih
aktif dibandng kanamisin B (6’-amino, 2’-hidroksil) atau kanamisin C
(6’-hidroksil, 2’-amino).
- Metilasi pada posisi C-6’ menyebabakan senyawa tahan terhadap
proses asetilasi enzimatik dari gugus 6’-amino tanpa menurunkan
aktivitas antibakteri secara bermakna.
- Hilangnya gugus 3’hidroksil atau 4’-hidroksil atau keduanya tdak
menurunkan kemampuan anti bakteri kanamisin. Gentamisin,
netilmisin, dan sisomisin tidak mengandung gugus tersebut, sehingga
tidak diinaktifkan oleh enzim fosfotranferase, tetapi kemampuan
antiiotik untuk mengikat ribosom bakteri berkurang.

2. Modifikasipada pada cincin II


Cincin II sangat sensitif terhadap perubahan struktur, modifikasi
gugus fungsional akan menghilangkan aktivitas antibakteri, kecuali :
- Asetilasi pada gugus I-amino dari kanamisin. Menghasilkan amikasin,
tidak menyebabkan hilangnya aktivitas.

20
- N-etilasi dari sisomisin, menghasilkan netilmisin, memperpanjang
masa kerja senyawa induk karena tahan terhadap penginaktifkan oleh
beberapa enzim endogen.
- Hilangnya atom O dari gugus 5-hidroksil sisomisin, mengasilkan 5-
deoksisisomisin, menyebabkan senyawa tahan terhadap enzim yang
mengasetilasi gugus 3-amino.
3. Modifikasi pada cincin III
Gugus fungsional pada cincin III dapat diganti tanpa menimbulkan
penurunan aktivitas yang bermakna.

Turunan aminoglikosida adalah antibiotika dengan spektrum luas, efektif


terhadap basil Gram-negatif seperti E. coli, Enterobacter sp., Klebsiella sp.,
Proteus sp., salmonella sp., Shigella sp. Serratia sp. Beberpa diantaranya seperti
streptomisin dan kanamisin efektif terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Pada pengobatan infeksi tertentu, turunan aminoglikosida sering
dikmbinasi dengan antibiotika β-laktan karena :
1. Mempunyai efek sinergis;
2. Dapat mencegah ketahanan yang mendadak;
3. Dapat memperluas spectrum antibakteri.
Contoh : kombinasi penisilin G dengan strptomisin.
Turunn amino glikosida menimbulakn toksisitas pada kedua cabang saraf
cranial VIII dan kemungkinan dapat menyebabkan ketulian yang tak
terpulihkan. Efek samping lain adalah nefrotoksik, pemblok saraf otot, reaksi
alergi, kelinan darah dan menimbulakn suprainfeksi.

F. ANTIBIOTIKA TURUNAN MAKROLIDA


Makrolida merupakan kelompok obat antibiotik yang aktivitasnya
disebabkan karena keberadaan cincin makrolida, cincin lakton besar yang
berikatan dengan satu atau lebih gula deoksi, biasanya kladinose dan
desosamine. Cincin laktonnya biasanya tersusun dari 14-, 15-, atau 16- atom.

21
Antibiotik makrolida digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri-bakteri Gram-positif seperti Streptococcus, Pnemoniae
dan Haemophilus influenzae. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada
infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas
seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian
bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis,
dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu
sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.
Spektrum antimikrobial makrolida sedikit lebih luas dibandingkan penisilin.
Contoh : eritromisin, oleandomisin, spiramisin, roksitromisin dan azithromisin.
Karakteristik makrolida :
1. Cinicin lakton sangat besar, biasanya mengandung 12 – 17 atom;
2. Gugus keton;
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin
lakton;
4. Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton;
5. Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari
senyawa dan kemungkinan untuk dibuat bentuk garamnya.
Mekanisme kerja
Turunan makrolida, seperti eritromisin adalah senyawa bakteriostatik
dan hanya efektif pada mikroorganisme yang aktif membelah. Turunan ini
mengikat secara takterpulihkan subunit ribosom 50-S bakteri atau dekat dengan
donor P sehingga memblok ikatan tRNA dengan tempat tersebut dan mencegah
translokasi peptida-peptida dari tempat aseptor A ke tempat donor P, pengikatan
ini hanya terjadi bila subunit 50-S bebas dari molekul tRNA yang berhubungan
dengan rantai peptida nasen sehingga yang diblok hanyalah sintesis
homopeptida polimer tinggi, sedang peptida-peptida kecil tetap diproses secara
normal.
Efek samoing relatif rendah antara lain gangguan saluran cerna yang
ringan (sakit kepala, mual, pusing dan diare) dan reaksi alergi.
G. ANTIBIOTIKA TURUNAN POLIPEPTIDA

22
Antibiotik polipeptida mempunyai struktur sangat kompleks,
mengandung polipeptida yang biasa membentuk suatu siklik. Sumber utama
turunan antibiotika ini adalah Bacillus sp. dan Strptomyces sp. Turunan ni
mempunyai karateristik tertentu yang unik bila dibandingkan dengan peptide
hewan atau tanaman alam, yaitu :
1. Sebagian besar mikroorganisme yang mensintesis antibiotika polipeptia
menghasilakan banyak senyawa yang gugus-gugus kimianya saling
berhubungan, daripada substansi tunggal.
2. Antibiotika peptida yang sama dapat dihasilakan oleh mikroorganisme
dengan taksonomi yang berbeda.
3. Banyak dari antibiotik polipeptida mengandung lemak selain asam amino,
yang tidak terdapat pada peptida hewan atau tanaman alam.
4. Aktivitas antibakteri antibiotika polipeptida secara langsung berhubungan
dengan struktur kimianaya. Sedikit modifikasi kimia menghasilkan
perubahan yang nyata dasi sifat biologis.
5. Antibotika peptida yang strukturnya bervariasi kemungkinan menghambat
pertumbuahan bakteri melalui mekanisme kerja yang sama.
Penggunaan antibiotika polipeptida terbatas karena menimbulkan
toksisitas yang besar terutama pada ginjal. Berdasarkan sifatnya antibiotika
polipeptida dibedakan dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Antibiotika yang bersifat asam, mengandung gugus karboksilat bebas dan
menunjukan bagian srtuktur yang nonosiklik.
2. Antibiotic yang bersifat basa, mengandung gugus amino bebas dan juga
menunjukan bagian stuktur yang nonsiklik.
3. Antibiotika yang bersifat netral, tidak mempunyai gugus karboksilat dan
amino bebas, karena strukturnya dalam bentuk siklik, atau gugus reaktif
diatas dinetrlkanmelalui formilasi.
Antibiotika polipeptida pada umumnya mempunyai spektrum
sempit, contoh gramisidin hanya aktif terhadap bakteri Gram-positif sedangkan
polimiksin hanya aktif terhadap bakteri Gram-negatif.
Mekanisme kerja

23
Beberapa antibiotika polipeptida, seperti tirotrisin, polimiksin B dan
kolistin merupakan molekul yang amfililik, mengandung gugus-gugus lipofil
dan hidrofil yang terpisah. Bentuk siklik dan gugus-gugus yang bersifat basa
cukup berperan dalam menunjang aktivitas antibakteri.
Antibiotika polipeptida dapat menyebabkan ketidakteraturan
struktur membran sitoplasma dan kehilangan fungsinya sebagai rintangan
permeabel, sehingga ion-ion yang secara normal ada dalam sel akan keluar dan
menyebabkan bakteri mengalami kematian.
Gramisidin dapat membentuk saluran transmembran (“pori”),
dimana ion-ion keluar masuk secara difusi melalui “pori” yang berbeda
sehingga membran kehilangan fungsinya sebagai rintangan yang permeabel.
Basitrasin adalah bakteriolitik hanya pada fase pertumbuhan bakteri.
Senyawa ini dapat secara langsung menghambat enzim peptidoglikan sintetase
dan menyebabkan hambatan pembentukkan dinding sel bakteri sehingga
bakteri mengalami kematian.

H. ANTIBIOTIKA TURUNAN LINKOSAMIDA


Turunan linkosamida adalah antibiotika yang mengandung sulfur,
dikarakterisasi oleh 4-alkil asam pipekolat atau asam higrat yang terikat pada
alkil 6-amino-α-tiooktopiranosida melalui sambungan amida. Turunan ini
mengandung gugus yang bersifat basa, yaitu N-pirolidin atau N-piperidin, dan
dapat membentuk garam yang mudah larut dalam air.
Contoh : linkosamin HCl dan klindamisin HCl.

Mekanisme kerja
Turunan linkosamida adalah senyawa bakteriostatik, tetapi pada kadar
yang tinggi bersifat bakterisid. Efektif terhadap banyak coccus dari Gram-
positif dan bakteri anaerob, Gram-negatif yang patogen. Turunan linkosamida
dapat mengikat secara kuat ribosom subunit 50-S bakteri dan menghambat
reaksi enzim peptidil transferase sehingga mencegah pembentukan ikatan
peptida dan menghambat sintesis protein bakteri.

24
Turunan linkosamida menimbulkan efek samping “antibiotik-associated
pseudomembranous colitis” (AAPMC) dengan gejala-gejala diare, nyeri
abdominal, demam, tinja berlendir dan ada darah, yang kadang-kadang bersifat
fatal. AAPMC disebabkan oleh toksin yang dikeluarka oleh Clostridium
difficile yang telah kebal terhadap klindamisin. Oleh karena itu turunan
linkosamida hanya digunakan bila ada indikasi yang jelas. Efek samping lain
dari turunan linkosamida adalah mual, pusing dan alergi.
I. ANTIBIOTIKA POLIEN
Antibiotika polien diproduksi oleh Streptomyces sp., dikarakterisasi
oleh adanya cincin besar yang mengandung lakton dan ikatan rangkap
terkonjugasi. Antibiotika polien tidak mempunyai aktivitas antibakteri atau
antiriketsia, tetapi aktif terhadap jamur dan yeast. Contoh antibiotika polien
yang banyak digunakan sebagai antijamur adalah amfoterisin B, kandisidin dan
nistatin.
J. TURUNAN ANSAMISIN
Turunan ansamisin pada umumnya dihasilkan oleh Streptomyces sp.,
dikarakterisasi oleh adanya struktur siklik yang mengandung gugus aromatik
dan jembatan makrosiklik alifatik panjang, yang dinamakan ansa diantara
posisi dua aromatik yang tidak saling berdekatan. Pada umumnya turunan
ansamisin menimbulkan toksisitas tinggi dan hanya satu yang digunakan dalam
klinik, yaitu rifampisin.
Rifampisin mengandung 17 anggota rantai ansa, dan mempunyai
spektrum antibakteri yang luas dan pada umumnya digunakan sebagai obat
antituberkulosis.

K. TURUNAN ANTRASIKLIN
Turunan antrasiklin adalah antibiotika turunan antrasiklinon, pada
umumnya tertrasiklik dan dihasilkan oleh Streptomyces sp. Mengandung gula
pada konfigurasi L yang terikat pada gugus 7-hidroksil antrasiklinon melalui
ikatan glikosodik. Antrasiklinon adalah aglikon yang mengandung kromofor
antrakuinon dalam rangka hidrokarbon yang linier, mirip dengan tetrasiklin.

25
Perbedaab struktur diantara turunan antrasiklin adalah pada jumlah dan posisi
gugus hidroksil fenol, derajat oksidasi dari dua atom C rantai samping pada
posisi 9 dan adanya ester asam karboksilat pada posisi 10.
Pada umumnya turunan antrasiklin digunakan sebagai obat
antikanker. Contohnya daunorubisin HCl, doksorubisin HCl, epirubisin dan
plikamisin (mitramisin).

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Efek biologis suatu senyawa merupakan fungsi dari struktur kimianya. Sifat-
sifat kimia fisika merupakan dasar yang sangat penting untuk menjelaskan
aktivitas biologis obat. Sifat kimia fisika penting yang berhubungan dengan
aktivitas biologis antara lain adalah ionisasi, ikatan hidrogen, pembentukkan
kelat, potensial redoks dan aktivitas permukaan.
2. Dasar dari aktivitas obat adalah proses-proses kimia yang kompleks mulai
dari saat obat diberikan sampai terjadinya respon biologis. Hubungan
struktur aktivitas merupakan bagian penting rancangan obat dalam usaha
mendapatkan suatu obat baru dengan aktivitas yang lebih besar, keselektifan
yang lebih tinggi, serta toksisitas atau efek samping yang lebih rendah.
3. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu. Setiap antibiotika
mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena itu,
antibiotika harus dipilih dengan seksama.

DAFTAR PUSTAKA

27
Gunawan, Sulistia G. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Universitas Indonesia
: Jakarta
Siswandono dan Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Airlangga
University Press : Surabaya

www.antibiotik-poltekes.kemenkes-ri.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai