NIM : D1A210078
Kelas : Konversi Sore 2021 (A17C)
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami gangguan atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa pasokan darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel otak dapat
mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat dapat
meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya komplikasi.
Penyebab Penyakit Stroke
Sementara itu, beberapa kondisi yang termasuk dalam faktor risiko lainnya adalah:
Faktor keturunan. Seseorang dengan anggota keluarga yang pernah mengalami stroke
memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sama.
Faktor usia. Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengidap stroke juga lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pengidap lakukan
ketika gejala muncul.
Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
Apakah pengidap pernah mengalami cedera di bagian kepala.
Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga terkait penyakit jantung, stroke
ringan (TIA), dan stroke.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pengidap secara keseluruhan. Biasanya,
pemeriksaan diawali dengan mengecek tekanan darah, detak jantung, dan bunyi bising abnormal
di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop.
Pemeriksaan darah
Tes ini dilakukan untuk mengecek ada atau tidaknya infeksi, kadar gula darah, risiko
pembekuan darah, dan mengetahui keseimbangan elektrolit dalam darah.
CT scan
Untuk mengetahui kondisi otak lebih detail. Selain itu, CT scan juga membantu dokter
mengetahui ada atau tidaknya tumor atau perdarahan pada otak.
MRI
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran otak pengidap secara lebih
mendetail. Tes ini juga bisa membantu dokter menemukan jaringan pada otak yang
mengalami kerusakan karena perdarahan atau stroke iskemik.
Elektrokardiografi
Pemeriksaan yang dilakukan guna mengetahui aktivitas listrik pada organ jantung. Tes ini
dapat membantu dokter menemukan kelainan detak jantung, adanya indikasi penyakit
jantung koroner yang bisa terjadi bersama penyakit stroke.
Ekokardiografi
Pemeriksaan dilakukan guna mendeteksi sumber gumpalan pada jantung sekaligus
mengecek fungsi dari pompa jantung. Sebab, gumpalan dapat bergeser dari pembuluh
darah jantung ke bagian otak yang memicu terjadinya stroke.
USG doppler karotis
Pemeriksaan dilakukan dengan memanfaatkan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar aliran darah, di dalam pembuluh arteri karotis di leher secara lebih mendetail.
Tujuannya yaitu mendeteksi adanya plak atau penumpukan lemak dan keadaan di dalam
aliran darah tersebut.
Pengobatan Stroke
Pengobatan khusus yang diberikan pada pengidap stroke bergantung pada jenis stroke yang
dialaminya, apakah mengarah pada stroke iskemik atau stroke hemoragik.
Pengobatan stroke iskemik
Penanganan awal akan berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah,
dan mengembalikan aliran darah.
Pengobatan stroke hemoragik
Sementara pada kasus stroke hemoragik, pengobatan awal bertujuan untuk mengurangi
tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan yang
dilakukan, antara lain konsumsi obat-obatan dan operasi.
Pengobatan TIA
Pengobatan TIA bertujuan untuk menurunkan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya
stroke, sehingga penyakit jantung dapat dicegah. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi
endarterektomi karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.
Komplikasi Stroke
Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, sebagian besar berakibat fatal. Beberapa
jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:
Deep vein thrombosis.
Sebagian pengidap stroke akan mengalami penggumpalan darah di tungkai yang berujung
pada kelumpuhan. Kondisi yang dikenal dengan deep vein thrombosis ini terjadi akibat
terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran pada pembuluh darah vena tungkai
mengalami gangguan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah. Deep
vein thrombosis dapat ditangani dengan obat antikoagulan.
Hidrosefalus
Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu menumpuknya
cairan di dalam rongga jauh pada otak (ventrikel). Dokter bedah saraf akan memasang
sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk tersebut.
Masalah menelan (disfagia)
Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan atau disfagia.
Akibatnya, makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan. Tanpa
penanganan, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.
Pencegahan Stroke
Cara utama mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari
faktor risiko yang ada serta ikuti anjuran dokter. Berbagai tindakan pencegahan stroke, antara
lain:
Menjaga pola makan
Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah
kolesterol dalam darah dan risiko hipertensi yang memicu terjadinya stroke. Hindari
konsumsi garam yang berlebihan. Selanjutnya, makanan yang disarankan adalah
makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi
tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti
dada ayam tanpa kulit.
Rutin berolahraga
Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih
efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta
tekanan darah pada tingkat yang sehat.
Berhenti merokok
Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke. Sebab rokok dapat
mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. Tidak merokok
berarti turut mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit
paru-paru dan jantung.
Hindari konsumsi minuman beralkohol
Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang
rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi.
Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi
tidak teratur.
Hindari penggunaan NAPZA
Beberapa jenis Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif (NAPZA) dapat menyebabkan
penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.
Penyakit asam urat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan gejala nyeri yang tak
tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area persendian. Semua sendi di tubuh
berisiko terkena asam urat, tetapi sendi yang paling sering terserang adalah jari tangan, lutut,
pergelangan kaki, dan jari kaki. Umumnya, penyakit asam urat dapat lebih mudah menyerang
pria, khususnya mereka yang berusia di atas 30 tahun.
Pada wanita, penyakit asam urat ini dapat muncul setelah terkena menopause. Rasa sakit yang
dialami pengidap asam urat dapat berlangsung selama rentang waktu 3-10 hari, dengan
perkembangan gejala yang begitu cepat dalam beberapa jam pertama. Sering kali orang salah
kaprah dan menyamakan penyakit asam urat dengan rematik. Padahal, rematik adalah istilah
yang menggambarkan rasa sakit pada persendian atau otot yang mengalami peradangan.
Namun, terkadang tubuh dapat menghasilkan terlalu banyak asam urat atau ginjal mengalami
gangguan sehingga mengeluarkan terlalu sedikit asam urat. Ketika ini terjadi, asam urat dapat
menumpuk, membentuk kristal urat tajam seperti jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya yang
menyebabkan rasa sakit, peradangan, dan pembengkakan.
Sementara itu, obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah serangan asam urat meliputi:
Inhibitor xanthine oksidase, seperti allopurinol (Lopurin, Zyloprim) dan febuxostat
(Uloric).
Probenesid (Probalan).
Selain penggunaan obat-obatan, dokter juga akan merekomendasikan perubahan gaya hidup. Hal
ini bertujuan untuk membantu mengelola gejala asam urat sekaligus mengurangi risiko serangan
asam urat di masa depan. Berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup tersebut:
Kurangi asupan alkohol.
Menurunkan berat badan, jika kamu kelebihan berat badan.
Berhenti merokok, jika kamu merupakan perokok.