Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nia Kurma Nurita

NIM : D1A210078
Kelas : Konversi Sore 2021 (A17C)

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL (STROKE)

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami gangguan atau
berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke
hemoragik). Tanpa pasokan darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.

Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel otak dapat
mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat dapat
meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya komplikasi.
Penyebab Penyakit Stroke

Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu:


1. Stroke iskemik
Terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak
mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang.
Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2
jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.
2. Stroke hemoragik
Terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan perdarahan.
Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh
darah. Misalnya hipertensi yang tidak terkendali, dinding pembuluh darah yang lemah,
dan sedang menjalani pengobatan dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terbagi lagi
menjadi dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid.

Faktor Risiko Penyakit Stroke


Ada tiga faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke, yaitu faktor kesehatan,
gaya hidup, dan faktor lainnya. Selain stroke, berbagai faktor tersebut juga berisiko
meningkatkan risiko serangan jantung.
Adapun yang termasuk dalam faktor risiko kesehatan, di antaranya:
 Hipertensi.
 Diabetes.
 Kolesterol tinggi.
 Obesitas.
 Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau
aritmia.
 Sleep apnea.
 Pernah mengalami transient ischemic attack TIA atau serangan jantung sebelumnya.

Sedangkan yang termasuk dalam faktor risiko gaya hidup, yaitu:


 Merokok.
 Kurang olahraga atau aktivitas fisik.
 Konsumsi obat-obatan terlarang.
 Kecanduan alkohol.

Sementara itu, beberapa kondisi yang termasuk dalam faktor risiko lainnya adalah:
 Faktor keturunan. Seseorang dengan anggota keluarga yang pernah mengalami stroke
memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sama.
 Faktor usia. Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengidap stroke juga lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

Gejala Penyakit Stroke


Setiap bagian otak bertugas mengendalikan bagian tubuh yang berbeda, sehingga gejala stroke
bergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah sebabnya, gejala
stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, biasanya stroke terjadi secara mendadak.
Setidaknya, ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu:
 Salah satu sisi wajah akan terlihat lebih turun dan pengidap tidak mampu tersenyum
karena mulut atau mata tampak terkulai.
 Pengidap tidak mampu mengangkat salah satu lengan karena terasa lemas atau mati rasa.
Tidak hanya lengan, tungkai yang berada pada sisi yang sama dengan lengan juga
mengalami kelemahan.
 Ucapan menjadi tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meski
pengidap terlihat sadar.

Sementara itu, gejala dan tanda stroke lainnya adalah:


 Mual dan muntah.
 Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
seperti berputar (vertigo).
 Mengalami penurunan kesadaran.
 Sulit menelan (disfagia) sehingga mengakibatkan tersedak.
 Mengalami gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
 Mengalami hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda.
Diagnosis Penyakit Stroke
Agar dapat menentukan jenis penanganan yang tepat bagi pengidap stroke, dokter akan
mengevaluasi terlebih dahulu jenis stroke dan area otak yang mengalami stroke. Sebagai langkah
awal diagnosis, dokter akan bertanya kepada pengidap atau anggota keluarganya tentang
beberapa hal, meliputi:

 Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pengidap lakukan
ketika gejala muncul.
 Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi.
 Apakah pengidap pernah mengalami cedera di bagian kepala.
 Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga terkait penyakit jantung, stroke
ringan (TIA), dan stroke.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pengidap secara keseluruhan. Biasanya,
pemeriksaan diawali dengan mengecek tekanan darah, detak jantung, dan bunyi bising abnormal
di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop.

Kemudian, dokter juga akan merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan penunjang


seperti:

 Pemeriksaan darah 
Tes ini dilakukan untuk mengecek ada atau tidaknya infeksi, kadar gula darah, risiko
pembekuan darah, dan mengetahui keseimbangan elektrolit dalam darah.
 CT scan
Untuk mengetahui kondisi otak lebih detail. Selain itu, CT scan juga membantu dokter
mengetahui ada atau tidaknya tumor atau perdarahan pada otak.
 MRI
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran otak pengidap secara lebih
mendetail. Tes ini juga bisa membantu dokter menemukan jaringan pada otak yang
mengalami kerusakan karena perdarahan atau stroke iskemik.
 Elektrokardiografi
Pemeriksaan yang dilakukan guna mengetahui aktivitas listrik pada organ jantung. Tes ini
dapat membantu dokter menemukan kelainan detak jantung, adanya indikasi penyakit
jantung koroner yang bisa terjadi bersama penyakit stroke.
 Ekokardiografi
Pemeriksaan dilakukan guna mendeteksi sumber gumpalan pada jantung sekaligus
mengecek fungsi dari pompa jantung. Sebab, gumpalan dapat bergeser dari pembuluh
darah jantung ke bagian otak yang memicu terjadinya stroke. 
 USG doppler karotis
Pemeriksaan dilakukan dengan memanfaatkan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar aliran darah, di dalam pembuluh arteri karotis di leher secara lebih mendetail.
Tujuannya yaitu mendeteksi adanya plak atau penumpukan lemak dan keadaan di dalam
aliran darah tersebut. 

Pengobatan Stroke
Pengobatan khusus yang diberikan pada pengidap stroke bergantung pada jenis stroke yang
dialaminya, apakah mengarah pada stroke iskemik atau stroke hemoragik.
 Pengobatan stroke iskemik
Penanganan awal akan berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah,
dan mengembalikan aliran darah.
 Pengobatan stroke hemoragik
Sementara pada kasus stroke hemoragik, pengobatan awal bertujuan untuk mengurangi
tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan yang
dilakukan, antara lain konsumsi obat-obatan dan operasi.
 Pengobatan TIA
Pengobatan TIA bertujuan untuk menurunkan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya
stroke, sehingga penyakit jantung dapat dicegah. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi
endarterektomi karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis.

Komplikasi Stroke
Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, sebagian besar berakibat fatal. Beberapa
jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain:
 Deep vein thrombosis.
Sebagian pengidap stroke akan mengalami penggumpalan darah di tungkai yang berujung
pada kelumpuhan. Kondisi yang dikenal dengan deep vein thrombosis ini terjadi akibat
terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran pada pembuluh darah vena tungkai
mengalami gangguan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah. Deep
vein thrombosis dapat ditangani dengan obat antikoagulan.
 Hidrosefalus
Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu menumpuknya
cairan di dalam rongga jauh pada otak (ventrikel). Dokter bedah saraf akan memasang
sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk tersebut.
 Masalah menelan (disfagia)
Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan atau disfagia.
Akibatnya, makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan. Tanpa
penanganan, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.
Pencegahan Stroke
Cara utama mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari
faktor risiko yang ada serta ikuti anjuran dokter. Berbagai tindakan pencegahan stroke, antara
lain:
 Menjaga pola makan
Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah
kolesterol dalam darah dan risiko hipertensi yang memicu terjadinya stroke. Hindari
konsumsi garam yang berlebihan. Selanjutnya, makanan yang disarankan adalah
makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi
tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti
dada ayam tanpa kulit.
 Rutin berolahraga
Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih
efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta
tekanan darah pada tingkat yang sehat.
 Berhenti merokok
Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke. Sebab rokok dapat
mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. Tidak merokok
berarti turut mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit
paru-paru dan jantung.
 Hindari konsumsi minuman beralkohol
Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang
rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi.
Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi
tidak teratur.
 Hindari penggunaan NAPZA
Beberapa jenis Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif (NAPZA) dapat menyebabkan
penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.

Kadar Kolesterol Normal


Kolesterol Total < 200mg/dL
Kolesterol HDL 35-65mg/dL
Kolesterol LDL <150mg/dL
Trigliserida <200mg/dL
Ratio Kolesterol Total Kolesterol HDL < 5
PENGECEKAN KADAR ASAM URAT (NYERI, GERAKAN SENDI TERBATAS,
PEMBENGKAKAN)

Penyakit asam urat merupakan kondisi yang dapat menyebabkan gejala nyeri yang tak
tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas di area persendian. Semua sendi di tubuh
berisiko terkena asam urat, tetapi sendi yang paling sering terserang adalah jari tangan, lutut,
pergelangan kaki, dan jari kaki. Umumnya, penyakit asam urat dapat lebih mudah menyerang
pria, khususnya mereka yang berusia di atas 30 tahun.

Pada wanita, penyakit asam urat ini dapat muncul setelah terkena menopause. Rasa sakit yang
dialami pengidap asam urat dapat berlangsung selama rentang waktu 3-10 hari, dengan
perkembangan gejala yang begitu cepat dalam beberapa jam pertama. Sering kali orang salah
kaprah dan menyamakan penyakit asam urat dengan rematik. Padahal, rematik adalah istilah
yang menggambarkan rasa sakit pada persendian atau otot yang mengalami peradangan.

Penyebab Penyakit Asam Urat 


Secara alamiah, asam urat merupakan senyawa yang diproduksi oleh tubuh untuk mengurai
purin. Purin merupakan zat alami yang memiliki beberapa fungsi penting bagi tubuh. Mulai dari
mengatur pertumbuhan sel hingga menyediakan energi. Nantinya, ketika sudah selesai digunakan
tubuh, asam urat akan dibuang melalui urine. 

Namun, terkadang tubuh dapat menghasilkan terlalu banyak asam urat atau ginjal mengalami
gangguan sehingga mengeluarkan terlalu sedikit asam urat. Ketika ini terjadi, asam urat dapat
menumpuk, membentuk kristal urat tajam seperti jarum di sendi atau jaringan di sekitarnya yang
menyebabkan rasa sakit, peradangan, dan pembengkakan.

Faktor Risiko Penyakit Asam Urat


Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah
seseorang, antara lain:
 Memiliki keluarga yang mengidap asam urat.
 Baru saja mengalami cedera atau pembedahan.
 Sering mengonsumsi makanan dengan kandungan purin tinggi, seperti daging merah,
jeroan hewan, dan beberapa jenis hidangan laut (misalnya teri, sarden, kerang, atau tuna).
 Sering mengonsumsi minuman beralkohol dan minuman tinggi gula.
 Memiliki kondisi medis tertentu misalnya diabetes, gangguan sindrom metabolik,
penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit tiroid, kolesterol tinggi, leukemia, anemia,
sleep apnea, hipertensi, dan obesitas.

Gejala Penyakit Asam Urat 


Ada beberapa gejala penyakit asam urat yang umum terjadi, di antaranya:

 Sendi mendadak terasa sangat sakit.


 Kesulitan untuk berjalan akibat sakit yang mengganggu, khususnya di malam hari.
 Nyeri akan berkembang dengan cepat dalam beberapa jam dan disertai nyeri hebat,
pembengkakan, rasa panas, serta muncul warna kemerahan pada kulit sendi.
 Saat gejala mereda dan bengkak pun mengempis, kulit di sekitar sendi yang terkena akan
tampak bersisik, terkelupas dan terasa gatal.
 Meski gejala penyakit ini bisa mereda dengan sendirinya, harus tetap dilakukan
pengobatan untuk mencegah risiko kambuh dengan tingkat gejala yang meningkat.

Diagnosis Penyakit Asam Urat


Untuk memastikan apakah gejala tertentu merupakan indikasi penyakit asam urat atau bukan,
dokter akan melakukan beberapa langkah diagnosis. Dokter mungkin akan melakukan beberapa
hal, seperti menanyakan riwayat penyakit pasien, seberapa sering gejala muncul, dan memeriksa
lokasi sendi yang sakit. Selain itu, ada juga pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan untuk
memastikan diagnosis, antara lain:
 Tes darah. Tes ini ditujukan untuk mengukur kadar asam urat dan kreatinin dalam darah.
Orang yang mengidap asam urat memiliki kreatinin hingga 7 mg/dL. Namun, tes ini tidak
selalu memastikan penyakit asam urat, karena beberapa orang diketahui memiliki kadar
asam urat tinggi, tetapi tidak mengidap penyakit asam urat.
 Tes urine 24 jam. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam urat dalam urine
yang dikeluarkan pasien selama 24 jam terakhir.
 Tes cairan sendi. Prosedur ini akan mengambil cairan sinovial pada sendi yang terasa
sakit, kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop.
 Tes pencitraan. Pemeriksaan foto rontgen akan dilakukan guna mengetahui penyebab
radang pada sendi. Sementara itu, USG juga bisa dilakukan untuk mendeteksi kristal
asam urat pada sendi.

Pengobatan Penyakit Asam Urat 


Pengobatan penyakit asam urat dilakukan dengan pemberian obat asam urat. Namun, pemberian
obat asam urat ini akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakitnya. Obat-obatan yang
diberikan berfungsi untuk meredakan nyeri sekaligus mencegah serangan asam urat di masa
mendatang. Obat-obatan untuk meredakan nyeri asam urat antara lain:
 Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin (Bufferin), ibuprofen (Advil,
Motrin), dan naproxen (Aleve).
 Colchicine (Colcrys, Mitigare).
 Kortikosteroid.

Sementara itu, obat-obatan yang berfungsi untuk mencegah serangan asam urat meliputi:
 Inhibitor xanthine oksidase, seperti allopurinol (Lopurin, Zyloprim) dan febuxostat
(Uloric).
 Probenesid (Probalan). 

Selain penggunaan obat-obatan, dokter juga akan merekomendasikan perubahan gaya hidup. Hal
ini bertujuan untuk membantu mengelola gejala asam urat sekaligus mengurangi risiko serangan
asam urat di masa depan. Berikut adalah beberapa perubahan gaya hidup tersebut: 
 Kurangi asupan alkohol. 
 Menurunkan berat badan, jika kamu kelebihan berat badan. 
 Berhenti merokok, jika kamu merupakan perokok.

Komplikasi Penyakit Asam Urat


Tanpa penanganan yang tepat, penyakit asam urat dapat memicu terjadinya berbagai macam
komplikasi. Berikut adalah beberapa risiko komplikasi tersebut:
 Munculnya Tofi 
Tofi adalah kumpulan kristal urat yang terbentuk akibat penumpukan asam urat, dan
dapat berkembang pada persendian dan tulang rawan. Kristal yang mengeras ini dapat
menyebabkan benjolan dengan berbagai ukuran terbentuk di bagian tubuh. Misalnya
seperti jari dan tangan, pergelangan kaki, siku, hingga telinga. Meskipun tofi biasanya
tidak menyakitkan, namun kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sendi.
 Kerusakan Sendi
Asam urat kronis dapat menyebabkan pembengkakan sendi dan peradangan kronis.
Keduanya pada akhirnya berisiko menimbulkan komplikasi berupa kerusakan sendi.
 Penyakit Batu Ginjal 
Pengidap asam urat memiliki peningkatan risiko terkena batu ginjal. Sebab, kadar asam
urat yang tinggi dapat menyebabkan kristal asam urat terkumpul di saluran kemih dan
membentuknya batu ginjal.

Pencegahan Penyakit Asam Urat 


Beberapa perubahan gaya hidup diyakini dapat membantu menurunkan risiko penyakit asam
urat, yaitu: 
 Minum banyak air untuk membantu ginjal berfungsi lebih baik dan menghindari
dehidrasi.
 Berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan yang sehat. Sebab, berat badan
ekstra meningkatkan asam urat dalam tubuh dan memberi lebih banyak tekanan pada
persendian.
 Menghindari penggunaan obat-obatan tertentu. Misalnya seperti obat-obatan yang
bersifat diuretik atau imunosupresan.
 Membatasi konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan zat purin tinggi.
Misalnya seperti daging merah, minuman beralkohol, hingga makanan dan minuman
tinggi fruktosa.
 Konsumsi makanan sehat seperti sayuran dan buah yang memiliki antioksidan tinggi. 

Kadar Asam Urat Normal


Laki-laki : 3.4-7.0 mg/dL atau 220-416 mcmol/L
Wanita : 2.4-5.5 mg/dL atau 143-357 mcmol/L
Anak-anak : 2.0-5.5 mg/dL atau 119-327 mcmol/L

Anda mungkin juga menyukai