OLEH KELOMPOK V :
SINTA JULIANTI
UMI RATNASARI
RULY SULASMIN
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kimia medisinal dengan judul “HUBUNGAN STRUKTUR
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari
banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
Kelompok V
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kimia medisinal dengan judul “HUBUNGAN STRUKTUR
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari
banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
Kelompok V
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia medisinal menurut batasan Taylor dan Kennewell (1981) adalah studi kimiawi senyawa
atau obat yang dapat menberikan efek menguntungkan dalam sistem kehidupan, yang melibatkan
studi hubungan struktur kimia senyawa dengan aktivitas biologis dan model kerja senyawa pada
sistem biologis, dalam usaha mendapatkan efek terapetikobat yang maksimal dan memperkecil efek
Akar dari ilmu ini terletak pada banyak cabang dari ilmu kimia dan biologi. Kimia medisinal
digunakan untuk memahami dan menjelaskan secara biokimia dari transpor dan mekanisme kerja
obat. Sebagai dasar adalah mencoba menetapkan hubungan struktur kimia dan aktivitas biologis
obat, serta menghubungkan perilaku biodinamik melalui sifat-sifat fisik dan kereaktifan kimia senyawa
obat.
Setelah ilmu pengetahuan makin berkembang, didapatkan bahwa struktur kimia obat
ternyata dapat menjelaskan sifat-sifat obat dan terlihat bahwa unit-unit struktur atau gugus-gugus
B. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan struktur dan aktivitas dari beberapa obat antibiotik.
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk mencari hubungan antara struktur kimia dan aktivitas biologis dapat dilakukan terutama
dengan mengaitkan gugus fungsional tertentu dengan respon biologis yang tertentu pula. Sifat-sifat kimia
fisika merupakan dasar yang sangat penting untuk menjelaskan aktivitas biologis obat, oleh karena :
1. Sifat kimia fisika memegang peranan penting dalam pengangkutan obat untuk mencapai reseptor.
Disini sifat kimia fisika berperan dalam proses penyerapan dan distribusi obat sehingga kadar obat
2. Hanya obat yang mempunyai struktur dengan kekhasan tinggi saja yang dapat berinteraksi dengan
reseptor biologis. Oleh karena itu sifat kimia fisika obat harus menunjang orientasi khas molekul pada
permukaan reseptor.
Sifat kimia fisika penting yang berhubungan dengan aktivitas biologis antara lain
adalah ionisasi, ikatan hidrogen, pembentukkan kelat, potensial redoks dan aktivitas permukaan.
Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup,
termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat
Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba, khususnya penyebab infeksi pada
manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif yang setinggi mungkin, artinya antibiotik tersebut
haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik
untuk inang/hospes. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik yang bersifat menghambat
pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh
mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari
bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antibiotiknya ditingkatkan melebihi kadar hambat minimal.
Antibiotika daoat dikelompokkan berdasarkan tempat kerja, spektrum aktivitas dan struktur
kimianya.
- Penisilin Bakterisid
- Sefalosporin Bakterisid
Dinding sel Biosintesis peptidoglikan - Basitrasin Bakterisid
- Vankomisin Bakterisid
- Sikloserin Bakterisid
- Nistatin Fungisid
Fungsi dan integritas - Amfoterisin Fungisid
Membran sel
membran sel - Polimiksin B Bakterisid
-
- Biosintesi ADN Mitomisin Fansidal (Antikanker)
- Biosintesis mARN Rifampisin Bakterisid
Asam nukleat
- Biosintesis ADN dan Griseovulfin Fungisid
mARN
Ribosom
a. Antibiotika dengan spektrum luas, efektif terhadap Gram-positif maupun Gram-negatif. Contoh :
Contoh : basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin seperti benzilpenisilin, penisilin G
prokain, penisilin V, fenetisilin K, metisilin Na, nafsilin Na, Oksasilin Na, kloksasilin Na, dikloksasilin Na
dan floksasilin Na, turunan linkosamida, asam fusidat dan beberapa turunan sefalosporin.
antibiotika β-laktam (turunan penisilin, sefalosporin dan β-laktam nonklasik), turunan amfenikol, turunan
pengobatan infeksi bakteri. Pada tingkat molekul, mekanisme kerja antibiotika turunan β-laktam adalah
ditunjukkan oleh serangan nukleofil dari gugus hidroksil serin enzim transpeptidase pada karbonil karbon
cincin β-laktam yang bermuatan positif, sehingga terjadi hambatan biosintesis peptidoglikan. Akibatnya
dinding sel menjadi lemah, dan karena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis
Antibiotika β-laktam hanya dapat membunuh bakteri pada fase pertumbuhan dan tidak dapat
mempengaruhi bakteri yang dalam bentuk tidak aktif atau persisten. Ini merupakan alasan mengapa
pemberian penisilin, suatu bakterisid, bersama-sama dengan senyawa bakteriostatik, seperti turunan
Antibiotika β-laktam dibagi menjadi dua kelompok yaitu penisilin dan sefalosporin.
1. Turunan Penisilin
Struktur umum
Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin alami dan Penisilin
semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah struktur kimia Penisilin alam
a. Penisilin yang tahan asam, yaitu karena ada gugus penarik elektron, misalnya gugus fenoksi,
yang terikat pada rantai samping amino. Gugus tersebut mencegah penataulangan penisilin
b. Penisilin yang kebal terhadap β-laktamase, yaitu karena ada gugus meruah (bulky) pada rantai
samping amino, misalnya cincin aromatik yang pada kedudukan orto mengandung gugus
c. Penisilin yang tahan terhadap asam lambung atau kebal terhadap β-laktamase, yaitu karena
ada gugus meruah dan bersifat penarik elektron pada rantai samping amino.
d. Penisilin dengan spektrum luas, yaitu karena ada gugus hidrofil, seperti NH2, COOH atau SO3H
pada rantai samping amino, sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein membran
e. Penisilin yang bekerja sebagai pra-obat, didapat melalui beberapa cara sebagai berikut :
- Menutupi gugus amino bebas, misalnya yang terdapat pada struktur ampisilin, dengan
Pada pra-obat harus ada keseimbangan pada sifat lipofil yang menentukan penyerapan pada
saluran cerna, da sifat hidrifil yang diperlukan untuk melarutkan pra-obat dalam cairan saluran
cerna.
Penisilin yang banyak digunakan secara luas diantaranya adalah ampisilin dan amoksisilin.
Ampisilin adalah antibiotik dengan spektrum luas, tahan asam tetapi tidak tahan terhadap enzim
penisilinase. Bentuk D-isomer lebih aktif dibanding L-isomer. Penyerapan obat dalam saluran cerna cukup
baik (± 40%) dan akan meningkat dengan adanya makanan. Obat terikat oleh protein plasma ± 20%. Kadar
darah maksimalnya dicapai dalam 5 menit setelah injeksi intravena, 1 jam setelah injeksi intramuskular
dan 2 jam setelah pemberian oral. Waktu paruhnya 0,5-1 jam. Demikian pula dengan amoksisilin yang
juga merupakan antibiotik dengan spektrum luas, tahan asam tetapi tidak tahan terhadap enzim
penisilinase, tetapi terdapat beberapa keuntungan dibanding ampisilin, yaitu penyerapan obat dalam
saluran cerna lebih sempurna, sehingga kadar darah dalam plasma dan cairan seni lebih tinggi, serta
adanya makanan tidak mempengaruhi penyerapan obat. Kadar darah maksimalnya dicapai dalam 1 jam
Efek samping penggunaan turunan penisilin antara lain adalah reaksi alergi (insiden 18%) yang
kadang-kadang dapat bersifat fatal. Reaksi alergi tersebut disebabkan penisilin dapat mengasilasi protein
tertentu serum dalam tubuh, membentuk penisiloil protein yang merupakan suatu protein asing (antigen)
yang merangsang pembentukkan antibodi. Efek samping lain adalah gangguan saluran cerna,
2. Turunan Sefalosporin
Pada awalnya, turunan sefalosporin didapatkan sebagai hasil isolasi ekstrak jamur
Cephalosporium acremonium. Dari jamur ini dapat diisolasi tiga antibiotika, diantaranya adalah
cefalosporin C. Dari senyawa inilah kemudian dilakukan modifikasi molekul untuk mendapatkan turunan
penisilin, yaitu cincin β-laktam-dihidrotiazin (sefem), mengandung dua pusat atom asimetrik sehingga
dapat membentuk empat senyawa optis-aktif. Stereokimia isomer sefalosporin alami digambarkan
sebagai berikut :
Turunan sefalosporin adalah senyawa bakterisid dengan indeks terapetik (batas keamanan)
tinggi, efektif untuk pengobatan infeksi Staphylococcus sp. Dan Streptococcus sp. Yang telah kebal
terhadap Penisilin, E. coli, dan P. mirabilis dan digunakan secara luas untuk pencegahan infeksi selama
1. Pada umumnya turunan sefalosporin berbeda pada gugus-gugus yang terikat pada posisi 7 atau 3 dari
cincin sefem. Modifikasi subtituen pada C-3 untuk mendapatkan sifat kimia fisika yang dikehendaki,
2. Adanya gugus pendorong elektro pada posisi 3 meningkatkan resonansi enaminsehingga kereaktifan
cincin β-laktam terhadap sisi aktif pada substrat D-alanin-D-alanin dalam biosintesis peptidoglikan
metoksi pada posisi 7, seperti pada sefamisin, meningkatkan ketahanan senyawa terhadap serangan
β-laktamase.
4. Pergantian isosterik dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom O menghasilkan oksasefamisin
atau oksasefem. Turunan baru tersebut yang didapatkan melalui sintesis total, menunjukkan adanya
Turunan sefalosporin berdasarkan sistem generasi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
Struktur umum
Turunan ini taha terhadap β-laktamase luar sel yang dihasilkan oleh S. aureus tetapi tidak tahan
bila dihasilkan oleh bakteri Gram-negatif. Waktu paruh eliminasinya relatif pendek dan kemampuan untuk
Contoh : sefadroksil, sefazolin, sefasetril, sefaleksin, sefaloridin, sefalotin Na, sefapirin dan sefradin.
Spektrum antibakterinya hampir sama dengan generasi pertama, tetapi secara umum turunan ini
lebih aktif terhadap bakteri Gram-negatif enterik. Waktu paruh eliminasinya relatif sama dengan generasi
Contoh : sefaklor, sefamandol, sefamandol nafat, sefotetan di-Na, sefbuperazon, sefmetazol, sefoksitin,
Spektrum antibakterinya lebih luas dibanding generasi sebelumnya. Secara umum turunan ini
aktif terhadap bakteri Gram-negatif yang telah kebal, lebih tahan terhadap β-laktamase, tetapi kurang aktif
Contoh : sefmenoksim HCl, sefiksim, sefidizim, sefotaksim Na, sefotiam, sefpimizol, sefsulodin dan
moksalaktam.
Efek samping yang umum adalah reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria, eosinofilia dan demam,
tetapi jarang yang fatal. Efek samping lain adalah leukopenia, neutropenia, trombositopenia, gangguan
saluran cerna, perubahan fungsi ginjal dan hati, kandidiasis dan suprainfeksi enterococcus. Sefalosporin
β-laktam nonklasik adalah antibiotika yang mengandung cincin β-laktam yang kadang-kadang
bergabung dengan cincin lain yang terdiri dari 5 atau 6 atom. Dibandingkan dengan turunan penisiin atau
sefalosporin, strukturnya mempunyai gambaran dasar yang berbeda, demikian pula sifat biologisnya.
β-laktam nonklasik dibagi menjadi 5 kelompok yaitu turunan asam amidinopenisilanat, turunan
terhadap bakteri Gram-positif dan Pseudomonas sp. rendah, tetapi cukup efektif terhadap bakteri
menunjukkan efek sinergis, karena turunan ini terikat oleh protein bakteri yang berbeda dengan β-
Turunan ini didapat dari hasil modifikasi 6-APA dan digunakan sebagai penghambat enzim
β-laktamase. Biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dengan β-laktam klasik seperti ampisilin
atau amoksisilin.
Struktur umum
c. Turunan Karbapenem
Karbapenem adalah analog penisilin alami, yaitu atom S pada cincin tiazolidin diganti
cincin dan efek elektronik dari ikatan rangkap yang berdekatan. Contoh : asparenomisin,
Struktur umum
: asam klavulanat.
Asam klavulanat mempunyai aktivitas antibakteri rendah tetapi sangat aktif sebagai
deaktivator β-laktamase yang dihasilkan oleh bakteri yang kebal terhadap penisilin atau sefalosporin.
Struktur nokarsidin A
laktamase. Adanya gugus sulfamat yang bersifat elektronegatif kuat dan gugus hidrofil lain
meningkatkan aktivitas cincin β-laktam. Pemasukan gugus 4-metil meningkatkan stabilitas terhadap
β-laktamase.
Struktur astreonam
Sulfazesin adalah turunan monobaktam yang efektif terhadap bakteri Gram-negatif terutama
meningkatkan stabilitas terhadap β-laktamase tetapi menurunkan stabilitas terhadap hidrolosis kimia.
Struktur sulfazesin
C. TURUNAN AMFENIKOL
Turunan amfenikol adalah antibiotika yang terdiri dari kloramfenikol dan senyawa sintetik
analognya. Merupakan senya bakteriostatik dengan spektrum luas, bersifat mudah larut dalam lemak
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja antibakteri turunan amfenikol adalah dengan menghambat biosintesis protein
50-S secara terpulihkan, menghambat enzim peptidil transferase sehingga mencegah penambahan asam
amino pada rantai peptida. Akibatnya terjadi hambatan pembentukkan ikatan peptida dan biosintesis
protein, dan hal ini terjadi selama antibiotika tetap terikat oleh ribosom.
a. p-Nitrobenzen dapat diganti dengan bifenil, 4-brombifenil atau 4-metil bifenil tanpa kehilangan
b. Penggantian gugus fenil dengan gugus aromatik atau siklik lain seperti sikloheksil, furil, naftil,
c. Penggantian gugus nitro dengan gugus penarik elektron kuat seperti asetil (setofenikol) atau
metilsulfonil (tiamfenikol), senyawa tetap aktif sebagai antibakteri. Penggantian dengan subtituen
lain seperti CN, CONH2, halogen, NH2, NHR, NHCH2R, N(CH3)2, OH, SO2R, SO2NHR atau
d. Pemindahan gugus nitro ke posisi orto atau meta juga menurunkan aktivitas antibakeri.
2. Rantai samping asli sangat penting untuk aktivitas antibakteri. Peningkatan ukuran rantai
3. Stereokimia sangat berperan untuk aktivitas antibakteri. Karena kloramfenikol mempunyai dua pusat
(-)treo.
4. Penggantian dua gugus hidroksil, perluasan atau pemendekkan gugus CH2OH ujung dan subtitusi
penggantian dengan gugus CF3 dapat meningkatkan aktivitas (1,7 kali) terhadap E. coli.
D. TURUNAN TETRASIKLIN
Tetrasiklin merupakan turunan oktahidronaftasen yang terbentuk oleh gabungan empat buah
cincin. Stereokimianya sangat kompleks karena mempunyai 5 atau 6 pusat atom C asimetrik.
Tetrasiklin bersifat amfoter karena mengandung gugus-gugus yang bersifat asam, seperti gugus
hidroksil, dan basa seperti gugus dimetilamino. Dengan asam kuat tetrasiklin dapat membentuk garam
asam yang mudah larut dalam air dan cukup stabil, melalui protoma gugus dimetilamino pada C-4. Garam
basanya yang dibentuk dengan basa kuat seperti NaOH, KOH atau Ca(OH)2 tidak stabil dalam larutan air.
dapat membentuk ikatan hidrogen intramolekul dan dapat membentuk kompleks dengan garam-garam
Ca, Fe atau Mg. Oleh karena itu tetrasiklin tidak boleh diberikan bersama-sama dengan susu, antasida,
obat anti anemia dan lain-lain sediaan yang mengandung garam-garam diatas.
Pada larutan dengan pH 2-6 tetrasiklin mengalami epimerisasi pada atom C-4, membentuk
Mekanisme kerja
Turunan tetrasiklin adalah senyawa bakteriostatik dengan spektrum antibakteri luas dan pada
kadar tinggi bersifat bakterisid. Karena mempunyai sifat pembentuk kelat, diduga aktivitas antibakterinya
disebabkan oleh kemamuan untuk menghilangkan ion-ion loga-logam yang penting bagi kehidupan
bakteri, seperti ion Mg. Kemungkinan lain, pembentukan kelat tersebut memudahkan pengangkutan
Tempat kerja turunan tetrasiklin adalah pada ribosom bakteri. Turunan ini mencapai sasaran
1. Difusi pasif melalui pori hidrofil pada membran terluar sel. Doksisiklin dan minosiklin mempunyai
kelarutan dalam lemak tinggi, sehingga secara langsung dapat melalui lemak membran ;
2. Sistem pengangkutan aktif yang tergantung energi. Pompa dari semua turunan tetrasiklin adalah
melalui membran sitoplasma terdalam, kemungkinan dengan bantuan pembawa protein periplasma.
Di dalam sel bakteri, tetrasilklin mengikat secara khas dan terpulihkan ribosom 30-S,
A dari subunit ribosom yang terkecil, yaitu 30-S atau 40-S dan hal ini dapat menjelaskan mengapa
tetrasiklin bersifat kurang selektif dan menimbulkan efek samping yang relatif rendah. Sifat penghambatan
turunan tetrasiklin berhubungan dengan struktur elektronuik yang melibatkan secara langsung interaksi
1. Gugus farmakofor dengan aktivitas biologis penuh adalah senyawa semisintetik sansiklin karena
mengandung struktur yang dibutuhkan untuk pembentukan kelat dan dipandang mempunyai peran penting
pada pengangkutan turunan tetrasilin ke dalam sel bakteri dan penghambatan biosintesa protein di dalam
sel.
2. Pengaturan linier dari empat cincin adalah persyaratan ubtuk dapat menimbulkan aktivitas biologis.
Konfigurasi pusat kiral pada C-4, C-4a dan C-12a sangat penting untuk aktivitas. Konfigurasi pada C-5a
dan C-6a kemungkinan dapat berubah-ubah. Sistem fenol diketon pada cincin BCD adalah planar dan
penting untuk aktivitas, sedangkan cincin AB dapat mengalami perubahan bentuk konformasi.
Penambahan atau pengurangan jumlah cincin dan pembukaan cincin menyebabkan senyawa kehilangan
aktivitas.
3. Adanya dua sistem elektron π yang berbeda (gugus kromofor fenoldiketon dan trikarbonilmetan) cukup
penting untuk aktivitas bakteri. Perluasan atau pengurangan gugus kromofor menyebabkan penurunan
atau hilangnya aktivitas. Substituen yang dapat meningkatkan kemampuan donor elektron dari gugus
5. Pada gugus 2-karbonamid, hanya gugus karbonil yang penting untuk aktivitas.
6. Daerah hidrofob dari C-3 sampai C-9 dapat diubah dengan cara yang bbervariasi, asal tidak
mempengaruhi bentuk konformasi esensialnya. Modifikasi pada C-6 dan C-7 menghasilkan turunan yang
- Produk manipulasi molekul tetrasiklin : eritromisin, kafsiklin, penisiklin dan kolimesiklin. Efek samping
ginjal dan kerusakan hati bila diberikan dalam dosis berlebih. Tidak boleh diberikan kepada wanita hamil
dan anak dibawah usia 8 tahun karena bersifat teratogenik dan dapat menekan pertumbuhan tulang. Selain
itu turunan ini juga dapat menyebabkan warna kekuningan pada gigi yang bersifat tetap karena dapat
membentuk kelat dengan kalsium fosfat dalam struktur tulang dan gigi.
E. TURUNAN AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida adalah antibiotika dengan struktur kimia yang bervariasi, mengandung basa
deoksistreptamin atau streptidin dan gula amino 3-aminoglukosa, 6-aminoglukosa, 2,6 diaminoglukosa,
Dalam bentuk garam sulfat untuk hidroklorida bersifat mudah larut dalam air. Tidak diserap oleh saluran
cerna sehingga untuk pemakaian sistematik tidak dapat diberikan secara oral dan harus diberikan secara
Turunan aminoglikosida yang sering digunakan antara lain adalah streptomisin, kanamisin,
Pada umumnya turunan aminoglikosida mengandung tiga cincin yang dihubungakan melalui
Cincin I sangat penting untuk aktivitas oleh karena merupakan sasaran utama dalam
mengandung kedua gugus tersebut lebih aktif dibandng kanamisin B (6’-amino, 2’-hidroksil) atau
- Metilasi pada posisi C-6’ menyebabakan senyawa tahan terhadap proses asetilasi enzimatik
- Hilangnya gugus 3’hidroksil atau 4’-hidroksil atau keduanya tdak menurunkan kemampuan anti
bakteri kanamisin. Gentamisin, netilmisin, dan sisomisin tidak mengandung gugus tersebut,
sehingga tidak diinaktifkan oleh enzim fosfotranferase, tetapi kemampuan antiiotik untuk
Cincin II sangat sensitif terhadap perubahan struktur, modifikasi gugus fungsional akan
- Asetilasi pada gugus I-amino dari kanamisin. Menghasilkan amikasin, tidak menyebabkan
hilangnya aktivitas.
- N-etilasi dari sisomisin, menghasilkan netilmisin, memperpanjang masa kerja senyawa induk
Gugus fungsional pada cincin III dapat diganti tanpa menimbulkan penurunan aktivitas
yang bermakna.
Turunan aminoglikosida adalah antibiotika dengan spektrum luas, efektif terhadap basil Gram-
negatif seperti E. coli, Enterobacter sp., Klebsiella sp., Proteus sp., salmonella sp., Shigella sp. Serratia
sp. Beberpa diantaranya seperti streptomisin dan kanamisin efektif terhadap Mycobacterium tuberculosis.
Pada pengobatan infeksi tertentu, turunan aminoglikosida sering dikmbinasi dengan antibiotika β-
laktan karena :
Turunn amino glikosida menimbulakn toksisitas pada kedua cabang saraf cranial VIII dan
kemungkinan dapat menyebabkan ketulian yang tak terpulihkan. Efek samping lain adalah nefrotoksik,
pemblok saraf otot, reaksi alergi, kelinan darah dan menimbulakn suprainfeksi.
keberadaan cincin makrolida, cincin lakton besar yang berikatan dengan satu atau lebih gula deoksi,
biasanya kladinose dan desosamine. Cincin laktonnya biasanya tersusun dari 14-, 15-, atau 16- atom.
Antibiotik makrolida digunakan untuk menyembuhkan infeksi yang disebabkan oleh bakteri-
merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas
untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan).
Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Spektrum antimikrobial makrolida
sedikit lebih luas dibandingkan penisilin. Contoh : eritromisin, oleandomisin, spiramisin, roksitromisin dan
azithromisin.
Karakteristik makrolida :
2. Gugus keton;
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin lakton;
4. Gula netral yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton;
5. Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari senyawa dan
Mekanisme kerja
Turunan makrolida, seperti eritromisin adalah senyawa bakteriostatik dan hanya efektif pada
mikroorganisme yang aktif membelah. Turunan ini mengikat secara takterpulihkan subunit ribosom 50-S
bakteri atau dekat dengan donor P sehingga memblok ikatan tRNA dengan tempat tersebut dan mencegah
translokasi peptida-peptida dari tempat aseptor A ke tempat donor P, pengikatan ini hanya terjadi bila
subunit 50-S bebas dari molekul tRNA yang berhubungan dengan rantai peptida nasen sehingga yang
diblok hanyalah sintesis homopeptida polimer tinggi, sedang peptida-peptida kecil tetap diproses secara
normal.
Efek samoing relatif rendah antara lain gangguan saluran cerna yang ringan (sakit kepala, mual,
Antibiotik polipeptida mempunyai struktur sangat kompleks, mengandung polipeptida yang biasa
membentuk suatu siklik. Sumber utama turunan antibiotika ini adalah Bacillus sp. dan Strptomyces sp.
Turunan ni mempunyai karateristik tertentu yang unik bila dibandingkan dengan peptide hewan atau
2. Antibiotika peptida yang sama dapat dihasilakan oleh mikroorganisme dengan taksonomi yang
berbeda.
3. Banyak dari antibiotik polipeptida mengandung lemak selain asam amino, yang tidak terdapat pada
kimianaya. Sedikit modifikasi kimia menghasilkan perubahan yang nyata dasi sifat biologis.
besar terutama pada ginjal. Berdasarkan sifatnya antibiotika polipeptida dibedakan dalam tiga
kelompok, yaitu :
1. Antibiotika yang bersifat asam, mengandung gugus karboksilat bebas dan menunjukan bagian
3. Antibiotika yang bersifat netral, tidak mempunyai gugus karboksilat dan amino bebas,
karena strukturnya dalam bentuk siklik, atau gugus reaktif diatas dinetrlkanmelalui formilasi.
hanya aktif terhadap bakteri Gram-positif sedangkan polimiksin hanya aktif terhadap bakteri Gram-
negatif.
Mekanisme kerja
molekul yang amfililik, mengandung gugus-gugus lipofil dan hidrofil yang terpisah. Bentuk siklik dan
gugus-gugus yang bersifat basa cukup berperan dalam menunjang aktivitas antibakteri.
dan kehilangan fungsinya sebagai rintangan permeabel, sehingga ion-ion yang secara normal ada dalam
Gramisidin dapat membentuk saluran transmembran (“pori”), dimana ion-ion keluar masuk
secara difusi melalui “pori” yang berbeda sehingga membran kehilangan fungsinya sebagai rintangan
yang permeabel.
Basitrasin adalah bakteriolitik hanya pada fase pertumbuhan bakteri. Senyawa ini dapat
Turunan linkosamida adalah antibiotika yang mengandung sulfur, dikarakterisasi oleh 4-alkil
asam pipekolat atau asam higrat yang terikat pada alkil 6-amino-α-tiooktopiranosida melalui sambungan
amida. Turunan ini mengandung gugus yang bersifat basa, yaitu N-pirolidin atau N-piperidin, dan dapat
Mekanisme kerja
Turunan linkosamida adalah senyawa bakteriostatik, tetapi pada kadar yang tinggi bersifat
bakterisid. Efektif terhadap banyak coccus dari Gram-positif dan bakteri anaerob, Gram-negatif yang
patogen. Turunan linkosamida dapat mengikat secara kuat ribosom subunit 50-S bakteri dan
menghambat reaksi enzim peptidil transferase sehingga mencegah pembentukan ikatan peptida dan
(AAPMC) dengan gejala-gejala diare, nyeri abdominal, demam, tinja berlendir dan ada darah, yang
kadang-kadang bersifat fatal. AAPMC disebabkan oleh toksin yang dikeluarka oleh Clostridium difficile
yang telah kebal terhadap klindamisin. Oleh karena itu turunan linkosamida hanya digunakan bila ada
indikasi yang jelas. Efek samping lain dari turunan linkosamida adalah mual, pusing dan alergi.
I. ANTIBIOTIKA POLIEN
Antibiotika polien diproduksi oleh Streptomyces sp., dikarakterisasi oleh adanya cincin besar
yang mengandung lakton dan ikatan rangkap terkonjugasi. Antibiotika polien tidak mempunyai aktivitas
dan nistatin.
J. TURUNAN ANSAMISIN
Turunan ansamisin pada umumnya dihasilkan oleh Streptomyces sp., dikarakterisasi oleh
adanya struktur siklik yang mengandung gugus aromatik dan jembatan makrosiklik alifatik panjang, yang
dinamakan ansa diantara posisi dua aromatik yang tidak saling berdekatan. Pada umumnya turunan
ansamisin menimbulkan toksisitas tinggi dan hanya satu yang digunakan dalam klinik, yaitu rifampisin.
Rifampisin mengandung 17 anggota rantai ansa, dan mempunyai spektrum antibakteri yang
K. TURUNAN ANTRASIKLIN
Turunan antrasiklin adalah antibiotika turunan antrasiklinon, pada umumnya tertrasiklik dan
dihasilkan oleh Streptomyces sp. Mengandung gula pada konfigurasi L yang terikat pada gugus 7-
hidroksil antrasiklinon melalui ikatan glikosodik. Antrasiklinon adalah aglikon yang mengandung kromofor
antrakuinon dalam rangka hidrokarbon yang linier, mirip dengan tetrasiklin. Perbedaab struktur diantara
turunan antrasiklin adalah pada jumlah dan posisi gugus hidroksil fenol, derajat oksidasi dari dua atom
C rantai samping pada posisi 9 dan adanya ester asam karboksilat pada posisi 10.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Efek biologis suatu senyawa merupakan fungsi dari struktur kimianya. Sifat-sifat kimia fisika
merupakan dasar yang sangat penting untuk menjelaskan aktivitas biologis obat. Sifat kimia fisika
penting yang berhubungan dengan aktivitas biologis antara lain adalah ionisasi, ikatan hidrogen,
2. Dasar dari aktivitas obat adalah proses-proses kimia yang kompleks mulai dari saat obat diberikan
sampai terjadinya respon biologis. Hubungan struktur aktivitas merupakan bagian penting rancangan
obat dalam usaha mendapatkan suatu obat baru dengan aktivitas yang lebih besar, keselektifan yang
lebih tinggi, serta toksisitas atau efek samping yang lebih rendah.
3. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu. Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh
terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2013), Antibiotic, Wikipedia, diambil tanggal 10 Juni 2013, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Antibiotic
Bhat, V., (2013), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook, diambil tanggal 10 Juni 2013, dari http://pre-
pg.blogspot.com/2007/03/classification-of-antibiotics.html
Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994) Antibiotic guideline : Farmacological, medical journal of university of Indonesia.
Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam Farmakologi Dasar & Klinik, EGC : Jakarta
Rosen, E.J., Quinn, F.B., (2000), Microbiology, infections, and antibiotic therapy, diambil tanggal 10 Juni 2013, dari
http://www.utmb.edu/ otoref/grnds/Infect-0003/Infect-0003.pdf