Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA MEDISINAL

HUBUNGAN INTERAKSI OBAT DENGAN RESEPTOR

Disusun Oleh :

Theresia Lady

110120361/B

FAKULTAS FARMASI
2022
Kata Pengantar
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan petunjuk dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Bersamaan dengan ini, saya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Kimia Medisinal , yang telah memberikan arahan kepada kami dalam menyelesaikan makalah
ini.

Makalah ini merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan pembelajaran mata kuliah
kimia dasar. Adapun maksud penulisan makalah ini untuk membahas tentang “reseptor dalam
mekanisme obat” .

Demikian makalah ini penulis selesaikan untuk memperdalam pengetahuan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Jika ada kesalahan, penulis bersedia menerima kritik dan saran . Semoga
bermanfaat.

Surabaya, 24 November 2022

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................................................. 2


Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 3
Bab I .............................................................................................................................................................. 4
Pendahuluan .................................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah ............................................................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 5
Bab II ............................................................................................................................................................ 6
Pembahasan................................................................................................................................................... 6
A. Reseptor dalam Mekanisme Kerja Obat ........................................................................................... 6
B. Teori-teori Para Ahli ......................................................................................................................... 6
C. Fungsi Reseptor ................................................................................................................................ 8
D. Interaksi Obat bersifat farmakodinamik dan farmakokinetik ........................................................... 8
E. Jenis Reseptor pada Mekanisme Obat .............................................................................................. 9
Bab III ......................................................................................................................................................... 11
Penutup ....................................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 12
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Reseptor merupakan makromolekul atau struktur polimer protein yang berada pada
permukaan atau di dalam sel, dapat meningkatkan senyawa agonis (ligan) yang berstruktur
spesifik, seperti obat, neurotransmitter, hormon, lomfokin, dan lektin, yang bekerja sebagai
utusan molekul, sehingga menghasilkan efek yang spesifik di dalam sel.

Reseptor obat adalah suatu makromolekul dapat berupa lipoprotein, asam nukleat yang
jelas dan spesifik terdapat dalam jaringan sel hidup, mengandung gugus-gugus fungsional atau
atom-atom terorganisasi. Pada umumnya obat atau ligan dapat bertindak sebagai agonis atau
antagonis. Agonis merupakan analog hormon endogen dan neurotransmitter, artinya agonis
menimbulkan suatu efek biologis, meskipun efek yang ditimbulkannya bias bersifat
menstimulasi atau menghambat.

Agonis yang berbeda mengaktifkan reseptor dengan tingkat efektivitas yang berbeda
pula. Agonis yang menyebabkan atau menstabilkan proses konformasi yang kurang produktif
disebut agonis parsial. Sebaliknya, obat-obatan antagonis adalah agen-agen yang menghambat
efek-efek yang diperantarai oleh reseptor setelah dipacu oleh hormone, neurotransmitter, atau
obat-obat agonis melalui persaingan untuk mendapatkan reseptor.

Obat-obat antagonis adalah penghambat kompetitif bagi agonis dalam mendapatkan


reseptor. Namun, baru-baru ini, agen-agen antagonis ditemukan memiliki aktivitas intrinsic
negative, atau bertindak bertolak-belakang dengan agonis dan menurunkan aktivitas reseptor
“basal” (tidak tergantung agonis atau constitutive).Sebagian antagonis menjadi perantara efek
melalui interaksi dengan lokasi alosterik lain, bukan di tempat berikatannya suatu agonis aslinya
(lokasi orthosteric).

Bila suatu molekul obat berinteraksi dengan gugus fungsi makromolekul protein suatu
reseptor, timbul energi yang akan berkompetisi dengan energi yang menstabilkan makromolekul
tersebut sehingga terjadi perubahan struktur dan distribusi muatan molekul, menghasilkan
makromolekul dengan bentuk konformasi yang baru.Perubahan konformasi ini merupakan
bagian penting dalam sistem pemicu biologis karena dapat menyebabkan modifikasi fungsi
organ spesifik sehingga timbul reseptor biologis.

Interaksi obat pada tubuh terbagi menjadi dua bagian yaitu interaksi farmakodinamik dan
farmakokinetik. Interaksi Farmakodinamik merupakan interaksi antara produk obat yang
memiliki efek farmakologi atau efek samping yang sama atau yang berlawanan. Interaksi ini
disebabkan karena terdapat kompetisi pada reseptor yang sama, atau terjadi antara obat-obat
yang bekerja pada sistem fisiologi yang serupa. Sedangkan Interaksi Farmakokinetik merupakan
interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi
obat lain. Dengan demikian interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang
tersedia (dalam tubuh) untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan reseptor dalam mekanisme obat ?
2. Apakah ada teori-teori pendukung mengenai reseptor dalam mekanisme obat ?
3. Apakah fungsi dari reseptor dalam mekanisme kerja obat ?
4. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat bersifat farmakodinamik dan
farmakokinetik?
5. Berapakah jenis reseptor pada mekanisme kerja obat ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari reseptor pada mekanisme obat
2. Untuk mengetahui teori-teori dari para ahli mengenai reseptor pada mekanisme
obat
3. Untuk mengetahui fungsi reseptor
4. Untuk mengetahui dan memahami interaksi obat bersifat farmakodinamik dan
farmakokinetik ?
5. Untuk mengetahui dan memahami berbagai jenis reseptor pada mekanisme obat.
Bab II

Pembahasan

A. Reseptor dalam Mekanisme Kerja Obat


Reseptor pada membran sel yang akan berinteraksi dengan endogen di dalam tubuh
sehingga dapat memicu respon sel. Reseptor membantu mengkoordinasikan respon dari sel-
sel tubuh. Obat-obatan yang digunakan dalam dunia kedokteran memanfaatkan sensor kimia
baik dengan cara merangsangnya atau dengan mencegah mediator endogen atau agonis untuk
menstimulasi respon. Mekanisme kerja obat terjadi baik secara agonis maupun antagonis,
dimana obat yang bekerja melalui ikatan reseptor akan menghasilkan atau menghambat
respon. Mekanisme kerja obat secara agonis menganut sistem lock and key yang artinya
reseptor sebagai komplemen atau gembok (lock) tepat dari struktur ruang yang akan
ditempati oleh zat obat yang bersangkutan yang disebut anak kunci (key). Sedangkan,
mekanisme kerja obat secara antagonis mampu menduduki reseptor bersangkutan kemudian
memblokir aktivitas hormon tersebut

Terdapat beberapa obat yang dapat menghasilkan suatu efek setelah berikatan atau
berinteraksi dengan komponen organisme yang spesifik. Komponen organisme tersebut
biasanya berupa suatu protein. Protein memiliki fungsi biologis yang sangat beragam, mulai
dari replikasi DNA, pembentukan struktur sitoskeleton, dan pengangkutan oksigen keseluruh
tubuh organisme multisel. Beberapa obat yang bereaksi secara substrat salah satu atau
sebagian inhibitor untuk sistem transport enzim. Kebanyakan obat menghasilkan efek dengan
aksi pada molekul yang berupa suatu protein yang dinamakan reseptor, dan secara normal
merespon senyawa kimia endogen dalam tubuh.

B. Teori-teori Para Ahli


Obat perlu bereaksi dengan target aksi obat untuk dapat menghasilkan efek terapi.
Interaksi obat dan reseptor yang dapat membentuk kompleks obat-reseptor yang
merangsang timbulnya respon biologis, baik respon antagonis maupun agonis. Mekanisme
munculnya respon biologis dapat dijelaskan dengan teori reseptor yang telah dikemukakan
oleh para ahli.

a. Teori Klasik

Teori Klasik menyebutkan bahwa respon biologis timbul bila ada interaksi antara tempat
atau struktur dalam tubuh yang karakteristik atau sisi reseptor, dengan molekul asing yang
sesuai atau obat, dan satu sama lain merupakan struktur yang saling mengisi. Ehrlich
(1907) memperkenalkan istilah reseptor dan membuat konsep sederhana tentang interaksi
obat-reseptor yaitu corpora non agunt nisi fixata atau obat tidak dapat menimbulkan efek
tanpa mengikat reseptor

b. Teori Pendudukan

Clark (1926), memperkirakan bahwa satu molekul obat akan menempati satu sisi reseptor
dan obat harus diberikan dalam jumlah yang lebih agar tetap efektif selama proses
pembentukkan kompleks. Obat (O) akan berinteraksi dengan reseptor (R) membentuk
kompleks obat-reseptor (OR).

c. Teori Gangguan Makromolekul

Belleau (1964) memperkenalkan teori model kerja obat yang disebut teori gangguan
molekul. Interaksi makro molekul obat dengan makromolekul protein/ 15 reseptor dapat
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk konformasi reseptor sebagai berikut:

- Gangguan konformasi spesifik (Specific Conformational Perturbation = SCP)


- Gangguan konformasi tidak spesifik (Non Specific Conformational Perturbation =
NSCP)

Obat agonis adalah obat yang mempunyai aktivitas intrinsik dan dapat mengubah struktur
reseptor menjadi bentuk SCP sehingga menimbulkan respon biologis. Obat antagonis
adalah obat yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik dan dapat mengubah struktur
reseptor menjadi bentuk NSCP sehingga menimbulkan efek pemblokan. Pada teori ini
ikatan hidrofobik merupakan faktor penunjang yang penting dalam proses pengikatan
obat-reseptor.

d. Teori Laju

Berbeda dengan Teori Pendudukan yang diterima secara luas, Teori Laju mengusulkan
bahwa aktivasi reseptor berbanding lurus dengan jumlah total pertemuan obat dengan
reseptornya per unit waktu. Aktivitas farmakologis berbanding lurus dengan tingkat
disosiasi dan hubungan, bukan jumlah reseptor yang ditempati:

● Agonis: Obat dengan asosiasi cepat dan disosiasi cepat.


● Agonis parsial: Obat dengan hubungan sedang dan disosiasi menengah.
● Antagonis: Obat dengan asosiasi cepat dan disosiasi lambat
C. Fungsi Reseptor
1. Mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh
2. Mengenal dan mengikat suatu ligan/obat dengan spesifisitas yang tinggi
3. Meneruskan signal ke dalam sel melalui:
- perubahan permeabilitas membran
- pembentukan second messenger
- mempengaruhi transkripsi gen
- Merangsang perubahan permeabilitas membran sel

D. Interaksi Obat bersifat farmakodinamik dan farmakokinetik


- Interaksi Farmakodinamik

Interaksi Ini merupakan interaksi antara produk obat yang memiliki efek
farmakologi atau efek samping yang sama atau yang berlawanan. Interaksi ini
disebabkan karena terdapat kompetisi pada reseptor yang sama, atau terjadi antara
obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologi yang serupa. Interaksi ini biasanya
dapat diperkirakan berdasarkan sifat farmakologi obat-obat yang berinteraksi.
Pada umumnya, interaksi yang terjadi dengan suatu obat akan terjadi juga dengan
obat sejenisnya. Interaksi ini terjadi dengan intensitas yang berbeda pada
kebanyakan pasien yang mendapat obat-obat yang saling berinteraksi.

- Interaksi Farmakokinetik

Interaksi ini merupakan interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah
absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain. Dengan demikian
interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam
tubuh) untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya. Tidak mudah untuk
memperkirakan interaksi jenis ini dan banyak diantaranya hanya mempengaruhi
pada sebagian kecil pasien yang mendapat kombinasi obat-obat tersebut. Interaksi
farmakokinetik yang terjadi pada satu obat belum tentu akan terjadi pula dengan
obat lain yang sejenis, kecuali jika memiliki sifat-sifat farmakokinetik yang
sama.

Interaksi farmakokinetik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok:

- Mempengaruhi absorpsi

Kecepatan absorpsi atau total jumlah yang diabsorpsi dapat dipengaruhi


oleh interaksi obat. Secara klinis, absorpsi yang tertunda kurang berarti
kecuali diperlukan kadar obat dalam plasma yang tinggi (misal pada
pemberian analgesik). Namun demikian penurunan jumlah yang
diabsorbsi dapat menyebabkan terapi menjadi tidak efektif.

- Menyebabkan perubahan pada ikatan protein

Sebagian besar obat berikatan secara lemah dengan protein plasma karena
ikatan protein tidak spesifik, satu obat dapat menggantikan obat yang
lainnya, sehingga jumlah bentuk bebas meningkat dan dapat berdifusi dari
plasma ke tempat kerja obat. Hal ini akan menghasilkan peningkatan efek
yang terdeteksi hanya jika kadar obat yang berikatan sangat tinggi (lebih
dari 90%) dan tidak terdistribusikan secara luas di seluruh tubuh.
Walaupun demikian, penggantian posisi jarang menyebabkan potensiasi
yang lebih dari potensiasi sementara, karena meningkatnya bentuk bebas
juga akan meningkatkan kecepatan eliminasi obat. Penggantian posisi
pada tempat ikatan protein penting pada potensiasi warfarin oleh
sulfonamida dan tolbutamid. Tetapi hal ini menjadi penting terutama
karena metabolisme warfarin juga dihambat.

- Mempengaruhi metabolisme.

Banyak obat dimetabolisme di hati. Induksi terhadap sistem enzim


mikrosomal hati oleh salah satu obat dapat menyebabkan perubahan
kecepatan metabolisme obat lainnya secara bertahap, sehingga
menyebabkan rendahnya kadar plasma dan mengurangi efek obat.
Penghentian obat penginduksi tersebut dapat menyebabkan meningkatnya
kadar plasma obat yang lainnya sehingga terjadi gejala toksisitas.
Barbiturat, griseofulvin, beberapa antiepilepsi dan rifampisin adalah
penginduksi enzim yang paling penting. Obat yang dipengaruhi antara lain
warfarin dan kontrasepsi oral.

E. Jenis Reseptor pada Mekanisme Obat


Terdapat 4 jenis reseptor berdasarkan perbedaan letaknya di membran sel dan transduksi
sinyal. Reseptor tersebut adalah :

1. Reseptor yang terhubung dengan protein G


G-protein-coupled receptor (GPCRs) merupakan kelompok terbesar dari reseptor yang
diperkirakan sekitar 800 gen yang berbeda dari manusia adalah anggota superfamili
GPCR dan lebih dari 80% hormon menggunakan GPCRs untuk menyampaikan
sinyal> GPCRs adalah reseptor terikat membran yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas protein G. Contohnya adalah reseptor muskarinik, nikotinik, histamin,
adrenergik, dopamin, GABA, dan opioid.
2. Reseptor yang terkait tirosin kinase
Tyrosine kinase-linked receptors (TKLRs) adalah subclass dari cell-suface growth
factor receptor (CGFR) yang memiliki aktivitas enzimatik ligand-dependent atau
aktivitas kinase, yang mengkatalis trasfer gugus -fosfat dari donor nukleosida
trifosfat. Protein reseptor dalam TKLRs terdiri dari tiga rabah utama, yaitu ranah
pengikatan ligan pada permukaan ekstrasel membran, ranah pengikatan ligan satu α-
heliks yang melintasi membran, dan ranah pengikatan ligan di daerah intasel dengan
aktivitas tirosin kinase. Ranah pengikat ligan, pda umumnya melalui proses
glikosilase, terhubung ke ranah sitoplastik oleh transmembran heliks tunggal. TKLRs
memainkan peran penting dalam sebagian besar proses fundamental sel, termasuk
siklus sel, migrasi sel, metabolisme dan kehidupan sel, serta proliferasi dan
diferensiasi sel, serta berperan penting dalam proses karsinogenesis.

3. Reseptor yang terkait dengan kanal ion


Kanal ion adalah pori trasmembran yang terdiri dari unsur pori, yang bertanggung
jawab untuk transit ion, dan satu aatau lebih gerbang yang dapat membuka dan
menutup dalam menanggapi rangsangan tertentu yang diterima oleh sensoor.
Perubahan konformasi merupakankomponenintegral dari fungsi kanal ion. Ada tiga
keadaan bentuk kanal, yaitu bentuk tertutup, terbuka, dan bentuk diaktifkan, yang
semua diatur oleh bentuk konformasi.
Terdapat dua jenis kanal ion yaitu voltage-gated ion channels dan ligand-gated ion
channel.
voltage-gated ion channels, adalah protein transmembran yang besar, bentuk
konformasinya tergantung pada gradien tegangan transmembran. Sedangkan ligand-
gated ion channel merupakanreseptor yang paling rumit. LGICs disebut juga reseptor
ionotropik. LGICs adalah kompleks multiprotein yang membentuk pori dimembran
sel. Ketika ligan mengikat reseptor, terjadi perubahan konformasi reseptor yang
menyebabkan pori-pori menjadi terbuka dan berfungsi sebagai kanal ion.Kanal ion
tersebut melintasi membran sel, dan ion yang masuk ke dalam sel berfungsi sebagai
sinyal utusan sekunder.
4. Reseptor nuklir
Reseptor nuklir adalah faktor transkripsi yang tergantung ligaan dan bertanggung
jawab untuk mengikat ligan. Ikatan ligan reseptor tersebut akan mengubah bentuk
konformasi reseptor sehingga terjadi aktivitas reseptor, dan kemudian bekerja sama
dengan protein lainnya untuk mengatur peningkatan atau penurunan proses transkripsi,
sehingga dapat mengontrol pengembangan, diferensiasi, metabolisme, dan reproduksi
organisme.
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Reseptor akan berinteraksi dengan endogen pada tubuh sehingga dapat memicu
respon pada sel . Reseptor - reseptor ini akan mengkoordinasi respon dari sel tubuh.
Mekanisme obat pada tubuh baik secara agonis atau pun antagonis sama-sama
menghalangi reseptor pada tubuh tetapi mekanisme nya berbeda. Mekanisme secara
agonis akan mengunci tempat ikatan reseptor sehingga tidak dapat berikatan. Sedangkan
pada mekanisme secara antagonis mampu menempati reseptor yang bersangkutan dan
juga memblokir aktivitas hormon.

Obat perlu bereaksi dengan target aksi obat untuk dapat menghasilkan efek terapi.
Interaksi obat dan reseptor yang dapat membentuk kompleks obat-reseptor yang
merangsang timbulnya respon biologis, baik respon antagonis maupun agonis. Terdapat
beberapa obat yang dapat menghasilkan suatu efek setelah berikatan atau berinteraksi
dengan komponen organisme yang spesifik.Kebanyakan obat menghasilkan efek dengan
aksi pada molekul yang berupa suatu protein yang dinamakan reseptor, dan secara normal
merespon senyawa kimia endogen dalam tubuh.

Interaksi obat dibagi menjadi dua sifat yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik.
Interaksi farmakodinamik merupakan interaksi antara produk obat yang memiliki efek
farmakologi atau efek samping yang sama atau yang berlawanan. Sedangkan interaksi
farmakokinetik merupakan interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah absorpsi,
distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain. Interaksi farmakodinamik akan terjadi
dengan suatu obat, dan juga akan terjadi pada obat sejenisnya , tetapi pada interaksi
farmakokinetik yang terjadi pada suatu obat belum tentu akan terjadi pada obat lain yang
sejenis.
Daftar Pustaka
Dr. Syamsudin, M.Biomed., Apt.2013. "Farmakologi Molekuler". EGC
Murray, Robert K. Biokimia Harper Ed.27. Jakarta: EGC, 2009.
Foreman, J. C. and Johansen, T. (Eds.) (1996) Textbook of ReceptorPharmacology, CRC Press.,
USA
Siswandono, Bambang Soekardjo, 1995, Kimia Medisinal Jilid I, Airlangga University Press,
Surabaya
Pionas, https://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0
Brody, T. M., Larner, J. and Minneman, K. P. (Eds.), 1998, Human Pharmacology :Molecular to
Clinical
Harkness, Richard; Interaksi Obat; Penerbit 1TB; Bandung; 1989
Gitawati, R ; Interaksi obat dan beberapa implikasinya, Media Litbang Kesehatan Volume
XVIII, nomor 4; 2008

Anda mungkin juga menyukai