Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

INTERAKSI OBAT

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1. Vidia Nurul Maulida (2226010127)
2. Vhita Martalia (2226010140)
3. Indah Lestari (2226010121)
4. Mevfri Yandi (2226010147)
5. Emesta Dela (2226010136)
6. Loren Sofia Aziza (2226010135)

DOSEN PENGAMPU
Ns. Devi Listiana, S.Kep. M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kami berharap
makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam mempelajari tentang
“INTERAKSI OBAT”. Kami selaku penulis mengucapkan banyak terimakasih
karena telah diberikan kesempatan untuk membuat makalah ini. Kami berharap
pembaca dapat memahami tentang berbagai macam interaksi obat.

Dan kami selaku penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada
pada makalah kami ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca khususnya pada Dosen mata kuliah ini demi kesempurnaan
dalam pembuatan makalah untuk waktu yang akan datang. Kami berharap
pembaca dapat menerima banyak manfaat dari makalah yang telah kami buat.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih.

Bengkulu, 21 Mei 2023

Penulis

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN UTAMA...........................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4

A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penulisan......................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6

A. Definisi Interaksi Obat.............................................................................6


B. Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi..........................................6
C. Mekanisme Kerja Interaksi Obat.............................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................24

A. Kesimpulan..............................................................................................24
B. Saran........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu
interaksi antar suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja
salah satu atau keduanya, atau menyebabkan efek samping tak diduga. Pada
prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama,
interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat.
Yang kedua, interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah
kesehatan yang serius, karena meningkatnya efek samping dari obat- obat
tertentu. Risiko kesehatan dari Interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya
sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama
dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang
menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan effek yang
merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan
effek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin
seringnya penggunaan apa yang dinamakan “ Polypharmacy “ atau “ Multiple
Drug Therapy “.
Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep
dari dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum lagi kebiasaan
penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang sama
dan mendapat resep obat yang baru. Kemungkinan lain terjadinya interaksi
obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri
dengan obat-obatan yang dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai
pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi
haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka,

4
mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang
menerima pengobatan polypharmacy cukup banyak.
Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Untuk itu,
dalam makalah ini akan dibahas mengenai waktu transport obat dalam darah
serta efek-efek yang diberikan dari obat-obat yang berinteraksi.
B. Rumusan Masalah
1. Interaksi apa yang terjadi antara obat-obat yang diberikan ?
2. Kenapa bisa terjadi interkasi diantara obat-obat tersebut ?
3. Bagaimana dengan efek-efek yang ditimbulkan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui interaksi obat dalam gastrointestinal
2. Untuk mengetahui penyebab dari interaksi
3. Untuk mengetahui efek-efek yang ditimbulkan

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Interaksi Obat


Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi
perubahan efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses
hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut
meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi.
Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan
dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi
dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi
farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang
bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau
antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat
yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME
(absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat
meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah.
B. Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi
Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat yaitu obat Objek dan
obat Presipitan;
1. Obat Objek
Obat Objek adalah obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau
diubah oleh obat lain. Obat yang kemungkinan besar menjadi objek
interaksi atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-
obat yang memenuhi ciri :
a. Obat-obat dimana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat)
sudah akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinis yang

6
timbul. Secara farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan
sebagai obat-obat dengan kurva dosis respons yang tajam. Perubahan,
misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat
mengurangi manfaat klinik dari obat.
b. Obat-obat dengan rasio terapik yang rendah artinya antara dosis toksik
dan dosis terapetik tersebut perbandingannya (perbedaannya) tidak
besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan
terjadinya efek toksis.
Kedua ciri obat objek di atas, yaitu merupakan obat yang manfaat
kliniknya mudah dikurangi atau efek toksisnya mudah diperbesar oleh obat
presipitan, akan saling berkaitan dan tidak sendiri-sendiri. Obat-obat seperti
ini juga sering dikenal dengan obat-obat dengan lingkungan yang sempit.
2. Obat Presipitan
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat
lain. Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan
umumnya adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:
a. Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, dengan demikian akan
menggeser ikatan-ikatan protein obat lain yang lebih lemah. Obat-obat
yang tergeser ini (displaced), kadar obat bebasnya dalam darah akan
meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama meningkatnya
efek toksik. Obat-obat jenis ini, misalnya aspirin, fenilbutazon, sulfa
dan lain lain.
b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau
merangsang (inducer) enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam
hati. Obat-obat yang mempunyai sifat sebagai perangsang enzim
(enzyme inducer) akan mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-
obat yang lain sehingga kadar dalam darah lebih cepat hilang,
misalnya rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain.
Sedangkan obat-obat yang dapat menghambat metabolisme (enzyme
inhibator) akan meningkatkan kadar obat obyek sehingga terjadi efek

7
toksik, termasuk kloramfenikol, fenilbutason, alopurinol, simetidin dan
lain-lain.
c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid,
obat-obat golongan diuretika dan lain-lain. Ciri-ciri obat presipitan
tersebut adalah jika kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika,
yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme
dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini
tadi yang dapat bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme
yang berbeda-beda.
C. Mekanisme Kerja Interaksi Obat
1. Interaksi Farmasetik
Interaksi ini adalah interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan/disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita.
Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur
bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Bentuk interaksi ini ada 2 macam :
1) Interaksi secara fisik, misalnya terjadi perubahan kelarutan
2) Interaksi secara khemis, misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain
atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan
ataupun selama dalam penyimpanan. Beberapa cara untuk menghindari
interaksi farmasetik ini antara lain :
a. Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali jika yakin
betul bahwa tidak ada interaksi antar obat.
b. Dianjurkan menghindari pemberian obat bersama-sama melalui
infus.
c. Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya
(manufacturer leaflet), untuk melihat peringatan pada pencampuran
dan cara pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral
misalnya injeks infus dan lain-lain).

8
d. Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravena atau
yang lain, perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna,
kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan.
e. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan menimbun
terlalu lama larutan yang sudah dicampur, kecuali untuk obat-obat
yang memang sudah tersedia dalam bentuk larutan seperti
metronidazol , lidokain dan lain-lain.
f. Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, obat-
obat yang sudah dimasukkan, termasuk dosis dan waktunya.
g. Jika harus memberi infus dua macam obat, berikan lewat 2 jalur
infus, kecuali jika yakin tidak ada interaksi. Jangan ragu-ragu
konsultasi kepada apoteker rumah sakit.
2. Interaksi Farmakokinetika
Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada
absorbsi, metabolisme, distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain.
Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorbsi
pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma,
metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau
dipercepat.
a. Interaksi pada fase absorpsi
1) Interaksi langsung
Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam saluran
pencernaan sebelum absorpsi dapat mengganggu proses absorpi.
Interaksi ini dapat dihindari dengan cara obat yang berinteraksi
diberikan dengan jarak waktu yang berbeda (minimal 2 jam).
2) Perubahan pH cairan saluran pencernaan
Sebelum dijelaskan lebih lanjut, kita asumsikan bahwa obat
yang akan dibahas di sini adalah obat yang absorbsinya cenderung
diabsorbsi di usus, bukan dilambung.
Adapun efek perubahan pH saluran pencernaan pada obat
yakni:

9
”Jika ada zat yang bersifat basa (garam bikarbonat) yang masuk
bersamaan dengan obat yang bersifat asam (pKa 2,5-7,5, misalnya
NSAID dan gol penisilin), maka zat yang bersifat basa ini akan
menurunkan absorbsi obat karena obat yang bersifat asam ini akan
berinteraksi dengan zat yang bersifat basa sehingga obat akan lebih
cenderung dalam bentuk ion bukan molekulnya. Sementara kita
tahu, obat dalam bentuk ion tidak diabsorbsi oleh usus.
Sebaliknya, jika ada zat yang bersifat asam (asam sitrat dan
asam tartart) dimana masuk bersamaan dengan obat yang bersifat
basa lemah (pKa 5 – 11, misalnya reserpin &propoksifen), maka
absorbsi obat akan turun.
Sementara, obat yang bersifat basa sangat lemah dengan pKa <
5 (kofein pKa =0, 8), absorbsinya tidak tergantung pada pH
lambung. Hal ini bisa dijelaskan karena interaksi dengan zatnya
tidak menyebabkan ia menjadi bentuk ion.
3) Motilitas saluran pencernaan.
Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk
semua obat. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai ke usus halus
maka akan semakin cepat pula absorpsinya. Obat yang
memperpendek waktu pengosongan lambung, (misalnya
metoklorpropamid, reserpine, sodium bikarbonat), akan
mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan.
Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu pengosongan
lambung (seperti antikolinergik, isoniazid, fenitoin) akan
memperlambat absorpsi obat lain.
Lebih cepat motilitas maka obat akan lebih terbatas waktunya
untuk mengalami proses absorpsi sehingga absorpsinya bisa
menurun. Hal ini sangat penting diperhatikan terutama untuk obat-
obat yang hanya dapat diabsorpsi pada daerah-daerah tertentu
dalam pencernaan dengan mekanisme transport aktif seperti
riboflavin, antibiotic golongan tetrasiklin, penisilin, griseofulvin,

10
dan garam-garam besi. Transit-transit yang lama dalam unsur
kebanyakan menguntungkan untuk absorpsi yang lebih sempurna,
sedangkan transit dalam lambung yang cukup lama hanya baik
untuk obat-obat yang diabsorpsi sempurna dalam lambung.
4) Perubahan flora usus
Flora normal usus mempunyai fungsi antara lain :
a) Sintesa vitamin K dan merupakan sumber vitamin K
b) Memecah sulfasalzin menjadi bagian-bagian yang aktif
c) Tempat metabolisme sebagian obat misalnya levodopa
d) Hidrolisis glukoronid yang diekskresi oleh empedu sehingga
terjadi sirkulasi enterohepatik yan akan memperpanjang kerja
obat seperti pil KB.
Pemberian antibakteri berspektrum luas seperti tetrasiklin,
kloramfenikol dan ampisilin akan mengubah flora normal usus
sehingga akan meningkatkan efektivitas anti koagulan oral yang
diberikan secara bersama-sama, mengurangi efektivitas
sulfasalazin, meningkatkan bioavailabilitas levodopa dan
mengurangi efektifitas kontrasepsi oral.
5) Kecepatan aliran darah pada saluran pencernaan (di usus)
kecepatan aliran darah di usus bisa menjadi rate limiting
step fase absorbsi untuk obat – obat lipofilik. Namun, faktor ini
sangat kecil sekali berpengaruh, kecuali kepada orang yang punya
penyakit – penyakit berkaitan dengan aliran darah. Kecepatan aliran
ini dipengaruhi oleh vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh
darah.
6) Pembentukkan kompleks /khelat
Suatu obat apabila membentuk kompleks dengan senyawa
pembentuk kompleks, maka struktur molekulnya akan menjadi
besar. Akibatnya tidak bisa di absorbsi oleh usus.
b. Interaksi pada fase distribusi
1) Interaksi dalam ikatan protein plasma.

11
Jenis ini sering kali membahayakan. Bila suatu obat
dilepaskan dari ikatan proteinnya oleh suatu precipitant drug, maka
konsentrasiobject drug akan meningkat dan dapat menimbulkan
efek toksik. Hipoglikemik oral (klor propamid) yang diberikan
bersama-sama dengan sulfonamide, menyebabkan terlepasnya klor
propamid dari ikatan proteinnya sehingga efek hipoglikemik
meningkat. Tolbutamid diberikan bersamaan dengan fenil butazon
atau salisilat akan menyebabkan efek hipoglikemik
meningkat.substansi endogen dapat pula tergeser dari nikatan
proteinnya pada penggunaan beberapa obat. Misalnya bilirubin
dapat tergeser dari ikatan proteinnya dan dapat menyebabkan
korniuterus pada neonates yang diberikan salisilat atau preparat
sulfa.
Beberapa sifat obat yang akan menyebabkan terjadinya
interaksi ini antara lain :
a) Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma dan
volume distribusi yang kecil.
b) Mempunyai batas keamanan yang sempit, sehingga dapat
meningkatkan kadar obat bebas.
c) Efek toksik yang serius sebelum kompensasi terjadi misalnya
terjadinya pendarahan pada antikoagulan oral atau
hipoglikemia pada antidiabetik oral.
d) Eliminasinya mengalami kejenuhan seperti fenitoin, sehingga
peningkatan kadar obat bebas tidak disertai dengan
peningkatan kecepatan eliminasinya.
2) Interaksi dalam ikatan jaringan.
Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antar
digoksin dan kuinidin yang akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan kadar plasma digoksin.
3) Interaksi pada reseptor.

12
Apabila dua atau lebih obat diberikan bersamaan mungkin
salah satu obat akan menduduki reseptor obat lain, sedemikian rupa
sehingga tidak ada respons. Misalnya reseptor alfa pada pembuluh
darah yang meberikan respons bila dikenai obat norepineprin tetapi
bila diberikan bersamaan dengan fenetrazin, pentolamin, maka obat
ini akan menduduki reseptor tersebut dan tidak akan memberikan
respons.
c. Interaksi pada fase metabolism
Hal ini dapat terjadi bila metabolisme object drug dirangsang atau
dihambat oleh precipitant drug. Perangsang atau penghambat enzim
metabolisme sudah lama dikenal. Perangsangan atau induction ini
terjadi karena reticulum endoplasmik di hepatosit dan sitokrom P450
yang merupakan enzim metabolik obat bertambah. Hasil induksi ini
mengakibatkan metabolisme obat kian aktif dan konsentrasi plasma
object drug berkurang, sehingga efektivitasnya menurun. Contoh:
pemberian rifampisin pada akseptor kontrasepsi oral dapat
menyebabkan kehamilan.
d. Interaksi pada fase ekskresi
Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang
penting dalam interaksi ini.
3. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi
molekuler atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi :
1) Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ
(sinergisme);
2) Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan (antagonisme);
3) Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.
Kebanyakkan interaksi obat diakibatkan terjadinya perubahan adsorbsi,
distribusi, metabolisme dan elkresi obat. Akibat yang dapat

13
ditimbulkan oleh interaksi obat : Potensiasi, Kerusakan dan Toksik /
efek samping.
4. Interaksi Gastrointestinal
Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua atau lebih obat yang
diberikan secara bersama-samaan yang terjadi di dalam saluran
pencernaan. Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses
absropsi obat sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absropsi yang
merupakan bagian dari interaksi farmakokinetik.Interaksi gastrointestinal
dibagi menjadi 3 golongan yaitu ;
a. Interaksi Antara Obat dengan Obat lain
Interaksi obat dengan obat adalah interaksi suatu obat dengan obat
lain dalam saluran pencernaan, dimana interaksi ini terjadi pada
sebelum obat diabsropsi oleh saluran pencernaan (usus).sehingga dapat
menggangu absropsi salah satu obat. Faktor atau mekanisme kerja
terjadinya interaksi obat dalam gastrointestinal:
1) Interaksi langsung
Adalah interaksi secara fisika atau kimia antara obat dalam
lumen saluran cerna sebelum diabsropsi sehingga menganggu
proses absropsi. mekanisme yang dapat mengubah kecepatan
absropsi obat dalam GI tract dipengaruhi banyak faktor antara lain;
berubahnya kecepatan aliran darah GI, motilitas gi, pH GI,
kelarutan obat, metabolisme GI atau mucosa GI, terbentuknya
komplek yang tidak larut. Contoh;
a) Penurunan motilitas Gastroitestinal, disebabkan karena obat-
obat golongan morfin dan obat-obat dengan efek antikolinergik
misalnya antidepresan trisiklik;
b) Pemberian obat tetrasiklin bersama obat dengan kation
multivalent ( Ca, Mg, Fe, Al ) maka akan terbentuk suatu
kompleks atau khelat yang tidak dapat diabsorbs;
c) Obat terjebak dalam makanan contoh ampisilin;

14
d) Obat diabsropsi obat lain : lincomycin dan kaolin-pektin, obat
dengan karboadsorben;
e) Perubahan ion : cholestryramin-walfarin;
f) Peningkatan absropsi digoksin atau penurunan absropsi
estrogen dalam kontrasepsi oral yang digunakan secara
bersamaan dengan antibiotika.
2) Perubahan pH Cairan Saluran Cerna
Dimana perubahan pH pada cairan saluran cerna akan
mempengaruhi kelarutan dan absropsi obat-obat yang bersifat asam
atau basa. Contoh : pemberian antasida bersamaan dengan
tetrasiklin, maka akan mengurangi absropsi dari tetrasiklin.
3) Perubahan Waktu Pengosongan Lambung dan Waktu Transit
dalam Usus (Motilitas Saluran Cerna)
Umumnya obat diabsropsi di dalam usus, di mana absorbs usus
jauh lebih cepat dibandingkan di lambung. Oleh karena itu, makin
cepat obat sampai ke usus maka makin cepat juga obat diabsropsi.
Obat–obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung akan
mempercepat absropsi obat lain yang diberikan secara bersamaan.
Jika obat-obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung
akan memperlambat absropsi obat lain.
Contoh : Metoklopramid yang mempercepat absropsi
paracetamol, dimana metokloopramid meningkatkan pengosongan
usus, sehingga absorbs obat lain meningkat.
4) Perubahan Flora Usus
Secara normal flora usus berfungsi sebagai :
a) Sintesis vitamin k dan merupakan sumber vitamin k yang
penting
b) Sebagai metabolisme obat ( levodopa )
c) Memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif

15
d) Hidrolisis glukoronid yang di ekresi melalui empedu sehingga
terjadi sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat
( kontrasepsi oral ).

Pemberian antibiotika spektrum luas ( seperti : tetrasiklin,


sulfonamide, ampisilin, kloramfenikol ) akan mempengaruhi flora
usus, sehingga menghambat sintes vitamin K oleh mikroorganisme
usus. Apabila antibiotika ini diberikan bersama antikoagulan oral,
maka efek antikoagulan akan meningkat dan dapat terjadi
pendarahan.

5) Efek Toksik pada Saluran Cerna


Terapi kronik dengan asam mefanamat, neomisin, kolkhisin
menimbulkan sindrom malabsorbsi yang menyebabkan absorbs
obat lain terganggu.
6) Mekanisme Tidak Diketahui
Ada beberapa obat mengurangi jumlah absorbs obat lain
dengan mekanisme yang tidak diketahui. Misalnya ; fenobarbital
yang dapat menguranmgi absorbs griseofulvin dalam saluran cerna.
b. Interaksi Antara Obat dengan Makanan
Interaksi obat dengan makanan masih belum banyak diketahui,
seperti halnya dengan interaksi obat dengan obat lain maka interksi ini
juga mempengaruhi absorbsi obat. Interaksi obat dengan makanan
dapat terjadi karena beberapa hal:
1) Terjadinya perubahan pH dalam lambung, sehingga menyebabkan
penundaan absorbs obat.
2) Perubahan motilitas usus, misal rifampisin dan isoniazida yang
absrobsinya lebih kecil pada pemakaian setelah makan
dibandingkan jika obat tersebut diminum pada waktu lambung
kosong.
3) Terjadinya reaksi kimia yang membentuk kompleks, sama dengan
seperti obat-obat yang mengandung kation multivalent, tetrasiklin

16
akan membentuk khelat dengan makanan yang mengandung ion
kalsium, magnesuium atau besi sehingga susah diabsrobsi.
4) Terjadinya pembentukan senyawa N-nitrosos (nitrosamine) yang
disebut kanserogen. Ini terjadipada zat makanan yang mengandung
nitrit (nitrit biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan
sosis) dengan aminifenazon.
5) Selain menghambat absorbsi obat, ada juga obat-obat tertentu yang
absrobsinya lebih cepat dan sempurna jika diberikan bersama
makanan. Misal : spironolakton atau fenitoin absrobsinya lebih
cepat diberikan bersama makanan dan absorbs griseofulvin
(bersifat lipofil) akan meningkat jika diberikan bersama makanan
yang banyak mengandung lemak. Contoh interaksi obat
berdasarkan indikasi penggunaan obat:
a) Antibiotika
i. Cephalosforin dan penicillin (Konsumsi antibiotik pada saat
perut kosong untuk mempercepat absorbsi).
ii. Eritromisin (Jangan di konsumsi bersama dengan jus buah-
buahan atau grape fruit yang dapat menurunkan efektifitas
obat).
iii. Golongan sulfa (Meningkatkan resiko kekurangan vitamin
B12).
iv. Tetrasiklin (Produk susu dapat mengurangi efektivitas obat,
dan juga menurunkan absorbsi vit. C).
b) Antidepresan
i. MAO Inhibitor (Makanan dengan kadar tyramin yang
tinggi seperti daging yang diproses, bir dan anggur dapat
menyebabkan krisis hipertensi).
ii. Golongan Trisiklik (Banyak makanan terutama daging,
ikan dan makanan kaya vit C dapat menurunkan
penyerapan obat).

17
c) Antihipertensi dan obat jantung
i. ACE Inhibitor (Konsumsi obat pada saat perut kosong,
akan meningkatkan absorbsi obat).
ii. Alfa blocker (Dikonsumsi dengan minuman atau makanan
untuk menghindari kelebihan penurunan tekanan darah).
iii. Anti aritmia (Hindari konsumsi kafein karena
meningkatkan / mempercepat denyut jantung).
iv. Beta blocker (Konsumsi obat pada saat perut kosong.
Makanan terutama daging meningkatkan efek obat dan
menyebabkan pusing serta hipotensi).
v. Digitalis (Hindari mengkonsumsi dengan susu dan
makanan tinggi serat karena menurunkan absorsbi dan
meningkatkan kehilangan kalium).
d) Antikonvulsi
i. Dilantin, Fenobarbital (Meningkatkan resiko anemia dan
masalah yang berhubungan dengan syaraf karena defisiensi
folat dan vit B lainnya).
e) Obat Asma
i. Pseudoefedrin (Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat
meningkatkan rasa cemas dan gelisah).
ii. Theophyllin (Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat
menyebabkan peningkatan toksisitas obat).
f) Tukak Peptik
i. Antasida (Untuk mendapatkan manfaat maksimal,
konsumsi obat 1 jam setelah makan).
ii. Simetidin, Famotidin dan Sukralfat (Hindari makanan
berprotein tinggi, kaffein dan makanan lain yang dapat
meningkatkan keasaman lambung).

18
g) Tranquilizer
i. Benzodiazepine (Tidak boleh dikonsumsi dengan alcohol.
Kafein dapat meningkatkan kecemasan dan mengurangi
efektivitas obat).
h) Penghilang Rasa Sakit
i. Aspirin dan Obat NSAID (Konsumsi makanan terlebih
dahulu untuk mencegah iritasi saluran cerna. Hindari
alcohol karena dapat meningkatkan resiko pendarahan.
Penggunaan yang sering dari obat golongan ini dapat
menurunkan absorbsi folat dan vit C).
i) Sediaan Hormon
i. Kontrasepsi Oral (Makanan yang asin meningkatkan retensi
cairan. Obat ini menurunkan absorbsi folat, vit B6 dan
nutrisi lain. Tingkatkan konsumsi makanan yang kaya
nutrisi dan protein untuk mencegah defisiensi).
ii. Steroid (Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan.
Konsumsi makanan yang kaya kalsium, vit K, kalium dan
protein untuk mencegah defisiensi).
j) Mineral Oil
i. Penggunaan yang berlebihan menyebabkan defisiensi vit A,
D, E dan K.
k) Penurun Kolesterol
i. Cholestyramin (Meningkatkan ekskresi folat dan vit A, D,
E dan K).
ii. Gemfibrozil (Hindari makanan berlemak karena dapat
menurunkan efektivitas obat dalam menurunkan
kolesterol).
l) Anti Jamur
i. Flukonazol, Ketokonazol, Itrakonazol, Griseofulvin
(Hindari makanan atau minuman yang mengandung susu,
keju, yoghurt, es krim atau antasida.Untuk alcohol dapat

19
menyebabkan efek samping berupa mual, , keram perut,
muntah, sakit kepala dan kemerahan dengan panas di
muka).
m) Obat Penghambat enzim (Golongan Statin)
i. Fluvastatin, Lovastatin, Pravastatin (Hindari minum alcohol
karena dapat meningkatkan resiko kerusakan hati).
ii. Simvastatin (Hindari minun lovastatin dan simvastatin
bersama jus grapefruit karena dapat meningkatkan
terjadinya efek samping akibat terjadinya peningkatan
kadar obat dalam tubuh).
c. Interaksi Antara Obat dengan Minuman
Interaksi obat yang dimaksud di sini adalah interaksi obat dengan
minuman berupa teh, susu, kopi, dan alkohol, contoh :
1) Teh mengandung senyawa tanin yang dapat mengikat berbagai
senyawa aktif obat sehingga sukar diabsorbsi atau diserap dari
saluran pencernaan. Contohnya antihistamin, obat yang paling
banyak digunakan untuk mengatasi seperti alergi hidung (rhinitis),
gatal-gatal pada kulit, galidata (urtikaria). Obat yang memberi efek
samping sedasi (rasa kantuk) ini tidak boleh bersamaan dengan
makanan atau minuman yang mengandung tanin. Misalnya, teh
pekat. Tanin akan mengendap pada saluran pencernaan, sehingga
obat akan sulit diabsrobsi. Namun teh encer tidak menjadi masalah
bagi orang yang mengkonsumsi anthihistamin karena kadar taninya
tidak begitu tinggi. Selain pada teh pekat, tanin juga banyak
terdapat pada buah-buahan yang berasa sepat, seperti salak dan
sawo.
2) Susu mempunyai sifat dapat menghambat absorbsi zat-zat aktif
tertentu terutama antibiotika. Jika obat kurang diabsorbsi, berarti
daya khasiat atau kemanjurannya juga akan berkurang, sehingga
penyembuhan mungkin tidak akan tercapai.karena itupemberian
antibiotika, misalnya ampisilin, amoksilin, kloramfenikol dan lain-

20
lain. Jangan minum bersamaan atau berdekatan waktunya dengan
minum susu. Sebaiknya tunggu sekitar dua jam setelah atau
sebelum minum antibiotika, agar penyerpan obat antibiotika
tersebut di saluran pencernaan tidak terganggu.Tidak semua jenis
obat tidak baik dikonsumsi bersama-sama dengan susu. Ada
beberapa obat, terutama yang bersifat mengiritasi lambung, justru
dianjurkan untuk diminum bersama susu atau pada waktu makan.
Gunanya agar susu atau makanan tersebut dapat mengurangi efek
iritasi lambung dari obat yang dikonsumsi. Walaupun susu atau
makanan dapat sedikit mengurangi daya kerja obat tersebut, namun
efek perlindungannya terhadap iritasi lambung lebih bermanfaat
dibandingkan dengan efek penurunan daya kerja obat yang sangat
sedikit.Obat-obat seperti ini, contohnya obat-obat antiinflamasi
nonsteroid seperti asetosal dan ibuprofen, yang biasa diberikan
untk meredakan atau mengurangi rasa sakit, nyeri, atau demam.
Begitu juga obat-obat kortikosteroid yang biasanya digunakan
untuk meredakan inflamasi (misalnya bengkak atau gatal-gatal)
seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon dan lain-lain.
3) Kopi, sebagaimana kita ketahui mengandung kafein. Kafein
bekerja merangsang susunan syaraf pusat. Jadi agar efek stimulan
terhadap susunan syaraf pusat tidak berlebihan, hindari
mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung kafein seperti kopi,
teh, coklat, minuman kola dan beberapa merek minuman berenergi
(energy drink) ketika sedang dalam pengobatan menggunakan
obat-obat yang juga dapat merangsang susunan syaraf pusat seperti
obat-obat asma yang mengandung teofilin atau epinefrin.
4) Alkohol mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap fisiologis
tubuh sehingga dapat menganggu atau bahkan mengubah respons
tubuh terhadap obat yang diberikan. Contohnya, obat-obat
antihistamin atau antialergi ( biasasnya diberikan untuk
meringankan gejala alergi, flu dan batuk 0 umumnya menyebabkan

21
mengantuk. Konsumsi antihistamin bersama dengan alkohol akan
menambah rasa kantuk dan memperlambat performa mental dan
motorik. Alkohol juga akan meningkatkan resiko pendarahan
lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-obat
penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen.
Alkohol juga dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun
tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti propanolol.
Kombinasi alcohol- propanolol dapat menurunkan tekanan darah
secara drastis dan membahayakan.jiwa pasien. Tape, walaupun
sedikit juga mengandung alkohol, terutama tape ketan atau tape
beras. Oleh sebab itusebaiknya kurangi atau hindari makan tape
ketika mengkonsumsi obat-obat yang dapat berinteraksi dengan
alkohol seperti yang diuraikan di atas.
5) Norit yang digunakan untuk kembung dan diare, bersifat menyerap
racun dan zat-zat lainnya di lambung. Sifat inilah sebenarnya yang
dipakai untuk mengurangi kembung dan diare. Namun, norit
menyerap zat-zat di lambung hampir tidak pilih bulu sehingga
obat-obat yang anda minum dalam waktu bersamaan atau dalam
rentang waktu 3-5 jam sekiotar waktu makan norit juga akan ikut
disrap oleh norit. Akibatnya, penyerapan obat oleh tubuh justru
berkurang sehingga efek atau khasiat obat yang diminum
berkurangb dan efek pengobatan tidak dapat dicapai.
d. Interaksi dengan Zat Lain
1) Mineral seperti kalsium, magnesium, aluminium dan zat besi dapat
bereaksi dengan beberapa obat tertentu, misalnya antibiotika
tetrasiklin dan turunan fluoroquinolon seperti ciprofloxacin,
levofloxacin dan trovafloxacin. Membentuk senyawa yang sukar
diabsropsi atau diserap oleh tubuh. Jika ini terjadi, maka tujuan
pengobatan dengan antibiotika untuk membunuh kuman penyakit
di dalam tubuh akan terganggu dan mungkin tidak tercapai. Untuk
obat jantung, dibarengi dengan asupan makanan atau minuman

22
yang mengandung kalium, seperti salak. Pasalnya, obat jantung
akan menimbulkaan kontraksi tersebut. Satu penelitiaan
mengungkapkan bahwa penurunan absropsi antibiotika karena drug
interaction dengan mineral-mineral tersebut dapat mencapai 50-75
persen.
2) Natrium ( garam dapur ) akan mengurangi efek dari obat diuretik
yang bertujuan untuk mengeluarkan garam dari tubuh sebagai anti
hipertensi. Natrium terbanyak terbanyak terdapat pada garam dapur
(natrium klorida 0), juga pada makanan yang asin-asin dan
mengandung banyak garam.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi
perubahan efek. Interaksi tidak hanya terjadi antara obat dengan obat tetapi
dapat juga terjadi antara obat dengan makanan. Interaksi dapat memberikan
keuntungan dan kerugian. Interaksi obat dapat terjadi pada berbagai tahap
mulai dari meracik obat sampai obat tersebut dikeluarkan dari tubuh.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan metode prospektif untuk mengevaluasi
obat yang diberikan dan mencegah kemungkinan terjadinya interaksi obat
yang bermakna secara klinis.

24
DAFTAR PUSTAKA

Muhlis, M. 2006. Drug Interaction. Jakarta

Sinaga, E. 2005. Interaksi antara beberapa obat. Sumber Republika.


Jakarta

Dr.R. Soetiono Gapar, 2003. Interaksi Obat Beta – Blocker dengan Obat –
Obat lain, jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara. Medan

Ganiswara G. sulistia, et al., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4, cetak


ulang 2005, fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta. Hal 
800 – 810

25

Anda mungkin juga menyukai