Disusun Oleh:
Kelompok 4
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan kesehatan bagi kita
semua. Sholawat serta salam dihaturkan kepada baginda kita Nabi Muhammad
SAW. Dan beserta para sahabat yang telah memperjuangkan islam, karena berkat
merekalah kita dapat merasakan kehangatan dan indahnya islam.
Makalah dengan judul “Interaksi Obat”. Penulis menyadari bahwa makalah ini
tidak terwujud tanpa adanya dorongan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa
pihak.
Penulis menyadari banyaknya kelemahan dan kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan, khususnya di STIKES
CITRA DELIMA. Akhir kata, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan
demi perbaikan dan pengembangan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
A. Interaksi Obat Fase Farmasetik/Inkompatbilitas Obat....................................................
a. Definisi Inkompatibilitas....................................................................................3
b. Inkompatibilitas kimia........................................................................................4
c. Inkompatibilitas Fisika.......................................................................................4
B. Interaksi Obat dengan Obat + Contoh............................................................................
C. Interaksi obat dengan Makanan + Contoh......................................................................
D. Interaksi Obat dengan Minuman + Contoh..................................................................
E. Interaksi Obat engan Nutrient + Contoh......................................................................
F. Tips Menghindari Interaksi Obat.................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu
interaksi antar suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja
salah satu atau keduanya, atau menyebabkan efek samping tak diduga.
Interaksi obat merupakan perubahan aktivitas farmakologi suatu obat
karena pemakaian dua atau lebih obat secara bersamaan sehingga
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan. Dalam beberapa hal,
interaksi obat dapat menguntungkan tetapi juga dapat merugikan bahkan
membahayakan bagi kesehatan. Pada prinsipnya interaksi obat dapat
menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi
atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat dapat
menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena
meningkatnya efek samping dari obat-obat tertentu. Risiko kesehatan dari
Interaksi obat ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat
obat namun bisa pula fatal.
Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama
dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan effek yang
menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan effek yang
merugikan atau membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan
effek yang tidak diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin
seringnya penggunaan apa yang dinamakan “Polypharmacy” atau “Multiple
Drug Therapy”. Sudah kita maklumi bersama bahwa biasanya penderita
menerima resep dari dokter yang memuat lebih dari dua macam obat. Belum
lagi kebiasaan penderita yang pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit
yang sama dan mendapat resep obat yang baru. Kemungkinan lain terjadinya
interaksi obat adalah akibat kebiasaan beberapa penderita untuk mengobati
diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli di toko-toko obat secara bebas.
Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah bila kita mempunyai
1
pengetahuan farmakologi tentang obat-obat yang dikombinasikan. Tetapi
haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah yang kita sangka,
mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang penderita yang
menerima pengobatan polypharmacy cukup banyak.
Mekanisme interaksi obat bermacam-macam dan kompleks. Untuk itu,
dalam makalah ini akan dibahas mengenai waktu transport obat dalam darah
serta efek-efek yang diberikan dari obat-obat yang berinteraksi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat?
2. Apa yang dimaksud dengan inkompatilibitas?
3. Apa yang dimaksd dengan inkompatinilitas kimia?
4. Apa yang dimaksud dengan inkompatibilitas fisika?
5. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat dengan obat berserta
contohnya?
6. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat dengan makanan berserta
contohnya?
7. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat dengan minuman berserta
contohnya?
8. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat dengan nutrient berserta
contohnya?
9. Apa saja tips untuk menghindari interaksi obat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari
lingkungan atau dengan obat lain. Interaksi antara obat dengan obat
didefinisikan sebagai modifikasi efek dari suatu obat karena kehadiran
obat yang lain, baik diberikan sebelumnya atau bersama-sama.
Warna zat yang termasuk dalam sifat disika sediaan obat. Adanya
inkompatibilitas tidak selalu merubah warna sediaan obat karena
inkompatibilitas dapat terjadi secara kimia yaitu inkompatibilitas
farmakokinetika atau farmakodinamika. Inkompatibilitas yang terjadi akan
mempengaruhi kualitas obat sediaan parenteral serta efek terapeutiknya.
b. Inkompatibilitas kimia
Inkompatibilitas kimia atau tak tercampurkan obat secara kimia
adalah peristiwa terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan
pada waktu mencampurkan obat atau bahan obat karena reaksi kimia
sehingga terjadi perubahan susunan kimia. Bahan obat yang dicampurkan
tiak memberikan hasil yang homogen dan efek yang tidak sesuai dengan
tujuan terapi. Beberapa peristiwa yang terjadi pada inkompatibilitas kimia
antara lain reaksi pengendapan, Asam dengan basa, Oksidasi atau reduksi,
Terjadinya perubahan warna, Terjadinya peruraian, Reaksi dengan sediaan
galenik.
Inkompatibilitas farmasetis dapat terjadi baik pada sediaan padat
seperti sediaan pulveres, pulvis, kapsul, pil, supositoria maupun sediaan
semi padat seperti unguenta dan sediaan cair.
c. Inkompatibilitas Fisika
Inkompatibilitas fisika atau tak tercampuraya obat secara fisika adalah
peristiwa terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada
waktu mencampurkan obat atau bahan obat secara fisika tanpa ada
perubahan susunan kimianya. Bahan obat yang dicampurkan tidak
menghasilkan suatu campuran yang homogen dan efek yang tidak sesuai
dengan tujuan terapi.
Obat tidak dapat larut (insolubility), Obat tidak dapat campur
(immiscibility), Terjadinya pengendapan secara fisika (precipitation),
4
Terjadinya pencairan zat padat (liquifaction), Pemadatan (solidification),
Adsorpsi (adsorption).
Adapun pengentasan dalam inkompatibilitas Fisika yaitu:
1. Modifikasi urutan pencampuran
2. Penambahan pelarut
3. Pergantian btk eksipien/bhn aktif (Asetosal tdk boleh dlm larutan krn
akan terurai menjadi as. salisilat + as. Asetat
4. Memperbesar volume
5. Emulsifikasi (cairan-cairan tdk mau gabung + emulgator)
6. Pembuatan suspensi (suspensi: padatan-cairan, sukar larut +
suspending agent)
7. Penambahan / pengurangan bahan
8. Pemisahan obat (obat 1 diminum dl, sedang bbrp jam obat 2 baru
diminum)
B. Interaksi Obat dengan Obat + Contoh
Interaksi obat dengan obat adalah interaksi suatu obat dengan obat lain
dalam saluran pencernaan, dimana interaksi ini terjadi pada sebelum obat
diabsropsi oleh saluran pencernaan (usus).sehingga dapat menggangu absropsi
salah satu obat. Faktor atau mekanisme kerja terjadinya interaksi obat dalam
gastrointestinal:
a. Interaksi langsung
Adalah interaksi secara fisika atau kimia antara obat dalam lumen saluran
cerna sebelum diabsropsi sehingga menganggu proses absropsi.
mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absropsi obat dalam GI tract
dipengaruhi banyak faktor antara lain ; berubahnya kecepatan aliran darah
GI, motilitas gi, pH GI, kelarutan obat, metabolisme GI atau mucosa GI,
terbentuknya komplek yang tidak larut.
Contoh:
1. Penurunan motilitas Gastroitestinal, disebabkan karena obat-obat
golongan morfin dan obat-obat dengan efek antikolinergik misalnya
antidepresan trisiklik.
5
2. Pemberian obat tetrasiklin bersama obat dengan kation multivalent
( Ca, Mg, Fe, Al ) maka akan terbentuk suatu kompleks atau khelat
yang tidak dapat diabsorbs.
3. Obat terjebak dalam makanan contoh ampisilin.
4. Obat diabsropsi obat lain : lincomycin dan kaolin-pektin, obat dengan
karboadsorben.
5. Perubahan ion : cholestryramin-walfarin.
6. Peningkatan absropsi digoksin atau penurunan absropsi estrogen dalam
kontrasepsi oral yang digunakan secara bersamaan dengan antibiotika.
b. Perubahan pH cairan saluran cerna
Dimana perubahan pH pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi
kelarutan dan absropsi obat-obat yang bersifat asam atau basa.
Contoh: Pemberian antasida bersamaan dengan tetrasiklin, maka akan
mengurangi absropsi dari tetrasiklin.
c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus
(motilitas saluran cerna).
Umumnya obat diabsropsi di dalam usus, di mana absorbs usus jauh
lebih cepat dibandingkan di lambung. Oleh karena itu, makin cepat obat
sampai ke usus maka makin cepat juga obat diabsropsi. Obat-obat yang
memperpendek waktu pengosongan lambung akan mempercepat absropsi
obat lain yang diberikan secara bersamaan. Jika obat-obat yang
memperpanjang waktu pengosongan lambung akan memperlambat
absropsi obat lain.
Contoh : Metoklopramid yang mempercepat absropsi paracetamol,
dimana metokloopramid meningkatkan pengosongan usus, sehingga
absorbs obat lain meningkat.
d. Perubahan flora usus
Secara normal flora usus berfungsi sebagai :
1. Sintesis vitamin k dan merupakan sumber vitamin k yang penting
2. Sebagai metabolisme obat ( levodopa )
3. Memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif
6
4. Hidrolisis glukoronid yang di ekresi melalui empedu sehingga terjadi
sirkulasi enterohepatik yang memperpanjang kerja obat ( kontrasepsi
oral )
7
d. Terjadinya pembentukan senyawa N-nitrosos (nitrosamine) yang disebut
kanserogen. Ini terjadipada zat makanan yang mengandung nitrit (nitrit
biasanya digunakan sebagai pengawet daging dan sosis) dengan
aminifenazon.
e. Selain menghambat absorbsi obat, ada juga obat-obat tertentu yang
absrobsinya lebih cepat dan sempurna jika diberikan bersama makanan.
Misal : spironolakton atau fenitoin absrobsinya lebih cepat diberikan
bersama makanan dan absorbs griseofulvin (bersifat lipofil) akan
meningkat jika diberikan bersama makanan yang banyak mengandung
lemak.
8
3. Antihipertensi dan obat jantung
ACE Inhibitor
Konsumsi obat pada saat perut kosong, akan meningkatkan
absorbsi obat.
Alfa blocker
Dikonsumsi dengan minuman atau makanan untuk menghindari
kelebihan penurunan tekanan darah.
Anti aritmia
Hindari konsumsi kafein karena meningkatkan / mempercepat
denyut jantung.
Beta blocker
Konsumsi obat pada saat perut kosong. Makanan terutama daging
meningkatkan efek obat dan menyebabkan pusing serta hipotensi.
Digitalis
Hindari mengkonsumsi dengan susu dan makanan tinggi serat
karena menurunkan absorsbi dan meningkatkan kehilangan kalium.
4. Antikonvulsi
Dilantin, Fenobarbital
Meningkatkan resiko anemia dan masalah yang berhubungan
dengan syaraf karena defisiensi folat dan vit B lainnya.
5. Obat Asma
Pseudoefedrin
Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat meningkatkan rasa
cemas dan gelisah.
Theophyllin
Hindari mengkonsumsi kafein karena dapat menyebabkan
peningkatan toksisitas obat.
6. Tukak Peptik
Antasida
9
Untuk mendapatkan manfaat maksimal, konsumsi obat 1 jam
setelah makan.
Simetidin, Famotidin dan Sukralfat
Hindari makanan berprotein tinggi, kaffein dan makanan lain yang
dapat meningkatkan keasaman lambung.
7. Tranquilizer
Benzodiazepine
Tidak boleh dikonsumsi dengan alcohol. Kafein dapat
meningkatkan kecemasan dan mengurangi efektivitas obat.
8. Penghilang Rasa Sakit
Aspirin dan Obat NSAID
Konsumsi makanan terlebih dahulu untuk mencegah iritasi saluran
cerna. Hindari alcohol karena dapat meningkatkan resiko
pendarahan. Penggunaan yang sering dari obat golongan ini dapat
menurunkan absorbsi folat dan vit C.
9. Sediaan Hormon
Kontrasepsi Oral
Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Obat ini
menurunkan absorbsi folat, vit B6 dan nutrisi lain. Tingkatkan
konsumsi makanan yang kaya nutrisi dan protein untuk mencegah
defisiensi.
Steroid
Makanan yang asin meningkatkan retensi cairan. Konsumsi
makanan yang kaya kalsium, vit K, kalium dan protein untuk
mencegah defisiensi.
10. Mineral Oil
Penggunaan yang berlebihan menyebabkan defisiensi vit A, D, E
dan K.
10
D. Interaksi Obat dengan Minuman + Contoh
Interaksi obat yang dimaksud di sini adalah interaksi obat dengan
minuman berupa teh, susu, kopi, dan alkohol, contoh :
a. Teh mengandung senyawa tanin yang dapat mengikat berbagai senyawa
aktif obat sehingga sukar diabsorbsi atau diserap dari saluran pencernaan.
Contohnya antihistamin, obat yang paling banyak digunakan untuk
mengatasi seperti alergi hidung (rhinitis), gatal-gatal pada kulit, galidata
(urtikaria). Obat yang memberi efek samping sedasi (rasa kantuk) ini
tidak boleh bersamaan dengan makanan atau minuman yang mengandung
tanin. Misalnya, teh pekat. Tanin akan mengendap pada saluran
pencernaan, sehingga obat akan sulit diabsrobsi. Namun teh encer tidak
menjadi masalah bagi orang yang mengkonsumsi anthihistamin karena
kadar taninya tidak begitu tinggi. Selain pada teh pekat, tanin juga banyak
terdapat pada buah-buahan yang berasa sepat, seperti salak dan sawo.
b. Susu mempunyai sifat dapat menghambat absorbsi zat-zat aktif tertentu
terutama antibiotika. Jika obat kurang diabsorbsi, berarti daya khasiat atau
kemanjurannya juga akan berkurang, sehingga penyembuhan mungkin
tidak akan tercapai.karena itupemberian antibiotika, misalnya ampisilin,
amoksilin, kloramfenikol dan lain-lain. Jangan minum bersamaan atau
berdekatan waktunya dengan minum susu. Sebaiknya tunggu sekitar dua
jam setelah atau sebelum minum antibiotika, agar penyerpan obat
antibiotika tersebut di saluran pencernaan tidak terganggu.Tidak semua
jenis obat tidak baik dikonsumsi bersama-sama dengan susu. Ada
beberapa obat, terutama yang bersifat mengiritasi lambung, justru
dianjurkan untuk diminum bersama susu atau pada waktu makan.
Gunanya agar susu atau makanan tersebut dapat mengurangi efek iritasi
lambung dari obat yang dikonsumsi. Walaupun susu atau makanan dapat
sedikit mengurangi daya kerja obat tersebut, namun efek perlindungannya
terhadap iritasi lambung lebih bermanfaat dibandingkan dengan efek
penurunan daya kerja obat yang sangat sedikit.Obat-obat seperti ini,
contohnya obat-obat antiinflamasi nonsteroid seperti asetosal dan
11
ibuprofen, yang biasa diberikan untk meredakan atau mengurangi rasa
sakit, nyeri, atau demam. Begitu juga obat-obat kortikosteroid yang
biasanya digunakan untuk meredakan inflamasi (misalnya bengkak atau
gatal-gatal) seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon dan lain-lain
c. Kopi, sebagaimana kita ketahui mengandung kafein. Kafein bekerja
merangsang susunan syaraf pusat. Jadi agar efek stimulan terhadap
susunan syaraf pusat tidak berlebihan, hindari mengkonsumsi bahan-
bahan yang mengandung kafein seperti kopi, teh, coklat, minuman kola
dan beberapa merek minuman berenergi (energy drink) ketika sedang
dalam pengobatan menggunakan obat-obat yang juga dapat merangsang
susunan syaraf pusat seperti obat-obat asma yang mengandung teofilin
atau epinefrin
d. Alkohol mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap fisiologis tubuh
sehingga dapat menganggu atau bahkan mengubah respons tubuh
terhadap obat yang diberikan. Contohnya, obat-obat antihistamin atau
antialergi ( biasasnya diberikan untuk meringankan gejala alergi, flu dan
batuk 0 umumnya menyebabkan mengantuk. Konsumsi antihistamin
bersama dengan alkohol akan menambah rasa kantuk dan memperlambat
performa mental dan motorik. Alkohol juga akan meningkatkan resiko
pendarahan lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-
obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol
juga dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun tekanan darah
tinggi golongan beta-blocker seperti propanolol. Kombinasi alcohol-
propanolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan
membahayakan.jiwa pasien. Tape, walaupun sedikit juga mengandung
alkohol, terutama tape ketan atau tape beras. Oleh sebab itusebaiknya
kurangi atau hindari makan tape ketika mengkonsumsi obat-obat yang
dapat berinteraksi dengan alkohol seperti yang diuraikan di atas.
e. Norit yang digunakan untuk kembung dan diare, bersifat menyerap racun
dan zat-zat lainnya di lambung. Sifat inilah sebenarnya yang dipakai
untuk mengurangi kembung dan diare. Namun, norit menyerap zat-zat di
12
lambung hampir tidak pilih bulu sehingga obat-obat yang anda minum
dalam waktu bersamaan atau dalam rentang waktu 3-5 jam sekiotar waktu
makan norit juga akan ikut disrap oleh norit. Akibatnya, penyerapan obat
oleh tubuh justru berkurang sehingga efek atau khasiat obat yang
diminum berkurangb dan efek pengobatan tidak dapat dicapai
13
kelat misalnya, maka pemberian dengan jeda waktu yang lebar dapat
menghindarkan interaksinya.
2. Tetapi jika mekanismenya adalah mempengaruhi metabolisme obat
sehingga menyebabkan kadar obat lain meningkat atau berkurang, maka
mengatasinya adalah dengan penyesuaian dosis obat, karena hanya
memberi jeda waktu pemberian tidak akan mengurangi dampak
interaksinya.
3. Jika pemberian jeda pemberian dan penyesuaian dosis tidak dapat
mencegah dampak interaksi, maka cara lain menghindari interaksi obat
adalah dengan mengganti obat yang berinteraksi dengan obat lain yang
kegunaannya sama, tetapi kurang berinteraksi.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Hendera dan Sri Rahayu. 2018. Interaksi Antar Obat pada Peresepan Pasien
Rawat Inap Pediatrik Rumah Sakit X dengan Menggunakan Aplikasi
Medscape. Journal Of Current Pharmaceutical Sciences. Vol 1(2): 75-80
Dr.R. Soetiono Gapar, 2003. Interaksi Obat Beta-Blocker dengan Obat-Obat lain
jurnal penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Ganiswara G. sulistia, et al., 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi 4, cetak ulang
2005, fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta. Hal 800 – 810
16