Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

Untuk memenuhi mata kuliah Interaksi Obat dan Makanan

Oleh :

Rofi'ah Nur Aini P17111173048


Interaksi Obat dengan Makanan Enteral, Alkohol dan Kafein

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
MALANG
2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat akibat obat lain
yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, sehingga keefektifan atau
toksisitas satu obat atau lebih berubah (Fradgley, 2003).
Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan atau minuman
yang dikonsumsi oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam kehidupan sehari-hari,
tidak jarang seorang penderita mendapat obat lebih dari satu macam obat, menggunakan
obat ethical, obat bebas tertentu selain yang diresepkan oleh dokter maupun
mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu seperti alkohol, kafein. Perubahan efek
obat akibat interaksi obat dapat bersifat membahayakan dengan meningkatnya toksisitas
obat atau berkurangnya khasiat obat. Namun, interaksi dari beberapa obat juga dapat
bersifat menguntungkan seperti efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta-
bloker dalam pengobatan hipertensi (Fradgley, 2003).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana interaksi obat dengan makanan enteral, alkohol dan kafein.

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui interaksi obat dengan makanan enteral.
b. Mengetahui interaksi obat dengan alkohol.
c. Mengetahui interaksi obat dengan kafein.

D. Manfaat Penulisan
a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
b. Setelah penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
mengenai interaksi obat dengan makanan enteral, alkohol dan kafein.
BAB II

ISI

2.1 Definisi Interaksi Obat

Menurut Retno Gitawati (2012) menyebutkan bahwa interaksi obat terjadi jika efek suatu
obat (index drug) berubah akibat adanya obat lain (precipitant drug), makanan atau
minuman.Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki (Desirable Drug
Interaction), atau efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs)
yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan atau toksisitas karena meningkatnya
kadarobat di dalam plasma atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang
menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal. Sejumlah besar obat baru yang dilepas di
pasaran setiap tahunnya menyebabkan munculnya interaksi baru antar obat akan semakin sering
terjadi.

2.2 Mekanisme Kerja Interaksi

- INTERAKSI FARMASETIK

Interaksi ini adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan / disiapkan
sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang
dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Bentuk
interaksi ini ada 2 macam :

1. Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutan


2. Interaksi secara khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau
terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam
penyimpanan.

- INTERAKSI FARMAKOKINETIKA

Interaksi ini adalah akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada absorbsi, metabolisme,
distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain. Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam
hal mempengaruhi absorbsi pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma,
metabolisme dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi atau dipercepat.

- INTERAKSI FARMAKODINAMIK

Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja
fisiologis obat lain. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi :

1. Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ (sinergisme).
2. Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ).
3. Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah. Kebanyakkan interaksi
obat diakibatkan terjadinya perubahan absorbsi, distribusi, metabolismedan ekskresi obat.
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh interaksi obat : Potensiasi, kerusakan dan toksik atau
efek samping.

2.3 Interaksi antara Obat dengan Obat

Perubahan efek obat akibat interaksi obat sangat bervariasi diantara individu karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti dosis, kadar obat dalam darah, rute pemberian obat,
metabolisme obat, durasi terapi dan karakteristik pasien seperti umur, jenis kelamin, unsur
genetik dan kondisi kesehatan pasien (Fradgley, 2003). Tidak semua interaksi obat akan
bermakna secara signifikan, walaupun secara teoritis mungkin terjadi. Banyak interaksi obat
yang kemungkinan besar berbahaya terjadi hanya pada sejumlah kecil pasien. Namun demikian
seorang farmasis perlu selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya efek merugikan akibat
interaksi obat ini untuk mencegah timbulnya resiko morbiditas atau bahkan mortalitas dalam
pengobatan pasien.

2.4 Interaksi antara Obat dengan Makanan

Pada pasien dengan penurunan kesadaran atau mengalami disfagia, sering dilakukan
tindakan intubasi dan pemasangan selang enteral (misal naso gastric tube/ NGT). Selain sebagai
sarana pemberian makanan, selang enteral juga dapat dijadikan salah satu jalur pemberian obat.
Pengobatan pada pasien yang diintubasi atau terpasang selang enteral memiliki berbagai
tantangan yang berkaitan dengan keamanan dan efisiensi pengobatan.
Hal lain yang harus diperhatikan dalam pemberian obat melalui selang enteral adalah
adanya kemungkinan interaksi obat. Interaksi yang terjadi dapat berupa interaksi obat dengan
makanan atau cairan nutrisi, interaksi obat dengan obat, bahkan juga mungkin terjadi interaksi
antara obat dengan material selang. Interaksi farmasetik dapat terjadi apabila puyer atau isi dari
kapsul yang dibuka bercampur dengan makanan atau minuman yang akan memengaruhi efek
obat. Interaksi antara obat dengan makanan bersifat kompleks.

Beberapa mekanisme interaksi obat dengan makanan, antara lain : (1) interaksi kimiawi,
misalnya zat nutrisi berikatan dengan obat dan menurunkan absorpsinya; (2) interaksi fisikal
antara formulasi obat dengan formulasi nutrien menyebabkan perubahan konsistensi nutrisi
enteral, dan kemungkinan sumbatan selang enteral; (3) interaksi antara obat dengan nutrien
spesifik yang berhubungan dengan metabolisme obat; (4) hilangnya efek obat akibat gangguan
absorpsi, peningkatan klirens obat atau hambatan efek farmakologi (interaksi farmakodinamik)
akibat adanya makanan.

2.5 Interaksi antara Obat dengan Minuman

Interaksi obat dengan minuman contohnya seperti kopi dan alkohol.

a. Kopi, sebagaimana kita ketahui mengandung kafein. Kafein bekerja merangsang susunan
syaraf pusat. Jadi agar efek stimulant terhadap susunan syaraf pusat tidak berlebihan,
hindari mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung kafein seperti kopi, the, coklat,
minuman kola dan beberapa merek minuman berenergi (energy drink) ketika sedang
dalam pengobatan menggunakan obat-obat yang juga dapat merangsang susunan syaraf
pusat seperti obat-obat asma yang mengandung teofilin atau epinefrin.
b. Alkohol mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap fisiologis tubuh sehingga dapat
mengganggu atau bahkan mengubah respons tubuh terhadap obat yang diberikan.
Contohnya obat-obat antihistamin atau antialergi (biasanya diberikan untuk meringankan
gejala alergi, flu, dan batuk) yang umumnya menyebabkan mengantuk. Konsumsi
antihistamin bersama dengan alkohol akan menambah rasa kantuk dan memperlambat
performa mental dan motorik. Alkohol juga akan meningkatkan resiko pendarahan
lambung dan kerusakan hati jika dikonsumsi bersama obat-obat penghilang rasa sakit
seperti parasetamol atau asetaminofen. Alkohol juga dilarang diminum bersama dengan
obat-obat penurun tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti propranolol.
Kombinasi alkohol-propanolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan
membahayakan jiwa pasien. Makanan tape walaupun sedikit juga mengandung alkohol,
terutama tape ketan atau tape beras. Oleh sebab itu sebaiknya kurangi atau hindari makan
tape ketika mengkonsumsi obat-obat yang dapat berinteraksi dengan alkohol.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Interaksi obat saling berpengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek.
2. Interaksi tidak hanya terjadi antara obat dengan obat tetapi juga dapat terjadi antara obat
dengan makanan maupun minuman.
3. Interaksi obat dapat memberikan keuntungan maupun kerugian.
DAFTAR PUSTAKA

Angelia, F. (n.d.). Tinjauan Pemberian Obat Melalui Selang Enteral Review of Drug
Administration Via Enteral Feeding Tubes. 27–33.

Bahri, S. Interaksi Makanan dan Obat. http://ocw.usu.ac.id/course/download/1129-INTERAKSI-


OBAT/io_slide_interaksi_:_makanan_dan_obat.pdf, Diakses 7 Februari 2020

Fradgley S, 2003, Interaksi obat , dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien (Aslam M, Tan CK, Prayitno A, Ed), PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, hal 119 – 134.

Obat, I., & Beberapaimplikasinya, D. A. N. (2012). Interaksi Obat Dan Beberapa Implikasinya.
Media of Health Research and Development, 18(4 Des), 175–184.
https://doi.org/10.22435/mpk.v18i4Des.1086.

Rahmawati, F., Handayani, R., & Gosal, V. (2006). Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah
Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta A retrospective study on drug interactions in Dr.
Sardjito Hospital Yogyakarta. Fita Rahmawati Majalah Farmasi Indonesia, 17(4), 177–183.

Anda mungkin juga menyukai