Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EFEK MAKANAN PADA TERAPI OBAT

Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Imunologi Gizi

Disusun oleh :

LUJENG PO.
RIKA AGUSTINA PO.62.31.3.22.409
YETRI PO.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA PROGRAM


STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

TAHUN AJARAN 2022/2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya
kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah yang berjudul “Efek Makanan
Pada Terapi Obat” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Imunologi Gizi. Selain ltu makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi kita semua baik bagi pembaca dan bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Imunologi gizi
untuk bimbingan materinya dan ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
anggota kelompok 4 dalam mengerjakan tugas kelompok mata kuliah Imunologi Gizi
yang telah saling bantu membantu untuk menyelesaikan tugas kelompok makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Palangka raya, 18 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi respon
tubuh terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat
kimia atau dengan obat lain. Dikatakan terjadi interaksi apabila makanan, minuman, zat
kimia, dan obat lain tersebut mengubah efek dari suatu obat yang diberikan bersamaan
atau hampir bersamaan (Ganiswara, 2000). Beberapa obat sering diberikan secara
bersamaan pada penulisan resep, maka mungkin terdapat obat yang kerjanya
berlawanan. Obat pertama dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau
memperpendek kerja obat kedua. Interaksi obat harus lebih diperhatikan, karena
interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan tingkat
kerusakan-kerusakan pada pasien, dengan demikian jumlah dan tingkat keparahan kasus
terjadinya interaksi obat dapat dikurangi (Mutschler, 1991). Kejadian interaksi obat yang
mungkin terjadi diperkirakan berkisar antara 2,2% sampai 30% dalam penelitian pasien
rawat inap di rumah sakit, dan berkisar antara 9,2% sampai 70,3% pada pasien di
masyarakat. Kemungkinan tersebut sampai 11,1% pasien yang benar-benar mengalami
gejala yang diakibatkan oleh interaksi obat (Fradgley, 2003).

Interaksi obat merupakan masalah penting yang mengakibatkan ribuan orang harus di
rumah sakit. Interaksi demikian telah menimbulkan gangguan yang serius sehingga
kadang-kadang menyebabkan kematian. Yang lebih sering terjadi adalah interaksi yang
meningkatkan toksisitas atau turunya efek terapi pengobatan sehingga pasien tidak
merasa sehat kembali atau tidak cepat sembuh sebagaimana seharusnya (Harknoss,
1989). Saat kita mendapatkan obat dari apotik, kita sering diberi tahu bahwa obat
sebaiknya diminum sebelum atau sesudah makan. Kita kadang tidak tahu, untuk apa

ii
sebenarnya hal tersebut harus dilakukan. Mengapa obat tertentu harus diminum sebelum
makan dan obat lainnya harus diminum sesudah makan. Hal itu sebenarnya berkaitan
dengan masalah interaksi obat, sebagai salah satu langkah unttuk menghindari terjadinya
interaksi dari suatu obat yang merugikan ( Lulukria, 2010). Secara singkat dikatakan
interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat yang lainnya. Kerja obat yang
diubah dapat menjadi lebih atau kurang efektif (Harknoss, 1989). Untuk mendapatkan
efek obat harus berinteraksi dengan reseptor tetapi adakalanya obat berinteraksi dengan
faktor lain yang dapat meningkatkan atau mengurangi efek dari obat tersebut, antara
lain: faktor lingkungan, kondisi fisiologi tubuh, metabolisme tubuh, farmakodinamik,
farmakokinetik, dan makanan.
Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi interaksi obat.
Pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang. Karena itu, pada banyak
bahan obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian makanan pada saat yang
sama pada kinetika obat. Pada sejumlah senyawa makanan menyebabkan peningkatan,
penundaan, dan penurunan absorbsi obat (Mutschler, 1999). Makanan dapat berikatan
dengan obat, sehingga mengakibatkan absorbsi obat berkurang atau lebih lambat. Sebuah
contoh diskusi tentang makanan yang berikatan dengan obat adalah interaksi tetrasiklin
dengan produk-produk dari susu. Akibatnya adalah penurunan konsentrasi tetrasiklin
dalam plasma. Oleh karena adanya efek pengikatan ini, maka tetrasiklin harus dimakan
satu jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan tidak boleh dimakan dengan susu
(Hayes et al., 1996). Jadi interaksi obat merupakan sarana bagi semua pihak. Pasien,
dokter dan farmasis harus bekerjasama, untuk upaya memaksimalisasi pemakiaan obat
demi kepentingan pasien. Di era informasi yang serba cepat dan mudah seperti sekarang
ini, masyarakat mestinya semakin menyadari untuk menjadi mitra aktif dalam menjaga
pemeliharaan kesehatannya sendiri dan keluarga (Harknoss, 1989).

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini sebagai berikut :
a. Pengertian Interaksi Obat
b. Pengertian Makanan
c. Bagaimana proses Interaksi obat dengan makanan
d. Farmakologi interaksi obat dan makanan

C. TUJUAN MASALAH

ii
a. Untuk mengetahui tentang interaksi obat
b. Untuk mengetahui tentang makanan
c. Untuk mengetahui Interaksi obat dengan makanan
d. Untuk mengetahui Farmakologi obat dan makanan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Interaksi Obat


Interaksi Obat Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi
aktivitas obat, yaitu meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau menghasilkan efek
baru yang tidak diinginkan atau direncanakan. Interaksi dapat terjadi antar-obat atau
antara obat dengan makanan serta obat-obatan herbal. Secara umum, interaksi obat
ii
harus dihindari karena kemungkinan hasil yang buruk atau tidak terduga. Beberapa
interaksi obat bahkan dapat berbahaya bagi Anda. Misalnya, jika Anda memiliki
tekanan darah tinggi Anda bisa mengalami reaksi yang tidak diinginkan jika Anda
mengambil dekongestan hidung. Namun, interaksi obat juga dapat dengan sengaja
dimanfaatkan, misalnya pemberian probenesid dengan penisilin sebelum produksi
massal penisilin. Karena penisilin sulit waktu itu sulit diproduksi, kombinasi itu
berguna untuk mengurangi jumlah penisilin yang dibutuhkan. Ada beberapa
mekanisme oleh obat yang berinteraksi dengan obat-obatan lain, makanan, dan bahan
lainnya. Interaksi dapat terjadi apabila ada peningkatan atau penurunan dalam:
(1) penyerapan obat yang masuk ke dalam tubuh;
(2) distribusi obat dalam tubuh;
(3) perubahan yang dibuat pada obat oleh tubuh (metabolisme)
(4) penghapusan obat dari badan.
Sebagian besar hasil penting dari interaksi obat perubahan dari dalam
penyerapan, metabolisme, atau penghapusan dari obat. Interaksi obat juga dapat
terjadi bila dua obat yang sama (tambahan) efek atau berlawanan (membatalkan) efek
bertindak bersama pada tubuh. Sumber lain dari interaksi obat terjadi ketika obat
mengubah satu konsentrasi dari bahan yang biasanya hadir di dalam tubuh.
Perubahan yang substansi ini mengurangi atau meningkatkan efek obat lain yang
sedang diambil. Interaksi obat antarawarfarin (Coumadin) dan vitamin K yang
mengandung produk adalah contoh yang baik dari jenis interaksi. Warfarin bertindak
dengan mengurangi konsentrasi bentuk aktif vitamin K didalam tubuh. Karena itu,
bila vitamin K diambil, ia akan mengurangi efek warfarin.
2. Definisi Makanan
Makanan adalah bahan, yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan,
dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Cairan dipakai
untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi kata ‘makanan’ juga bisa dipakai.
Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan kiasan, seperti “makanan untuk pemikiran”.
Kecukupan makanan dapat dinilai dengan status gizi secara antropometri. Makanan
yang dibutuhkan manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun ataupun beternak
yang meliputi sumber hewan dan tumbuhan. Beberapa orang menolak untuk memakan
makanan dari hewan seperti, daging, telur dan lain-lain. Mereka yang tidak suka
memakan daging dan sejenisnya disebut vegetarian yaitu orang yang hanya memakan
sayuran sebagai makanan pokok mereka.

ii
3. Interaksi obat dengan Makanan
Pemberian obat-obatan merupakan bagian dari terapi medis terhadap pasien.
Ketika dikonsumsi, obat dapat mempengaruhi status gizi seseorang dengan
mempengaruhi makanan yang masuk (drug-food interaction). Hal sebaliknya juga
dapat terjadi, makanan yang masuk juga dapat mempengaruhi kerja beberapa obat-
obatan (food-drug interaction). Interaksi antara obat dan makanan disini dapat dibagi
menjadi :
a. Obat-obatan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan dan
mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.
b. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat
gizi.
Adapun Interaksi obat dan makanan terbagi 3:
1. fase farmasetis Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan
terdisolusinya obat. Beberapa makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur dan
larutnya obat. maka dari itu, keasaman makanan dapat mengubah efektifitas dan
solubilitas obatobat tertentu. Salah satu obat yang dipengaruhi pH lambung
adalah saquinavir, inhibitor protease pada perawatan HIV.
2. Fase farmakokinetik Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling signifikan
terlibat dalam proses absorbsi. Usus halus, organ penyerapan primer, berperan
penting dalam absorbsi obat. Fungsi usus halus seperti motilitas atau afinitas
obat untuk menahan sistem karier usus halus, dapat mempengaruhi kecepatan
dan tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien dalam makanan dapat
meningkatkan atau menurunkan absorbsi obat dan mengubah ketersediaan hayati
obat.Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau reaksi
pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara signifikan. Misalnya
pada reaksi pembentukan khelat pada :
 Kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu atau
antasida. Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.
 Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik
fluoroquinolon, ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin. Maka dari
itu, ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun masing-masing 52
dan 64 % akibat adanya besi.

ii
 Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga
menurunkan absorbsi obat
3. Fase farmakodinamik Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan
psikologis terhadap obat. Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau
antagonis, yang mana akan meningkatkan atau menghambat metabolisme normal
dan fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Obat dapat memproduksi efek yang
diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin dapat menyebabkan defisiensi folat jika
diberikan dalam jangka waktu lama. Methotrexat memiliki struktur yang mirip
dengan folat vitamin B, hal ini dapat memperparah defisiensi folat.
a) Obat dan penurunan nafsu makan Efek samping obat atau pengaruh obat
secara langsung, dapat mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan
CNS dapat mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang berdampak
pada gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk
makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan nutrisi.
b) Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman Banyak obat yang dapat
menyebabkan perubahan terhadap kemampuan merasakan/ dysgeusia,
menurunkan ketajaman rasa/ hypodysgeusia atau membaui. Gejala-gejala
tersebut dapat mempengaruhi intake makanan. Obatobatan yang umum
digunakan dan diketahui menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat
antihipertensi (captopril), antriretrovira ampenavir, antineoplastik cisplastin,
dan antikonvulsan phenytoin.
c) Obat dan gangguan gastrointestinal Obat dapat menyebabkan perubahan pada
fungsi usus besar dan hal ini dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau
diare. Obat-obatan narkosis seperti kodein dan morfin dapat menurunkan
produktivitas tonus otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada
penurunan peristaltik yang menyebabkan terjadinya konstipasi (Lulukria,
2010). Absorbsi Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai
cara misalnya :
 Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat
seperti morfin atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah
absorpsi obat-obat lain.
 Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obat tertentu oleh sen/.zyawa logam
sehingga absorpsi akan dikurangi, oleh karena terbentuk senyawa

ii
kompleks yang tidak diabsorpsi. Misalnya kelasi antara tetrasiklin dengan
senyawa-senyawa logam /berat akan menurunkan absorpsi tetrasiklin.

Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya:


umumnya antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan bersama dengan
makanan (Grahame, 1985) Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi
absorbsi zat gizi adalah obat-obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa
usus. Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui
memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut meliputi:
pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding) contohnya Fe, Mg, Zn,
dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik; mengubah keasaman lambung
seperti pada antacid dan antiulcer sehingga dapat mengganggu penyerapan B12,
folat dan besi; serta dengan cara penghambatan langsung pada metabolisme atau
perpindahan saat masuk ke dinding usus (Lulukria, 2010).

Metabolisme Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua


kemungkinan, yakni • Pemacuan enzim (enzyme induction) suatu obat (presipitan)
dapat memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat eliminasi
obat tersebut. Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolism obat disebut sebagai
enzyme inducer. Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat pemacu enzim ini
yakni Rifampisin; Antiepileptika: fenitoin, karbamasepin, fenobarbital. •
Penghambatan enzim, Obat-obat yang punya kemampuan untuk menghambat enzim
yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim (enzyme inhibitor).
Akibat dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat
dalam darah dengans segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses
eliminasi obat. Obat-obat yang dikena dapat menghambat aktifitas enzim
metabolisme obat antara lain kloramfenikol, isoniazid, simetidin, propanolol,
eritromisin, fenilbutason, alopurinol,dan lain-lain. (Grahame, 1985) Obat-obatan dan
zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus dan hati. Akibatnya
beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang dibutuhkan untuk
memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan metotrexate pada
pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang dipakai untuk
mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat ini adalah
defisiensi asam folat (Lulukria, 2010).

ii
Ekskresi Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi
dengan mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau muntah.
Sehingga jika dirangkum, efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan
dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah,
perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/
luka pada mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi
dan diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si
pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak
signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi (Bruyne, 2008).

4. Macam-macam proses Interaksi Obat dengan makanan


Berikut merupakan macam-macam proses interaksi obat dan makanan dan
efek yang ditimbulkan dalam tubuh kita:
a. Makanan yang meningkatkan efek beberapa obat Obat yang efeknya apat
ditingkatkan oleh makanan dan biasanya harus digunakan bersama dengan
makanan agar didapatkan efek yang tetap.
b. Obat jantung β bloker Digunakan untuk mencegah angina, untuk menormalakan
kembali denyut jantung yang tidak beraturan, dan untuk menaggulangi tekanan
darah tinggi. Nama paten pemblok beta : Tenormin, Inderal,lopresor.
Karbamazapin (tagretol) anti konvulsan yang digunakan untuk mencegah
serangan Diazepam (Valium) – suatu transkuliansia. Diuretika digunakan untuk
mengobati tekanan darah tinggi dan layu jantung. Nama paten diuretika yang
berinterakasi : Anhydron, Aquatag, aquetnsin, diucardin, diulo, diuril, enduron,
hydromox. Hidralazine (apresoline) digunakan untuk menanggulangi tekanan
arah tinggi. Nitrofurantoin (furadantin, Macrodantin) suatu anti mikroba
digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih. Fenitoin (dilantin) suatu anti
konvulsann digunakan untuk mencegah serangan. Spironolakton (aldactazide,
aldactone) suatu diuretika digunakan untuk menanggulangi tekanan darah tinggi
dan layu Jantung.
c. Makanan yang menurunkan efek beberapa obat Makan obat berikut ini satu jam
sebelum atau dua jam sesudah makan untuk mencegah interaksi yang mungkin
menurunkan efek obat : Kaptoril (capoten) digunakan untuk menanggulangi
takanan darah tinggi dan layu jantung Antibiotika. Pengecualian antibiotika yang
tidak dipengaruhi oleh makanan Amoksisilin (amoksil, larotid, polymox),
Bakampisilin (spectrobid) Doksisilin (doxcychel), Hetasalin (Versapen),
ii
Eritromisin estolat (liosone),Eritromisin salut enteric (E-mycin, Ery-
Tab),Minosiklin (minocin).
d. Makanan Beralkali Metenamin (hiprex, Mandelamine, Urex) Efek metanamine
dapat berkurang. Metanamine digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih
(kandung kemih Dan ginjal). Akibatnya : Infeksi mungkin tidak terobati dengan
baik. Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega, kastanye, sari
buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan (kecuali berry. Prem yang
dikeringkan), susu, sayuran (kecuali Jagung)
e. Makanan beralkali Kinidin (Cardioquin, duraquin, quinaglute dura tabs, Efek
kinidin dapat meningkat, kinidin digunakan untuk menormalkan denyut jantung
yang tidak beraturan. Akibatnya mungkin menjadi efek samping merugikan
karena terlalu banyak kinidin disertai gejala jantung berdebar atau denyut jantung
tidak teratur, pusing sakit kepala, telinga berdaging, dan gangguan penglihatan.
Hindari makan seperti : Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu
mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buahbuahan, sayuran
(kecuali Jagung)
f. Makanan beralkali Kinin (coco Quinine, Quinamm, Quinine) Efek Quinine dapat
meningkat. Kinin adalah obat bebas yang digunakan untuk mengobati malaria dan
untuk kejang kaki malam hari. Akibatnya mungkin dapat menjadii efek samping
merugikan karena terlalu banyak kinin disertai gejala pusing dan sakit kepala,
telinga berdenging, dan gangguan penglihatan. Hindari makan beralkali seperti :
amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-
buahan, sayuran (kecuali Jagung)
g. Makanan Berkofein Obat asma gol teofilin Efek obat asama dapat meningkat .
obat asama melebarkan jalan udara dan memeudahkan pernapasan penderita
asma, akibatnya mungkin menjdai efek samping merugikan karena terlalu banyak
teofilin disertai gejala mual, pisong, sakit kepala, mudah tersinggung, tremor,
insomnia, trakhikardia, nama paten obat asma golongan teofilin
h. Makanan berkarbohidrat asetaminofen Asetaminofen dapat berkurang
asetaminofen adalah obat penghilang nyeri dan demam yang masyhur. Akibatnya
nyeri dan demam mungkin tidak hilang sebagaimana mestinya. Sumber
karbohidrat : roti biscuit aroma jeli, dll. Nama paten asetaminofen : Anacin 3,
Datril, liquprin.

ii
i. Sate sapi atau hamburger obat asma turunan teofilin Efek obat asama dapat
berkurang obat asama membuka jalan udara di paru-paru dan mempermudah
pernapasan penderita asma akibatya : asma mungkin tidak terkendali dengan baik.
j. Makanan berlemak – Griseofulvin (Fluvicin P/G, Fluficin U/F, Griseofulvin Efek
griseofulvin dapat meningkat griseofulvin diberikan secara oral untuk mengobati
infeksi jamur pada rambut, kulit, kuku tangan, dan kuku kaki. Interaksi yang
terjadi adalah interaksi yang menguntungkan dan griseofulvin sebaikanya ditelan
pada saat makan makanan berlemak seperti : Alpukat, daging sapi, mentega, kue,
kelapa susu, selada ayam, kentang goring, ayam goreng.
k. Makanan berserat banyak digoksin Efek digoksin digunakan untuk mengobati
layu jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak beraturan
akibatya kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan baik. Gunakan
digoksin satu jam sebelum atau sesudah makan yang berserat seperti : Sari buah
prem, seralia beras, makanan dari gandum, biji-bijian, sayuran mentah, sayuran
berdaun.
5. Contoh Interaksi Makanan dengan Terapi Obat
a. Interaksi Makanan yang dapat Meningkatkan Absorbsi Obat

Tabel 1 ContohInteraksiMakanan Yang DapatMeningkatkanAbsorbsiObat


NO NAMA OBAT INDIKASI MEKANISME ATURAN
MINUM
1 Carbamazepin Mengatasi kejang Meningkatkan Diminum
pada epilepsi produksi empedu, Bersama
meningkatkan makanan
disolusi dan absorsi
2 Diazepam Mengatasi Meningkatkan Sebelum atau
gangguan enterohepatic, setelah makan
kecemasan dan disolusi sekunder
epilepsi pada sekresi asam
lambung
3 Erythromycin Mengobatiinfeksiak Tidakdiketahui Diminum saat
ibatbakteri makan
4 Griseofulvin Mengobatiinfeksi Obat mudah larut Diberikan
dalam lemak, dengan
meningkatkan makanan tinggi
absorbsi lemak atau
disuspensi
minyak jagung
rendah
kontraindikasi
ii
b.

5 Hydrochlorothia Mengobati tekanan Menunda Diberikan


pengosongan Bersama

6 Phenytoin Mencegah dan Menunda Diberikan pada


mengurangi kejang pengosongan saat makan
akibat epilepsi lambung, pagi, siang dan
meningkatkan malam
produksi empedu,
meningkatkan
disolusi dan absorbsi

b. Interaksi makanan yang dapat Menurunkan Absorbsi Obat

Table 2 Contoh Interaksi Makanan yang dapat menurunkan absorbs obat.


NO NAMA INDIKASI MEKANISME ATURAN MINUM
OBAT
1 Acetaminop Mengobati rasa sakit Terutama makanan Diminum saat perut
hen mengandung pectin kosong
bersifat absorben
dan pelindung
(Paracetamol
2 Ampicillin Mengatasiinfeksiaki Mengurangi volume Diminum dengan air
batbakteri cairan lambung
3 Amoxicillin Mengobati Mengurangi volume Diminum dengan air
bronchitis akut, cairan lambung
infeksi THT,
infeksikulit, ISK

4 Acetosal Analgetik Mengubah pH Diminum saat perut


kosong
(Aspirin) lambung
5 Captopril Hipertensi dan Tidakdiketahui Diminum sebelum
gagaljantung (ACE inhibitor) makana
6 Digoxin Aritmia dan Obat terikat Diminum saat
gagaljantung makan
makanan tinggi serat

ii
c. Contoh Makanan terhadap Terapi Obat

Table.3 Contoh Makanan Terhadap Terapi Obat

No Jenis Makanan Jenis Obat Efek Yang Disebabkan

1 Susu Maupun Prodak Antibiotic (Siprofloksasin, menyebabkan terbentuknya


Tetrasiklin, Azitromisin)
Susu Lainnya senyawa khealat yang
membuat antibiotic sulit
diserap dalam tubuh sehingga
dapat terjadi gagal terapi
2 Reaksi antara zat besi antibiotic golongan Menyebabkan menurunkan
Fluorokuinolon
(misalnya dalam kinerja antibiotic
daging/bayam)
3 Kopi pemacu susunan syaraf Menyebabkan meningkatkan
pusat misalnya
denyut jantung, menimbulkan
Metilfenidat
rasa cemas dan gangguan
tidur
4 makanan yang obat lambung Antasida Menyebabkan menurunkan
mengandung Vit.A penyerapan vitamin
dan B
5 kandungan zat tannin obat yang mengandung Menyebabkan penghabatan
dalam Teh zat besi maupun senyawa penyerapan obat dalam tubuh
aktif lainnya
6 minum alcohol atau obat penurun panas seperti mengakibatkan kerusakan hati
minuman beralcohol Paracetamol dan pendarahan saluran cerna

7 dengan makanan Obat asma (Teofilin, meningkatkan karbohidrat


berlemak tinggi Albuterol, Ephinepherine) dalam darah sehingga efek
samping yang timbul semakin
besar

ii
d.

8 Grapefruit (jeruk bali Obat-obatan penurun Menyebabkan meningkatnya


merah) kolesterol (Statin) jumlah obat statin dalam
darah sehingga menimbulkan
efek samping yng lebih besar
9 Sayuran hijau (Vit.K) Obat pengencer darah Konsumsi sayuran hijau yang
contohnya bayam, (Warfarin) mengandung Vit.K tinggi
kale, sawi, brokoli, dapat menurunkan kinerja
asparagus, lobak obat Warfirin.
hijau, kol dan brussel.
10 Makanan yang Obat untuk mengobati Dapat mengganggu kerja obat
mengandung kadar depresi dan penyakit Monoamine Oxidase Inhibitor
tyramine seperti Parkinson (Monoamine (MAOI)
Cokelat, daging Oxidase Inhibitor)
fermentasi (sosis,
ham, papperoni)
11 Madu Beberpapa contoh obat Dapat meningkatkan resiko
seperti aspirin,
antikoagulan (obat pendarahan akibat kandungan
pengencer darah) , obat madu yang dapat

wrfirin/heparin, obat anti mengganggu system tubuh


platelet (clopidogrel) dan dalam memproduksi

obat non-steroid anti- kandungan herbal yang

inflamasi (ibuprofen/ merusak fungsi enzim hati.


naproxen)

ii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase farmasetis,
fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme obat yang telah
diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase farmasetis),
kemudian obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi, metabolism dan ekresi
oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik), setelah melewati fase
farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara fisiologis dan
psikologis (merupakan fase farmakodinamik).
2. Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan gangguan GI
(gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah, perubahan pada
pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada
mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan
diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si
pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak
signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.

B. SARAN

1. Bagi pembaca, kiranya melalui makalah ini dapat memberi informasi


dan wawasan mengenai efek makanan pada terapi obat dimana diketahui bahwa
peran makanan yang dimakan sangat mempengaruhi kerja efektivitas terapi obat
yang diminum. Oleh karena itu kiranya harus selalu konsultasi dokter saat
mengkonsumsi obat dan tidak lupa untuk selalu membaca informasi label obat.

2. Bagi Kampus melalui makalah ini kami sebagai penulis juga menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kiranya mendapat koreksi lebih
lanjut dari Dosen.

ii
DAFTAR PUSTAKA

ii

Anda mungkin juga menyukai