OBAT LAIN
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah
Interaksi Obat. Makalah ini membahasa tentang interaksi obat HIV AIDS dengan
obat lain, Penulis berharap semoga makalah ini mendapatkan perhatian dan respon
yang baik dari Ibu Dosen dan bermanfaat bagi para Pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
segi isi maupun bahasannya, diharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi menyempurnakan makalah ini.
( Penulis )
BAB I
PENDAHULUAN
Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan atau
minuman yang dikonsumsi oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam
kehidupan sehari-hari, tidak jarang seorang penderita mendapat obat lebih dari
satu macam obat, menggunakan obat ethical, obat bebas tertentu selain yang
diresepkan oleh dokter maupun mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu
seperti alkohol, kafein. Perubahan efek obat akibat interaksi obat dapat bersifat
membahayakan dengan meningkatnya toksisitas obat atau berkurangnya khasiat
obat. Namun, interaksi dari beberapa obat juga dapat bersifat menguntungkan
seperti efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta-bloker dalam
pengobatan hipertensi (Fradgley, 2003). Jankel & Speedie (1990) mengemukakan
kejadian interaksi obat pada pasien rawat inap 2,2 % hingga 30 %, dan berkisar
9,2 % - 70,3 % pada pasien di masyarakat. Diantaranya terdapat 11 % pasien
yang benar-benar mengalami gejala akibat interaksi obat. Penelitian lain pada 691
pasien, ditemukan 68 (9,8%) pasien masuk rumah sakit karena penggunaan obat
dan 3 (0,4 %) pasien disebabkan oleh interaksi obat (Stanton et al., 1994). Suatu
survei mengenai insiden efek samping penderita rawat inap yang menerima 0–5
macam obat adalah 3,5 %, sedangkan yang mendapat 16–20 macam obat 54 %.
Peningkatan insidens efek samping yang jauh melebihi peningkatan jumlah obat
diperkirakan akibat terjadinya interaksi obat (Setiawati, 1995).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
A. Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan salah satu drug related problems (DRPs) yang
dapat mempengaruhi outcome terapi pasien. Interaksi obat adalah peristiwa di
mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan
bersamaan. Kemungkinan terjadinya peristiwa interksi harus selalu
dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara
bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa
pengaruh yang merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam
praktek pengobatan, misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan
penisilin, di mana probenesid akan menghambat sekresi penisilin di tubuhi ginjal,
sehingga akan memperlambat ekskresi penisilin dan mempertahankan penisilin
lebih lama dalam tubuh. Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau
terjadinya interaksi tersebut sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan
upaya-upaya optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi ini
kemungkinan akan timbul sebagai,
1. Interaksi farmasetik,
2. Interaksi famakokinetik,
3. Interaksi farmakodinamik
2. Interaksi farmakokinetik
3. Interaksi farmakodinamik
a. Defenisi penyakit
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yaitu retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh
manusia (terutama CD4 positif T-sel dan makrofag komponen-komponen
utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu
fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem
kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi
kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut
tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit-
penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient)
menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi.
Menurut Depkes RI (2003), HIV merupakan virus yang
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama
sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-
gejala timbul tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya.
Infeksi oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh
(kekebalan) yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi
HIV tersebut.
Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang
berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan
vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk
menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-
lain.
b. Perjalanan Penyakit
Perjalanan infeksi HIV ditandai dalam tiga tahap: penyakit primer akut,
penyakit kronis asimtomatis dan penyakit kronis simtomatis.
BAB III
PEMBAHASAN
Interkasi obat dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori besar: 1) interkasi yang
mempengaruhi farmakokinetik dan 2) interakasi yang memperngaruhi
farmakodinamik. Keduanya berpotensi untuk menjadi masalah bagi pasien yang
terapi antiretroviral, interaksi farmakokinetik lebih banyak dan lebih sulit
diprediksi karena sidfat komplek dari metabokime obat.
Interaksi obat yang melibatkan metabolisme untuk NRTI minimal karena obat ini
diekskresikan melalui eliminasi ginjal dan tidak dimetabolisme oleh sistem enzim
CYP450. Dua jenis interaksi yang telibat dengan kelas obat ini adalah 1) interaksi
farmakokinetik menyebabkan gangguan penyerapan atau penghapusan dan 2)
interaksi farmakodinamik menyebabkan efek antagonis.
Interaksi spesifik:
Interaksi spesifik:
Interaksi spesifik
Interaksi spesifik
F. Antikonvulsan
Ada sedikit data mengenai interaksi obat dengan antikonvulsan. Karena kapasitas
fenitoin, fenobarbital, dan carbamazepine untuk menginduksi enzim metabolik,
obat ini harus dihindari pada pasien yang menerima NNRTI atau PI.
G. Obat Antijamur
Dibawah ini merupakan tabel penggunaan aman obat rifampin dan rifabutin:
J. Ergot Alkaloid
K. Terapi Herbal
Semua produk herbal harus digunakan dengan hati-hati sampai data lebih lanjut
yang tersedia mengenai efek mereka pada ART bersamaan.
Studi telah dilakukan dan mengevaluasi interaksi potensial antara PI dan inhibitor
HMG-CoA, sering disebut sebagai "statin" (pravastatin, atorvastatin, lovastatin,
rosuvastatin, dan simvastatin). Peningkatan tinggi pada AUC terkait dengan
penggunaan bersamaan ritonavir / saquinavir dan simvastatin menunjukkan bahwa
simvastatin tidak boleh digunakan selama terapi PI. Bahkan, salah satu laporan
kasus dalam literatur menggambarkan seorang pasien yang menerima simvastatin
bersamaan dengan terapi nelfinavir yang mengakibatkan kematian dari
rhabdomyolysis akut.
M. Kontrasepsi Oral
N. Psikotropika Terapi
O. Obat penenang / Hipnotik
Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (indexdrug) berubah akibat
adanya obat lain (precipitant drug) makanan, atau minuman.
Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki (Desirable
Drug Interaction), atau efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug
Interaction = ADis)
Interkasi obat dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori besar: 1)
interkasi yang mempengaruhi farmakokinetik dan 2) interakasi yang
memperngaruhi farmakodinamik
DAFTAR PUSTAKA
http://www.hivguidelines.org/clinical-guidelines/adults/hiv-drug-drug-
interactions/
Tjay, Tan Hoan, 2003, Obat-Obat Peting, Edisi V, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.