Di susun oleh :
NIM : 16330072
Kelas : C
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Interaksi Obat
dengan Farmakodinamika” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Interaksi Obat. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Agar dapat mengetahui jenis tipe interaksi obat dan jenis obat.
b. Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan clinical significance dan
onset.
c. Agar dapat mengetahui bagaimana interaksi farmamodinamik dapat terjadi.
d. Agar dapat mengetahui contoh-contoh interaksi obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi
oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat
mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang
Aktif (Harkness, 1989).
Interaksi Obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap obat lain, di dalam
tubuh. Interaksi obat dapat terjadi pada farmakokinetik, atau farmakodinamik,atau
gabungan keduanya. Interaksi obat invitro (campuran pada larutan atau sediaan injeksi)
disebut dengan “drug incompatibilities”, bukan interaksi obat.Salah satu atau kedua
obat yang bercampur menjadi tidak aktif.
Interaksi obat merupakan efek suatu obat yang disebabkan bila dua obat atau
lebih berinteraksi dan dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan.
Hasilnya berupa peningkatan atau penurunan efek yang dapat mempengaruhi outcome
terapi pasien (Yasin et al., 2005).
Sedangkan menurut Stockley interaksi obat terjadi ketika efek dari satu obat
yang dikonsumsi diubah oleh adanya obat lain, jamu, makanan, minuman, atau oleh
beberapa agen kimia lainnya (Baxter, 2008)
PEMBAHASAN
Interaksi obat merupakan efek suatu obat yang disebabkan bila dua obat atau
lebih berinteraksi dan dapat mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan.
Hasilnya berupa peningkatan atau penurunan efek yang dapat mempengaruhi outcome
terapi pasien (Yasin et al., 2005).
Menurut Hussar (2007) tipe interaksi obat-obat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Duplikasi yaitu ketika dua obat yang sama efeknya diberikan, efek samping
mungkin dapat meningkat.
2) Opposition yaitu ketika dua obat dengan aksi berlawanan diberikan bersamaan
dapat berinteraksi, akibatnya menurunkan efektivitas obat salah satu atau
keduanya.
3) Alteration yaitu ketika suatu obat mungkin dirubah melalui absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi oleh obat lain.
Menurut Tatro (2006) interaksi obat dapat terjadi minimal melibatkan 2 jenis
obat, yaitu :
1) Obat obyek, yaitu obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh
obat lain.
2) Obat presipitan, yaitu obat yang mempengaruhi atau mengubah aksi atau efek
obat lain.
Banyak interaksi obat tidak berbahaya tetapi banyak juga interaksi yang
potensial berbahaya hanya terjadi pada sebagian kecil pasien. Terlebih, derajat
keparahan suatu interaksi bervariasi dari satu pasien ke pasien lain. Obat-obat dengan
indeks terapi sempit (misalnya fenitoin) dan obat-obat yang memerlukan kontrol dosis
yang ketat (antikoagulan, antihipertensi dan antidiabetes) adalah obat-obat yang paling
sering terlibat. Pasien dengan peningkatan risiko mengalami interaksi obat adalah
lansia dan orang-orang dengan gagal ginjal atau hati.
Merupakan alat ukur untuk melihat seberapa cepat efek klinis interaksi obat
yang dapat terjadi untuk menentukan urgensi interaksi dengan tindakan pencegahan
untuk dapat menghindari konsekuensi dari interaksi obat (Tatro, 2006). Dua level onset
yang digunakan adalah :
1) Rapid (cepat) : efek akan terlihat dalam waktu 24 jam dari pemberian obat.
Tindakan segera perlu dilakukan untuk menghindari efek interaksi.
2) Delayed (lambat) : efek tidak akan terlihat sampai obat yang berinteraksi
selama beberapa hari atau minggu. Tidak memerlukan tindakan segera.
a. Sinergisme
b. Antagonisme
Interaksi terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi
yang berlawanan sehingga mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan
dari satu atau lebih obat.
c. Efek reseptor tidak langsung
Kombinasi ini dapat bekerja melalui mekanisme saling mempengaruhi
efek reseptor yang meliputi sirkulasi kendali fisiologi atau biokimia. Efek dan
keparahan interaksi obat dapat sangat bervariasi antara pasien yang satu dengan
yang lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap
interaksi obat. Pasien yang rentan terhadap interaksi obat antara lain :
1) Pasien lanjut usia
2) Pasien yang minum lebih dari satu macam obat
3) Pasien yang mempunyai ganguan fungsi hati dan ginjal
4) Pasien dengan penyakit akut
5) Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
6) Pasien yang mempunyai karakteristik genetik tertentu
7) Pasien yang dirawat lebih dari satu dokter
Interaksi antara obat pada sistem reseptor, tempat kerja yang aditif, sinergis,
antagonistik dan potensiasi.Interaksi fisiologik pada sistem yang sama dapat
nenurunkan atau menaikan respon.
3.8 Contoh Interaksi Obat
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tipe interaksi obat-obat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu duplikasi, opposition.
Dan alteration sedangkan jenis obat dibedakan menjadi 2 yaitu obat obyek dan
obat presipitan.
Clinical significance adalah derajat dimana obat yang berinteraksi akan
mengubah kondisi pasien. Clinical significance dikelompokan berdasarkan
keparahan dan dokumentasi interaksi yang terjadi sedangkan onset merupakan
alat ukur untuk melihat seberapa cepat efek klinis interaksi obat yang dapat
terjadi untuk menentukan urgensi interaksi dengan tindakan pencegahan untuk
dapat menghindari konsekuensi dari interaksi obat.
Interaksi farmakodinamik dapat terjadi antara obat-obat yang mempunyai efek
samping yang serupa atau berlawanan. Interaksi ini disebabkan oleh kompetisi
pada reseptor yang sama atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologi yang sama. Interaksi farmakodinamik dapat diekstrapolasi ke obat lain
yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat
memang berdasarkan persamaan efek farmakodinamiknya. Disamping itu,
kebanyakan efek farmakodinamik dapat diramalkan kejadiannya, karena itu
dapat dihindarkan bila dokter mengetahui mekanisme keja obat yang
bersangkutan.
Contoh-contoh interaksi obat yaitu Ranitidine dengan Paracetamol, Ranitidine
dengan Ketorolac, Ondansetrondengan Tramadol, Albuterol dengan
Ondansetron, Albuterol dengan Antasida, Ondansetron dengan Antasida,
Ranitidine dengan Antasida, Spironolacton dengan Valsartan, Ceftriaxone
dengan Furosemide, Furosemide dengan Digoksin, dll.
Daftar Pustaka