Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH INTERAKSI OBAT

INTERAKSI OBAT FARMAKODINAMIK

Disusun Oleh:

Amalia pratiwi (15334768)

Dosen Pembimbing:
Dra. Refdanita, M.Si., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016

Page | 1
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 3

1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Interaksi Obat.................................................................. 5

2.2.Mekanisme Interaksi Obat ............................................................. 5

2.3. Obat yang terlibat pada peristiwa Interaksi........................................ 6

2.4. Macam macam Interaksi Obat ........................................................ 7

2.5. Tingkat Keparahan Interaksi Obat......................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Interaksi Farmakodinamik.................................................................. 9

2.2. Prinsip Interaksi Famakodianmik ............................................................. 10

2.3. Contoh Interaksi Farmakodianmik................................................. 10

BAB IV PENUTUP

1.1. Kesimpulan ................................................................................... 14

1.2. Saran ............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15

Page | 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-
related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang
dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu
atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).

Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah efeknya
secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau
antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya beberapa efek lainnya (BNF
58, 2009).

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat
herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya. Definisi yang
lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau
apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan


toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah),
misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik (Setiawati, 2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat ?

2. Bagaimana klasifikasi interaksi obat ?

3. Bagaimana interaksi obat secara farmakodinamik?

4. Bagaimana penanganan apabila terjadi interaksi obat ?

Page | 3
1.3 TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan penulisan adalah sebagai
berikut :

1. Mengetahui dan memahami pengertian,macam macam dan mekanisme


terjadinya interaksi obat secara farmakodinamik

2. Mengetahui cara penanganan apabila terjadi interaksi obat

1.4 MANFAAT

Agar dapat memberikan informasi dan sebagai sumber pengetahuan bagi mahasiswa
tentang interaksi obat dan penangananya, khususnya bagi mahasiswa ISTN.

Page | 4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian interaksi obat

Interaksi Obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap obat lain, di dalam
tubuh.Interaksi obat dapat terjadi pada farmakokinetik, atau farmakodinamik,atau
gabungan keduanya. Interaksi obat invitro (campuran pada larutan atau sediaan injeksi)
disebut dengan drug incompatibilities, bukan interaksi obat.Salah satu atau kedua obat
yang bercampur menjadi tidak aktif.

2.2 Mekanisme Interaksi Obat

Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan satu
dari dua mekanisme berikut:

a. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di cairan


jaringan (interaksi farmakodinamik).

b. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi


farmakokinetik). Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi
obat B sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan
kehilangan efikasi dan atau peningkatan sedikit saja efek akan menyebabkan
toksisitas.

c. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon curam
(sehingga perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan menyebabkan perubahan
efek secara substansial).

d. Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang sedikit besar
konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti penisilin hampir tidak
menyebabkan peningkatan masalah klinis karena batas keamanannya lebar.

e. Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas terapi yang
sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama, sebagai contohnya obat

Page | 5
antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium, sejumlah antineoplastik dan obat-
obat imunosupresan.

2.3 Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi

Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat :

Obat Objek
Obat Presipita

1. Obat Objek

Obat Objek adalah obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain. Obat yang kemungkinan besar menjadi objek interaksi atau efeknya
dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri :

a. Obat-obat dimana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah
akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinis yang timbul. Secara
farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan
kurva dosis respons yang tajam. Perubahan, misalnya dalam hal ini
pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat mengurangi manfaat klinik dari
obat.
b. Obat-obat dengan rasio terapik yang rendah artinya antara dosis toksik dan
dosis terapetik tersebut perbandingannya (perbedaannya) tidak besar.
Kenaikan sedikit saja dosis (kadar) obat sudah menyebabkan terjadinya efek
toksis.

Kedua ciri obat objek di atas, yaitu apakah obat yang manfaat kliniknya
mudah dikurangi atau efek toksisnya mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan
saling berkaitan dan tidak sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal
dengan obat-obat dengan lingkungan yang sempit.

2. Obat Presipitan

Obat Presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain. Ciri-ciri
obat presipitan tersebut adalah kalau kita melihat dari segi interaksi farmakokinetika,
Page | 6
yakni terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme dan ekskresi
renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri ini tadi yang dapt bertindak
sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang berbeda-beda.

2.4 Macam-macam Interaksi Obat

Ada tiga macam jenis interaksi obat:

1. Interaksi Obat Farmasetik

Interaksi obat Farmasetik adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat
obat diformulasikan/disiapkan sebelum obat digunakan oleh si penderita. Misalnya
interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat
menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.Bentuk interaksi ini ada 2
macam :Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutanInteraksi secara
khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat
selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.

2. Interaksi Obat Farmakokinetik

Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada proses absorpsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi yang disebabkan karena adanya obat atau senyawa lain.

3. Interaksi Obat Farmakodinamik

Merupakan interaksi yang terjadi di tempat kerja obat. Dua atau lebih obat
dapat beriteraksi di tempat yang sama atau ditempat yang berlainan. Hasilnya bisa
merupakan antagonistik (saling meniadakan) dan sinergistik (saling memperkuat).

2.5 Tingkat Keparahan Interaksi Obat


Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga level :
minor, moderate, atau major.
1. Keparahan minor
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi mungkin
terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika

Page | 7
terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan absorbsi ciprofloxacin oleh antasida
ketika dosis diberikan kurang dari dua jam setelahnya (Bailie, 2004).

2. Keparahan moderate
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari bahaya
potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe intervensi/monitor sering
diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin menyebabkan perubahan status klinis
pasien, menyebabkan perawatan tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau
perpanjangan lama tinggal di rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi
vankomisin dan gentamisin perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas (Bailie,
2004).

3. Keparahan major
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat
probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian
yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen (Bailie, 2004).
Contohnya adalah perkembangan aritmia yang terjadi karena pemberian eritromisin
dan terfenadin (Piscitelii, 2005)

Page | 8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 . Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang


memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-
obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat
diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi (BNF
58, 2009).

a. Interaksi aditif atau sinergis


Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan
bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan SSP, jika
diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat (misalnya
ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat menyebabkan mengantuk berlebihan.
Kadang-kadang efek aditif menyebabkan toksik (misalnya aditif ototoksisitas,
nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan perpanjangan interval QT) (Stockley,
2008).

b. Interaksi antagonis atau berlawanan


Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat dengan kegiatan
yang bertentangan satu sama lain. Misalnya kumarin dapat memperpanjang waktu
pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat efek vitamin K. Jika asupan
vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral dihambat dan waktu protrombin
dapat kembali normal, sehingga menggagalkan manfaat terapi pengobatan
antikoagulan (Stockley, 2008).

c. Interaksi Potensiasi
Beberapa obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi-aksi yang tidak
sama, memberikan efek yang lebih besar pada pasien, dari pada efek masing-masing
secara terpisah.

Page | 9
3.2 Prinsip interaksi Farmakodinamik
Interaksi antara obat pada sistem reseptor, tempat kerja yang aditif, sinergis,
antagonistik dan potensiasi.Interaksi fisiologik pada sistem yang sama dapat
nenurunkan atau menaikan respon.

3.3 Contoh interaksi obat secara farmakodinamik

Tabel Interaksi Obat

No Obat Objek Obat Mek. Interaksi Efek Pemecahan


(A) Pracsipitan Masalah
(B)

1 Glibenclamid Simetidin Simetidin Efek glibenclamid Menghentikan


menghambat sitokom ditingkatkan oleh pemakaian
P-450 sehingga simetidin karena simetidin dan
menurunkan aktivitas eliminasi menggunakan
enzim mikrosom hati, diperlambat terapi obat
jadi obat lain yang golongan lain.
merupakan substrat
enzim tersebut akan
terakumulasi dan
meningkatkan efek
obat tersebut.

2 Salbutamol Propanolol Menghilangkan efek Menghilangkan Tidak bisa


bronkodilatasi efek salbutamol diberikan
aktivator 2- bersamaan
adrenoceptor

Page | 10
3 Warfarin Aspirin Via efek antiplatelet, Menyebabkan Pemberian
inhibisi biosintesis perdarahan informasi obat
platelet tromboxane lambung mengenai waktu
A2. pemberian dan
pemberian
mukoprotektor
seperti sukralafat

4 Furosemid Ibuprofen Berkompetisi dengan Retensi air dan Pergantian


asam lemah, garam, dan golongan
termasuk diuretic, meningkatkan Analgetik jenis
pada sekresi tubulus . dekompensasi lain seperti
cordis( paracetamol.,
menurunkan
kinerja jantung)

5 Warfarin Acetaminofen Meningkatkan INR Perdarahan Gunakan dosis


(Masa Pembekuan) meningkat terendah
asetaminofen,
monitor INR

6 Atenolol Pseudoefedrin Pesudoefedrin dapat tekanan darah Menghentikan


menurunkan efek yang diobati pemberian obat
dari beta bloker dengan golongan pseudoefedrin dan
beta bloker menggantikan
mungkin tidak dengan terapi non
terkendali dengan farmakologi
baik

7 Nitrogliserin Sidenafil Nitrat berinteraksi Akan Pada penggunaan


dgn sildenafil. menghasilkan nitrat tidak
Sildenafil respon dari dianjurkan
menghambat vasodilatasi, spt: bersamaan

Page | 11
phosphodiesterase takikardia, dengan Sidenafil
isoform (PDE5) yg hipotensi
memetabolisir ortostatik, sakit
cGMP. Kombinasi kepala
penggunaan nitrat
(mll produksi
cGMP) dan
sildenafil/PDE5
inhibitor
(mll penguraian
cGMP) menyebabkan
relaksasi sinergis
pada otot halus yg
berpotensi pada
terjadinya hipotensi
yg berbahaya dan
kegagalan organ.

8 Captropil Spirinolacton Menurunkan Mengganti


produksi Efek nya retensi
diuretik dengan
aldosteron, cairan kalium
golongan boros
(resiko
kalium contohnya
Hiperkalemia )
furosemid

9 Alprazolam Preparat yang Meningkatkan kerja Meningkatkan Gunakan dosis


mengandung jantung (kontraksi aliran darah ke obat dengan
(golongan
cafein tinggi dan frekuensi) otak secara tidak preparat kafein
obat hipnotik-
langsung terendah apabila
sedatif)
menstimulasi diperlukan
ringan pada SSP

10 Diazepam Ctm Ctm meningkatkan Depresi ssp Ganti golongan

Page | 12
sedasi dari diazepam berlebihan akan antihistamin lain
menyebabkan
henti nafas

Page | 13
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Interaksi obat terjadi apabila dua atau lebih obat diberikan bersamaan dan dapat
meninggikan atau menurunkan efek obat yang lannya. Dalam interaksi obat-obat, obat
yang mempengaruhi disebut presipitan, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut objek.

Pada prinsipnya interaksi obat dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama,
interaksi obat dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua,
interaksi obat dapat menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena
meningkatnya efek samping dari obat- obat tertentu. Risiko kesehatan dari Interaksi obat
ini sangat bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.

Dalam Praktek nya interaksi obat tidak dapat dihindari maka dari itu diperlukan
penanggulangan nya agar tidak terjadi efek yang tidak dikehendaki.

4.2 SARAN
Agar menghindari efek interaksi obat yang tidak diinginkan maka peran bagi dokter
dan farmasi untuk mengetahui akan interaksi obat yang terjadi pada resep polifarmasi
sehingga didapatkan efek terapi yang diinginkan dan menghindari dan meminimalisir efek
yang tidak diinginkan.

Page | 14
DAFTAR PUSTAKA

Ansari, J., 2010. Drug interaction and Pharmacist. Journal of Young Pharmacists : JYP,
2(3), 326331. http://doi.org/10.4103/0975-1483.66807.
Baxter, K. (2008). Stockleys Drug Interaction. Eighth Edition. London : Pharmaceutical
Press.

ISFI (2008). Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 43. Jakarta : Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia.

Nursanti,fitri.2016. Potensi interaksi obat pada resep pasien pediatri Studi retrospektif di 3
apotek kota surakartaPeriode juli - desember 2014.Universitas Muhamadiyah
Surakarta:Surakarta.
https:// https://ourpharmacy.wordpress.com/2013/01/06/interaksi-obat-farmakodinamik-
hipnotik-sedatif/ id.scribd.com/doc/31854469/Farmakodinamik-Dan-Interaksi-Obat
http://pharmacyrspuriindah.blogspot.co.id/2009/02/interaksi-obat-drug-interaction.html

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai