Disusun oleh :
Kelompok 8
PRODI S1 GIZI
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah berjudul “INTERAKSI OBAT DAN
MAKANAN” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Interaksi Obat dan Makanan bagi mahasiswa Prodi S1 Gizi
IIKNU Tuban. Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu
karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tuban, 17-April-2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
BAB 3....................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................12
3.1 Kesimpulan............................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat kita mendapatkan obat dari apotik, kita sering diberi tahu bahwa obat
sebaiknya diminum sebelum atau sesudah makan. Kita kadang tidak tahu, untuk
apa sebenarnya hal tersebut harus dilakukan. Mengapa obat tertentu harus
diminum sebelum makan dan obat lainnya harus diminum sesudah makan. Hal itu
sebenarnya berkaitan dengan masalah interaksi obat, sebagai salah satu langkah
untuk menghindari terjadinya interaksi dari suatu obat yang merugikan (Lulukria,
2010).
Secara singkat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek
obat yang lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang efektif
(Harknoss, 1989). Untuk mendapatkan efek obat harus berinteraksi dengan
reseptor tetapi adakalanya obat berinteraksi dengan faktor lain yang dapat
meningkatkan atau mengurangi efek dari obat tersebut, antara lain: faktor
lingkungan, kondisi fisiologi tubuh metabolisme tubuh, farmakodinamik,
farmakokinetik, dan makanan.
1
Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi interaksi
obat. Pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang, Karena itu,
pada banyak bahan obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian
makanan pada saat yang sama pada kinetika obat. Pada sejumlah senyawa
makanan menyebabkan peningkatan, penundaan, dan penurunan absorbsi obat
(Mutschler, 1999). Makanan dapat berikatan dengan obat, sehingga
mengakibatkan absorbsi obat berkurang atau lebih lambat. Sebuah contoh diskusi
tentang makanan yang berikatan dengan obat adalah interaksi tetrasiklin dengan
produk-produk dari susu Akibatnya adalah penurunan konsentrasi tetrasiklin
dalam plasma. Oleh karena adanya efek pengikatan ini, maka tetrasiklin harus
dimakan satu jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan tidak boleh dimakan
dengan susu (Hayes et al., 1996).
Jadi interaksi obat merupakan sarana bagi semua pihak. Pasien, dokter dan
farmasis harus bekerjasama, untuk upaya memaksimalisasi pemakiaan obat demi
kepentingan pasien. Di era informasi yang serba cepat dan mudah seperti sekarang
ini, masyarakat mestinya semakin menyadari untuk menjadi mitra aktif dalam
menjaga pemeliharaan kesehatannya sendiri dan keluarga (Harkness, 1989)
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari interaksi obat
2. Untuk mengetahui pengertian makanan
3. Untuk mengetahui proses interaksi obat dengan makanan
4. Untuk mengetahui pengertian farmakologi obat makanan
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
berlawanan (membatalkan) efek bertindak bersama pada tubuh. Sumber
lain dari interaksi obat terjadi ketika obat mengubah satu konsentrasi dari
bahan yang biasanya hadir di dalam tubuh. Perubahan yang substansi ini
mengurangi atau meningkatkan efek obat lain yang sedang diambil.
Interaksi obat antarawarfarin (Coumadin) dan vitamin K yang
mengandung produk adalah contoh yang baik dari jenis interaksi. Warfarin
bertindak dengan mengurangi konsentrasi bentuk aktif vitamin K didalam
tubuh. Karena itu, bila vitamin K diambil, ia akan mengurangi efek
warfarin.
4
1. Obat-obatan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan
dan mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.
2. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat
gizi.
5
Maka dari itu, ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun
masing-masing 52 dan 64 % akibat adanya besi.
c. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga
menurunkan absorbsi obat (b).
3. Fase farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis
terhadap obat. Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau
antagonis, yang mana akan meningkatkan atau menghambat metabolisme
normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Obat dapat
memproduksi efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin dapat
menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam jangka waktu lama.
Methotrexat memiliki struktur yang mirip dengan folat vitamin B, hal ini
dapat memperparah defisiensi folat.
6
antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan
phenytoin.
Absorbsi
Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara misalnya,
7
penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat masuk
ke dinding usus (Lulukria, 2010).
Metabolisme
Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yakni
Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus
dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang
dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan
metotrexate pada pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang
dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat
ini adalah defisiensi asam folat (Lulukria, 2010).
Ekskresi
8
yang berhubungan dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat berupa
terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu
makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran
pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek
samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien.
Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak
signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi (Bruyne, 2008).
9
suatu anti konvulsann digunakan untuk mencegah serangan. Spironolakton
(aldactazide, aldactone) suatu diuretika digunakan untuk menanggulangi
tekanan darah tinggi dan layu Jantung.
c. Makanan yang menurunkan efek beberapa obat
Makan obat berikut ini satu jam sebelum atau dua jam sesudah
makan untuk mencegah interaksi yang mungkin menurunkan efek obat :
Kaptoril (capoten) digunakan untuk menanggulangi takanan darah tinggi
dan layu jantung Antibiotika. Pengecualian antibiotika yang tidak
dipengaruhi oleh makanan Amoksisilin (amoksil, larotid, polymox),
Bakampisilin (spectrobid) Doksisilin (doxcychel), Hetasalin (Versapen).
Eritromisin estolat (liosone) Eritromisin salut enteric (E-mycin, Ery-Tab),
Minosiklin (minocin).
10
Efek Quinine dapat meningkat. Kinin adalah obat bebas yang
digunakan untuk mengobati malaria dan untuk kejang kaki malam hari.
Akibatnya mungkin dapat menjadii efek samping merugikan karena terlalu
banyak kinin disertai gejala pusing dan sakit kepala, telinga berdenging,
dan gangguan penglihatan. Hindari makan beralkali seperti: amandel, susu
mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan,
sayuran (kecuali Jagung).
g. Makanan Berkofein Obat asma gol teofilin
Efek obat asama dapat meningkat, obat asama melebarkan jalan
udara dan memeudahkan pernapasan penderita asma, akibatnya mungkin
menjdai efek samping merugikan karena terlalu banyak teofilin disertai
gejala mual, pisong, sakit kepala, mudah tersinggung, tremor, insomnia,
trakhikardia, nama paten obat asma golongan teofilin
h. Makanan berkarbohidrat asetaminofen
Asetaminofen dapat berkurang asetaminofen adalah obat
penghilang nyeri dan demam yang masyhur. Akibatnya nyeri dan demam
mungkin tidak hilang sebagaimana mestinya. Sumber karbohidrat roti
biscuit aroma jeli, dll. Nama paten asetaminofen: Anacin-3, Datril,
liquprin.
i. Sate sapi atau hamburger obat asma turunan teofilin
Efek obat asama dapat berkurang obat asama membuka jalan udara
di paru-paru dan mempermudah pernapasan penderita asma akibatya:
asma mungkin tidak terkendali dengan baik.
j. Makanan berlemak - Griseofulvin (Fluvicin P/G, Fluficin U/F,
Griseofulvin
Efek griseofulvin dapat meningkat griseofulvin diberikan secara
oral untuk mengobati infeksi jamur pada rambut, kulit, kuku tangan, dan
kuku kaki. Interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan
dan griseofulvin sebaikanya ditelan pada saat makan makanan berlemak
seperti: Alpukat, daging sapi, mentega, kue, kelapa susu, selada ayam,
kentang goring, ayam goreng.
11
k. Makanan berserat banyak digoksin
Efek digoksin berkurang digoksin digunakan untuk mengobati layu
jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak
beraturan akibatya kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan
baik. Gunakan digoksin satu jam sebelum atau sesudah makan yang
berserat seperti: Sari buah prem, seralia beras, makanan dari gandum, biji-
bijian, sayuran mentah, sayuran berdaun.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa: interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase
farmasetis, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme
obat yang telah diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase
formasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi,
metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik),
setelah melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon
secara fisiologis dan psikologis (merupakan fase farmakodinamik).
3.2 Saran
1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat
ditanyakan dengan dokter yang meresepkan atau apoteker.
2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang
tercantum dalam label atau wadah.
13
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 11 Tahun 2019 Tentang Bahan Tambahan Pangan.
Helmyati, N.F., Rahmawati., Purwanto, and E.,Yuliati, 2014, Interaksi Obat dan.
Makanan, Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.
Ilham Alifiar, 2016. Gambaran Potensi Interaksi Obat dengan Makanan pada
Pasien Hepar yang Dirawat di Sebuah Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, Jurnal
Surya Medika Volume 2 No. 1 [2016].
Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS), Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia
(IONI): BPOM RI
14