Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK

INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

Mata kuliah : Interaksi Obat dan Makanan

Dosen : Alifea Meta Duwairoh, S.Pd., M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 8

Firman Khofif Lutfhiyanto 20024149010


Lia Novitasari 20024149017
Nabila Khoirunnisa 20024149020
Ulfi Uswatun Hasanah 20024149034
Wanudya Kusumaningati 20024149036

PRODI S1 GIZI
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah berjudul “INTERAKSI OBAT DAN
MAKANAN” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Interaksi Obat dan Makanan bagi mahasiswa Prodi S1 Gizi
IIKNU Tuban. Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu
karena dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan menuju kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tuban, 17-April-2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB 2......................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Definisi Interaksi Obat.................................................................................3

2.2 Definisi Makanan.........................................................................................4

2.3 Interaksi Obat dengan Makanan................................................................4

2.4 Obat dan Penurunan Nafsu Makan...........................................................6

2.5 Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman..........................................6

2.6 Obat dan gangguan gastrointestinal...........................................................6

2.7 Macam-macam proses Interaksi Obat dengan makanan.........................9

BAB 3....................................................................................................................12

PENUTUP.............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan............................................................................................12

3.2 Saran.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Interaksi obat merupakan masalah penting yang mengakibatkan ribuan orang
harus di rumah sakit di Amerika Serikat setiap tahun. Penelitian selama satu tahun
baru-baru ini disejumlah apotek menunjukkan bahwa hampir satu dari 4 pasien
yang mendapatkan resep pernah mengalami interaksi obat yang berarti pada suatu
saat tertentu dalam tahun tersebut. Interaksi demikian telah menimbulkan
gangguan yang serius sehingga kadang-kadang menyebabkan kematian. Yang
lebih sering terjadi adalah interaksi yang meningkatkan toksisitas atau turunya
efek terapi pengobatan sehingga pasien tidak merasa sehat kembali atau tidak
cepat sembuh sebagaimana seharusnya (Harkness, 1989).

Saat kita mendapatkan obat dari apotik, kita sering diberi tahu bahwa obat
sebaiknya diminum sebelum atau sesudah makan. Kita kadang tidak tahu, untuk
apa sebenarnya hal tersebut harus dilakukan. Mengapa obat tertentu harus
diminum sebelum makan dan obat lainnya harus diminum sesudah makan. Hal itu
sebenarnya berkaitan dengan masalah interaksi obat, sebagai salah satu langkah
untuk menghindari terjadinya interaksi dari suatu obat yang merugikan (Lulukria,
2010).

Secara singkat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek
obat yang lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang efektif
(Harknoss, 1989). Untuk mendapatkan efek obat harus berinteraksi dengan
reseptor tetapi adakalanya obat berinteraksi dengan faktor lain yang dapat
meningkatkan atau mengurangi efek dari obat tersebut, antara lain: faktor
lingkungan, kondisi fisiologi tubuh metabolisme tubuh, farmakodinamik,
farmakokinetik, dan makanan.

1
Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi interaksi
obat. Pengaruh makanan terhadap kerja obat masih sangat kurang, Karena itu,
pada banyak bahan obat masih belum jelas bagaimana pengaruh pemberian
makanan pada saat yang sama pada kinetika obat. Pada sejumlah senyawa
makanan menyebabkan peningkatan, penundaan, dan penurunan absorbsi obat
(Mutschler, 1999). Makanan dapat berikatan dengan obat, sehingga
mengakibatkan absorbsi obat berkurang atau lebih lambat. Sebuah contoh diskusi
tentang makanan yang berikatan dengan obat adalah interaksi tetrasiklin dengan
produk-produk dari susu Akibatnya adalah penurunan konsentrasi tetrasiklin
dalam plasma. Oleh karena adanya efek pengikatan ini, maka tetrasiklin harus
dimakan satu jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dan tidak boleh dimakan
dengan susu (Hayes et al., 1996).

Jadi interaksi obat merupakan sarana bagi semua pihak. Pasien, dokter dan
farmasis harus bekerjasama, untuk upaya memaksimalisasi pemakiaan obat demi
kepentingan pasien. Di era informasi yang serba cepat dan mudah seperti sekarang
ini, masyarakat mestinya semakin menyadari untuk menjadi mitra aktif dalam
menjaga pemeliharaan kesehatannya sendiri dan keluarga (Harkness, 1989)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari interaksi obat?
2. Apa pengertian makanan?
3. Bagaimana proses interaksi obat dengan makanan?
4. Apa pengertian farmakologi obat makanan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari interaksi obat
2. Untuk mengetahui pengertian makanan
3. Untuk mengetahui proses interaksi obat dengan makanan
4. Untuk mengetahui pengertian farmakologi obat makanan

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Interaksi Obat


Interaksi obat adalah situasi di mana suatu zat memengaruhi
aktivitas obat, yaitu meningkatkan atau menurunkan efeknya, atau
menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan atau direncanakan. Interaksi
dapat terjadi antar-obat atau antara obat dengan makanan serta obat-obatan
herbal.

Secara umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan


hasil yang buruk atau tidak terduga. Beberapa interaksi obat bahkan dapat
berbahaya bagi Anda. Misalnya, jika Anda memiliki tekanan darah tinggi
Anda bisa mengalami reaksi yang tidak diinginkan jika Anda mengambil
dekongestan hidung. Namun, interaksi obat juga dapat dengan sengaja
dimanfaatkan, misalnya pemberian probenesid dengan penisilin sebelum
produksi massal penisilin. Karena penisilin sulit waktu itu sulit diproduksi,
kombinasi itu berguna untuk mengurangi jumlah penisilin yang
dibutuhkan.

Ada beberapa mekanisme oleh obat yang berinteraksi dengan obat-


obatan lain, makanan, dan bahan lainnya. Interaksi dapat terjadi apabila
ada peningkatan atau penurunan dalam:

1. Penyerapan obat yang masuk ke dalam tubuh


2. Distribusi obat dalam tubuh,
3. Perubahan yang dibuat pada obat oleh tubuh (metabolisme)
4. Penghapusan obat dari badan.

Sebagian besar hasil penting dari interaksi obat perubahan dari


dalam penyerapan, metabolisme, atau penghapusan dari obat. Interaksi
obat juga dapat terjadi bila dua obat yang sama (tambahan) efek atau

3
berlawanan (membatalkan) efek bertindak bersama pada tubuh. Sumber
lain dari interaksi obat terjadi ketika obat mengubah satu konsentrasi dari
bahan yang biasanya hadir di dalam tubuh. Perubahan yang substansi ini
mengurangi atau meningkatkan efek obat lain yang sedang diambil.
Interaksi obat antarawarfarin (Coumadin) dan vitamin K yang
mengandung produk adalah contoh yang baik dari jenis interaksi. Warfarin
bertindak dengan mengurangi konsentrasi bentuk aktif vitamin K didalam
tubuh. Karena itu, bila vitamin K diambil, ia akan mengurangi efek
warfarin.

2.2 Definisi Makanan


Makanan adalah bahan, yang biasanya berasal dari hewan atau
tumbuhan, dimakan oleh makhluk hidup untuk memberikan tenaga dan
nutrisi, Cairan dipakai untuk maksud ini sering disebut minuman, tetapi
kata 'makanan' juga bisa dipakai. Istilah ini kadang-kadang dipakai dengan
kiasan, seperti "makanan untuk pemikiran". Kecukupan makanan dapat
dinilai dengan status gizi secara antropometri.

Makanan yang dibutuhkan manusia biasanya dibuat melalui


bertani, berkebun ataupun beternak yang meliputi sumber hewan dan
tumbuhan. Beberapa orang menolak untuk memakan makanan dari hewan
seperti, daging, telur dan lain-lain. Mereka yang tidak suka memakan
daging dan sejenisnya disebut vegetarian yaitu orang yang hanya
memakan sayuran sebagai makanan pokok mereka.

2.3 Interaksi Obat dengan Makanan


Pemberian obat-obatan merupakan bagian dari terapi medis
terhadap pasien. Ketika dikonsumsi, obat dapat mempengaruhi status gizi
seseorang dengan mempengaruhi makanan yang masuk (drug-food
interaction). Hal sebaliknya juga dapat terjadi, makanan yang masuk juga
dapat mempengaruhi kerja beberapa obat-obatan (food-drug interaction).

Interaksi antara obat dan makanan disini dapat dibagi menjadi :

4
1. Obat-obatan yang dapat menurunkan nafsu makan, mengganggu pengecapan
dan mengganggu traktus gastrointestinal/ saluran pencernaan.
2. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi absorbsi, metabolisme dan eksresi zat
gizi.

Adapun Interaksi obat dan makanan terbagi 3 Fase:


1. Fase Farmasetis
Fase farmasetis merupakan fase awal dari hancur dan
terdisolusinya obat. Beberapa makanan dan nutrisi mempengaruhi hancur
dan larutnya obat. maka dari itu, keasaman makanan dapat mengubah
efektifitas dan solubilitas obat- obat tertentu. Salah satu obat yang
dipengaruhi pH lambung adalah saquinavir, inhibitor protease pada
perawatan HIV.
2. Fase farmakokinetik

Fase farmakokinetik adalah absorbsi, transport, distribusi,


metabolisme dan ekskresi obat. Interaksi obat dan makanan paling
signifikan terlibat dalam proses absorbsi. Usus halus, organ penyerapan
primer, berperan penting dalam absorbsi obat. Fungsi usus halus seperti
motilitas atau afinitas obat untuk menahan sistem karier usus halus, dapat
mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorbsi obat. Makanan dan nutrien
dalam makanan dapat meningkatkan atau menurunkan absorbsi obat dan
mengubah ketersediaan hayati obat.

Makanan yang mempengaruhi tingkat ionisasi dan solubilitas atau


reaksi pembentukan khelat, dapat mengubah absorbsi obat secara
signifikan. Misalnya pada reaksi pembentukan khelat pada :

a. Kombinasi tetracyclin dengan mineral divalen seperti Ca dalam susu


atau antasida. Kalsium akan mempengaruhi absorbsi dari quinolon.
b. Reaksi antara besi (ferro atau ferri) dengan tetracyclin, antibiotik
fluoroquinolon, ciprofloxacin, ofloxacin, lomeflox dan enoxacin.

5
Maka dari itu, ketersediaan hayati ciprofloxacin dan ofloxacin turun
masing-masing 52 dan 64 % akibat adanya besi.
c. Zink dan fluoroquinolon akan menghasilkan senyawa inaktif sehingga
menurunkan absorbsi obat (b).

3. Fase farmakodinamik
Fase farmakodinamik merupakan respon fisiologis dan psikologis
terhadap obat. Mekanisme obat tergantung pada aktifitas agonis atau
antagonis, yang mana akan meningkatkan atau menghambat metabolisme
normal dan fungsi fisiologis dalam tubuh manusia. Obat dapat
memproduksi efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Aspirin dapat
menyebabkan defisiensi folat jika diberikan dalam jangka waktu lama.
Methotrexat memiliki struktur yang mirip dengan folat vitamin B, hal ini
dapat memperparah defisiensi folat.

2.4 Obat dan Penurunan Nafsu Makan


Efek samping obat atau pengaruh obat secara langsung, dapat
mempengaruhi nafsu makan. Kebanyakan stimulan CNS dapat
mengakibatkan anorexia. Efek samping obat yang berdampak pada
gangguan CNS dapat mempengaruhi kemampuan dan keinginan untuk
makan. Obat-obatan penekan nafsu makan dapat menyebabkan terjadinya
penurunan berat badan yang tidak diinginkan dan ketidakseimbangan
nutrisi.

2.5 Obat dan perubahan pengecapan/ penciuman


Banyak obat yang dapat menyebabkan perubahan terhadap
kemampuan merasakan/ dysgeusia, menurunkan ketajaman rasa/
hypodysgeusia atau membaui. Gejala-gejala tersebut dapat mempengaruhi
intake makanan. Obat- obatan yang umum digunakan dan diketahui
menyabapkan hypodysgeusia seperti: obat antihipertensi (captopril),

6
antriretroviral ampenavir, antineoplastik cisplastin, dan antikonvulsan
phenytoin.

2.6 Obat dan gangguan gastrointestinal


Obat dapat menyebabkan perubahan pada fungsi usus besar dan hal
ini dapat berdampak pada terjadinya konstipasi atau diare. Obat-obatan
narkosis seperti kodein dan morfin dapat menurunkan produktivitas tonus
otot halus dari dinding usus. Hal ini berdampak pada penurunan peristaltik
yang menyebabkan terjadinya konstipasi (Lulukria, 2010).

Absorbsi

Interaksi dalam proses absorpsi dapat terjadi dengan berbagai cara misalnya,

1. Perubahan (penurunan) motilitas gastrointestinal oleh karena obat-obat


seperti morfin atau senyawa-senyawa antikolinergik dapat mengubah
absorpsi obat-obat lain.
2. Kelasi yakni pengikatan molekul obat-obatan tertentu oleh senyawa logam
sehingga absorbsi akan dikurangi, oleh karena terbentuknya senyawa
kompleks yang tidak diabsorbsi. Misalnya, kelasi antara tetrasiklin dengan
senyawa-senyawa logam/berat akan menurunkan absorbsi tetrasiklin.
3. Makanan juga dapat mengubah absorpsi obat-obat tertentu, misalnya:
umumnya antibiotika akan menurun absorpsinya bila diberikan bersama
dengan makanan

Obat-obatan yang dikenal luas dapat mempengaruhi absorbsi zat gizi


adalah obat-obatan yang memiliki efek merusak terhadap mukosa usus.
Antineoplastik, antiretroviral, NSAID dan sejumlah antibiotik diketahui
memiliki efek tersebut. Mekanisme penghambatan absorbsi tersebut
meliputi: pengikatan antara obat dan zat gizi (drug-nutrient binding)
contohnya Fe, Mg, Zn, dapat berikatan dengan beberapa jenis antibiotik:
mengubah keasaman lambung seperti pada antacid dan antiulcer sehingga
dapat mengganggu penyerapan B12, folat dan besi; serta dengan cara

7
penghambatan langsung pada metabolisme atau perpindahan saat masuk
ke dinding usus (Lulukria, 2010).

Metabolisme

Interaksi dalam proses metabolisme dapat terjadi dengan dua kemungkinan, yakni

1. Pemacuan enzim (enzyme induction) suatu obat (presipitan) dapat


memacu metabolisme obat lain (obat obyek) sehingga mempercepat
eliminasi obat tersebut. Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolism
obat disebut sebagai enzyme inducer. Dikenal beberapa obat yang
mempunyai sifat pemacu enzim ini yakni Rifampisin; Antiepileptika:
fenitoin, karbamasepin, fenobarbital.
2. Penghambatan enzim, Obat-obat yang punya kemampuan untuk
menghambat enzim yang memetabolisir obat lain dikenal sebagai
penghambat enzim (enzyme inhibitor). Akibat dari penghambatan
metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah
dengans egala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi
obat. Obat-obat yang dikenal dapat menghambat aktifitas enzim
metabolisme obat antara lain kloramfenikol, isoniazid, simetidin,
propanolol, eritromisin, fenilbutason, alopurinol dan lain-lain. (Grahame,
1985)

Obat-obatan dan zat gizi mendapatkan enzim yang sama ketika sampai di usus
dan hati. Akibatnya beberapa obat dapat menghambat aktifitas enzim yang
dibutuhkan untuk memetabolisme zat gizi. Sebagai contohnya penggunaan
metotrexate pada pengobatan kanker menggunakan enzim yang sama yang
dipakai untuk mengaktifkan folat. Sehingga efek samping dari penggunaan obat
ini adalah defisiensi asam folat (Lulukria, 2010).

Ekskresi

Obat-obatan dapat mempengaruhi dan mengganggu eksresi zat gizi


dengan mengganggu reabsorbsi pada ginjal dan menyebabkan diare atau
muntah. Sehingga jika dirangkum, efek samping pemberian obat-obatan

8
yang berhubungan dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat berupa
terjadinya mual, muntah, perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu
makan, mulut kering atau inflamasi/ luka pada mulut dan saluran
pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut), konstipasi dan diare. Efek
samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi makanan si pasien.
Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu dampak
signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi (Bruyne, 2008).

2.7 Macam-macam proses Interaksi Obat dengan makanan


Berikut merupakan macam-macam proses interaksi obat dan
makanan dan efek yang ditimbulkan dalam tubuh kita:

a. Makanan yang meningkatkan efek beberapa obat


Obat yang efeknya apat ditingkatkan oleh makanan dan biasanya
harus digunakan bersama dengan makanan agar didapatkan efek yang
tetap.
b. Obat jantung ẞ bloker
Digunakan untuk mencegah angina, untuk menormalakan kembali
denyut jantung yang tidak beraturan, dan untuk menaggulangi tekanan
darah tinggi. Nama paten pemblok beta: Tenormin, Inderal lopresor.
Karbamazapin (tagretol) anti konvulsan yang digunakan untuk mencegah
serangan Diazepam (Valium) - suatu transkuliansia. Diuretika digunakan
untuk mengobati tekanan darah tinggi dan layu jantung. Nama paten
diuretika yang berinterakasi: Anhydron, Aquatag, aquetnsin, diucardin,
diulo, diuril, enduron, hydromox.
Hidralazine (apresoline) digunakan untuk menanggulangi tekanan
arah tinggi. Nitrofurantoin (furadantin, Macrodantin) suatu anti mikroba
digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih. Fenitoin (dilantin)

9
suatu anti konvulsann digunakan untuk mencegah serangan. Spironolakton
(aldactazide, aldactone) suatu diuretika digunakan untuk menanggulangi
tekanan darah tinggi dan layu Jantung.
c. Makanan yang menurunkan efek beberapa obat
Makan obat berikut ini satu jam sebelum atau dua jam sesudah
makan untuk mencegah interaksi yang mungkin menurunkan efek obat :
Kaptoril (capoten) digunakan untuk menanggulangi takanan darah tinggi
dan layu jantung Antibiotika. Pengecualian antibiotika yang tidak
dipengaruhi oleh makanan Amoksisilin (amoksil, larotid, polymox),
Bakampisilin (spectrobid) Doksisilin (doxcychel), Hetasalin (Versapen).
Eritromisin estolat (liosone) Eritromisin salut enteric (E-mycin, Ery-Tab),
Minosiklin (minocin).

d. Makanan Beralkali Metenamin (hiprex, Mandelamine, Urex)


Efek metanamine dapat berkurang. Metanamine digunakan untuk
mengobati infeksi saluran kemih (kandung kemih Dan ginjal). Akibatnya:
Infeksi mungkin tidak terobati dengan baik. Hindari makanan beralkali
seperti: amandel, susu mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa
susu, buah-buahan (kecuali berry. Prem yang dikeringkan), susu, sayuran
(kecuali Jagung)
e. Makanan beralkali Kinidin (Cardioquin, duraquin, quinaglute dura
tabs)
Efek kinidin dapat meningkat, kinidin digunakan untuk
menormalkan denyut jantung yang tidak beraturan. Akibatnya mungkin
menjadi efek samping merugikan karena terlalu banyak kinidin disertai
gejala jantung berdebar atau denyut jantung tidak teratur, pusing sakit
kepala, telinga berdaging, dan gangguan penglihatan. Hindari makan
seperti: Hindari makanan beralkali seperti : amandel, susu mentega,
kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah- buahan, sayuran
(kecuali Jagung)
f. Makanan beralkali Kinin (coco Quinine, Quinamm, Quinine)

10
Efek Quinine dapat meningkat. Kinin adalah obat bebas yang
digunakan untuk mengobati malaria dan untuk kejang kaki malam hari.
Akibatnya mungkin dapat menjadii efek samping merugikan karena terlalu
banyak kinin disertai gejala pusing dan sakit kepala, telinga berdenging,
dan gangguan penglihatan. Hindari makan beralkali seperti: amandel, susu
mentega, kastanye, sari buah jeruk, kelapa, kelapa susu, buah-buahan,
sayuran (kecuali Jagung).
g. Makanan Berkofein Obat asma gol teofilin
Efek obat asama dapat meningkat, obat asama melebarkan jalan
udara dan memeudahkan pernapasan penderita asma, akibatnya mungkin
menjdai efek samping merugikan karena terlalu banyak teofilin disertai
gejala mual, pisong, sakit kepala, mudah tersinggung, tremor, insomnia,
trakhikardia, nama paten obat asma golongan teofilin
h. Makanan berkarbohidrat asetaminofen
Asetaminofen dapat berkurang asetaminofen adalah obat
penghilang nyeri dan demam yang masyhur. Akibatnya nyeri dan demam
mungkin tidak hilang sebagaimana mestinya. Sumber karbohidrat roti
biscuit aroma jeli, dll. Nama paten asetaminofen: Anacin-3, Datril,
liquprin.
i. Sate sapi atau hamburger obat asma turunan teofilin
Efek obat asama dapat berkurang obat asama membuka jalan udara
di paru-paru dan mempermudah pernapasan penderita asma akibatya:
asma mungkin tidak terkendali dengan baik.
j. Makanan berlemak - Griseofulvin (Fluvicin P/G, Fluficin U/F,
Griseofulvin
Efek griseofulvin dapat meningkat griseofulvin diberikan secara
oral untuk mengobati infeksi jamur pada rambut, kulit, kuku tangan, dan
kuku kaki. Interaksi yang terjadi adalah interaksi yang menguntungkan
dan griseofulvin sebaikanya ditelan pada saat makan makanan berlemak
seperti: Alpukat, daging sapi, mentega, kue, kelapa susu, selada ayam,
kentang goring, ayam goreng.

11
k. Makanan berserat banyak digoksin
Efek digoksin berkurang digoksin digunakan untuk mengobati layu
jantung dan untuk menormalkan kembali denyut jantung yang tak
beraturan akibatya kondisi yang diobati mungkin tidak terkendali dengan
baik. Gunakan digoksin satu jam sebelum atau sesudah makan yang
berserat seperti: Sari buah prem, seralia beras, makanan dari gandum, biji-
bijian, sayuran mentah, sayuran berdaun.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa: interaksi antara obat dan makanan terjadi dalam tiga fase yaitu fase
farmasetis, fase farmakokinetik, fase farmakodinamik. Dengan mekanisme
obat yang telah diminum akan hancur dan obat terdisolusi (merupakan fase
formasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi, transport, distribusi,
metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik),
setelah melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon
secara fisiologis dan psikologis (merupakan fase farmakodinamik).

Efek samping pemberian obat-obatan yang berhubungan dengan


gangguan GI (gastrointestinal) dapat berupa terjadinya mual, muntah,
perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau
inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal
(bagian perut), konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat
memperburuk konsumsi makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan
dalam waktu yang panjang tentu dampak signifikan yang memperngaruhi
status gizi dapat terjadi.

3.2 Saran
1. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat
ditanyakan dengan dokter yang meresepkan atau apoteker.
2. Baca aturan pakai, label perhatian dan peringatan interaksi obat yang
tercantum dalam label atau wadah.

13
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No. 11 Tahun 2019 Tentang Bahan Tambahan Pangan.

Helmyati, N.F., Rahmawati., Purwanto, and E.,Yuliati, 2014, Interaksi Obat dan.
Makanan, Yogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Ilham Alifiar, 2016. Gambaran Potensi Interaksi Obat dengan Makanan pada
Pasien Hepar yang Dirawat di Sebuah Rumah Sakit di Kota Tasikmalaya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, Jurnal
Surya Medika Volume 2 No. 1 [2016].

Isnatin Miladiyah, 2016. SISTEM PAKAR PEMILIHAN OBAT


ANTIHIPERTENSI DAN INTERAKSI OBAT ATAU MAKANAN.
Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia Jalan Kaliurang, Sleman
Yogyakarta.

Nurhayati Nurhayati, Sri Kusumadewi, Isnatin Miladiyah, 2016. SISTEM


PAKAR PEMILIHAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN INTERAKSI
OBAT ATAU MAKANAN. Fakultas Kedokteran, Universitas Islam
Indonesia Jalan Kaliurang, Sleman Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Rekam
Medis dan Informatika Kesehatan 6 (1), 2016

Pusat Informasi Obat Nasional (PIONAS), Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia
(IONI): BPOM RI

14

Anda mungkin juga menyukai