Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INTERAKSI OBAT

“Interaksi Obat Di Luar Tubuh”

Disusun oleh :

1. Ervina Amalia 15330061


2. Astiningsih Rizki. A 15330136
3. Fahrummisa Abdullah 15330155
4. M. Irhas 15330159
5. Pindha Kurnia Jati 16330001
6. Azmi Hayathy 16330056
7. Karina Putri Pratama 16330066

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya pada kita semua sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini  dengan
baik dan lancar. Untuk melengkapi tugas dan menambahkan wawasan dan pengetahuan ilmu
khususnya pada bidang ilmu Interaksi Obat.

 Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan banyak terima
kasih. Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada kami, mendapat imbalan
yang berlipat dari Allah Subhanahu Wata’ala, amin.

 Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan
makalah ini. Atas saran, kritik maupun bantuannya kami ucapkan terima kasih.

 Semoga apa yang di tulis di Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................2

DAFTAR ISI ...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................4

B. Tujuan .......................................................................................5

C. Manfaat .....................................................................................5

D. Rumusan Masalah ....................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Interaksi Obat Luar Tubuh.....................................................6

B. Mekanisme Interaksi Obat Luar Tubuh.................................6

C. Contoh Interaksi Obat Luar Tubuh........................................7

D. Cara Mengatasi Interaksi Obat Luar Tubuh........................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................11
B. Sarab .........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug) berubah akibat adanya
obat lain (precipitant drug), makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat
menghasilkan efek yang memang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek
yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs) yang
lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena meningkatnya
kadar obat di dalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma
yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal.
Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya
menyebabkan munculnya interaksi baru antar obat akan semakin sering terjadi.
Beberapa laporan studi menyebutkan proporsi interaksi obat dengan obat lain (antar
obat) berkisar antara 2,2% sampai 30% terjadi pada pasien rawat-inap dan 9,2%
sampai 70,3% terjadi pada pasien-pasien rawat jalan, walaupun kadang-kadang
evaluasi interaksi obat tersebut memasukkan pula interaksi secara teoretik selain
interaksi obat sesungguhnya yang ditemukan dan terdokumentasi.
Di Indonesia, data mengenai insidens interaksi obat masih belum
terdokumentasi antara lain juga karena belum banyak studi epidemiologi dilakukan di
Indonesia untuk hal tersebut. Sebagian besar informasi diperoleh dari laporan-laporan
kasus terpisah, uji-uji klinik, dan/atau studi-studi farmakokinetik pada subyek sehat
dan usia muda yang tidak sedang menggunakan obat-obat lainnya, sehingga untuk
menetapkan risiko efek samping akibat suatu interaksi obat pada seorang pasien
tertentu seringkali tidak dapat secara langsung.
Profil keamanan suatu obat seringkali baru didapatkan setelah obat tersebut
sudah digunakan cukup lama dan secara luas di masyarakat, termasuk oleh populasi
pasien yang sebelumnya tidak terwakili dalam uji klinik obat tersebut.
Konsekuensinya, diperlukan beberapa bulan atau bahkan tahun sebelum diperoleh
data yang memadai tentang masalah efek samping akibat interaksi obat.

4
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang interaksi obat luar tubuh
2. Mengetahui mekanisme terjadinya interakasi obat luar tubuh
3. Mengetahui contoh obat yang termasuk interaksi obat luar tubuh
C. Manfaat
1. Menambah ilmu pengetahuan bagi yang membacanya.
2. Membantu mahasiswa/i dalam proses belajar materi tersebut.
3. Memudahkan mahasiswa/i memahami materi interaksi obat khususnya pada
materi interaksi obat luar tubuh.
D. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud interaksi obat luar tubuh?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya interakasi obat luar tubuh?
3. Sebutkan contoh obat yang termasuk interaksi obat luar tubuh?
4. Apa saja tindakan yang dilakukan untuk mengatasi interaksi obat luar tubuh?
5. Sebutkan efek yang ditimbulkan dari interaksi obat luar tubuh?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Interaksi Obat Di Luar Tubuh


Interaksi obat di luar tubuh adalah interaksi yang terjadi diluar tubuh (sebelum
obat di berikan) antara obat yang tidak bisa di campur disebut inkompatibel atau
intraksi farmasetis. Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi
langsung secara fisika atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai
pembentukan endapan, perubahan warna dan lain-lain, atau mungkin juga tidak
terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
Hal yang paling penting untuk diketahui oleh dokter maupun apoteker sebagai
tenaga kesehatan adalah interaksi obat diluar tubuh yaitu interaksi antara obat suntik
dengan cairan infus, dimana banyak sekali obat-obat suntik yang inkompatibilitas
dengan cairan infus. Selain itu interaksi obat dapat terjadi pada saat formulasi atau
disiapkan sebelum digunakan oleh pasien. Prinsip interaksi obat diluar tubuh manusia
adalah interaksi langsung secara fisik dan atau kimiawi, yang mungkin terlihat
sebagai pembentukan endapan, perubahan warna, dll, atau mungkin juga tidak terlihat
dari hasil interaksi yang terjadi.
B. Mekanisme Kerja Interaksi Obat
Interaksi yang terjadi karena adanya perubahan atau reaksi kimia dan fisika antara
2 obat atau lebih yang dapat dikenal/dilihat yang berlangsung diluar tubuh dan
mengakibatkan aktivitas farmakologik obat tersebut hilang/berubah. Macam macam
inkompatibilitas :
a. Inkompatibilitas terapeutik.
Inkompatibilitas golongan ini mempunyai arti bahwa bila obat yang satu
dicampur/ dikombinasikan dengan obat yang lain akan mengalami
perubahanperubahan sedemikian rupa hingga sifat kerjanya dalam tubuh (in vivo)
berlainan daripada yang diharapkan. Hasil kerjanya kadang-kadang
menguntungkan, namun dalam banyak hal justru merugikan dan malah dapat
berakibat fatal. Sebagai contoh : Absorpsi dari tetrasiklin akan terhambat bila
diberikan bersama-sama dengan suatu antasida (yang mengandung kalsium,
aluminium, magnesium atau bismuth). Fenobarbital dengan MAO--inhibitors
menimbulkan efek potensiasi dari barbituratnya. Kombinasi dari quinine dengan
asetosal dapat menimbulkan chinotoxine yang tidak dapat bekerja lagi terhadap

6
malaria. Mencampur hipnotik dan sedatif dengan kafein hanya dalam
perbandingan yang tertentu saja rasionilpun harus diperhatikan bahwa
mengkombinasikan berbagai antibiotik tanpa indikasi bakteriologis yang layak
sebaiknya tidak dianjurkan.
b. Inkompatibilitas fisika.
Yang dimaksudkan disini adalah perubahan-perubahan yang tidak diinginkan
yang timbul pada waktu obat dicampur satu sama lain tanpa terjadi perubahan-
perubahan kimia. Contoh :
1) Meleleh atau menjadi basahnya campuran serbuk.
2) Tidak dapat larut dan obat-obat yang apabila disatukan tidak dapat
bercampur secara homogen.
3) Penggaraman (salting out).
4) Adsorpsi obat yang satu terhadap obat yang lain.
c. Inkompatibilitas kimia.
Yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang
disebabkan oleh berlangsungnya reaksi kimia/interaksi. Termasuk di sini adalah :
1) Reaksi-reaksi di mana terjadi senyawa baru yang mengendap.
2) Reaksi antara obat yang bereaksi asam dan basa.
3) Reaksi yang terjadi karena proses oksidasi/reduksi maupun hidrolisa.
4) Perubahan-perubahan warna.
5) Terbentuknya gas dll.
C. Contoh interaksi obat di luar tubuh

Obat A Obat B Efek


a.Interaksi Langsung
 Tetrasiklin Kation multivalen (Ca2+, Terbentuk kelat yang tidak
Mg2+, Al3+ dalam antasida, dapat diabsorbsi sehingga
Ca2+ dalam susu, Fe2+ dalam absobsi obat A menurun
sediaan besi
 Digoksin, Kolestiramin, Obat A di ikat obat B
digitoksin kortikosteroid, tiroksin sehingga absobsi obat A
menurun

b. Perubahan pH Tetrasiklin Kelarutan obat B menurun


cairan saluran cerna sehingga absobsi obat B

7
- NaHCO3 Aspirin menurun
Kelarutan (kecepatan
disolusi meningkat)
sehingga absobsi obat B
meningkat

Contoh-contoh obat yang berinteraksi diluar tubuh manusia

No Obat A Obat B Interaksi yang terjadi Penanganan


Tidak dicampur
Oksitetrasiklin-
1. Diphenhidramin Terbentuknya endapan secara
HCl
bersamaan
Tidak dicampur
2. Aspirin Na-bikarbonat Aspirin terhidrolisis secara
bersamaan
Terbentuk ikatan Obat tidak
Oksitertrasiklin
3. MgS04 komplek tak larut dicampur
- HCl
Oksitetrasiklin-Ca bersamaan
Terbentuk ikatan Obat tidak
Oksitertrasiklin
4. Ca-glukonat komplek tak larut dicampur
- HCl
Oksitetrasiklin-Ca bersamaan
Pemakaian
5. Phenitoin-Na infus Terbentuk endapan wadah ampul
yang berwarna
Obat tidak
Inj.
6. Inj. Diphenhidramin Terbentuk endapan dicampur
Aminophilin
bersamaan
Obat tidak
Inj.
7. Inj. Diphenhidramin Terbentuk endapan dicampur
Oksitetrasiklin
bersamaan
Obat tidak
8. Inj. Thiopenton Inj. Suxamethonium Terbentuk endapan dicampur
bersamaan
Diazepam
diberikan secara
9. Diazepam Cairan infus Terbentuk endapan
terpisah dengan
cairan infus
Fenitoin tidak
dicampur bers-
10 Phenitoin Cairan infus Terbentuk endapan
amaan dengan
cairan infus
Protamin Zinc Efek soluble insulin Obat tidak
11 Soluble insulin
Insulin berkurang dicampur

8
bersamaan
Obat tidak
12 Heparin Hidrokortison Heparin tidak aktif dicampur
bersamaan
Obat tidak
13 Kanamicin HidrokOltison Kanamicin tidak aktif dicampur
bersamaan
Obat tidak
14 Penicilin Hidrokortison Penicilin tidak aktif dicampur
bersamaan
Tidak dicampur
Gentamicin tidak aktif secara
15 Karbenicillin Gentamicin
Karbenicilin rusak bersamaan

Tidak dicampur
16 Penicilin G Vitamin C Penicilin tidak aktif secara
bersamaan
Ringer
Amfoterisin
Larutan garam
Amfoterisin B tidak dicampur
17 Amfoterisin B fisiologis atau
mengendap bersamaan
larutan ringer
dengan cairan
infus
Obat tidak
Inaktivasi pada
18 Ceftazidime Aminoglikosida dicampur
ceftazidime
bersamaan
Obat tidak
Terbentuk endapan pada
19 Ceftazidime Vankomisin dicampur
larutan ceftazidime
bersamaan
Obat tidak
Larutan injeksi Na- Ceftazidime kuning
20 Ceftazidime dicampur
bikarbonat stabil
bersamaan
Penicilin Larutan RL (Ringer Terbentuknya senyawa Obat tidak
21 Laktat) kompleks dan endapan dicampur
bersamaan

22 Rifampisin Isoniazid (INH) Digerus bersamaan, Pemberian


menurunkan aktifitas obatnya dipisah.
INH karena sifat Tidak digerus
rifampisin yang bersama.
higroskopis. INH
mengalami penurunan
aktifitas

9
D. Cara Menghindari Interaksi
Tindakan untuk menghindari interaksi farmasetik:
1. Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau yakin betul bahwa
tidak ada interaksi antar masing-masing obat
2. Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian obat bersama-sama
lewat infus
3. Selalu memperhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya (manufacturer
leaflet), untuk melihat peringatan-peringatan pada pencampuran dan cara
pemberian obat (terutama untuk obat-obat parenteral misalnya injeksi infus dan
lain-lain)
4. Sebelum memakai larutan untuk pemberian infus, intravenosa atau yang lain,
diperhatikan bahwa perubahan warna, kekeruhan, dari larutan
5. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja
6. Botol infus harus selalu diberi label tentang jenis larutannya, oabt-obatan yang
sudah dimasukan, termasuk dosis dan waktunya.
7. Jika harus memberi per infus dua macam obat, berikan 2 jalur infus, kecuali kalau
yakin tidak ada interaksi.
8. Mengetahui sifat masing-masing obat sehingga dapat memilih obat yang tidak
berinteraksi saat proses pembuatan atau pencampuran obat.
9. Pemilihan wadahpun harus diperhatikan sehingga tidak terjadi interaksi yang
tidak diinginkan.

BAB III

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Interaksi obat di luar tubuh adalah interaksi yang terjadi diluar tubuh, dimana
pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisika
atau kimiawi. Interaksi yang terjadi karena adanya perubahan atau reaksi kimia dan
fisika antara 2 obat atau lebih yang dapat dikenal/dilihat yang berlangsung diluar tubuh
dan mengakibatkan aktivitas farmakologik obat tersebut hilang/berubah.
Inkompatibilitas terapeutik (obat yang satu dicampur/ dikombinasikan dengan obat
yang lain akan mengalami perubahan sedemikian rupa hingga sifat kerjanya dalam
tubuh (in vivo) berlainan daripada yang diharapkan), Inkompatibilitas fisika (perubahan
yang tidak diinginkan yang timbul pada waktu obat dicampur), Inkompatibilitas kimia
(perubahan yang terjadi pada waktu pencampuran obat yang disebabkan oleh
berlangsungnya reaksi kimia/interaksi).

B. Saran
Karena kebanyakan interaksi obat memiliki efek yang tak dikehendaki, umumnya
interaksi obat dihindari karena kemungkinan mempengaruhi prognosis. Namun, ada
juga interaksi yang sengaja dibuat, sebaiknya dalam penggunaan obat yang akan
dikombinasikan dokter harus lebih memahami reaksi kimia atau inkompatibilitas dari
pada obat yang akan diberikan, terutama untuk obat injeksi dan infus.

DAFTAR PUSTAKA

11
1. Center for Drug Evaluation and Research (CDER). In Vivo Drug Metabolism/Drug
Interaction Studies - Study Design, Data Analysis, and Recommendations for Dosing and
Labeling. 1999
2. Brazier NC, Levine MA. Drug-herb interaction among commonly used conventional
medicines: a compendium for health care professionalsAmerican Journal of Therapeutics
2003; 10(3): 163-169
3. Soo An Choi. The role of pharmacist in NST. Proceedings of 11th PENSA Congress.
pp256-258.
4. Kowaluk EA, Roberts MS, Blackburn HD, Polack AE. Interactions between drugs and
polyvinyl chloride infusion bags. Am J Hosp Pharm.1981;38(9):1308-14
5. Larry K. Fry and Lewis D. Stegink Formation of Maillard Reaction Products in
Parenteral Alimentation Solutions J. Nutr. 1982 112: 1631-1637
6. Stadler RH, Blank I, Varga N, Robert F, Hau J, Guy PA, Robert MC, Riediker S.
Acrylamide from Maillard reaction products. Nature. 2002 Oct 3;419(6906):449-50.
7. Fakultas Kedoteran UI.1995  ” Farmakologi dan Terapi Ed-4 hal 545-559”. UI-Press.
Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai