Anda di halaman 1dari 17

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI 1

“INTERAKSI OBAT”

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mata Kuliah Farmakologi Toksikologi 1
Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan

Disusun oleh
KELOMPOK III
1. ANDI NURHIKMAH (821319093)
2. NOVYAN TOTINGGEL (821319094)
3. AMALIA GILALOM (821319078)

KELAS: C-D3 FARMASI 2019

ASISTEN: MOHAMMAD KIFLI BUNA

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI D-3
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Farmakologi dan Toksikologi 1 mengenai “Interaksi Obat” dengan lancar.
Dalam proses pengerjaan laporan ini, penyusun melakukan praktikum dengan
mendapatkan bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga mampu menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Maka dari itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Semoga laporan praktikum ini, dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan dan mempermudah percobaan yang hendak dilakukan kedepannya.
Penyusun menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
praktikum ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penyusun. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran demi kesempurnaan laporan praktikum ini untuk ke depannya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Gorontalo, Mei 2020

Kelompok III

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................
1.3 Manfaat Praktikum ......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
2.1 Dasar Teori ..................................................................................................
2.2 Uraian Bahan ...............................................................................................
2.3 Uraian Hewan ..............................................................................................
BAB III METODE KERJA ....................................................................................
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................
3.2 Cara Kerja ....................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................
4.2 Pembahasan .................................................................................................
BAB V PENUTUP...................................................................................................
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................
5.2 Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di dalam farmasi, kita mempelajari semua yang menyangkut dengan obat, termasuk
interaksi obat. Ini sangat penting karna jika seorang farmasis atau apoteker tidak
memperhatikan hal ini dan langsung saja diberikan kepada pasien tanpa melihat efek obat,
dosis obat, dan interaksi obat, ini akan berakibat fatal karena interaksi obat ini jika terjadi di
dalam tubuh misalnya pada pemberian intravena dan terjadi penggumpalan pada pembuluh
darah maka darah tidak akan mengalir ke seluruh tubuh dengan baik sehingga darah tidak ke
otak lama-kelamaan bisa meninggal dunia. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai interaksi
obat ini sangat penting sehingga kita melakukan praktikum mengenai interaksi obat ini.

Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara bersamaan, maka mungkin
terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam hal ini obat pertama dapat memperkuat atau
memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua.

Karena interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan
kerusakan pada pasien, maka interaksi obat harus lebih diperhatikan dari sekarang dan
dengan demikian dapat dikurangi jumlah dan keparahannya.

Selain itu tidak hanya interaksi antar obat dengan obat tetapi juga adakalanya terjadi
interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat
dan biotransformasi dan lain-lain.

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.

Pada interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sering ditemukan di
rumah sakit dan pasein yang rawat jalan banyak terjadi interaksi obat yang mereka minum,
akibat ketidaktahuan dan ketidakpahaman orang awam.

Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa
digunakan bersama-sama.

Dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal dan memahami interaksi yang
mungkin terjadi antara obat-obat pada resep polifarmasi. Praktikum ini dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa setiap dokter pasti akan melakukan peresepan obat dan mungkin tidak
hanya satu jenis obat yang diresepkan pada waktu yang sama. Oleh karena itu perlu diketahui
interaksi yang mungkin terjadi antara obat yang satu dengan yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang terjadi jika susu dicampur dengan tetrasiklin ?


2. Apakah asam buah-buahan dapat bereaksi dengan obat eritromisin ?
3. Apa yang terjadi jika OBH dicampur dengan obat efedrin dan gliserilgulakolamat ?
1.3 Manfaat Praktikum
Untuk dapat mengetahui bagaimana terjadinya interaksi obat in vitro

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related
problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika
atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang
berinteraksi (Lullmann, 2000).

Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi,


metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi jumlah obat
yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya (Craig, 2007).

1. Absorbsi

Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran cerna ke dalam
sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati saluran
cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian
besar obat diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar
tinggi ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan
obat melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses
ini membutuhkan energi. Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara
tansport pasif. Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati
membran sel, sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi.
Di bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorpsinya
biasanya sempurna(Katzung, 2007).

2. Distribusi

Interaksi dalam ikatan protein plasma. Banyak obat terikat pada protein plasma, obat
yang bersifat asam terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam
α1glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara
obatobat yang bersifat asam maupun antara obat-obat yang bersifat basa untuk berikatan
dengan protein yang sama. Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein
plasma, maka suatu obat dapat digeser dari ikatannya dengan protein plasma oleh obat lain,
dan peningkatan kadar obat bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologiknya. Akan
tetapi keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga
meningkatnya eliminasinya sehingga akhirnnya tercapai keadaan mantap yang baru dimana
kadar obat total menurun tetapi kadarobat bebas kembali seperti sebelumnya (mekanisme
kompensasi) (Craig, 2007).

3. Metabolisme

Hambatan metabolisme obat. Hambatan metabolisme terutama menyangkut obat –


obat yang merupakan substrat enzim metabolisme sitokrom P450 (CYP) dalam mikrosom
hati. Dalam bab 1 di bagian farmakokinetik telah disebutkan adanya 6 isoenzim CYP yang
penting untuk metabolisme obat. Tiap isoenzim tersebut mempunyai substrat dan
penghambatnya masing – masing. Pemberian bersama salah satu substrat dengan salahsatu
penghambat dari enzimyang sama akan meningkatkan kafar plasma substrat sehingga
meningkatkan efek atau toksisitasnya. Oleh karena CYP 3A4/5 memetabolisme sekitar 50 %
obat untuk manusia, maka penghambat isoenzim ini menjadi penting karena akan berinteraksi
dengan banyak obat, terutama penghambat yang poten, yakni ketokonazol, itrakonazol,
eritromisin dan klaritromisin (Ganiswara, 2007).

4. Eliminasi

Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat. Obat – obat yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal adalah aminoglikosida, obat – obat lain yang eliminasinya
terutama melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat – obat lain tersebut sehingga
menimbukan efek toksik (Ganiswara, 2007).

Interaksi farmaseutik inkompatibilitas ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan)
antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel).Pencampuran obat demikian
menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin
terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan wana dan lain-lain, atau mungkin juga
tidak terlihat.Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Ganiswara,2007).

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek
farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi
karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang
farmakologi obat-obat yang berinteraksi (Goodman, 2006).

Insidens interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena (1)
dokumentasinya masih sangat jarang; (2) seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya
pengetahuan pada dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat
sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi
idiosinkrasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas
seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; selain itu terlalu banyak obat
yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat; dan (3) kejadian atau keparahan
interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita
lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar
individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan
faktorfaktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik) (Scanlon, 2007).

Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda. Sering, zat
tertentu di dalam makanan memberikan efek perubahan-perubahan lain dapat disebabkan oleh
jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan dalam cara makanan itu disiapkan. Salah satu
cara yang paling umum terjadi, di mana makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan
mengubah cara obat tersebut diuraikan (dimetabolisme) oleh tubuh anda. Jenis protein yang
di sebut enzim, memetabolisme banyak obat. Pada sebagian besar obat metabolisme adalah
proses yang terjadi di dalam tubuh terhadap obat di mana obat yang semula aktif atau
berkhasiat, diubah menjadi bentuk tidak aktifnya sebelum di keluarkan dari tubuh. Sebagian
obat malah mengalami hal yang sebaliknya, yakni menjadi aktif setelah dimetabolisme, dan
setelah bekerja memberikan efek terapinya, dimetabolisme lagi dalam bentuk lain yang tidak
aktif untuk selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. (Scanlon, 2000)

Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat,
baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat dalam tubuh. Jika
makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat
menjadi kurang efektif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan lebih lama di dalam
tubuh dan akan menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki. (Dabrowich, 2009)

2.2 Uraian Obat

1. OBH (Obat Batuk Hitam)


Indikasi : Meredakan batuk berdahak
Efek Samping : Mual, muntah, perasaan tidak nyaman di perut, pada dosis besar dapat
menyebabkan gangguan elektrolik tubuh.
Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat I
O:
Dosis lazim dan max :
Onset :
Durasi :
Pig of time :
Waktu eliminasi obat (wash out) :
2. Efedrin
Indikasi : Mengobati sesak napas
Efek Samping : Mual, muntah, dan sakit kepala Kontra
Indikasi :
IO:
Dosis lazim dan max : Dewasa 1-2 tab 3-4x/hari, anak-anak ½-1 tab hingga 2x/hari.
Onset :
Durasi :
Pig of time :
Waktu eliminasi obat (wash out) :
3. Eritromisin
Indikasi : Mengobati infeksi akibat bakteri
Efek Samping : urine berwarna gelap, susah bernafas, kehilangan indera pendengaran,
dada sesak dan detak jantung tak menentu, reaksi alergi seperti kulit memerah, ruam
kulit, kulit gatal, kulit mengelupas, diare kronis hingga hanya mengeluarkan air,
lemah dan lelah yang tidak biasa,sakit kuning (mata dan kulit berwarna kuning)
Kontra Indikasi : Erythromycin tidak boleh dikonsumsi bersama dengan obat
cisapride, simvastatin, lovastatin, dan ergotamine.
Interaksi Obat : Dapat menyebabkan rhabdomyolysis jika digunakan bersama dengan
obat golongan HMG-CoA reductase inhibitors (misalnya simvastatin) dan
meningkatkan efek toksik (keracunan) dari obat colchicine dan digoxin, bila diberikan
bersama erythromycin.
Dosis lazim dan max : 1,6 – 2 gram dan dosis max 4 gram (saran dokter) Onset
:
Durasi : 5 hari – 2 minggu
Pig of time :
Waktu eliminasi obat (wash out) :
4. Tetrasiklin
Indikasi : Mengobati berbagai macam infeksi
Efek Samping : Sakit kepala parah, pusing, penglihatan kabur, demam,
menggigil, nyeri tubuh, dan gejala flu Kontra Indikasi :
IO:
Dosis lazim dan max :
Onset :
Durasi :
Pig of time :
Waktu eliminasi obat (wash out) :

2.3 Uraian Hewan

Klasifikasi Mencit (Syafri M, 2010)

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata
Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Marga : Mus

Jenis : Mus musculus L.


Mencit memiliki berat badan yang bervariasi . Berat badan ketika lahir berkisar antara 24
gram, berat badan mencit dewasa berkisar antara 20-40 7 gram untuk mencit jantan dan 2540
gram untuk mencit betina dewasa. Sebagai hewan pengerat mencit memilki gigi seri yang
kuat dan terbuka. Susunan gigi mencit adalah indicisivus ½, caninus 0/0, premolar0/0, dan
molar 3/3 (Setijono,1985).

Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai umur 3 tahun.
Lama bunting 19-21 hari sedangkan umur untuk siap dikawinkan 8 minggu. Perkawinan
mencit terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus. Satu induk dapat menghasilkan 6-15
ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo,

1988).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

3.1.1 Alat :

Adapun alat-alat yang digunakan yaitu spuit injeksi dan jarumnya dan spuit
untuk oral, timbangan analitik digital, labu takar 5, 10, 20, dan 50 mL, gelas beker,
erlenmeyer, pengaduk, dan pipet volume.
3.1.2 Bahan :

Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu OBH, efedrin,


gliserilgulakolat, buah-buahan, eritromisin, susu, dan tetrasiklin.

3.1.3 Cara Kerja

A. Interaksi Obat Batuk Hitam dengan Ephedrine dan Gliserilguiakolat

1. Masukan tablet Ephedrine dan Gliserilguiakolat kedalam lumpang, kemudian


gerus hingga menjadi bubuk.

2. Setelah tablet Ephedrine dan GlidSerilguiakolat menjadi bubuk,


masukan bubuk tersebut kedalam larutan Obat Batuk Hitam

3. Goyangkan larutan Obat Batuk Hitam hingga semua bubuk hilang

4. Perhatikan reaksi obat tersebut!

5. Aduk dengan sedok pengaduk

6. Diamkan selama 5 menit

7. Perhatikan reaksi obat tersebut!

B. Interaksi Asam Buah – buahan dengan Eritromisin

1. Masukan asam buah kedalam gelas percobaan

2. Buka capsul Eritromisin ke dalam asam buah – buahan

3. Goyangkan campuran tersebut hingga serbuk dari Eritromisin


hilang
4. Perhatikan reaksi obat tersebut!

5. Aduk dengan sedok pengaduk

6. Diamkan selama 5 menit

7. Perhatikan reaksi obat tersebut!

C. Interaksi Susu dengan Tetracicline

1. Masukan Susu kedalam gelas percobaan


2. Buka capsul Tetracicline ke dalam susu

3. Goyangkan campuran tersebut hingga serbuk dari Tetracicline


hilang

4. Perhatikan reaksi obat tersebut!

5. Aduk dengan sedok pengaduk

6. Diamkan selama 5 menit

7. Perhatikan reaksi obat tersebut!

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.2 Pembahasan
1. Mukolitik ekspektoran dan digunakan untuk batuk berdahak, dahak dimaksudkan
untuk memudahkan pengeluaran. Zat aktif yang termasuk dalam kelompok ini
meliputi gliseril guaiakolat, amonium klorida, bromheksin. Apabila gliseril
guaiakolat di kombinasikan dengan obat batuk hitam derivat obat tersebut akan
larut karena obat batuk hitam memiliki fungsi yang sama sebagai obat antitusif
yang berdahak. Sama halnya dengan pemberia ephedrine HCL Obat ini tidak
boleh digunakan dalam kombinasi dengan produk stimulan lainnya (misalnya,
kafein), produk batuk-dan-dingin lainnya, atau sebagai suplemen makanan untuk
tujuan penurunan berat badan atau pembentukan tubuh. Hal tersebut dapat
meningkatkan risiko efek samping tidak mungkin namun berpotensi fatal
termasuk: Stroke , serangan jantung , kejang, atau gangguan mental yang berat.

2. Interaksi obat dengan makanan/minuman (Food drug interaction) Sifat fisika


kimia obat menentukan tempat absorpsi obat. Obat biasanya bersifat asam lemah
atau basa lemah. Obat asam lemah akan diserap di lambung (jika diberikan secara
oral dengan diminum, bukan di bawah lidah atau di dinding mulut bucal),
sementara yang bersifat basa lemah akan diserap di usus yang lingkungannya
memang lebih basa dibandingkan lambung. Kecepatan pengosongan lambung
juga tak kalah penting untuk absorpsi obat secara oral. Semakin cepat
pengosongan lambung, bagi obat bersifat asam akan merugikan karena hanya
sejumlah kecil obat yang terserap, namun menguntungkan obat bersifat basa
lemah karena segera mencapai tempat absorpsi di usus, segera terjadi proses
penyerapan.
Selain terkait sifat obat dan tempat absorpsi, makanan/minuman akan
mempengaruhi bentuk obat. Obat seharusnya berbentuk molekul kecil untuk bisa
terabsorpsi dengan baik. Maka perlu dilakukan uji disolusi/pelarutan obat saat
dilakukan formulasi obat. Namun, hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya
interaksi obat dengan makanan/minuman atau nutrien tertentu, sehingga terbentuk
senyawa kompleks bermolekul besar yang menghalangi obat diabsorpsi. Dari
hasil pengamatan praktikum reaksi antara bahan makanan yang asam dapat
mempengaruhi reabsropsi, sehingga eritromisin tidak larut dalam asam buah
tersebut, akibatnya obat tersebut tidak dapat di absorbsi oleh tubuh sehingga
terjadi endapan yang menandakan obat tersebut tidak larut.
3. Penyerapan (absorbsi) Tetracycline ( dan turunannya ) di dalam lambung di
pengaruhi oleh susu dan produk turunannya serta produk yang
mengandung kalsium tinggi. Jika Tetracycline diminum bersama susu, maka akan
terbentuk “chelate” sehingga mengurangi penyerapan Tetracycline, akibatnya
kadar Tetracycline dalam serum menurun dan khasiatnya berkurang. Hal yang
sama berlaku juga pada Cyprofloxacindan suplemen Fe ( zat besi ), dimana
penyerapannya terganggu bila diminum bersama susu. Boleh jadi, inilah salah
satu alasan yang mendasari para petugas kesehatan di masa lalu dalam
memberikan saran kepada para pasien agar tidak minum obat bersama susu.
Tidak semua reaksi obat yang memberikan masalah dalam reabsorbsi obat yang
dipengaruhi oleh susu. Dalam hasil pengamatan praktikum memang ditemukan
adanya derivat obat yang menggumpal yang di interkasikan bersama susu.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan hasil praktikum ditemukan bahwa tidak semua derivat obat bekerja
sendiri dalam proses farmakodinamik maupun farmakokinetik. Bahkan derivat obat tersebut
bisa dihambat bersamaan makanan/minuman dan kombinasi dengan obat lain sehingga kerja
obat tersebut tidak berpengaruh dalam tubuh.

5.2 Saran

Oleh karena itu, sebagai dokter harus mengetahui kapan obat yang diberikan di konsumsi
agar obat tersebut bekerja dengan baik dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Craig, R.Craig and Robert E.Stitzel. 2007. Modern Pharmacology With Clinical
Application6th. Ed.Lippncott Williams & Wilkin. Virginia.

Dabrowiak, James C. 2009. Metals In Medicine. Wiley: British

Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI . Jakarta.

Ganiswarna, Sulistia, 2007.Farmakologi dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi dan


Terapeutik Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.

Goodman and Gilman. 2006. The Pharmacologic Basis of Therapeutics – 11th


Ed.,McGrawHill Companies. Inc, New York.

Katzung, G.Bertram. 2007. Basic & Clinical Pharmacology – 10th Ed. The McGraw-Hill
Companies. Inc, New York.

Lüllmann, Heinz, [et al.]. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Ed. Thieme. New Yor

Scanlond, Valerie C, dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Smith, J.B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan Dan Penggunaan


Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai