“INTERAKSI OBAT”
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mata Kuliah Farmakologi Toksikologi 1
Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Disusun oleh
KELOMPOK III
1. ANDI NURHIKMAH (821319093)
2. NOVYAN TOTINGGEL (821319094)
3. AMALIA GILALOM (821319078)
LABORATORIUM FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI D-3
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Farmakologi dan Toksikologi 1 mengenai “Interaksi Obat” dengan lancar.
Dalam proses pengerjaan laporan ini, penyusun melakukan praktikum dengan
mendapatkan bimbingan, arahan dan pengetahuan hingga mampu menyelesaikan laporan ini
dengan baik. Maka dari itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Semoga laporan praktikum ini, dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan dan mempermudah percobaan yang hendak dilakukan kedepannya.
Penyusun menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
praktikum ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penyusun. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran demi kesempurnaan laporan praktikum ini untuk ke depannya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kelompok III
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................
1.3 Manfaat Praktikum ......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
2.1 Dasar Teori ..................................................................................................
2.2 Uraian Bahan ...............................................................................................
2.3 Uraian Hewan ..............................................................................................
BAB III METODE KERJA ....................................................................................
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................
3.2 Cara Kerja ....................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
4.1 Hasil Pengamatan ........................................................................................
4.2 Pembahasan .................................................................................................
BAB V PENUTUP...................................................................................................
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................
5.2 Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam farmasi, kita mempelajari semua yang menyangkut dengan obat, termasuk
interaksi obat. Ini sangat penting karna jika seorang farmasis atau apoteker tidak
memperhatikan hal ini dan langsung saja diberikan kepada pasien tanpa melihat efek obat,
dosis obat, dan interaksi obat, ini akan berakibat fatal karena interaksi obat ini jika terjadi di
dalam tubuh misalnya pada pemberian intravena dan terjadi penggumpalan pada pembuluh
darah maka darah tidak akan mengalir ke seluruh tubuh dengan baik sehingga darah tidak ke
otak lama-kelamaan bisa meninggal dunia. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai interaksi
obat ini sangat penting sehingga kita melakukan praktikum mengenai interaksi obat ini.
Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara bersamaan, maka mungkin
terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Dalam hal ini obat pertama dapat memperkuat atau
memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua.
Karena interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah dan
kerusakan pada pasien, maka interaksi obat harus lebih diperhatikan dari sekarang dan
dengan demikian dapat dikurangi jumlah dan keparahannya.
Selain itu tidak hanya interaksi antar obat dengan obat tetapi juga adakalanya terjadi
interaksi dari obat dengan bahan makanan, yang dapat mempengaruhi farmakokinetik obat
dan biotransformasi dan lain-lain.
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama.
Pada interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. Sering ditemukan di
rumah sakit dan pasein yang rawat jalan banyak terjadi interaksi obat yang mereka minum,
akibat ketidaktahuan dan ketidakpahaman orang awam.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan
batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung,
antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa
digunakan bersama-sama.
Dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenal dan memahami interaksi yang
mungkin terjadi antara obat-obat pada resep polifarmasi. Praktikum ini dilatarbelakangi oleh
kenyataan bahwa setiap dokter pasti akan melakukan peresepan obat dan mungkin tidak
hanya satu jenis obat yang diresepkan pada waktu yang sama. Oleh karena itu perlu diketahui
interaksi yang mungkin terjadi antara obat yang satu dengan yang lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related
problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika farmakokinetika
atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang
berinteraksi (Lullmann, 2000).
1. Absorbsi
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran cerna ke dalam
sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi selama obat melewati saluran
cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian
besar obat diabsorpsi secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar
tinggi ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi perpindahan
obat melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul yang larut air) dan proses
ini membutuhkan energi. Absorpsi obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara
tansport pasif. Obat dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati
membran sel, sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi.
Di bawah kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorpsinya
biasanya sempurna(Katzung, 2007).
2. Distribusi
Interaksi dalam ikatan protein plasma. Banyak obat terikat pada protein plasma, obat
yang bersifat asam terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam
α1glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara
obatobat yang bersifat asam maupun antara obat-obat yang bersifat basa untuk berikatan
dengan protein yang sama. Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein
plasma, maka suatu obat dapat digeser dari ikatannya dengan protein plasma oleh obat lain,
dan peningkatan kadar obat bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologiknya. Akan
tetapi keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga
meningkatnya eliminasinya sehingga akhirnnya tercapai keadaan mantap yang baru dimana
kadar obat total menurun tetapi kadarobat bebas kembali seperti sebelumnya (mekanisme
kompensasi) (Craig, 2007).
3. Metabolisme
4. Eliminasi
Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat. Obat – obat yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal adalah aminoglikosida, obat – obat lain yang eliminasinya
terutama melalui ginjal maka akan terjadi akumulasi obat – obat lain tersebut sehingga
menimbukan efek toksik (Ganiswara, 2007).
Interaksi farmaseutik inkompatibilitas ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan)
antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel).Pencampuran obat demikian
menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin
terlihat sebagai pembentukan endapan, perubahan wana dan lain-lain, atau mungkin juga
tidak terlihat.Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Ganiswara,2007).
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek
farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi
karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diprediksi dari pengetahuan tentang
farmakologi obat-obat yang berinteraksi (Goodman, 2006).
Insidens interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena (1)
dokumentasinya masih sangat jarang; (2) seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya
pengetahuan pada dokter akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat
sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi
idiosinkrasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa penurunan efektivitas
seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; selain itu terlalu banyak obat
yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat; dan (3) kejadian atau keparahan
interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi tertentu lebih peka misalnya penderita
lanjut usia atau yang berpenyakit parah, adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar
individu), penyakit tertentu (terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan
faktorfaktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik) (Scanlon, 2007).
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda. Sering, zat
tertentu di dalam makanan memberikan efek perubahan-perubahan lain dapat disebabkan oleh
jumlah protein dalam diet anda, atau bahkan dalam cara makanan itu disiapkan. Salah satu
cara yang paling umum terjadi, di mana makanan mempengaruhi efek obat adalah dengan
mengubah cara obat tersebut diuraikan (dimetabolisme) oleh tubuh anda. Jenis protein yang
di sebut enzim, memetabolisme banyak obat. Pada sebagian besar obat metabolisme adalah
proses yang terjadi di dalam tubuh terhadap obat di mana obat yang semula aktif atau
berkhasiat, diubah menjadi bentuk tidak aktifnya sebelum di keluarkan dari tubuh. Sebagian
obat malah mengalami hal yang sebaliknya, yakni menjadi aktif setelah dimetabolisme, dan
setelah bekerja memberikan efek terapinya, dimetabolisme lagi dalam bentuk lain yang tidak
aktif untuk selanjutnya dikeluarkan dari tubuh. (Scanlon, 2000)
Beberapa makanan dapat membuat enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat,
baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat dalam tubuh. Jika
makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat
menjadi kurang efektif. Jika makanan memperlambat enzim, obat akan lebih lama di dalam
tubuh dan akan menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki. (Dabrowich, 2009)
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Marga : Mus
Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai umur 3 tahun.
Lama bunting 19-21 hari sedangkan umur untuk siap dikawinkan 8 minggu. Perkawinan
mencit terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus. Satu induk dapat menghasilkan 6-15
ekor anak (Smith dan Mangkoewidjojo,
1988).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat :
Adapun alat-alat yang digunakan yaitu spuit injeksi dan jarumnya dan spuit
untuk oral, timbangan analitik digital, labu takar 5, 10, 20, dan 50 mL, gelas beker,
erlenmeyer, pengaduk, dan pipet volume.
3.1.2 Bahan :
BAB IV
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari pengamatan hasil praktikum ditemukan bahwa tidak semua derivat obat bekerja
sendiri dalam proses farmakodinamik maupun farmakokinetik. Bahkan derivat obat tersebut
bisa dihambat bersamaan makanan/minuman dan kombinasi dengan obat lain sehingga kerja
obat tersebut tidak berpengaruh dalam tubuh.
5.2 Saran
Oleh karena itu, sebagai dokter harus mengetahui kapan obat yang diberikan di konsumsi
agar obat tersebut bekerja dengan baik dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Craig, R.Craig and Robert E.Stitzel. 2007. Modern Pharmacology With Clinical
Application6th. Ed.Lippncott Williams & Wilkin. Virginia.
Katzung, G.Bertram. 2007. Basic & Clinical Pharmacology – 10th Ed. The McGraw-Hill
Companies. Inc, New York.
Lüllmann, Heinz, [et al.]. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Ed. Thieme. New Yor
Scanlond, Valerie C, dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.Jakarta.