Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Kepatuhan Pasien Terhadap Terapi Pasien Penderita Diabetes Melitus Tipe 1

(Effect of patient adherence to therapy of patients with type 1 diabetes mellitus)

Mita Eka Sukmawati, Vanessa Suak, Abdul Kadir Ismail, Putri Lestari Febriani, Nur Syamsiah Dahlan

Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Jurusan Farmasi, Gorontalo, 97115, Indonesia
Email: benzodiazepine.d3farmasi19@gmail.com

Abstrak
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang di tandai dengan hipogilkemia akibat gangguan
sekresi insulin, resistensi insulin atau keduanya. Diabetes Melitus tipe 1 (DM tipe 1) merupakan masalah
yang cukup serius karena merupakan penyakit kronik yang diderita seumur hidup, dan hingga saat ini
tidak dapat dicegah ataupun disembuhkan. Diabetes tipe ini hanya dapat diobati dengan menggunakan
insulin secara kontinu seumur hidup penderita, dan tanpa penggunaan insulin yang tepat penderita dapat
mengalami kondisi yang mengancam nyawa seperti hipoglikemia berat ataupun ketoasidosis diabetikum
yang dapat berujung pada kematian . Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membahas permasalahan
kasus pasien diabetes mellitus terhadap kepatuhannya dalam menjalankan terapi seta pengobatan pasie
dalam masalah yang dialami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus yang dibuat
dalam bentuk subyek, obyek, penilaian dan perencanaan. Hasil yang diperoleh berdasarkan dengan
terapi atau pengobatan farmakologis dan non farmakologis. Untuk terapi farmakologis dan non
farmakolgis dilakukan yaitu sesuai dengan planning.

Kata Kunci : diabetes mellitus; diabetes ketoasidosis; subyek, obyek; penilaian; perencanaan

Abstract
Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by hypogilchemia due to impaired insulin
secretion, insulin resistance or both. Diabetes mellitus type 1 (DM type 1) is a serious problem because it
is a chronic disease that can last a lifetime, and until now, it cannot be prevented or cured. This type of
diabetes can only be treated by using insulin continuously for the life of the patient, and without the
proper use of insulin, the patient can experience life-threatening conditions such as severe hypoglycemia
or diabetic ketoacidosis which can lead to death. The purpose of this study is to discuss the problem of
cases of diabetes mellitus patients with their compliance in carrying out therapy and treatment of patients
in the problems they are experiencing. The method used in this research is a case study made in the form
of subjects, objects, assessment and planning. The results obtained are based on pharmacological and
non-pharmacological therapy or treatment. For pharmacological and non-pharmacological therapy, it is
carried out in accordance with the planning.

Keyword : diabetes mellitus; ketoasidosis diabetic; subject; object; assessment; planning


LATAR BELAKANG 2013 adalah sebesar 9.5 %, sedangkan data
Prevalensi penderita DM di seluruh diabetes yang telah terdiagnosis sebesar 1.9%.
dunia sangat tinggi dan cenderung meningkat Terjadi kenaikan yang signifikan pada tahun
setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh 2014 dimana proporsi kejadian Diabetes Melitus
dunia mencapai 422 juta penderita pada tahun dilaporkan sebesar 16.3%, sehingga Diabetes
2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkat Mellitus menjadi prioritas utama pengendalian
dari tahun 1980 yang hanya 180 juta penderita. penyakit tidak menular di Jawa Tengah. Jumlah
Jumlah penderita DM yang tinggi terdapat di penderita Diabetes Mellitus di Kabupaten Jepara
wilayah South-East Asia dan Western Pacific pada tahun 2017 sebanyak 12.313 kasus yang
yang jumlahnya mencapai setengah dari jumlah terdiri dari 3675 kasus Diabetes Melitus tipe I
seluruh penderita DM di seluruh dunia. Satu dari atau disebut dengan Diabetes Melitus tergantung
sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 insulin dan 8638 kasus Diabetes Melitus tipe 2
juta kematian disebabkan oleh DM maupun atau Diabetes Melitus tidak tergantung insulin.
komplikasi dari DM (WHO, 2016). Puskesmas Mlonggo merupakan Puskesmas
Pada DM tipe 1 terjadi kelainan sistemik dengan jumlah penderita Diabetes Melitus
yang ditandai oleh hiperglikemia kronik akibat terbanyak yaitu sebanyak 1469 kasus (Dinkes
kerusakan sel beta pankreas, sehingga produksi Kab Jepara, 2017).
insulin berkurang atau bahkan tidak ada sama Diabetes Melitus (DM) merupakan salah
sekali. Pada tahun 2013, terdapat sekitar 65.000 satu penyakit berbahaya yang dikenal oleh
anak yang berusia kurang dari 15 tahun di dunia masyarakat Indonesia dengan nama penyakit
yang menderita Diabetes Melitus tipe 1 setiap kencing manis. DM adalah penyakit gangguan
tahunnya. Insiden diabetes melitus tipe 1 metabolik yang terjad’i secara kronis atau
bervariasi di tiap wilayah geografis dan etnis, menahun karena tubuh tidak mempunyai
didapatkan hasil tertinggi pada Finlandia yaitu hormon insulin yang cukup akibat gangguan
40,9/10.000 per tahun, sedangkan terendah pada pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak
Cina dan Venezuela yaitu 0,1/100.000 per tahun bekerja sebagaimana mestinya atau keduanya
(American Diabetes Association, 2015). (Kemenkes RI, 2015).
Peningkatan prevalensi data penderita Diabetes Diabetes Melitus tipe I paling banyak
Melitus dalam segala usia di Provinsi Jawa menyerang pada usia anak-anak hingga remaja.
Tengah mencapai 152.075 kasus. Sementara Pada usia lebih dari 30 tahun biasanya penderita
terdapat 65 penderita di bawah 15 tahun yang Diabetes Melitus lebih mengarah pada diabetes
tercatat menderita diabetes tipe 1. Proporsi tipe 2 (Wistiani, 2016). Penyakit Diabetes
penduduk dengan usia ≥15 tahun dengan Melitus tipe I merupakan penyakit yang tidak
Diabetes Melitus di Jawa Tengah pada tahun dapat disembuhkan tetapi kualitas pertumbuhan
dan perkembangan pasien dapat dipertahankan itu, diperlukan pembinaan dan penatalaksanaan
seoptimal mungkin dengan upaya mengontrol bagi penderita DM tipe 1 dan ketoasidosis
metabolik dengan baik. Beberapa komponen- diabetik untuk dapat melaksanakan kepatuhan
komponen penting untuk mempertahankan dalam masa terapi sehingga dapat mencegah
kontrol metabolik yang baik adalah dengan dampak serius bagi kesehatan penderitanya serta
memberikan pemberian insulin yang mempengaruhi kualitas hidup penderita di
berkesinambungan, pengaturan diet, olahraga, lingkungan keluarga dan masyarakat.
pemeliharaan kesehatan, edukasi diri dan METODE
keluarga, serta perlakuan keluarga dan Metode yang digunakan dalam jurnal ini
lingkungan. Perasaan pasien Diabetes Melitus adalah dengan menggunakan metode SOAP
tipe I berbeda dengan yang lain sehingga dapat yang dilengkapi IEC, pada metode SOAP,
menimbulkan tekanan. Hal ini dapat Subjek
menimbulkan gangguan perilaku (Rahmawati, Subjek berisi catatan informasi pasien
2016). secara jelas, pada hakikatnya subjek Adalah
Manifestasi utama penyakit diabetes topik permasalahan yang dikaji dalam suatu
melitus adalah hiperglikemia yang terjadi akibat kasus.
kurangnya insulin sehingga glukosa tidak dapat Objek
digunakan oleh sel untuk metabolisme karena Objek yang berisi pemeriksaan fisik
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. pasien secara rinci, objek secara jelas dalam
Berkurangnya penggunaan glukosa oleh sebuah kasus adalah variable atau apa yang
berbagai jaringan dan peningkatan produksi menjadi titik perhatian suatu penelitian.
glukosa (glukoneogenesis) oleh hati (Fatimah, Assesment
R., 2015). Asesmen yang berisi kajian yang
Pada pasien penderita diabetes tipe 1 merupakan upaya untuk mendapatkan data/
memili resiko mengalami gejala ketoasidosis inforrmasi dari proses dan hasil dari kasus,
diabetik. Ketoasidosis diabetik merupakan kemudian meliputi pengumpulan suatu
keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat informasi untuk memonitor data berdasarkan
defisiensi insulin berat (Sari, 2016). Pada anak kasus temuan dan observasi kondisi pasien.
dengan DM tipe 1, risiko terjadinya KAD adalah Planning
1-10% per pasien per tahun (Norris, 2019). Planning sebagai rencana yang berisi
Tujuan dari penelitian kasus diabetes cara penanggulangan masalah pasien untuk
mellitus ini yaitu untuk menghilangkan faktor menentukan suatu cara bertindak yang
penyebab diabetes mellitus yang dapat diubah memungkinkan untuk mencapai tujuan yakni
dengan kebiasaan hidup yang sehat. Oleh karena untuk kesembuhan pasien.
HASIL berhenti menyuntikkan insulinnya. BP-nya
Studi Kasus 115/84 dan 110/86 mm Hg tahun lalu. Dia
Miss IL adalah seorang remaja berusia 17 tahun biasanya terkontrol dengan baik pada
dengan diabetes tipe 1 yang baru didiagnosis. Ia pemberiAn insulin lotus basal yang terdiri dari
dirawat di rumah sakit karena diabetes insulin glargine (lantus) di malam hari dan
ketoasidosis (DKA), yang dipicu oleh diare dan insulin glulisine (Apidra) tiga kali sehari dengan
muntah-muntah. Saat dia muntah dia tidak makan.
makan, dan karena itu dia untuk sementara
Hasil Hasil Nilai Normal Keterangan
Data Pemeriksaan
Diabetes BP-nya 115/84 Peningkatan tekanan darah terjadi Diabetes tipe 1 dengan komplikasi
tipe 1 dan 110/86 apabila nilai sistol dan diastolnya Diabetes Ketoasidosis (DKA)
> dari 90 / > dari 60 mmHg
sedangkan penurunan tekanan
darah terjadi bila nilai sistol dan
diastolnya < dari 90 / < dari 60
mmHg (Masala et al, 2017)

Subjektif 115/84 dan 110/86) mm Hg tahun lalu. Dia


Seorang remaja bernama Miss IL berumur 17 biasanya terkontrol, dengan baik pada rejimen,
tahun, Ia dirawat di rumah sakit karena diabetes insulin lotus basal yang terdiri dari insulin
ketoasidosis (DKA), yang dipicu oleh diare dan glargine (lantus) di malam hari dan insulin
muntah-muntah. glulisine (Apidra) tiga kali sehari dengan makan.
Obyek Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan seorang remaja yang berusia 17 pasien dirawat di rumah sakit karena diabetes
tahun dirawat di rumah sakit karena diabetes ketoasidosis (DKA), yang dipicu oleh diare dan
ketoasidosis (DKA), yang dipicu oleh diare dan muntah-muntah. Saat dia muntah dia tidak
muntah-muntah. Saat dia muntah dia tidak makan, dan karena itu dia untuk sementara
makan, dan karena itu dia untuk sementara berhenti menyuntikkan insulinnya. BP-nya
berhenti menyuntikkan insulinnya, BP-nya 115/84 dan 110/86 mm Hg tahun lalu.
Asesment
Nama Indikasi Indikasi Dosis Dosis kasus Efek sampinfg
obat literatur kasus literatur
Insulin Pengobatan Untuk Individual Individual Hipoglikemia, kerusakan
glargin IDDM pada penderita dosis dengan dosis dengan penglihatan sementara,
e orang diabetes suntikan SK suntikan SK lipoatrofi, atau lipohipertrofi,
(lantus) dewasa, setiap saat setiap saat reaksi pada tempat
remaja, dan 1x/hari (pada 1x/hari (pada penyuntikan. Jarang reaksi
anak-anak > saat yang saat yang alergi yang parah (ISO, 2019)
dari 2 tahun sama setiap sama setiap
(ISO, 2019) hari) hari)
(ISO, 2019)

Nama Obat Indikasi Berdasarkan Indikasi Dosis Dosis Efek Samping


Literatur Kasus Berdasarkan Khusus
Literatur

Insulin DM pada dewasa Untuk Individual Individual Hipersensivitas,


glulisine dan anak anak > 8 penderita Dosis, Dosis, Hipoglikemia,
(Apidra) tahun ketika diabetes suntikan 15 suntikan 15 Reaksi pada
insulin diperlukan menit menit tempat
(ISO, 2019) sebelum atau sebelum atau penyuntikan
sesudah sesudah (ISO, 2019)
makan makan
(ISO, 2019)

Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. ISO Informasi Spesialite Obat IndonesiaJakarta: PT ISFI Penerbitan.

Planning bertahan lebih lama di dalam tubuh


Pengobatan Farmakologi dibandingkan insulin biasa.
Untuk kombinasi obat apidra dan lantus. Apidra Pengobatan Non Farmakologi
bekerja dengan cara membantu gula darah Edukasi pada penyandang diabetes meliputi
(glukosa) untuk masuk ke dalam sel, sehingga pemantauan glukosa mandiri, ketaatan
tubuh dapat mengubahnya menjadi pengunaan obat‐ obatan, meningkatkan aktifitas
energi. Lantus berperan untuk menahan sel fisik, dan mengonsumsi makanan sesuai dengan
tubuh sehingga gula yang berada di dalam darah kebutuhan kalori Tujuannya adalah gula darah
dapat masuk untuk dipecah menjadi energi. dapat terkontrol dengan kadar  ≤  200 mg/dl.
Sifatnyayang long-acting membuat lantus dapat Selain itu juga dapat dilakukan dengan
melakukan penyuluhan dan penatalaksanaan
secara komperhensif yang juga melibatkan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah badan
keluarga sebagai lingkungan yang mendukung. keton akan menimbulkan ketoasidosis diabetik.
Penegakkan diagnosis didapatkan pada
PEMBAHASAN pasien didapatkan perempuan, usia 17 tahun,
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah dengan keluhan Ia dirawat di rumah sakit karena
satu penyakit berbahaya yang dikenal oleh diabetes ketoasidosis (DKA), yang dipicu oleh
masyarakat Indonesia dengan nama penyakit diare dan muntah-muntah. Saat dia muntah dia
kencing manis. DM adalah penyakit gangguan tidak makan, dan karena itu dia untuk sementara
metabolik yang terjadi secara kronis atau berhenti menyuntikkan insulinnya, BP-nya
menahun karena tubuh tidak mempunyai 115/84 dan 110/86) mmHg tahun lalu. Dia
hormon insulin yang cukup akibat gangguan biasanya terkontrol, dengan baik pada
pada sekresi insulin, hormon insulin yang tidak penyuntikan, insulin lotus basal yang terdiri dari
bekerja sebagaimana mestinya atau keduanya insulin glargine (lantus) di malam hari dan
(Kemenkes RI, 2015). insulin glulisine (Apidra) tiga kali sehari dengan
Pada pasien penderita diabetes tipe 1 makan.
memiliki resiko mengalami gejala ketoasidosis Subjektif dari kAsus tersebut yaitu
diabetik. Ketoasidosis diabetik merupakan seorang remaja bernama Miss IL berumur 17
keadaan akhir pada kelainan metabolik akibat tahun, Ia dirawat di rumah sakit karena diabetes
defisiensi insulin berat (Sari, 2016). Pada anak ketoasidosis (DKA), yang dipicu oleh diare dan
dengan DM tipe 1. Risiko terjadinya DKA muntah-muntah.
adalah 1-10% per pasien per tahun (Norris, Obyek dari kasus tersebut adalah
2019). pemeriksaan seorang remaja yang berusia 17
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi tahun dirawat di rumah sakit karena diabetes
akut diabetes mellitus yang serius dan harus ketoasidosis (DKA), yang dipicu oleh diare dan
segera ditangani. Ketoasidosis diabetik muntah-muntah. Saat dia muntah dia tidak
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat makan, dan karena itu dia untuk sementara
mengingat angka kematian yang tinggi. Karena berhenti menyuntikkan insulinnya, BP-nya
menurut Ice Ratnalela Siregar (2014), 115/84 dan 110/86) mm Hg tahun lalu. Dia
ketoasidosis terjadi karena tidak adanya insulin biasanya terkontrol, dengan baik pada rejimen,
yang dihasilkan. Akibat dari defisiensi insulin insulin lotus basal yang terdiri dari insulin
yang lain adalah pemecahan lemak menjadi glargine (lantus) di malam hari dan insulin
asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam- glulisine (apidra) tiga kali sehari dengan makan.
asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan Assesment dari kasus, pasien
keton oleh hati. Badan ketone bersifat asam dan mendapatkan dua macam insulin yaitu Insulin
glargine (lantus) cara penggunaan dengan dalam tubuh dibandingkan insulin biasa
suntikan subkutan setiap saat 1x/hari (pada saat (Wolfsdorf J, 2017). Sedangkan untuk
yang sama setiap hari). Hal tersebut sesuai Pengobatan Non Farmakologi edukasi pada
dengan ISO (2019), individual dosis dengan penyandang diabetes meliputi pemantauan
suntikan SK setiap saat 1x/hari pada saat yang glukosa mandiri, ketaatan pengunaan obat‐
sama setiap hari. obatan, meningkatkan aktifitas fisik, dan
Selanjutnya didapatkan insulin glulisine mengonsumsi makanan sesuai dengan
(Apidra) cara penggunaannya yaitu individual kebutuhan kalori tujuannya adalah gula darah
dosis, suntikan 15 menit sebelum atau sesudah dapat terkontrol dengan kadar  ≤  200 mg/dl.
makan. Hal tersebut sesuai dengan ISO (2019), Selain itu juga dapat dilakukan dengan
suntikan 15 menit sebelum atau sesudah makan. melakukan penyuluhan dan penatalaksanaan
Pemberian cairan dan insulin akan secara komperhensif yang juga melibatkan
memperbaiki asidosis. Asidosis yang terjadi keluarga sebagai lingkungan yang mendukung.
pada DKA biasanya tidak memerlukan koreksi. Hal tersebut juga dapat didukung oleh lieratur
Menurut Zucchini S (2016), menunjukkan menurut Hatherly K (2017), diet pada DKA
pemberian cairan dan insulin saja akan terdiri dari komposisi kalori 50-60% dari
mengatasi asidosis yang terjadi. Pemberian karbohidrat, 10-15% dari protein dan 30% dari
bikarbonat justru meningkatkan risiko terjadinya lemak. Jenis karbohidrat yang dianjurkan adalah
hipokalemia, hipertonisitas sekunder, dan yang berserat tinggi, indeks glikemik dan
meningkatkan risiko terjadinya edema serebri. glycemic load yang rendah seperti golongan
Koreksi asidosis hanya dilakukan pada DKA buah-buahan, sayuran dan sereal. Pengaturan
berat dengan pH vasodilatasi perifer, serta makan yang optimal terdiri dari 3x makan utama
adanya hiperkalemi yang mengancam jiwa. dan 3x pemberian makanan kecil. Keberhasilan
Planning dilakukan pengobatan non kontrol metabolik tergantung pada frekuensi
farmakologi dan pengobatan non farmakologi. makan dan pengaturan pemberian insulin.
Pengobatan farmakologi untuk kombinasi obat Mencegah terjadinya DKA merupakan
apidra dan lantus. Apidra bekerja dengan cara suatu langkah yang sangat penting bagi
membantu gula darah (glukosa) untuk masuk ke penderita DM. Hal ini sesuai dengan literature
dalam sel, sehingga tubuh dapat mengubahnya Zucchini S (2016), tata laksana DMT1 yang
menjadi energi. Lantus berperan untuk menahan komprehensif akan menurunkan kejadian
sel tubuh sehingga gula yang berada di dalam berulangnya DKA. Berulangnya DKA pada
darah dapat masuk untuk dipecah menjadi anak dan remaja lebih disebabkan karena
energi. Sifatnya yang long-acting menolak penyuntikan insulin atau bosan
membuat lantus dapat bertahan lebih lama di melakukan penyuntikan dan akibat kurangnya
pemahaman tentang DMT1 oleh orang tua dan Fox, C. J., Gillespie, C. R., Kilvert, A., & Sinclair, A.
J. 2017. Diabetes care for the most
keluarga lainnya. Infeksi (tanpa muntah dan vulnerable in society - The views of
diare) sangat jarang sebagai penyebab professionals working in care homes and
domiciliary care using focus group
berulangnya DKA pada pasien yang telah methodology. British Journal of Diabetes
and Vascular Disease, 13(5–6):, 244– 248.
memiliki pemahaman yang baik tentang tata
laksana DM. Wistiani, W. 2016. Studi Kasus: Manifestasi Klinis
Beberapa Penyakit dengan Konfirmasi
Diagnostik Lupus Erimatosus Sistemik
(Pengamatan Laporan awakl serial kasus).
DAFTAR PUSTAKA Sari Pediatri, 13(2): 85.
Hatherly K, Smith L, Overland J, et al. 2017.
Glycemic Control and Type 1 Diabetes: The Rahmawati, L., Soedjatmiko, S., Gunardi, H.,
Differential Impact of Model of Care and Sekartini, R., Batubara, J. R., & Pulungan,
Income. Pediatric Diabetes. A. B. 2016. Gangguan Perilaku Pasien
Diabetes Melitus tipe-1 di Poliklinik
Ice Ratnalela Siregar. 2014. Pemeriksaan Badan Endokrinologi Anak Rumah Sakit Cipto
Keton pada Urine Penderita Diabetes Mangunkusumo. Sari Pediatri, 9(4): 264.
Mellitus tipe II (NIDDM) yang di Rawat
Inap di RSUP H. Adam Malik Medan. Jurnal Fatimah, R. A., & Sukendra, D. M. 2016. Hubungan
Ilmiah PANNMED, 3(No.3), 2005–2007. Antara Tingkat Keparahan Penyakit,
Aktivitas Fisik dan Kualitas Tidur terhadap
Ikatan Apoteker Indonesia.2019. ISO Informasi Kelelahan pada Pasien Systemic Lupus
Spesialite Obat IndonesiaJakarta: PT ISFI Erythematosus (Sle). Unnes Journal of
Penerbitan Public Health, 5(3): 221

Wolfsdorf J, Craig ME, Daneman D, Dunger D, Edge Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. 2017. Profil
J, Lee W, et al. 2017. Global IDF/ ISPAD Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2017.
guideline for diabetes in childhood and Jepara : DKK Jepara.
adolescent. International Diabetes
Federation.

Zucchini S, Scaramuzza AE, Bonfanti R, Buono P,


Cardella F, Cauvin V, et al. 2016.
Multicenter Retrospective Survey Regarding
Diabetic Ketoacidosis Management in
Italian Children with Type 1 Diabetes. J
Diabetes Res.

Norris AW, Wolfsdorf JI. Diabetes mellitus. Dalam:


Brook CGD, Clayton PE, endocrinology.
Edisi ke-6. West Sussex: Blackwell
Publishing Limited. 2019. h.458-99.

Sari, M. A. 2016. Faktor Risiko Kejadian Diabetes


Melitus Tipe II Pada Masyarakat Urban.
Skrip

American Diabetes Association. 2015. Classification


and diagnosis of diabetes. Sec. 2. In
Standards of Medical Care in Diabetes 2015.
Diabetes Care 2015, 38(Suppl. 1): S5–S7

Anda mungkin juga menyukai