Fotosensitasi
Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Walaupun sudah banyak diketahui tentang efek obat dalam tubuh manusia,akan tetatpi
mengenai mekanisme kerjanya belum banayak dipahami dengan baik.
Mekanisme kerja obat yang kini telah diketahui dapat digolongkan sebagai berikut:
Fotosensitasi adalah kepekaan berlebihan untuk cahaya akibat penggunaan obat, terutama
secara lokal. Yang terkenal adalah antiseptikum bithionol (dalam sabun bris),yang karena efek
ini dilarang penggunaanya dalam sediaan topical,antara lain di amerika serikat dan kanada sejak
tahun 1973. Begitu pula minosiklin dan turunannya kadang-kadang menyebabkan fotosensitasi
pada pemakaian oral.
Guna menghindarkan sebanyak mungkin timbulnya alergi kontak ,dianjurkan agar jangan
menggunakan secara lokal allergen-allergen kontak terkenal,yaitu lima A:
antibiotika,antiseptika,anastetika lokal,antimikotika dan antihistaminika.
5
2.3 KASUS YANG ADA DI MASYARAKAT
Pengertian efek samping obat adalah semua efek yang tidak dikehendaki yang
membahayakan atau merugikan pasien (adverse reactions ) akibat penggunaan obat. Masalah
efek samping obat tidak bisa dikesampingkan karena dapat menimbulkan berbagai dampak
dalam penggunaan obat baik dari sisi ekonomik, psikologik dan keberhasilan terapi. Dampak
ekonomik seperti meningkatnya biaya pengobatan dan dampak psikologik pada kepatuhan
penderita dalam minum obat akan berakibat kegagalan terapi.
Efek samping obat dikelompokkan dalam 2 katagori yaitu efek samping obat yang dapat
diperkirakan dan efek samping yang tidak dapat diperkirakan seperti reaksi alergi dan
idiosikratik. Efek samping yang dapat diperkirakan dapat timbul karena aksi farmakologi yang
berlebihan misalnya penggunaan obat antidiabetik oral menyebabkan efek samping hipoglikemia
dan hipotensi pada pasien stroke yang menerima obat hipertensi dosis tinggi. Gejala penghentian
obat dapat menimbulkan munculnya kembali gejala penyakit semula atau menimbulkan reaksi
pembalikan terhadap efek farmakologi obat sehingga pasien memerlukan dosis yang makin lama
makin besar respon karena penghentian obat, misalnya hipertensi berat karena penghentian
klonidin. Efek samping yang tidak berupa efek utama obat juga sering terjadi. Pada sebagian
besar obat munculnya efek samping ini sudah dapat diperkirakan sehingga tenaga kesehatan
sudah mewaspadai munculnya efek samping ini. Sebagai contoh adalah adanya keluhan
pedih,mual, muntah akibat penggunaan obat-obat penghilang nyeri dan radang serta rasa ngantuk
setelah minum obat anti alergi atau obat mabuk perjalanan.
Pada kasus efek samping yang tidak diperkirakan seperti alergi sulit diperkirakan
sebelumnya karena sering tidak tergantung dosis dan terjadi pada sebagian kecil populasi. Reaksi
yang muncul juga bermacam-macam mulai yang ringan seperti kulit kemerahan sampai yang
berat dan fatal seperti syok anafilaksis. Untuk mencegah dan mewaspadai munculnya reaksi
alergi perlu diperhatikan sifat-sifat khasnya, yaitu: keluhan dan gejala ditandai reaksi imunologi
seperti ruam kulit, gatal-gatal dan sesak nafas; reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan,
seringkali ada tenggang waktu antara minum obat dengan munculnya efek samping, dan reaksi
hilang bila obat dihentikan. Pada kasus efek samping karena variasi genetik sulit dikenali secara
spesifik, karena kelainan genetik hanya diketahui dengan pemeriksaan spesifik contohnya pasien
dengan yang kekurangan enzim glukosa-6fosfat dehidrogenase mempunyai potensi menderita
6
anemia karena penggunaan obat malaria seperti primakuin, antibakteri golongan sulfonamid dan
obat jantung seperti kinidin.
Faktor penyebab terjadinya efek samping obat dapat berasal dari faktor pasien dan faktor
obat. Faktor pasien meliputi umur, genetik dan penyakit yang diderita. Pada pasien anak-anak
(khususnya bayi) sistem metabolism belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek
samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang kondisi tubuhnya
sudah menurun. Pada pasien dengan penyakit tertentu seperti gangguan hati dan ginjal
penggunaan obat perlu perhatian khusus karena dapat menyebabkan efek samping yang serius.
Faktor obat yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping seperti pemilihan obat,
jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat. Masing masing obat memiliki
mekanisme dan tempat kerja yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan efek samping
yang berbeda.