Anda di halaman 1dari 38

Pemberian obat pada gangguan kardiovaskuler serta

gangguan hormonal dan endokrin

Disusun oleh :

1. Aula Dila 191440103


2. Ega fitri 191440108
3. Irvinny zalza 191440116
4. Jihan Maritsa 191440117
5. Lani oktaviani 191440118
6. Mega sari 191440120
7. Nur aziza 191440123
8. Nurul fuadah 191440126

Dosen Pembimbing : Rachmawati Felaani Djuria, s.Farm., Apt., MPH

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMESKES PANGKALPINANG TAHUN AJARAN


2019/2020

1|FARMAKOLOGI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Pemberian obat pada gangguan kardiovaskuler
serta gangguan hormonal dan endokrin ” ini dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing kami yang bernama Rachmawati Felaani Djuria, s.Farm.,
Apt., MPH yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang
bermanfaat dalam menyusun makalah ini.

Meskipun kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik,


namun kami menyadari bahwa masih akan adanya kekurangan serta
kekeliruan di dalam makalah ini, sehingga kami akan sangat terbuka
dengan kritik, saran serta masukan dari berbagai pihak. Akhir kata kami
juga berharap agar makalah ini sangat bermanfaat bagi para pembaca
guna menambah wawasan tentang “ Pemberian obat pada gangguan
kardiovaskuler serta gangguan hormonal dan endokrin ”.

Pangkalpinang, Maret 2020

Penyusun

2|FARMAKOLOGI
DAFTAR ISI

Halaman judul ...................................................................................1

Kata pengantar ..................................................................................2

Daftar isi .............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................7
1.3 Tujuan ......................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pemberian obat, gangguan, sistem kardiovaskuler,
hormonal serta endokrin ..........................................................8
2.2 Fungsi jantung ........................................................................9
2.3 Pembuluh darah ....................................................................10
2.4 Macam-macam obat jantung dan pemberian obat .............. 11
2.5 Obat-obatan hormonal dan pemberian obat ........................17
2.6 Gambaran umum dan jenis-jenis sistem endokrin ................20
2.7 Obat Gangguan Endokrin dan pemberian obat .....................31

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...........................................................................36
3.2 Saran .....................................................................................37

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................38

3|FARMAKOLOGI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Di Negara-negara industri penyakit jantung dan pembuluh
darah (PJP) seperti gagal jantung, aritmia jantung, angina pectoris
dan hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar. Keadaan
ini terutama ada hubungannya dengan kebiasaan dan susunan
makanannya. Beberapa senyawa kimia secara inheren dapat
menjadi racun, seperti timah, yang tidak diketahui bagaimana peran
fisiologisnya dalam tubuh namun dapat menyebabkan cedera
neural bahkan pada tingkat paparan yang sangat rendah.
Kebanyakan obat-obatan adalah racun pada ambang batas
tertentu, pada dosis terapi obat memberikan efek yang
menguntungkan, tetapi pada dosis yang lebih tinggi dapat
menyebabkan keracunan.
Intoksikasi atau keracunan merujuk pada suatu kejadian
berupa efek samping obat, zat kimia atau substansi asing lainnya
yang berhubungan dengan dosis. Terdapat variasi respon dan
kecenderungan individual terhadap dosis obat yang diberikan.
Variasi ini terjadi baik secara genetik maupun yang didapat, karena
induksi enzim, inhibisi, maupun toleransi. Evaluasi respon terhadap
dosis atau dosis-efek sangat penting bagi seorang ahli toksikologi.
Ada hubungan dosis-efek pada satu individu dan adapula
hubungan dosis-efek quantal dalam suatu populasi. Dalam
hubungan dosis-efek individual biasanya seseorang akan
mengalami peningkatan efek seiring peningkatan dosis. Hubungan

4|FARMAKOLOGI
dosis-efek quantal adalah persentase kenaikan jumlah penduduk
yang terpengaruh kenaikan dosis. Fenomena dosis-efek quantal
penting dalam nilai dosis mematikan median (lethal dose (LD)
LD50) obat-obatan dan bahan kimia tertentu.
Secara umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang
menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses
kimia. Sedangkan definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau
campuran bahan yang digunakan (1) pengobatan, peredaan,
pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan fisik atau
gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam
pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada
manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan yang disintesis
di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D) atau merupakan
merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam
tubuh. Pada makalah ini akan dibahas memgenai obat hormonal.
Walaupun hormon merupakan zat yang disintesis oleh
badan dalam keadaan normal,tidak berarti hormon bebas dari efek
toksis/racun. Pemberian hormon eksogen / dari luar yang tidak
tepat dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal
dengan segala akibatnya. Analogi hormon adalah zat sintetis yang
berkaitan dengan reseptor hormon. Analog hormon sangat mirip
dengan hormon alami dan sering kali fungsi klinisnya lebih baik dari
pada hormon alaminya sebab mempunyai beberapa sifat yang
lebih menguntungkan. Misalnya estradiol adalah hormon alami
yang masa kerjanya sangat pendek, sedangkan etinilestradiol
adalah analog hormon yang masa kerjanya lebih panjang.
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang
nengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam darah ang beredar
dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan
hasil sekresinya disebut hormon.

5|FARMAKOLOGI
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi
untuk memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri
atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas,
kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan
kelenjar buntu. Beberapa dari organ endokrin ada yang
menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu
juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau
hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar
yang lain.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf,
mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini
bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat
dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal
dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi
dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila
sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem
saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-
ujung saraf.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke
dalam darah . Kelenjar endokrin ini termasuk hepar, pancreas
(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis
untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin melepaskan
sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit,
atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal. Jika kelenjar
endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam
darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu
fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka
pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang

6|FARMAKOLOGI
tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah
diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah Pengertian pemberian obat, gangguan, sistem
kardiovaskuler, hormonal serta endokrin ?
2. Apakah Fungsi jantung ?
3. Apakah Pembuluh darah ?
4. Bagaimana Macam-macam obat jantung dan pemberian obat ?
5. Bagaimana Obat-obatan hormonal dan pemberian obat ?
6. Bagaimana Gambaran umum dan jenis-jenis sistem endokrin ?
7. Bagaimana Obat Gangguan Endokrin dan pemberian obat ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian pemberian obat, gangguan sistem
kardiovaskuler, hormonal serta endokrin
2. Untuk mengetahui Fungsi jantung
3. Untuk mengetahui Pembuluh darah
4. Untuk mengetahui Macam-macam obat jantung dan pemberian
obat
5. Untuk mengetahui Obat-obatan hormonal dan pemberian obat
6. Untuk mengetahui Gambaran umum dan jenis-jenis sistem
endokrin
7. Untuk mengetahui Obat Gangguan Endokrin dan pemberian obat

7|FARMAKOLOGI
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pemberian obat, sistem kardiovaskuler, hormonal


serta endokrin
Pemberian obat merupakan cara pemberian obatnyang
benar seklaigus tepat akan memberikan efek dan dampak yang
bagus dan efektif kepada proses penyembuhan penyakit yang
sedang diderita. Walaupun proses pemberian obat adalah
merupakan lingkup bidang medis dan juga para apoteker.
Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah
merupakan salah satu tanggung jawab penting bagi seorang
perawat.
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang
terdiri dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang
berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi
keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses
metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak
mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat
merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan
aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada
keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi
memlihara dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti
merangsang. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
langsung disekresikan ke dalam darah karena tidak memiliki
saluran sendiri. Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme
umpan balik. Artinya, kekurangan atau kelebihan hormon tertentu
dapat mempengaruhi produksi hormon yang lain. Hal ini disebut

8|FARMAKOLOGI
homeostasis, yang berarti seimbang. Di dalam tubuh manusia
terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipotalamus,
hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan kelenjar
gonad (ovarium atau testis).
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi
untuk memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri
atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas,
kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan
kelenjar buntu. Beberapa dari organ endokrin ada yang
menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu
juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau
hormon ganda misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar
yang lain.

2.2 Fungsi jantung


Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan
terisi darah (disebut diastol), selanjutnya jantung berkontraksi dan
memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua
atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua
ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan.
Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak
karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena
berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah
atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam
ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner
ke dalam arteri pulmonalis, menuju ke paru-paru.
Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil
(kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap
oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam

9|FARMAKOLOGI
vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah diantara
bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut sirkulasi
pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel
kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan
oksigen ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri
terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk
seluruh tubuh, kecuali paru-paru.

2.3 Pembuluh darah


Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri
dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena. Arteri (kuat dan
lentur) membawa darah dari jantung dan menanggung tekanan
darah yang paling tinggi. Kelenturannya membantu
mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri
yang lebih kecil dan arteriola memiliki dinding berotot yang
menyesuaikan diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan
aliran darah ke daerah tertentu. Kapiler merupakan pembuluh
darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi
sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung)
dan vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler
memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke
dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah
dari jaringan ke dalam darah. Dari kapiler, darah mengalir ke dalam
venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke
jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya
diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena
mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan
kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.

10 | F A R M A K O L O G I
2.4 Macam-macam obat jantung dan pemberian obat
Obat yang bekerja pada jantung dan pembuluh darah, baik
arteri maupun vena dibagi dalam sembilan sub kelas sebagai
berikut:
1. Obat inotropik positif
2. Obat anti-aritmia
Jantung dan pembuluh darah merupakan alat dalam tubuh
yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan
sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung
sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah
sebagai penyalur darah ke jaringan. Sistem kardiovaskuler
dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui nodus SA, nodus
AV, berkas His, dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga
dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan
parasimpatis. Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan
mengakibatkan kelainan pada sistem kardiovaskuler. Obat
kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi dan
memperbaiki sistem kardiovaskuler secara langsung ataupun tidak
langsung.

1. Obat Inotropik Positif


Obat inotropik positif bekerja dengan meningkatkan
kontraksi otot jantung (miokardium) dan digunakan untuk gagal
jantung, yakni keadaan dimana jantung gagal untuk memompa
darah dalam volume yang dibutuhkan tubuh. Keadaan tersebut
terjadi karena jantung bekerja terlalu berat atau karena suatu hal
otot jantung menjadi lemah. Beban yang berat dapat disebabkan
oleh kebocoran katup jantung, kekakuan katub, atau kelainan sejak
lahir dimana sekat jantung tidak terbentuk dengan sempurna.
Ada 2 jenis obat inotropik positif, yaitu

11 | F A R M A K O L O G I
a. Glikosida jantung
Glkosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman
Digitalis purpurea yang kemudian diketahui berisi digoksin dan
digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik positif pada gagal
jantung.
 Digoksin, kodenya 7-211
 Digitoksin, kodenya 7-211
b. Penghambat fosfodiesterase
Obat-obat dalam golongan ini merupakan penghambat enzim
fosfodiesterase yang selektif bekerja pada jantung. Hambatan
enzim ini menyebabkan peningkatan kadar siklik AMP (cAMP)
dalam sel miokard yang akan meningkatkan kadar kalsium intrasel.
 Milrinon
 Aminiron
 DOBUTAMIN
Dobutamin menimbulkan efek inotropik yang lebih kuat daripada
efek kronotropik dibandingkan isoprotenerol. Hal ini mungkin
disebabkan karena resistensi perifer yangrelative tidak berubah
(akibat vasokonstriksi melalui reseptor α1 diimbangi
olehvasodilatasi melalui reseptor β2) sehingga tidak menimbulkan
reflex takikardi atau karenareseptor α1, di jantung menambah efek
inotropik obat ini. Pada dosis yang menimbulkanefek inotropik yang
sebanding, efek dobutamin dalam meningkatkan automatisitas
nodusSA kurang dibanding isoprotenerol, tetapi peningkatan
konduksi AV dan intraventrikular oleh ke-2 obat ini sebanding.
Dengan demikian, infuse dobutamin akan
meningkatkankontraktilitas jantung dan curah jantung, dan hanya
sedikit meningkatkan denyut jantungsedangkan resistensi perifer
relative tidak berubah.Kontraindikasi :Obat ini mempercepat
konduksi AV, maka sebaiknya dihindarkan pada fibrilasi
atrium.Tekanan darah dan denyut jantung dapat sangat meningkat

12 | F A R M A K O L O G I
selama pemberian dobutamin.Bila ini terjadi, kurangi kecepatan
infuse obat. Seperti obat inotropik lainnya, dobutamindapat
memperluas ukuran infark miokard dengan meningkatkan
kebutuhan oksigenmiokard. Pemberian lebih dari beberapa hari
dapat menimbulkan toleransi
Dosis : 2,5 -10 µg/ kg/ menit dengan cara titrasi•Maksimum : 20 µg/
kg/ menit.
DOPAMIN
Precursor NE ini mempunyai kerja langsung pada reseptor
dopaminergik dan adrenergic,dan juga melepaskan NE endogen.
Pada kadar rendah, dopamine bekerja pada reseptor dopaminergik
D1 pembuluh darah, terutama di ginjal, mesentrium dan pembuluh
darahkoroner. Stimulasi reseptor D1, menyebabkan vasodilatasi
melalui aktivitas adenilsiklase.Infuse dopamine dosis rendah akan
meningkatkan aliran darah ginjal, laju filtrasiglomerulus dan
ekskresi Na+. Pada dosis yang sedikit lebih tinggi,
dopaminemeningkatkan kontraktilitas miokard melalui aktivitias
adrenoreseptor β 1. dopamine juga melepaskan NE endogen yang
menambah efeknya pada jantung. Pada dosis rendahsampai
sedang, resistensi perifer total tidak berubah. Hal ini mungkin
karena dopaminemengurangi resistensi arterial di ginjal dan
mesentrium dengan hanya sedikit peningkatandi tempat-tempat
lain.
Dengan demikian dopamine meningkatkan tekanan sistolik
dantekanan nadi tanpa mengubah tekanan diastolic (mungkin
sedikit meningkat). Akibatnyadopamine terutama berguna untuk
keadaan curah jantung rendah disertai dengangangguan fungsi
ginjal, misalnya syok kardiogenik dan gagal jantung yang berat.
Padakadar yang tinggi dopamine menyebabkan vasokonstriksi
akibat aktivasi reseptor α1 pembuluh darah. Karena itu bila
dopamine digunakan untuk syok yang mengancam jiwa,tekanan

13 | F A R M A K O L O G I
darah dan fungsi ginjal harus dimonitor. Reseptor dopamine juga
terdapat dalamotak, tetapi dopamine yang diberikan secara IV tidak
menimbulkan efek sentral karenaobat ini sukar melewati sawar
darah otak. Dosis : 2 - 20 µg/kg/menit, Infuse ditingkatkan sampai
tekanan arteri meningkat dan adanya urine flow. Biasa diberikan
secara titrasi : 400 mg dopamine / 500 cc dekstrose / NaCl 0,9%
800 µg/ml.
Dosis dopamine 1 - 2 µgr/kg/menit menyebabkan
:•Vasodilatasi renal•Vasodilatasi mesentrik, Tanpa meningkatkan
tekanan darahDosis 2 -10 µg/kg/menit menyebabkan : Inotropik
dan efek vasodilatasi, Meninggikan cardiac output, Takikardi.
Dosis 10 - 20 µg/kg/menit menyebabkan : Vasokonstriksi
2. Obat-Obat Antiaritmia
 Lidocaine
Merek dagang Lidocaine: Bioron, Extracaine, Lidocaine
Compositum, Lidocaine HCL, Lidocaine HCL (NAT) G, Lidodex,
Lidox 2%, Pehacain, Vitamin B Complex (IKA), Xylocaine.
Suntik
Dewasa: 1-1,5 mg/kgBB.
Dosis maksimal: 3 mg/kgBB. Dalam keadaan darurat, dapat
diberikan 300 mg disuntikkan ke otot bahu. Penyuntikkan bisa
diberikan kembali setelah 60-90 menit dari penyuntikkan pertama,
jika dibutuhkan.
 Propafenone
Merek dagang Propafenone: Rytmonorm
Tablet
Dewasa: dosis awal diberikan sebanyak 150 mg, tiga kali sehari.
Dosis bisa ditingkatkan setiap 3-4 hari sekali, dengan dosis
maksimal hingga 300 mg, tiga kali sehari.
Lansia: diskusikan dengan dokter.
 Propranolol

14 | F A R M A K O L O G I
Merek dagang Propranolol: Farmadral 10, Libok 10, Propranolol
Tablet
Dewasa: 30-160 mg per hari, dibagi ke dalam beberapa kali
pemberian.
Anak-anak: 0,25-0,5 mg/kgBB, 3-4 kali sehari
 Amiodarone
Merek dagang Amiodarone: Amiodarone HCL, Cordarone, Cortifib,
Kendaron, Lamda, Rexodrone, Tiaryt
Cairan suntik
Dewasa: dosis awal 5 mg/kgBB, disuntikkan selama 20-120 menit.
Dosis bisa diberikan lagi jika diperlukan dengan dosis maksimal
1.200 mg per hari.
Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.
Tablet
Dewasa: dosis awal 200 mg, 3 kali sehari, untuk satu minggu.
Dosis selanjutnya bisa dikurangi menjadi 200 mg, 2 kali sehari,
diturunkan perlahan hingga kurang dari 200 mg per hari.
Lansia: Dosis akan dikurangi dari dosis dewasa.
 Diltiazem
Merek dagang Diltiazem: Farmabes 5, Herbesser
Cairan suntik
Dewasa: dosis awal 250 mcg/kgBB, disuntikkan ke dalam
pembuluh darah vena selama kurang-lebih 2 menit. Dosis bisa
ditambahkan sebanyak 350 mcg/kgBB setelah 15 menit jika
diperlukan
 Verapamil
Merek dagang Verapamil: Isoptin, Tarka, Verapamil HCL

Tablet
Dewasa: 120-480 mg per hari, dibagi ke dalam 3-4 kali pemberian.
Anak usia 2 tahun atau kurang: 20 mg, 2-3 kali per hari.

15 | F A R M A K O L O G I
Anak usia 3 tahun atau lebih: 40-120 mg, 2-3 kali per hari
 Digoxin
Merek dagang Digoxin: Digoxin, Fargoxin
Tablet
Dewasa dosis awal 0,75-1 mg diberikan dalam 24 jam
sebagai dosis tunggal atau dibagi tiap 6 jam. Dosis pemeliharaan
adalah 125-250 mcg per hari. Bayi dengan berat badan hingga 1,5
kg: dosis awal 25 mcg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3 kali
konsumsi Dosis lanjutan adalah 4-6 mcg/kgBB per hari, dibagi
menjadi 1-2 kali konsumsi. Bayi dengan berat badan 1,5-2,5 kg:
dosis awal 30 mcg/kgBB per hari, dibagi menjadi 3 kali konsumsi.
Dosis lanjutan 4-6 mcg/kg/BB per hari, untuk 1-2 kali konsumsi.
Bayi dengan berat badan di atas 2,5 kg dan balita usia 1 bulan-2
tahun: dosis awal 45 mcg/kgBB per hari, dibagi tiga kali pemberian.
Dosis lanjutan 10 mcg/kgBB per hari, untuk 1-2 kali konsumsi.
Anak usia 2-5 tahun: dosis awal 35 mcg/kgBB per hari,
dibagi menjadi 3 kali konsumsi. Dosis lanjutan 10 mcg/kgBB per
hari, untuk 1-2 kali konsumsi. Anak usia 5-10 tahun: dosis awal 25-
750 mcg/kgBB per hari, dibagi menjadi tiga kali konsumsi. Dosis
lanjutan 6-250 mcg/kgBB per hari, untuk 1-2 kali konsumsi. Anak
usia 10-18 tahun: dosis awal 0,75-1,5 mg/kgBB per hari, dibagi
menjadi 3 kali konsumsi. Dosis lanjutan 62,5-750 mcg per hari,
untuk 1-2 kali konsumsi.
Infus
Dewasa: 0,5-1 mg yang diinfuskan selama 2 jam sebagai dosis
tunggal.

16 | F A R M A K O L O G I
2.5 Obat-obatan hormonal dan pemberian obat

 Obat-obat Anti Tiroid


Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi
menggunakan empat kelompok obat ini yaitu: obat antitiroid,
penghambat transport iodida, iodida dalam dosis besar menekan
fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang merusak sel-sel
kelenjar tiroid. Tetapi hipertiroid pada kehamilan hanya di obati
dengan obat-obat antitiroid saja dan pengobatan dan dilakukan di
bawah pengawasan dokter spesialis. Obat-obat tiroid akan
melewati plasenta, tetapi hormon tiroidnya tidak, terapi sulih
hormon yang menyekat tiroid akan membuat janin menjadi
hipotiroid.
Obat-obat antitiroid dapat mensupresi produksi hormon tiroid
janin dan menstimulasi produksi TSH yang menyebabkan gondok
(goitre) pada janin serta hipotiroidisme. Keadaan ini lebih
cenderung terjadi pada pemberian obat antitiroid dosis-tinggi.
Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan
(inkorporasi) yodium pada TBG (thyroxine binding globulin)
sehingga akan menghambat sekresi TSH (Thyreoid Stimulating
Hormone) sehingga mengakibatkan berkurang produksi atau
sekresi hormon tiroid. Antitiroid digunakan untuk :
 Mempertahankan remisi pada strauma dengan
tirotoksikkosis
 Mengendalikan kadar hormon pada pasien yang mendapat
yodium radioaktif
 Menjelang pengangkatan tiroid (Anonim, 2000).
Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah
Propiltiourasil, Methimazole, Karbimazol.

17 | F A R M A K O L O G I
Propiltiourasil (PTU)
Nama generik : Propiltiourasil
Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan
masa menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-
200 mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000
mg/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450
mg/hari, untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900
mg/hari; dosis pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap
8-12 jam. Dosis untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan,
sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah,
hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan
memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin
dan triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU
bisa menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan,
kehamilan dan menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).

Methimazole
Nama generik : methimazole
Nama dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid

18 | F A R M A K O L O G I
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita
hamil.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari);
dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam
sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40
mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri
lambung, edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa
meningkatkan myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006)

 Karbimazole
Nama generik : Karbimazole
Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan
pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu
dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi
berlangsung 18 bulan. Sebagai blocking replacement regimen,
karbamizole 20 - 60 mg dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150
mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan
dengan respon.

Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan,


sakit kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah,
leukopenia.

19 | F A R M A K O L O G I
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun
karena PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan
pendarahan, kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).

 Tiamazole
Nama generik : Tiamazole
Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan
operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon
tiroid 25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat
20 mg (2 x sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis
perlahan-lahan diturunkanhingga dosis pemelihara 5 - 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah,
pembengkakan pada kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan
menyusui, hepatitis.
Hipotiroidisme
Hipotirodisme diobati dengan terapi sulih hormon tiroksin. Jika
pasien mendapatkan preparat tiroksin dengan dosis yang
berlebihan, tanda dan gejala hipertiroidisme akan muncul. Tiroksin
tidak melewati plasenta. Dianjurkan untuk melakukan minimal satu
kali TFT yang penuh dalam setiap trimester.

2.6 Gambaran umum dan jenis-jenis sistem endokrin


Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk
mengatur dan mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pengendalian
endokrin di perantarai oleh pembawa pesan kimia yang disebut
hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan

20 | F A R M A K O L O G I
tubuh, diabsorbsi ke dalam aliran darah, dan di bawah melalui
sistem sirkulasi menuju jaringan atau sel target. Hormon
mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu molekul
protein yang memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu. Respon
hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan
distribusinya lebih luas dari pada respons langsung otot dan
kelenjar terhadap stimulus sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini
mengsekresi langsung ke dalam cairan jaringan di sekitar sel-
selnya. Kelenjar endokrin biasanya mengsekresi lebih dari satu
jenis hormon (kelenjar paratiroid yang hanya mengsekresi hormon
para tiroid merupakan suatu pengecualian). Dalam tubuh manusia
telah diidentifikasi sekitar 40 sampai 50 jenis hormon. Hormon-
hormon baru ditemukan di berbagai bagian tubuh termasuk di
saluran gastrointestinal, sistem saraf pusat, dan saraf perifer.
Konsentrasi hormon dalam sirkulasi rendah. Hormon yang
bersirkulasi dalam aliran darah hanya sedikit jika di bandingkan
dengan zat aktif biologis lainnya, seperti glukkosa dan kolesterol.
Walaupun hormon dapat mencapai sebagian besar sel tubuh,
hanya sel target tertentu yang memiliki reseptor spesifik yang dapat
di pengaruhi.
Kelenjar endokrin memiliki persediaan pembuluh darah yang
baik. Secara mikrobiologis, kelenjar tersebut terdiri dari korda atau
sejumlah sel sektori yang dikelilingi banyak kapiler dan di topang
jaringan ikat. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun
dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh hormon diurnal.
Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam
hari. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang
waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan
puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. Tipe
sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada

21 | F A R M A K O L O G I
kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons
terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang
memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi
lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas
selular.Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon
hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang
sesuai, yang melakukan fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi
dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar
sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya.
Hormon secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme
lain dan diekskresi oleh ginjal.
 Jenis-jenis kelenjar dalam sistem endokrin
1. Kelenjar hipofisis anterior dan posterior
Hipofisis disebut juga kelenjar pituitary. Hipofisis merupakan
kelenjar kecil di rongga bertulang terletak di dasar otak dibawah
hipotalamus sekitar 2cm. Dihubungkan ke hipolalamus oleh
tangkai kecil (infundibulum). Kelenjar hipofisis disebut master gland
karena dapat menghasilkan hormon dan hormon yang dihasilkan
oleh hipofisis dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan
hormon lain.
a) Kelenjar hipofisis posterior

Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari


pertumbuhan otak yang terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis).
Hipofisis posterior di hubungkan ke hipotalamus mealuil jalur saraf.
Hipofise posterior membentuk sistem neurosekresi yang
mengeluarkan vasopresin dan oksitosin. Pengeluaran hormon dari
hipofise posterior dikontrol oleh hipotalamus. Hipofisis posterior
terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi untuk regulasi kontraksi
rahim dan membantu dalam proses pengeluaran asi setelah

22 | F A R M A K O L O G I
melahirkan, hormon relaxin yang berfungsi membukanya simphisis
pubis, dan ADH (Anti Diuretika Hormon) atau pitressin atau
vasopressin yang berfungsi untuk mencegah agar urin yang keluar
tidak terlalu banyak ( in put = out put).

b) Kelenjar hipofisis anterior


Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar
yang berasal dari penonjolan atap mulut yang disebut
adenohipofisis. Hipofisis anterior di hubungkan melalui pembuluh
darah. Pengeluaran hormon dari anterior dikontrol oleh
hipotalamus. Hormon yg dikeluarkan hipofise anterior yaitu:
1) hormon pertumbuhan ( growth hormon atau GH )
Hormon ini bekerja pada tulang, otot, tulang rawan, kulitdan
bekerjanya sangat terbatas. Pada pria sejak lahir sampai dengan
21 tahun dan pertmbuhan drastisnya terjadi pada usia 13 sampai
16 tahun. Pada wanita sejak lahir hingga usia 18 tahun, dan
pertumbuhan drastisnya terjadi saat usia 9 sampai 12 tahun. GH
ini sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam darah contohnya
bila selesai makan kadar gula dlm darah akan meningkat, dan GH
tidak bekerja. Bila kadar gula dalam darah menurun, GH bekerja
secara maksimal. Bila GH bekerja normal maka tubuh akan normal.
Bila hipersekresi maka tubuh manusia akan menjadi raksasa
(giant). Bila hiposekresi maka tubuh manusia akan menjadi
kerdil/cebol.
2) Thyroid stimulating hormon ( TSH atau tirotropin)
Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini
menghasilkan thyroksin (t4), liotironin (t3) dan kalsitonin.
3) Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)
Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu
Glukokortikoid sebagai penghasil gula, Mineralokortikoid fungsinya
mengatur keseimbangan ion Na dan ion K, dan Gonadokortikoid.

23 | F A R M A K O L O G I
Gonadokortiroid untuk wanita adalah hormon estrone &
progesterone, sedangkan untuk pria adalah hormon testosterone.
4) Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu
(asi).
5) Gonadotropin hormon (GTH)
Hormon ini menghasilkan FSH (follicle stimulating hormon)
dan LH (luteinizing hormon) atau ICSH (interstitial cell stimulating
hormon). Pada wanita FSH berfungsi untuk mematangkan sel telur
sedangkan LH berfungsi menebalkan dinding rahim dan
mempertahankan implantasi janin. Sedangkan pada pria FSH
berfungsi mematangkan spermatogonium yang akan menjadi
spermatozoasedangkan LH atau ICSH akan menghasilkan sel
leydig yang memproduksi hormon testosterone. Hormon pelepas
(releasing) dan penghambat (inhibiting) hipotalamus disalurkan ke
hipofise melalui sistem porta hipotalamus, hipofisis untuk
mengontrol sekresi hormon hipofise anterior. Hormon pengatur
hipotalamus mencapai hipofise anterior melalui jalur vaskuler
khusus ke sistem porta hipotalamus – hipofise.
Sekresi hormon anterior dirangsang atau dihambat oleh 7
hormon hipofisiotropik yang terdiri dari Thyrotropin releasing
hormon (TRH), Cortikotropin releasing hormon (CRH),
Gonadotropin releasing hormon (GNRH), Growth hormon releasing
hormon (GHRH), Prolacting releasing hormon (PRH) hormon ini
menghambat, Prolactin -relasing hormon (PRH) mengeluarkan,
menghambat, dan Prolakting inhibiting hormon (menghambat).

2. Kelenjar Tiroid
Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari
trakea diikat bersama oleh jaringan tiroid yang menyatu di bagian
tengah oleh bagian sempit kelenjar yang berbentuk seperti dasi

24 | F A R M A K O L O G I
kupu-kupu dan yang melin¬tasi trakea di sebelah depan.
Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan
bawah, letaknya berada di atas trakea, tepat dibawah laring.
Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid. Hormon tiroid ini dibagi
menjadi 2 jenis yaitu yang mengandung tiroksin (t4 ) dan
triioditironin ( t3 ). Di luar tiroid sebagian besar t4 yg disekresikan
diubah jadi t3. Sebagian besar t3 dan t4 diangkut di darah dalam
keadaan terikat ke protein plasma tertentu.
Sel sekretorik utama hormon tiroid tersusun membentuk
gelembung berongga berisi koloid yang membentuk unit fungsional
yaitu folikel dan menjadi sel folikel. Di ruang interstisium diantara
folikel terdapat sel sekretorik ( sel c) yang menghasilkan hormon
kalsitonin. Sel folikel memfagosit koloid berisi tiroglobulin untuk
melakukan sekresi hormon tiroid. Atas pengaruh hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise lobus anterior, kelenjar tiroid ini
dapat mempro¬duksi hormon tiroksin. Adapun fungsi dari hormon
tiroksin yaitu mengatur metabolisme tubuh baik metabolisme
karbohidrat, protein dan lipid. Hormon Liotironin yang merupakan
bahan baku thyroksin dengan syarat harus ada ion iodium yang
terdapat di dekat laut atau hasil dari laut seperti ikan, garam yang
beriodium. Hormon Kalsitonin yang merupakan bahan baku
pembentukkan parathormon yang juga disekresikan oleh kelenjar
parathyroid dan berfungsi untuk mengatur kadar kalsium (ion Ca2+)
dalam darah.
Struktur kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel-
vesikel yang dibatasi oleh epitelium silinder, disa¬tukan oleh
jaringan ikat. Sel-selnya mengeluarkan sera, cairan yang bersifat
lekat yaitu Koloidae tiroid yang me¬ngandung zat senyawa yodium
dan dinamakan hormon tiroksin.
Fungsi kelenjar tiroid, terdiri dari:
a. Bekerja sebagai perangsang proses oksidasi.

25 | F A R M A K O L O G I
b. Mengatur penggunaan oksidasi.
c. Mengatur pengeluaran karbondioksida.
d. Metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam
jaringan.
e. Pada anak mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.

3. Kelanjar Paratiroid
Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam
leher, kelenjar ini bedumlah 4 buah yang tersusun ber¬pasangan
yang menghasilkan para hormon atau hormon para tiroksin.
Masing-masing melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid,
kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang ber¬fungsi mengatur
kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh. Kelenjar paratiroid
memiliki panjang kira-kira 6 mm, lebar 3 mm, dan tebal 2 mm. Jika
dilihat secara mikroskopik kelenjar ini terlihat seperti lemak
berwarna coklat kehitam-hitaman. Kelenjar ini sulit ditemukan
karena tampak seperti lobus kelenjar tiroid. Fungsi paratiroid
adalah Mengatur metabolisme fospor dan Mengatur kadar kalsium
darah.
Hipofungsi, mengakibatkan penyakit tetani. Contohnya pada
keadaan Hipoparatiroidisme terjadi kekurangan kalsium di dalam
darah atau hipokalsemia mengakibatkan keadaan yang disebut
tetani, dengan gejala khas kejang khususnya pada tangan dan kaki
disebut karpopedal spasmus, gejala-gejala ini dapat diringankan
dengan pemberian kalsium. Hiper¬fungsi, mengakibatkan kelainan-
kelainan seperti kele¬mahan pada otot-otot, sakit pada tulang,
kadar kalsium dalam darah meningkat begitu juga dalam urin,
dekol¬sifikasi dan deformitas, dapat juga terjadi patah tulang
spontan. Contohnya pada keadaan Hiperparatiroidisme biasanya
ada sangkut pautnya de-ngan pembesaran (tumor) kelenjar.
Keseimbangan distri¬busi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan

26 | F A R M A K O L O G I
kembali dari tulang dan dimasukkan kembali ke serum darah.
Akibatnya terjadi penyakit tulang dengan tanda-tanda khas
beberapa bagian kropos. disebut osteomielitis fibrosa sistika karena
terbentuk kristal pada tulang, kalsiumnya diedarkan di dalam ginjal
dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kega¬galan ginjal.
Kelainan-kelainan di atas dapat juga terjadi pada tumor kelenjar
paratiroid.

4. Kelenjar adrenal
Merupakan kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2,
terdapat pada bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya
berbeda-beda, beratnya rata-rata 5 sampai dengan 9 gram. Secar
struktural dan fungsional kelenjar adrenal terdiri dari 2 kelenjar
endokrin yg menyatu yaitu bagian korteks dan medulla. Kelenjar
suprarenal ini terbagi atas 2 bagian yaitu:
a. Bagian luar yang berwarna kekuningan yang mengha¬silkan
kortisol yang disebut korteks. Korteks adrenal ini secara histologis
terdiri dari 3 lapisan (zona), yaitu Zona glomerulosa yang
menghasilkan mineralokortikoid (95 % aldosteron) yang berfungsi
untuk keseimbangan elektrolit dan homeostasis tekanan darah,
Zona fasikulata ( menghasilkan glukokortikoid) yang memiliki efek
metabolik , berperan dalam adaptasi thd stress, dan Zona
retikularis (glukokortikoid) dan hormon kelamin / seks
(gonadokortikoid).
b. Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan
nor adrenalin (nor epinefrin). Medula adrenal ini terdiri dari sel-sel
kromafin ( modifikasi neuron simpatis) yg bergerombol di sekitar
kapiler darah dan sinusoid. Bagian ini Mensekresi katekolamin
( neuron pascaganglion yg mengalami modifikasi ) yaitu Epinefrin
yang merangsang jantung, saraf simpatis dan aktifitas metabolik

27 | F A R M A K O L O G I
dan Norepinefrin yang mempengaruhi vasokonstriksi perifer dan
tek darah.
Zat-zat ini disekresikan dibawah pengendalian sistem persarafan
simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti
marah dan takut, serta dalam keadaan asfiksia dan kelaparan.
Peningkatan jumlah zat menaik¬kan tekanan darah guna melawan
shok. Sedangkan Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan
jalan merangsang serabut otot didalam dinding pembuluh darah
untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme kar bohidrat
dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks
adrenal adalah Hidrokortison, Aldosteron dan Kor¬tikosteron.
Semuanya bertalian erat dengan metabolisme, pertumbuhan fungsi
ginjal dan kondisi otot.
Fungsi kelenjar supra renalis bagian korteks yaitu Mengatur
keseimbangan air, elektrolit dan garam¬, Mengatur/mempengaruhi
metabolisme lemak, hidrat arang dan protein, dan Mempengaruhi
aktifitas jaringan limfoid. Fungsi kelenjar suprarenalis bagian
medula terdiri dari Vaso konstriksi pembuluh darah perifer dan
Relaksasi bronkus.
Hipofungsi, menyebabkan penyakit addison. sedangkan Kelainan-
kelainan yang timbul akibat hiperfungsi mirip dengan tumor
suprarenal bagian korteks dengan ge¬jala-gejala pada wanita
biasa, terjadinya gangguan pertum¬buhan seks sekunder.

5. Pankreas
Terdapat pada belakang lambung di depan vertebra
lum¬balis I dan II terdiri dari sel-sel alpa dan beta. Sel alpa
menghasilkan hormon glukagon sedangkan sel-sel beta
menghasilkan hormon insulin. Hormon yang diberikan untuk
pengobatan diabetes, insulin merupakan sebuah protein yang

28 | F A R M A K O L O G I
dapat turut dicer¬nakan oleh enzim-enzim pencernaan protein.
Fungsi hormon insulin adalah mengendalikan kadar glukosa dan
bila digunakan sebagai pengobatan, memperbaiki kemampuan sel
tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa dan lemak.
Pulau Langerhans, Pulau-pulau langerhans berbentuk oval tersebar
di seluruh pankreas dan terbanyak pada bagian kedua
pankreas.Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau
langerhans, sel dalam pulau ini dapat dibedakan atas dasar
granulasi dan pewarnaannya separuh dari sel ini mensekresi
insulin, yang lainnya menghasilkan polipeptida dari pankreas
diturunkan pada bagian eksokrin pankreas.
Fungsi kepulauan Langerhans adalah Sebagai unit sekresi
dalam pengeluaran homeostatik nutrisi, rnenghambat sek¬resi
insulin, glikogen dan polipeptida pankreas serta meng¬nambat
sekresi glikogen. Pulau Langerhans ini mengeluarkan Sel alfa yang
mensekresi hormon Glukagon untuk meningkatkan kadar gula
darah, Sel beta yang mensekresi hormon Insulin yang fungsinya
untuk menurunkan kadar gula darah, Sel delta mensekresi
hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat pelepasan
insulin dan glucagon, dan Sel f yang menghasilkan polipeptida
pankreatik dan fungsinya untuk mengatur fungsi eksokrin
pancreas.

6. Kelenjar Pineal
Kelenjar ini terdapat di dalam otak, di dalam ventrikel
ber¬bentuk kecil merah seperti sebuah Gemara. Terletak dekat
korpus. Fungsinya belum diketahui dengan jelas, kelenjar ini
menghasilkan sekresi interns dalam membantu pankreas dan
kelenjar kelamin. Hormon yang dihasilkan adalah hormon
melatonin yang fungsinya untuk mengatasi jet lag atau perbedaan
waktu antara negara bagi yg bepergian. Melatonin ini paling banyak

29 | F A R M A K O L O G I
di produksi pada malam hari, dan paling rendah pada jam 12
siang .

7. Kelenjar Timus
Kelenjar ini terletak di dalarn mediastinum di belakang os
sternum, kelenjar timus ini hanya dijumpai pada anak-anak di
bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di dalam toraks kira-kira
setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan terdiri
atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil dan ¬beratnya kira-
kira 10grarn atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah pada masa
remaja dari 30-40 gram kemudian berkerut lagi. Kelenjar timus ini
merupakan penghasil hormon peptida yaitu timosin dan timopietin
yang berfungsi dalam perkembangan normal lymfosit dan respon
imun tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar timus ber¬fungsi
untuk mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktifitas
kelenjar kelamin.

8. Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin ini terdiri dari kelenjar Testika yang
terdapat pada pria. Letaknya di skrotum dan menghasilkan hormon
testosteron. Fungsi hormon testosterone adalah menentukan sifat
kejan¬tanan, misalnya adanya jenggot, kumis, jakun dan lain-lain,
menghasilkan sel mani (spermatozoid) serta mengontrol pekerjaan
seks sekunder pada laki-laki. Dan kelenjar ovarika yang terdapat
pada wanita dan terletak pada ovarium di samping kiri dan kanan
uterus. Kelenjar ini menghasilkan hormon progesteron dan
estrogen, hor¬mon ini dapat mempengaruhi pekerjaan uterus serta
mem¬berikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang besar, bahu
sempit dan lain-lain.

Struktur endokrin lain penghasil hormone

30 | F A R M A K O L O G I
 Jantung, faktor atrial natriuretic yang menyebabkan urine
bergaram.
 Gaster, yang menghasilkan gastrin dan berfungsi untuk
membantu dalam proses gerak peristaltik yang teratur pada
lambung, membentuk makanan yang padat menjadi lunak
atau dalam bentuk cair (chime) sehingga mudah dicerna
oleh usus halus.
 Plasenta, hormon estrogen dan hormon progesteron, HCG
( tes kehamilan).
 Ginjal, hormon eritropoietin yang produksi eritrosit.
 Kulit, kolekalsiferol yang menyebabkan Vitamin D tidak aktif
dan sinar matahari yang diaktifkan di ginjal membuat vit d3
lalu absorpsi ion Ca dari usus.

2.7 Obat Gangguan Endokrin dan pemberian obat


 Ace Maxs Obat Gangguan Endokrin

Ace maxs terbuat dari perpaduan kulit manggis dan daun


sirsak yang sangat baik untuk mengobati berbagai macam penyakit
serta penyakit gangguan endokrin dan ace maxs ini sangat ampuh
mengobati penyakit tumor serta kanker hal ini sudah terbukti . Ace
Maxs memiliki kandungan Zat Xanthone (super antioksidan tinggi

31 | F A R M A K O L O G I
yang dihasilkan dari kulit manggis) yang berkhasiat untuk
menangkal radikal bebas, meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
menghilangkan toksin atau racun dalam tubuh, memperbaiki fungsi
dan kerusakan organ dalam tubuh, menyembuhkan peradangan
dan infeksi, serta membunuh virus, bakteri, jamur, parasit, dan
protozoa penyebab penyakit. Selain itu Ace Maxs juga memiliki
kandungan Zat AntiKanker yang dihasilkan dari daun sirsak dan
telah terbukti 10.000 kali lebih efektif dalam melawan kanker
dibandingkan kemoterapi atau operasi. Zat AntiKanker dalam Ace
Maxs berkhasiat untuk membunuh sel-sel jahat dari 12 tipe kanker
yang berbeda, menghambat penyebaran kanker, melenyapkan
tumor, kista, mioma, dan benjolan/tiroid baik di leher, di ketiak, di
payudara, serta di selangkangan paha,(Obat Gangguan Endokrin).

Manfaat Ace Maxs :


 Konsumsi malam hari membuat tidur lebih nyenyak
 Konsumsi pagi hari menambah energi dan vitalitas
 Membantu mencegah penuaan dini (anti aging)
 Membantu meningkatkan hormon pada pria dan wanita
 Membantu mengatasi penyakit degeneratif (jantung, kanker,
stroke, diabetes, Alzheimer, HIV/AIDS) dan berbagai
penyakit lainnya. Fungsi Pencegahan & Pengobatan
(preventive dan curative).

 ropylthiouracil

Propylthiouracil adalah obat untuk mengatasi


hipertiroidisme, yaitu kondisi ketika kelenjar tiroid memproduksi
terlalu banyak hormon tiroid. Obat ini umumnya digunakan jika
metode pengobatan lain untuk hipertiroidisme tidak berhasil atau
tidak dapat dilakukan. Propylthiouracil hanya diberikan dan

32 | F A R M A K O L O G I
digunakan sesuai resep dokter. Penggunaan obat ini harus disertai
pemantauan dari dokter, untuk mewaspadai gejala yang terkait
gangguan fungsi hati, seperti penyakit kuning.

Golongan : Antitiroid
Kategori : Obat resep
Manfaat : Mengatasi hipertiroidisme
Digunakan oleh : Dewasa dan anak-anak
Kategori kehamilan dan menyusui Kategori D: Ada bukti
positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya
manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya,
misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.
Propylthiouracil dapat terserap ke dalam ASI, tidak boleh
digunakan selama menyusui.
Bentuk obat : Tablet
Peringatan:
Propylthiouracil digunakan bila pasien tidak merespons
pengobatan lain, seperti methimazole, ablasi tiroid, dan operasi.
Propylthiouracil dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan
fungsi hati. Oleh karena itu, penggunaan obat ini harus dalam
pengawasan dokter. Waspada gejala kerusakan hati, seperti
penyakit kuning, terutama selama 6 bulan pertama sejak
menggunakan obat. Diskusikan dengan dokter sebelum
menggunakan propylthiouracil, terutama bila memiliki alergi
terhadap makanan, obat, maupun bahan lain di dalam obat ini.
Sebelum mengonsumsi propylthiouracil, beri tahu dokter jika
pernah menderita agranulositosis, sel keping darah (trombosit)
rendah, dan penyakit liver. Propylthiouracil hanya boleh digunakan
pada usia kehamilan 3 bulan pertama, dan tidak boleh lewat dari
itu.

33 | F A R M A K O L O G I
Dosis Propylthiouracil
Dosis propylthiouracil berbeda-beda, tergantung kondisi dan usia
pasien. Berikut penjelasannya:

Dewasa
Dosis awal 150-450 mg per hari, yang dibagi menjadi beberapa
dosis. Pada kasus yang parah, dosis dapat ditingkatkan menjadi
600-1200 mg per hari. Dosis lanjutan bila kadar hormon tiroid
sudah kembali normal adalah 50-150 mg per hari, selama 1-2
tahun.

Anak-anak
Bayi baru lahir: 2,5-5 mg/kgBB, 2 kali sehari
Bayi usia 1-12 bulan: 2,5 mg/kgBB, 3 kali sehari
Anak usia 1-5 tahun: 25 mg, 3 kali sehari
Anak usia 5 -12 tahun: 50 mg, 3 kali sehari
Anak usia 12-18 tahun: 100 mg, 3 kali sehari
Interaksi Propylthiouracil
Propylthiouracil yang dikonsumsi bersamaan dengan obat
pengencer darah, dapat menimbulkan efek perdarahan.

Menggunakan Propylthiouracil dengan Benar


Pastikan untuk mengikuti anjuran dokter dan membaca petunjuk
pada kemasan obat dalam mengonsumsi propylthiouracil.
Propylthiouracil bisa dikonsumsi dengan atau tanpa makanan, atau
sebagaimana yang disarankan oleh dokter. Dosis propylthiouracil
diberikan berdasarkan usia, kondisi, dan respons pasien terhadap
obat. Jangan melebihi dosis yang disarankan oleh dokter, karena
dapat meningkatkan risiko efek samping. Konsumsilah
propylthiouracil di jam yang sama setiap harinya agar pengobatan

34 | F A R M A K O L O G I
efektif. Bila lupa mengonsumsi obat ini, disarankan untuk segera
melakukannya begitu ingat, apabila jeda dengan jadwal konsumsi
berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan
jangan menggandakan dosis.

Efek Samping Propylthiouracil


Sama seperti obat-obat lainnya, propylthiouracil juga dapat
menimbulkan efek samping. Berikut adalah efek samping yang
mungkin timbul setelah mengonsumsi obat ini: Rambut rontok,
mual dan muntah, sakit perut, rasa terbakar di dada, sakit kepala,
nyeri sendi dan otot, Jumlah urine berkurang, hilangnya
kemampuan indera perasa.

35 | F A R M A K O L O G I
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena


dosis berlebih atau penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan
metabolisme atau ekskresi. Perhatian harus diberikan pada dosis tingkat
toksik obat, dengan mengevauasi fungsi ginjal dan hepar. Beberapa obat
dapat langsung berefek toksik setelah diberikan, namun obat lainnya tidak
menimbulkan efek toksik apapun selama berhari-berhari lamanya.
Keracunan obat dapat mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ. Hal
yang umum terjadi adalah nefrotoksisitas (ginjal), neurotoksisitas (otak),
hepatotoksisitas (hepar), imunotoksisitas (system imun) dan
kardiotoksisitas (jantung).

Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya,


kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi
produksi hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti
seimbang. Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi
kandungannya yang berbeda-beda sebagai berikut: Hormon yang
mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin dan
triodtironin), Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron,
estrogen, aldosteron, dan kortisol), Hormon yang mengandung protein
(insulin, prolaktin, vasopresin, oksitosin, hormon pertumbuhan (growth
hormone), FSH, LH, TSH). Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis.

Obat-Obatan Hormonal

 Obat-obat Anti Tiroid


Propiltiourasil (PTU)
Methimazole

36 | F A R M A K O L O G I
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk
mengatur dan mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pengendalian
endokrin di perantarai oleh pembawa pesan kimia yang disebut
hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan
tubuh, diabsorbsi ke dalam aliran darah, dan di bawah melalui
sistem sirkulasi menuju jaringan atau sel target. Hormon
mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu molekul
protein yang memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu. Respon
hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan
distribusinya lebih luas dari pada respons langsung otot dan
kelenjar terhadap stimulus sistem saraf. Obat gangguan sistem
endokrin Ace Maxs, Propylthiouracil.

3.2 Saran
Diharapkan agar mahasiswa dapat paham cara pemberian obat
pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler, gangguan hormonal
serta gangguan endokrin, diharapkan dosen lebih membina para
mahasiswa agara lebih mengerti dalam tata cara pemberian obat,
takaran dosis serta menjelaskan efek samping lebih lanjut mengenai
obat tersebut.

37 | F A R M A K O L O G I
DAFTAR PUSTAKA
Alfred G dan Louis SG. 2011. Goodman and Gilman's The
Pharmacological Basis of Therapeutics. Edisi 12. New York : The
McGraw-Hill Companies, Inc. Pp : 1382-1388
Katzung,B. Masters,S. Trevor,A. 2012. Basic and Clinical
Pharmacology 12th edition. Mc-Graw Hill. Connecticut
Tjay, Tan Hoan & Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan, dan Efek-Efek Samping Edisi V. Jakarta : gramedia
Tjay, Tan & Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting edisi ke VI
.Jakarta : gramedia
Evelyn C. Pearce. 2009. Anatomis dan Fisiologi Untuk Paramedis.
Jakarta : PT Gramedia
Baziad A. Kontrasepsi Hormonal. 1st ed. Jakarta: PT. bina pustaka
sarwono prawirohardjo; 2008. 36-41 p

38 | F A R M A K O L O G I

Anda mungkin juga menyukai