Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“OBAT SISTEM ENDOKRIN”


Mata Kuliah :Farmakologi
Dosen Pengampu : Mustaming S.Kep.,M.Biomed

Disusun Oleh :
Anggi Wulandari(P07220121052)

Muhammad Rizki Padhilah(P07220121073)

Mutiara (P07220121075)

Sherera San Gabrelia (P07220121084)

Yuang Anggie Irana (P07220121096)

D3 KEPERAWATAN KELAS BALIKPAPAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Obat
Sistem Endokrin disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Farmakologi
di Poltekkes Kemenkes Kaltim. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran akan penulis terima demi perbaikan makalah ini.

Balikpapan, 02 Februari 2022

Penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Kelenjar endokrin adalah organ-organ yang
menghasilkan sekresi yang disebut hormone yang dialirkan secara langsung ke
dalam aliran darah dan selsel glandular. Karena alasan ini kelenjar-kelenjar
tersebut dikenal sebagai kelenjar tanpa ductus.Hormon bertindak sebagai
"pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh,
yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu
tindakan.

Menurut Drs. H Syaifuddin (2006, Jurnal ) Kelenjar endokrin atau kelenjar


buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam
darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar tanpa melewati ductus atau
saluran dari hasil sekresi disebut hormone.

Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai


kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormonhormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai
organ tubuh. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah daru
suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.
Sebagaian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam
amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu
zat lemak yang merupakan derivate dari kolesterol. Hormon membantu tubuh
mengatur berbagai proses, seperti nafsu makan, pernapasan, pertumbuhan,
keseimbangan cairan, feminisasi, dan virilisasi (pembentukan tanda-tanda seks
sekunder seperti pembesaran payudara atau testis), serta pengendalian berat
badan. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh
yang sangat luas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kelenjar pituitari?

2. Apa saja obat hormon tiroid dan antitiroid?

3. Apa saja obat hormon paratiroid?

4. Apa saja obat adrenal?

5. Apa saja obat hormon insulin?

6. Apa saja obat efinefrin dan norefinefrin?

7. Apa saja obat dopamin?

8. Apa saja obat sulfat atropin?

C. Tujuan

Mahasiswa mampu menguasai dan mengerti konsep pengobatan pada sistem


endokrin dan mengerti tentang Cara penanganan atau pengobatan serta konsep
asuhan keperawatan pada system endokrin.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Obat Pada Sistem Endokrin

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan
penyakit, membebaskan gejela, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
obat juga merupakan suatu bahan ataupun paduan bahan-bahan yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit,
luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan termasuk
untuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Pada bab ini akan
dijelaskan sebagian tentang obat-obat yang dipakai sebagai pengganti hormon
dan untuk menghambat sekresi hormon dari kelenjar pituitary, tiroid, dan
adrenal.

B. Kelenjar Pituitary (Hipofisis)

Kelenjar pituitary (hipofisis) terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa


hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu lobus
aneterior dan posterior, dan bagian di antara kedua lobus adalah intermedia
(Pearce, 2011). Lobus anterior (adenohipofise) yang menghasilkan sejumlah
hormone yang bekerja sebagai zat pengendali produksi dari semua organ
endokrin yang lain.

- Hormone somatotropik, mengendalikan pertumbuhan hormone

- Hormone tirotropik (TSH), mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam


mengahsilakn hormone tiroksin.
- Hormone adrenokortikotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar suprarenal
dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal.

- Hormone gonadotropik berasal dari follicle stimulating hormone (FSH) yang


merangsang perkembangan folikel Graaf dalam ovarium dan pembentukan
spermatozoa dalam testis.

-Luteinizing hormone (LH), mengendalikan sekresi esterogen dan


progesterone dalam ovarium dan testosterone dalam testis.

Obat obat yang memiliki sifat adrenohipofisi dipakai untuk merangsang atau
menghambat aktivitas kelenjar.
C. Kelenjar Tiroid dan Antitiroid

D. Hormon Paratiroid

Kelenjar ini terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher,
kelenjar ini berjumlah empat buah yang tersusun berpasangan yang
mengahasilkan hormone paratiroksin yang berfungsi mengatur kadar kalsium
dan fosfor di dalam tubuh (Drs. H Syaifuddin, 2006). Hormon Paratiroid bisa
menurun sangat rendah pada pasien post operasi pengangkatan kelenjar tiroid
karena ikut terangkatnya kelenjar paratiroid yang akibatnya adalah penurunan
kadar kalsium dalam darah hipokalsemia.Hormon Paratiroid mengakibatkan :
peningkatan resorpsi kalsium dari tulang, peningkatan reabsorbsi kalsium di
ginjal, peningkatan absorbsi kalsium di Saluran cerna oleh Vitamin D.Namun,
Peningkatan kadar hormon paratiroid juga mengakibatkan penurunan kadar
fosfat dalam darah, karena hormon ini meningkatkan sekresi fosfat dalam
darah. Ada 2 jenis penyakit yang terdapat pada kelenjar paratiroid, yaitu :

Hiperparatiroidisme adalah berlebihnya produksi hormon paratiroid oleh


kelenjar paratiroid ditandai dengan dekalsifikasi tulang dan terbentuknya batu
ginjal yang mengandung kalsium.

Hipoparatiroidisme ditandai dengan rendahnya tingkat PTH, yang


menurunkan jumlah kalsium dalam darah. Saraf dan otot sel tidak dapat
berfungsi dengan baik.Penyebab hipoparatiroidisme termasuk kekurangan
magnesium, cedera pada kelenjar, operasi pada kelenjar tiroid dekatnya,
kelainan genetik atau kekurangan bawaan dari kelenjar paratiroid.

E. Adrenal

Kelenjar adrenal terdiri dari medulla dan korteks. Korteks adrenal


memproduksi dua jenis hormone atau kortikosteroid. Kortikosteroid adalah
suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di kulit kelenjar adrenal.
Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya
tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan
inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit
darah, serta tingkah laku.

Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok, yakni glukokortikoid (contohnya


kortisol) yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan
fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil. Kelompok lain dari
kortikosteroid adalah mineralokortikoid (contohnya aldosteron), yang
berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di
ginjal.

Pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat menyebabkan sindrom Cushing


dengan gejala-gejala moon face, berat badan naik, otot lemah terutama bahu
dan pinggul, dll, ,striae dan acne yang dapat pulih (reversibel) bila terapi
dihentikan, tetapi cara menghentikan terapi harus dengan menurunkan dosis
secara bertahap (tappering-off) untuk menghindari terjadinya insufisiensi
adrenal akut. Pada anak, penggunaan kortikosteroid dapat menghambat
pertumbuhan dan dapat mempengaruhi perkembangan pubertas. Oleh karena
itu penting untuk menggunakan dosis efektif terrendah, pemberian secara
berselang sehari dapat membatasi efek penurunan perkembangan anak.

1. Glukokortikoid
Glukokortikoid mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein dan lemak
serta aktivitas sel darah dan otot. Kortisol, glukokortikoid utama, memiliki
efek antiinflamasi, antialegi dan anti stress. Glukokortikoid dipakai untuk
mengobati banyak penyakit dan masalah kesehatan. Efek samping
glukokortikoid antara lain diabetes dan osteoporosis, yang berbahaya,
terutama pada lanjut usia, dapat terjadi fraktur osteoporotik pada tulang
pinggul dan tulang belakang. Selain itu, pemberian dosis tinggi dapat
mengakibatkan nekrosis avaskular pada kepala femur. Beberapa obat
glukokortikoid akan disajikan pada table dibawah ini.
2. Minerallokortikoid
Mineralokortikoid merupakan type kedua kortikosteroid, mensekresi
aldosteron. Hormon ini mempertahankan keseimbangan cairan dengan
meningkatkan penyerapan natrium dari tubulus ginjal. Natrium menarik air ,
menyebabkan retensi air. Jika terjadi hipovolemia, sekresi aldosteron akan
ditingkatkan. Dengan reabsorbsi natrium, kalium akan dikeluarkan dan
mengakibatkan terjadinya hipokalemia. Defisiensi minerallo kortikoid
biasanya terjadi dengan defisiensi glukokortikoid, seringkali disebut defisiensi
kortikosteroid.

Fludokortison merupakan suatu minerallokortikoid oral yang dapat diberikan


bersamaan dengan glukokortikoid. Obat ini dapat menyebabkan suatu
keseimbangan negative nitrogen, sehingga biasanya diperlukan diet tinggi
protein. Karena pemakaian minerallo dan glukokortikoid terjadi ekskresi
kalium, maka kadar kalium harus dipantau.
F. Hormon Insulin

Diabetes melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronis yang terjadi


karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi glukosa darah melebihi
normal disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang diakibatkan oleh kelainan sekresi hormon insulin, kelainan kerja insulin,
atau kedua. Ada 2 type Diabetes Melitus yaitu Diabetes Melitus type I atau
diabetes melitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes
Melitus/IDDM) dan type II, diabetes melitus tidak tergantung insulin (Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM). Perbedaan utama antara DM
type I dan DM typeII adalah, pada DM tipe 1, orang tidak bisa lagi
memproduksi insulin, sementara itu pada DM type II, tubuh, sel tubuh tidak
dapat mereaksi insulin secara normal lagi. Sehingga glukosa tetap dalam
aliran darah dan tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga hal tersebut
menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi.

Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam responnya


terhadap peningkatan glukosa darah.. Pankreas secara normal mensekresikan
40-60 unit insulin setiap harinya. Insulin meningkatkan ambilan glukosa, asam
amino, dan asam lemak dan mengubahnya menjadi bahan-bahan yang
disimpan dalam sel-sel tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk
keperluan glukosa di masa mendatang dalam hepar dan otot, sehingga
menurunkan kadar glukosa dalam darah. Nilai glukosa darah normal adalah
60-100 mg/Dl dan glukosa serum, 70-110 mg/Dl.

Insulin
Insulin suntikan diperoleh dari pankreas babi dan sapi ketika hewan-hewan ini
disembelih. Insulin tidak dapat diberikan per oral karena sekresi
gastrointestinal merusak susunan insulin. Insulin diberikan secara subkutan,
dengan sudut suntikan 45 sampai 90o, 15 sampai 30 menit sebelum makan.
Insulin harus disimpan pada tempat yang sejuk atau di dalam lemari es.
Konsentrasi insulin 40 atu 100 U/Ml (U40/Ml, U100/Ml) dan insulin dikemas
dalam vial berisi 10 ml. Spuit insulin ditandai dalam unit sampai maksimum
100 U per 1 mL.
Ada tiga tipe insulin :
a. Insulin kerja singkat/ insulin regular (kristalin), merupakan larutan bening
tanpa tambahan bahan untuk memperpanjang kerja insulin. Onset
kerjanya adalah 0,5 -1 jam, puncak kerja timbul dalam 2 sampai 4 jam,
dan lama kerja 6-8 jam.
b. Insulin kerja sedang, awitan insulin kerja sedang adalah 1-2 jam, puncak
6-12 jam, dan lama kerja 18-24 jam.
c. Insulin kerja panjang, bekerja dalam 4-8 jam, puncak 14-20 jam, dan
berakhir sampai 24-36 jam.

Anda mungkin juga menyukai