Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH CRITICAL ILL

MNT (Medical Nutrition Therapy) Pasien Endokrin

Dosen Pengampu :

Arie Krisnasary,S.Gz.,M.Biomed

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Revi Herlina : P05130219027

Riska Oktavia : P05130219070

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.

Dengan segala kemampuan yang terbatas, saya mencoba menggali tentang MNT
( Medical Nutrition Therapy ) Pasien Endokrin. Dan dengan adanya makalah ini, saya
berharap sedikit membantu para pembaca. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, Februari 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB 1 SISTEM ENDOKRIN

1. Definisi....................................................................................................................
2. Pengelompokkann/Macam/ Jenis ...........................................................................
3. Fungsi......................................................................................................................
4. Kelainan / Gangguan Sistem Endokrin / Penyakit..................................................

BAB II MNT ((MEDICAL NUTRITION THERAPY) PASIEN ENDOKRIN

1. Pengertian Mnt (Medical Nutrition Therapy)..........................................................


1. Asessment.........................................................................................................
2. Diagnosa ..........................................................................................................
3. Intervensi..........................................................................................................
4. Monitoring Dan Evaluasi..................................................................................

BAB III CRITICAL ILL PADA PASIEN ENDOKRIN

1. Metabolisme Zat Gizi Terkait Pada Pasien Endokrin..............................................


2. Metabolisme Yang Terjadi Pada Pasien Endokrin..................................................

BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan .............................................................................................................
2. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1
SISTEM ENDOKRIN

1. Definisi
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang hasil
sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan dari sekresi
tersebut adalah hormon. Sistem endokrin meliputi suatu sistem dalam tubuh manusia yang
terdiri dari sejumlah kelenjar penghasil zat yang dinamakan hormone. Kelenjar ini
dinamakan endokrin karena tidak memiliki saluran keluar untuk zat yang dihasilkannya.
Hormone yang dihasilkan dalam jumlah sedikit pada saat dibutuhkan dan dialirkan ke organ
sasaran melalui pembuluh darah bercampur dengan darah. Kelenjar yang produknya
disalurkan melalui pembuluh khusus seperti kelenjar ludah disebut kelenjar eksokrin.
Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah ke jaringan dan organ kemudian
merangsang hormone untuk melakukan tindakan tertentu. Endokrin menghasilkan dan
menyekresikan insulin dan glikogen (Hartono, 2006). Gangguan sekresi insulin, baik secara
absolut maupun sementara dan retensi insulin menyebabkan gangguan control glikemik
tubuh dan menimbulkan gejala abnormalitas. Sekumpulam gejala metabolik akan terjadi
diantaranya ditandai dengan tingginya kadar glukosa tubuh akibat defek sekresi insulin,
rusaknya kerja insulin atau keduanya, dan saat inilah diabetes melitus terjadi (Muhalla,
2012).
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ kadang disebut
sebagai kelenjar sekresi internal yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Pemeriksaan fisik
kelenjar endokrin meliputi kondisi kelenjar endokrin, dan kondisi jaringan atau organ
sebagai dampak dari gangguan endokrin. Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya
dapat dilakukan pada kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis). Pemeriksaan
laboratorium biasanya mengukur kadar hormone dalam cairan tubuh, gejala sisa dari
hormon ataupun gejala sisa dari proses yang menyebabkan kelainan hormone. Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagaiorgan tubuh.
Gangguan paling banyak terjadi pada kelenjar pankreas yang memunculkan diabetes.
Penyakit ini mencapai 75 persen dari gangguan endokrinsecara keseluruhan. Gangguan lain
adalah pada kelenjar tiroid, penyebab penyakit gondok (15-20 persen).
Sisanya gangguan pada kelenjar lain yang memunculkan berbagai penyakit, seperti
disfungsi sekresi, gangguan hormonal, gangguan hipofisis, bahkan keganasan (kanker).
Sistem endokrin mempengaruhi bagaimana jantung Anda berdetak, bagaimana tulang dan
jaringan tumbuh, bahkan kemampuan Anda untuk membuat bayi. Hal ini memainkan peran
penting dalam apakah atau tidak seseorang dapat terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan
pertumbuhan, disfungsi seksual, dansejumlah lainnya yang berhubungan dengan hormon
gangguan. Gangguan kelenjar endokrin bisa menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari
malnutrisi, gondok, diabetes, gangguan jantung, hipertensi, hingga tumor ganas pada
sistempencernaan. Gangguan kelenjar endokrin umumnya disebabkan perubahan gaya
hidup yang cenderung meninggalkan pola hidup sehat.
Penyakit kritis setelah trauma besar, sepsis/infeksi, luka bakar, atau proses peradangan
parah lainnya menginduksi perubahan hormon yang kompleks, dengan dampak selanjutnya
pada fungsi endokrin, metabolisme, nutrisi, dan imunologi. Gravitasi respon endokrin
terkait dapat bervariasi sesuai dengan faktor-faktor seperti besarnya dan durasi stres
katabolik, status gizi awal, usia, dan berbagai agen farmakologis. Perubahan utama dengan
proses endokrin yang diamati selama periode stres akut termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
 Aktivasi sistem hipotalamus-hipofisis-adrenokortikal (HPA)
 Peningkatan sekresi hormon kontra-regulasi oleh pankreas, kelenjar hipofisis,dan adrenal
(yaitu, hormon pertumbuhan, kortisol, katekolamin, danglukagon)
 Stimulasi pelepasan sitokin oleh sel-sel imun dan jenis sel lainnya (interleukin [IL-1,IL-
6], faktor nekrosis tumor [TNF])
 Perubahan dengan metabolisme hormon tiroid dan melepaskan
 Mengurangi sekresi steroid gonad
 Pengurangan tingkat insulin-growth factor-1 (IGF-1) dan tingkat protein-3 pengikat IGF
 Resistensi jaringan perifer terhadap hormon anabolik yaitu, insulin, hormone
pertumbuhan [GH], dan IGF-1.
Respon Endokrin Tengah Dan Peripheral Pola Selama Kecepatan Kritis Pola respons
hormon sentral dan perifer yang diamati selama penyakit kritis bervariasi tergantung pada
perjalananpenyakit . Pada hari-hari awal setelah permulaan penyakit utama, sekresi
hipotalamus dan kelenjar pituitary anterior umumnya meningkat, menghasilkan konsentrasi
serum yang lebih tinggi dari hormon leasing kortikotropin (CRH), arginin vasopresin (AVP),
adrenokortikotropin (ACTH), prolaktin (PRL), leutinizing hormone (LH), dan GH.
Sebaliknya, penurunan konsentrasi hormon perangsang tiroid (TSH) yang bersirkulasi sering
terjadi selama fase ini, mungkin sebagian disebabkan oleh peningkatan sekresi kortisol dan
dopamin endogen atau pemberian eksogennya pada masing-masing pasien. Lebih lama atau
kronis Negara katabolik yang ditandai dengan penekanan pada aktivitas hipofisis anterior dan
hormo rilis ne dan / atau kelainan pada irama diurnal yang normal dari anterior hormon
hipofisis. Konsentrasi serum bervariasi tetapi seringkali tetap meningkat selama periode
pemulihan, dan kadar AVP dapat tetap meningkat sepanjang perjalanan penyakit. Selama
periode pemulihan, ada pemulihan sensitivitas kelenjar hipofisis anterior terhadap kontrol
umpan balik. Perubahan hormon yang diamati pada pasien yang sakit kritis mungkin juga
berhubungan dengan kerusakan yang disebabkan oleh trauma atau hipotalamus, hipofisis,
atau organ target (Gail Cresci, 2005).

2. Pengelompokkan/Macam/ Jenis Endokrin


Organ endokrin atau disebut dengan kelenjar endokrin adalah kelenjar yang
memproduksi hormon untuk mengatur sistem organ secara fisiologis. Organ endokrin
dimaksud antara lain; hipotalamus, hipofisis, paratiroid, tiroid, kelenjar adrenal, pankreas,
ovarium dan testis.

Gambar 1. System Endokrin


Lihat gambar berikut : Secara anatomis letak masing-masing kelenjar endokrin sebagai
berikut :
a. Kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitary terletak di dasar cerebrum dibawah hipotalamus
b. Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok terletak di bagian bawah leher dekat jakun
c. Kelenjar paratiroid terletak di bagian bawah kelenjar tiroid
d. Kelenjar pankreas atau kelenjar pulau langerhans terletak di dekat lambung
e. Kelenjar gonad atau kelenjar kelamin, kalau pria terletak di testis dalam scrotum, kalau
wanita terletak di dalam ovarium
f. Kelenjar adrenal atau anak ginjal/suprarenalis terletak di atas ginjal
g. Kelenjar timus terdapat di daerah dada

3. Fungsi Sistem Endokrin


Menurut struktur kimianya, hormon diklasifikasikan sebagai hormon larut air dan
hormon larut lemak. Hormon yang larut dalam air adalah polipeptida misalnya insulin,
glucagon, adrenokortikortropik, gastrin, dan katekolamin misalnya dopamine, norepineprin,
epineprin. Hormone yang larut dalam lemak adalah steroid misalnya estrogen, progesterone,
testosterone, glukokortikoid, aldosterone dan tironin misalnya tiroksin.
Secara Umum fungsi kelenjar endokrin sebagai berikut (Bährle-Rapp, 2007):
• Mensekresikan hormon yang dialirkan langsung ke dalam darah (tanpa saluran
khusus/ductless) yang diperlukan sel/jaringan/organ tubuh tertentu.
• Bertindak mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
• Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
• Merangsang pertumbuhan jaringan
• Pengaturan metabolisme, proses oksidasi, meningkatkan absorbs glukosa pada usus halus
• Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.
• Memelihara lingkungan internal tubuh agar tetap optimal dan homeostatis.
Sistem endokrin mempunyai lima fungisi umum :
• Membedakan sistem saraf dan sistem reproduksi pada janin yang sedang berkembang
• Menstimulasi urutan perkembangan
• Mengkoordinasikan sistem reproduksi
• Memelihara lingkungan internal optimal
• Melakukan respons korektif dan adatif ketika terjadi stimulasi darurat.

Tabel 1. Nama Kelenjar dan Kerja Hormon


KELENJAR HORMON KERJA HORMON
Hipofisis Growth hormone (GH) Merangsang pertumbuhan jaringan
Lobus Prolaktin Thyrotropic tubuh dan tulang. Merangsang
anterior hormone (TSH) pertumbuhan jaringan payudara dan
Gonadotropin hormone laktasi Merangsang kelenjar tiroid
(Luteinizing Hormon/ LH Mempengaruhi pertumbuhan,
dan Folicle Stimulating maturitas, dan fungsi organ seks
Hormon/FSH) sekunder dan primer Merangsang
Adrenocorticotropic pembentukan steroid oleh korteks
hormone (ACTH) adrenal Merangsang korteks adrenal
Melanocyte stimulating dan mempengaruhi pigmentasi
hormone (MSH)
Hipofisis Antidiuretic hormone Meningkatkan reabsorpsi air oleh
Lobus (ADH, vasopressin) tubulus distal dan tubulus kodedokus
posterior Oksitosin ginjal sehingga menurunkan haluaran
urin Merangsang pengeluaran ASI
dari alveoli payudara ke dalam
duktus, merangsang kontraksi uterus,
kemungkinan terlibat dalam transport
sperma dalam traktus reproduktif
Thyroid Thyroxin (T4) Meningkatkan aktivitas metabolic
Triiodothyronin (T3) pada hampir semua sel; merangsang
Thyrocalcitonin (TCT) sebagian besar aspek metabolisme
lemak, protein dan karbohidrat.
Menurunkan serum kalsium dan
meningkatkan kadar fosfat; efek
berlawanan dengan PTH
Parathyroid Parathormone (PTH) Meningkatkan kadar kalsium dan
menurunkan kadar fosfat;
meningkatkan resorbsi tulang
Adrenal Glukokortikoid (kortisol) Meningkatkan katabolisme
Korteks Mineralokortikoid karbohidrat, protein, dan lemak;
(adosteron) Androgen meningkatkan kepekaan jaringan
(hormone pria) terhadap hormone lain. Cenderung
untuk meningkatkan retensi natrium
dan ekskresi kalium Mengatur
karakteristik seks sekunder tertentu
Semua kortikoid penting untuk
pertahanan terhadap stress atau
cedera. Adrenal Medulla Epineprin
(adrenalin) Norepineprin
Meningkatkan tekanan darah;
mengubah glikogen menjadi glukosa
ketika dibutuhkan oleh otot untuk
energy; meningkatkan frekuensi
jantung; meningkatkan kontraktilitas
jantung; mendilatasi bronkus
Ovarium Estrogen Progesterone Merangsang perkembangan
karakteristik seks sekunder;
berpengaruh terhadap penyembuhan
setelah menstruasi
Testis Testosterone Merangsang perkembangan
karakteristik seks sekunder pria
Pankreas Insulin Glucagon Meningkatkan metabolisme
Pulau Somatostatin karbohidrat, protein dan lemak
Langerhans sehingga menurunkan kadar glukosa
darah Memobilisasi simpanan
glikogen sehingga meningkatkan
kadar glukosa darah Menurunkan
sekresi insulin, glucagon, hormone
pertumbuhan dan beberapa hormone
gastrointestinal (gastrin, sekretin)

4. Kelainan / Gangguan Sistem Endokrin / Penyakit


Jenis Penyakit atau Gangguan Sistem Endokrin
1. Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin
baik abosulut maupun relatif. Gejala diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang umum yakni rasa
haus atau lapar berlebihan, mudah lelah, sering kencing, mual dan muntah, berat
badan naik atau turun tanpa sebab jelas, dan gangguan penglihatan.
Jenis-jenis dan tipe DM :
a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
1) Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta
terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi
autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.
2) Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang
menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetik
b. DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu
obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin
diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolik yang biasa.
c. DM Malnutrisi
1) Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD) Terjadi karena mengkonsumsi
makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi pangkreas
melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan
sel-sel beta menjadi rusak.
2) Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD) Karena kekurangan
protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas
d. DM Tipe Lain
1) Penyakit pankreas. Seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
2) Penyakit hormonal. Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth
hormon) yang merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini
hiperaktif dan rusak
2. Penyakit addison
Penyakit Addison/insufisiensi adrenokortikal terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon
korteks adrenal. Penderita penyakit addison dapat merasakan gejala kelelahan, sakit
perut, dehidrasi, dan perubahan warna kulit, Kelemahan otot, Anoreksia, Mudah
lelah, Tubuh kurus kering, Pigmentasi pada kulit, buku-buku jari, lutut, siku serta
membran mukosa, Hipotensi, Glukosa darah dan natrium serum rendah, Kalium
serum tinggi, Pada kasus yang berat, gangguan metabolisme natrium dan kalium
dapat ditandai oleh pengurangan natrium dan air, serta dehidrasi yang kronis dan
berat.
3. Penyakit cushing
Cushing syndrome terjadi akibat aktivitas korteks adrenal yang berlebihan.
Sindrome tersebut dapat terjadi akibat permberian kortikosteroid atau ACTH yang
berlebihan atau akibat hiperplasia korteks adrenal. Gejala yang ditimbulkan yaitu
rambut tipis, berjerawat, pipi merah, moon face, buffalo hump/ punuk kerbau, bulu
halus banyak, berat badan bertambah, kulit tampak berminyak, striae kemerahan
pada abdomen & pendolus abdomen, lengan dan kaki kurus dengan atrofi otot, kulit
tipis, rapuh, mudah luka, kulit cepat memar, ekimosis, penyembuhan luka sulit
4. Gigantisme
Gigantisme adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan
berlebihan yang terjadi pada masa anak-anak dan remaja. Gigantisme atau penyakit
akromegali adalah gangguan sistem endokrin yang disebabkan masalah hormon
pertumbuhan. Jika kelenjar pituitari menghasilkan terlalu banyak hormon
pertumbuhan, tulang dan bagian tubuh anak dapat tumbuh dengan cepat sehingga
ukurannya jauh di atas normal.
5. Akromegali
Akromegali berasal dari istilah Yunani yaitu akron (ekstremitas) atau megale
(besar), yang didasarkan atas salah satu temuan klinis akromegali, yaitu pembesaran
tangan dan kaki. Sebagian besar (98%) kasus akromegali disebabkan oleh tumor
hipofisis. Gejala klinis yang dijumpai pada pasien akromegali disebabkan oleh
massa tumor dan hipersekresi hormon pertumbuhan (growth hormone) yangterj adi
setelah lempeng pertumbuhan tulang menutup. Seiring dengan kemajuan dalam
bidang pencitraan dan evaluasi hormonal, makin banyak pasien.
6. Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang timbul oleh sekresi yang berlebihan
dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotiroin (T3). Penyebab
hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves/goiter toksika. Penyakit graves
adalah gangguan autoimun yang bisanya ditandai dengan produksi autoantibodi
yang mirip kerja TSH pada kelenjar tiroid. Gejala hipertiroid ditandai dengan
penurunan berat badan, detak jantung yang cepat, berkeringat, Gemetar,
gugup/gelisah Mata melotot (eksoptalmus), Berat badan berkurang walau makannya
banyak, Sulit tidur, Cepat lelah, Berdebar debar, Tidak tahan panas, Diare (BAB >
3x sehari), Tulisan tangan berubah, Gangguan menstruasi Otot lemah, tidak kuat
olahraga, tidak bisa naik tangga, Mata nyeri atau pandangan ganda, Rasa cemas
berlebihan,, Nadi cepat, Kelenjar gondok membesar, Kadar hormone T3 dan T4
meningkat. Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Toxic Nodular Goiter Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk
biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan
nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon
tiroid yang berlebihan.
2. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol
ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula
orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.
3. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga
merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
4. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan
kemudian keluar gejala hpotiroid.
5. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya
timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
7. Hipotiroid
Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroidsehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor; serum
kalsium menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meninggi (9,5- 12,5 mg%).
Manifestasi klinis hipotiroid adalah apatis, tumpul, bicara lamban, penurunan
frekuensi jantung, rambut rontok, kuku rapuh, kulit kering, baal dan parastesia,
kelemahan otot, menorhagia/amenore, nafsu makan menurun, mengeluh dingin
meski dalam lingkungan hangat, konstipasi. Gejala hipotiroid yang umum dirasakan
penderitanya yakni kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi. Kondisi ini lebih
sering dialami oleh wanita (terutama lansia) dan memiliki gejala-gejala umum
seperti konstipasi, kulit kering, kelelahan, kenaikan berat badan tanpa sebab jelas,
serta lebih sensitif terhadap hawa dingin.
8. Hipopituitari
Hipopituitarisme adalah penyakit yang terjadi akibat kurangnya hormon yang
dihasilkan kelenjar di otak, yang disebut kelenjar hipofisis atau pituitari. Kondisi ini
bisa membuat berat badan menurun hingga kemandulan. Pada wanita, gejala
hipopituari ditandai dengan mati haid atau menopause dini.
9. Hiperparatiroid
Hiperparatiroid adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid
memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Klien yang mengalami
hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal.
Hipotiroidisme yang terjadi akibat malfungsi hipofise menyebabkan kadar TSH
rendah yang pada akhirnya dapat mengakibatkan kadar HT yang rendah membuat
kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium.
10. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Produksi hormon androgen yang berlebihan mengganggu perkembangan sel telur
dan pelepasan sel telur dari ovarium. PCOS adalah penyebab utama masalah
kesuburan wanita.
11. Pubertas dini
Pubertas dini atau pubertas abnormal juga termasuk jenis penyakit yang menyerang
sistem endokrin. Kondisi ini terjadi ketika kelenjar melepaskan hormon seks terlalu
cepat sebelum waktu pubertas normal.
12. Prolaktinoma
Prolaktinoma adalah jenis penyakit atau gangguan sistem endokrin yang disebabkan
gangguan kelenjar hipofisis. Penyakit ini dapat membuat penderitanya memproduksi
hormon penghasil ASI prolaktin berlebih. Gejala prolaktinoma di antaranya
disfungsi ereksi, gangguan kesuburan, gairah seks menurun, haid terlambat, keluar
ASI padahal tidak sedang menyusui.
BAB II
MNT (MEDICAL NUTRITION THERAPY) PASIEN ENDOKRIN

1. Pengertian Mnt (Medical Nutrition Therapy)


Medical Nutrition Therapy (MNT) dirumuskan oleh American Dietetic Association pada
pertengahan tahun 1990. Terapi ini bertujuan untuk mempromosikan peranan/manfaat gizi
dalam mengelola atau merawat suatu penyakit. Langkahlangkah dalam TGM mencakup
asesmen status gizi pasien dan pemberian modifikasi diet, konseling dan terapi gizi khusus.
Terapi gizi medik merupakan standar asuhan dengan penekanan pada apa yang harus
dilakukan dan merupakan komponen asuhan pada penyakit tertentu (Berg, Young and
Grobler, 2012).
MNT dimulai dengan penilaian status gizi pasien dengan suatu kondisi. Penyakit atau
cedera yang menempatkan pasien pada risiko. Termasuk review dan analisis dari riwayat
medis dan gizi, nilai laboratorium dan pengukuran antropometri. Berdasarkan penilaian,
rencana perawatan nutrisi, yang paling tepat untuk dikelola kondisi atau mengobati penyakit
atau cedera dirumuskan. MNT juga mencakup intervensi dan evaluasi pencapaian hasil klinis
yang diinginkan (Saha and Pathak, 2021).
1. Assesment
Menurut buku pedoman PAGT, 2014 Assesment bertujuan untuk mengidentifikasi
problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan, verifikasi dan
interprestasi data secara sistematis. Hal yang dilakukan pertama kali sebelum
memberikan diet yaitu:
o Mengumpulkan dan melihat data-data mengenai faktor yang dapat mempengaruhi
status gizi dan penyakit pasien.
o Data dikelompokkan dalam Riwayat gizi (FH), antropometri (AD),
laboratorium/biokimia date (BD), pemeriksaan fisik dan klinis, serta riwayat klien
(CH)
o Data diintervensi dan dibandingkan terhadap standar dan kriteria yang sesuai untuk
mengetahui terjadinya penyimpangan, problem yang ada pada pasien.
Data assesment ini dapat diperoleh dengan interview, wawancara, catatan medis,
observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk (Kemenkes,
2014).
a) Riwayat Terkait Gizi dan Makanan

Data riwayat terkait gizi dan makanan yang dikumpulkan dari pasien meliputi
asupan makanan dan zat gizi, termasuk pola makan dan snack, diet yang diberikan
saat ini atau sebelumnya, penggunaan obat, pengetahuan/kepercayaan dan
sikap/perilaku, dan aktivitas fisik. Untuk asupan makanan dan zat gizi, meliputi
data asupan energi dari makanan maupun minuman, suplemen, baik enteral
maupun parenteral. Untuk data asupan makanan ini lebih spesifik menanyakan
jenis makanan, jumlah makanan, pola makan termasuk snack, dan variasi
makanan yang biasa dikonsumsi. Riwayat makan yang sering terjadi pada pasien
gangguan sistem endokrin :
a. Diabetes
Yaitu seseorang sering mengkonsumsi makanan tinggi gula, serta tidak didampingi
dengan olahraga.
b. Hipertiroidisme
Tinggi dalam konsumsi yodium seperti makanan laut, telur, nori atau rumput laut,
susu, keju, serta garam. Selain konsumsi yodium yang tinggi adapun penyebab
lainnya adalah sering mengonsumsi minuman yang mengadung kafein seperti kopi,
teh, coklat, soda, dan minuman berenergi tinggi.
c. Hipotiroidisme
Kurangnya konsumsi makan-makanan yang bersumber dari iodium
b) Antopometri Data
Pada antropometri data bertujuan untuk menilai status gizi pada pasien. Biasanya data
yang dimuat berupa TB, BB, IMT, BBI serta penurunan BB. Akan tetapi pada
penyakit sistem endokrin yang sering terjadi yaitu penurunan BB pada pasien DM,
Hipertiroid, Hipotiroid.
c) Data Biokimia
a. Diabetes Melitus
1. Gula darah meningkat (70-130 mg/dl)
Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil : Pada
sedikitnya 2 x pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2)
2. Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
2. Tes Toleransi Glukosa
Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat
(150 – 300 gr) selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada
malam hari keesokan harinya sampel darah diambil, kemudian karbohidrat
sebanyak 75 gr diberikan pada pasien
1. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
2. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Osmolaritas serum : meningkat, < 330 mosm/dl
4. Natrium : meningkat atau menurun (135-145 mmol/L)
5. Kalium : (normal) atau meningkat semu (pemindahan seluler) selanjutnya
menurun (3,5-5,0 mmol/L)
6. Fosfor : lebih sering meningkat
7. Kotisol : (3,95-27,23 g/dl)
8. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan Po menurun pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkolosis resperatorik.
9. Trombosit darah : H+ mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis;
hemokonsentrasi merupakan resnion terhadap sitosis atau infeksi.
10. Ureum/kreatinin : meningkat atau normal (dehidrasi/menurun fungsi
ginjal).
11. Urine : gula dan aseton (+), berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.
b. Hipertiroid
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu :
- Thyroid-stimulating hormone (TSH) (0,3-5 U/ml) yang dihasilkan oleh hipofisis
akan menurun pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis
hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika
kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus dijalankan.
- Hormon tiroid sendiri (T3 (2,3-4,2 pg/ml) , T4 (0,80-1,80 ng/dl)) akan
meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme, mereka harus memiliki tingkat
hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon tiroid yang berbeda tidak
tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang berbeda dan
tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan
memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
- Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal
atau seluruh kelenjar.
c. Hipotiroid
• Uji Fungsi Tiroid: Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4),
TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di
tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan
kadar TSH yang tinggi.
• Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
• Morfologi Kelenjar Sidik tiroid, pemerikasaan morpologi ini untuk mengetahui
fungsi kelenjar tiroid dengan Isotop I¹²³ dan I¹³¹ pemerikasaan ini khusus untuk
neonatal.
• Pemeriksaan Ultra Sono Grafi( USG), pemeriksaan ini untuk mengetahui
volume, dan ukuran kelenjar, ataupun tumor pada kelenjar.
• CT SCAN dan MRI, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat hubungan
kelenjar tiroid dengan organ sekitarnya
d) Data Pemeriksaan Fisik Klinis Terkait Gizi
Data fisik klinis merupakan karakteristik fisik yang memberikan gambaran
secara klinis tentang masalah gizi pada pasien. Data fisik klinis yang seringkali
dikumpulkan adalah penampilan keseluruhan, sistem jantung-paru, sistem
pencernaan, adanya edema, ekstremitas, keadaan gigi, kondisi menelan dan tanda-
tanda vital.
• Pemeriksaan Klinis
Tabel 3. Pemeriksaan Clinis
Pemeriksaan Nilai normal
Tekanan darah (TD) 120/80 mmHg
Pernapasan (RR) 20 x/menit
Nadi 60-100 x/menit
Suhu 36-37o C

• Pemeriksaan Fisik
a. Diabetes Melitus
Ciri fisik pasien DM yaitu :
• Poliuria
• Polidipsi
• Polipagia
• Penurunan berat badan
• Kelemahan, keletihan dan mengantuk
• Malaise
• Kesemutan pada ekstremitas
• Infeksi kulit dan pruritus
• Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat
• Neuro sensori Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori,
kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
• Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
• Pernafasan Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas,
batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR
> 24 x/menit, nafas berbau aseton.
• Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
• Eliminasi Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk,
diare (bising usus hiper aktif).
• Reproduksi/sexualitas Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan,
impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita
• Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus
pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
• Integumen Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus.
b. Hipertiroid
• Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan
koordinasi, kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
• Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat,
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
• Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine
berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
(diare).
• Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
• Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid
(peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah),
bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
• Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam
(RTD menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
• Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
• Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
• Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
• Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton
plasma
c. Hipotiroid
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama
pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis
matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajah kasar, kuku rapuh,
lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-
tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung,tekanan darah rendah dan
suhu tubuh rendah.
1. Hipotiroid Primer
• Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis,
defisiensi yodium
• Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
2. Hipotiroid Sekunder Terjadi karena adanya kegagalan hipotalamus (↓ TRH,
TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4
bebas)
• Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung
lambat
• Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung
• Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di
pergelangan kaki
• Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,
penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
• Konstipasi
• Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
• Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan
rapuh
• Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman
wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik,
dingin dan pucat.
• Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
• Perbesaran jantung
• Disritmia dan hipotensi
• Parastesia dan reflek tendon menurun
• hipotiroid adalah apatis, tumpul, penurunan frekuensi jantung, rambut
rontok, kuku rapuh, baal dan parastesia, kelemahan otot,
menorhagia/amenore, mengeluh dingin meski dalam lingkungan
hangat.
e) Data Riwayat Klien
Untuk riwayat klien, informasi ini memberikan gambaran saat ini maupun masa
lalu terkait riwayat personal, medis, keluarga, dan sosial. Pada data personal meliputi
umur, jenis kelamin, suku atau etnis, pendidikan, peran dalam keluarga, kebiasaan
merokok, keterbatasan fisik dan mobilitas. Pada riwayat medis pasien dan keluarga
dapat digali penyakit yang berdampak pada status gizi pasien, termasuk keluhan
yang dialami pasien terkait gizi. Sedangkan riwayat sosial dibutuhkan untuk
mengetahui situasi rumah, atau dukungan asuhan medis dan keterlibatan pasien
dalam kelompok sosial.
1. Diabetes Melitus
a. Riwayat personal
Informasi umum, Usia, jenis kelamin, etnis pekerjaan dll
b. Riwayat medis
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada
kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa
berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh
poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare
kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat,
haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita
dan masalah impoten pada pria.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
 Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
 Riwayat ISK berulang
 Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan
penoborbital.
 Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
2. Hipertiroid
a. Riwayat sekarang
Keluhan sesak,badan terasa lemas, mengalami rasa sakit sudah dari lama,
pusing kepala,pemandangan gelap
b. Riwayat dahulu
Menderita penyakit genetik
3. Hipotiroid
a. Riwayat sekarang
Keluhan sesak,badan terasa lemas, mengalami rasa sakit sudah dari lama,
pusing kepala,pemandangan gelap
b. Riwayat dahulu
Menderita penyakit genetik

2. Diagnosa
Diagnosa gizi ditegakkan sesuai keadaan pasien saat itu. Adapun penentuan masalah atau
diagnosis gizi menurut PAGT yaitu dengan cara :
a. Mengintegritaskan dan menganalisis data assessment
b. Menetapkan problem, etiologi dan tanda/gejala dari masalah yang diduga merujuk
kepada terminologi dalam menyusun kaidah diagnosis gizi mengacu pada prinsip-
prinsip taksonomi diagnosis gizi terdiri dari :
- Tiga domain (domain asupan/intake, domain klinikdan domain perilaku/behavior
dan lingkungan
- Kelas
- Sub kelas
Domain asupan (NI) menyangkut masalah aktual yang berkaitan dengan asupan
energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif melalui diet oral maupun dukungan gizi
(enteral dan parenteral nutrisi. Domain klinis (NC) berkaitan dengan masalah gizi
yang teridentifikasi berkaitan dengan kondisi medis atau fisik. Sedangkan domain
perilaku dan lingkungan (NB) berkaitan dengan masalah gizi yang teridentifikasi
berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik, akses terhadap
makanan atau keamanan makanan. Diagnosa gizi yang sering ditemui pada pasien
gangguan sistem endokrin :
a. Diabetes Melitus
NI.1.3 Kelebihan asupan energi
NI1.5 Perkiraan kelebihan asupan energi
NI.5.8.2 Kelebihana asupan karbohidrat
NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi
NC.3.2 Penurunan BB yang tidak diharapkan
NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
NB.1.3 Tidak siap untuk diet merubah perilaku
NB.1.4 Kurang dapat menjaga/memonitoring diri
NB.1.5 Gangguan pola makan
NB.1.6 Pemilihan makanan yang salah
NB.2.1 Aktifitas fisik kurang
NB.2.2 Tidak mampu /tidak mau mengurus diri sendiri
NB.2.3 Kualitas hidup yang buruk
b. Hipertiroid
NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (albumin)
NI.5.10.1 Asupan mineral tidak adekuat
NI.5.10.2 Kelebihan asupan mineral
NI.5.11.2 Prediksi kelebihan asupan
NB.1.6 Pemilihan makan yang salah
NI.1.1 Peningkatan energi ekspenditur
NI.2.1 Asupan oral tidak adequat
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi
NC.2.3 Interaksi makanan dan obat
NC.3.1 Berat badan kurang atau underweight
NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan
NC.4.1 Malnutrisi
NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
NB.1.4 Kurang dapat menjaga atau monitoring diri
NB.2.3 Kemampuan menyiapkan makanan terganggu
c. Hipotiroid
NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat
NI.5.10.1 Asupan mineral tidak adekuat
NB.1.6 Pemilihan makan yang salah
NI.1.5 Kelebihan asupan energi
NI.2.2 Kelebihan asupan oral
NI.5.10.1 Asupan mineral Yodium inadequat)
NC.2.3 Interaksi makanan dan obat
NC.3.3 Kelebihan berat badan atau obesitas
NC.3.4 Kenaikan berat badan yang tidak diharapkan
NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
NB.1.4 Kurang dapat menjaga atau monitoring diri
NB.1.7 Pemilihan makanan yang salah
NB.2.1 Aktivitas fisik kurang
NB.2.3 Tidak mampu mengurus diri sendiri
Sumber: Modifikasi dari Roth,SL, 2011 ; Dieffenbach, S, 2015

3. Intervensi Gizi
a. Diet pada Macam-macam Penyakit Endokrin
1. Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus
Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita diabetes
mellitus berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian makanan (Sulistyowati,
Lilis, 2011).
 Tujuan dan Syarat Diet
Tujuan utama yang diharapkan dari pengaturan diet ini adalah untuk
membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan
kontrol metabolik yang lebih baik.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka diet yang diberikan harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Jumlah energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis
kelamin, tinggi badan, aktivitas fisik, proses pertumbuhan, dan kelainan
metabolik.
b. Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk
menggunakannya, yaitu berkisar 60 – 70% dari total
konsumsi.Makanan/minuman yang mengandung gula dibatasi, dan digunakan
jenis karbohidrat kompleks/makanan yang berserat.
c. Protein berkisar 12 – 20%, dan digunakan protein yang bernilai biologi tinggi
(nilai cernanya tinggi)
d. Lemak berkisar antara 20 – 25%, dan lemak jenuh serta kolestrol tidak
dikonsumsi.
e. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
 Makanan-makanan yang dianjurkan dan tidak di anjurkan untuk dikonsumsi oleh
penderita Diabetes Mellitus adalah:
Sumber Makanan yang di anjurkan Makanan yang tidak di
anjurkan
Karbohidrat Seperti beras/nasi, kentang, -
kompleks singkong, terigu, tapioka,
gula, hunkue, makaroni,
mie, bihun, roti, dan biskuit
Protein Ayam tanpa kulit, daging Sumber protein yang tingggi
Hewani tanpa lemak, ikan, dan telur kandungan kolestrol, seperti
maksimal 2x/minggu. jeroan,otak
Sayuran Semua sayuran dianjurkan -
terutama yang berserat
tinggi atau berwarna hijau
seperti bayam, kangkung,
daun singkong, dll
Buah Semua buah dianjurkan -
terutama yang berserat
tinggi menurut jumlah yang
sudah
ditentukan.

 Makanan-makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh penderita


Diabetes Mellitus adalah:
a. Makanan dan minuman yang mengandung gula murni seperti gula pasir/gula
merah, susu kental manis, dodol, cake, selai, sirup, kue tart, jelly, dll.
b. Makanan yang digoreng dan menggunakan santan kental (mengandung lemak
jenuh).
c. Makanan yang mengandung banyak garam seperti ikan asin, telur asin, makanan
yang diawetkan seperti saus, kecap, abon, sarden kaleng, buah kalengan, dll.
 Pengaturan Makanan Pada Dm Tipe I
Waktu pemberian makanan untuk penderita yang medapat insulin jenis
intermediate atau long acting harus disesuaikan dengan waktu saat insulin bekerja.
Bila makanan terlambat diberikan, maka saat insulin bekerja, tidak ada makanan
atau makanan kurang dari seharusnya, sehingga terjadi hipoglikemia (kadar gula
darah kurang dari normal).Gejala-gejala hipoglikemia antara lain gemetar,
berkeringat, lelah, lapar, gampang tersinggung, bingung, detak jantung cepat
sekali, pandangan kabur, nyeri kepala, tubuh kebas, atau kesemutan di sekitar
mulut dan bibir, bahkan bisa kejang-kejang atau pingsan. Sebaliknya bila makanan
terlalu banyak, tidak sesuai dengan jumlah insulin yang diberikan, maka akan
terjadi hiperglikemia (kadar gula darah lebih dari normal).
Seringkali, menu makanan yang tepat dan waktu makan yang teratur dapat
mencegah problem-problem tersebut. Untuk mengurangi resiko terjadinya
kardiovaskuler, makanan untuk semua penderita diabetes harus mempunyai
kandungan lemak yang rendah. Kandungan lemak tidak boleh lebih dari 30% dari
total energi dengan perbandingan antara asam lemak jenuh dan tak jenuh 1:1, dan
kandungan kolesterol kurang dari 350 mg per hari.
Penderita DM dianjurkan untuk mengkonsumsi serat dalam jumlah yang cukup.
Serat dalam jumlah cukup akan menurunkan kecepatan absorpsi karbohidrat serta
menurunkan kadar lipid dalam serum, sehingga dapat menekan kenaikan kadar
gula darah setelah makan. Selain itu juga dapat menekan kenaikan kadar kolesterol
yang diekskresikan ke dalam usus dari empedu.
 Pengaturan Makanan Pada Dm Tipe II
Pada penderita DM tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat
penting. Bila hasil pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan,
diperlukan obat-obat hipoglikemia OAD (oral anti-diabetic) atau insulin. Mayoritas
penderita DM tipe II mengalami obesitas, oleh karena itu tujuan utama dari
pengaturan makanan adalah menurunkan berat badan ke berat badan ideal. Untuk
itu penderita diberi diet rendah kalori atau rendah energi. Dengan diet rendah
kalori, pada umumnya keadaaan hiperglikemia dapat diperbaiki. Pada beberapa
penderita, pengurangan jumlah total energi waktu puasa dapat menormalkan kadar
glukosa
Penderita DM tipe II yang kurus tidak memerlukan pembatasan jumlah energi
yang ketat. Akan tetapi, semua penderita diabetes tipe II harus mengurangi lemak
dan kolesterol serta meningkatkan rasio asam lemak tak jenuh dengan asam lemak
jenuh.

2. Diet pada Penyakit Hipertiroidisme


Kebutuhan zat gizi pada penderita hipertiroidisme mencakup:
a. Menghindari konsumsi garam beryodium secara berlebihan
b. Menghindari makanan yang beryodium tinggi seperti ubur- ubur, ganggang
laut, lumut.
c. Pilihlah makanan yang mengandung cukup karbohidrat dan lemak yang
berfungsi sebagai protein.
Konsumsi makanan yang mengandung suplemen alami yaitu yang
mengandung vitamin dan nutrisi seperti riboflavin, Lecithin dan thiamin.
Diet yang diberikan pada penderita hipertiroidisme yaitu Diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein (TKTP), yang sering juga disebut dengan diet Energi Tinggi
Protein Tinggi (ETPT) yaitu diet yang mengandung energi dan protein di atas
kebutuhan normal (Almatsier, 2006). Diet ini diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambah dengan makanan sumber protein tinggi seperti susu,
telur, dan daging. Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai nafsu
makan dan dapat menerima makanan lengkap.
Pemberian diet TKTP ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi
dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan
jaringan tubuh serta untuk menambah berat badan hingga mencapai berat
badan normal (Almatsier, 2006). Adapun syarat-syarat diet TKTP ini adalah
energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB; protein tinggi, yaitu 2,0-2,5 g/kg BB;
lemak cukup, yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total; karbohidrat cukup,
yaitu sisa dari kebutuhan energi total; vitamin dan mineral cukup sesuai
kebutuhan normal; dan makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
(Almatsier, 2006).
Pemberian diet TKTP disesuaikan dengan jenis diet TKTP yang harus
diberikan. Adapun jenis diet TKTP adalah berupa diet TKTP I dan diet
TKTP II. Diet TKTP I dengan energi 2600 kkal dan protein 100 g (2 g/kg
BB). Diet TKTP II dengan energi 3000 kkal dan protein sebesar 125 g (2,5
g/kg BB). Indikasi pemberian diet TKTP ini adalah pada penderita
hipertiroid.
Bahan makanan sehari-hari adalah berupa makanan biasa ditambahkan
dengan bahan makanan yang ditambahkan yaitu berupa susu, telur ayam,
daging, formula komersial, dan gula pasir.

3. Diet pada Penyakit Hipotiroidisme


Yodium merupakan komponen utama dari hormon tiroid. Oleh karena
itu dianjurkan bagi orang dengan hipotiroidisme untuk mengkonsumsi
makanan yang kaya yodium karena dapat membantu merangsang produksi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Beberapa makanan yang kaya yodium
misalnya keju cheddar, makanan laut seperti ikan laut, sushi, rumput laut,
trifle, telur, dan mayones. Selain itu, gunakan garam beryodium saat memasak
sebagai pengganti garam batu, untuk yodium tambahan.
Makanan kaya serat juga dianjurkan bagi penderita hipotiroidisme.
Makanan ini dapat membantu mengurangi berat badan, membantu buang air
besar secara teratur, dan menurunkan kolesterol. Serat khususnya dapat
menangani tiga gejala hipotiroidisme; kenaikan berat badan, sembelit, dan
meningkatkan kolesterol serum. Contoh makanan kaya serat adalah sereal,
oatmeals, sebagian besar buah dan sayuran, serta gandum.
Mereka yang menderita tiroid kurang aktif di dalam dietnya juga harus
menambahkan makanan kaya selenium. Nutrisi ini diperlukan untuk
mengubah hormon tiroid tiroksin (T4), yaitu hormon yang paling banyak
dalam tubuh, menjadi triiodothyronine (T3), hormon yang bentuk
fungsionalnya dinamis. Berbagai makanan yang kaya selenium misalnya
kacang brazil, tuna, tiram, ikan pedang, ikan haring, kalkun, dan banyak lagi.
Namun perlu diperhatikan bahwa asupan selenium yang berlebihan dapat
menyebabkan keracunan. Oleh karena itu disarankan Anda mencatat konsumsi
makanan jenis ini.
Di sisi lain, ada beberapa makanan yang harus dihindari karena dapat
mengganggu produksi tiroid. Makanan tersebut antara lain brokoli, kubis,
kembang kol, kecambah, kale, bayam, lobak, kedelai, kacang tanah, biji rami,
dan lain sebagainy

4. Monitoring Dan Evaluasi


a. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Monitoring dan evaluasi gizi sebagai langkah yang mendefinisikan secara
spesifik mengenai hasil asuhan gizi yang diberikan. Monitoring dan evaluasi gizi
bertujuan untuk menentukan kemajuan yang telah dicapai terkait dengan tujuan
yang ada pada intervensi gizi(Aritonang, 2012)
Implementasi pelayanan gizi yang dapat dimonitor dan dapat dievaluasi
meliputi antropometri, biokimia, asupan makan , sikap terhadap makan, dan
pengetahuan mengenai diet yang harus dijalani (Anggreaeni, 2012). Kegiatan
monitoring dan evaluasi ini terdiri dari empat langkah, yaitu:
a. Monitor perkembangan
Merupakan kegiatan mengamati perkembangan kondisi pasien untuk
melihat hasil yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan, meliputi
pengecekan pemahaman dan ketaatan diet pasien, asupan makan pasien
dan menentukan apakah intervensi yang telah dilakukan sesuai dengan
rencana (Kementerian Kesehatan RI,2013).
b. Mengukur Hasil
Mengukur perkembangan atau perubahan yang terjadi sebagai respon
pasien terhadap intervensi gizi yang telah dilakukan, berdasarkan gejala
dari diagnosis gizi.
c. Evaluasi Hasil
Hasil yang akan didapatkan berupa dampak perilaku/lingkungan, dampak
asupan makanan dan zat gizi, dampak terhadap tanda dan gejala fisik serta
dampak terhadap intervensi gizi yang telah dilakukan pada pasien
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
d. Pencatatan Pelaporan
Merupakan bentuk dari pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan dan
komunikasi.
b. Hipertiroid neonatal
 Terapi harus segera dimulai untuk mencegah gagal jantung (jangkapendek) dan
kraniosinostosis serta gangguan kognitif di kemudian hari (jangka panjang).
 Pilihan terapi adalah methimazole (MMI) dengan dosis 0.2-0.5 mg/ kgBB/hari
dibagi 1 sampai 3 dosis.
 Durasi terapi 2-4 minggu tapi bisa sampai 3 bulan.
 Jika MMI tidak tersedia atau terdapat efek samping terhadap MMI,maka bisa
diberikan PTU hanya untuk jangka pendek.
 Lugol iodine 1-3 tetes /hari bisa ditambahkan dalam kasus yang beratuntuk
menghambat sekresi hormone tiroid.
 Jika terdapat gejala hiperaktivitas simpatetis seperti takikardi, hipertensi,kesulitan
minum, maka ditambahkan propranolol 2mg/kgBB/hari.
 Perawatan NICU diperlukan jika terdapat ketidakstabilan hemodinamik,gagal
jantung atau gagal nafas. Dalam kondisi ini bisa ditambahkan prednisolone 2
mg/kgBB dibagi 1-2 dosis terbagi.
 Pemberian terapi harus dititrasi sampai tercapai kondisi eutiroid.
 Pemberian Air susu ibu (ASI) tetap disarankan
 Tata laksana
 Fungsi tiroid harus diukur setiap minggu sampai stabil dan sesudahnya diperiksa
setiap 2 minggu.
 Perlu dievaluasi terhadap gangguan perkembangan, kraniosinostosis,
dan mikrosefali.
 TRAb Setiap tahun.

BAB III
CRITICAL ILL PADA PASIEN ENDOKRIN

1. Metabolisme Zat Gizi Terkait Pada Pasien Endokrin


Gizi adalah suatu keadaan dimana organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi. Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan
(requirement) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik,
perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya)
1. Karbohidrat
Karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat gula yang tersusun
dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O). Di dalam tubuh
karbohidrat akan dibakar untuk menghasilkan tenaga atau panas. Satu gram
karbohidrat akan menghasilkan empat kalori. Menurut besarnya molekul
karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: monosakarida, disakarida, dan
polisakarida. Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu
molekul gula sederhana. Banyak karbohidrat yang merupakan polimer yang
tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta
bercabang-cabang. Kerbohidrat merupakan bahan makanan penting dan
merupakan sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan daging hewan.
Selain itu, karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada mahluk
hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti selulosa, pectin, serta lignin
2. Protein
Diperlukan untuk pembentukan dan perbaikan semua jaringan di dalam
tubuh termasuk darah, enzim, hormon, kulit, rambut, dan kuku. Protein
pembentukan hormon untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang aus,
perkembangan seks dan metabolisme. Disamping itu, protein berguna untuk
melindungi supaya keseimbangan asam dan basa di dalam darah dan jaringan
terpelihara, selain itu juga mengatur keseimbangan air di dalam tubuh.
Protein terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen,oksigen, dan
nitrogen, selain itu unsur sulfur dan fosfor juga ada. Semua unsur tersebut
diperoleh melalui tumbuh-tumbuhan (protein, nabati) seperti kacang-kacangan
terutama kedelai dan kacang hijau serta hasil olahannya (tempe dan tahu), dan
melalui hewan (protein hewani), seperti daging, susu, telur, ikan.
3. Lemak
Molekul lemak terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) seperti halnya karbohidrat. Fungsi utama lemak adalah
memberikan tenaga kepada tubuh. Satu gram lemak dapat dibakar untuk
menghasilkan sembilan kalori yang diperlukan tubuh. Disamping fungsinya
sebagai sumber tenaga, lemak juga merupakan bahan pelarut dari beberapa
vitamin yaitu vitamin: A, D, E, dan K. Bahan-bahan makanan yang
mengandung lemak banyak akan memberi rasa kenyang yang lama, selain itu
lemak memberi rasa gurih pada makanan.
4. Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit di dalam makanan dan sangat penting peranannya dalam reaksi
metabolisme. Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan
dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh
tubuh. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk
kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap
vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat
organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan.
Fungsi utama vitamin adalah mengatur proses metabolisme protein, lemak,
dan karbohidrat. Menurut sifatnya vitamin digolongkan menjadi dua, yaitu
vitamin larut dalam lemak vitamin A, D, E, dan K, dan vitamin yang larut
dalam air yaitu vitamin B dan C.
5. Mineral
Mineral merupakan senyawa organik yang mempunyai peranan
penting dalam tubuh. Unsur-unsur mineral adalah karbon (C), hydrogen (H),
oksigen (O), dan nitrogen (N), selain itu mineral juga mempunyai unsur kimia
lainnya, yaitu kalsium (Ca), Klorida (CO), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor
(P), kalium (K), natrium (Na), sulfur (S). Tubuh manusia tidak dapat
mensintesa mineral, sehingga harus memperoleh dari makanan. Mineral
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sedikit. Mineral merupakan zat penting untuk
kesehatan tubuh, karena semua jaringan dan air di dalam tubuh mengandung
mineral. Demikian mineral merupakan komponen penting dari tulang, gigi,
otot, jaringan, darah dan saraf. Mineral penting dalam pemeliharaan dan
pengendaliaan semua proses faal di dalam tubuh, mengeraskan tulang,
membantu kesehatan jantung, otak dan saraf. Mineral juga membantu
keseimbangan air dan keadaan darah agar jangan terlalu asam atau terlalu basa
selain itu mineral juga membantu dalam pembuatan antibodi, yaitu sel-sel
yang berfungsi membunuh kuman.
6. Air
Air merupakan komponen terbesar dalam struktur tubuh manusia,
kurang lebih 60-70 % berat badan orang dewasa berupa air, sehingga air
sangat diperlukan oleh tubuh. Air berfungsi sebagai zat pembangun yang
merupakan bagian dari jaringan tubuh dan sebagai zat pengatur yang berperan
sebagai pelarut hasil-hasil pencernaan.

2. Metabolisme Yang Terjadi Pada Pasien Endokrin


Kebutuhan kalori penderita yang di rawat di ICU sebesar 25 – 35 kalori tiap
kg berat badan ideal. Meskipun perkiraan kebutuhan energi pada penderita kritis/
berat sulit karena ketidak pastian pengaruh multipel faktor dan
pengeluaran/penggunaan energi.
Protein yang diberikan adalah asam amino seperti valine, leucine dan
isoleucin, yang banyak terdapat pada formula perenteral. Protein akan
menguntungkan untuk penderita sakit berat/kritis akibat sepsis atau trauma.
Kebanyakan keadaan sakit kritis/ berat yang tidak toleransi diberikan dektrose 400
gram/dl. Rata rata infus dektrose sebanyak 4 mg/kg/menit ( 400gr/dl untuk berat
badan 70 kg laki-laki) dapat diberikan melalui parenteral dextrose. Meskipun
demikian kebanyakan penderita membutuhkan lebih sedikit dari kalori dari
perhitungan diatas. Peningkatan rata rata infus ini dapat menimbulkan hiperglikemia
dan menimbulkan lipogenesis. Apabila seseorang membutuhkan total kalori dari
dektrose, dapat dilakukan dengan cara infus drip dektrose 5 % dalam air, dimana
perlu perlu perhitungan jumlah cairan dan banyak dektrose yang diberikan pada
beberapa penderita di ICU. Hal perlu dengan penuh kehati-hatian dalam menilai dan
termasuk dalam perhitungan kalori.
Lipid yang terdiri lebih 30% dari total kalori dan dapat diberikan secara hati-
hati apabila diberikan parenteral. Emulsi lipid yang terdiri dari komposisi rigliserida
rantai panjang ( LCTs) dan tersedia 9 kkal/gr. Karena pemberian 20% emulsi lipid
secara parenteral dalam keadaan sebenarnya lebih sedikit kalori dibanding cairan
dektrose. Dalam memberikan emulsi lipid ini perlu memperhatikan jumlah yang
diberikan tidak melebihi 0,11 gr/kg/jam dan kurang 20 % dari jumlah total kalori yang
diberikan. Dengan pemberian lipid akan menurunkan lipogenesis dan menurunkan
kebutuhan dektrose pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik. Kadar
trigliserida perlu diperika secara periodik selama pemberian perenteral emulsi lipid
dan komponen lipid dari TPN dihentikan apabila meningkat menjadi 400 – 500 mg/dl.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sistem endokrin meliputi suatu sistem dalam tubuh manusia yang terdiri dari
sejumlah kelenjar penghasil zat yang dinamakan hormone. Kelenjar endokrin terdiri
dari kelenjar hipofise atau pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar
suprarenal (adrenal), pulau Langerhans, dan kelenjar gonad. Pemeriksaan fisik
kelenjar endokrin meliputi kondisi kelenjar endokrin, dan kondisi jaringan atau organ
sebagai dampak dari gangguan endokrin. Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar
hanya dapat dilakukan pada kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis).
Pemeriksaan laboratorium biasanya mengukur kadar hormone dalam cairan tubuh,
gejala sisa dari hormon ataupun gejala sisa dari proses yang menyebabkan kelainan
hormone.

2. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon diberikan sarannya agar
kami bisa membuat makalah ini lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan kita dalam memahami paragraf
DAFTAR PUSTAKA
https://health.kompas.com/read/2021/07/31/180100568/10-jenis-penyakit-atau-gangguan-
sistem-endokrin?page=all
Vioneery, D. and Ns, M.K., 2020. Modul Praktik Klinik KMB I.
Aji, P.T., 2020. Modul Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II.
idbiodiversitas.com. 2016. Apa itu diet dan jenis diet berdasarkan penyakit, (Online),
(http://www.idbiodiversitas.com/2016/04/apa-itu-diet-tau-gak-sihdiet-sangat.html),
diakses 28 Juni 2018.
Ithaswar. 2013. Diet Untuk Penyakit Diabetes Melitus, (Online),
(http://ithaaswar.blogspot.com/2013/06/diet-untuk-penyakit-diabetes-melitus.html), diakses
28 Juni 2018.
Bährle-Rapp, M. (2007) ‘Endokrin’, Springer Lexikon Kosmetik und Körperpflege, pp. 184–
184. doi: 10.1007/978-3-540-71095-0_3576.
Berg, J., Young, M. and Grobler, N. (2012) ‘Medical nutrition therapy’, Journal of
Endocrinology, Metabolism and Diabetes of South Africa, 17(1), pp. 36–43.
Saha, S. K. and Pathak, N. N. (2021) ‘Clinical and Therapeutic Nutrition’, Medical Nutrition
Therapy, pp. 1–481. doi: 10.1007/978-981-15-9125-9_17.

Anda mungkin juga menyukai