Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JURNAL RIVIEW

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM ENDOKRIN

OLEH :

NAMA :INDAH SAKINAH

NIM : 4183520018

KELAS : BIOLOGI NK C 2018

JURUSAN BIOLOGI NONKEPENDIDIKAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIMED
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Karena atas limpahan karunia,
rahmat dan hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah yang berjudul “Sistem
Endokrin” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Terimakasih kepada
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, yang mana telah
memberi informasi dan tidak dapat menyebutkannya satu per satu. Tidak lupa pula
mengucapkan terimaksih kepada Ibu Dosen yang mana telah memberi bimbingan dalam
penyelesaian tugas ini. Namun dalam menyusun makalah ini banyak terdapat kekurangan,
baik dari segi penulisan maupun dari segi yang lainnya. Oleh karena itu sangat diharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di pembuatan makalah
selanjutnya.

Demikian dari makalah ini semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan juga
dapat menambah wawasan para pembaca. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan
untuk membuat makalah ini sekian dan terima kasih.

Medan, Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI…..…………………………………………………………..……………… 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang…………………………………………...……………………….4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….…………………………. 4
1.3 Tujuan Makalah………………………………………..………………………… 4
BAB II IDENTITAS JURNAL……………………………….……………………….. 5
BAB III PEMBAHASAN JURNAL……………………………………………….…..… 6
BAB IV METODE PENELITIAN JURNAL…………………………………………… 11
BAB V KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL………………………….….... 15
BAB VI PENUTUP……………………………………………………………………….. 13
3.1 Kesimpulan……………………………..………………………………………... 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin
mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein
atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Sistem Endokrin disebut
juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk
mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan
penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas
pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada pankreas.
Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain struktur, yang
membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya. kelenjar endokrin
dan hormon utama yang disekresikan disebutkan beserta lokasinya. Organ lain diperlihatkan
dalam tanda kurung, termasuk jantung, ginjal, timus, usus, dan gonad yang mengandung sel
endokrin dan memiliki fungsi endokrin penting. Selain itu, sejumlah besar jaringan yang
tersebar luas dan sel di seluruh tubuh memilki fungsi endokrin tetapi tidak diperlihatkan pada
gambar ini. Sel tersebut mencakup sel adiposa yang menyekresi hormon leptin dan sel
endotel vascular yang menghasilkan polipeptida yang disebut endotelin yang meningkatkan
vasokontriksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin ?
2. Apa fungsi sistem endokrin bagi tubuh manusia ?
3. Penyakit apa saja yang terjadi pada sistem endokrin ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sistem endokrin
2. Untuk mengetahui fungsi sistem endokrin bagi tubuh manusia
3. Untuk mengetahui penyakit yang terjadi pada sistem endokrin ?

4
BAB II
IDENTITAS JURNAL
Jurnal Pertama
 Judul : Seorang penderita hipopituitarisme akibat kraniofaringioma
 Penulis : Ida Bagus Aditya Nugraha, Made Arie Dwi Winarka, A.A. Gd.
Budhiarta
 Jurnal : Jurnal Penyakit Dalam Udayana
 Tahun : 2017
 Volume : I
 Nomor : 2
 Halaman : 57 - 62
 ISSN : Print 2580-2925 / Online 2580-2933

Jurnal Kedua
 Judul : Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin
Manusia dengan Metode Dempster-Shafer
 Penulis : Didin Wahyu Utomo, Suprapto, Nurul Hidayat
 Jurnal : Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
 Tahun : 2017
 Volume : I
 Nomor :9
 Halaman : 893 - 903
 ISSN : 2548-9643

5
BAB III
PEMBAHASAN
JURNAL PERTAMA

Hipopituitarisme merupakan suatu kelainan di bidang endokrinologi yang ditandai


dengan kurangnya sekresi baik secara total atau sebagian dari hormone pituitari anterior atau
posterior atau keduanya. Terdapat beberapa etilogi yang dapat menyebabkan kondisi
hipopituitarisme, dimana kondisi keganasan seperti adenoma pituitary atau terapinya sendiri
(paska bedah dan/atau radioterapi) merupakan penyebab yang paling sering ditemukan.
Kraniofaringioma sendiri merupakan tumor paraselar dan selar yang menjadi tumor
intrakranial tersering pada anak-anak dan merupakan tumor tersering pada region
hipotalamus dan hipopituitari. Tumor ini merupakan tumor jinak yang pertumbuhannya
lambat dan paling sering terdapat pada sella tursika (lokasi hipofisis) dan sangat jarang pada
nasofaring.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi manifestasi klinis dari hipopituitarisme ini yaitu
etiologi dari hipopituiarisme itu sendiri, usia penderita, dan kecepatan serta derajat
kekurangan hormone pituitary yang terjadi. Suatu kondisi kekurangan hormone parsial
biasanya memberikan progresifitas yang lambat sehingga sering tidak terdeteksi hingga
bertahun-tahun, dan kemudian suatu waktu dapat terjadi kehilangan hormon secara total
dengan tiba-tiba sehingga memerlukan kondisi emergensi yang membutuhkan penanganan
segera. Manifestasi klinis hipopituitarisme sangat beragam, bergantung pada jenis hormone
yang kurang tersekresi. Untuk itu penanganan hipopituitarisme ini juga sangat kompleks,
meliputi terapi pengganti hormone tertentu bergantung pada jenis hormone yang kurang.
Kelenjar Hipofisis atau nama lainnya adalah kelenjar pituitari merupakan kelenjar
yang berukuran sebesar kelereng, namun mempunyai makna fisiologis yang sangat penting
bagi kelangsungan dan homeostasis tubuh manusia. Selain itu hipofisis, terutama bagian
anterior, memiliki kemampuan dalam mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Hal inilah
yang menyebabkan kelenjar ini diberi nama Master of Gland. Kelenjar hipofisis merupakan
struktur kompleks pada dasar otak, terletak dalam sela tursika, di rongga dinding tulang
sphenoid. kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri dari lobus posterior atau neurohipofisis
sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus anterior atau adenohipofisis yang berhubungan
dengan hipotalamus melalui tangkai hipofisis. Pada manusia lobus Intermedia terdapat
menyatu dengan lobus anterior.

6
Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar
hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan
manifestasi klinis yang berkaitan dengan defisiensi hormonhormon yang dihasilkannya. Dari
beberapa penyebab hipopituitarisme, adenoma pituitari atau terapi dari adenoma itu sendiri
(pembedahan dan atau radioterapi) merupakan penyebab tersering hingga saat ini.
Makroadenoma dengan ukuran > 1 cm dapat mengkompresi dan merusak secara langsung
daerah di seikitar pituitari sehingga menyebabkan hiposekresi. Mekanisme lain disebutkan
bahwa adanya massa pada pituitari dapat mengganggu sistem portal vaskular pituitari,
meningkatkan tekanan intrasellar, sehingga terjadi nekrosis dan dalam jangka waktu lama
akan mengganggu suplai sirkulasi portal dari pituitary.1,3 Kraniofaringioma merupakan satu
dari beberapa jenis massa penyebab tersering hipopituitari. Kejadian hipopituitari paska
pembedahan dipengaruhi oleh ukuran tumor, tingkat invasi tumor ke jaringan sekitar,
persentase bagian pituitari yang masih sehat, dan juga dipengaruhi oleh kemampuan tekhnik
dokter bedah saraf. Dilaporkan sekitar 40-65% pasien yang telah menjalani operasi akan
mengalami perbaikan parsial kelenjar pituitari, akan tetapi kejadian perburukan paska operasi
juga pernah dilaporkan. Pasien disarankan untuk melakukan monitoring pemeriksaan
endokrin pre dan paska operasi.
Pembedahan merupakan terapi utama pada kraniofaringioma. Berbagai studi
preoperatif perlu dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, evaluasi endokrin, evaluasi neuro-
oftalmologi. Selain itu perlu dilakukan juga evaluasi neurobehavioral, dimana dilakukan
terhadap aktivitas fisik, pengontrolannafsu makan, obesitas yang mana berkaitan dengan
kerusakan hipotalamus. Tujuan utama dilakukan metode pembedahan pada kraniofaringioma
adalah untuk mengontrol pertumbuhan tumor, pemeliharaan atau memperbaiki fungsi
penglihatan, dan memelihara pituitari/ hipotalamus. Pendekatan pembedahan frontolateral
merupakan prosedur yang paling umum dilakukan dalam sebuah serial kasus, yaitu pada 14
pasien (56%).
Pada kasus telah dilakukan tindakan pembedahan seperti yang dijelaskan pada
referensi dan telah dilakukan evaluasi endokrin untuk melihat adanya kelainan pada hormon
pituitari. Setelah dilakukan evaluasi laboratorium dilanjutkan dengan memberikan terapi pada
hipopituitari terdiri dari terapi langsung penyebab dasar dan juga terapi pengganti hormonal.
Tumor pituitari dapat diterapi dengan obat-obatan, pembedahan, radioterapi, atau kombinasi.
Tujuan dari terapi pengganti hormonal adalah mencapai kadar hormonal yang normal,
mengembalikan kondisi fisiologis, dan mencegah tanda dan gejala dari hipopituitarisme dan
meminimalisir efek samping dari pengobatan.

7
JURNAL KEDUA

Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang hasil
sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan dari sekresi
tersebut adalah hormon. Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah ke
jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk melakukan tindakan tertentu. Sistem
endokrin sangat berpengaruh pada banyak proses kehidupan yang melibatkan reproduksi,
pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Kelenjar
dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan
ovarium atau testis.
Dengan adanya program kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dari
pemerintah, dokter umum dijadikan pintu utama untuk diagnosis penyakit ataupun
menentukan apakah harus dirujuk ke dokter spesialis. Dalam kasus penderita penyakit
endokrin sangat berbahaya apabila tidak ditangani sejak dini sedangkan proses rujukan ke
dokter spesialis atau rumah sakit membutuhkan waktu yang tidak sedikit karena pasien yang
datang terlalu banyak. Salah satu solusi untuk memberikan penanganan dini sebelum
ditangani dokter spesialis adalah dengan menggunakan kecerdasan buatan.
Kecerdasan buatan adalah salah satu cabang ilmu komputer yang membuat komputer
dapat meniru cara berfikir manusia sehingga diharapkan komputer dapat melakukan
penyelesaian masalah seperti manusia. Salah satu cabang dari kecerdasan buatan adalah
sistem pakar. Cara kerja sistem pakar adalah dengan mempelajari bagaimana meniru cara
berpikir seorang pakar dalam menyelesaikan suatu permasalahan, membuat keputusan
maupun mengambil kesimpulan dari beberapa fakta. Kajian utama dalam sistem pakar adalah
bagaimana suatu komputer bisa bekerja seperti seorang pakar seperti melihat beberapa fakta,
menganalisis, dan membuat suatu keputusan atau kesimpulan seperti seorang pakar .
Sehingga sistem pakar ini bisa dijadikan salah satu solusi tepat untuk diagnosis penyakit pada
sistem endokrin.
Sistem Endokrin adalah sistem yang terdiri dari kelenjar endokrin buntu atau tanpa
saluran yang tersebar pada bagian tubuh (Sherwood, 2010). Kelenjar endokrin ini
melaksanakan fungisnya dari dalam tubuh dengan cara memproduksi hormon yang hasil
sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melalui saluran. Sementara hormon merupakan zat
kimia hasil dari sekresi oleh suatu sel yang mempengaruhi sel lainya. Hormon hasil sekresi
dari kelenjar endokrin ini pada umumnya berfungsi sebagai homeostasis atau
menyeimbangkan fungsi dari dalam tubuh. Banyak sekali yang dipengaruhi oleh hormon

8
hasil sekresi dari kelenjar endokrin , antara lain adalah pertumbuhan dan perkembangan,
reproduksi, fungsi seksual, mood, ketahanan tubuh, pernafasan, suhu tubuh, detak jantung
dan metabolisme.
Peran dari kelenjar endokrin sangatlah vital, sehingga apabila terserang suatu penyakit
akan sangat berbahaya bagi kehidupan, dan pada sub-bab selanjutnya akan dibahas tentang
bagian-bagian kelenjar endokrin dan juga penyakit pada kelenjar endokrin.
Penyakit pada sistem endokrin :
1. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme tubuh dengan naiknya gula
darah (hiperglikemia) karena kekurangan hormon insulin. Yang mungkin juga terjadi
karena hormon insulin tidak bekerja dengan semestinya. Diabetes mellitus sendiri
dibagi menjadi dua, yakni karena gangguan autoimun karena kelenjar pankreas tidak
dapat mensekresi hormon insulin yang biasa disebut dengan diabetes tipe 1.
Sementara diabetes tipe 2 terjadi karena tubuh seseorang tidak menerima insulin
dalam jumlah yang cukup sehingga fungsinya tidak optimal yang menjadikan tubuh
kurang peka terhadap insulin (terjadi resistensi insulin). Dari dua tipe penyakit
diabetes mellitus diatas, yang sering terjadi adalah diabetes tipe 2 yang awal mulanya
disebabkan karena pola hidup yang kurang sehat.
2. Diabetes Insipidus merupakan suatu gangguan penyakit yang disebabkan oleh
gangguan tingkat sirkulasi pada hormon ADH (anti-diuretic hormone) yang berfungsi
untuk mengatur cairan dalam tubuh. Hormon ADH ini adalah hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis posterior. Penyebab utama terjadinya diabetes inspidus ini
adalah produksi hormon ADH berkurang atau ketika ginjal kurang merespon terhadap
hormon ADH yang ada dan berakibat ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan
urin yang dihasilkan menjadi tidak pekat.
3. Hipotiroid adalah penyakit yang terjadi karena kurangnya hormon tiroksin yang
diproduksi dari kelenjar tiroid. Hipotiroid menyebabkan beberapa kelainan pada tubuh
karena hormon dari kelenjar tiroid ini bertugas mengatur metabolisme dalam tubuh.
Apabila terjadi kekurangan hormon, maka fungsi metabolisme tubuh tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Akibat dari hipotiroid ini seperti berat badan meningkat tanpa
alasan yang jelas, sangat mudah lelah, kurangnya kesadaran diri (merasa bingung) dan
mudah lupa.
4. Hipertiroid merupakan kebalikan dari Hipotiroid dimana apabila hipotiroid
disebabkan kurangnya hasil sekresi hormon pada kelenjar tiroid, maka hipertiroid
adalah terlalu banyaknya hormon tiroid yang dihasilkan. Pada kebanyakan kasus yang

9
terjadi hipertiroid.penyebab utamanya adalah penyakit graves. Penyakit graves sendiri
merupakan penyakit auto-imun dimana tubuh memproduksi TSI (thyroid stimulating
immunoglobulin) juga dikenal sebagai LATS (long-acting thyroid stimulator), yang
merupakan antibodi yang menuju reseptor TSH (thyroid stimulating hormon) pada sel
tiroid
5. Penyakit Addison merupakan penyakit yang terdapat pada kelenjar adrenal. Hal ini
karena korteks adrenal menghasilkan hormon yang terlalu sedikit dari seharusnya.
Penyebab utama pada penyakit addison ini merupakan kelainan autoimun dimana
terjadi kesalahan pada produksi hormon aldosteron dan kortisol yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal menjadi terlalu sedikit. Selain hal tersebut penyebab lain dari
penyakit addison ini berasal dari kondisi kelenjar pituitari yang kurang memproduksi
hormon adrenokortikotropik (ACTH), dimana yang berakibat pada kurangnya hormon
kortisol saja, karena sekresi hormon aldosteron ini tidak bergantung pada ACTH.
6. Sindrom Cushing merupakan penyakit karena sekresi yang berlebih dari hormon
kortisol. Penyebab sindrom Cushing ini ada tiga, yang pertama adalah karena
rangsangan yang terlalu berlebih dari korteks adrenal dengan jumlah hormon CRH
dan/atau ACTH yang berlebih. Kedua yaitu karena terdapat tumor pada kelenjar
adrenal yang mengakibatkan kesulitan dalam mensekresi hormon kortisol ACTH.
Yang terakhir adalah karena terdapat tumor yang mensekresi hormon ACTH selain
dari kelenjar pituitari, yang biasanya terdapat pada paru-paru.
7. Sindrom Adrenogenital merupakan sekresi hormon androgen yang terlalu berlebih
menyebabkan penyakit sindrom adrenogenital ini. Hormon androgen yang dihasilkan
oleh kelenjar adrenal ini merupakan hormon yang lebih mempengaruhi pria. Apabila
seorang wanita menghasilkan hormon androgen yang terlalu berlebih maka akan
berakibat wanita tersebut bisa mempunyai ciriciri fisik seperti laki-laki. Pada pria,
kelebihan hormon androgen ini akan sulit dideteksi kecuali pada pria ketika masih
dalam masa puber dimana terjadi pembesaran suara, pertumbuhan jenggot, dan
munculnya hasrat berhubungan. Kelebihan androgen pada pria dewasa bisa tidak
terlalu berpengaruh karena hormon ini merupakan hormon untuk pria.

10
BAB IV

METODE PENELITIAN
JURNAL PERTAMA

Seorang perempuan usia 15 tahun kontrol ke poli endokrin RSUP Sanglah dengan
keluhan pertumbuhan terhambat yang dialami sejak ± 3 tahun lalu. Keluhan ini ditandai
dengan tidak bertambahnya tinggi pasien dan juga belum mengalami menstruasi hingga saat
ini. Keluhan ini juga disertai adanya gangguan penglihatan berupa kabur dan posisi bola mata
kiri yang agak tertarik kearah kiri sehingga membuat pasien tidak nyaman. Pasien juga
kadang sering merasa lemas dan kadang tidak antusias/bertenaga dalam aktifitas. Nafsu
makan sedikit berkurang sehingga berat badan tidak pernah bertambah. Buang air kecil
dikatakan tidak ada kelainan. Tidak ada riwayat sakit kepala ataupun muntah proyektil hebat
sebelumnya. Pasien sebelumnya kontrol di rumah sakit daerah dengan pengobatan thyrax 100
mcg/hari selama 6 bulan dan telah dilakukan beberapa pemeriksaan hingga didiagnosa
adenoma hipofisis. Kemudian pasien kontrol ke RSUP sanglah dan dilakukan beberapa
pemeriksaan, di antaranya MRI kepala dengan hasil massa hiperintens yang berbatas tegas
dengan parenkim di sekitarnya di intersella sampai supra sella dengan ukuran 31 mm x 35
mm aksial, dan korona 30 mm x 49 mm
Pasien kemudian dilakukan tindakan operasi dan biopsi jaringan massa dan
didapatkan jaringan menyerupai adamantimoma tanpa ada sel-sel ganas, hingga disimpulkan
suatu kraniofaringioma. Setelah dilakukan tindakan operasi, pasien kemudian disarankan
untuk kontrol ke poli endokrin untuk menilai fungsi hormonal paska operasi. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai penderita dengan kesadaran compos mentis, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 90 x/menit kuat angkat, pernapasan 20x/menit, suhu aksila 36,5oC.
Status gizi cukup (berat badan 36 kg dengan tinggi badan 136,5 cm, Indeks Massa Tubuh:
19,46 kg/m2). Tinggi badan kesan tidak sesuai dengan usia. Pada mata kiri tampak occuli
sinistra retraksi, pertumbuhan rambut ketiak, pubis, kaki, dan tangan terhambat
Secara keseluruhan dapat disimpulkan adanya penurunan beberapa hormon yang
disekresikan oleh pituitari sehingga direncanakan pemberian terapi pengganti hormon.
Sebelum diberikan terapi, perlu dilakukan foto usia tulang (bone age) untuk melihat masih
terbukanya atau menutup epifisis dari tulang panjang. Pada foto radiologi tulang panjang
didapatkan lempengan pertumbuhan epifisial masih terbuka, trabekulasi normal, celah dan
permukaan sendi tampak normal, tak tampak pembengkakan jaringan lunak disekitarnya, dan
disimpulkan bahwa foto tulang panjang tersebut sesuai untuk usia anak perempuan 9 tahun 6

11
bulan. Pasien juga dikonsulkan ke bagian obstetri ginekologi (obgin) untuk dievaluasi terkait
hormon seksual.
Dari hasil evaluasi bagian obgin menyatakan bahwa pasien dengan keterlambatan
pubertas dengan riwayat operasi kraniofaringioma dan pituitari dengan USG blast tersisi
penuh, uterus dengan ukuran 4,22 x 1,78, disimpulkan dengan amenorea primer.

JURNAL KEDUA

Perancangan Perangkat Lunak


Pada perancangan perangkat lunak ini terdapat empat bagian penting deskripsi dari
sistem, identifikasi aktor, analisis kebutuhan masukan, analisis kebutuhan proses, dan analisis
kebutuhan keluaran. Perancangan perangkat lunak ini ditujukan untuk menganalisis apa saja
kebutuhan-kebutuhan yang harus disediakan pada saat merancang sistem pakar
Algoritma Perhitungan DempsterShaffer
Pada penelitian ini, untuk menghasilkan diagnosis penyakit yang tepat, peneliti
menggunakan teori Dempster-Shafer yang pada penelitian sebelumnya teori ini menghasilkan
persentase keakuratan yang tinggi ketika dicocokan dengan kemampuan diagnosis pakar.
Alur perhitungan Dempster-Shaffer dimulai dari memasukkan gejala dari penyakit.
Gejala sudah mempunyai nilai believe atau bobot yang didapat dari pakar. Setelah
mendapatkan nilai believe dari gejala, selanjutnya adalah menghitung nilai plausibility. Nilai
plausibility ini digunakan untuk proses perhitungan apabila terdapat lebih dari satu gejala
yang dimasukkan.
Apabila masukan gejala hanya satu saja, maka hasil keluaran adalah penyakit dari
gejala masukan dengan nilai believe dari gejala. Apabila gejala yang dimasukkan lebih dari
satu, maka langkah selanjutnya adalah menggunakan formula kombinasi dari Dempster-
Shaffer. Formula perhitungan kombinasi Dempster-Shafer dilakukan hingga gejala yang
diinputkan habis. Setelah gejala habis, maka nilai believe yang diambil adalah nilai terbesar.
Nilai believe terbesar bisa disebut juga nilai densitas. Keluaran yang dihasilkan adalah
penyakit yang mempunyai nilai densitas terbesar.
Untuk menghasilkan kesimpulan penyakit apa yang diderita, dalam perhitungan
Dempster-Shafer menggunakan gejala-gejala dari penyakit yang sudah diberi nilai believe
(kepercayaan), dimana nilai kepercayaan tersebut diperoleh dari pakar. Nilai-nilai
kepercayaan awalnya disimpan pada database dari pemodelan sistem pakar, yang kemudian

12
apabila user melakukan diagnosis maka nilainilai tersebut diproses oleh sistem untuk
menghasilkan kesimpulan penyakit apa yang diderita.
Penerapan Teori Dempster-Shafer
Untuk proses perhitungan pada pemodelan sistem pakar, teori Dempster-Shafer
digunakan untuk menentukan penyakit apa yang diderita pasien berdasarkan gejala-gejala
yang telah diinputkan. Untuk cara hitung dari sistem adalah seperti contoh kasus berikut:
Pasien memilih 5 gejala yang dialami dimana pilihan dari gejala-gejala beserta nilai
kepercayaannya telah disediakan oleh sistem. Gejala tersebut antara lain:
1. Nafsu makan berukurang, berat badan bertambah
2. Tidak tahan suhu dingin/mudah merasa kedinginan
3. Lemas sepanjang hari
4. Bengkak di leher /kelenjar leher membengkak
5. Rambut rontok parah secara tiba-tiba
Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan dalam sistem pakar ini berisi tentang fakta, pemikiran ataupun
prosedur untuk merumuskan dan melakukan penyelesaian masalah. pendekatan dari basis
pengetahuan ini terdapat dua metode yaitu case-based reasoning dan juga rule-based
reasoning. Dalam penggunaan metode Dempster-Shafer untuk diagnosis penyakit endokrin,
data-data yang dibutuhkan adalah data dari penyakit dan juga gejala-gejala dari penyakit
tersebut dan nilai perhitungan kepercayaan atau bobot yang diberikan oleh pakar akan
dijadikan sebagai bahan perhitungan metode Dempster-Shafer. Sementara untuk pendekatan
yang dilakukan pada penelitian ini adalah rule-based reasoning karena awal yang diinputkan
berupa gejalagejala kemudian sistem melakukan perhitungan yang nantinya menghasilkan
kesimpulan berupa penyakit apa yang diderita.
Pengujian Validasi
Pengujian Pengujian validasi digunakan untuk menentukan apakah sistem yang telah
dibuat sudah sesuai dengan yang dibutuhkan. Daftar item yang telah dirumuskan dalam
kebutuhan fungsional akan dijadikan acuan untuk melakukan uji validasi. Pengujian validasi
menggunakan pengujian black box dimana hanya fokus terhadap fungsionalitas dan output
dari program dan tidak terfokus pada alur jalannya algoritma program. Dari kasus uji yang
telah dilakukan sesuai dengan prosedur uji validasi. Berdasarkan pengujian fungsionalitas
terhadap 5 tindakan dalam daftar kebutuhan dengan metode black box testing menunjukkan
bahwa sistem memiliki fungsionalitas sebagai berikut :
Fungsionalitas= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 /

13
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑛𝑑𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑑𝑎𝑓𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 x 100%
= 5 / 5 x 100%
= 100%
Dari 5 uji kasus yang telah dilakukan pengujian black box menunjukkan nilai valid
sebesar 100% dan dapat disimpulkan bahwa secara fungsionalitas, pemodelan sistem pakar
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan daftar kebutuhan.
Hasil Pengujian Akurasi
Pengujian akurasi dilakukan untuk mengetahui performa dari pemodelan sistem pakar
untuk memberikan hasil diagnosis kesimpulan jenis penyakit yang ada. Data yang diuji
berjumlah 35 sampel data analisa pakar. Hasil rekomendesi yang diperoleh dari perhitungan
di sistem pakar, dicocokkan dengan hasil analisa dari pakar. Hasil pengujian akurasi sistem
pakar dari 35 sampel yang telah diuji. Analisis pengujian akurasi dilakukan dengan jumlah
sampel data sebanyak 35 penyakit endokrin manusia dan menghasilkan nilai akurasi sesuai
dengan perhitungan berikut:
Akurasi = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑡 / 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 x 100%
= 32 35 x 100%
= 91.42%
Dari hasil pengujian akurasi, dapat disimpulkan bahwa akurasi sistem pakar
berdasarkan 35 data sampel yang telah diuji adalah sebesar 91.42% yang menunjukkan
bahwa sistem pakar ini dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan hasil diagnosis pakar.
Ketidakakurasian sistem pakar sebesar 8.58%. Kesalahan diagnosis bisa disebabkan
karena beberapa kemungkinan diantaranya adalah pemberian nilai belief atau kepercayaan
dari gejala untuk setiap penyakit, kesalahan penerapan perhitungan metode ataupun
kesalahan dalam memasukkan informasi gejala di setiap penyakit.

14
BAB V
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
JURNAL PERTAMA
KEKURANGAN :

1. Terlalu banyak menggunakan kata-kata ilmiah


2. Tidak menampilkan diragram atau data hasil pemeriksaan
3. Tidak menampilkan bentuk dari penyakit “Hipopituitarisme” tersebut
4. Tidak menampilkan metode penelitian dan pembahasannya

KELEBIHAN :

1. Kelebihan dari jurnal ini yaitu sudah memiliki ISSN


2. Menampilan hasil USG dengan jelas
3. Menampilkan pasien yang terkena penyakit “Hipopituitarisme”
4. Memberikan penanganan bagi pasien yang terkena “Hipopituitarisme”

JURNAL KEDUA
KEKURANGAN :

1. Tidak adanya grafik, tabel hasil pengamatan


2. Tidak menampilkan satu contoh kasus yang terkena penyakit pada sistem endokrin
3. Tidak memberi penanganan bagi paseien yang terkena penyakit pada sistem endokrin
4. Tidak menampilkan metode penelitian dan pembahasannya

KELEBIHAN :

1. Kelebihan dari jurnal ini yaitu sudah memiliki ISSN


2. Menggunanakan kata-kata yang mudah dipahami pembaca awam
3. Menampilkan teknologi bagi yang mendiagnosa penyakit di sistem endokrin

15
BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

 Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon.

 Sistem endokrin berfungsi untuk Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu
kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret
dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur
berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi,
osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
 Penyakit pada sistem endokrin :

o Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme tubuh dengan naiknya


gula darah (hiperglikemia) karena kekurangan hormon insulin.
o Diabetes Insipidus merupakan suatu gangguan penyakit yang disebabkan
oleh gangguan tingkat sirkulasi pada hormon ADH (anti-diuretic hormone)
yang berfungsi untuk mengatur cairan dalam tubuh.
o Hipotiroid adalah penyakit yang terjadi karena kurangnya hormon tiroksin
yang diproduksi dari kelenjar tiroid.
o Hipertiroid merupakan kebalikan dari Hipotiroid dimana apabila hipotiroid
disebabkan kurangnya hasil sekresi hormon pada kelenjar tiroid, maka
hipertiroid adalah terlalu banyaknya hormon tiroid yang dihasilkan.
o Penyakit Addison merupakan penyakit yang terdapat pada kelenjar adrenal.
Hal ini karena korteks adrenal menghasilkan hormon yang terlalu sedikit
dari seharusnya.
o Sindrom Cushing merupakan penyakit karena sekresi yang berlebih dari
hormon kortisol.
o Sindrom Adrenogenital merupakan sekresi hormon androgen yang terlalu
berlebih menyebabkan penyakit sindrom adrenogenital ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha, dkk, (2017). Seorang penderita hipopituitarisme akibat kraniofaringioma. Jurnal


Penyakit Dalam Udayana. Vol. I (2) : 57 – 62. ISSN : 2580-2933

Utomo, dkk. (2017). Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin
Manusia dengan Metode Dempster-Shafer. Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi dan Ilmu Komputer. Vol. I (9) : 893 – 903. ISSN : 2548-9643

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai