Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERUBAHAN LANSIA PADA SISTEM ENDOKRIN

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 KELAS 3A

Mellia Anata Tasya (2011102416048)


Suriani (2011102416081)
Rizqi Nur Hidayah (2011102416020)
Andi Nur Imra (2011102416120)
Irmayanti ( 2011102416115)
Mustika Latifa Dasandra Dwi Sagita (2011102416012)
Syukur Zainudin Heriadi (2011102416008)
Tri Wahyu Sapitri Syam (2011102416057)
Siti Nur Rahmadani (201110241610)
Muhammad Fery Irawan (2011102416109)

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah yang berjudul
“Perubahan Lansia Pada Sistem Endokrin” yang sederhana ini pada waktu yang telah
ditentukan.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan
Makalah ini.

Samarinda, 13 Mei 2023

Ketua Kelompok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................i


KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Fisiologi Sistem Endokrin ................................................................................................3
B. Keadaan Lansia Pada Sistem Endokrin.........................................................................4
C. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................7
A. Kesimpulan........................................................................................................................7
B. Saran ..................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia adalah dengan menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang dimulai dengan adanya beberapa perubahan dalam
hidup. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi, bagi
manusia yang normal tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya serta
perubahan yang akan terjadi.

Perubahan ini akan berdampak pada keseluruhan sistem yang berada pada tubuh
lansia tersebut, diantaranya sistem kardiovaskuler, pembuluh darah, pernafasan,
integumen, imunohematologi, muskuloskeletal, pencernaan, dan endokrin. Dimana
perubahan sistem endokrin pada lansia adalah terjadi penurunan produksi hormon,
terjadi penurunan dalam mendeteksi stres, penurunan kadar estrogen dan progesteron,
aldosteron menurun sebanyak 50%, penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%, dan
kadar glugosa darah akan meningkat.

Mahkluk hidup mengembangkan struktur dan fungsi yang sangat kompleks,


integrasi berbagai komponen sangat penting untuk menjaga kehidupannya. Integrasi ini
dikendalikan oleh 2 sistem utama yaitu Susunan Saraf Pusat dan Sistem Endokrin.
Secara embriologis, anatomis dan fungsional, kedua sistem ini saling berhubungan.
Sebagai contoh, beberapa kelenjar endokrin yang asalnya dari neuroektodermal, yang
merupakan suatu lapisan embrional, yang juga asal dari susunan saraf pusat. Juga
terdapat hubungan anatomis antara susunan saraf pusat dan sistem endokrin yang telah
berkembang terutama melalui hipotalamus. Kondisi ini menyebabkan stimulus yang
mengganggu susunan saraf pusat sering kali juga akan merubah aktivitas fungsi sistem
endokrin. Aktivitas yang terintegrasi antara endokrin dan sistem saraf pusat akan
membantu memaksimalkan reaksi terhadap rangsangan pada organisme (Setiawan,
2021).

1
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia
yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau
saluran dan dari sekresi tersebut adalah hormon. Hormon adalah zat kimia yang
dibawa dalam aliran darah ke jaringan dan organ kemudian merangsang
hormon untuk melakukan tindakan tertentu. Sistem endokrin sangat berpengaruh
pada banyak proses kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan,
kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Kelenjar dari
sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas,
adrenal, dan ovarium atau testis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fisiologi system endokrin pada lansia?
2. Bagaimana keadaan lansia pada system endokrin?
3. Apa sajakah diagnose yang dapat timbul pada lansia yang berkaitan dengan system
endokrin

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana fisiologi system endokrin pada lansia.
2. Untuk mengetahui keadaan lansia pada system endokrin.
3. Untuk mengetahui berbagai diagnose yang dapat timbul pada lansia yang berkaitan
dengan system endokrin.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fisiologi Sistem Endokrin


Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin lansia meliputi: produksi semua
hormon turun, aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat
menurun. Produksi aldosteron menurun, Sekresi hormon kelamin, misalnya
progesterone, estrogen, dan testoteron menurun. Sistem endokrin terdiri dari hipofisis,
hipotalamus, tiroid, paratiroid, pankreas, adrenal, ovarium, dan testis. Sistem endokrin
tidak semudah seperti sistem tubuh yang lain. Ketika membahas ketidakseimbangan
sistem endokrin, seringkali adanya variasi yaitu meningkat atau menurun (misalnya,
hipertiroidisme dengan hipotiroidisme) (Nugroho, 2021).
1. Kelenjar Hipofisis
Kalenjer hipofisis merupakan salah satu homeostasis sistem endokrin, adalah
fungsi neuroendokrin yang berpengaruh terhadap sistem saraf otonomi sehingga
dapat memelihara homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh dan
perilaku konsumsi dan emosi.
2. Kelenjar Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan
berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid dan glukokortikoid, glukosa dan
suhu. Salah satu di antara fungsi hipotalamus yang paling penting karena terhubung
dengan sistem saraf.
3. Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan gangguan pada kelenjer tiroid yang terletak dibagian leher
tepatnya dibawah jakun. Tiroid pada usia lanjut merupakan kondisi defisiensi
hormon yang banyak terjadi, namun tidak terdiagnosis dengan baik karena gejala
yang tidak spesifik, sering diabaikan dan dianggap sebagai bagian dari proses
penuaan.
4. Kelenjar Paratiroid
Kelenjer paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus
kelenjar tiroid oleh karenanya kalenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar
ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cell dan oxyphill cell.

3
5. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormone penting seperti
insulin yang dihasil sel beta, GHS yang dihasilkan sel epsilon, GHIH yang
dihasilkan sel delta. Pankreas juga berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin.
6. Kelenjar Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap
ginjal terdapat satu kelenjar adrenal yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
luar (konteks) dan bagian tengah (medulla). Kelenjar bagian konteks menghasilkan
hormon kortison yang terdiri atas mineralokortikiod yang membantu metabolisme
garam natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormone seks. Kelenjar
bagian medulla menghasilkan hormon adrenalin dan hormone noradrenalin
(Amorita, 2016).
7. Ovarium
Ovarium adalah kelenjar kelamin pada wanita dengan dua buah ovarium yang
berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormone.
8. Testis
Testis adalah kelenjar kelamin pada laki-laki yang mempunyai dua testis yang
dibungkus dengan skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ
endokrin dan organ reproduksi. Menghasilkan hormon testosterone dan estradiol
dibawah pengaruh LH (Manurung, 2017).

B. Keadaan Lansia Pada Sistem Endokrin


Lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Lanjut usia merupakan istilah bagi seseorang yang telah memasuki periode dewasa
akhir atau usia. Seiring perubahan usia, tanpa disadari juga pada orang lanjut usia akan
mengalami perubahan-perubahan fisik, psikososial dan spiritual. Salah satu perubahan
tersebut adalah gangguan kardiovaskular dan musculoskeletal. Selain gangguan
kardiovaskuler yang diketahui dapat mengancam jiwa lansia, masalah muskuloskeletal
terutama nyeri sendi juga dapat mengancam jiwa.

Senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak
memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia, dimana olah raga ini merupakan salah

4
satu bentuk aktifitas fisik. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh lansia agar tetap
bugar dan tetap segar, karena senam lansia ini mampu melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja secara optimal dan membantu menghilangkan radikal
bebas yang berkeliaran didalam tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lansia yang sering mengalami nyeri


sendi adalah berjenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Pangaribuan
& Olivia (2020) yang menyatakan sebesar 60% lansia perempuan mengalami nyeri
sendi. Hal ini dipengaruhi oleh proses menopause yang terjadi pada lansia perempuan,
yaitu adanya penurunan hormon estrogen yang berdampak pada penurunan fleksibilitas
otot. Kemampuan otot sendi perlu dilatih atau digerakkan agar cairan sinoval pada sendi
akan meningkat (Nissa & Maesaroh, 2022).

Perubahan sistem endokrin pada lansia adalah terjadi penurunan produksi


hormon, terjadi penurunan dalam mendeteksi stres, penurunan kadar estrogen dan
progesteron, aldosteron menurun sebanyak 50%, penurunan laju sekresi kortisol
sebanyak 25%, dan kadar glukosa darah akan meningkat. Salah satu penyakit yang
diakibatkan oleh terganggunya sistem endokrin adalah penyakit kencing manis atau
Diabetes Melitus. Perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia, menyebabkan fungsi
berbagai organ tubuhnya mengalami penurunan. Penurunan fungsi fisiologis pada
sistem endokrin, gaya hidup yang tidak sehat pada lansia berpotensi menimbulkan
penyakit diabetes mellitus tipe 2 (Setiyorini & Wulandari 2017).

5
C. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnose keperawatan yang dapat muncul pada lansia yang berhubungan
dengan perubahan system endokrin menurut Baradero dkk (2009) dan PPNI (2017)
adalah sebagai berikut :
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi,
perubahan biopsikososial seksualitas.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas, takut, stres psikologis.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis proses penuaan.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan psikologis; malu, cemas.
5. Nyeri (sakit kepala) yang berhubungan dengan tekanan intracranial tumor
6. Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan pada struktur tubuh,
kebutaan, disfungsi seksual, masalah mobilitas, dan masalah kemandirian.
7. Defisit pengetahuan tentang gangguan hormonal, pengobatan, dan komplikasi
pengobatan yang berhubungan dengan kurang informasi yang tepat.
8. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan gangguan
pertahanan terhadap kuman karena adanya insisi pada mukosa, insisi dura yang bisa
mengakibatkan kebocoran cairan serebrospinal

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia
yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau
saluran dan dari sekresi tersebut adalah hormon. Pada lansia system ini mengalami
kemunduran fungsional seperti penurun hormon estrogen, progesteron, aldosteron
menurun sebanyak 50%, penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%, dan kadar
glukosa darah akan meningkat. Masalah kesehatan yang dapat timbul yaitu, Diabetes
melitus Tipe 2 dan Nyeri Sendi. Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar.
Diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada system endokrin salah satunya adalah
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi, perubahan
biopsikososial seksualitas

B. Saran
Lansia dapat mengalami berbagai masalah Kesehatan dalam sisten endokrin
yang diakibatkan oleh kemunduran sel. Oleh karena itu, diharapkan keluarga maupun
orang yang mendampingi lansia bahkan lansia itu sendiri harus memaklumi dan
menerima dengan lapang dada kondisi yang telah terjadi bagi lansia yang menderita
gangguan system endokrin.

7
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2009). Klien gangguan endokrin seri
asuhan keperawatan. EGC.

Setiawan, M. (2021). SISTEM ENDOKRIN DAN DIABETES MELLITUS.


UMMPress.

Utomo, D. W., & Suprapto, N. H. (2017). Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis


Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode Dempster-Shafer. Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer E-ISSN, 2548, 964X.

Nugroho, S. A. (2021). Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin.

AMORITA, N. A. (2016). STATUS FUNGSI TIROID DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PADA LANJUT USIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA
WERDHA ABIYOSO YOGYAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
Mada).

Manurung, N. (2017). Sistem endokrin. Deepublish.

Setiyorini, E., & Wulandari, N. A. (2017). Hubungan lama menderita dan kejadian
komplikasi dengan kualitas hidup lansia penderita diabetes mellitus. Research Report,
75-82.

Nisaa, R. A., & Maesaroh, M. (2022). Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas XI
Materi Sistem Peredaran Darah dan Sistem Endokrin. BIO-EDU: Jurnal Pendidikan
Biologi, 7(1), 61-67.

PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

i
MAKALAH
PERUBAHAN PADA SISTEM PERKEMIHAN LANSIA

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4 KELAS 3A
Mellia Anata Tasya (2011102416048)
Suriani (2011102416081)
Rizqi Nur Hidayah (2011102416020)
Andi Nur Imra (2011102416120)
Irmayanti ( 2011102416115)
Mustika Latifa Dasandra Dwi Sagita (2011102416012)
Syukur Zainudin Heriadi (2011102416008)
Tri Wahyu Sapitri Syam (2011102416057) Siti
Nur Rahmadani (201110241610) Muhammad
Fery Irawan (2011102416109)

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIAMANTAN TIMUR

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah yang berjudul
“Perubahan Lansia Pada Sistem Perkemihan” yang sederhana ini pada waktu yang telah
ditentukan.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan
ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan
Makalah ini.

Samarinda, 13 Mei 2023

Ketua Kelompok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................... 3
A. Fisiologi Sistem Perkemihan ........................................................................................................ 3
B. Keadaan Lansia Pada Sistem Perkemihan ................................................................................. 8
C. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................11

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan menjadi tua atau lansia merupakan suatu fase kehidupan yang
pasti dialami oleh setiap manusia. Lansia merupakan seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas akan mengalami proses penuaan (aging proces)
mengakibatkan terjadi perubahan fisik maupun mental. Perubahan fisik pada
lansia dapat dilihat dari berbagai sistem seperti system penglihatan, system
endengaran, sistem respirasi, sistem pengaturan temperatur tubuh,sistem endokrin,
sistem kulit, sistem kardiovaskuler, sistem pencernaan, system reproduksi,sistem
musuloskeletal, penurunan sistem syaraf, dan sistem perkemihan. Perubahan-
perubahan tersebut berdampak terhadap kemunduran kesehatan baik fisik maupun
psikis sehingga mengakibatkan lansia menjadi rentan terkena berbagai penyakit
(Kamariyah dkk, 2020).

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadi penyaringan darah


sehingga darah bebas dari kandungan zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini larut
dalam air daan dikeluarkan sebagai urin. Zat zat yang dibutuhkan tubuh beredar melalui
pembuluh kapiler ginjar, masuk ke pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh.
Fungsi utamanya adalah untuk keseimbangan cairan dan elektrolit.fungsi lainnya untuk
pengeluaran toksin hasil metabiolisme, seperti kompenen komponen nitrogen
khususnya urea dan kreatinin.organ organ yang menyusun sistem perkemihan terdiri
atas ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra.( Mataram s.y 2022)

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, perubahan pada sistem


perkemihan secara potensial memiliki tingkat kepentingan yang cukup besar.
Inkontinensia urine adalah salah satu masalah yang banyak dialami oleh lansia
dan perlu mendapatkan perhatian lebih besar karena populasi lanjut usia meningkat
di Indonesia. (Kamariyah dkk, 2020).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fisiologi system perkemihan pada lansia?
2. Bagaimana keadaan lansia pada system perkemihan?
3. Apa sajakah diagnose yang dapat timbul pada lansia yang berkaitan dengan system
perkemihan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana fisiologi system endokrin pada lansia.
2. Untuk mengetahui keadaan lansia pada system endokrin.
3. Untuk mengetahui berbagai diagnose yang dapat timbul pada lansia yang berkaitan
dengan system endokrin.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Fisiologi Sistem Perkemihan


Adapun bagian-bagian dari system perkemihan sebagai berikut :
1. Ginjal
Ginjal berlokasi pada bagian belakang dari kavum abdominalis, pada area
retroperotonial bagian atas di kedua sisi vertebrata lumbalis III yang melekat
langsung pada dinding abdomen. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang merah
(ercis) yang berjumlah 2 buah dan terletak pada sisi kanan dan kiri. Normalnya,
ginjal pada bagian kiri lebih besar daripada ginjal yang terletak pada bagian kanan
dimana ginjal laki-laki lebih panjang daripada seorang Wanita.
a. Struktur Makroskopis Ginjal
1) Kulit Ginjal (Korteks)
Korteks tersusun dari tubulus serta bagian yang melaksanakan proses
penyaringan darah, yaitu pembuluh darah nefron yang merupakan unit
struktural dan fungsional ginjal. Di dalam nefron terdapat banyak kapiler
darah yang tersusun secara bergumpal disebut glomerulus. Setiap
glomerulus dikelilingi kapsula bowman dimana gabungan dari keduanya
disebut dengan badan malphigi.
2) Sumsum Ginjal (Medulla)
Medulla terdiri dari badan triangular yang disebut piramida ginjal
dimana dasarnya menghadap ke korteks dengan puncak yang disebut papilla
renalis yang mengarah ke bagian dalam ginjal.
3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis merupakan perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut
menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai
glandular, bagian penghasil urin pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang
menjadi beberapa kaliks minor, dimana dari kaliks minor urine akan masuk
ke dalam kaliks mayor hingga menuju kandung kemih.

3
b. Struktur mikroskopis ginjal Struktur Mikroskopis Ginjal Satuan Struktural dan
fungsional yang terkecil dari ginjal biasa disebut nefron. Setiap nefron terdiri
atas vaskular dan tubuler dimana komponen vaskular terdiri dari glomerulus dan
kapiler peritubuler. Sedangkan pada komponen tubuler, terdapat kapsula
bowman, TKP, TKD, TP, dan lengkung henle yang terletak pada medulla. Pada
kapsula bowman terdapat lapisan parietal dan visceral. Bagian tubulus yang
keluar dari korpuskel renal disebut TKP karena jalan yang berkelok dan menuju
tubulus distal.
c. Ginjal memperoleh asupan darah dari aorta abdominalis dengan percabangan
arteri renalis yang saling berpasangan antara kiri dengan kanan yang bercabang
menjadi arteri interlobaris kemudian menjadi arteri akuata. Arteri interlobularis
bercabang berbentuk kapiler menjadi gumpalan darah yang biasa disebut dengan
glomerulus, selanjutnya dikelilingi oleh kapsul bowman dimana terjadi proses
cadangan yang pertama dan kapiler darah yang meninggalkan kapsula bowman
akan menjadi vena renalis yang masuk ke vena kava inferior.
2. Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa dari ginjal menuju kandung kemih (vesika
urinaria). Sebagian ureter berada dalam rongga abdomen dan sisanya berada dalam
rongga pelvis.
3. Kandung Kemih Vesika urinaria memiliki kemampuan untuk mengembang dan
mengempis yang terletak di belakang simfisis pubis dalam rongga panggul. Vesika
urinaria berbentuk kerucut dimana dikelilingi oleh otot yang berhubungan dengan
ligamentum. Vesika urinaria memiliki dinding yang terdiri dari beberapa lapisan,
yaitu peritoneum, tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa.
4. Uretra
Uretra biasa disebut sebagai saluran sempit yang memiliki pangkal pada
kandung kemih.

4
Adapun untuk fungsi- fungsi system perkemihan sebagai berikut :
1. Fungsi Ginjal
Ginjal memiliki peran yang sangat penting dalam mengatur volume dan
komposisi cairan tubuh, mengeluarkan zat racun, dan menghasilkan hormon.
Berikut beberapa fungsi ginjal. yaitu :
a. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh).
Air di dalam tubuh akan mengalami metabolisme dan apabila kelebihan
air akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai urine, kekurangan air (kelebihan
produksi keringat) dapat mengakibatkan urine yang diekskresi berkurang
sehingga konsentrasinya menjadi lebih pekat.
b. Mengatur keseimbangan osmitik dan elektrolit. Apabila terjadi pemasukan
maupun pengeluaran yang abnormal ionion sebagai akibat dari pemasukan
garam yang berlebihan atau disebabkan karena suatu penyakit perdarahan (diare,
muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi ion.
c. Mengatur keseimbangan asam-basa. Campuran dari makanan yang
mengandung karbohidrat maupun lemak tinggi dapat menghasilkan urine yang
bersifat asam yang merupakan hasil akhir dari metabolisme protein juga.
d. Ekskresi sisa hasil metabolisme (asam urat, ureum, kreatinin)
e. Fungsi hormonal dan metabolisme. Hormon renin merupakan eksresi dari ginjal
yang mempunyai peran mengatur tekanan darah dan membentuk eritripoiesis
mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah.
2. Filtrasi Glomerulus
Kapiler glomerulus bersifat semipermeabel terhadap protein plasma yang lebih
besar dan permeabel terhadap air serta larutan yang lebih mungil sepeti elektrolit,
asam amino, glukosa serta residu nitrogen. Glomerulus mengalami kenaikan
tekanan darah hingga 90 mmHg. Kenaikan ini terjadi karena anteriole aferen yang
mengarah ke glomerulus memiliki diameter yang lebih besar serta memberikan
sedikit tahanan asal kapiler yang lain. Darah didorong ke dalam ruangan yang lebih
kecil, sebagai akibatnya darah mending air dan partikel yang terlarut dalam plasma
masuk ke dalam kapsula bowman. Terdapat tiga faktor di proses filtrasi dalam
kapsula bowman yaitu :

5
a. Tekanan Osmotik (TO)\
Tekanan yang dikeluarkan air (sebagai pelarut) pada membrane
semipermeable ke dalam area yang mempunyai banyak molekul yang bisa
melewati membrane semipermeable.
b. Tekanan Hidrostatik
Kurang lebih 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula
bowman serta berlawanan menggunakan tekanan hidrostatik darah.
c. Disparitas tekanan osmitik plasma dengan cairan pada kapsula bowman
mencerminkan perbedaan kosentrasi protein, sehingga mencegah protein plasma
untuk di filtrasi.

Pada lansia terjadi penurunan jumlah nefron sebesar 5 – 7 % setiap dekade, mulai
usia 25 tahun. Bersihan kreatinin (CCT) menurun 0,75 % /ml/m/tahun dan
mengakibatkan berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa
metabolisme urin, termasuk sisa obat-obatan. Oleh karena itu, penyesuaian dosis juga
perlu diingat bagi pasien geriatric.
Massa ginjal menurun bersamaan meningkatnya usia, aliran ginjal menurun 53%
beberapa peneliti yakin ini adalah perubahan adaptif, sebagai kompensasi penurunan
curah jantung.

6
Sedangkan pada pengkajian fisik normal pada lansia didapatkan temuan-temuan
perubahan pada sistem perkemihan sebagai berikut:
1. Pada lansia ginjal berukuran lebih kecil dibanding dengan ginjal pada usia
muda. Pada usia 90 tahun beratnya berkurang 20 – 30% atau 110 – 150 gram
bersamaan dengan pengurangan ukuran ginjal.
2. Terdapat beberapa perubahan pada pembuluh darah ginjal pada lansia. Pada
korteks ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang berarti
terjadi pengurangan jumlah darah yang terdapat di glomerulus.
3. Ginjal menerima sekitar 20% dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per
menit darah dari 40% hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600 m/menit.
Normalnya 20% dari plasma disaring di glomerulus dengan GFR 120 ml/menit
atau sekitar 170 liter per usia 80 tahun hanya menjadi sekitar 300 ml/menit.
Pengurangan dari aliran darah ginjal terutama berasal dari korteks.
4. Pada lansia banyak fungsi hemostasis dari ginjal yang berkurang, sehingga
merupakan predisposisi untuk terjadinya gagal ginjal. Ginjal yang sudah tua
tetap memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan fungsi
hemostasis, kecuali bila timbul beberapa penyakit yang dapat merusak ginjal.
5. Salah satu indeks fungsi ginjal yang paling penting adalah laju filtrasi glomerulus
(GFR). Pada usia lanjut terjadi penurunan (GFR). Hal ini dapat disebabkan
karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan jumlah
glomerulus.
6. Aliran plasma ginjal yang efektif terutama tes eksresi PAH (asam p-
aminohipurat) menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an. Umumnya filtrasi tetap
ada pada usia muda,kemudian berkurang tetapi tidak terlalu banyak pada usia
70, 80 dan 90 tahunan.

7
7. Perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan usia, dimana pada peningkatan
usia maka pengaturan metabolisme air menjadi terganggu yang sering terjadi
pada lanjut usia. Jumlah total air dalam tubuh menurun sejalan dengan
peningkatan usia. Penurunan ini lebih berarti pada perempuan daripada laki-
laki, prinsipnya adalah penurunan indeks massa tubuh karena terjadi
peningkatan jumlah lemak dalam tubuh. Pada lanjut usia, untuk mensekresi
sejumlah urin atau kehilangan air dapatmeningkatkan osmolaritas cairan
ekstraseluler dan menyebabkan penurunan volume yang mengakibatkan
timbulnya rasa haus subjektif. Pusat-pusat yang mengatur perasaan haus
timbul terletak pada daerah yang menghasilkan ADH di hypothalamus
(Mataram S.Y, 2022)

B. Keadaan Lansia Pada Sistem Perkemihan


Menurut penelitian keadaan dimana menyebabkan lansia dengan jenis kelamin
perempuan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami frekuensi berkemih
dengan kategori tidak normal atau ≥ 8 kali/hari hal ini dikarenakan terjadinya penurunan
otot pada vesika urinaria yang disebabkan oleh faktor seperti proses melahirkan dengan
waktu yang lama sehingga berakibat pada peningkatan frekuensi berkemih pada lansia
(Amelia, 2022).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia, perubahan pada sistem


perkemihan secara potensial memiliki tingkat kepentingan yang cukup besar.
Inkontinensia urine adalah salah satu masalah yang banyak dialami oleh lansia dan perlu
mendapatkan perhatian lebih besar karena populasi lanjut usia meningkat di Indonesia.
Lansia dengan inkontinensia urine mengalami perubahan pada sistem perkemihannya
yang terjadi pada ginjal, dimana ginjal mengalami pengecilan dan nefron menjadi atrofi.
Aliran ginjal menurun hingga 59%, fungsi tubulus berkurang mengakibatkan BUN
meningkat hingga 21 mg %, berat jenis urin menurun, serta nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat. Pada kandung kemih otot-otot melemah, sehingga kapasitasnya
menurun 200 ml yang menyebabkan frekuensi berkemih meningkat yaitu 3-4 jam
(Suharyanto & Madjid, 2009).

8
Mengingat lansia mengalami penurunan berbagai fungsi penglihatan, kekuatan
otot, penurunan fungsi daya ingat dan masalah dengan penyakit lain, sehingga lansia
memiliki resiko cidera dengan masalah inkontinensia urine karena harus bolak-balik ke
ke kamar mandi atau toilet untuk membersihkan urine dan mencuci pakaian yang
terkena urine (Kamariyah dkk, 2020).

C. Diagnosa Keperawatan
1. Inkontinensia urine fungsional berhubungan dengan hambatan lingkungan dan
penurunan tonus kandung kemih
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan dlm status kesehatan, ancaman kematian
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping terapi
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan penyakit, prognosis dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi
5. Defisit Nutrisi berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan
kanker, efek kemotherapi, radiasi
6. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi, pembesaran kelenjar prostat
7. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
8. Resiko cedera berhubungan dengan prosedur invasif, profil darah abnormal
(penurunan hemoglobin)
(PPNI, 2017)

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadi penyaringan darah
sehingga darah bebas dari kandungan zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini larut
dalam air daan dikeluarkan sebagai urin. Zat zat yang dibutuhkan tubuh beredar melalui
pembuluh kapiler ginjar, masuk ke pembuluh darah, dan beredar ke seluruh tubuh.
Sistem ini terdiri dari ginjal, ureter, uretra, kandung kemih dan ginjal. Pada lansia organ-
organ pada sistem perkemihan mengalami kemunduran sel sehingga fungsi- fungsinya
pun berubah pula. Masalah ini menimbulkan beberapa diagnosa keperawatan salah
satunya adalah Inkontinensia urine fungsional berhubungan dengan hambatan
lingkungan dan penurunan tonus kandung kemih.

B. Saran
Pada lansia yang mengalami penurunan fungsi sistem kemih atau masalah
kesehatan pada sistem ini segera berobat ke fasilitas terdekat dan untuk lansia yang
sudah tahu bahwa dirinya mengalami masalah kesehatan berdasarkan diagnosis dokter
maka harus patuh pada prosedur dan tatalaksana yang telah diberikan agar dapat
mengurangi gejala yang lansia tersebut rasakan.

10
DAFTAR
PUSTAKA

Kamariyah, K., Mekeama, L., & Oktarina, Y. (2020). Pengaruh Latihan Kegel
Terhadap Inkontinesia Urine Pada Lansia Di Pstw Budi Luhur Kota Jambi. Medical
Dedication (medic): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat FKIK UNJA, 3(1), 48-
53.

Mataram, S. Y. (2022). ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN.


Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan Berbasis SDKI, SLKI dan
SIKI, 1.

Amelia, R. (2020). Prevalensi dan Faktor Risiko Inkontinensia Urin pada lansia Panti
Sosial
Tuna Werdha (PSTW) Sumatera Barat. Health & Medical Journal, 2(1), 39-44.
Suharyanto dan Madjid (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem
Perkemihan.Jakarta : Trans Info Media.
PPNI(2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnsotik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

11

Anda mungkin juga menyukai