Anda di halaman 1dari 26

KEGAWATDARURATAN SISTEM ENDOKRIN

”HIPOGLIKEMIA”
DAN
PENANGANAN ‘‘CHOCKING’’( SESAK)

Di Susun
Oleh :

1. Kiki fatmalasari
2. Maryani
3. Wulandari gildams
4. Wa ode lestari nurasnan
5. Waode umayyana
6. Hasriani
7. Jusmawati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI


PROGRAM STUDI IV KEBIDANAN
2020

1
Kata Pengantar
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum WR.WB

Puji syukur bagi Allah SWT yang dengan karunia-Nya telah


memungkinkan kami untuk menyusun makalah ini, sehingga makalah ini
dapat dimanfaatkan oleh para pelajar atau mahasiswa program studi
kebidanan dan lainnya. Hanya dengan kekuatan dengan kesabaran yang
dilimpahkan-Nya, makalah ini dapat dituntaskan.

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai bahan


pembelajaran dan untuk menyelesaikan tugas dari dosen pembimbing
. Dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah yang kami beri
judul “Kegawatdaruratan Sistem Endokrin hipoglekimia” ini.

Kami menyadari makalah ini tidaklah luput dari segala


kekurangan dan keterbatasan sehingga masih belum sempurna. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
peningkatan kemampuan dalam menyusun makalah pada masa yang akan
datang.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum WR.WB
Makassar,15 Desember 2020

Tim Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 4
A. Pengertian Sistem Endokrin ....................................................... 4
B. Kelenjar Dalam Sistem Endokrin ............................................... 5
C. Kegawatdaruratan Sistem Endokrin ........................................... 8
D. Pengertian Hipoglikemia ............................................................ 9
E. Klasifikasi Hipoglikemia .......................................................... 10
F. Penyebab Faktor Predisposisi Hipoglekimia ............................ 11
G. Tanda Dan Gejala ..................................................................... 12
H. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 14
I. Dampak / Akibat Hipoglekimia ................................................ 15
J. Penatalaksanaan Dan Konsep Asuhan Kegawatdaruratan
Hipoglekemia ............................................................................ 16
K. Pengertian dan penanganan pasien chocking...........................20
BAB III PENUTUP ........................................................................... 21
A. Kesimpulan ............................................................................... 22
B. Saran ......................................................................................... 22
Daftar Pustaka...................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran


(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui
aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak
sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel
dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut
menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar
eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar
lain dalam saluran gastroinstestin.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut
sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah
menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam
aliran darah.
Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan
kegiatan berbagai organ tubuh.
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar
hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga
mengganggu fungsi tubuh untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka
pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat.
Kelainan metabolisme seringkali disebabkan oleh kelainan genetik
yang mengakibatkan hilangnya enzim tertentu yang diperlukan untuk
merangsang suatu proses metabolisme
Pada keadaan tertentu bisa terjadi kondisi kelainan sistem endokrin
yang membutuhkan penanganan segera atau gawat darurat, keadaan
gawat darurat endokrin terjadi karena akibat lebih lanjut dari kelainan
fungsi dari kelenjar endokrin.
Gawat darurat adalah suatu kondisi yang membutuhkan tindakan
segera untuk menangggulangi ancaman terhadap jiwa atau anggota badan
seseorang yang timbul secara tiba-tiba, keterlambatan penanganan dapat
membahayakan klien, mengakibatkan terjadinya kecacatan atau
mengancam kehidupan.

1
Gawat darurat endokrin adalah keadaan gawat darurat yang
diakibatkan gangguan dari sistem endokrin, sehingga terjadi kondisi
mengancam jiwa seseorang yang memerlukan pertolongan segera agar
tidak terjadi kematian.
Keadaan gawat darurat endokrin bisa diakibatkan oleh karena
terganggunya produksi horman baik kelebihan maupun kekurangan
produksi hormon oleh suatu kelenjar endokrin. Kondisi gawat darurat
sistem endokrin antara lain :
1. Miksedema / koma miksedema
2. Krisis Tirotosik (Tyroid storm)
3. Krisis Addison
4. Hipoglikemia.
Karena itu diperlukan suatu pengetahuan bagi perawat untuk dapat
menilai dan mengambil suatu tindakan tertentu untuk dapat
menyelamatkan jiwa.

B. Rumusan Masalah
Adapn rumusan masalah dari makalah yang berjudul
“Kegawatdaruratan Sistem Endokrin” ini adalah:
1. Pengertian sistem endokrin?
2. Kelenjar kelenjar dalam sistem endokrin?
3. Kegawartdaruratan sistem endokrin?
4. Penegertisn hipoglikemia?
5. Klasifikasi hipoglkemia?
6. Apa penyebab dan fakto prediposisi hipoglikemia?
7. Tanda tanda dan gejala hipoglikemia?
8. Pemeriksaan penunjang hipoglikemia?
9. Dampak/akibat hipoglikemia?
10. Penatalaksanaan dan konsep kegawatdaruratan hipoglikemia?
11. pengertian dan penanganan pasien pada penderita chocking?

2
C. Tujuan Penelitian

Makalah in dibuat dengan tujuan setelah mempelajari dan


memahami makalah ini pembaca dapat:
1. Mengetahui pengertian sistem Endokrin
2. Mengetahui kelenjar kelenjar pada sitem endokrin
3. Mengetahui Kegawartdaruratan sistem endokrin
4. Mengetahui Penegertian hipoglikemia
5. Mengetahui Klasifikasi hipoglikemia
6. Mengetahui penyebab dan fakto prediposisi hipoglikemia
7. Mengetahui Tanda tanda dan gejala hipoglikemia
8. Mengetahui Pemeriksaan penunjang hipoglikemia
9. Mengetahui Dampak/akibat hipoglikemia
10.Mengetahui Penatalaksanaan dan konsep kegawatdaruratan
hipoglikemia
11.Mengetahui pengertian dan penanganan pasien pada penderita
chocking

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh
manusia yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa
melewati duktus atau saluran dan dari sekresi tersebut adalah
hormon. Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah ke
jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk melakukan
tindakan tertentu. Sistem endokrin sangat berpengaruh pada banyak
proses kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan,
kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh.
Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid,
paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis.
Meskipun berperan sangat penting dalam tubuh, ada banyak
gangguan kelenjar endokrin yang belum diketahui. Salah satu
gangguan pada kelenjar endokrin adalah Diabetes Melitus.
Sistem Endokrin adalah sistem yang terdiri dari kelenjar
endokrin buntu atau tanpa saluran yang tersebar pada bagian tubuh
(Sherwood, 2010). Kelenjar endokrin ini melaksanakan fungisnya
dari dalam tubuh dengan cara memproduksi hormon yang hasil
sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melalui saluran. Sementara
hormon merupakan zat kimia hasil dari sekresi oleh suatu sel yang
mempengaruhi sel lainya. Hormon hasil sekresi dari kelenjar
endokrin ini pada umumnya berfungsi sebagai homeostasis atau
menyeimbangkan fungsi dari dalam tubuh. Banyak sekali yang
dipengaruhi oleh hormon hasil sekresi dari kelenjar endokrin , antara
lain adalah
• pertumbuhan dan perkembangan
• reproduksi
• fungsi seksual
• mood
• ketahanan tubuh
• pernafasan

4
• suhu tubuh,
• detak jantung
• dan metabolisme.
Peran dari kelenjar endokrin sangatlah vital, sehingga apabila
terserang suatu penyakit akan sangat berbahaya bagi kehidupan, dan
pada sub-bab selanjutnya akan dibahas tentang bagian-bagian
kelenjar endokrin dan juga penyakit pada kelenjar endokrin.

B.Kelenjar Dalam Sistem Endokrin

Ada beberapa kelenjar dalam sistem endokrin yang terbagi


berdasarkan letaknya.
1. Kelenjar hipofisis (Pituitari)
Terletak di dasar otak besar, kelenjar satu ini ialah yang terbesar
dan dapat memengaruhi aktivitas kelenjar lainnya.
Kelenjar hipofisis terbagi menjadi tiga lobus dan masing-
masingnya menghasilkan hormon yang berbeda-beda, yaitu:
• Lobus anterior, menghasilkan hormon:
− Tiroksin (TSH), merangsang kelenjar tiroid untuk
memproduksi tiroksin.
− Adenokortikotropin (ACTH), merangsang korteks
adrenal untuk memproduksi kortikosteroid.
− Focille Stimulating Hormone (FSH), memacu
perkembangan tubulus seminiferus dan
spermatogenesis.
− Luteinizing Hormone (LH), menstimulasi estrogen.
− Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH),
menstimulasi testis dalam menghasilkan testosteron.
− Prolaktin (TH), menstimulasi sekresi air susu.
• Lobus intermedia, menghasilkan hormon:
− Somatotrof (STH), merangsang tumbuhnya tulang.
− Melanosit Stimulating Hormone (MSH), mengatur
penyuburan pigmen dalam perubahan warna kulit.
• Lobus posterior, menghasilkan hormon:
− Oksitosin, merangsang kontraksi otot di uterus.

5
− Antidiuretik Hormone (ADH), mencegah
pembentukan urin dalam jumlah banyak.

2. Kelenjar tiroid (Gondok)


Terletak di daerah leher, dekat jakun, kelenjar ini adalah yang
paling kaya pembuluh darah.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga hormon, yaitu:

− Tiroksin, untuk membantu dalam proses metabolisme,


pertumbuhan fisik, perkembangan mental, dan
kematangan seks.
− Triidotironin, untuk mengatur distribusi air dan garam
dalam tubuh.
− Kalsitonin, untuk menjaga keseimbangan kalsium dalam
darah.

3. Kelenjar paratiroid (Anak gondok)

Terletak di daerah kelenjar gondok, kelenjar ini dapat


mengendalikan kadar kalsium dalam darah.
Kelenjar paratiroid menghasilkan satu hormon, yaitu:

− Parathormon, untuk mengendalikan kadar kalsium dalam


darah.

4. Kelenjar adrenal (Suprarenalis)


Terletak di atas ginjal, kelenjar ini terdiri dari dua bagian,
yaitu:
• Korteks, menghasilkan hormon:
− Korteks mineral, untuk menyerap natrium darah dan
mengatur reabsorpsi air di ginjal.
− Glukokortikoid, untuk mengubah protein menjadi
glikogen, mengubah glikogen menjadi glukosa, dan
menaikkan kadar glukosa pada darah.
− Androgen, untuk membentuk sifat kelamin sekunder
laki-laki.

6
• Medula, menghasilkan hormon:
− Adrenalin, untuk mengubah glikogen dalam otot menjadi
glukosa dalam darah.

5. Kelenjar pankreas (Pulau-pulau Langerhans)

Terletak di dekat ventrikulus atau lambung, kelenjar ini


menghasilkan dua hormon, yaitu:

− Insulin, untuk mengubah glukosa menjadi glikogen pada


hati. Karenanya, kadar gula darah akan turun.
− Glukogen, untuk mengubah glikogen menjadi glukosa.
Karenanya, kadar gula darah akan naik.

6. Kelenjar gonad (Kelamin)

Terletak di daerah perut (wanita) atau buah zakar dalam


skrotum (laki-laki), kelenjar ini juga menghasilkan hormon
berbeda bagi wanita dan laki-laki.
• Pada wanita, kelenjar gonad menghasilkan dua hormon:

− Estrogen, untuk menentukan ciri pertumbuhan kelamin


sekunder.
− Progesteron, untuk menebalkan dan memperbaiki
dinding uterus.

• Pada laki-laki, menghasilkan satu hormon:

− Testosteron, untuk menentukan ciri pertumbuhan


kelamin sekunder.

7. Kelenjar timus (kacangan)

Terletak di daerah dada, kelenjar ini menghasilkan satu


hormon:
− Thymosin, untuk membantu sistem kekebalan tubuh.

7
C.Kegawatdaruratan Sistem Endokrin

Pertolongan penderita gawat darurat dapat terjadi dimana saja baik


di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dalam penanganannya
melibatkan tenaga medis maupun non medis termasuk masyarakat awam.
Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan
pasien/korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan
pertolongan yang lebih lanjut.
Adapun yang disebut sebagai penderita gawat darurat adalah
penderita yang memerlukan pertolongan segera karena berada dalam
keadaan yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan suatu
pertolongan yang cepat, tepat, cermat untuk mencegah kematian maupun
kecacatan. Untuk memudahkan dalam pemberian pertolongan korban
harus diklasifikasikan termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak
gawat, tidak gawat tidak darurat dan meninggal.
Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera
dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan
endokrin seperti ketoasidosis, hipoglikemia, koma miksedema, thyroid
strom, dan Acute Adrenal Insuffiency. Jika hal ini dibiarkan tentu akan
berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan
kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami penanganan
kegawatdaruratan pada system endokrin secara cepat,cermat dan tepat
sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.

D. Pengertian Hipoglikemia

Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah


harga normal. Walaupaun kadar glukosa plasma puasa pada orangnormal
jarang melampaui 99 mg% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <108 mg% (6
mmol/L) maih dianggap normal. Hipoglikemia adalah suatu keadaan
dimana kadar gula darah hingga dibawah 60 mg/dl secara abnormal
rendah.
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang
mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60
mg/dl.

8
Adapun batasan hipoglikemia adalah:
a. Hipoglikemia murni : ada gejala hipoglikemi , glukosa darah <
60 mg/dl
b.Reaksi hipoglikemia : gejala hipoglikemi bila gula darah turun
mendadak, misalnya dari 400 mg/dl
menjadi 150 mg/dl
c. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
d.Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam
sesudah makan.

Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi yang dihadapi oleh


penderita diabetes melitus. Tidak seperti nefropati diabetik ataupun
retinopati diabetik yang berlangsung secara kronis, hipoglikemia dapat
terjadi secara akut dan tiba – tiba dan dapat mengancam nyawa.2 Hal
tersebut disebabkan karena glukosa adalah satu – satunya sumber energi
otak dan hanya dapat diperoleh dari sirkulasi darah karena jaringan otak
tidak memiliki cadangan glukosa. Kadar gula darah yang rendah pada
kondisi hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan sel – sel otak.
Kondisi inilah yang menyebabkan hipoglikemia memiliki efek yang fatal
bagi penyandang diabetes melitus, di mana 2% – 4% kematian penderita
diabetes melitus disebabkan oleh hipoglikemia.

E.Klasifikasi Hipoglikemia

Menurut Soemadji (2009) klasifikasi klinis hipoglikemia adlah


sebagai berikut:
a.Ringan: simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan
aktivitas sehari-hari yang nyata.,Dengan kadar gula< 70 mg/dl.
b.Sedang : simptomatik, dapat diatasi sendiri, menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata, dengan kadar dula
,55mg/dl
c.Berat : sering tidak asimptomatik, karena gangguan kognitif
pasien tidak mampu mengatasi sendiri dengan kadar gula< 40
mg/dl.

9
Dalam praktek sehari-hari maka klasifikasi hipoglikemia yang
sering digunakan adalah berdasarkan karakteristik dan kondisi klinis
serta penampilan pasien yaitu pasien yang nampak sehat (healthy
appearing patients), pasien yang nampak sakit (ill appearing patients) dan
hipoglikemia yang terjadi pada pasien rawat jalan (outpatients
setting)ataupun yang dirawat dirumah sakit (hypoglycemia in
hospitalized patients).
1. Klasifikasi hipoglikemia pada pasien non-diabetes
Secara klasik hipoglikemia pada pasien non-diabetes dikelompokkan
dalam dua kelompok utama yaitu:
a. Post-prandial (reactive) hipoglikemia: hipoglikemia yang terjadi
dalam waktu hingga 4-5 jam setelah makan
b. Fasting (post-absorbtive) hipoglikemia: Menurunnya kadar
glukosa darah <70 mg/dl yang disertai dengan gejala dan
keluhan hipoglikemia yang dialami >4 jam setelah makan.
Beberapa ahli melaporkan temuan adanya pasien yang mengalami
hipoglikemia post prandial dan juga hipoglikemia puasa, bahkan dapat
dijumpai pasien yang mengalami hipoglikemia yang tidak tergantung
pada waktu makan.
2. Klasifikasi hipoglikemia pada pasien diabetes
Hipoglikemia pada pasien diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa kelompok, diantaranya: Derajat keparahan, kadar glukosa
darah dan manifestasi klinik dan kemampuan untuk menolong diri
sendiri.Klasifikasi standar untuk hipoglikemia pada pasien diabetes
adalah klasifikasi yang banyak digunakan untuk evaluasi terapi dan
outcomes dari berbagai penelitian klinik yaitu:
a. Confirmed hypoglycemia adalah kejadian hasil pengukuran
kadar glukosa darah yang rendah.
b. Severe hypoglycemia adalah kejadian dimana pasien
membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemianya.
c. Nocturnal hypoglycemia adalah kejadian hipoglikemia yang
dialami pada waktu malam hari. Secara umum periode waktu
untuk kejadian nocturnal hypoglycemia adalah pada saat bed
time hingga waktu bangun dipagi hari.

10
F. Penyebab Faktor Predisposisi hipoglekimia

Penyebab terjadinya hipoglikemia adalah multi faktorial, penyebab


utama adalah iatrogenik (pemberian obat-obatan pada pasien diabetes
melitus), penyakit infeksi yang disertai sepsis, tumor, stres, defisiensi
hormon dan penyakit autoimmun. Penyebab lain yang sering ditemukan
adalah asupan makanan yang tidak adekuat, konsumsi alkohol yang
berkepanjangan, interaksi obat, penyakit kronik pada hati dan ginjal.
Hipoglikemia juga sering ditemukan pada usia lanjut dan usia neonatus.
Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes melitus dan disebut
iatrogenic hypoglycemia, sedangkan hipoglikemia yang terjadi pada
pasien non-diabetes disebut hipoglikemia spontan.
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang
mendapat pengobatan insulin atau sulfonylurea:
a. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien
1) pengurangan/keterlambatan makan
2) kesalalahan dosis obat
3) latihan jasmani yang berlebihan
4) penurunan kebutuhan insulin
- penyembuhan dari penyakit
- nefropati diabetic
- hipotiroidisme
- penyakit Addison
- hipopituitarisme
5) hari-hari pertama persalinan
6) penyakit hati berat
7) gastro paresis diabetic
b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter
1) pengendalian glukosa darah yang ketat
2) pemberian obat-obat yang mempunyai potensi
hiperglikemik
3) penggantian jenis insulin.

11
G.Tanda Dan Gejala

Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :


a. Fase I ;Gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di
hipotalamus sehingga hormon epinefrin masih dilepaskan.
Gejala awal ini merupakan peringatan karena saat itu pasien
masih sadar sehingga dapat di ambil tindakan yang perlu
untuk mengatasi hipoglikemia lanjut.
b.Fase II;Gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya
fungsi otak, karena itu dinamakan gejala neurologis.

Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya


gangguan fungsi otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan
ganguan fungsi otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas.
Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien
langsung jauh pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis
hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik. Yang akut misalnya :
pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat
mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang
sudah lama menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non
selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible
dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.

Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan


berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan
adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap
insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif), dan
pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama).
Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002) gejala
hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: gejala
adrenergik dan gejala sistem saraf pusat.
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah
menurun, sistem saraf simpatik akan teransang. Pelimpahan adenalin
kedalam darah meyebabkan gejala seperti respirasi,, tremor,
takikardi, palpitasi, kegelisahan, dan rasa lapar.Pada hipoglikemia

12
sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak
tidak memperoleh cukup bahn bakar untuk bekerja dengan baik.
Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup ketidakmampan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunn daya ingat, matirasa didaerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional,
penglihatan ganda, dan perasaan ingin pingsan.
Pada hipoglikmia berat, fungsi sistem saraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan
pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang
dideritanya. Gejala dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasiserangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan
kehilangan kesadaran.
Gejala hipoglikemia dapat mendadak dan tanpa terduga
sebelumnya. Kombinasi semua gejala tersebut dapat bervariasi antara
pasien yang satu dengan pasien yang lainnya.

H.Pemeriksaan Penunjang

a.Tes glukosa darah melalui finger – stick


b.Hemoglobin glikosilat bisa normal atau tinggi
c.Lipid serum bisa normal atau abnormal
d.Keton bias negative atau positif
e.Dasar diagnosis terbukti hipoglikemi dipakai trias whipple :
1.Hipoglikemi dengan gejala – gejala syaraf pusat,
psikiatrik, vasomotrik.
2.Penentuan kadar glukosa darah berulang ditemukan dengan harga <
50mg %.
3.Gejala akan hilang dengan pemberian glukosa.

Pemeriksaan yang dianjurkan untuk dilakukan adalah pemeriksaan


gula darah sewaktu, pemeriksaan toleransi glukosa oral, pemeriksaan
gula darah puasa, pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan kadar insulin,
pemeriksaan kadar pro-insulin, pemeriksaan tiroid, dan kortisol darah.

13
Selain itu, pada pemeriksaan CT atau MRI juga dapat ditemukan adanya
pembengkakan pada kelenjar penghasil insulin yang dapat menyebabkan
hipoglikemia. Pemeriksaan rontgen dada, urinalisis, atau kultur darah
juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan infeksi tersembunyi yang
dapat menjadi penyebab kondisi hipoglikemia.

I.dampak /akibat hipoglekimia

Akibat hipoglikemiaHipoglikemia akan berdampak negatif dalam


kehidupan sehari-hari individu yang mengalaminya. Hipoglikemia
dihubungkan dengan penurunankualitas hidup dan akan berdampak
dalam kehidupan sosial ekonomi penderitanya
Dampak hipoglikemia pada berbagai organ tubuh:
1. Otak
Apabila suplai glukosa ke otak mengalami penurunan secara
mendadak, maka dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif,
kegagalan fungsi otak, koma dan kematian.Hipoglikemia berat yang
terjadi pada pasien usia lanjut akan menyebabkan peningkatan risiko
dimensia dan ataksia cerebellum.
2. Jantung.
Hipoglikemia akut akan mengaktivasi sistim simpato-adrenal dan
pelepasan epinefrin dengan akibat terjadi perubahan hemodinamik
melalui peningkatan denyut jantung, dan tekanan darah sistolik
diperifer, sebaliknya akan terjadi penurunan tekanan darah sentral
dan resistensi arteri diperifer. Aktivasi dari sistim simpato-adrenal
juga akan meningkatkan kontraktilitas miokardium dan curajantung
(stroke volume dan cardiac output).
Konsekwensi dari perubahan hemodinamik tersebut adalah
peningkatan beban kerja jantung pada waktu terjadi hipoglikemia.
Hal ini dapat memicu terjadinya serangan iskemia dan gangguan
perfusi jantung. Pelepasan epinefrin juga dihubungkan dengan
terjadinya gangguan irama jantung berupa pemanjangan interval QT
yang dapat menyebabkan tahikardia,fibrilasi dan kematian
mendadak.
3. Endotel pembuluh darah dan respon inflamasi

14
Hipoglikemia akan menurunkan sekresi insulin dan meningkatkan
respon glukagon, mengaktivasi respon simpato-adrenal,
meningkatkan sekresi epinefrin dan glukokortikoid. Hipoglikemia
juga akan menginduksi kerusakan endotel , gangguan koagulasi dan
peningkatan marker-marker inflamasi seperti C-reactive protein,
interleukin-6, interleukin-8, TNF alfa dan endotelin (15).
4. Mata.
Hipoglikemia dapat menyebabkan gangguan visual terutama pada
penderita diabetes melitus. Kelainan mata pada hipoglikemia dapat
berupa diplopia, penglihatan kabur, dan kehilangan sensitivitas
kontras serta gangguan pada retina.

J.Penatalaksanaan Dan Konsep Asuhan Kegawatdaruratan


Hipoglikemia

1) Penatalaksanaan
Pengobatan harus cpat dilakukan. Bila pasienmasi sadar tindakan
dapat dilakukan oleh pasien itu sendii dengan minum larutan gula 10-30
g. pada pasien tidk sadar diberikan bolus dekstrosa 15-25g. bila tindakan
tersebut belum dapat dilakukan, oleskan mdu atau sirup kemukosa pipi.
Bila hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi
insulin, maka selain dekstrosa dapat juga digunakan suntikan glucagon
1mg im, lebih-lebih bila suntikan dekstrosa iv sulit dilakukan.
Bila koma hipoglikmia terjadi pada pasien yang mendapat
sulfomilure sebaiknya pasien tersebut dirawat dirumah sakit, karena ada
resiko jatuh koma lagi setelah suntikan dekstrosa. Pemberian dektrosa
diteruskan dengan infuse dekstrosa 10 % selama ± 3 hari. Monitr glukoa
darah setiap 3-6 jam sekali dan kadarnya diertahankan 90-180mg%.
hipoglikemia karena sulfonylurea ini idak efektif dngan pemberian
glucagon.
Sebagian kecil pasien tidak berespon terhadap pengobatan diatas
dan tetap tidak sadar walaupun kadar glukosa darah sudah diatas normal.
Pada pasien ini biasanya terjadi edema serebri dan perlu pengobatan
dengan manitol atau teksametasol. Dosis manitol 1,5-2g/kg BB dibrika
setiap6-8 jam. Dosis awal destrametason 10mg bolus dilanjutkan 2mg

15
setiap 6 jam. Pasien tetap mendapat infus dekstosa 10% dan glukosa
darah dipertahankan sekitar 180mg%, disamping dicari penyebab koma
yan lain. Hindari fruktuasi kadar glikosa yang besar karena akan
memperberat edema serebri. Bila koma berlangsung lama, perlu
diberikan insulin alam dosis kecil. (Mansjoer A, 2000:604)
Menurut Baughman dan Hackley (2000 :230), penatalaksanaan
pada hipoglikemia berat, yaitu:
a.Glukagon img subkutan atau intramuskular untuk pasien yang
tidak mampu menelan, atau menolak pengobatan.
b.Instruksikanpasien untuk mengingatkan dokter setelah terjadi
hipoglikemia berat.
c.Berikn dekstrosa 50% dalam air 25-50 ml melalui intra vena
untuk pasien yang tidak sadar atau tidak mampu untuk menelan
dalam limgkungan rumah sakit.

2) konsep perawatan pada penderita Hipoglekimia

1. Pengkajian Kegawatdaruratan
a. Primary Survey
1) Pemeriksaan fisik berdasarkan prinsip ABCD
a)(Airway)
Kaji adanya sumbatan jalan nafas dan tanda-tanda bila
terjadi hambatan jalan nafas
b) (Breathing)
Kaji pernafasan klien dengan cara Look, Listen and Feel
· Look : lihat ada pergerakan dada atau tidak
·Listen : dengar jika ada suara nafas tambahan (snoring,
gargling, crowing)
·Feel : rasakan hembusan nafas klien
c)(Circulation)
Pada pemeriksaan fisik circulation data yang diperoleh
adalah detak jantung meningkat serta akral dingin dan pucat
d)(Disability)
Kesadaran menurun sampai koma karena otak kekurangan
suplai glukosa. Untuk menilai kesadaran kita juga dapat

16
menggunakan metode AVPU (Alert, Verbal, Pain,
Unresponsive) dengan cara :
·A : Korban sadar, jika tidak segera lanjutkan dengan
Verbal
·V: Coba memanggil klien dengan keras di dekat telinga
klien, jika tidak ada respon lanjut ke Pain
·P : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling
mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan
(di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan
menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan
juga areal diatas mata (supra orbital).
·U: Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak
bereaksi maka pasien berada dalam keadaan
unresponsive
e)(Exposure)
Pada exposure kita melakukan pengkajian secara
menyeluruh, hipoglikemia lebih sering terjadi pada klien
dengan riwayat diabetes mellitus kita harus mengkaji apakah
ada luka/infeksi pada tubuh klien.

b.Pemeriksaan fisik Review of System (ROS)


1.Pernafasan
2.Kardiovaskuler
Palpitasi, Akral dingin dan pucat, berkeringat meski suhu
normal
3.Persyarafan
Agresif, emosi labil, pusing, penglihatan kabur/ganda, parestesia
bibir dan jari, kejang, penurunan kesadaran-koma
4.Perkemihan
Poliuria pada kasus hipoglikemi akibat diabetes mellitus
5. Pencernaan
Rasa lapar timbul akibat efek pelepasan epinefrin (adrenalin)
6.Muskuloskeletal dan integument
Kelemahan dan mudah capek saat melakukan aktivitas
c. Anamnesa

17
1.Identitas;Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis
kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan Utama;Biasanya pasien mengeluh pusing, lemah dan
penurunan konsentrasi.
3.Riwayat penyakit saat ini;Berisi tentang kapan terjadinya
hipoglikemia, apa yang dirasakan klien dan apa saja yang sudah
dilakukan untuk mengatasi sakitnya.
4.Riwayat penyakit dahulu;Kaji adanya penyakit yag diderita
seperti diabetes mellitus, hepatitis, sirosis hepatis, gagal ginjal
dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan hipoglikemia.
Kaji riwayat penggunaan obat, konsumsi alcohol, aktivitas fisik
yang dilakukan dan asupan makanan.
5.Riwayat penyakit keluarga;Kaji adanya penyakit keluarga yang
bisa menimbulkan hipoglikemia seperti diabetes mellitus,
hepatitis
6 Pengkajian bio-psiko-sosio-spiritual;Berhubungan dengan
perasaan dan emosi yang di alami pasien mengenai kondisinya.
d.Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan kadar glukosa darah rendah adalah 60mg/dl atau
kurang.

Terapi kegawatdaruratan hipoglikemia dapat dibagi menjadi dua


strategi bergantung pada kondisi klinis pasien: sadar atau tidak sadar.
• Stadium Permulaan (sadar)
− Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau
sirop/permen gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau
gula diet/gula diabetes) dan makanan yang mengandung
karbohidrat)
− Hentikan obat hipoglikemik sementara
− Pantau glukosa darah sewaktu
− Pertahankan kadar Gula Darah diatas 100 mg/dL (bila
sebelumnya tidak sadar)
− Cari penyebab

18
• Stadium Lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga
hipoglikemia)

− Diberikan larutan Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (= 50 mL)


bolus intravena
− Diberikan cairan Dekstrosa 10% per infus, 8 jam kolf bila
tanpa penyulit lain
− Periksa Gula Darah Sewaktu (GDs), kalau memungkinkan
dengan glukometer:
− Bila GDs <50 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV
− Bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV
− Periksa GDs setiap 15 menit setelah pemberian Dekstrosa
40%:
− Bila GDs <50 mg/dL → + bolus Desktrosa 40% mL IV
− Bila GDs <100 mg/dL → + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV
− Bila GDs 100-200 mg/dL → tanpa bolus Dekstrosa 40%
− Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan menurunkan
kecepatan drip Dekstrosa 10%
− Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut,
pemantauan GDS dilakukan setiap 2 jam, dengan protokol
sesuai di atas. Bila GDs >200 mg/dL → pertimbangkan
mengganti infus dengan Dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
− Bila GDS >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut masing-
masing selang 2 jam, pemantauan GDS dilakukan setiap 4 jam,
dengan protokol sesuai di atas. Bila GDs >200 mg/dL →
pertimbangkan mengganti infus dengan Dekstrosa 5% atau
NaCI 0,9%.
− Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut masing-
masing selang 4 jam, pemeriksaan GDS dapat diperpanjang
sesuai kebutuhan sampai efek obat penyebab hipoglikemia
diperkirakan sudah habis dan pasien sudah dapat makan seperti
biasa.
− Bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian
antagonis insulin, seperti: glukagon 0,5-1 mg IV/IM atau
kotison, adrenal

19
− Bila pasien belum sadar, sementara hipoglikemia sudah
teratasi, maka cari penyebab lain atau pertimbangkan sudah
terjadi brain damage akibat hipoglikemia berkepanjangan.
− Rujuk pasien ke SpPD untuk mendapatkan tatalaksana
komprehensif.

K.Penanganan Pada Pasien Sesak Nafas(Chocking)

Sesak napas(chocking) atau dyspnea adalah kondisi tidak nyaman


yang menyulitkan Anda bernapas lantaran kurangnya pasokan udara
yang masuk ke paru-paru. Pernapasan normal terjadi ketika udara masuk
ke paru-paru dan keluar dari paru-paru. Proses pernapasan sendiri
melibatkan bagian tubuh seperti paru-paru, diafragma, otot di dinding
dada, pusat pernapasan di otak, jaringan saraf, molekul pensinyalan
impuls saraf, serta sejumlah reseptor kimia dan mekanis di otak, dan
pembuluh darah. Sesak napas terjadi ketika bagian-bagian tubuh tersebut
harus bekerja ekstra untuk bernapas lantaran kurangnya oksigen atau
udara yang masuk.
Seperti halnya rasa sakit, sesak napas adalah sinyal yang
memperingatkan tubuh akan kondisi medis yang terjadi. Sesak napas atau
kesulitan bernapas bisa menjadi tanda adanya gangguan pada paru-paru
atau masalah kesehatan lain.
Sesak yang disebabkan oleh gangguan paru-paru, antara lain:

• Asma
• Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
• Kanker paru-paru
• Pneumonia, seperti pada infeksi virus Corona (COVID-19)
• Efusi Pleura
• Emboli paru

Sementara itu, penyebab sesak napas lainnya mencakup stroke, gagal


jantung, penyempitan jantung, distrofi muskular, obesitas, anemia,
kelelahan, hingga serangan panik.
Adapun penanganan pasien sesak yaitu:

20
1. Bawa ke tempat yang lebih tenang dan jauh dari keramaian

2. Segera panggil bantuan medis

3. Nyamankan dengan posisi duduk

4. Longgarkan pakaian penderita agar lebih mudah bernapas

5. Berikan air hangat untuk menghangatkan dada penderita

6. Berikan obat pereda sesak napas& dan bila perlu dui berikan alat
bantu pernafsan seperti tabung oksigen

Berikut adalah cara atau metoda yang dapat di praktekkan:


1. Pursed-lip Breathing
Ini merupakan teknik bernapas sebagai cara mengatasi sesak napas
yang sederhana dan mudah dilakukan. Teknik ini membantu
memperlambat laju pernapasan Anda, yang membuat setiap napas
lebih dalam dan lebih efektif. Anda bisa melakukannya kapan saja
ketika mengalami sesak napas, terutama saat membungkuk,
mengangkat benda, atau menaiki tangga. Caranya dengan
merelaksasikan otot leher dan bahu Anda.
2. Duduk dengan Posisi ke Depan dan Sedikit Membungkuk
Istirahat sambil duduk bisa membantu merilekskan tubuh Anda
dan membuat pernapasan lebih mudah. Duduklah di kursi dengan
telapak kaki menapak lantai, condongkan dada sedikit ke depan.
Perlahan letakkan siku di lutut atau menahan dagu dengan tangan.
3. Berdiri Menyandar Dinding
Berdiri menyandar pada tembok atau lainnya bisa turut membantu
merilekskan tubuh dan saluran pernapasan Anda. Berdiri dan
bersandarlah pada dinding dengan menempelkan pinggul. Jaga
agar kaki Anda terbuka selebar bahu dan tangan berada di samping
kedua paha Anda. Santailah dan condongkan badan sedikit ke
depan.

21
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan

Salah satu kasus gawat darurat yang memerlukan tindakan segera


dimana pasien berada dalam ancaman kematian karena adanya gangguan
endokrin seperti ketoasidosis, hipoglikemia, koma miksedema, thyroid
strom, dan Acute Adrenal Insuffiency. Jika hal ini dibiarkan tentu akan
berakibat fatal bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan
kematian.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah
hingga dibawah 60 mg/dl secara abnormal rendah.
Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu
hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari
50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.

B. Saran

Semoga dengan terbitnya Makalah ini dapat membantu siapapun dan


berharap makalah ini sebagai sumber ilmu baru bagi pembaca dan
pendengar.

22
Daftar Pustaka

1. Boughman, Hackley.2000.Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan


Suddarth.Jakarta:EGC
2. Hudak, Gallo.1997.Keperawatan Kritis Pendekatan
Holistik.Jakarta:EGC
3. Mansjoer.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius.
Smeltzer, Bare.2002.Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth.Jakarta:EGC
4. Soemadji.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Interna
Publishing.
5. Nares. Buku Dignosis Dan Terapi Faskes Primer.2018
6. Rizki,nut.2019.Simposisium Kegawatdaruratan Dokter Umum.jakarta
.EGC.
7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: PB.
Perkeni; 2015.
8. https://www.idntimes.com/health/fitness/viktor-yudha/harus-tahu-ini-
10-pertolongan-pertama-untuk-penderita-sesak-napas-1/10

23

Anda mungkin juga menyukai