Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HIPERPITUITARISME

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Endokrin

Dosen Pengampu: Damon Wicaksi SST, M.kes

Oleh:

Dini Putri Failani ( 18037141061)

Laila Dwi Fitriana (18037141071)

Sabilatur Rosyida (18037141079)

Sherly Dwi Nurjannah ( 18037141081)

Unzilatur Rohmah ( 18037141091)

PROGRAM STUDI D111 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat

serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah endokrin dalam Keperawatan dengan

baik. Tugas ni disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah endokrin yang menjadi salah

satu mata kuliah wajib di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak akan

dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin megucapkan terimakasih

kepada:

1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Bondowoso;

2. Bapak Damon Wicaksi, SST, M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah KMB II

Sistem Endokrin Keperawatan;

3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari

Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 2 oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... ii


Daftar Isi ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan umum............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ...................................................................... 4
2.1 Definisi ................................................................................... 4
2.2 Etiologi .................................................................................... 4
2.3 Manifestasi klinis..................................................................... 4
2.4 Patofisiologi ............................................................................. 5
2.5 WOC ........................................................................................ 6
2.6 Asuhan keperawatan ................................................................. 7
2.6.1 pengkajian................................................................................. 7
2.6.1 diagnosa keperawatan ............................................................... 8
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 12
3.2 Saran ............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di

dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa

tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang. Jika hipofisa

membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang

membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau

gangguan penglihatan. Selain itu banyak gangguan lain yang disebabkan karena

kelebihan hormone yang dilepaskan hipofisis yang bisa menghasilkan dampak yang

cukup signifikan bagi pasien.

Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis

mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormone

hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan

kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ

lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal

kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya.

Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan posterior.

Sistem endokrin mengkoordinasi tubuh dengan memproduksi dan

mengeluarkan hormon. Hormon bisa dipengaruhi oleh sel atau jaringan tertentu apabila

sel atau jaringan tersebut mempunyai reseptor (penerima) untuk hormon tersebut. Sel,

jaringan atau organ yang mengadakan respon terhadap hormone tertentu disebut sel

target atau organ target.

Kadar hormon harus dipertahankan pada batas yang tepat karena jumlah

1
hormone sangat perlu untuk mempertahankan kesehatan sel atau organ tertentu. Pada

bagian kepala, terdapat salah satu system endokrin yang dikenal dengan nama

HIpotalamus. Walaupun hipotalamus bagian terkecil otak, hipotalamus menerima input

baik langsung maupun tidak langsung dari semua bagian otak. Hipotalamus juga

pengendali utama hipofisis posterior dan anterior. Dengan demikian hipotalamus

menjadi pengendali global semua system endokrin.

Kelenjar hipofisis mempunyai dua komponen dan dua komponen ini memiliki

fungsi yang tidak sama. Komponen ini adalah adenohipifisis dan neurohipofisis.

Hipotalamus berhubungan dengan hipofisis anterior melalui pembuluh darah,

sedangkan berhubungan dengan hipofisis posterior melalui system persyarafan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari hiperpituitarisme?
2. Bagaimanakah etiologi dari hiperpituitarisme?
3. Bagaimanakah manifestasi klinis dari hiperpituitarisme?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari hiperpitutarisme?
5. Bagaimanakah Web Of Caution hiperpituitarisme?
6. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan hiperpituitarisme?

1.3 Tujuan Umum


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menjelaskan definisi dari hiperpituitarisme.
2. Dapat menjelaskan etiologi dari hiperpituitarisme.
3. Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari hiperpituitarisme.
4. Dapat menjelaskan patofisiologi dari hiperpitutarisme.

2
5. Dapat menjelaskan Web Of Caution hiperpituitarisme.
6. Dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan hiperpituitarisme.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hiperpituitarisme Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
Hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir
selalu meyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.functioning tumor
yang sering ditemukan pada hipofisi anterior adalah:
1. Prolactin-secretting tumors (tumor penyekresi prolaktin atau prolaktinoma)
2. Somatotroph tumors (hipersekresi hormon tumbuhan)
3. Capticotroph tumors (menyekresi adrenokotrofik (ACTH) (barandero Marry, 2005)

2.2 Etiologi
Hiperpituitarisme dapat menjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau
hipotalamus. Penyebabnya mencakup :
1. Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil
GH, ATCH, atau prolaktin.
2. Tidak adanya umpan balik dari kelenjar sasaran misalnya, peningkatan kadar TSH
terjadi apabila sekresi HT oleh kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.
3. Faktor keturunan adanya riwayat keluarga dengan hiperpituitarisme
4. Disfungsi hypothalamus

2.3 Manifestasi Klinik


Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan,
kaki, jari – jari,tangan, lidah, rahang, kardiomegali). Adapun tanda dan gejala lainnya
yaitu:
1. Impotensi.
2. Visus berkurang.
3. Nyeri kepala dan somnolen.
4. Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas.
5. Libido seksual menurun.
6. Kelemahan otot, kelelahan dan letargi.
7. Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur
bisa terganggu, serta tampak keseimbangan emosi.

4
8. Gangguan penglihatan sampai kebutaan total

2.4 Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel
mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya
menglami perbesaran, disebut adenoma makroskpik bila diameternya lebih dari
10mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10mm, yang terdiri
atas satu jenis sel atau beberapa jenis sel. Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas
sel-sel laktotropik (juga dikenal sebagai proklaktinomas).Tumor yang kurang umum
terjadi adalah adenoma somatopropik dan kortikotropik. Tumor yang terdiri atas sel-
sel pensekresi TSH, LH, atau FSH sangat jarang terjadi.
Proklatinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil,jinak, yang terdiri
atas sel-sel penskresi proklatin. Gejala yang khas pada kondisi ini sangat jelas pada
wanita usia reproduktif dan dimana terjadi (tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder) galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan), dan infertilitas.
Adenoma somatropik terdiri atas sel-sel yang mensekresi hormon pertumbuhan.
Gejala klinik hipersekresi horman pertumbuhan bergantung pada usia klien saat
terjadi kondisi ini. Misalnya saja pada klien prepubertas, dimana lempeng epifise
tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang – tulang
memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma
somatortopik mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran
ekstermitas (jari ,tangan,kaki), lidah, rahang dan hidung. Organ-organ dalam juga
turut membesar (mis, kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik,seperti
hiperglikema dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan
merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat
mengalami perbaikan, namun perubhan tulang tidak mengalami regresi.
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini
adalah mikroadenoma dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit
Cushing’s. ( Hotma, 1999)

5
2.5 WOC

hiperpituitarisme

MK:
Kurang informasi defisiensi
pengetahu
an

B3 B5 B6

Pertumbuhan jaringan Pertumbuhan jaringan


Rangsangan pada lunak lunak
nosiptor

Lidah membesar,rahang Pembesaran tangan dan


Pelepasan mediator menonjol kaki meyerupai bulat
kimia dan tumpul.

MK: ketidakseimbangan
Nyeri kepala dan nyeri nutrisi kurang dari MK: hambatan
sendi kebutuhan tubuh mobilitas fisik

MK: Nyeri Akut

6
2.6 Asuhan keperawatan

2.6.1 Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama,umur, jenis klemin, status perkawinan, agama, suku bangsa
alamat, diagnosa penyakit, tanggal masuk, tanggal pengkjian, nomor medikal
record.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi, nama, umur, jenis klemin, hubungan dengan klien, status perkawinan,
agama, suku bangsa, alamat
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh pasien sampai pasien atau keluarga
melakukan pengobatan.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan
dengan penyakit yang dialami.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarganya yang menderita penyakit seperti ini dan
apakah ada riwayat penyakit keturunan.

2.6.2 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis d.d sikap laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh d.d kelemhan otot
pengunyah
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kaku sendi d.d ketidaknyamanan

7
2.6.3 Remcana tindakan keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut b.d agens Setelah dilakukan asuhan - Berikan
cedera biologis d.d keperawatan 3 x 24 jam informasi
sikap laporan klien menunjukan nyeri menegenai nyeri
tentang perilaku akut dapat berkurang seperti
nyeri/perubahan dengan kriteria hasil : penyebab nyeri,
aktivitas - Nyeri yang dilaporkan berapa lama
(4) nyeri akan
- Panjangnya episode dirasakan, dan
nyeri (4) antisipasi
- Ekspresi nyeri wajah ketidaknyaman
(4) dari prosedur
- Ajarkan
penggunan
teknik non
farmakologi
(seperti
biofeedback,
TEENS
hypnosis,
relaksasi,
bimbingan
antisipatif,
terapi
panas/dingin
dan pijatan,
sebelum,
sesudah dan jika
memungkinkan,
ketika
melakukan

8
aktivitas yang
menimbulkan
nyeri atau
meningkat)
- Monitor
kepuasan pasien
terhadap
manjemen nyeri
dalam interval
yang spesifik
- Kolaborasi
dengan pasien,
orang terdekat
dan tim
kesehatan lainya
untuk memilih
dan
mengimplement
asikan tindakan
penurun nyeri
nonfarmakologi,
sesuai
kebutuhan

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Jelaskan


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan raasionalisasi
kebutuhan tubuh d.d selama 2 x 24 jam klien latihan menelan
kelemhan otot diharapkan ini pada
pengunyah ketidakseimbangan pasien/keluarga
nutrisi kurang dari - Ajari pasien
kebutuhan tubuh untuk
bertambah dengan mengungkapkan

9
kriteria hasil: kata “ahs” untuk
- Kemampuan meningkatkan
mnegunyah (4) elevasi langit-
- Refelek menelan langit halus, jika
sesuai denga memungkinkan
waktunya (4) - Monitor
- Tidak nyaman pergerakan lidah
dengan menelan pasien selama
(4) makan
- Kolaborasikan
dengan ahli
terapi wicara
untuk
menginstrusikan
pada keluarga
pasien mengenai
program
menelan

3. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan - Bantu pasien


fisik b.d kaku sendi tindakan keperawatan untuk berdiri
d.d selama 3 x 24 jam dan ambulasi
ketidaknyamanan diharapkan perawatan dengan jarak
Hambatan mobilitas fisik tertentu dan
terpenuhi dengan kriteria dengan jumlah
hasil: staf tertentu
- Gerakan sendi (4) - Intrusikan
- Berjalan (4) pasien/caregiver
- Bergerak dengan mengenai
mudah (4) pemindahan dan
teknik ambulasi
yang aman

10
- Konsultasikan
pada ahli terapi
fiisik mengenai
rencana
ambulasi, sesuai
kebutuhan.
.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hiperpituitarisme Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama Hiperpituitarisme.
Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu meyekresi
hormon sehingga sering disebut functioning tumor.

3.2 Saran

Semoga makalah ini dapat dimanfatkan sesuai dengan kebutuhan dan sarannya.
Kami selalu memuka diri untuk menerima kritik dan saran dari semua pihak yang sama –
sama bertujuan membangun makalah ini demi perbaikan dan penyempurnaan dalam
pembuatan makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek Gloria M, Dkk. 2013. Nursing Outcome Classification (NIC.) Indonesia: Elsevier

Barandero Mary, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC

Herdman, T. Heather. 2016. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2018-2020. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia:

Elsevier

Rumarhobo Hatma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

http://id.scribd.com/doc/23182686/hiperpituitarisme

http://id.scribd.com/document/363516303/woc

13
14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai