Disusun oleh :
FATIMAH
SN171068
I. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data yang dimiliki Puskesmas Kusuma Sehat , persentase
insidensi pasien dengan anemia tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 20% (persentase insidensi pasien dengan anemia
tahun 2007 sebanyak 30%, tahun 2008 sebanyak 50%). Setelah dilakukan
survey, ternyata penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan tentang
anemia.
IV. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi atau tanya jawab
V. MEDIA
1. Leaflet
VI. SETING TEMPAT
keterangan
: perawat
: pasien
: ibu pasien
: ayah pasien
2. Evaluasi Proses
a. Presentator menyampaikan materi tentang pencegahan anemia
b. Moderator memimpin jalannya diskusi.
c. Pertemuan berjalan lancar, tepat waktu dan peserta aktif dalam
berdiskusi.
d. Undangan dan kader kesehatan menanggapi positif
pelaksanaan kegiatan.
3. Evaluasi hasil
Peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan dapat memahami tentang
pentingnya mengetahui tentang omsk dan nutrisi bagi pasien post operasi
LAMPIRAN MATERI
A. Definisi
Otitis media adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar
(Otitis Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis),
dan telinga bagian dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga
tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah. (Rahajoe, 2012)
Otitis media supuratif kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan ireversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang
otitis media akut. (Hetharia dan Mulyani, 2011: 69).
Otitis media sufuratif kronis adalah perforasi membrane timpani secara
permanent, dengan atau tanpa pengeluaran pus dan kadang- kadang disertai
oleh perubahan dalam mukosa dan struktur tulang dari telinga tengah. (Ari,
2010: 65).
Klasifikasi OMSK
OMSK dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
B. Etiologi
Faktor penyebab penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara
lain :
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis otitis media supuratif kronik menurut Wong et al 2008, h.944
:
D. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Terapi OMSK
Tidak jarang memerlukan waktu lama serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini
antara lain di sebabkan oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu :
- Adanya perforasi membran timpani yang permanen sehingga
telinga tengah berhubungan dengan dunia luar.
- Terdapat sumber infeksi di laring, nasofaring, hidung dan sinus
paranasal.
- Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam
rongga mastoid.
- Gizi dan higiene yang kurang.
b. Tindakan Pembedahan
- Mastoidektomi sederhana
Operasi dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan
konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan
pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah
supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi pada operasi ini
fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
- Mastordektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Tujuan operasi ini adalah untuk
membuang semua jaringan patologis dan mencegah komplikasi ke
intrakranial.
- Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah
atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Tujuan operasi ialah
untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.
- Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan,
dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I, rekonstruksi hanya
dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk
mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe
benigna dengan perforasi yang menetap.
- Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan
yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa
ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi
ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC