Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“TERAPI SOSIALISASI”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. WIKE JULIA PUTRI (G1B117001)
2. FERA WAHYUNI (G1B117002)
3. NOVA RIZKILIANA (G1B117013)
4. AULIA MAHESA (G1B117014)
5. SRI GUSTINI (G1B117015)
6. TITI DWI ELFINA (G1B117016)
7. NOPI DESPIA MANDALA (G1B117026)
8. ANGGELLIA JOPA SARI (G1B117027)
9. M.ALVIN ABDILLAH (G1B117028)
10. SABRI YUNUS (G1B117029)
11. NURMALIZA ULFA (G1B117032)
12. JONI JEMI ULLO (G1B117033)

DOSEN PENGAMPU : Ns.YULIANA.M.Kep

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2020
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................... i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

Satuan Acara Penyuluhan................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Tujuan................................................................................................... 2

C. Metode.................................................................................................. 3

D. Media Dan Alat..................................................................................... 3

E. Materi.................................................................................................... 3

F. Pengorganisasian................................................................................... 3

G. Setting Tempat...................................................................................... 4

H. Kegiatan Penyuluhan............................................................................ 5

I. Evaluasi.................................................................................................. 6

Materi Penyuluhan............................................................................................ 7

A. Pengertian Terapi Kognitif................................................................... 7

B. Tujuan Terapi Kognitif......................................................................... 7

C. Indikasi Terapi Kognitif........................................................................ 9

DTeknik Terapi Kognitif........................................................................... 9

E. Langkah-Langkah Terapi Kognitif....................................................... 10

F. Strategi Terapi Kognitif......................................................................... 11

ii
G. Terapi Kognitif dengan Tebak Gambar................................................ 11

H. Manfaat Kegiatan tebak Gambar.......................................................... 11

Daftar Pustaka................................................................................................... 12

iii
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Terapi Aktifitas Kelompok (Terapi Sosialisasi)
Sub Pokok Bahasan : Perkenalan diri
Tempat : Panti Sosial Tresna Werdha Jambi
Hari/Tanggal : Jum’at, 18 September 2020
Waktu : 13.00 – 13.30 WIB
Sasaran : Kelompok Lansia

A. Latar Belakang
Kelompok merupakan kumpulan individu yang mempunyai hubungan
satu dengan yang lain, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama
(Stuart and Sundeen, 1991). Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas
tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota kelompok
untuk saling bertukar pengalaman yang dialami sepanjang hidup. Dengan
demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah berbagi cerita dan
pengalaman dengan orang lain.
Lansia-lansia yang menjadi penghuni wisma di Panti Sosial Tresna
Werdha juga merupakan kelompok yang tidak lepas dari adanya interaksi antara
anggotanya. Sehingga mereka perlu untuk saling berbagi pengalaman. Dengan
kegiatan stimulasi persepsi ini anggota akan belajar untuk mengambil pelajaran
dari pengalaman orang lain dan belajar berkomunikasi untuk menyamakan
persepsi.
Wisma talang terdiri dari 7 orang lansia yang berasal dari berbagai suku.
Wisma ini terdiri dari 5 kamar dengan penghuni masing-masing berjumlah 2
orang per kamar. Kelompok merasa perlu dilakukan karena lansia yang jarang
berkumpul dan bersosialisasi seperti makan bersama dan ada lansia yang belum
begitu kenal dengan penghuni lainnya karena baru tinggal 2 minggu di wisma
tersebut. Kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk merangsang

1
(stimulasi) pengalaman, seperti membantu individu untuk saling mengenal
dengan baik sesama anggota dan berdiskusi dengan sesama anggota kelompok.
Untuk itu dirasa perlu dilakukan terapi aktifitas kelompok di wisma Talang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Lansia
mampu bersosialisasi dengan sesama penghuni wisma melalui seni atau
aktivitas lain yang disukai.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta dapat :
a. Menciptakan hubungan sosialisasi antar sesama penghuni wisma Talang

b. Membina hubungan saling percaya dengan terapis dan teman-temannya

c. Lansia dapat menampilkan bakat seninya dan menciptakan hiburan/

rekreasi.

C. Metode
1. ceramah
2. diskusi dan Tanya jawab
D. Media dan Alat
1. Speaker
2. botol

E. Materi : Terlampir

F. Pengorganisasian
1. Moderator : Titi Dwi Elfina

2
Uraian tugas :
a. Bertanggung jawab dalam kelancaran diskusi pada TAK
b. Memperkenalkan anggota kelompok dan pembimbing
c. Menyampaikan kontrak waktu
d. Mengelola jalannya acara dan semua peserta sesuai kontrak
e. Mengarahkan diskusi pada hal yang terkait pada tujuan diskusi

2. Penyaji : Nurmaliza Ulfa


Uraian tugas :
a. Bertangung jawab memberikan TAK
b. Memahami topik TAK
c. Menjelaskan tentang penyakit sesuai bahasa yang dipahami peserta
d. Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif peserta

3. Observer :
Uraian tugas : Wike Julia Putri
a. Mencatat kegiatan TAK yang akan dilakukan dari awal hingga akhir
b. Mengamati jalannya kegiatan TAK
c. Membuat laporan evaluasi TAK dengan merujuk ke SAP

4. Fasilitator : Aulia Mahesa, Joni Jemi Ullo, M.Alvin Abdillah, Sabri


Yunus, Sri Gustini, Nova Rizkiliana, Nopi Despia Mandala, Angellia
Jopa Sari, Fera Wahyuni
Uraian tugas :
a. Mengawasi langsung pengisian di awal acara hingga akhir.
b. Memotivasi peserta untuk aktif berperan dalam kegiatan, baik dalam
kegiatan.

3
G. Setting Tempat

Keterangan:

= Moderator = Fasilitator

= Penyaji = Pembimbing

= Audience/peserta = Observer

H. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan pengajar Kegiatan peserta


1. 5 menit Pembukaan
1. Mengucapkan salam Memperhatikan
2. Memperkenalkan anggota kelompok dan
pembimbing
3. Menjelaskan topik TAK
4. Menjelaskan tujuan TAK
5. Membuat kontrak waktu dan meminta
kerja sama dengan audiens
2. 20 menit Pelaksanaan

4
1. Menjelaskan pengertian terapi kognitif Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan terapi kognitif memperhatikan
3. Menjelaskan indikasi terapi kognitif
4. Menjelaskan teknik terapi kognitif
5. Menjelaskan langkah - langkah
melakukan terapi kognitif Mengajukan pertanyaan
6. Menjelaskan tentang strategi pendekatan
7. Menjelaskan tentang terapi kognitif Mendengarkan
dengan tebak gambar
3. 5 menit Penutup
1. Mengevaluasi atau menanyakan kembali Menjawab pertanyaan
materi yang telah disampaikan pada
peserta
2. Menyimpulkan kembali materi yang Memperhatikan
telah disampaikan
3. Memberi salam penutup Menjawab salam

I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir ditempat kegiatan TAK
b. Penyelenggaraan TAK dilaksanakan di PSTW
c. Pengorganisasian penyelenggaraan TAK dilakukan sebelumnya

2. Evaluasi proses
a. Peserta tampak antusias terhadap TAK
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat TAK
c. Peserta aktif dalam kegiatan TAK
3. Evaluasi hasil
a. Peserta mampu menyebutkan pengertian terapi kognitif

5
b. Peserta mampu menyebutkan tujuan terapi kognitif
c. Peserta mampu menyebutkan indikasi terapi kognitif
d. Peserta mampu menyebutkan teknik terapi kognitif
e. Peserta mampu menyebutkan terapi kognitif dengan tebak gambar

MATERI
TERAPI KOGNITIF : TEBAK GAMBAR PADA LANSIA
A. Pengertian Terapi Kognitif
Kognisi adalah suatu tindakan atau proses memahami. Terapi kognitif
menjelaskan bahwa bukan suatu peristiwa yang menyebabkan kecemasan dan
tanggapan maladaptif melainkan harapan masyarakat, penilaian, dan interpretasi
dari setiap peristiwa ini. Sugesti bahwa perilaku maladaptif dapat diubah oleh
berhubungan langsung dengan pikiran dan keyakinan orang (Stuart, 2009).
Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek terstruktur berorientasi
terhadap masalah saat ini dan bersifat individu. Terapi kognitif adalah terapi
yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif dan berjangkan
waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian,
misalnya ansietas atau depresi (Singgih, 2007).

6
B. Tujuan Terapi Kognitif
Menurut Setyoadi, dkk (2011) beberapa mekanisme koping dengan
menggunakan terapi kognitif adalah sebagai berikut:
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang
keakuratan kognisi negative klien. Selain itu, juga untuk memperkuat
persepsi yang lebih akurat dan mendorong perilaku yang dirancang untuk
mengatasi gejala depresi. Dalam beberapa penelitian, terapi ini sama
efektifnya dengan terapi depresan.
2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien
mengubah cara berpikir atau mengembangkan pola piker yang rasional.
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang
maladaptive, pikiran yang mengannggu secara otomatis, serta proses pikir
tidak logis yang dibesar-besarkan. Berfokus pada pikiran individu yang
menentukan sifat fungsionalnya.
5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan. Tanda dan
gejala depresi dihilangkan melalui usaha yang sistematis yaitu mengubah
cara berpikir maladaptive dan otomatis. Dasar pendekatannya adalah suatu
asumsi bahwa kepercayaan-kepercayaan yang mengalami distorsi tentang
diri sendiri, dunia, dan masa depan yang dapat menyebabkan depresi. Klien
menyadari kesalahan cara berpikirnya. Kemudian klien harus belajar cara
merespon kesalahan tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dengan
perspektif kognitif, klien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-
pikiran dan harapan-harapan negative. Cara lain adalah dengan membantun
klien mengidentifikasi kondisi negative, mencari alternative, membuat
skema yang sudah ada menjadi lebih fleksibel, dan mencari kognisi perilaku
baru yang lebih adaptif.
6. Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang menyebabkan
dan mempertahankan panik atau kecemasan. Dilakukan dengan cara

7
penyuluhan klien, restrukrisasi jognitif, pernapasan rileksasi terkendali,
umpan balik biologis, mempertanyakan bukti, memeriksa alternative,
dan reframing.
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku
gangguan obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah responsnya.
Misalnya dengan cara pelimpahan atau pencegahan respons,
mengidentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi kognitif melalui
psikoedukasi.
8. Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk hirarki
situasi fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya
sambil tetap mempertahankan respons rileksasi misalnya dengan cara
desensitisasi sistematis. Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah
persepsi klien terhadap situasi yang ditakutinya.
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil
bertahan hidup dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara
restrukturisasi kognitif.
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan
yang salah.
11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik
untuk meningkatkan aktivitas sosialnnya.
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal.

C. Indikasi Terapi Kognitif


Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi
psikiatri yang lazim, terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang).8
2. Gangguan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan.
3. Indiividu yang mengalami stress emosional.

8
4. Gangguan obsesif kompulsif (obsesessive compulsive disorder) yang sering
terjadi pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan
antidepresan – jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi
terisolasi sering terjadi.
5. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik).
6. Gangguan stress pascatrauma (post traumatic stress disorder).
7. Gangguan makan (anoreksia nervosa).
8. Gangguan mood.
9. Gangguan psikoseksual
10. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya.

D. Teknik terapi kognitif


menurut Setyoadi, dkk (2011) teknik yang digunakan dalam melakukan terapi
kognitif adalah sebagai berikut:
1. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan
keyakinan yang menyebabkan khawatir.
2. Menggunakan teknik pertanyaan Socratic  yaitu meminta klien untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menegaskan pikiran negative yang
merendahkan dirinya sendiri. Dengan demikian, klien mulai melihat bahwa
asumsi tersebut tidak logis dan tidak rasional.
3. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realities mengenai diri sendiri, nilai
diri dan dunia. Dengan demikian, klien membentuk nilai dan keyakinan
baru, dan distress enmosional menjadi hilang.

E. Langkah-Langkah Melakukan Terapi Kognitif


Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif dipraktikan diluar sesi terapi dan
menjadi modal utama dalam mengubah gejala. Terapi berlangsung lebih kurang
12-16 sesi yang terdiri atas:
1. Fase awal (sesi 1-4)

9
a. Membentuk hubungan terapeutik dengan klien.
b. Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah serta
pengaruhnyan terhadap emosi dan fisik.
c. Menentukan tujuan terapi.
d. Mengajarkan klien untuk mengevaluasi pikiran-pikirn yang otomatis.
2. Fase pertegahan (sesi 5-12)
a. Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah.
b. Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien diminta
mempraktikan keterampilann berespons terhadap hal-hal yang
menimbulkan depresi dan memodifikasinya.
3. Fase akhir (13-16)
a. Menyiapkan klien untuk terminasi dan memprediksi situasi beresiko
tinggi yang relevan untuk terjadinya kekambuhan.
b. Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri.

F. Strategi Pendekatan
Menurut Setyoadi, dkk (2011) strategi pendekatan terapi kognitif antara lain:
1. Menghilangkan pikiran otomatis.
2. Menguji pikiran otomatis.
3. Mengidentifikasi asumsi maladaptive.
4. Menguji validitas asumsi maladaptive.

G. Terapi kognitif dengan tebak gambar


Tebak Gambar adalah permainan asah otak ringan, menguji imajinasi Logika
dan Nalar. Tebak Gambar adalah salah satu bentuk permainan  Dimana dari hasil
permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang dilakukannya sehingga
permainanan, dapat mengurangi kejenuhan dan dapat menilai kemampuan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta sosialisasi sesuai dengan

10
tingkat usianya. Tebak Gambar adalah suatu kegiatan di mana seseorang atau
individu diminta untuk menebak atau menyebutkan apa yang nama benda yang
telah digambar oleh orang lain. (Supartini, 2010)

H. Manfaat kegiatan tebak gambar


1. Memperlambat kepikunan.
2. Menghilangkan stres.
3. Meningkatkan konsentrasi.
4. Membuat emosi lebih tenang.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.


Setyoadi, dkk. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika.
Singgih D. G. dan Gunarsa, S. D. 2007. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta:PT.
BPK. Gunung Mulia.
Stuart, G.W. (2009). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby

11
Supartini. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share Untuk
Meningkatan Keakfitan Dan Motivasi Belajar. Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Surakarta

12

Anda mungkin juga menyukai