Anda di halaman 1dari 20

LOGBOOK TUTOR KASUS 2

BLOK KEPERAWATAN GERONTIK

“ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT GOUT PADA LANSIA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : NURMALIZA ULFA


NIM : G1B117032

DOSEN PEMBIMBING : Ns. LURI MEKEAMA,S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2020/2021
NAMA : NURMALIZA ULFA

NIM : G1B117032

LOGBOOK TUTOR KASUS 2 BLOK KEPERAWATAN GERONTIK

SKENARIO 2

Ny. Sarmi (64 tahun) dirawat di ruang perawatan geriatri sebuah RS dengan
diagnosa medis Gout. Ny. Sarmi megeluh nyeri pada sendi terutama kaki dengan
skala 6, terasa nyeri terutama malam hari. Mengalami kaku sendi, sehingga Ny.sarmi
mengalami keterbatasan aktivitas. Ny. Sarmi mengalami insomnia dalam seminggu
ini karena beberapa beban fikirannya, cemas dengan kondisinya karena semakin hari
semakin memburuk. setiap hari pasien murung dan takut dengan kondisinya. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 83 x/menit,
frekuensi napas x/20menit, suhu 37,5 C, tampak adanya pembengkakan pada
persendian karpal kaki, dan kemerah merahan dengan palpasi terdapat nyeri tekan,
dan klien meringis kesakitan.
a. Dari kasus diatas jelaskan perubahan yang sedang dialami Ny. Sarmi karena
proses menua
b. Buatlah Asuhan keperawatan yang tepat pada Ny. Sarmi (pengkajian, Analisa
data, diagnosis keperawatan dan intervensi)

STEP V (LEARNING OBJECTIVE)


1. Perubahan yang sedang di alami ny.sarmin adalah Perubahan Fisik terutama pada
system musculoskeletal seperti di kasus dijelaskan bahwa Ny. Sarmi megeluh
nyeri pada sendi terutama kaki dengan skala 6, terasa nyeri terutama malam hari.
Dan juga ny.sarmin mengalami perubahan psikososial seperti merasa cemas dan
takut dengan kondisinya yang semakin hari semakin memburuk serta terjadinya
penurunan kemampuan fisik dan aktivitas fisik yang terbatas karena Ny Sarmi
mengalami kaku sendi.
FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN
Hari/ Tgl : Kamis, 10 September 2020
Jam : 08.00 WIB
Nama Mahasiswa : Nurmaliza Ulfa
1. Identitas
a. Nama : Ny. Sarmi
b. Tempat /tgl lahir : Tidak terkaji
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Tidak terkaji
e. Agama : Tidak terkaji
f. Suku : Tidak terkaji

2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi


a. Pekerjaan saat ini : Tidak terkaji
b. Pekerjaan sebelumnya :-
c. Sumber pendapatan :-
d. Kecukupan pendapatan :-

3. Lingkungan tempat tinggal


Kebersihan dan kerapihan ruangan, Penerangan, Sirkulasi udara, Keadaan kamar
mandi & WC, Pembuangan air kotor, Sumber air minum, pembuangan sampah,
sumber pencemaran, Privasi, Risiko injuri : Tidak terkaji
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir :
Ny. Sarmi megeluh nyeri pada sendi terutama kaki dengan skala 6, terasa
nyeri terutama malam hari. Mengalami kaku sendi, sehingga Ny. Sarmi
mengalami keterbatasan aktivitas. Ny. Sarmi juga mengalami insomnia
dalam seminggu ini karena beberapa beban fikirannya, cemas dengan
kondisinya karena semakin hari semakin memburuk dan setiap hari pasien
murung dan takut dengan kondisinya
2) Gejala yang dirasakan :
Nyeri pada sendi terutama kaki pada malam hari, mengalami kaku sendi,
tampak adanya pembengkakan pada persendian karpal kaki, dan kemerah
merahan.
3) Faktor pencetus : Tidak terkaji
4) Timbulnya keluhan : Tidak terkaji
5) Upaya mengatasi : Pergi ke RS
6) Lain-lain…..

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


1) Penyakit yang pernah diderita : Tidak terkaji
2) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu dll) : Tidak terkaji
3) Riwayat kecelakaan : Tidak terkaji
4) Riwayat pernah dirawat di RS : Tidak terkaji
5) Riwayat pemakaian obat : Tidak terkaji

5. Pola Fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan : Tidak terkaji
b. Nutrisi metabolik : Tidak terkaji
c. Eliminasi : Tidak terkaji
BAK : -
BAB : -
d. Aktifitas Pola Latihan : Ny. Sarmi mengalami kaku sendi, sehingga Ny.sarmi
mengalami keterbatasan aktivitas.
e. Pola istirahat tidur : Ny. Sarmi mengalami insomnia dalam seminggu ini
karena beberapa beban fikirannya, cemas dengan kondisinya karena semakin
hari semakin memburuk.
f. Pola Kognitif Persepsi : Tidak terkaji
g. Persepsi diri-Pola konsep diri : Tidak terkaji
h. Pola Peran - Hubungan : Tidak terkaji
i. Koping - Pola Toleransi Stress : Ny. Sarmi memiliki beberapa beban fikiran
yaitu cemas dan takut dengan kondisinya karena semakin hari semakin
memburuk.
j. Nilai - Pola Keyakinan : Tidak terkaji

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Compos mentis
b. TTV
TD : 130/80 mmHg Nadi : 83 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 37,5 C
c. BB/TB : Tidak terkaji
d. Kepala : Tidak terkaji
Rambut : -
Mata : -
Telinga : -
Mulut, gigi dan bibir : -
e. Dada : Tidak terkaji
f. Abdomen : - Tidak terkaji
g. Kulit : Tidak terkaji
h. Ekstremitas Atas : Tidak terkaji
i. Ekstremitas bawah : Tampak adanya pembengkakan pada persendian karpal
kaki, dan kemerah merahan dengan palpasi terdapat nyeri tekan.

7. Pengkajian Khusus
a. Fungsi kognitif SPMSQ : Tidak terkaji
b. Status fungsional (Katz Indeks ) : Tidak terkaji
c. MMSE : Tidak terkaji
d. APGAR keluarga : Tidak terkaji
e. Skala Depresi : Tidak terkaji
f. Screening Fall : Tidak terkaji
g. Skala Norton : Tidak terkaji
B. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem


1. Ds : Agen cidera Nyeri Akut
Ny. Sarmi mengatakan nyeri pada biologis
sendi terutama pada kaki, terasa (pembengkakan
nyeri terutama pada malam hari sendi)
DO :
- Tampak adanya pembengkakan
pada persendian karpal kaki, dan
kemerah merahan
- Terdapat nyeri tekan saat
dipalpasi
- Ny. Sarmi tampak meringis
kesakitan.
- Skala nyeri 6
2. DS : Nyeri Persendian Hambatan
Ny. Sarmi mengatakan nyeri pada Mobilitas Fisik
sendi terutama pada kaki, terasa
nyeri terutama pada malam hari.

DO :
- Ny. Sarmi mengalami kaku
sendi dan keterbatasan aktivitas.
- Tampak adanya pembengkakan
pada persendian karpal kaki, dan
kemerah merahan
- Terdapat nyeri tekan saat
dipalpasi
- Ny. Sarmi tampak meringis
kesakitan.
- Skala nyeri 6
3. DS : Perubahan Ansietas
Ny. Sarmi mengatakan mengalami Dalam Status
insomnia dalam seminggu ini Kesehatan
karena beberapa beban fikirannya,
seperti cemas dengan kondisinya
yang semakin hari semakin
memburuk.

DO :
- Ny. Sarmi tampak cemas
- Setiap hari Ny. Sarmi murung
dan takut dengan kondisinya.

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (pembengkakan sendi).
2. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
3. Ansietas berhubungan perubahan dalam status kesehatan.

D. INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah 1. Observasi TTV dan tingkat nyeri
berhubungan dilakukan pasien.
asuhan
dengan agen 2. Ajarkan pasien tertarik relaksasi
keperawatan
cidera biologis selama 1x24jam nafas dalam
(pembengkakan nyeri pasien 3. Edukasi pasien dan keluarga
berkurang
sendi). untuk membatasi pengunjung
dengan kriteria
hasil : 4. kolaborasi dengan dokter
1. TTV dalam pemberian analgetik
batas normal
2. Nyeri
berkurang dari
skala 6
3. wajah rileks
2. Hambatan Setelah 1. Observasi kemampuan pasien
Mobilitas fisik dilakukan dalam beraktifitas
berhubungan asuhan 2. Lakukan ROM
dengan nyeri keperawatan 3. Edukasi keluarga untuk
persendian. selama 2x24 jam mendampingi aktifitas pasien
tidak terjadi 4. kolaborasi dengan keluarga
hambatan
mobilitas fisik
3. Ansietas Setelah 1. Bina hubungan saling percaya
berhubungan dilakukan antara perawat dan pasien.
perubahan asuhan 2. Kaji ansietas yang dialami
dalam status keperawatan pasien.
kesehatan. selama 2x24 jam 3. Berikan penjelasan kepada
Klien mampu pasien dan keluarganya tentang
menggambarkan penyakit yang dialami paasien.
kecemasan pola 4. Berikan informasi serta
kopingnya bimbingan antisipasi tentang
sendiri. segala bentuk kemungkinan
yang akan terjadi di masa yang
akan dating.
5. Ajarkan teknik relaksasi diri dan
pengendalian perasaan negative
atas segala hal yang dirasakan
klien.
6. Intruksikan agar dapat
melaporkan atau memberi tahu
perawat dan keluarga apabila
kecemasannya mun cul yang
tidak dapat dikontrol.
7. Berikan dukungan kepada
pasien agar dapat membantu
mengurangi ansietas.
8. Kolaborasi pemberian obat jenis
anti depresan apabila klien
benar-benar tidak mampu
mengendalikan dirinya.
STEP VI (KONSEP TEORI)

PENYAKIT GOUT PADA LANSIA


Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi
sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,
sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006). WHO (1999) menjelaskan
batasan lansia adalah sebagai berikut : 1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74
tahun, 2) Usia tua (old) :75-90 tahun, 3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90
tahun. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu: 1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun, 2) Usia lanjut
yaitu usia 60 tahun ke atas. 3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau
usia 60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

A. Pengertian Gout
Gout adalah penyakit metabolic yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang dan sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian
atas, pergelangan dan kaki bagian tengah (Merkie, Carrie, 2005). Gout merupakan
kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic pada
metabolisme purin atau hiperuricemia ( Brunner & Suddarth, 2001 : 1810 ). Gout
merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang
menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407). Artritis pirai (gout)
merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit Kristal asam urat di daerah
persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut.
Jadi, Gout atau sering disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana
tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat
yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

B. Klasifikasi
1. Gout primer, Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat
2. Gout sekunder, Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau
ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian
obat tertentu.

C. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan
Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic dalam
pembentukan purin dan eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa faktor
lain yang mendukung seperti :
a. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan asam
urat berlebihan ( Hiperuricemia), retensi asam urat atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
1) Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
2) Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol.
c. Pembentukan asam urat yang berlebih :
1) Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
2) Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karena penyakit lain seperti leukemia.
d. Kurang asam urat melalui ginjal
e. Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal ginjal yang
sehat.
f. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya
glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. 95% penderita gout ditemukan
pada pria. Gout sering menyerang wanita pada post menopause usia 50 – 60
tahun. Juga dapat menyerang laki – laki usia pubertas dan atau usia diatas 30
tahun. Penyakit ini paling sering mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki,
sendi lutut dan pergelangan kaki.

D. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang tidak adekuat
akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(hiperuricemia), sehingga mengakibatkan Kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan
responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
1) Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
2) Menurunnya eksresi asam urat.
3) Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam – garam urat
yang berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif diseluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal memicu respon inflamasi akut dan
netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat dalam darah.
Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan, sebagai berikut :
1) Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di rawan,
sonovium, janringan para – artikuler misalnya bursa, tendon dan selaputnya.
Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai
macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk
berespon terhadap pembentukan Kristal.
2) Respon leukosit polimorfonukuler (PMN). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN dan
selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.

E. PATHWAY
F. Manifestasi Klinis
Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak
diobati, antara lain :
1) Hiperuricemia asimtomatik
2) Arthritis gout akut
3) Tahap interkritis
4) Gout kronik
Gout akut berupa :
1) Nyeri hebat
2) Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
3) Sakit kepala
4) Demam
Gangguan kronik berupa :
1) Serangan akut
2) Hiperurisemia yang tidak diobati
3) Terdapat nyeri dan pegal
4) Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium asam urat dalam jaringan)

G. Komplikasi
1) Deformitas (perubahan bentuk) sendi yang terjadi akibat serangan berulang
yang akhirnya merusak kartilago artikuler (Tulang yang berada pada sekitar
sendi).
2) Batu ginjal
3) Gagal ginjal kronis
4) Hipertensi

H. Diagnosis Penyakit Asam Urat


Untuk memastikan apakah gejala tertentu merupakan indikasi penyakit asam
urat atau bukan, dokter akan melakukan beberapa langkah diagnosis. Dokter
mungkin akan melakukan beberapa hal, seperti menanyakan riwayat penyakit
pasien, seberapa sering gejala muncul, dan memeriksa lokasi sendi yang sakit.
Terdapat juga pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan untuk memastikan
diagnosis, antara lain: 

1) Tes Darah. Tes ini ditujukan untuk mengukur kadar asam urat dan kreatinin
dalam darah. Mereka yang mengidap asam urat memiliki kreatinin hingga 7
mg/dL. Namun, tes ini tidak selalu memastikan penyakit asam urat, karena
beberapa orang diketahui memiliki kadar asam urat tinggi, tetapi tidak
menderita penyakit asam urat.

2) Tes Urine 24 jam. Prosedur ini dilakukan dengan memeriksa kadar asam urat
dalam urine yang dikeluarkan pasien selama 24 jam terakhir.

3) Tes cairan sendi. Prosedur ini akan mengambil cairan sinovial pada sendi yang
terasa sakit, kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop.

4) Tes Pencitraan. Pemeriksaan foto Rontgen akan dilakukan guna mengetahui


penyebab radang pada sendi. Sementara itu, USG juga bisa dilakukan untuk
mendeteksi kristal asam urat pada sendi.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
1. Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0
mg (dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
b. Terapi farmakologi (analgetik dan antipiretik)
c. Colchines (oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
d. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
e. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
f. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat
akumulasi asam urat.
g. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang
tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat
dengan Allopurinol 100 mg 2x/hari.
2. Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung
purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan
herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat
badan.
c. Anjurkan asupan tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak
e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
f. Hindari penggunaan alkohol.

J. Pencegahan Penyakit Asam Urat 


1) Menghindari Makanan memiliki zat Purin Tinggi.
2) Perbanyak Minum Air Putih.
3) Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
4) Minum Kopi Secukupnya. 
5) Konsumsi Buah yang memiliki Antioksidan Tinggi. 
6) Menghindari obesitas
7) Rutin berolahraga

K. Penyebab Radang Sendi Pada Lansia


Berdasarkan penyebabnya, radang sendi pada lansia dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1) Rheumatoid arthritis, yaitu radang sendi yang disebabkan oleh penyakit
autoimun. Penyakit autoimun akan membuat sel-sel dalam tubuh yang sehat
menyerang sel sehat yang lainnya.

2) Osteoarthritis, yaitu radang sendi yang disebabkan oleh penipisan atau adanya
kerusakan pada tulang rawan. Jika terjadi, kondisi tersebut akan menyebabkan
gesekan antar tulang.

3) Reactive arthritis  atau sindrom Reiter, yaitu radang sendi yang disebabkan


oleh reaksi peradangan, karena adanya infeksi di bagian tubuh yang lain.
Biasanya, kondisi ini dipicu oleh adanya infeksi di saluran kemih.

4) Gout arthritis, yaitu radang sendi yang disebabkan oleh penumpukan kristal


asam urat dalam sendi. Selain pada lansia, kondisi ini rentan dialami oleh pria.

5) Septic arthritis atau infectious arthritis, yaitu radang sendi yang disebabkan


oleh adanya infeksi virus, jamur, atau bakteri pada daerah persendian.

L. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia berdasarkan Kasus


1. Perubahan Psikososial
a) Penurunan kemampuan fisik
b) Duka cita
c) Depresi
d) Gangguan cemas
e) Penurunan/keterbatasan aktivitas
2. Perubahan fisik
a) System Muskuloskeletal : nyeri sendi

DAFTAR PUSTAKA
1) Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

2) Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.

3) Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.

4) Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

5) Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


Cet. 1. Jakarta : EGC.

6) Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3 ; Cet.


1. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai