2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah infark miokard dan kanker
serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia. Dampak stroke tidak hanya
dirasakan oleh penderita, namun juga oleh keluarga dan masyarakat disekitarnya.
Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke tahun 2011.
Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia.Diperkirakan jumlah stroke
iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada. Penyakit darah tinggi atau hipertensi
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke
mencapai 8,3 per 1000 penduduk, 60,7 persennya disebabkan oleh stroke non
kelumpuhan total atau sebagian. Hanya 15 % saja yang dapat sembuh total dari
serangan stroke atau kecacatan (Nasution, 2013; Halim dkk., 2013). Dinas Kesehatan
Jawa Tengah menunjukkan bahwa pravalensi stroke non hemoragik di Jawa Tengah
tahun 2014 adalah 0,05% lebih tinggi dibandingkan dengan angka tahun 2013 sebesar
0,03%. Sedangkan pada tahun 2014 di RSUD Sukoharjo saja terdapat kasus stroke
dan stres. Pada kenyataannya, banyak klien yang datang ke rumah sakit dalam
keadaan kesadaran yang sudah jauh menurun dan stroke merupakan penyakit yang
memerlukan perawatan dan penanganan yang cukup lama. Oleh karena itu peran
perawat sangat penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke non
hemoragik, serta diharapkan tidak hanya fokus terhadap keadaan fisiknya saja tetapi
B. Tujuan
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
serebrovaskuler yang mengacu kepada gangguan suplai darah otak secara mendadak
sebagai akibat dari oklusi pembuluh darah parsial atau total, atau akibat pecahnya
Stroke merupakan gangguan mendadak pada sirkulasi serebral di satu pembuluh darah
atau lebih yang mensuplai otak.Stroke menginterupsi atau mengurangi suplai oksigen dan
umumnya menyebabkan kerusakan serius atau nekrosis di jaringan otak (Williams, 2018).
Menurut Price, (2016) stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan sirkulasi
cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh misalnya
trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan arteritis yang
mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otak menurun
Sedangkan menurut Padila, (2012) Stroke Non Haemoragik adalah cedera otak yang
berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri
cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh.
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2018).
B. KLASIFIKASI
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas dan
menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak berlangsung
lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3 minggu
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran
darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
4. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran
darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa jam
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan
peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas menurut Tarwoto dkk, (2007) Stroke iskemik (Stroke Non
karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri media. Permulaan gejala sering
cepat,lambat laun atau secara bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam
beberapa jam, kadang-kadang dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak
terganggu dan ada kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau
bulan.
2. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli yang pada
umunya berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat mendadak berkembang
sangat cepat, kesadaran biasanya tidak terganggu, kemungkinan juga disertai emboli
pada organ dan ada kecenderungan untuk membaik dalam beberapa hari, minggu atau
bulan.
C. TANDA GEJALA
Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita umumnya dikelompokan atas 4
macam :
1) Gangguan neurologis.
2) Gangguan psikologis.
3) Keadaan kebingungan.
4) Reaksi depresif.
D. PATOFISIOLOGI
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.Luasnya
infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh daralidan
adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan
lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pad-a otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah.Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area.Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif.Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat .menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan
yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus,
yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit.
Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat terjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung (Muttaqin, 2018).
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
serta gangguan drainase otak. Elernen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade
iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari 60 cc
maka risiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan
lobar. Sedangkan jika terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%, namun volume darah 5 cc dan terdapat
sebagai berikut :
1. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
2. Lumbal pungsi: Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
3. CT scan.: Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
karotis).
6. EEG: Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
Pemeriksaan Laboratorium:
1. Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
3. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat
4. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
F. PENATALAKSANAAN
G. Prognosis / Komplikasi
d. Hidrocephalus Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien,
keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
b. Keluhan utama
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
f. Pengkajian psikososiospiritual
digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
g. Pemeriksaan Fisik
dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan
1) B1 (Breathing)
yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran
koma.
tambahan.
2) B2 (Blood)
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg).
3) B3 (Brain)
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel)
menurun, mual muntah pada fase akut.Mual sampai muntah disebabkan oleh
6) B6 (Bone)
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan
dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada
salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien
kekurangan 02 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka
turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran
9) Status Mental
dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status
didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan
atau bahasa tertulis.Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis
mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak
X11.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
2) Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial) sering
terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
6) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan
7) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
mulut.
10) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta
bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu
j. Diagnosa keperawatan
bicara
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Perfusi Tujuan (NOC) : Intervensi (NIC)
cerebral tidak jaringan dapat 1. Pantau TTV tiap jam dan darah sistemik yang
pasif atelektasis
terjadinya komplikasi
2 Ketidakseimba Tujuan (NOC) : Intevensi (NIC) :
2. Meminta bantuan
untuk beraktivitas
mobilisasi jika
diperlukan.
3. Menyangga BAB
4. Menggunakan
efektif.
4 Risiko kerusakan Tujuan (NOC) : 1) Anjurkan pasien untuk 1. Kulit bisa lembap dan
integritas kulit b.d Tissue Integrity : menggunakan pakaian mungkin merasa tidak
factor risiko : Skin and Mucous yang longgar dapat beristirahat atau
n (sensasi,
5) Monitor kulit akan adanya infeksi
Tidak 7) Kolaborasi
ada pemberian terjadinya infeksi kulit
n 7. Menurunkan risiko
dalam proses
perbaikan
kulit dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit dan
mempertahan
kan
kelembaban
kulit dan
perawatan
alami
5 Gangguan Tujuan (NOC): Intervensi (NIC) :
6. Mengetahui
perkembangan
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Klien ditemukan oleh keluarga dalam kondisi tidak sadar dan muntah di tempat
tidur. Kemudian klien dibawa ke RSUD Purwodadi selama 1 hari. Karena tidak
ada perubahan, maka oleh keluarga klien dipindahkan ke RSUP Dr. Kariadi
Semarang dengan keluhan lemas separuh badan kanan, sulit diajak
berkomunikasi, dan mengalami penurunan kesadaran, GCS: E2 M5 V afasia.
Sebelum dilakukan pengkajian di Unit Stroke pada tanggal 06 Juli 2009 pada Tn.
A telah dilakukan tindakan di UGD yaitu diberikan infus RL 20 tpm, terapi oksigen
tambahan 3L/menit, pemeriksaan EKG ( hasilnya sinus takikardia), CT-scan, dan
fotothoraks. Terapi injeksi dan oral dilanjutkan di dalam ruang Unit Stroke.
Keluarga mengatakan klien belum pernah mengalami stroke sebelumnya, klien
mempunyai riwayat hipertensi yang tidak terkontrol. Klien tidak memiliki riwayat
DM, jantung dan asma.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan interupsi aliran darah :
hemoragik serebral ditandai dengan GCS E4 M5 Vafasia, Tingkat kesadaran apatis
Kekuatan otot ekstremitas superior ka=ki 0/5, ekstremitas inferior ka=ki 0/5,
Hemiplegi ektremitas dextra, Capillary refill > 2dtk, CT Scan kepala tanpa kontras
adalah Tampak perdarahan pada pedunkules cerebri kiri, mesencephalon kiri dan
thalamus kiri tetapi densitas dan volumenya berkurang, Udem perifokal lebih luas,
Efek massa masih tampak.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Klien dapat makan dan minum Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya,
secara mandiri. gunakan papan kaki selama periode paralisi
flaksid. Pertahankan posisi kepala netral.
Klien dapat melakukan ROM aktif
sesuai dengan Tempatkan bantal dibawah aksila untuk
kemampuannya. melakukan abduksi pada tangan.
Kolaborasi
BAB IV
Pembahasan
Dalam bab ini berisi tentang analisa teori dengan kasus stroke non
A. Pengkajian
Pada tahap ini dengan berbagai cara untuk memperoleh data. Data
2. Pemeriksaan
Ekstremitas
2. Pemeriksaan
B. Diagnosa Keperawatan
hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh), yang ditandai dengan
diambil dari batasan karakteristik yang muncul pada tanda gejala pasien
tersebut. Pada studi kasus yang dilakukan peneliti, tidak menemukan antara
C. Perencanaaan
kelolaan adalah :
Menunjukkan peningkatan tingkat kesadaran Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan
menjadi CM (30o) dan dalam posisi anatomis.
Kolaborasi
Klien dapat duduk tanpa bantuan. Latih melakukan latihan rentang gerak aktif dan
pasif pada semua ekstremitas.
Klien dapat makan dan minum secara mandiri.
Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya,
Klien dapat melakukan ROM aktif sesuai gunakan papan kaki selama periode paralisi
dengan kemampuannya. flaksid. Pertahankan posisi kepala netral.
Kolaborasi
D. Implementasi
Diagnosa :
dengan intervensi,
E. Evaluasi
kekuatan otot
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan tinjauan teori, tinjauan kasus, dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Data yang menunjang mengarah pada diagnosa stroke non hemoragik yaitu : pasien tidak
bisa berbicara, tidak mampu beraktifitas di tempat tidur, mengalami paralisis sebelah kanan,
Data antara teori yang ada dan realita yang terjadi di lahan kurang lebih sama, dan data-data
yang didapat adalah : bicara pasien tidak jelas, meracau, tidak mampu menggerakkan tubuh
sebelah kanan, tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri, keterbatasan rentang
gerak,
2. Dalam literatur tidak semua diagnosa keperawatan ditemukan dalam kasus nyata, hanya
tiga diagnosa keperawatan yang muncul seperti yang sudah disebutkan diatas
4. Semua intervensi keperawatan pada masing-masing diagnosa yang penulis susun pada
intinya sesuai dengan yang terdapat pada teori dan tidak ada penambahan intervensi selain
5. Terdapat beberapa implemetasi yang belum bisa penulis lakukan secara langsung pada
sebagian yaitu masalah perfusi jaringan dan hambatan mobilitas fisik sehingga
membutuhkan perawatan lebih lanjut. Dan belum ada masalah keperawatan yang sudah
teratasi.
B. Saran
Perawat harus memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, sesuai norma-norma dan
nilai-nilai yang berlaku, perawat harus memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan benar, melakukan pengkajian yang teliti pada pasien untuk menentukan prioritas
masalah, diagnosa yang tepat, implementasi dan evaluasi yang sesuai dengan keadaan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Aberg J.A., Lacy C.., Amstrong L.., Goldman M.. and Lance L.L., 2009, Drug
Information Handbook, 17th Edition, American Pharmacists Association
Caplan, L. R. and Goldszmidt, A., 2013, Stroke Esensial 2thed. United State of
America: Saunders Elsevier pp 23
Jauch E.C., Saver J.L., Adams H.P., Bruno A., Connors J.J.B., Demaerschalk B.M.,
Khatri P., McMullan P.W., Qureshi A.I., Rosenfield K., Scott P.A., Summers
D.R., Wang D.Z., Wintermark M. and Yonas H., 2013, Guidelines for the Early
Management of Patients with Acute Ischemic Stroke, American Heart
Association, 44 (3), 870–947.
Junaidi, I., 2011, Stroke Waspadai Ancamannya, ANDI, Yogyakarta.
Karuniawati, H., Ikawati, Z., Gofir, A., 2015, Pencegahan Sekunder untuk
Menurunkan Kejadian Stroke Berulang pada Stroke Iskemik, Jurnal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi (JMPF); Vol. 5 No.1
Khalillullah, S. A., 2011, Penggunaan Antiplatelet (Aspirin) pada Akut Stroke
Iskemik, Medicin University of Syiah Kuala ; 1 – 7
Krismayanti, M., 2007, Evaluasi Drug Related Problems pada Pengobatan Pasien
Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun
2005, Medula 1-106
J., Lamsudin R., Allah A., A. B., Suroto, Alfa A.Y., Harris S., NurimabaN., Islam S.,
Bustami M. and Rasyid A., 2011, Guideline Stroke Iskemik
2011, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, Jakarta.
Misbach J., Lumban T., Ranakusuma T.A.S., Suryamiharja A., Harris S. and Bustami
M., 2004, Guideline Stroke 2004, Edisi Keti., Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia, Jakarta.
Nasution L.F., 2013, Stroke Non Hemoragik pada Laki-Laki Usia 65 Tahun,
Medula Unila, 1 (3), 1–9.