Anda di halaman 1dari 16

STROKE NON HEMORAGIK (SNH)

DI RUANG GARUDA S.K LERIK KOTA KUPANG

OLEH

INGRID M.G FAY

213111029

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2022
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PengertianSroke Non Hemoragik
Stroke nonhemoragikialahtersumbatnyapembulu darah yang menyebabkan aliran
darahkeotaksebagianataukeseluruhanterhenti(Nuratif&kusuma,2015. Stroke non
hemoragikdapatberupaiskemia atau emboli dan trombosit serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama istirahat , baru bangun tidur atau dipagi hari.
Tidakperdarahannamunterjadiiskemia yang menimbulkanhipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder (Wijaya & Putri, 2013).
Stroke diklasifikasikanmenjadidua,yaitu stroke hemoragikdan stroke non hemoragik
(primary hemoragik strokes ) dan stroke non hemoragik (ischemic strokes).
Sedangkan menurut ( Padila,2012 ), stroke non hemoragikmerupakancederaotak yang
berkaitan dengan obstruksi alirandarahotakterjadiakibatpembentukantrombus di arteri
cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain di tubuh.
Stroke non hemoragikmerupakan prosesterjadi nya iskemia akibat emboli dan trombosit
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru
banguntidurataupagiharidantidakterjadiperdarahan . namunterjadiiskemia yang
menimbulkanhipoksiadanselanjutnya dapat timbul edemas sekunder. (Arif Mutaqin,
2010).

2. klasifikasi Stroke Non Hemoragik

Klasifikasi non hemoragikmenurutpadila (2012) adalah:

1. Transient Ischemc Attack (TIA)


TIA adalah defisi neurologic fokal akut yang Timbul karenaiskemia otak sepintas dan
menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
2. Reversible Ischemic Neurological Defisit (RIND)
RIND adalah deficit neurologikfokalakut yang timbul karena iskemia otak
berlangsung lebih dari 24 jam danmenghilangtanpasisadalamwaktu 1-3 minggu
3. Stroke in Evalution (Progressing Stroke)
Stroke in evalution adalah deficit neurologic fokal akut
karenagangguanperedarandarahotak yang berlangsungprogesifdanmencapaimaksimal
dalam beberapa jam sampai beberapahari.
4. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah defisit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran
darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa
jam sampai bbrapa hari
5. Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan
peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas menurut Tarwoto dkk, (2010) Stroke iskemik (Stroke
Non Hemoragik) dapat dibagi menjadi :
1. Stroke trombotik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena trombosis di arteri
karotis interna secara langsung masuk ke arteri serebri media. Permulaan gejala sering terjadi
pada waktu tidur,atau sedang istrirahat kemudian berkembang dengan cepat,lambat laun atau
secara bertahap sampai mencapai gejala maksimal dalam beberapa jam, kadang-kadang
dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran biasanya tidak terganggu dan ada kecendrungan
untuk membaik dalam beberapa hari,minggu atau bulan.
2. Stroke embolik, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli yang pada umunya
berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat mendadak berkembang sangat cepat,
kesadaran biasanya tidak terganggu, kemungkinan juga disertai emboli pada organ dan ada
kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari, minggu atau bulan.
3. Etiologi Stroke Non Hemoragik
Penyebab stroke non hemoragik disebabkan oleh faktor yaitu hipertensi, merokok, peningkatan
kolesterol, dan obesitas (Muttaqin, 2014).
a. Peningkatan kolesterol
Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya
thrombus sehingga aliran darah menjadi lambat untuk menuju ke otak, kemudian
hal itu dapat menyebabkan perfusi otak menurun.
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan merupakan seseorang yang memiliki berat badan
berlebih dengan IMT lebih besar daripada 27,8 kg/m².
c. Merokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
memungkinkan penumpukan aterosklerosis dan kemudian berakibat pada stroke.
4. FaktorResiko Stroke Non Hemoragik
Menurut (Tarwoto, 2013), FaktorResiko Stroke Non Hemoragikyaitu;
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan factor resiko yang berpotensional, karena hipertensi dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah maupun penyempitan pada pembuluh darah
yang menuju otak, jika aliran darah yang menuju otak terganggu maka sel-sel otak akan
mengalami kematian.
2. Diabetes Militus
Diabetes militus ini dapat menebalkan dindinng pembuluh darah yang sangat berukuran
besar, jika pembuluh darah mengalami penyempitan maka akan mengganggu kelancaran
alirandarah yang menujuotak yang kemudianakanmenyebabkaninfarkpadasel-sel.
3. Penyakit Jantung
Berbagai jenis penyakit jantung berpotensi besar menimbulkan stroke, factor resiko ini
akan menyebabkan hambatan sumbatan pada aliran darah yang menuju otak karena
jantung melepas gumpalan darah ataupun sel-sel jaringan yang telah mati kedalam aliran
darah.
1. Obesitas/kegemukan
Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung.
2. Merokok
Merupakan faktor utama dapat terjadinya infark jantung.
4. Patofiologi Stroke Non Hemoragik
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai
darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum
(hipoksiakarenagangguanparudanjantung).
Arterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal
dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tem pat aliran
darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.Trombus mengakibatkan
iskemia jaringan yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti di sekitar area.Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukan
perbaikan.Oleh karena itu thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
masif.

Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis
diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka
akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau rupture Perdarahan pada otak disebabkan oleh
ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.

Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian
dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi
destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falk serebei atau lewat foramen magnum. Kematian dapat
disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder
atau ekstensi perdarahan ke batang otak.Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada
sepertiga kasus peradarahan otak di nekleus kaudatus, talamus, dan pons.Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral.Perubahan yang disebabkan oleh
anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit.Perubahan inversibel jika anoksia
lebih dari 10 menit.Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung. Selain kerusakan perenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan
perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan
kaskade iskemik akibatmenurunyatekananperfusi, menyebabkansaraf di area yang
terkenadansekitarnyatertekanlagi. (ArifMutaqin, 2013)
5. Penatalaksanaan Stroke Non Hemoragik
Terapi pada penderita stroke non hemoragik menurut Esther (2010)
dalam Setyadi (2014) bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah ke
otak, membantu lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan,
melindungi jaringan otak yang masih aktif dan mencegah cedera
sekunder lain, beberapa terapinya adalah :

a. Terapi trombolitik : menggunakan recombinant tissue plasminogen activator (rTPA) yang


berfungsi memperbaiki aliran darah dengan menguraikan bekuan darah, tetapi terapi ini
harus dimulai dalam waktu 3 jam sejak manifestasi klinis stroke timbul dan hanya
dilakukan setelah kemungkinan perdarahan atau penyebab lain disingkirkan.
b. Terapi antikoagulan : terapi ini diberikan bila penderita terdapat resiko tinggi
kekambuhan emboli, infark miokard yang baru terjadi, atau fibrilasi atrial.
c. Terapi antitrombosit : seperti aspirin, dipiridamol, atau klopidogrel dapat diberikan untuk
mengurangi pembentukan trombus dan memperpanjang waktu pembekuan.
d. Terapi suportif : yang berfungsi untuk mencegah perluasan stroke dengan tindakannya
meliputi penatalaksanaan jalan nafas dan oksigenasi, pemantauan dan pengendalian
tekanan darah untuk 13 mencegah perdarahan lebih lanjut, pengendalian hiperglikemi
pada pasien diabetes sangat penting karena kadar glukosa yang menyimpang akan
memperluas daerah infark.
6. Manifestasiklinis Stroke Non Hemoragik
Pada stroke Non Haemoragik gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara
mendadak atau subakut , didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun
pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus cukup besar. (Mansjoer,
2013).
Manifestasi klinik dapat berupa (Mansjoer, 2013).:
1. Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
2. Gangguan sensibilitas pada satrau atau lebih anggota badan
3. Perubahan mendadak status mental
4. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan
5. Ataksia anggota badan
6. Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala
7. Gejalakhususpadapasien stroke Non Hemoragik
Menurut Andra Safery Wijaya & Yessie Mariza Putri (2013):
a. Kehilangan motorik
b. Stroke adalah penyakit motorik neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volun terterhadap gerakan motorik, misalnya :
 Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
 Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
 Menurunnya tonus otot abnormal
1. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi, misalnya:
 Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukkan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara
 Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama ekspresif/represif. Apraksia
yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.
2. Gangguan persepsi
 Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang dimana sisi
visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
 Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi tubuh yang sakit
dan mengabaikan sisi/ruang yang sakit tersebut.
 Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan hubungan dua
atau lebih objek dalam area spasial.
 Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan bagian
tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit menginterpretasikan stimulasi visual, taktil,
auditorius.
8. Komplikasi Stroke Non Hemoragik
Menurut Tutu April Ariani (2012) komplikasi stroke adalah sebagai berikut:
1. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
a. Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian
b. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
a. Pneumonia: akibat imobilisasi lama
b. Infark miokard
c. Emboli paru :cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat penderita
mulai mobilisasi
d. Stroke rekunen: dapat terjadi pada setiap saat.
3. Komplikasi jangka pendek
Stroke rekunen, infark miokard, gangguan vaskular lain:penyakit vaskular perifer.
Menurut Smeltzer & Bare (2011), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu sebagai
berikut :
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi
b. Penurunan darah serebral
c. Embolisme serebral
9. Pemeriksaan Diagnosa dan Hasil
Menurut Andra Safery Wijaya & Yessie Mariza Putri (2013) :
1) Angiografi serebral
Membantumenentukanpenyebab stroke secaraspesifiksepertiperdarahan,obstruksiarteri,
oklusi/ruptur.
2) Elektro encefalography
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3) Sinar x tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa
yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.Kalsifikasi parsial
dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
4) Ultrasonography Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis/aliran
darah/plaque/arterosklerosis).
5) CT-Scan
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark
6) MRI
Menunjukkan adanya tekanan anormal dan biasanya ada trombosisi, emboli dan TIA,
tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragi sub
arachnoids/perdarahan intrakranial.
7) Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri
yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa
yang meluas
8) Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningklat dan cairan yang mengandung darah
menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali
10. PenatalaksanaanSroke Non Hemoragik
Pendekatan pada terapi darurat memiliki tujuan (Silvya & Loraine, 2010):
1) Mencegah cedera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah iskemik noninfark
2) Membalikan cedera saraf sedapat mungkin
3) Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel di daerah penumbra
iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamat.
Stroke akut di unit gawat darurat membutuhkan penanganan yang cepat, tepat dan
cermat, seperti (Silvya & Loraine, 2010):
1) Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC
2) Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas.
3) Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9% dengan kecepatan
20ml/jam, jangan memakai larutan hipotonis seperti dekstrose 5% dalam air dan
salin normal 0,9% karena akan memperhebat edema otak.
4) Berikan Oksigen 2-4liter/menit melalui kanul hidung.
5) Jangan memberikan makanan dan minuman melalui mulut
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian identitas:
a. Umur : Biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun.
b. Jenis kelamin : Pria lebih beresiko mengalami stroke dibanding wanita.
c. Pekerjaan : Pria yang bekerja pada sosial yang tinggi dengan pendidikan dan posisi
yang bagus di kantor lebih mudah terkena stres psikologis berulangkali sehingga
beresiko 1,4 kali lebih tinggi terkena stroke.: Pria yang bekerja pada sosial yang tinggi
dengan pendidikan dan posisi yang bagus di kantor lebih
mudahterkenastrespsikologisberulangkalisehinggaberesiko 1,4 kali lebihtinggiterkena
stroke.
1) Riwayat sakit dan kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang


Klien dengan stroke akut mengalami: Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih
anggota badan (gangguan hemisensorik), perubahan mendadak status mental
(konfusi,delirium,letargi,stupor, atau koma), afasia, disartria, gangguan penglihatan
(hemianopia atau monokuler) atau diplopia, ataksia, vertigo, mual-muntah dan nyeri
kepala, batuk, peningkatan produksi sputum, penggunaan otot bantu napas. Auskultasi
bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret
dan ketidakmampuan batuk yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma, peningkatan frekuensi pernafasan.Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg).
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pada klien yang memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, hematokrit
meningkat, bruit karotis asimtomatik, hiperurisemia, dan dislipidemia.
3. Riwayat kesehatan keluarga : Memiliki keluarga dengan riwayat stroke.
4. Riwayat pengobatan sebelumnya : Adanya pemakaian obat-obatan seperti kokain dan
amfetamin.
5. Riwayat nutrisi : Sering mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi, makanan instant,
dan juga memilki kebiasaan sering minum alkohol.
6. Pemeriksaan fisik
a. B1(Breathing): Penggunaan otot bantu napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret
dan ketidakmampuan batuk yang sering didapatkan pada klien stroke dengan
penurunan tingkat kesadaran koma.
b. B2 (Blood): Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi
masif (tekanan darah >200 mmHg), gangguan irama jantung bisa ditemukan.
c. B3 (Brain): Vertigo, nyeri kepala, perubahan mendadak status mental
(konfusi,delirium,letargi,stupor, atau koma), afasia, disartria, ataksia.
a. Saraf I : pemeriksaan secara subjektif dan objektif hanya ditanyakan apakah
pnderita masih dapat membaui bermacam-macam bau dengan betul.
b. Saraf II : Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
c. Saraf III, IV, dan VI: Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis,pada satu sisi
otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat
unilateral di sisi yang sakit.
d. Saraf V: Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf
trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah,penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan
satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
e. Saraf VII: Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya himaparesis) yang
timbul mendadak
f. Saraf VIII : pemeriksaan pendengaran
g. Saraf IX dan Xn :Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut
h. Saraf XI : pemeriksaan kekuatan otot
i. Saraf XII : Adanya paralisis pada saraf ini sehingga menggangu motorik lidah:
Adanya paralisis pada saraf ini sehingga menggangu motorik lidah
d. B4 (Bladder) : pengkajian sistem urologi
e. B5(Bowel) : Adanya mual/muntah
f. B6 (Bone) :Kelumpuhan wajah atau anggotabadan (biasanya hemiparesis)
2. Diagnosa Keperawatan :Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya
hemiparesis)

1. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)


Definisi :keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebi ekstremitasn
secara mandiri
2. Deficit perawatan diri (D.0109)
Definisi:tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri
3. Deficit pengetahuan (D.0111)
Definisi:keadaanataukurangnyainformasikognitif yang berkaitandengan topic
tertentu
4. Resikoperfusiserebraltidakefektif (D.0017)
Difinisi :Berisikomengalamipenurunansirkulasidarahkeotak

Intrvensikeperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Planning/
O keperawata kriteria hasil Intervensi (SIKI
n (SDKI) (SLKI)
Gangguan Setelah dilakukan Manajemen
MobilitasFi tindakan Nyeri (1.08238)
sikb.dgang keperawatan
guanneuro diharapkan - Identifikasi lokasi,
moskuler Mobilitas Fisik durasi, frekuensi ,
(D.0054) klien kualitas intesitas nyeri
meningkatkan - Idantifikasi skala nyeri
KH: - Identifikasipengaruh
1. Pergerakan nyeri pada kualitas
ekstremitas hidup
meningkat Edukasi
2. Kecemasan Mobilisasi (I.12394)
menurun - Ajarkan mobilisasi
3. Kekuatan otot ditempat tidur
meningkat - Anjurkan
4. Nyeri pasien/keluarga
menurun mendemostrasik an
5. Kaku sendi mobilisasi, miring
menurrun kanan miring kiri
6. Gerakan tidak - Demonstrasikan cara
terkoordinasi melatih rentang gerak
menurun
7. Gerakan Dukungan mibilisasi
terbatas (I.05173
menurun - Ajarkan mobilisasi
Kelemahan fisik sederhana
menurun
Deficit Setelah dilakukan SIKI (1.11348)
perawat diri tindakan Observasi;
b.d keperawatan - Identifikasi
gangguan diharapkan kebiasaan aktivitas
neumuskul perawatan perawatan diri
er diriklien Sesuai usia
(D.0109) meningkat - Monitor tingkat
dengan kriteria kemandirian
hasil (L.09069) - Identifikasi kebutuha
1.kemampuan alat bantu kebersihan
melakukan diri ,berpakaian,
perawatan diri berhias, dan makan
meningkat Terapeutik :
2.
mempertahank - Sediakan lingkungan
an diri yang terapeutik (mis;
meningkat suasana hangat,rileks
3. kemampuan privasi
toileting - Siapkan keperluan
meningkat pribadi (mis farfum,
4.kemampuan sikat gigi, dan sabun
makan mandi)
meingkat - Dampingi dalam
5.kemampuan melakukan
mandi perawatan diri
meningkat sampai mandri
- Fasilitas utuk
keadaan
ketergantungan
- Fasilitas
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan
perawatan diri
Edukasi;
- Anjurkan melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan

Definisi Setelah dilakukan SIKI (1.12470)


pengetahua tindakan asuhan - Beriinformasitentang
n b.d keperawatan penyakitberupaalur,
kurang diharapkan leaflet,
terpapar pengetahuan gambar,untukmemu
informasi klien meningkat dahkanklienmendapa
(D.0111) dengan kriteria tkan informasi
hasil: SLDKI - Anjurkan keluarga
1. Perilaku mendapingi klien
sesuai selama fase akut,
anjuran progresi, atau termina,
2. Kemampu jika memungkinkan
an - Jelaskan faktor resiko
menjelask yang dapat
an mempengaruhi
pengetahu kesehatan
an suatu - Ajarkan perilaku hidup
topic bersih dan sehat
3. Persepsi - Informasikan kepada
yang keluarga untuk
keliru meberikan dukungan
terhadap
masalah
berkurang
4. Mampu
menjalani
pmeriksan
yang tepat

4 Resikoperf Setelahdilakukant - Edukasi diet


usiserebralt indakanasuhanke - Edukasi program
idakefektif perawatandiharap pengobatan
kan : - Edukasiprosedurtindakan
1. Tingkat - Manajemenalatpacujantu
kesadaranme ngpermanen
ningkat - Manajemenalatpacujantu
2. Kognitigfme ngsementara
ningkat - Manajemendefibrilasi
3. Sakitkepala - Manajemenkejang
menurun - Manajemenmedikasi
4. Gelisahmen - Manajementrombolitik
urun - Pemantauanhemodinami
5. Kecemasan k invasive
menurun - Pemantauanneurologis
6. Agitasimenu - Pemantauantanda vital
run - Pemberianobat
7. Agitasimenu
run
8. Demammen
urun
9. Tekananarte
ri rata-rata
membaik
10. Tekanan
intra cranial
membaik
11. Tekanandara
hsistolikme
mbaik
12. Tekanandara
h diastolic
membaik
13. Reflekssaraf
membaik

11. Implementasi Keperawatan


Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan/intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

12. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi,
tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Tutu April. 2012. Sistem Neurobehavior. Jakarta: Salemba Medika


Chang, Ester.2010. Patofisiologi:Aplikasi Pada Pratik Keperawatan Indonesia.
Jakarta;Dewan Pengurus PPNI

Muttaqin ,Arif.2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


SistemPeryarafan. Jakarta: Salemba Medika

Nuratif, A & Kusuma (2015).Asuhan Keperawatan Prsktis .Edisi Revisi Jilid 1.


Jogjakarta;Mediaction

Padila.2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: Nuna Medika

Wijaya, Andra.S dan Yessie M. Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan
Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika

Smeltzer & Bare.(2011).Texbook of MedikalSurgical Nursing Volume 1).

Sylvia & Lorraine, 2010, “Patofisiologi”, Jakarta : EGC

Tarwonto,(2013). Keperawtan Medikal Bedah, Jakarta;cv sangung seto

Anda mungkin juga menyukai